Professional Documents
Culture Documents
09 Sumaryo1
09 Sumaryo1
Sumaryo
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung 35145 Indonesia Telepon/Fax: +62 0721 770347
E-mail: mario_papapanji@yahoo.com
Abstract: The objectives of the study are: (1) to identify the influence of CSR implementation
toward the community behavior progress on their business, (2) to identify the influence of
CSR implementation to the household economic capability, and (3) to formulate and to design
strategy to improve the community business capability and their income. LISREL was used to
formulate the Structural Equation Modelling of CSR implementation. The important results
show: (1) facilitators’ competency and supporting factors are significantly influence to the
community business capability, while individual characters and quality program do not sig-
nificantly influence to the community business capability, (2) the community business capa-
bility does significantly influence to the level of houseold economic capability, (3) the “parti-
cipative CSR” is recomemmeded as a model of CSR implementation.
Keywords: social responsibility, CSR, household, economic capability, business
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh implementasi program CSR ter-
hadap perubahan perilaku berusaha masyarakat, mengidentifikasi pengaruh implementasi
CSR terhadap keberdayaan ekonomi rumahtangga, dan merumuskan dan merancang strategi
untuk meningkatkan kapasitas berusaha dan pendapatan masyarakat. Untuk memformulasi-
kan model persamaan struktural implementasi program CSR digunanakan LISREL. Hasil
penting penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, kompetensi fasilitator dan faktor pendu-
kung program CSR berpengaruh nyata terhadap perilaku berusaha masyarakat; Kedua, peri-
laku berusaha masyarakat berpengaruh nyata terhadap tingkat keberdayaan ekonomi rumah-
tangga; Ketiga, “CSR partisipatif” disarankan sebagai model implementasi CSR.
Kata kunci: tanggungjawab sosial, CSR, keberdayaan ekonomi, rumah tangga, bisnis
274 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280
Kedua, strengthening economies; perusahaan di- jiban. Sebagai konsekuensinya, pilihan pemak-
tuntut untuk tidak kaya sendiri, komunitas di naan CSR sebagai kewajiban atau kepedulian
lingkungannya miskin. Mereka harus member- menimbulkan implikasi yang berbeda.
dayakan ekonomi komunitas sekitar. Ketiga, Keberadaan perusahaan di suatu wilayah
assesing social cohesion; perusahaan dituntut un- seharusnya juga mempertimbangkan manfaat
tuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat yang dapat dirasakan masyarakat, khususnya
sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik. Ke- di sekitar perusahaan. Dalam perspektif social
empat, encouraging good governance; dalam men- justice masyarakat sekitar perusahaan juga ikut
jalankan bisnisnya perusahaan harus menjalan- diberdayakan, sehingga terjadi proses empower-
kan tata kelola bisnis dengan baik. Kelima, pro- ment, melalui kegiatan-kegiatan pelatihan (capa-
tecting the environment; perusahaan harus ber- city building) sesuai dengan kebutuhan masya-
usaha keras menjaga kelestarian lingkungan. rakat. Selain itu, masyarakat juga dibantu fasi-
Dalam proses reformasi Indonesia menuju litas (dana, sarana, dan prasarana) agar mereka
masyarakat sipil dan demokrasi seperti seka- dapat bekerja dan menciptakan peluang usaha
rang ini, selayaknya korporasi mempunyai (creating opportunities) untuk meningkatkan
tanggung jawab sosial, melalui investasi sosial kualitas kehidupannya. Dari segi perspektif
dalam bentuk pembangunan komunitas untuk ”ecological” masyarakat diharapkan juga turut
turut mendemokratiskan masyarakat sipil. Un- menjaga keberlanjutan (sustainability) perusa-
tuk itu berbagai program pemberian dana ban- haan tersebut.
tuan seharusnya dilakukan secara selektif de- Pendekatan CSR tersebut juga didasarkan
ngan prinsip bottom up. Dengan demikian pro- pada konsep ”local resource based” sebab keha-
gram CSR semestinya dirumuskan dan dilaksa- diran perusahaan di suatu wilayah memanfaat-
nakan dengan melibatkan masyarakat sekitar kan berbagai aset masyarakat, terutama prasa-
perusahaan sebagai sasaran kegiatan. Undang- rana transportasi. Hal ini terkait dan sejalan
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Persero- dengan prinsip community ownership. Perusa-
an Terbatas melalui pasal 74 berusaha menga- haan diharapkan juga ikut memelihara dan
tur pelaksanaan CSR. Hal tersebut mendapat merasa memiliki kekayaan yang berupa prasa-
tanggapan yang intinya dapat dikelompokkan rana di suatu wilayah. Pendekatan CSR diha-
menjadi dua, mereka yang setuju dan mereka rapkan dapat menciptakan multiplier effect bagi
yang tidak setuju dengan adanya pengaturan masyarakat lokal secara luas. Keberadaan per-
terhadap pelaksanaan CSR. usahaan diharapkan menjadi pendorong aktivi-
Sumarto (2007) menyatakan bahwa CSR tas dan pertumbuhan ekonomi di suatu wila-
sebagai bentuk kepedulian tidak mungkin di- yah.
atur secara legal, namun bila CSR dianggap se- Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia
bagai kewajiban dapat diatur oleh negara. Ba- dan beberapa perusahaan agroindustri di Pro-
nyak perusahaan menganggap bahwa realisasi vinsi Lampung telah melaksanakan sebagian
CSR yang selama ini diwujudkan dalam pro- tanggungjawab sosialnya melalui upaya pem-
gram pengembangan masyarakat (community bangunan wilayah maupun upaya pemberda-
development) dilakukan karena kepedulian per- yaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam
usahaan sebagai makhluk sosial (corporate citi- implementasi program CSR, masyarakat sekitar
zenship). Karena CSR merupakan kepedulian, perusahaan sebagai sasaran program dilibatkan
maka keberadaan peraturan yang mewajibkan- dalam perencanaan kegiatannya. Identifikasi
nya menjadi tidak relevan. Dalam realitanya, kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan me-
proses produksi perusahaan menciptakan exter- rupakan langkah awal dalam implementasi
nality, kehadirannya melegitimasi negara untuk program CSR. Keberhasilan upaya pemberda-
mewajibkan perusahaan menginternalisasikan yaan ekonomi masyarakat tersebut dapat
guna meminimalkan dampak negatif kebera- dipengaruhi oleh berbagai peubah, baik peubah
daan perusahaan pada masyarakat. Dengan internal individu masyarakat, maupun peubah
demikian, CSR dapat ditafsirkan sebagai kewa- eksternal seperti dinamika kelompok masyara-
276 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280
Tabel 1. Pengaruh antarpeubah dalam Model
Peubah tidak bebas Peubah bebas Koefisien Koefisien Nilai-t Keterangan
(Unstan- (Standar-
dardized) dized)
Dinamika Kelompok Kualitas Program CSR (X2) -0,0396 -0,0585 -0,81 Tidak nyata
(X5)
Implikasi dari model pemberdayaan eko- perusahaan dalam menjembatani program per-
nomi masyarakat melalui implementasi pro- usahaan di masyarakat sekitar perusahaan.
gram CSR adalah sebagai berikut: Fasilitator harus mampu berperan sebagai gu-
(1) Untuk meningkatkan perilaku berusaha ru, penasehat, dan penganalisis masalah khala-
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) ke arah yak sasaran dengan kemampuan yang mema-
positif, maka kualitas program CSR, kompeten- dai dalam hal berkomunikasi dan bersikap
si fasilitator, dan faktor pendukung usaha harus bangga terhadap profesinya dan menyintai
ditingkatkan. Karakteristik individu ditingkat- khalayak sasarannya. Faktor pendukung keber-
kan melalui penyuluhan dan pelatihan dengan hasilan program CSR antara lain ketersediaan
materi yang terkait usaha ekonomi produktif sarana prasarana usaha, keterjangkauan harga
sehingga menambah pengalaman berusaha. sarana prasarana usaha, modal awal usaha,
Kualitas program ditingkatkan melalui perbaik- penyuluhan dari dinas terkait, dan iklim usaha
an proses penyusunan program yang diawali masih perlu ditingkatkan agar perubahan peri-
dengan analisis kebutuhan masyarakat dan pe- laku berusaha semakin meningkat.
libatan masyarakat dalam penyusunan pro- (2) Tingkat keberdayaan ekonomi rumah tang-
gram CSR yang akan dijalankan. Kompetensi ga dapat ditingkatkan melalui peningkatan
fasilitator dalam hal kemampuan mengajar, kualitas perilaku berusaha masyarakat. Pening-
kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan katan kualitas perilaku berusaha meliputi pe-
memotivasi dapat meningkatkan pengetahuan, ningkatan pengetahuan, keterampilan, dan si-
keterampilan dan sikap masyarakat dalam ber- kap terhadap usaha ekonomi produktifnya. Da-
usaha ekonomi produktif. Peran fasilitator tidak lam kasus program CSR di Provinsi Lampung,
ubahnya seperti peran penyuluh yang karena pengetahuan dan keterampilan usaha pengge-
statusnya sebagai pihak ketiga yang mewakili mukan sapi potong, usaha budidaya singkong,
usaha menjahit pakaian, usaha budidaya ikan komponen yang ada dalam model harus saling
lele, usaha budidaya jamur tiram, dan usaha mendukung. Kedua, model harus memiliki pro-
budidaya kakao harus ditingkatkan melalui bability, artinya model harus memberikan pe-
proses pelatihan dan pendampingan dari pihak luang bagi pengembangan sistem yang lebih
perusahaan dan dinas instansi terkait. maksimal.
(3) Untuk meningkatkan pengetahuan, kete- Pelaksanaan strategi pemberdayaan ma-
rampilan, dan sikap ke arah positif juga dapat syarakat tersebut dilakukan secara bertahap, di-
ditempuh melalui upaya meningkatkan dina- mulai dari tahap awal sampai pada tahap eva-
mika kelompok. Sasaran program CSR yang luasi keberhasilan (outcome dan impact). Model
difokuskan melalui kelompok-kelompok ma- tersebut diberi nama ”CSR Partisipatif”, hal ini
syarakat (kelompok tani, kelompok peternak, didasarkan atas pertimbangan pokok berikut:
dan sebagainya) harus dibina dan didampingi (1) Implementasi CSR akan berhasil bila diren-
agar kelompok dapat dijadikan wahana belajar, canakan dengan baik. Proses pencanaan meru-
wahana produksi, dan wahana pengambilan pakan bagian program yang tidak dapat dihi-
keputusan bagi anggotanya. langkan.
Berdasarkan hasil analisis dan berbagai (2) Implementasi program CSR oleh perusaha-
temuan serta kerangka berfikir peneliti, berikut an harus melibatkan semua pemangku kepen-
disajikan strategi implementasi model tersebut. tingan dalam setiap tahap kegiatan.
Suatu model harus memiliki minimal dua (3) Keberhasilan program CSR sangat ditentu-
ksriteria (Yollies, 1996). Pertama, suatu model kan oleh kesesuaian program dengan kebutuh-
harus bersifat dinamik, artinya model harus an masyarakat, sehingga keterlibatan masyara-
bersfat responsif dan adaptif terhadap segala kat dalam penyusunan program tidak dapat di-
bentuk perubahan; hubungan diantara berbagai abaikan.
278 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280
(4) Masyarakat diberi kewenangan untuk berdaya alam dan sumberdaya manusia kelom-
mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dari pok.
program yang sudah mereka jalankan. (5) Tahap kelima, operasionalisasi usaha ekono-
Tahapan atau langkah pelaksanaan kegiat- mi produktif kelompok sasaran. Pelaksanaan
an diharapkan akan membantu keberasilan ta- dan pengelolaan usaha ekonomi produktif dila-
hap berikutnya: kukan dari, oleh, dan untuk anggota kelompok.
(1) Tahap pertama, perlu dilakukan analisis Pengelolaan awal dapat didampingi oleh tena-
secara seksama terhadap masalah kesenjangan ga fasilitator, selanjutnya kelompok diarahkan
yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat agar dapat mengelola usahanya secara mandiri.
sekitar. Hal ini dilakukan sebagai langkah an- (6) Tahap keenam, pengembangan inovasi bagi
tisipasi terhadap perubahan sosial (terutama peningkatan produktivitas usaha ekonomi pro-
yang bersifat negatif). duktif. Agar usaha ekonomi produktif dapat
(2) Tahap kedua, inisiasi program CSR yang di- bersaing, pengembangan inovasi merupakan
mulai dengan proses sosialisasi program secara syarat yang tidak dapat ditawar lagi. Pengem-
transparan serta need assessment secara seksama. bangan inovasi dapat berasal dari dalam kelom-
Tahap ini berimplikasi pada perlunya audit se- pok atau masukan dari luar kelompok.
cara transparan terhadap anggaran atau dana (7) Tahap ketujuh, kegiatan evaluasi keberhasil-
CSR perusahaan. Adanya himbauan dari peme- an untuk melihat sejauh mana pencapaian tu-
rintah atau konsensus antar perusahaan bahwa juan program dari aspek sosial dan ekonomis.
setiap perusahaan menganggarkan dua persen Langkah evaluasi dilakukan pada setiap tahap
dari keuntungan perusahaan untuk pendanaan kegiatan, dimulai dari perencanaan, pelaksana-
program CSR dapat menjadi tolok ukur sebe- an (monitoring), sampai tahap evaluasi hasil.
rapa besar komitmen perusahaan dalam melak-
sanakan tanggungjawab sosialnya. Namun de-
SIMPULAN
mikian, kendala yang dihadapi adalah akunta-
bilitas manajemen perusahaan yang belum “go
public” dalam melaporkan atau menginforma- Pertama, kompetensi fasilitator dan faktor pen-
sikan jumlah keuntungan bersih perusahaan dukung dapat meningkatkan perilaku berusaha
setiap tahunnya. Sebagai badan usaha yang be- masyarakat penerima program CSR. Kedua, Pe-
lum “go public”, tidak ada keharusan untuk rilaku berusaha masyarakat mampu mening-
memberikan laporan pertanggungjawaban per- katkan keberdayaan ekonomi rumahtangga ma-
usahaan (termasuk jumlah keuntungan) secara syarakat penerima program CSR. Ketiga, Kuali-
terbuka. tas program CSR belum mampu meningkatkan
(3) Tahap ketiga, langkah pengembangan, me- perilaku berusaha ekonomi produktif masyara-
diasi, fasilitasi, pembinaan, dan pendampingan kat sekitar perusahaan.
kelompok sasaran. Masyarakat yang belum me- Saran. Pertama, Sebelum program CSR di-
miliki lembaga kelompok difasilitasi untuk jalankan, perusahaan diharapkan melakukan
membentuk dan membangun lembaga kelom- penyusunan program secara partisipatif (meli-
pok. Melalui kelompok-kelompok yang ada ke- batkan semua pemangku kepentingan, teruta-
giatan fasilitasi, mediasi, pembinaan, dan pen- ma masyarakat sebagai sasaran program).
dampingan dan dilakukan secara efektif dan Kedua, pelaksanaan program CSR sebaiknya
efisien. melibatkan fasilitator (pihak ketiga) yang me-
(4) Tahap keempat, penetapan jenis usaha dan miliki kompetensi di bidang kegiatan sesuai
pelaksanaan usaha ekonomi produktif yang di- program yang dijalankan oleh perusahaan.
kembangkan. Melalui kelompok-kelompok yang Ketiga, perlu ditetapkan rumusan penjabaran
sudah terbentuk, jenis usaha yang akan mereka secara operasional terhadap pasal 74 Undang-
kembangkan merupakan kesepakatan kelom- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
pok dengan mempertimbangkan potensi sum- Terbatas, melalui penetapan Peraturan Peme-
rintah atau Surat Keputusan Menteri terkait.
Keempat, perlu disepakati adanya keharusan
280 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280