You are on page 1of 4

Chapter 4

Summary and Recomendation

4.1 Summary

Trisobo village has an area of 4,59 km 2 of the district wide Boja 1.024 km 2. Trisobo Village
have structural landform fluvial and denudation. The watershed in Trisobo village are Blorong River
included into fluvial landform and have a flat and hilly region so that is including denudation
landforms. Fluvial landforms can be use as an irrigation supply of rice fields and plantations, besides
an advantages, fluvial landfroms also has potential problems which may result in flooding around the
Blorong River causing erosion on the cliffs of the flow Blorong River. While landforms denudational
make a significant difference in slope between the land so that there is a flat and hilly area in the
Village Trisobo. On the flat area in the VillageTrisobo better used as a settlement, while the hilly area
can be used as agricultural and plantations. Denudation land form indicating the potential geological
hazards of erosion so the impact of landslides.

In Trisobo there are thopography with the level of slope divided by two, 0-8% slope and 25-
45% slope. The level of rainfall that occurred in Trisobo Village is the low and medium range
between 13.6 to 20.7 mm / year of low rainfall, and 20,7 to 27,7 mm/year of medium rainfall. Soil
conditions in the village are reddish-brown latosol is kind of loose and fertile soil. So there is land
used as agricultural land (irrigated rice and rainfed), cassava and rubber plantations, pine forests,
scrub, moor, and undeveloped land. Trisobo village is dominated by plantation rubber area. Almost
50% of the is a rubber plantation area directly adjacent to the settlement. As for the rice field and
moor only about 10% of the total area of the Trisobo Village. Beside soil types, there are also several
types of rocks in Trisobo Village which dominated by igneous and sedimentary rocks. Igneous rocks
that found in the Trisobo Village is andesite, rhyolit, and diorit. While the sedimentary rocks in this
area are sandstones. The presence of rocks are most numerous in the river.

Associated with the state of geological aspects and the potential constraints that exist in the
Banyukuning Village with urban and regional planning aspect, it will get an output suitability of land
where the Trisobo Village have land suitability as cultivated area and buffer area. In the existing
situation, the cultivation in the Trisobo Village used for plantations, farmland and land settlements.
While the buffer in the Trisobo Village used for bushes vegetation and forests.

4.2 Recommendation
4.2.1 Government
 The government should not give permission to rogue elements who desire to conduct
land clearing or land conversion, both from the buffer area into a cultivated area or even
from protected area into cultivated area.
 To educate more people in the Banyukuning Village about land use potential to be a
geological hazard.
 Provide funds for disaster mitigation purposes in order to reduce the impact of
avalanches and plan activities mitigas disaster along with local communities and LSM.
 Restructuring or the development of infrastructure and access roads.

4.2.2 Developer
 Working with governments and communities to take advantage of all potential in Trisobo
Village and manage it properly by taking into account the suitability of land and the
proportion of green space so it does not damage the environment.
 Do not set up an industrial area that does not match the data support the environment
and do not make land up in the cliffs and river banks because of the potential for
landslides and flooding.

4.2.3 People
 people around Trisobo Village must maintain environmental conditions,
especially in the area of the river worth Blorong River to minimize erosion and
landslides to make a levee on the river cliffs.
 Not recommended for people to create and undeveloped land around the cliffs
are prone to landslides, and people should take advantage of the cliffs as
plantations and arable crops such as pine to minimize the occurrence of
landslides
 Use of land in the area Trisobo as agriculture, especially crops, horticulture and
gardening.
 Implement and oversee the disaster mitigation activities

4.2.4 Disaster Mitigation


Disaster mitigation required in tackling and reducing the risk of disaster, either
through physical development as well as awareness and increase capacity to deal with
disasters. Disaster mitigation efforts can be done by:
 Development of regional database of potential landslide hazards da floods
 Installation of an early warning tool
 Launch the avalanche control with methods of vegetation and create a river
embankment in the prevention of soil erosion by river flow
 Dissemination to raise public awareness in the face of disaster
Bab 4

Kesimpulan dan Rekomendasi

4.1 Kesimpulan

Kelurahan Trisobo memiliki luas lahan 4,59 km 2 dari luas lahan Kecamatan Boja yaitu
1.024 km2. Kelurahan Trisobo memiliki bentang alam fluvial dan denudasional. Kelurahan
Trisobo termasuk dalam DAS sungai Blorong yang termasuk kedalam bentuk lahan fluvial
dan Trisobo memiliki kawasan datar disamping terdapat pula kawasan yang berbukit-bukit
sehingga kawasan tersebut termasuk bentuklahan denudasional. Bentuklahan fluvial dapat
bermanfaat sebagai pasokan irigasi lahan persawahan dan perkebunan, selain terdapat
manfaat, fluvial ini juga memiliki potensi permasalahan yang dapat mengakibatkan
terjadinya banjir di sekitar aliran sungai Blorong sehingga menimbulkan erosi di tebing-
tebing aliran sungai Blorong. Sedangkan Bentuklahan denudasional menjadikan perbedaan
lereng yang signifikan antar lahan sehingga terdapat kawasan datar dan kawasan berbukit di
Kelurahan Trisobo. Pada kawasan datar di wilayah Desa Trisobo baik digunakan sebagai
permukiman sedangakan pada area berbukit dapat digunakan sebagai area persawahan dan
perkebunan. Bentuk lahan denudasional ini mengindikasikan adanya bahaya geologi yang
berpotensi erosi sehingga berdampak terjadinya tanah longsor.

Topografi di Kelurahan Trisobo miliki klasifikasi datar (0-8%) dan curam (25-45%).
Tingkat curah hujan yang terjadi di Kelurahan Trisobo yaitu rendah dan sedang yang berkisar
antara 13,6-20,7 mm/tahun untuk curah hujan rendah, sedangkan curah hujan sedang
berkisar antara 20,7 – 27,7 mm/tahun. Karena memiliki tingkat curah hujan yang rendah dan
sedang, maka dapat dikatakan bahwa Kelurahan Trisobo merupakan daerah basah yang
memiliki jenis tanah latosol merah dan coklat. Latosol merah merupakan jenis tanah yang
gembur dan subur. Sehingga terdapat lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian (sawah
irigasi dan sawah tadah hujan), perkebunan singkong dan karet, hutan pinus, semak belukar,
tegalan, dan lahan terbangun. Kelurahan Trisobo sendiri didominasi oleh perkebunan yang
merupakan daerah perkebunan karet. Hampir 50 % dari luas Desa Trisobo adalah kawasan
perkebunan karet yang berbatasan langsung dengan permukiman. Sedangkan untuk sawah
dan tegalan hanya sekitar 10% dari total luas wilayah Desa Trisobo. Selain jenis tanah,
terdapat juga beberapa jenis batuan di Kelurahan Trisobo yang didominasi oleh batuan beku
dan batuan sedimen. Batuan beku beku yang ditemukan adalah jenis batu andesit, batu
rhyolit dan batuan dorit. Sedangkan batuan sedimen yang terdapat di daerah ini adalah
batupasir. Keberadaan batuan-batuan ini paling banyak terdapat di dekat sungai.

4.2 Rekomendasi
4.2.1 Pihak Pemerintah
 Pemerintah lebih mempertegas peraturan tentang penggunaan lahan yang
berdampak negatif terhadap alam maupun makhluk hidup, dan meperketat
perizinian pada oknum-oknum yang ingin melakukan pembukaan lahan
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penggunaan lahan
dan menanggulangi bahaya geologi.
 Menyediakan dana untuk keperluan mitigasi bencana agar mengurangi
dapak dari longsoran dan merencanakan kegiatan mitigas bencana bersama
dengan masyarakat dan LSM setempat.
 Restrukturisasi atau pembangunan infrastruktur dan akses jalan.

4.2.2 Pihak Swasta


 Bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat untuk mamnfaatkan
segala potensi yang tedapat di Kelurahan Trisobo dan mengelolanya dengan
baik dengan tetap memperhatikan kesesuaian lahan dan proporsi RTH
sehingga tidak merusak lingkungan.
 Tidak mendirikan kawasan industri yang tidak sesuai data dukung lingkungan
dan tidak membuat lahan terbangun di daerah tebing dan tepi sungai karena
potensi longsor dan banjir.

4.2.3 Pihak Masyarakat


 Masyarakat Kelurahan Trisobo harus memelihara kondisi lingkungan
khususnya di area sepadan sungai Blorong untuk memperkecil erosi dan
tanah longsor dengan membuat tanggul pada tebing-tebing sungai.
 Tidak dianjurkan bagi masyarakat untuk membuat lahan terbangun di sekitar
tebing-tebing yang rawan longsor, dan masyarakat sebaiknya memanfatkan
tebing-tebing tersebut sebagai lahan perkebunan dan ditanami tanaman
keras seperti pinus untuk meminimalisir terjadinya longsor
 Pemanfaatan tanah latosol di daerah Trisobo sebagai pertanian khususnya
tanaman palawija, holtikultura dan perkebunan.
 Melaksanakan dan mengawasi kegiatan mitigasi bencana

4.3 Mitigasi Bencana


Mitigasi bencana diperlukan dalam menanggulangi dan mengurangi resiko becana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi bencana. Upaya-upaya mitigasi bencana dapat dilakukan dengan cara:
 Penyusunan database daerah potensi bahaya longsor da banjir
 Pemasanagn alat peringatan dini
 Mencanangkan pengendalian longsor dengan metode vegetasi dan
membuat tanggul sungai dalam pencegahan laju erosi oleh aliran sungai
 Sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dala menghadapi
bencana

You might also like