You are on page 1of 20

MAKALAH ILMU UKUR TANAH II

BUKU TANAH, WARKAH, DAN GAMBAR UKUR


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II)

Dosen Pengampu:
Nurhadi Bashit, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh:
Dara Jati Septiningdiah
NIM. 21110120140059

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
email : geodesi@ft.undip.ac.id
2021
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Ilmu Ukur Tanah II tanpa menemui
hambatan yang berarti. Tidak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yudo Prasetyo, S.T., M.T., selaku ketua Departemen Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Bapak Ir. Bambang Sudarsono, M.S., selaku dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah II.
3. Bapak Nurhadi Bashit, S.T., M.Eng., selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah II yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan makalah
ini.
4. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah Ilmu Ukur
Tanah II
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah II serta menjadikannya sebagai suatu media pembelajaran bagi kita
semua. Penyusun sadar bahwa makalah yang disusun masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan sebagai acuan agar menjadi lebih baik lagi. Terima kasih penyusun
sampaikan.

Bawen, 11 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
RINGKASAN......................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................I-1
I.1 Latar Belakang........................................................................................................................I-1
I.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................I-2
I.3 Tujuan.....................................................................................................................................I-2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................II-3
II.1 Pengertian Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur...........................................................II-3
II.1.1 Pengertian Buku Tanah.................................................................................................II-3
II.1.2 Pengertian Warkah........................................................................................................II-3
II.1.3 Pengertian Gambar Ukur...............................................................................................II-4
II.2 Fungsi dan Kegunaan Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur..........................................II-4
II.2.1 Fungsi dan Kegunaan Buku Tanah...............................................................................II-4
II.2.2 Fungsi dan Kegunaan Warkah......................................................................................II-5
II.2.3 Fungsi dan Kegunaan Gambar Ukur.............................................................................II-5
II.3 Isi Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur.........................................................................II-6
II.3.1 Isi Buku Tanah...............................................................................................................II-6
II.3.2 Isi Warkah......................................................................................................................II-9
II.3.3 Isi Gambar Ukur...........................................................................................................II-10
II.4 Aturan Hukum Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur....................................................II-11
II.4.1 Aturan Hukum Buku Tanah.........................................................................................II-11
II.4.2 Aturan Hukum Warkah.................................................................................................II-12
II.4.3 Aturan Hukum Gambar Ukur.......................................................................................II-12
II.5 Proses Penyimpanan dari Hardcopy hingga Digital............................................................II-13
BAB III PENUTUP........................................................................................................................III-15
III.1 Simpulan...........................................................................................................................III-15
III.2 Saran.................................................................................................................................III-15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................v

iii
RINGKASAN
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Pasal 1 Ayat 19 Tahun 1997 tentang
Pemdaftaran Tanah, pengertian buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang
memuat data yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
Buku tanah dapat digolongkan ke dalam arsip aktif yang frekuensi dan penggunaannya
tinggi dan dapat dipergunakan secara terus menerus. Pembukuan dalam buku tanah serta
pencatatannya dalam surat ukur sebagaimana dimaksud Pasal 29 Ayat 1 merupakan bukti
bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang
diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah didaftarkan menurut Peraturan Pemerintah.
Warkah adalah bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum
pidana maupun perdata untuk diserahkan oleh pemegang hak atau kuasanya atau pihak
lain yang berkepentingan ke Kantor Pertanahan sebagai bahan penelitian dan
pengumuman data yuridis bidang tanah yang bersangkutan dan untuk selanjutnya
disimpan sebagai warkah di Kantor Pertanahan. Warkah digunakan sebagai bukti otentik
yang menjadi dasar untuk penyelesaian permasalahan pertanahan. Dengan demikian,
pengarsipan warkah harus dikelola dengan baik.
Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 (PMNA/KBPN 3/97), Gambar Ukur adalah dokumen tempat
mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data
hasil pengukuran bidang tanah baik berupa jarak, sudut, asimut ataupun sudut jurusan.
Dalam PMNA/KBPN 3/97, formulir GU dibedakan untuk pengukuran sistematik atau
sporadik. Secara teknis, Gambar Ukur yang dibuat di lapangan sewaktu pengukuran
bidang tanah dilaksanakan merupakan dokumen otentik yang menerangkan objek hak,
yaitu meliputi dimensi, orientasi, batas-batas bidang, dan letak bidang tanah, baik relatif
maupun absolut.
Teknologi digital yang berkembang pesat dan diaplikasikan dalam pengukura dan
pemetaan kadastral telah merubah tata cara pembuatan Gambar Ukur. Peralatan-
peralatan ukur digital seperti Total Station dan Global Positioning System dapat melakukan
penyimpanan dan pengolahan data pengukuran sehingga produk keluaran (print-out) dari
instrumen tersebut berupa data mentah dan data yang sudah diolah, baik dalam bentuk
daftar/tabel maupun peta.

iv
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari
manusia. Sebagian besar kehidupan manusia bergantung pada tanah. Berbagai
kegiatan manusia selalu berhubungan dengan tanah dan dilakukan di atas tanah.
Tanah juga dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk investasi yang menjanjikan.
Kenyataan bahwa manusia tidak mungkin hidup terlepas dari tanah merupakan
bukti nyata akan pentingnya tanah bagi manusia.
Manusia sebagai makhluk yang hidup dengan memanfaatkan tanah
disekitarnya sudah sepatutnya mempergunakan tanah tersebut sebaik mungkin.
Tanah sebagai sumber penghidupan dari manusia adalah merupakan hal yang
penting dan tidak terpisahkan dari manusia itu sendiri. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria yang selanjutnya akan disebut sebagai UUPA. Dalam Pasal 9 dari UUPA
ada disebutkan bahwa seluruh bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam
yang ada didalamnya hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh warga negara
Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, kemampuan manusia untuk berpikir telah
mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan berpikir tersebut adalah
dengan menguasai sebidang tanah. Meminimalisir perebutan kekuasaan tanah,
maka dibutuhkan adanya peraturan hukum guna mencegah timbulnya masalah
yang semakin kompleks setiap harinya. Selain itu, perlu dibuat suatu sertifikat
sebagai bukti bahwa suatu bidang tanah mempunyai pemilik yang sah di mata
hukum. Pembuatan sertifikat tersebut memerlukan beberapa tahapan dan syarat-
syarat yang wajib untuk dilakukan. Tahap dari pendaftaran hingga dikeluarkannya
sertifikat tersebut diperlukan waktu yang cukup lama. Selain waktu, diperlukan
tenaga yang terampil dan berpengetahuan untuk mengukur serta memetakan
bidang tanah tersebut. Penerbitan sertifikat dilakukan oleh lembaga yang berhak
untuk menerbitkannya sesuai peraturan yang telah dibuat.
I.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan hal-hal yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

1
1. Apa pengertian dari buku tanah, warkah, dan gambar ukur?
2. Apa fungsi dan kegunaan dari buku tanah, warkah, dan gambar ukur?
3. Apa isi dari buku tanah, warkah, dan gambar ukur?
4. Bagaimana aturan hukum dari buku tanah, warkah, dan gambar ukur?
5. Bagaimana proses penyimpanan dari hardcopy hingga digital?
I.3 Tujuan
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui pengertian dari buku tanah, warkah, dan gambar ukur.
2. Dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari buku tanah, warkah, dan
gambar ukur.
3. Dapat mengetahui isi dari buku tanah, warkah, dan gambar ukur.
4. Dapat mengetahui aturan hukum dari buku tanah, warkah, dan gambar ukur.
5. Dapat mengetahui proses penyimpanan dari hardcopy hingga digital.

2
BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur


II.1.1 Pengertian Buku Tanah
Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data
yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada
haknya. Buku tanah merupakan dokumen yang menegaskan keabsahan
penguasaan atau kepemilikan hak si pemegang sertifikat dan data
keabsahan objektif bidang tanah yang dikuasai atau dimiliki si pemegang
sertifikat. Buku tanah dapat digolongkan ke dalam arsip aktif yang
frekuensi dan penggunaannya tinggi dan dapat dipergunakan secara terus
menerus.
II.1.2 Pengertian Warkah
Berdasarkan Pasal 1 angka (6) dari Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional nomor 1 tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 37 tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Warkah adalah
dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta PPAT. Pengertian
Warkah biasanya merujuk kepada warkah pendaftaran tanah yang dimiliki
dan digunakan pada lingkungan Badan Pertanahan Nasional yaitu
merupakan kumpulan berkas-berkas yang digunakan sebagai dasar
dalam penerbitan sertifikat tanah untuk sebidang tanah. Menurut
Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang
dimaksud dengan warkah adalah dokumen yang merupakan alat
pembuktian data fisik dan data yuridis bidang tanah yang telah
dipergunakan sebagai dasar pendaftaran bidang tanah tersebut. Jadi
secara umum warkah yang dimaksudkan dalam peraturan ini adalah bukti
tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum pidana maupun
perdata untuk diserahkan oleh pemegang hak atau kuasanya atau pihak
lain yang berkepentingan ke Kantor Pertanahan sebagai bahan penelitian

3
dan pengumuman data yuridis bidang tanah yang bersangkutan dan untuk
selanjutnya disimpan sebagai warkah di Kantor Pertanahan.
II.1.3 Pengertian Gambar Ukur
Untuk menjamin kepastian hukum terhadap data fisik pendaftaran
tanah, perlu dilakukan pengukuran bidang tanah dan dibuat dokumennya.
Gambar Ukur (GU) atau yang lazim disebut Daftar Isian 107 adalah
dokumen tempat mencantumkan data pengukuran rincikan bidang-bidang
tanah dan situasi sekitarnya serta pengikatan terhadap obyek-obyek tetap
dan titik-titik kontrol. Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 (PMNA/KBPN 3/97),
Gambar Ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu
bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran
bidang tanah baik berupa jarak, sudut, asimut ataupun sudut jurusan.
Dalam pengukuran kadastral, yaitu pengukuran untuk mendapatkan
kepastian letak batas bidang tanah, terdapat 2 mekanisme pengukuran
yaitu :
1. Pengukuran bidang tanah secara sistematik adalah proses pemastian
letak batas bidang-bidang tanah yang terletak dalam satu atau
beberapa desa/kelurahan atau bagian dari desa/kelurahan atau lebih
dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sistematik.
2. Pengukuran bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian
letak batas satu atau beberapa bidang tanah berdasarkan
permohonan pemegang haknya atau calon pemegang hak baru yang
letaknya saling berbatasan atau terpencar-pencar dalam satu
desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah
secara sporadik.
II.2 Fungsi dan Kegunaan Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur
II.2.1 Fungsi dan Kegunaan Buku Tanah
Buku tanah berfungsi untuk memuat data yuridis dan data fisik suatu
objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Selain itu, buku tanah
juga memuat hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik
atas satuan rumah susun, dan hak tanggungan. Pembukuan dalam buku

4
tanah juga merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta
pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur
secara hukum telah didaftarkan menurut Peraturan Pemerintah.
Pembukuan hak dilakukan berdasarkan alat bukti dan berita acara
pengesahan. Buku tanah juga digunakan dalam penerbitan sertifikat
tanah.
II.2.2 Fungsi dan Kegunaan Warkah
Warkah merupakan arsip statis yaitu kategori arsip yang memiliki nilai
guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan berketerangan
dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga
kearsipan. Sebagai arsip yang memiliki nilai guna kesejarahan, maka
diperlukan penyimpanan secara digital untuk mengarsipkan dokumen
tersebut. Pengarsipan warkah ini juga berperan penting dalam program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang merupakan jawaban
dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
untuk menyikapi tantangan besar komitmen Nawacita pemerintah.
Pengarsipan warkah berperan penting pada bidang yang termasuk dalam
kategori 2 (dua) yaitu bidang tanah yang data fisik dan data yuridisnya
memenuhi syarat untuk diterbitkan sertifikat hak atas tanahnya namun
terdapat perkara di Pengadilan. Sesuai fungsinya, warkah digunakan
sebagai bukti otentik yang menjadi dasar untuk penyelesaian
permasalahan pertanahan. Dengan demikian, pengarsipan warkah harus
dikelola dengan baik.
II.2.3 Fungsi dan Kegunaan Gambar Ukur
Secara teknis, Gambar Ukur yang dibuat di lapangan sewaktu
pengukuran bidang tanah dilaksanakan merupakan dokumen otentik yang
menerangkan objek hak, yaitu meliputi dimensi, orientasi, batas-batas
bidang, dan letak bidang tanah, baik relatif maupun absolut. Oleh karena
itu, secara teknik besaran-besaran pengukuran yang tercantum di
Gambar Ukur harus dapat digunakan untuk:
1. Menggambarkan bidang tanah yang tercantum di dalamnya

5
2. Meghitung luas bidang tanah
3. Dapat digunakan untuk kegiatan data pemeliharaan data pendaftaran
tanah di kemudian hari, seperti pemecahan dan pemisahan bidang
tanah
4. Pengembalian batas bidang tanah jika sewaktu-waktu diperlukan
Gambar Ukur yang merupakan data otentik perihal objek hak
mempunyai kekuatan bukti di muka hakim, karena di Gambar Ukur
tercantum besaran pengukuran dan pengikatan, serta persetujuan batas
bidang tanah dari pihak yang berkepentingan dengan bidang tersebut,
yaitu pihak yang menguasai dan para pihak yang berbatasan dengan
bidang tanah tersebut, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi persengketaan
batas bidang tanah yang sudah didaftar (bersertifikat) dapat dilaksanakan
pengembalian batas berdasarkan data ukuran sebagaimana tercantum di
Gambar Ukur. Gambar Ukur dapat dijadikan dokumen untuk menguatkan
bukti hak jika terjadi sengketa hak kepemilikan tanah, karena di dokumen
tersebut tercantum pengakuan/persetujuan batas dengan para pihak yang
berbatasan.
II.3 Isi Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur
II.3.1 Isi Buku Tanah
Buku tanah terdiri dari 4 (empat) halaman, diantaranya sebagai
berikut:
1. Halaman 1 buku tanah berisi:
a. Jenis Hak dan Nomor Hak
b. Provinsi
c. Kabupaten atau Kotamadya
d. Kecamatan
e. Desa atau Kelurahan
f. Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kotamadya
g. Nomor buku tanah yang terdiri dari:
 Dua digit – Nomor Kode Provinsi
 Dua digit – Nomor Kode Kabupaten atau Kotamadya
 Dua digit – Nomor Kode Kecamatan

6
 Dua digit – Nomor Kode Kelurahan
 Satu digit – Nomor Kode Jenis Hak
 Lima digit – Nomor Hak
h. Nomor urut dalam daftar isian 208 dan 307
2. Halaman 2 buku tanah terbagi dalam ruang a) s/d i), yang berisi:
Ruang a):
 Jenis hak
 Nomor Hak
 Tanggal berakhirnya hak
Ruang b):
 Ruang Identifikasi Bidang Tanah (NIB)
Ruang c):
 Asal hak, yang terdiri dari alternatif:
 Konversi
 Pemberian hak
 Pemecahan bidang
 Pemisahan bidang
 Penggabungan bidang
Ruang d):
 Identitas dokumen yang menjadi dasar pendaftaran hak,
yaitu:
- Nomor dan tanggal Berita Acara Pengesahan Data Fisik
dan Data Yuridis, jika hak berasal dari konversi
- Nomor dan tanggal Keputusan, serta uang pemasukan
yang dibayar, jika hak berasal dari pemberian hak atas
tanah Negara atau Hak Pengelolaan.
- Nomor dan tanggal permohonan pemecahan /
pemisahan / penggabungan bidang, jika hak berasal dari
pemecahan, pemisahan atau penggabungan bidang
Ruang e):
 Nomor Surat Ukur.
 Tanggal Surat Ukur.

7
 Luas bidang tanah
Ruang f):
 Nama Pemegang Hak, yang ditulis sesuai dengan nama
dalam dokumen di ruang d dan dalam dokumen identitas
peme-gang hak, sedapat-dapatnya ditulis dengan lengkap
tidak disingkat, termasuk juga gelar.
 Dalam hal pemegang hak perorangan: Tanggal, bulan dan
tahun kelahiran pemegang hak menurut keputusan, akta
yang menjadi dasar pembukuan hak atau menurut dokumen
iden-titasnya, kalau ada.
 Dalam hal pemegang hak badan hukum: nomor dan tanggal
akta pendirian.
Ruang g):
 Tanggal pembukuan hak, yaitu tanggal pembukuan dalam
Daftar Penyelesaian Pekerjaan Pendaftaran Tanah (daftar
isian 208) yang sama dengan tanggal penandatanganan
buku tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam
pendaftaran tanah secara sporadik atau oleh Ketua Panitia
Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik.
Ruang h):
 Tanggal penerbitann sertifikat, yaitu tanggal
ditandanganinya sertifikar
Ruang i):
 Nomor Daftar Isian Penyele-saian Pekerjaan (daftar isian
208);
 Pembatasan-pembatasan seba-gaimana dimaksud dalam
Pasal 68 ayat (2) dan Pasal 90 ayat (2). Letak tanah.
3. Halaman 3 dan 4 buku tanah adalah halaman perubahan dan
dipergunakan untuk mencatat perubahan-perubahan yang terjadi,
baik terhadap data yuridis dan data fisik bidang tanah maupun
mengenai status buku tanah dan hal-hal lainnya, meliputi antara lain
peralihan hak, pembebanan hak, diletakkannya sita, diterbitkannya

8
sertifikat pengganti, dinyatakannya buku tanah tidak berlaku lagi, dan
pencatatan-pencatatan lainnya, terdiri dari :
a. Kolom kesatu, sebab perubahan diisi dengan peristiwa,
perbuatan, atau dokumen yang menjadi dasar pencatatan,
misalnya nomor dan tanggal keputusan, akta PPAT, atau risalah
lelang
b. Kolom kedua, diisi dengan daftar-daftar isian yang penting yang
digunakan untuk melaksanakan perubahan
c. Kolom ketiga diisi dengan nama pemegang hak baru apabila
terjadi peralihan hak atau nama pemegang Hak Tanggungan
atau hak lain yang membebani, apabila terjadi pembebanan hak
d. Kolom keempat diisi dengan tanda tangan, nama dan NIP.
Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk, dan Cap
Dinas Kantor Pertanahan.
4. Pengisian buku tanah untuk tanah wakaf, Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun, dan Hak Tanggungan disesuaikan dengan nama
ruang atau kolom di dalamnya.

II.3.2 Isi Warkah


Warkah yang disimpan oleh Kantor Pertanahan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Sertifikat Tanah yang diterbitkan oleh BPN.
Didalam warkah tersebut berisi berbagai surat atau berkas yang
dipersyaratkan, terutama sekali adalah riwayat beserta bukti penguasaan
atau kepemilikan tanah yang dapat berupa sertifikat asli atau berupa
fotocopi (salinan) yang terdiri dari :
1. Fotokopi identitas pemohon (KTP)
2. Bukti perolehan tanah (Surat Penguasaan Tanah dari Pejabat yang
berwenang, Keterangan Waris, Letter C, Akta Verbonding / Belanda,
akta – akta PPAT, dll)
3. Berkas-berkas pendukung lainnya yang berasal dari formulir yang
dipersyaratkan (permohonan, pernyataan-pernyataan, berita acara,
dll)

9
4. Dokumen mengenai bidang tanah yang dibuat dalam proses sertifikat
(peta pendaftaran, daftar isian tanah, surat ukur, buku tanah, SK
Pemberian Hak Atas Tanah)
5. Lampiran – lampiran lain yang diperlukan (Bukti setor pajak, IMB, dll)
II.3.3 Isi Gambar Ukur
Memperhatikan terdapat 2 mekanisme pengukuran dalam rangka
pendaftaran tanah, maka terdapat 2 format Gambar Ukur yaitu :
1. Gambar Ukur pendaftaran tanah sistematik, atau disebut d.i. 107
2. Gambar Ukur pendaftaran tanah sporadik, atau disebut d.i. 107A
Untuk kedua format standar ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Gambar ukur menggunakan format kertas standar A4 dengan
ketebalan seperti kertas kartun manila.
2. Untuk d.i. 107 terdiri dari 2 halaman, yang digunakan bolak-balik.
Halaman 1 menerangkan Nomor Gambar Ukur, Lokasi Bidang Tanah,
Keterangan Pengukuran, keterangan pembatalan jika ada, dan
Sketsa Lokasi. Halaman 2 untuk penggambaran bidang tanah dan
situasi sekitarnya, serta simbol-simbol yang digunakan.
3. Untuk d.i. 107A terdiri dari 4 halaman. Halaman 1 menerangkan
Nomor Gambar Ukur, Lokasi Bidang Tanah, Keterangan Pemohon,
Keterangan Pengukur, Persetujuan Batas Bidang Tanah, dan Sketsa
Lokasi. Halaman 2 untuk penggambaran bidang tanah dan situasi
sekitarnya, serta simbol-simbol yang digunakan. Halaman 3 untuk
penggambaran halus. Halaman 4 untuk halaman persetujuan si
pemilik/penguasa tanah dan sebelah-menyebelahnya terhadap
pengukuran bidang tanah, dan apabila perlu halaman ini dapat juga
digunakan sebagai pengesahan pekerjaan oleh para Pejabat.
4. Penggunaan foto udara atau peta foto yang merupakan bagian dari
Gambar Ukur, terdiri dari d.i. 107 (d.i. 107A) dan copy peta foto / blow
up foto udara pada ukuran A4 sebagai lampiran. Lampiran ini
ditandatangani oleh petugas ukur.
5. Penggunaan peralatan-peralatan yang data ukurannya dalam bentuk
digital (seperti Total Station dan GPS), terdiri dari d.i. 107 (d.i. 107A)

10
dan print out data ukuran, hasil hitungan, hasil plotting bidang tanah
pada ukuran A4 sebagai lampiran. Lampiran ini ditandatangani oleh
petugas ukur.
Dalam PMNA/KBPN 3/97, formulir GU dibedakan untuk pengukuran
sistematik atau sporadik. Untuk pengukuran sistematik, GU terdiri dari 2
(dua) halaman. Halaman pertama berisi keterangan penatausahaan GU,
dan halaman kedua digunakan untuk membuat sketsa bidang-bidang
tanah beserta besaran-besaran pengukuran. Untuk pengukuran sporadik,
GU terdiri dari 4 (empat) halaman yang digunakan bolak-balik. Halaman
pertama berisi keterangan penatausahaan GU, halaman kedua dan ketiga
digunakan untuk membuat sketsa bidang-bidang tanah beserta besaran-
besaran pengukuran, dan halaman keempat merupakan halaman kosong.
Pada item formulir isian halaman pertama (penatausahaan GU) dari
dua peraturan yang masih berlaku, yaitu PMNA/KBPN 3/97 dan Standar
GU, terdapat perbedaan yang prinsip. Bahwa pada Standar GU terdapat
lajur Nomor Urut GU, sedangkan pada PMNA 3/97 tidak terdapat. Untuk
pengukuran sistematik (DI 107) menurut Standar GU, nomor urut GU diisi
sebanyak 15 digit, yang terdiri dari 2 digit untuk kode petugas pengukuran
sistematik, 5 digit untuk nomor urut GU di Tim Pengukuran, 8 digit untuk
tanggal pengukuran. Sedangkan untuk pengukuran sporadik (DI 107A),
nomor urut GU diisi sebanyak 15 digit, yang terdiri dari 2 digit diisi 00, 5
digit untuk nomor urut GU diisi dengan nomor DI 302 (permohonan
pengukuran), 8 digit untuk tanggal pengukuran.
II.4 Aturan Hukum Buku Tanah, Warkah, dan Gambar Ukur
II.4.1 Aturan Hukum Buku Tanah
Ketentuan hukum mengenai buku tanah tercantum dalam Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagian Keenam Pasal 14 ayat 6c : mutasi atau perubahan atas Buku
Tanah dan Sertifikat Hak Atas Tanah hanya dapat dilakukan setelah

11
yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa BPHTB terhutang
tersebut sudah dilunasinya.
2. Bab V pasal 16 ayat 1 : Mengingat bahwa tujuan Pelaksanaan
Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap adalah
pendaftaran tanah lengkap di seluruh wilayah Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, maka dalam hal pendanaan
percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 tidak mencukupi, maka pengumpulan Data
Fisik dan Data Yuridis serta pembukuan dalam buku tanah tetap
dilaksanakan hingga lengkap satu desa/kelurahan.
3. Bab V pasal 16 ayat 2 : Kegiatan pengumpulan Data Fisik dan Data
Yuridis serta pembukuan dalam buku tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Kantor Jasa Surveyor Kadaster
Berlisensi dan Pengumpul dan Pemeriksa Data Yuridis.
II.4.2 Aturan Hukum Warkah
Sebagai dokumen yang dikelola oleh instansi pemerintah, warkah
menjadi dokumen negara yang penting. Oleh karena itu, tidak
sembarangan orang atau lembaga dapat melihatnya dan mendapatkan
informasi dari warkah. Untuk bisa melihat dan mendapatkan informasi
yang terdapat dalam warkah yang disimpan di Kantor Pertanahan selain
oleh pengadilan, maka masyarakat harus mengajukan izin resmi kepada
Kantor Pertanahan setempat sesuai kedudukan bidang tanah berada, dan
tentunya harus memenuhi berbagai persyaratan dan prosedur yang telah
ditentukan. Sebagai arsip yang dijaga oleh BPN, warkah merupakan
kumpulan persyaratan asli yang dihimpun oleh Petugas BPN.
II.4.3 Aturan Hukum Gambar Ukur
Secara teknis, saat ini diberlakukan 2 peraturan dalam pembuatan
GU, yaitu :
1. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 (PMNA/KBPN 3/97) tentang
Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah, beserta Petunjuk
Teknisnya

12
2. Standar Gambar Ukur dan Surat Ukur yang dikeluarkan oleh
Direktorat Pengukuran dan Pemetaan BPN pada tahun 2001. Dalam
beberapa hal yang sifatnya sangat teknis.
Dasar hukum dari pengukuran bidang tanah termasuk gambar ukur
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut
diputuskan dengan mempertimbangkan aturan hukum berikut :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
2. Vendu Reglement Staatsblad 1908 Nomor 190
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043)
4. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3318)
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3632)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3107)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun
(Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara nomor 3372)
II.5 Proses Penyimpanan dari Hardcopy hingga Digital
Teknologi digital yang berkembang pesat dan diaplikasikan dalam pengukura
dan pemetaan kadastral telah merubah tata cara pembuatan Gambar Ukur.
Peralatan-peralatan ukur digital seperti Total Station dan Global Positioning
System dapat melakukan penyimpanan dan pengolahan data pengukuran
sehingga produk keluaran (print-out) dari instrumen tersebut berupa data mentah

13
dan data yang sudah diolah, baik dalam bentuk daftar/tabel maupun peta.
Sehingga untuk pengukuran bidang tanah yang perekaman dan pengolahan
datanya dalam format digital, seperti Total Station, Global Positioning System, dan
sebagainya, pembuatan Gambar Ukur dilaksanakan sebagai lembar tambahan.
Ketentuannya, baik hasil pengukuran, pengolahan/hitungan dan hasil plotting
bidang tanah dibuat dengan ukuran A4 sebagaimana formulir Gambar Ukur, dan
digunakan sebagai lampiran. Dengan demikian, terdapat lampiran berupa media
selain formulir Gambar Ukur. (PMNA/KBPN No. 3/97).
Untuk pengukuran bidang tanah yang perekaman datanya dalam format
digital, seperti Total Station, GPS, dan sebagainya, pembuatan Gambar Ukur
dapat dilaksanakan di lembar tambahan. Ketentuannya adalah sebagai berikut:
1. Gambar Ukur terdiri dari 2 berkas, yaitu:
• d.i.107 (d.i. 107A)
• print-out data ukuran dan hasil hitungan
2. Halaman 1 d.i. 107 (d.i. 107A)
3. Halaman 2 d.i. 107 (d.i. 107A) dikosongkan, hanya dibubuhi tulisan “Lihat
lampiran Gambar Ukur”, sedangkan bidang tanah digambarkan di kertas
tersendiri sebagai print-out data ukuran dan hasil hitungan seperti yang
dimaksud pada angka 1
4. Pada bagian atas masing-masing lembar print-out data, hasil hitungan dan
gambar bidang tanah, ditulis Nomor Gambar Ukur
5. Untuk penjilidan, d.i. 107 (d.i. 107A) dan lembar-lembar print-out data ukuran,
hasil hitungan dan gambar bidang tanah dijilid menjadi satu kesatuan

14
BAB III PENUTUP
III.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis
dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Buku
tanah merupakan dokumen yang menegaskan keabsahan penguasaan atau
kepemilikan hak si pemegang sertifikat dan data keabsahan objektif bidang
tanah yang dikuasai atau dimiliki si pemegang sertifikat.
2. Warkah adalah bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum pidana maupun perdata untuk diserahkan oleh pemegang hak atau
kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan ke Kantor Pertanahan sebagai
bahan penelitian dan pengumuman data yuridis bidang tanah yang
bersangkutan dan untuk selanjutnya disimpan sebagai warkah di Kantor
Pertanahan.
3. Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 (PMNA/KBPN 3/97), Gambar Ukur adalah
dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan
situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah baik berupa
jarak, sudut, asimut ataupun sudut jurusan.
III.2 Saran
Demikian makalah ini dibuat. Harapan dari penyusun adalah semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Penyusun menyarankan untuk
mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab, sungguh-sungguh, dan tidak
menunda-nunda sehingga makalah dapat disusun dengan hasil yang memuaskan.
Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun tata bahasa, penyusun
mohon untuk dimaafkan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Lienarjo, Wiryandi. 2018. Analisis Hukum Mengenai Tanggung Jawab Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) yang Terbukti Melegasi Salah Satu Surat pada Warkah yang
Terindikasi Palsu. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Purnamasari, Audina Gita. 2019. Prosedur Temu Arsip Buku Tanah di Kantor Pertanahan
Kota Depok. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Nugroho, Tanjung. 2014. “Pembuatan Gambar Ukur dan Pengembalian Batas” dalam
Modul MKB-4/3 SKS/ Modul I-IX. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional, 55293.
Land Portal. 2021. Pengertian Gambar Ukur. Diakses pada 7 Mei 2021:
http://landportal.blogspot.com/2014/07/pengertian-gambar-ukur.html

You might also like