You are on page 1of 11

Makalah

LINGKUP ASUHAN NEONATUS DAN BAYI BARU


LAHIR
Dosen Pengampuah : Febri Dwi Yanti, SST. M.Keb

DISUSUN OLEH
1A KEBIDANAN
KELOMPOK 1 :
Abelia Djafar
Arni Van Solang
Bradianingsih
Fadlun Nur Fauziah
Meilani Pratiwi Musa
Mutiara Husain
Nur Fazria Tangahu
Nurul Riza Armita
Siti Nurfahmi Hamzah
Sri Rahayu Sayedi
Tiara Mantaly

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO


T.A 2021-2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu bentuk
investasi di masa depan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan bayi, diantaranya dapat
dilihat dari Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari pada tahun 2017 sekitar 810
wanita meninggal, pada akhir tahun mencapai 295.000 orang dari 94% diantaranya
terdapat di negara berkembang. (WHO, 2019). Pada tahun 2018 angka kematian bayi
baru lahir sekitar 18 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan
dan persalinan. (UNICEF 2019).
Menurut Kemenkes RI (2018), Angka Kematian Ibu di Indonesia secara umum
terjadi penurunan dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup, walau sudah
cenderung menurun namun belum berhasil mencapai target MDGs. Pada tahun 2015,
MDGs menargetkan angka kematian ibu 110 kematian per 100.000 kelahiran.. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Bali dalam 6 tahun terakhir berada di bawah angka
nasional dan dibawah target yang ditetapkan 100 per 1000 kelahiran hidup, namun setiap
tahunnya belum bisa diturunkan secara signifikan. Pada tahun 2018 AKI di Provinsi Bali
mencapai angka 52,2 per 100.000 kelahiran hidup, tahun ini merupakan angka yang
paling rendah dalam empat tahun terakhir (Dinkes Provinsi Bali, 2018).
Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan oleh komplikasi selama
dan setelah kehamilan dan persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75%
dari semua kematian ibu yaitu perdarahan, infeksi, tekanan darah tinggi selama
kehamilan (pre-eklamsia dan eklamsia), komplikasi dari persalinan aborsi yang tidak
aman dan sisanya disebabkan oleh kondisi kronis seperti penyakit jantung dan diabetes
(WHO, 2019). Penyebab utama kematian ibu di Indonesia termasuk Provinsi Bali
didominasi oleh tiga faktor yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi
(Kemenkes RI, 2014). Secara nasional penyebab kematian ibu terbanyak didominasi oleh
perdarahan, kondisi yang paling sulit diatasi pada kasus plasenta previa dan plasenta
akreta. (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018)
Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB pemerintah telah membuat kebijakan
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, pada ibu hamil
mendapatkan pelayanan Antenatal Care yang berkualitas dan terpadu (10 T) dan
diberikan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
(Kemenkes RI, 2017). Pada Ibu bersalin, ibu diberikan asuhan persalinan sesuai dengan
standar Asuhan Persalinan Normal (APN) berdasarkan Lima Benang Merah. Upaya
penurunan AKI pada ibu nifas dengan memberikan asuhan sesuai dengan standar yang
dilakukan 3 kali jadwal kunjungan nifas (KF) yaitu KF 1, KF 2 dan KF 3 pasca
persalinan. Upaya untuk mengurangi Angka Kematian Bayi (AKB) dengan memberikan
asuhan sesuai dengan standar asuhan yang dilakukan 3 kali jadwal kunjungan neonatus
(KN) yaitu KN 1, KN 2, KN 3 setelah lahir, selain itu untuk mencegah peningkatanAKI
dan AKB pemerintah juga menyedikan rumah sakit PONEK untuk pasien yang
mengalami kegawatdaruratan (Kemenkes RI, 2017).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Bidan, Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi (AKB). Bidan mememberikan pelayanan
kebidanan yang berkesinambungan dan paripuna berfocus pada aspek pencegahan,
promosi dan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
membutuhkannya. Dalam memberikan asuhan kebidanan proses pengambilan keputusan
dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktik. Kewenangan bidan tercantum dalam Permenkes RI Nomer 28 tahun 2017
tentang izin dan penyelenggaraaan praktik dalam memberikan asuhan pada kasus
fisiologis dan kegawatdaruratan yang dilanjutkan dengan perujukan.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis sebagai kandidat bidan diwajibkan
membuat Usulan Laporan Tugas Akhir yang melaporkan hasil asuhan kebidanan secara
komperhensif pada ibu hamil trimester dari umur kehamilan 31 minggu 1 hari,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus, dan bayi sampai usia 42 hari. Merealisasikan
tugas tersebut penulis berencana memberikan asuhan kebidanan dan tetap berkolaborasi
dengan dokter sehingga dalam perkembangannya dapat mengurangi risiko komplikasi
dan dapat berlangsung secara normal pada Ibu “F” umur 29 tahun multigravida dengan
taksiran persalinan 12 Maret 2020 berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT),
alamat Jl. Gunung Supotan,
Gang Kembar No. 1 yang merupakan wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Hasil pengkajian data subyektif dan obyektif melalui wawancara langsung kepada ibu
dan data dari buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) bahwa ibu “F” dari pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan tanda vital ibu masih dalam batas normal, hasil pemeriksaan lab seperti
PPIA, Sifilis, dan HbsAg non reaktif, pada pemeriksaaan hemoglobin didapatkan hasil
10,8 gr/dL yang menunjukkan bahwa ibu mengalami anemia ringan, sehingga dengan
kondisi ibu yang mengalami anemia ringan penulis tertarik untuk mengasuh ibu dengan
memberikan asuhan komperhensif dengan melakukan pendekatan kepada ibu “F” dan
keluarga bersedia dijadikan obyek dalam studi kasus ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari neonatus dan bayi?
2. Apa saja klarifikasi neonatus dan bayi?
3. Apa saja ciri-ciri neonatus dan bayi?
4. Apa saja tahapan bayi baru lahir?
5. Apa contoh pencegahan infeksi?
6. Apa itu rawat gabung?
7. Apa hukum dan perundang-undangannya?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari neonatus dan bayi.
2. Untuk mengetahui klarifikasi neonatus dan bayi.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri neonatus dan bayi.
4. Untuk mengetahui tahapan bayi baru lahir.
5. Untuk mengetahui contoh pencegahan infeksi.
6. Untuk mengetahui apa itu rawat gabung.
7. Untuk mengetahui hukum dan perundang-undangannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Neonatus dan Bayi


Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
beradaptasi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, neonatus
adalah individu yang sedang tumbuh.Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu
(0-28 hari).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus yang merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan
yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari
kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada
orang dewasa. (Marmi dan Rahardjo, 2015).

B. Klarifikasi Neonatus dan Bayi


1. Klasifikasi Neonatus
Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) :
a. Neonatus menurut masa gestasinya
1) Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari ( 37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan( postterm infant) :>294hari (42 minggu)
b. Neonatus menurut berat lahir :
1) Berat lahir rendah : <2500 gram.
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram.
3) Berat lahir lebih : >4000 gram.
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat
lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
1) Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.
2) Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.
2. Klasifikasi bayi baru lahir
Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Manuaba, 2014)
yaitu :
a. Bayi baru lahir menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant) : <37 minggu
2) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu
3) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih
b. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir:
1) Berat lahir rendah : <2500 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih : >4000 gram
C. Ciri – Ciri Neonatus dan Bayi
 Neonatus
1. Masa neonatus merupakan periode yang tersingkat dari semua periode
perkembangan. Masa ini hanya dimulai dari kelahiran sampai tali pusar lepas dari
pusarnya.
2. Masa neonatus merupakan masa terjadinya penyesuaian yang radika. Masa ini
adalah suatu peralihan dari lingkungan dalam kelingkungan luar.
3. Masa neonatus merupakan masa terhentinya perkembangan. Ketika periode
prenatal sedang berkembang terhenti pada kelahiran.
4. Masa naonatus merupakan pendahuluan dari perkembangan selanjutnya.
Perkembangan individu dimasa depan akan tampak pada waktu dilahirkan.
5. Masa neonatus merupakan periode yang berbahaya. Masa ini berbahaya karena
sulitnya menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru.
 Bayi
D. Tahapan Bayi Baru Lahir
E. Pencegahan Infeksi
F. Rawat Gabung
 Pengertian
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan di dalam satu ruangan, kamar atau
tempat bersama-sama selama dua puluh empat jam penuh dalam seharinya, sehingga
memungkinkan dalam sewaktu-waktu atau setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.
Rawat gabung adalah dimana bayi dirawat bersama dengan ibu dalam satu kamar,
jika keadaan ibu dan bayi mengizinkan. Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah
dimana si ibu mampu menyusui dan si bayi mampu untuk menyusu. Kemampuan ibu
dapat dilihat dari keinginan dan motivasi untuk menyusui. Pada bayi dinilai dari fungsi
kardiorespiratorik, refleks menghisap dan fungsi neurologik yang baik.

 Jenis Rawat Gabung


1. Rawat Gabung continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.
2. Rawat Gabung parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam
seharinya.( misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar
bayi).

 Tujuan Rawat Gabung


a. Memberikan bantuan emosional :
1) Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya pada bayi.
2) Memberikan kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mendapatkan
pengalaman dalam merawat bayi.
b. Penggunaan ASI :
1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapat colostrom/ASI
2) Produksi ASI akan semakin banyak jika diberikan sesering mungkin.
c. Pencegahan infeksi: Mencegah terjadinya infeksi silang
d. Pendidikan kesehatan :Dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan pada ibu.
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi.
 Manfaat Rawat Gabung
1. Bagi Ibu
a. Aspek psikologi
1) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant mother
bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
2) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya.
3) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat
memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan
memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya. Ibu
juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
b. Aspek fisik
1) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi
kontraksi rahim yang baik.
2) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi.
a. Aspek psikologis
1. Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
2. Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya pada diri anak.
b. Aspek fisik
1) Bayi segera mendapatkan colostrom atau ASI jolong yang dapat memberikan
kekebalan/antibody
2) Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
3) Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
4) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
5) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
6) Alergi terhadap susu buatan berkurang
3. Bagi Keluarga
a. Aspek Psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu
untuk member ASI pada bayi.
b. Aspek Ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit
sehingga biaya perawatan sedikit.
4. Bagi Petugas
a. Aspek Psikologis
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan
pekerjaan lainnya.
b. Aspek Fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan
tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan.
3) Hukum dan Perundang - Undangan

You might also like