You are on page 1of 13

MAKALAH

SEJARAH KEPERAWATAN DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH:

Sebastiana resialay (21212014)


Efer manuhury (21212027)
Puput s (21212005)
Patta Nur meldianiaty (21212023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES GUNUNG SARI


TAHUN 2022/2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................


KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Tujuan ……………..……...........................................................................
C.Metode penulisan…………………………………………………………..

BAB II MATERI
A. Sejarah Keperawatan Idi indonesia..............................................................
B. dampak sejarah terhadap profil perawat indonesia…..................................
C. profesi perawat di indonesia ........................................................................
D.profesor keperawtan di Indonesia…………………………………………..
E.data dan fakta perawat di Indonesia………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya . sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah sejarah perkembangan keperawatan Dunia dan Indonesaia dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun
berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat
membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan dapat
mengetahui tentang sejarah perkembangan keperawatan dunia dan Indonesial. Makalah ini mungkin
kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan


bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan
jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan
konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang
relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan
memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh
masyarakat dengan baik lanjut.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1.Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan nasional, dan
2. Mengetahui bagaimana hubungan dari sejarah keperawatan yang ada dengan keperawatan
saat ini.

C. Metode Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi tentang latar belakang
dari penulisan makalah ini, tujuan di adakannya penulisan, dan metode penulisan makalah
ini. Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang
membahas materi/pokok bahasan makalah ini,yakni, Sejarah Keperawatan Internasional dan
Nasional. Bab III merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Sejarah keperawatan di indonesia

Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonial


penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia
dibagi menjadi dua masa diantaranya:

Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam
penjajahan Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu
oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di
rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda
terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian
rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam
keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan
kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah
diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan
pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan
memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah
sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan
sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian
diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan
kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan
serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun
1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan
keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka
pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia
dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu
Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun
kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai univeisitas di
Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.

B. Dampak Sejarah Terhadap Profil Perawat Indonesia

Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa lampau yang menyenangkan maupun
memilukan. Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi mendatang yang ditulis sekadar
untuk dihafalkan. Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang bersifat
individual, komunal, maupun nasional. Sama halnya dengan sejarah perjuangan bangsa.
Kemerdekaan yang diraih bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh elemen
bangsa. Mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-anak. Semuanya
bahu-membahu berjuang dengan semangat patriotisme.
Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di masa sekarang dipengaruhi oleh
sejarah pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya
merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu. Contohnya adalah
negara Jepang. Negara tersebut menjadi salah satu negara yang pesat perekonomiannya.
Keberhasilan ini salah satunya dipengaruhi oleh semangat bangsa ini untuk terus maju dan
meningkatkan produktivitasnya. Teori yang sama berlaku pula di negara kita. Keterpurukan
yang dialami bangsa Indonesia di hampir segala bidang disebabkan oleh perilaku korup yang
telah mendarah daging di negara ini sejak dulu.
Sistem hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah
memberi dampak yang sangat besar pada seluruh lini kehidupan, termasuk profesi perawat.
Posisi Indonesia sebagai negara yang terjajah (subaltern) menyebabkan kita selalu berada
pada kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa saja yang
menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun waktu yang lama
sehingga terbentuk suatu formasi kultural. Kultur di dalamnya mencakup pola perilaku, pola
pikir, dan pola bertindak. Formasi kultural ini terus terpelihara dari generasi ke generasi
sehingga menjadi sesuatu yang superorganic. Sejarah keperawatan di Indonesia pun tidak
lepas dari pengaruh penjajahan. Kali ini, penulis mencoba menganalisis mengapa masyarakat
menganggap perawat sebagai pembantu profesi kesehatan lain—dalam hal ini profesi dokter.
Ini ada kaitannya dengan konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya
direkrut dari Boemi Putera yang tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter
didatangkan dari negara Belanda—sebab pada saat itu di Indonesia belum ada sekolah
kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini adalah sebagai subaltern
yang terus-menerus berada dalam cengkeraman kekuasaan dokter Belanda (penjajah).
Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang termarjinalkan. Keadaan ini
berlangsung selama berabad-abad sampai akhirnya terbentuk formasi kultural pada tubuh
perawat.
Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan penjajah
lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya, muncul stigma di
masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter. Karena stigma tersebut, peran
dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan. Kondisi semacam ini telah
membentuk karakter dalam diri perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi
keperawatan secara umum. Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai
kejelasan wewenang atau ruang lingkup. Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk
membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan
dokter. Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan
yang aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah/instruksi dokter—sebuah
rutinitas belaka. Pada akhirnya, timbul sikap ma-nut perawat terhadap dokter.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku profesional yang
keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan praktik pengobatan yang
sebenarnya merupakan kewenangan dokter. Realitas seperti ini sering kita temui di
masyarakat. Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam. Perawat laki-laki biasa disebut
mantri, sedangkanperawat perempuan disebut suster. Ketimpanganini terjadi karena perawat
sering kali diposisikan sebagai pembantu dokter. Akibatnya, perawat terbiasa bekerja
layaknya seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini berbeda.
Tidak menutup kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini. Hal
ini tentunya akan menghambat upaya pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan
yang profesional. Seperti kita ketahui, kultur yang sudah terinternalisasi akan sulit untuk
diubah. Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita antar-perawat serta kemauanprofesi lain
untuk menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi kesehatan yang profesional.
Tentunya kita berharap pengakuan ini bukan sekedar wacana, tetapi harus terealisasikan
dalam kehidupan profesional.
Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa perawat
merupakan bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter berhak “mengendalikan” aktivitas
perawat terhadap klien. Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada pada posisi
submisif. Kondisi seperti ini sering kali temui dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Salah satu penyebabnya adalah masih belum berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter
dan perawat dengan benar.
Jika kita cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya. Dokter seharusnya
merupakan bagian dari perawatan klien. Seperti kita ketahui, perawat merupakan tenaga
kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien. Asuhan keperawatan
yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit. Dengan demikian, perawat adalah pihak
yang paling mengetahui perkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan
bertanggung jawab atas klien. Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta “izin”
terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan klien. Hal yang sama juga
berlaku untuk keputusan memulangkan klien. Klien baru boleh pulang setelah perawat
menyatakan kondisinya memungkinkan. Walaupun program terapi sudah dianggap selesai,
program perawatan masih terus berlanjut karena lingkup keperawatan bukan hanya pada saat
klien sakit, tetapi juga setelah kondisi klien sehat.
Disepanjang sejarahnya yang istimewa, perawat dan ilmu keperawatan telah memberikan pengaruh
yang signifikan dalam kehidupan umat manusia. Seiring dengan perubahan yang pesat pada area
keperawatan dan sistem layanan kesehatan terkait, perawat memiliki lebih banyak kesempatan
untuk ikut berperan aktif dalam peningkatan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Kini, perawat
dapat menerapkan pengetahuan, kepemimpinan, semangat, dan keahlian yang vital bagi perluasan
peran yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan partisipasi, tanggung jawab, dan penghargaan
dalam berbagai aspek kehidupan.

Keberadaan perawat di Indonesia dimulai dari datangnya penjajah Belanda ke Indonesia.


Pada saat itu, pemerintah Belanda membentuk Velpeger, yaitu perawat yang berasal dari
penduduk pribumi, untuk merawat orang sakit dibantu oleh Zieken Oppaser.Hal tersebut
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Belanda dengan mendirikan rumah sakit yang bernama Binen
Hospital di Jakarta pada tahun 1799. Pada jaman penjajahan Inggris (1812 – 1816), walaupun
saat itu pimpinan VOC – Raffles – sangat memperhatikan kondisi kesehatan rakyat, namun dunia
keperawatan tidak mengalami perkembangan yang signifikan.

Baru pada tahun 1816 – 1942, dunia keperawatan di Indonesia mulai berkembang. Hal ini
bisa dilihat dari gencarnya pembangunan rumah sakit yang beridiri hampir bersamaan pada
kurun waktu tersebut yang mana diantaranya adalah RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus
Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu
berdiri pula sekolah-sekolah perawat.Tahun 1942 – 1945, tepatnya saat penjajahan Jepang,
dunia keperawatan di Indonesia kembali mengalami kemunduran akibat dari kurangnya
perhatian pemerintahan Jepang.

Baru pada 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan, diantaranya;

 Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP.
 Tahun 1962 pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan, yaitu Akper milik
Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula.
 Tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan ) yang merupakan
momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia.
 Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-
PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dan lain-lain.

1995 – sekarang, dunia keperawatan Indonesia terus berbenah diri. Mulai dari semakin
bertambahnya pendidikan tinggi keperawatan, tenaga pendidik profesional sekelas profesor
mulai bertambah, lahirnya Undang-undang keperawatan serta perangkat-perangkat penunjang
profesi keperawatan yang semakin kesini semakin eksis di belantika keperawatan Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembangan keperawatan di dunia dan Indonesia,
teman-teman bisa baca artikel dibawah ini ;

 Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia


 Sejarah PPNI
 Konsil Keperawatan Indonesia : Sebuah Refleksi

C.Profesi Perawat di Indonesia

Perawat disebut profesi karena sejatinya perawat memenuhi seluruh syarat untuk disebut
sebagai suatu profesi, yang mana menurut syafruddin Nurdin ada sepuluh kriteria yang harus
dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut dengan suatu profesi, yaitu :

 Panggilan hidup yang sepenuh waktu


 Pengetahuan dan kedakapan atau keahlian
 Kebakuan yang universal
 Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif
 Otonomi
 Kode etik
 Klien
 Berprilaku pamong
 Pengabdian
 Bertanggung jawab

Sementara Ahmad Tafsir mengemukakan krateria/syarat sebuah pekerjaan yang bisa disebut
profesi adalah sebagai berikut    :

 Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus


 Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup
 Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal
 Profesi diperuntukkan bagi masyarakat
 Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan kompetensi yang aplikatif
 Profesi memegang otonomi dalam melakukan profesinnya
 Profesi memiliki kode etik
 Profesi memiliki klien yang jelas
 Profesi memiliki organnisasi profesi
 Profesi mengenali hubungan profesinya degan bidang-bidang lain

Dari keduanya, perawat memenuhi kesemua ciri dan kriteria tersebut yang mana ;
1. Perawat berdasar kepada ilmu dan kiat keperawatan

 Ilmu keperawatan: sintesa dari ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinik, ilmu
biomedik, ilmu jiwa (psikologi) dan ilmu sosial.
 Kiat Keperawatan (Nursing Arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni
(menggunakan kiat-kiat tertentu) dalam upaya memberikan kepuasan dan
kenyamanan pada klien.

2. Bersifat Komprehensif

 Pelayanan keperawatan bersifat komprehensif karena asuhan keperawatan yang


diberikan bersifat menyeluruh meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual
dalam kehidupan manusia.

3. Merupakan Bagian Integral dalam Pelayanan Kesehatan

 Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medis (kedokteran), pelayanan keperawatan


dan pelayanan penunjang kesehatan (gizi, farmasi, laboratorium, dsb). Pelayanan
keperawatan merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan dan tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan.

4. Mencakup Siklus Kehidupan Manusia

 Asuhan keperawatan dapat diberikan pada klien sejak dalam kandungan sampai
sakaratul maut. Atas dasar ini dikenal spesialisasi pelayanan keperawatan.

Ke empat hal tersebut, kembali ditegaskan dengan lahirnya Undang-undang nomor 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan yang mana menjelaskan bahwa ;

 Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan keperawatan kepada individu,


keluarga, atau kelompok baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
 Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik
didalam maupun di luar negeri yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
 Pelayanan Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan kepada individu, kelompok, atau masyarakat dalam keadaan sehat
maupun sakit.

Karenanya, sebagai sebuah profesi yang melaksanakan asuhan dan praktik keperawatan,
seorang perawat dituntut untuk memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai bukti tertulis
dan pencatatan resmi yang dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia.
Untuk Memperoleh STR tersebut, seorang calon perawat profesional harus memilikidua jenis
sertifikat terlebih dahulu, yaitu ;

1. Sertifikat kompetensi : sebagai surat tanda pengakuan kompetensi perawat yang sudah
lulus uji kompetensi.
2. Sertifikat profesi : yang diperoleh lulusan pendidikan keperawatan sebagai surat tanda
pengakuan untuk melakukan praktik keperawatan.

Di Indonesia, berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, Profesi


Keperawatan terdiri dari ;

1. Perawat Vokasi : Lulusan minimal D3 Keperawatan


2. Perawat Profesi : Lulusan S1 Keperawatan. Yang terdiri dari Ners dan Ners Spesialis.

D.Pendidikan Keperawatan di Indonesia

Jenjang Pendidikan Keperawatan di Indonesia dimulai dari ;

1. Pendidikan Vokasi
Ditempuh dalam waktu 3 tahun untuk diploma 3. Bentuk pendidikan Akademi dengan gelar
Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep), dan 4 tahun untuk vokasi khusus dengan gelar
Sarjana Sains Terapan (S.ST)
2. Pendidikan Profesional
Ditempuh dalam waktu 4 tahun untuk program Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan tambahan
sekitar 1 tahun untuk pendidikan profesi Ners (Ns).
3. Pendidikan Magister dan Spesialis
Yaitu Master Keperawatan (M.Kep) ditempuh dalam waktu 2 tahun dan tambahan sekitar 1
tahun untuk spesialis keperawatan yang terdiri dari ;

 Spesialis Keperawatan Anak


 Spesialis Keperawatan Jiwa
 Spesialis Keperawatan Maternitas
 Spesialis Keperawatan Medikal Bedah

4. Pendidikan Doktoral atau S3 Keperawatan


Merupakan jenjang pendidikan tertinggi yang dapat ditempuh oleh perawat dengan
melakukan riset tentang keperawatan.

E.Profesor Keperawatan Indonesia

Saat ini, baru ada 8 Profesor Keperawatan yang ada di Indonesia. Mereka adalah ;

1. Prof. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc – Universitas Indonesia


2. Prof. Achir Yani S. Hamid, M.N., D.N.Sc – Universitas Indonesia
3. Prof. Dra. Setyowati, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., DBO., RN – Universitas Indonesia
4. Prof. Dr. Ratna Sitorus, S.Kp., M.App.Sc – Universitas Indonesia
5. Prof. Dra. Elly Nurachmah, D.N.Sc – Universitas Indonesia
6. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) – Universitas Airlangga
7. Prof. Dr. Paul Sirait, MM, M.Kes – Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Sumatera
Utara
8. Prof. Dr. Yati Afiayanti, MN – Universias Indonesia.

F.Data dan Fakta Perawat Indonesia

Menurut data dari InfoDATIN Kemenkes Republik Indonesia 2017, jumlah perawat di
Indonesia yang bekerjadi fasilitas kesehatan pada tahun 2016 mencapai 49% dari total
keseluruhan tenaga kesehatan yang ada.

Yang mana menurut data rekapitulasi BPPSDMK pada Desember 2016, total fasilitas
kesehatan yang ada di Indonesia mencapai 15.263 unit dengan jumlah sumber daya manusia
kesehatan mencapai 1.000.780 orang.

Dari 1.000.780 orang tersebut, 601.228 orang diantaranya adalah tenaga kesehatan medis
(dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi), paramedis (bidan dan perawat), dan tenaga
farmasi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

            Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan ternyata sudah
ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat.
Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik,
dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Tidak asing
lagi, pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan
keperawatan. Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah
satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.

Saran

            Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus
meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang
berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba
Medika: Jakarta
Asmadi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran

You might also like