You are on page 1of 10

IMPLEMENTASI BK SEBAGAI PENUNTUN GENERASI MUDA KRISTEN

DALAM HAL BERPACARAN


Oleh
Rosmini Toding Layuk

Mahasiswa IAKN Toraja*

*Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Kris

ABSTRAK
Friendship adalah kebutuhan yang hakiki dari setiap manusia, sebagai mahkluk sosial,
1

manusia sejak lahir membutuhkan sesamanya. Kebutuhan sosial ini berkembang dari phase ke
phase dan makin lama makin kompleks. Pada akhirnya, meninggalkan phase adolessence
(remaja) manusia harus mampu membedakan antara kebutuhan ‘Sense of belonging’, Sebagai
bagian dari beberapa macam groups dan kebutuhan sense of belonging pada pribadi-pribadi
tertentu. Pada phase inilah seorang remaja menghadapi tantangan untuk menentukan sikap dalam
pergaulan pacaran. Pacaran bagi orang Kristen adalah masa perkenalan antara dua pribadi secara
khusus dengan tujuan pernikahan. Tetapi beberapa diantara remaja Kristen pada zaman sekarang
ini pergaulan berpacaran mereka menyimpang yaitu berpacaran dengan melakukan perbuatan
yang salah misalnya berbuat hal-hal yang melamggar perintah Tuhan yaitu hamil diluar nikah.
Tanpa sikap yang jelas dan benar mereka akan memasuki masa prapacaran dengan kebingungan
role dan ketidakpastian arah. Bahkan mengisi masa pacaran dengan hal-hal yang merugikan
sehingga hasil mereka tidak mempunyai persiapam pernikahan Kristen yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan. Remaja melihat dan meninginkan teman lawan jenisnya semata-mata
sebagai obyek pemuasan seksuilnya saja. Orientasinya adalah bagian-bagian tubuhnya yang bisa
memenuhi kebutuhannya (parts-obyect oriented) dan tidak pada pribadinya secara utuh (total
objekt-oriented). Sehingga dalam hal ini gereja makin lama tidak mampu lagi menangani setiap
kasus dalam hidup manusia secara khusus bagi anak muda (PPGT). Dan itu berarti makin lama
pelayanan dan pemberitaan gereja makin tidak dapat dipraktikkan dalam kehidupan pribadi di
jemaatnya. Oleh sebab itu perlunya bimbingan konseling bagi anak muda digereja yang
berpotensi mengatasi berbagai persoalan hidup terutama pergaulan bebas (seks) dalam
berpacaran yang dapat menghangbat pertumbuhan iman (PPGT). Dalam hal ini, Alkitab dapat
menjelaskan bahwa “ketidaknormalan” ini terjadi oleh karena dosa, yaitu rusaknya hubungan
dengan Allah. Rusaknya hubungan dengan Allah menyebabkan rusaknya hubungan dengan
sesamanya, antara laki-laki dan wanita. Manusia tidak dapat lagi melihat kesatuan antara
kebutuhan sexuil dengan kebutuhan sosial. Inilah yang menyebakan tingkah laku sexuil pada
phase intimacy (adolescence) pada dasarnya Cuma merupakan gejala dari rangsangan sexual
instinctnya, yang mencari pemuasan sesaat dan tidak mempunyai tujuan ke arah intimacy yang
sejati yaitu kesatuan antara dua insan yang seutuhnya dalam lembaga pernikahan.

1
Pdt. Dr. Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling ( Gandum Mas, 2008 ), 81,117

1
PENDAHULUAN
2
Phase prapacaran adalah phase yang sangat kritis di mana tanpa bimbingan dan pengenalan
yang benar akan kebenaran firman Tuhan, remaja akan tergelincir dalam kesalahan-kesalahan
yang bisa membawa pengaruh buruk sepanjang umur hidup mereka. Mereka harus dialog untuk
dapat mengontrol dan mengarahkan sexual instinct itu pada tujuan intimacy yang benar, dan
dapat dipertanggungjawabkan Sebagai remaja Kristen mereka harus menyadari bahwa hidup
mereka milik Tuhan dan Tuhan mempunyai rencana atas hidup mereka adalah Tuhan yang
bersedia ikut campur mengatur setiap detail dari kehidupan mereka termasuk pemilihan dan
pengambilan-pengambilan keputusan dalam pergaulan pacaran dan pernikahan. Untuk itu ada
beberapa hal yang harus mereka sadari yaitu : Instinct harus dapat dikontrol, Remaja harus
dibimbing untuk menyadari bahwa “instinct” tidak boleh menjadi “dasar utama” pemilihan
pasangan. Remaja harus didasarkan bahwa pergaulan mereka mempunyai tujuan pernikahan dan
pernikahan adalah sesuatu yang permanent dan punya tujuan missi kehidupan yang sangat serius.
Pernikahan tidak dapat didasarkan hanya atas “instict rasa suka” yang relatif sifatnya dan
gampang berubah. Mereka membutuhkan pimpinan Tuhan, Kebutuhan akan pimpinan Tuhan
harus diciptakan dalam hidup mereka (dengan kuasa anugerah Roh Kudus) oleh karena pada
umumnya remaja-remaja Kristen di Indonesia mempunyai konsep yang “miskin” tentang Tuhan.
Sehingga “kebutuhan” mereka pada Tuhan sering kali tidak lain daripada kebutuhan untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan saja. Sesuatu yang sekali lagi initinctive sehingga selalu
cenderung memanipulir Tuhan untuk menuruti keinginan pribadji melaui doa-doa mereka. Yaitu
remaja yang membutuhkan pimpinan Tuhan adalah remaja Yng menyadari bahwa “keinginan
hati” mereka tidak selamanya baik dan benar. Oleh karena itu remaja yang rela dipimpin oleh
Tuhan rela bergaul secara wajar dengan “siapa saja” yang dipertemukan oleh Tuhan padanya.
Membutuhkan pimpinan Tuhan adalah menyadari bahwa hidupnya milik Tuhan dan senang
berada dalam proses penyucian (santification), untuk menjadi serupa dengan gambar Kristus
(Rm. 8:29-30). Oleh karena itu menjaga kesucian dalam pergaulan dan tidaak memfait-
accomplikan Tuhan dan dirinya sendiri dengan kesalahan-kesalahan fatal.3 Untuk perlunya
pemahaman yang baik terhadap Alkitab sehingga pemuda pemudi Kristen dapat memahami,
mengerti makna Alkitab dengan baik yang didalamnya terkandung nilai-nilai kristiani yang
dapat membangun sikap hidup yang tercermin dimata Tuhan,gereja, dan masyarakat bahwa
berpacaran menurut iman kristen dan berpodaman kepada firman Tuhan yaitu Alkitab sehingga
dapat membangun karakter seseorang dengan baik dan mengerti makna nilai-nilai hidup
berbangsa dalam pemuridan kontekstual (kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual).

2
Pdt. Dr. Yakub B. Susabda, Pastoral Konseling ( Gandum Mas, 2008 ), 125
3
Daniel Fajar Panuntun and Eunike Paramita, Hubungan Pembelajaran Alkitab Terhadap Nilai-Nilai
kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual ( Gamaliel : Teologi dan praktika, 1,no 2, 2019) 104-115

2
MANFAAT
Manfaat dari makalah/paper ini yaitu dapat membantu penulis maupun pembaca dalam
memahami mengetahui bahwa pentingya bimbingan konseling Kristen sebagai implementasi
serta penuntun generasi muda dalam hal berpacaran, penulis juga dapat membantu memberikan
pemahaman yang baik secara khusus bagi pemuda-pemudi kristen, dari makalah/paper ini juga
penulis dapat menyampaikan atau memberikan arahan kepada pemuda-pemuda kristen supaya
lebih memahami apa jati diri sebagai pemuda Kristen yang bertanggung jawab serta dapat
dibanggakan baik itu dalam lingkungan keluarga,gereja,atau ditempat lain. Dengan demikian
pentingnya sosialisasi atau penyuluhan di gereja atau disekolah untuk membantu pemuda-
pemudi Kristen agar membatasi diri dalam hal berpacaran.

TUJUAN
1. Untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diterapkan dan yang perlu dihindari dalam
pergaulan
2. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan sebagai pemuda Kristen yang
dapat dibanggakan baik itu dilingkungn keluarga,sekolah,gereja,maupun masyarakat
3. Untuk mengetahui dampak dan akibat apabila mekalukan pergaulan diluar batas
kekristenan
4. Mengetahui peran dan tanggung jawab sebagai pemuda kristen

3
PEMBAHASAN

Dalam Gereja Toraja Setiap anak dapat diategorikan sebagai anggota PPGT dan wajib
4

meneriman pelayanan sebagai anggota PPGT yaitu pada saat memasuki tingkat SMP atau
berusia 12 tahun juga apabila seseorang belum memasuki rumah tangga orang tersebut masih
dikategorikan sebagai pemuda gereja dan berhak menerima pelayanan sebagai anggota PPGT di
mana ia menerima pelayanan gereja. 5Adapun peran dan tanggung jawab atau Gereja yaitu
Gereja perlu berperan dalam menjelasakan pentingnya menjaga dan memelihara kesucian serta
kekudusan yang berlandaskan firman Allah. Disamping itu juga gereja pun perlu memberikan
penjelasan kepada anak muda khususnya anak remaja tentang apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan pada masa remaja dan terhadap potensi seksualitas yang dimiliki oleh mereka.
Begitupun pada saat ingin melangsungkan pernikahan bagi anak muda, pernikahan itu sendiri
tidak hanya menyangkut komitmen pribadi dengan Allah sebagai pemilik kehidupan dan dengan
pasangan, tetapi juga menyangkut komitmen sosial yaitu terciptanya kerukunan dan
keharmonian sosial. Oleh sebab itu Pentingnya PPGT Mengetahui dan mengembangkan apa dan
bagaimana pacaran secara Kristen dan apa hubungannya terhadap pembelajaran Alkitab. Konsep
kehidupan oang Kristen berbeda dengan orang-orang lain. 6Kehidupan orang Krsten adalah
kehidupan dalam anugerah untuk mengambil bagian dalam rencana karya keselamatan Allah
dalam Tuhan Yesus Kristus. Kehidupam yang bertujuan mengerjakan pekerjaan baik yang sudah
dipersiapkan Allah sebelum dunia dijadikan ( Ef. 2:10). Karena itu bagi orang Kristen,
pergaulan,pacaran, dan pernikahan tidak lain daripada proses kematangan hidup utnuk semain
dipersiapkan , memikul dan mengerjakan “pekerjaan baik” yang sudah dipersiapkan Allah.
Melalui pergaulan, pacaran dan pernikahan seorang belajar dan berlatih untuk memikul tanggung
jawab kehidupan yang semakin lama semakin besar. Konsep seperti ini jauh berbeda dengan
konsep yang ada pada orang-orang non Kristen. Gereja harus sadar bahwa tugas mereka bukan
hanya menolong meneyembuhkan, tetapi bahkan yang terlebih utama ialah melakukan
pencegahan timbulnya masalah-masalah itu. Seperti halnya dengan loneliness dalam diri anggota
jemaatnya?

4
Ronal W. Leigh, Melayani Dengan Efektif ( Gunung Mulia, 2012 ), 29
5
Drs. Elisa B. Surbakti, M.A. Konseling Praktis Mengatasi Berbagai Masalah ( Yayasan Kalam Hidup ,2008 ), 250
6
Guido Tisera SVD, Bercermin Pada Jemaat Perdana, 20 Juni 2002, 13

4
A. Peran orang tua dan gereja terhadap Pemuda-pemuda Kristen agar tidak menyalagunakan
masa muda mereka dengan pergaulan bebas atau seks
Pandangan Alkitab tentang seks , Kitab kejadian adalah kitab pertama di dalam
Alkitab yang membahas tentang seks, yaitu ketika Allah menciptakan manusia yang
terdiri dari jenis kelamin : laki-laki dan perempuan (Kej. 1:27). Hal itu sekaligus menjadi
awal pengenalan seks dan sekualitas kepada manusia. Di dalam Perjanjian Baru, Yesus
pertama kali menyinggung soal seks dalam sebuah khotbah di atas sebuah bukit yang
dihadiri oleh berbagai kalangan. Di sana Yesus dengan tegas memberi makna baru
tentang perzinaan, yaitu sehubungan dengan kekudusan pernikahan. Kata-Nya, “Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia
di dalam hatinya” (Mat. 5:32b) untuk itu diperlukan peran orang tua dan gereja untuk
lebih memberikan pemahaman kepada pemuda-pemuda Kristen.Hal 285 dan 213
1) 7Peran Orang Tua
Orang tua yang baik mengasihi anaknya pasti tidak akan membiarkan anaknya itu
berjalan sesuka hati menuruti kehendaknya sendiri, melainkan mendidiknya dengan
benar. Amsal mengatakan, “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya;
tetapi siapa mengasihi anaknya, mengajar dia pada waktunya”. (Ams. 13:24). Jika orang
tua lemah dan ragu-ragu, mereka akan dipermainkan anak-anaknya, dan secara
tidak langsung sebenarnya turut mendorong anak-anaknya, dan secara tidak langsung
sebenarnya turut mendorong anaknya ke jurang kehancuran. Disamping itu, orang tua
pun perlu memahami perkembangan anaknya karena seorang anak yang belum dewasa
umumya melihat apa yang benar dan apa yang salah dalam hubungannya langsung denga
dirinya.
a. menegakkan disiplin sejak dini, untuk itu, orang tua perlu memiliki rambu-rambu dan
batasan batasan peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh anak karena pelanggaragan
berarti mengandung sejumlah risiko. Jadi, walaupun kurang menyenangkan, untuk
membentuk kehendak anak supaya tertip dan tingkah lakunya terkendali, diperlukan cara
pendisiplinan yang tegas, tetapi tetap berlandaskan kasih.
b. menegakkan aturan dengan jelas, Orang tua perlu menjelaskan batasan dengan tegas apa
yang boleh dilakukan anak supaya anak melangkah dalam koridor yang jelas dan
pasti.Utamakan kasih sebagai pedoman dalam bertindak sehingga anak tetap dapat
melihat bahwa pendisiplinan atas dirinya bukan untuk menghambat kemajuannya,
melainkan untuk mengarahkannya ke tujuan yang benar.

7
Drs. Elisa B. Surbakti, M.A. Konseling Praktis Mengatasi Berbagai Masalah ( Yayasan Kalam Hidup ,2008 ),
259,268,300

5
c. Melakukan pengawasan yang tepat, tindakan minimum yang perlu orang tua lakukan
adalah, ketahui lingkungan pergaulan mereka, kenali teman-teman sepermainan mereka,
Tentukan waktu di luar rumah khususya bagi anak remaja.

2) Peran Gereja

a) Pendampingan Gembala
8
jika dalam kehidupan seorang pelayan mencerminkan akan perilaku yang baik,
kebahagiaan dalam keseharianya diciptakan. Dalam banyak hal misalnya dalam
keluarganya memperlakukan pasanganya dengan baik pada anak-anaknya dengan
sendirinya didepan umum juga akan membawa pengaruh pada yang lain. Apabilah yang
akan menikah melihat dari seorang pelayan ini akan memberikan contoh yang positif atau
yang benar maka mereka akan senang mendengarkan nasihat dari pelayan ini. Begitupun
pelayanan secarah khusus kepada sebuah pasangan harus dimulai sedini mungkin.
Apabilah sebua pelayan melihat sebuah pasangan telah memulai berkencan secara tetap,
beritahulah mereka bahwa anda(pelayan) menaruh perhatian dan akan senang bilah dapat
berbincang-bincang dengan mereka. Allah akan memberikan petunjuk kepada
anda(pelayan) dalam hal ini, karena itu nantikanlah pimpina-Nya; jika tidak pasangan itu
akan berfikir bahwa anda mencampuri urusan mereka. Rencanakan serangkaian
pertemuan dengan pasangan-pasangan yang suda bertunangan, dan jangan kwatir tentang
waktu yang akan diperlukan. Lebih baik pakailah waktu anda untuk menolong mereka
untuk membangun ruma tangga sebelum mereka menikah daripada harus meluangkan
lebi banyak waktu untuk mengumpulkan kembali kepingan-kepingan setelah perkawinan
itu hancur berantakan. Setiap pasangan memasuki hidup pernikahanya dengan harapan
yang besar dengan minpi-mimpi yang inda, tetapi banyak dari pasangan tersebut yang
menempatkan dan meletakkan dasar harapan dan impianya itu pada dasar atau fondasi
yang lemah. Sehingga banyak pernikahan yang kandas ditenga jalan.oleh sebab itu, setiap
keluarga membutuhkan fondasi yang kokoh dari hidup pernikahan yang dimasuki dan
jalannya. Kejadian 2:18-25 Matius 19:1-9, dan Efesus 5:22-33, sebuah akte perkawinan

8
Prof. Dr. M. Bons Strom, Apakah penggembalaan itu ( PT BPK Gunung Mulia: Jakarta, 2015 ) hal 2-3

6
dituntut, karena itulah ada unsure masyarakat, dan Tuhan diwakili oleh hadirnya pendeta
diruma Allah.

9
Perlu adanya bimbingan dan penyuluhan Tentang seks bagi anak muda (PPGT) untuk
itu berbagai cara berikut yang dapat ditempuh dalam memeberikan bimbingan dan
penyuluhan kepada PPGT yaitu sebagai berikut :Jelaskan makna dan tujuan seks sebagai
karunia yang harus dipelihara kekudusannya. Dengan demikian, mereka merasa malu,
mengingkari, atau merasa bersalah dengan keberadaan tubuh seksual mereka karena
Tuhan menciptakannya untuk kebaikan manusia
a. Jadikan Alkitab sebagai satu-satunya standar moral dalam pengajaran seks, yang
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan
b. Jadikan orang tua, sekolah,gereja, atau lembaga-lembaga yang berkompeten di
bidang itu sebagai sumber penerangan yang sahih tentang seks
c. Berikan informasi yang tepat berdasarkan ketentuan ilmiah yang rasional, bukan
berdasarkan isu atau mitos
d. Jangan meremehkan pendapat mereka tentang seks dan seksualitas. Sebaiknya,
hargai pendapat mereka,sekaligus koreksi jika pendapat persepsi yang keliru
e. Jangan menabukan seks karena menabukan seks membuat mereka kebingungan
dengan tubuh seksual mereka. Apalagi, salah satu kebutuhan manusia adalah seks.
Oleh sebab itu, diskusikan secara terbuka sehingga mereka dapat menempatkan
diri mereka pada posisi yang tepat ketika suatu saat mereka berhadapan dengan
seks itu sendiri.
f. Jangan menakuti-nakuti mereka dengan berbagai mitos yang menyesatkan.
Sebaiknya, berikan informasi yang rasional sehingga mereka bertumbuh dalam
pengenalan yang benar
g. Jangan menertawakan atau memarahi keingintahuan mereka tentang seks.
Menertawakan dapat membuat mereka merasa direndahkan, sedangkan memarahi
membuat mereka merasa terhina dan perasaan mereka terluka
h. Jauhkan buku-buku, flm , majalah , VCD , atau informasi lainnya tentang seks
dan seksualitas yang menyesatkan.

9
Lelia Lewis, Belajar untuk mengubah kehidupan ( Yayasan Kalam Hidup ), 7-9

7
Sehingga dalam pelayanan pastoral terhadap beberapa hal yang dapat dilakukan:
10

untuk menciptakan gereja yang “ therapeutic “ yaitu sebagai berikut :


1) Gereja dengan segala aktivitasnya harus mampu meghidupkan “meaning of life” dari
setiap anggota jemaatnya. Dan ini gereja bukan berarti gereja harus melayani segala
keinginan dan kemauan serta selera jemaatnya ( Misal : supaya mereka tidak mencari
reaksi keluar, lalu gereja menjadi recreation-centre).
2) Menciptakan Persekutuan Kristen yang sejati, bukan menciptakan artifical fellowship
(sate-night, malam rekreasi, dll), tetapi persekutuan-persekutuan yang semu ( kebaktian
doa yang rutin, dsb ). Tetapi persekutuan Kristen sejati, yang dapat benar-benar dinikmati
dan membangun tubuh ( 1 kor. 12).
Yaitu persekutuan dari orang-orang yang saling mengasihi ( Yoh. 13:35) saling
memikirkan kesejahteraan yang lain (Kis. 2:44-45), saling mengasihi dan saling
menghibur (Kol. 3:16; II Tim. 4:2, dst.). Ralph Keyes mengatakan bahwa kita memang
membutuhkan persekutuan, tetapi ada tiga hal yang lebih dari persetukuan yang manusia
dambakan, yaitu mobility (kebebasan), privacy (keinginan tidak diganggu) dan
convenience (kenikmatan hidup) dan itulah hal-hal yang menganggu terciptanya
persekutuan. Gereja harus dapat membuktikan bahwa kebutuhan untuk membina
persekutuan merupakan kebutuhan primer yang didambakan setiap orang, tanpa itu
mustahil gereja dapat mencegah munculnya lonelines dalam hidup anggota jemaatnya.
Jadi, gereja harus melatih anggotanya untuk dapat saling mengkonsel dan menciptakan
sistem baru dalan inter-realasi antar anggotanya, sehingga hubungan antara mereka
jangan lagi Cuma hubungan-hubungan persaudaraan yang palsu seperti misalnya, dalam
kebaktian-kebaktian, tetapi hubungan dari orang-orang yang saling mengkonsel.
Mungkin dengan mengintensifkan perkunjungan antar anggota dari level sosial yang
sama, dan sebaginya.

10
Art Van berr, Pendampingan Pastoral ( Gunung mulia: Jakarta, 2003 ) hal 33

8
Dasar atau pedoman yang harus dimiliki oleh pemuda-pemudi Kristen yaitu sebagai berikut :

1) 11
Dasar-dasar Pelayanan Kristus, Pelayanan Kristus sejati selalu melibatkan pengajaran
Alkitab serta kegiatan Roh Kudus. Kita mengenal bermacam-macam bentuk pelayanan.
Misalnya pelayanan pribadi dan spontan dari orangtua untuk anakanaknya pelayanan
badan pemerintah dan internasional yang besar dengan jutaan orang dan segala sesuatu
yang terlibat di dalamnya setiap hari.
2) Alkitab dan Roh Kudus, Pelayanan Kristen yang sejati selalu melibatkan Alkitab dan Roh
Kudus. Alkitab atau yang ditafsirkan dengan benar memberikan berita dan isi yang utama
bagi semua pelayanan Kristen, entah itu berupa pemberitaan, pengajaran, konseling,
penerbitan ataupun siaran radio atau televisi. Bila seseorang mengabaikan Alkitab dalam
pelayanannya, maka ia bukanlah orang Kristen. Demikian pula, Roh Kudus menyediakan
daya rohani bagi semua pelayanan Kristen.
3) Keselamatan dan Kedewasaan Iman, Keputusan untuk menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat itu sendiri adalah keputusan paling penting yang dapat diambil oleh
seseorang. Keselamatan membawa kehidupan rohani. Keselamatan itu menciptakan suatu
hubungan yang baru antara orang percaya dengan Allah, baik untuk sisa hidupnya di
dunia maupun untuk kekekalan. Hubungan dengan Allah yang tercipta oleh keputusan
iyu adalah dasar bagi semua kehidupan dan pertumbuhan Kristen.
4) Pertumbuhan Rohani, Pertumbuhan rohani untuk menjadi seperti Kristus melampaui
beberapah tahap dan memiliki banyak seginya. Pertumbuhan ini menuntut ketaatan.
Banyak orang yang keliru dan percaya bahwa kedewasaan rohani yang sempurna dapat
mereka miliki dengan segera. Sejumlah orang percaya bahwa hal itu akan mereka alami
kalau Allah memang menghendaki demikian. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa
Allah menguduskan orang yang dipilihNya.
5) Sifat dan sikap pekerja Kristen, Sifat dan sikap pekerja Kristen terhadap orang lain adalah
hal yang teramat penting, bahkan lebih penting daripada bakat ataupun pendidikan
11
Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010 ), 2-6

9
formalnya. Kita menggunakan “Pekerja Kristen” untuk mengacu pada berbagai orang
Kristen, termasuk orang tua, guru, pendeta, penginjil, misionaris, pndidik/peneladanan

A. Kesimpulan
Dari Penjelasan paper/makalah yang berjudul “BKK Sebagai Implementasi Generasi
Muda (PPGT) Jemaat Pangleon Dalam Hal Berpacaran” sehingga saya dapat menarik
kesimpulan bahwa pemuda Kristen adalah generasi penerus bangsa baik itu penerus
gereja maupun dalam keluarga dan lingkungan masyarakat, oleh sebab itu pemuda-
pemudi Kristen harus senantiasa aktif serta melibatkan diri dalam pelayanan gereja untuk
mengantisipasi perkembangan zaman sekarang ini serta mendalami tentang Firman
Tuhan, sangat minim ketika pemuda Kristen sama sekali tidak memahami apa yang
diamaksud dengan iman Kristen, sehingga masalah ini dapat membawa perilaku mereka
mengarah kepada sikap buruk yaitu kurang disiplin dalam hal berpacaran khususnya anak
remaja awal yaitu ketika dalam pergaulan mereka dalam usia muda sudah
berkeluarga/menikah karena pada masa pacaran mereka melakukan pergaulan yaitu
melakukan seks bebas sehingga mengakibatkan kehamilan terhadap pasangan dengan
demikan hal tersebut dapat megakibatkan ketidakpuasan mereka dalam masa mudah
sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaitu perceraian, perselingkuhandll. Oleh
sebab itu saya mengangkat judul implentasi bimbingan konseling Kristen bagi pemuda
Kristen.

B. Saran
Pentingnya implementasi pelayanan pastoral bagi pemuda-pemuda kristen untuk
mengantisipasi pemuda Kristen dalam hal pergaulan/berpacaran baik itu remaja awal
maupun remaja ahir.

10

You might also like