You are on page 1of 9

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 12, Nomor 2, Desember 2011, hlm.272-280


ȱ
TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN TINGKAT
KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA

Sumaryo
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung 35145 Indonesia Telepon/Fax: +62 0721 770347
E-mail: mario_papapanji@yahoo.com

Diterima 22 September 2011 / Disetujui 1 Nopember 2011

Abstract: The objectives of the study are: (1) to identify the influence of CSR implementation
toward the community behavior progress on their business, (2) to identify the influence of
CSR implementation to the household economic capability, and (3) to formulate and to design
strategy to improve the community business capability and their income. LISREL was used to
formulate the Structural Equation Modelling of CSR implementation. The important results
show: (1) facilitators’ competency and supporting factors are significantly influence to the
community business capability, while individual characters and quality program do not sig-
nificantly influence to the community business capability, (2) the community business capa-
bility does significantly influence to the level of houseold economic capability, (3) the “parti-
cipative CSR” is recomemmeded as a model of CSR implementation.
Keywords: social responsibility, CSR, household, economic capability, business

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh implementasi program CSR ter-
hadap perubahan perilaku berusaha masyarakat, mengidentifikasi pengaruh implementasi
CSR terhadap keberdayaan ekonomi rumahtangga, dan merumuskan dan merancang strategi
untuk meningkatkan kapasitas berusaha dan pendapatan masyarakat. Untuk memformulasi-
kan model persamaan struktural implementasi program CSR digunanakan LISREL. Hasil
penting penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, kompetensi fasilitator dan faktor pendu-
kung program CSR berpengaruh nyata terhadap perilaku berusaha masyarakat; Kedua, peri-
laku berusaha masyarakat berpengaruh nyata terhadap tingkat keberdayaan ekonomi rumah-
tangga; Ketiga, “CSR partisipatif” disarankan sebagai model implementasi CSR.
Kata kunci: tanggungjawab sosial, CSR, keberdayaan ekonomi, rumah tangga, bisnis

PENDAHULUAN kat diharapkan berpartisipasi aktif, dan swasta


(terutama perusahaan atau korporasi yang
mengeksploitasi sumberdaya alam dan sumber-
Paradigma pembangunan saat ini telah diwar-
daya manusia di suatu wilayah) seharusnya
nai konsep pemberdayaan yang melibatkan
berkontribusi secara wajar di dalam pemba-
pemerintah, swasta, dan masyarakat, sehingga
ngunan daerah sebagai implementasi tang-
ketiga pihak memiliki tanggung-jawab yang
gungjawab sosialnya.
seimbang dalam mencapai tujuan pembangun-
APBD Lampung tahun anggaran 2007
an di segala bidang. Mereka harus bersinergi
mencapai nilai Rp1,6 triliun dengan total pene-
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
rimaan sebesar Rp1,066 trilyun dan total PAD
terhadap hasil-hasil pembangunan yang dilak-
Rp485 juta, dari nilai tersebut selama ini peran
sanakan. Pemerintah dan pemerintah daerah
dan kontribusi perusahaan dan BUMN kurang
diharapkan mampu mengkoordinasikan berba-
optimal. Hal itu disebabkan peraturan yang
gai program atau kegiatan yang ada, masyara-
harus dilakukan oleh perusahaan dan BUMN
belum dijalankan sebagaimana mestinya. Po- tu perusahaan sebagai bagian dari tanggung-
tensi peran perusahaan dan BUMN di Lam- jawab sosialnya. Pendekatan ini bertujuan agar
pung cukup besar, mengingat jumlah perusaha- masyarakat turut terlibat atau menjadi bagian
an besar dan menengah yang beroperasi di dari perusahaan tersebut dan menikmati
Provinsi Lampung pada tahun 2005 mencapai manfaat dari keberadaan perusahaan di suatu
194 buah (BPS Lampung, 2009). Perusahaan- wilayah tertentu. Pendekatan pengembangan
perusahaan tersebut telah lama beroperasi dan masyarakat tersebut mengacu pada konsep
mengeksploitasi kekayaan setempat (terutama Community Development yang kaitannya dapat
lahan pertanian) sebagai salah satu faktor dilihat dari perspektif ”economic”, ”social justice”
produksi yang dominan. maupun perspektif ”ecological”, sebagai konsep
Pemerintah menegaskan bahwa setiap per- yang dikenalkan oleh European Union dimana
usahaan memiliki kewajiban untuk bertang- perusahaan memadukan aspek sosial dan ling-
gungjawab akan kesejahteraan dan peningkat- kungan dalam kegiatan bisnisnya serta dalam
an taraf hidup masyarakat di sekitarnya. Tang- interaksinya dengan pemangku kepentingan
gungjawab yang dibebankan kepada perusaha- (stakeholders) berdasarkan prinsip sukarela
an tersebut dituangkan dalam Keputusan Men- (Anonim, 2005:5).
teri BUMN Nomor: KEP-236/MBU/2003 tang- Dalam perspektif social justice masyarakat
gal 17 Juni 2003 dan Undang-Undang Perseroan sekitar perusahaan turut diberdayakan, sehing-
Terbatas Nomor: 40 Tahun 2007 yang ditetap- ga terjadi proses empowerment, melalui kegiat-
kan bulan Juli 2007. Pada pasal 74 dinyatakan: an-kegiatan pelatihan (capacity building) yang
”(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya itu, masyarakat juga dibantu fasilitas (dana,
alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan sarana, dan prasarana) agar mereka dapat be-
lingkungan; (2) Tanggungjawab sosial dan ling- kerja dan menciptakan peluang usaha (creating
kungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meru- opportunities) untuk meningkatkan kualitas ke-
pakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan hidupannya. Dari segi perspektif ”ecological”
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelak- masyarakat diharapkan juga turut menjaga ke-
sanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepa- lestarian lingkungan demi keberlanjutan (sus-
tutan dan kewajaranan”. tainability) perusahaan tersebut.
Di masyarakat, terutama kalangan pengu- Kalangan industri Kanada menyatakan
saha terbagi menjadi dua kelompok yang berse- bahwa CSR merupakan upaya yang ditempuh
berangan dalam menafsirkan Pasal 74 tentang perusahaan mencapai keseimbangan ekonomi,
pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan. lingkungan, dan sosial sesuai harapan para
Di satu kelompok, setuju terhadap kewajiban pemegang saham dan pemangku kepentingan
melaksanakan tanggungjawab sosial bagi peru- (CSR is the way a company achieves a balance or
sahaan yang memanfaatkan sumberdaya alam, integration of economic, environmental, and social
di kelompok lain tidak setuju terhadap formali- imperatives while at the same time addressing
sasi aturan tersebut. Namun demikian, jauh se- shareholder and stakeholder expectations) (Industry
belum disahkannya Undang-undang tersebut, Canada, 2009). Hal ini sejalan dengan landasan
beberapa perusahaan nasional dan multinasio- teoritik dari Elkington (Pambudi, 2005:19)
nal telah melaksanakan tanggungjawab sosial- bahwa CSR adalah aktivitas yang mengejar
nya (corporate social responsibility/CSR) melalui triple buttom line yang terdiri dari profit, people,
beragam program atau kegiatan yang dilaku- dan planet (3P). Selain mengejar keuntungan
kan secara mandiri atau melibatkan pihak keti- untuk kepentingan pemegang saham (profit),
ga. perusahaan juga harus memperhatikan pe-
Konsep tanggungjawab sosial perusahaan mangku kepentingan seperti pemenuhan kese-
(Corporate Social Responsibility/CSR) merupakan jahteraan masyarakat (people), serta berpartisi-
suatu pendekatan perubahan atau pengem- pasi aktif dalam menjaga kelestarian lingkung-
bangan masyarakat khususnya peningkatan an (planet). Sebagai konsekuensinya implemen-
sumberdaya manusia yang dilakukan oleh sua- tasi program CSR di lingkungan masyarakat

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Sumaryo) 273


juga dapat didasarkan pada konsep ”local tuhan berbagai kelompok di dalam masyarakat.
resource based” sebab kehadiran perusahaan di Kotler dan Lee (2005:3) menyatakan bahwa
suatu wilayah memanfaatkan berbagai aset CSR merupakan suatu komitmen untuk me-
masyarakat, terutama prasarana transportasi. ningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai
Hal ini terkait dan sejalan dengan prinsip pertimbangan dalam praktik bisnis dan kontri-
community ownership. Dengan demikian diha- busi dari sumberdaya perusahaan. Inti dari pe-
rapkan perusahaan juga ikut memelihara dan ngertian tersebut tidak mengacu pada aktivitas
merasa memiliki kekayaan yang berupa prasa- bisnis yang diatur oleh peraturan perundangan
rana di suatu wilayah. Pendekatan CSR diha- yang berlaku, namun lebih pada komitmen ke-
rapkan dapat menciptakan multiplier effect bagi relawanan perusahaan sehingga dipilih dan
masyarakat lokal secara luas. Keberadaan per- diimplementasikan dalam praktik bisnisnya.
usahaan diharapkan akan menjadi pendorong Pandangan yang lebih komprehensif me-
aktivitas dan pertumbuhan ekonomi di suatu ngenai CSR yang kemudian disebut sebagai
wilayah. ”teori Piramida CSR” dikemukakan oleh Carrol
Beberapa batasan tersebut dapat dipahami (Nursahid, 2006:7) bahwa tanggungjawab sosial
bahwa tanggung jawab perusahaan yang bersi- perusahaan dapat dilihat berdasarkan empat
fat ekonomis, teknis (lingkungan), dan sosial jenjang (ekonomis, hukum, etis, dan filantropis)
dapat tercapai secara bersama-sama apabila yang merupakan satu kesatuan. Untuk meme-
perusahaan tersebut mau mengimplementasi- nuhi tanggungjawab ekonomis, sebuah perusa-
kan tanggungjawab sosialnya secara bijaksana. haan harus menghasilkan laba sebagai pondasi
Semua manfaat yang dapat dipetik perusahaan untuk mempertahankan perkem-bangan dan
pada akhirnya dapat membantu kelangsungan eksistensinya. Hal ini sejalan dengan pendapat
usaha (sustainability) perusahaan. Hubungan Drucker (Nursahid, 2006:8) yang cukup terke-
sosial perusahaan yang meningkat dengan ma- nal bahwa ”business is business”, sebab inti ke-
syarakat sekitar akan menambah rasa aman giatan setiap perusahaan adalah berusaha men-
terhadap gangguan dari masyarakat sekitar. cari keuntungan. Namun demikian dalam
Menurut Frederick et.al. (1988:28-29) ada menggapai keuntungan tersebut perusahaan
dua prinsip yang mendasari ide moderen ten- harus bertanggungjawab secara hukum dengan
tang CSR, yaitu prinsip karitatif (charity prin- mentaati aturan hukum yang berlaku. Perusa-
ciple) dan prinsip pelayanan (stewardship princi- haan juga harus bertanggunjawab secara etis,
ple). Prinsip karitatif menganjurkan agar dalam perusahaan harus mempraktikkan hal-hal yang
masyarakat si kaya membantu si miskin (yang baik dan benar sesuai dengan nilai etika dengan
kurang beruntung), dengan demikian perusa- nilai-nilai atau norma-norma masyarakat seba-
haan harus memberikan bantuan secara suka- gai rujukan bagi perusahaan dalam menjalan-
rela kepada perorangan dan kelompok yang kan bisnisnya. Perusahaan juga mempunyai
membutuhkan. Hal ini dilakukan oleh perusa- tanggungjawab filantropis yang mensyaratkan
haan melalui kedermawanan perusahaan (cor- agar perusahaan memberikan kontribusi kepa-
porate philanthropy) dan aksi pemasaran sosial. da masyarakat agar kualitas hidup masyarakat
Prinsip pelayanan mengajarkan agar pengelola meningkat sejalan dengan perkembangan bisnis
perusahaan melihat dirinya sebagai pelayan perusahaan.
untuk melakukan kegiatan di masyarakat yang Dalam pelaksanaannya, Nugraha, dkk.
berkepentingan dengannya, sehingga perusaha- (2005) menyatakan bahwa CSR mempunyai
an harus bertindak sebagaimana dipercayakan lima pilar aktivitas. Pertama, building human
oleh publik, serta memperhatikan keinginan se- capital; secara internal perusahaan dituntut
mua pihak yang terpengaruh oleh keputusan menciptakan dan meningkatkan kapasitas sum-
dan kebijakan perusahaan. Hal ini dilakukan ber daya manusia (SDM) yang handal; secara
perusahaan dengan membangun saling keter- eksternal perusahaan dituntut untuk melaku-
gantungan antara perusahaan dan masyarakat, kan pemberdayaan masyarakat, yang biasanya
serta berlaku adil terhadap keinginan dan kebu- dilaksanakan melalui community development.

274 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280
Kedua, strengthening economies; perusahaan di- jiban. Sebagai konsekuensinya, pilihan pemak-
tuntut untuk tidak kaya sendiri, komunitas di naan CSR sebagai kewajiban atau kepedulian
lingkungannya miskin. Mereka harus member- menimbulkan implikasi yang berbeda.
dayakan ekonomi komunitas sekitar. Ketiga, Keberadaan perusahaan di suatu wilayah
assesing social cohesion; perusahaan dituntut un- seharusnya juga mempertimbangkan manfaat
tuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat yang dapat dirasakan masyarakat, khususnya
sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik. Ke- di sekitar perusahaan. Dalam perspektif social
empat, encouraging good governance; dalam men- justice masyarakat sekitar perusahaan juga ikut
jalankan bisnisnya perusahaan harus menjalan- diberdayakan, sehingga terjadi proses empower-
kan tata kelola bisnis dengan baik. Kelima, pro- ment, melalui kegiatan-kegiatan pelatihan (capa-
tecting the environment; perusahaan harus ber- city building) sesuai dengan kebutuhan masya-
usaha keras menjaga kelestarian lingkungan. rakat. Selain itu, masyarakat juga dibantu fasi-
Dalam proses reformasi Indonesia menuju litas (dana, sarana, dan prasarana) agar mereka
masyarakat sipil dan demokrasi seperti seka- dapat bekerja dan menciptakan peluang usaha
rang ini, selayaknya korporasi mempunyai (creating opportunities) untuk meningkatkan
tanggung jawab sosial, melalui investasi sosial kualitas kehidupannya. Dari segi perspektif
dalam bentuk pembangunan komunitas untuk ”ecological” masyarakat diharapkan juga turut
turut mendemokratiskan masyarakat sipil. Un- menjaga keberlanjutan (sustainability) perusa-
tuk itu berbagai program pemberian dana ban- haan tersebut.
tuan seharusnya dilakukan secara selektif de- Pendekatan CSR tersebut juga didasarkan
ngan prinsip bottom up. Dengan demikian pro- pada konsep ”local resource based” sebab keha-
gram CSR semestinya dirumuskan dan dilaksa- diran perusahaan di suatu wilayah memanfaat-
nakan dengan melibatkan masyarakat sekitar kan berbagai aset masyarakat, terutama prasa-
perusahaan sebagai sasaran kegiatan. Undang- rana transportasi. Hal ini terkait dan sejalan
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Persero- dengan prinsip community ownership. Perusa-
an Terbatas melalui pasal 74 berusaha menga- haan diharapkan juga ikut memelihara dan
tur pelaksanaan CSR. Hal tersebut mendapat merasa memiliki kekayaan yang berupa prasa-
tanggapan yang intinya dapat dikelompokkan rana di suatu wilayah. Pendekatan CSR diha-
menjadi dua, mereka yang setuju dan mereka rapkan dapat menciptakan multiplier effect bagi
yang tidak setuju dengan adanya pengaturan masyarakat lokal secara luas. Keberadaan per-
terhadap pelaksanaan CSR. usahaan diharapkan menjadi pendorong aktivi-
Sumarto (2007) menyatakan bahwa CSR tas dan pertumbuhan ekonomi di suatu wila-
sebagai bentuk kepedulian tidak mungkin di- yah.
atur secara legal, namun bila CSR dianggap se- Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia
bagai kewajiban dapat diatur oleh negara. Ba- dan beberapa perusahaan agroindustri di Pro-
nyak perusahaan menganggap bahwa realisasi vinsi Lampung telah melaksanakan sebagian
CSR yang selama ini diwujudkan dalam pro- tanggungjawab sosialnya melalui upaya pem-
gram pengembangan masyarakat (community bangunan wilayah maupun upaya pemberda-
development) dilakukan karena kepedulian per- yaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam
usahaan sebagai makhluk sosial (corporate citi- implementasi program CSR, masyarakat sekitar
zenship). Karena CSR merupakan kepedulian, perusahaan sebagai sasaran program dilibatkan
maka keberadaan peraturan yang mewajibkan- dalam perencanaan kegiatannya. Identifikasi
nya menjadi tidak relevan. Dalam realitanya, kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan me-
proses produksi perusahaan menciptakan exter- rupakan langkah awal dalam implementasi
nality, kehadirannya melegitimasi negara untuk program CSR. Keberhasilan upaya pemberda-
mewajibkan perusahaan menginternalisasikan yaan ekonomi masyarakat tersebut dapat
guna meminimalkan dampak negatif kebera- dipengaruhi oleh berbagai peubah, baik peubah
daan perusahaan pada masyarakat. Dengan internal individu masyarakat, maupun peubah
demikian, CSR dapat ditafsirkan sebagai kewa- eksternal seperti dinamika kelompok masyara-

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Sumaryo) 275


kat, kualitas program, maupun kualitas pendu- sasaran pemberdayaan ekonomi melalui usaha
kung lainnya. Selama ini penelitian yang meng- penggemukan sapi potong, budidaya tanaman
kaji pelaksanaan program CSR oleh perusaha- singkong, pembinaan usaha menjahit, budidaya
an-perusahaan dan seberapa besar kontribu- lele dumbo, budidaya jamur tiram, dan budida-
sinya dalam meningkatkan kesejahteraan ma- ya tanaman kakao. Sampel penelitian berjumlah
syarakat sekitarnya relatif jarang dilakukan. 200 orang.
Beberapa perusahaan yang sudah melaksana- Pengumpulan data dilakukan dengan tek-
kan pemberdayaan ekonomi masyarakat belum nik wawancara menggunaan kuisioner yang te-
melakukan koordinasi di antara mereka, lah disiapkan. Wawancara mendalam dilaku-
sehingga perlu dicari model pemberdayaan kan terhadap ketua kelompok, kepala kam-
ekonomi masyarakat yang paling efektif dalam pung, tokoh masyarakat, dan pihak manajemen
meningkatkan keberdayaan ekonomi masyara- perusahaan. Analisis data menggunakan teknik
kat sekitar perusahaan. analisis deskriptif, analisis korelasional, dan
Permasalahan penelitian ini dapat diru- dilanjutkan dengan analisis Structural Equation
muskan sebagai berikut: (1) Apakah implemen- Modelling (SEM) yang dikenal dengan istilah
tasi CSR mampu mengubah pengetahuan, kete- Model Persamaan Struktural (Supranto, 2004:
rampilan, dan sikap masyarakat dalam berusa- 220; Solimun, 2002:65-84, Ghozali dan Fuad,
ha? (2). Apakah implementasi CSR dapat mem- 2005: 3).
pengaruhi tingkat keberdayaan ekonomi rumah
tangga masyarakat sekitar perusahaan?
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meng-
kaji pengaruh pelaksanaan program CSR terha-
dap peningkatan pengetahuan, keterampilan, Berdasarkan sebagian output LISREL menun-
dan sikap masyarakat sasaran dalam berusaha. jukkan bahwa nilai chi-kuadarat= 214,39, dan
(2). Mengkaji pengaruh kegiatan CSR terhadap derajat bebas, df=199 dengan p-value = 0,21609
tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga (P>0.10). Hal ini berarti bahwa model fit de-
masyarakat sekitar perusahaan. (3) Merumus- ngan data. Ukuran lain seperti RMSEA, RMR,
kan konsep model struktural pemberdayaan dan GFI juga sudah memenuhi batas ambang
ekonomi masyarakat berdasarkan peubah-pe- yang diizinkan masing-masing di bawah 0,08,
ubah yang diteliti yang sesuai bagi pelaksanaan 0,05, dan di atas 0,90.
CSR oleh perusahaan di Provinsi Lampung. Berdasarkan output LISREL, besarnya pe-
ngaruh antarpeubah yang diteliti secara ringkas
disajikan pada Tabel 1.
METODE PENELITIAN Besarnya pengaruh antarpeubah terikat
dapat kita ketahui dari nilai Standardized total
Penelitian ini merupakan penelitian survei, effect on Y (Tabel 2).
yakni penelitian yang mengambil sampel dari Besarnya taksiran parameter dalam persa-
satu populasi dan menggunakan kuisioner maan struktural disajikan pada Gambar 1. Seca-
sebagai alat pengumpulan data pokok. Survei ra matematis model implementasi CSR difor-
dilakukan untuk memperoleh data awal per- mulasikan sebagi berikut:
usahaan-perusahaan yang melaksanakan pro-
(1) Y1 = 0,0456 X1 + 0,0343 X2 + 0,1861 X3 +
gram CSR serta masyarakat sasaran program
0,3791 X4
tersebut.
Lokasi penelitian ini adalah di wilayah Perilaku Berusaha = 0.0456 karakter individu +
Provinsi Lampung. Penelitian dilakukan pada 0.0343 kualitas program CSR + 0,1861 kom-
tahun 2009-2010. Secara administratif, lokasi petensi fasilitator + 0.3791 faktor pendukung
penelitian termasuk wilayah Kabupaten Lam- (2) Y2 = 0,8788 Y1
pung Tengah, dan Kabupaten Pesawaran. Po-
pulasi penelitian adalah anggota kelompok ma- Tingkat keberdayaan ekonomi = 0,8788 tingkat
syarakat desa sekitar perusahaan yang menjadi perilaku berusaha

276 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280
Tabel 1. Pengaruh antarpeubah dalam Model
Peubah tidak bebas Peubah bebas Koefisien Koefisien Nilai-t Keterangan
(Unstan- (Standar-
dardized) dized)
Dinamika Kelompok Kualitas Program CSR (X2) -0,0396 -0,0585 -0,81 Tidak nyata
(X5)

Perilaku Karakter Individu (X1) 0,0165 0,0456 0,70 Tidak nyata


Berusaha (Y1) Kualitas Program CSR (X2) 0,0036 00343 0,52 Tidak nyata
Kompetensi Fasilitator (X3) 0,0954 0,1861 2,88 Nyata
Faktor Pendukung (X4) 0,0653 0,3791 5,85 Nyata
Tingkat Karakter Individu (X1) -0,0273 -0,1530 -3,96 Nyata
Keberdayaan Faktor Pendukung (X4) -0,0106 -0,1243 -2,95 Nyata
Ekonomi (Y2)

Implikasi dari model pemberdayaan eko- perusahaan dalam menjembatani program per-
nomi masyarakat melalui implementasi pro- usahaan di masyarakat sekitar perusahaan.
gram CSR adalah sebagai berikut: Fasilitator harus mampu berperan sebagai gu-
(1) Untuk meningkatkan perilaku berusaha ru, penasehat, dan penganalisis masalah khala-
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) ke arah yak sasaran dengan kemampuan yang mema-
positif, maka kualitas program CSR, kompeten- dai dalam hal berkomunikasi dan bersikap
si fasilitator, dan faktor pendukung usaha harus bangga terhadap profesinya dan menyintai
ditingkatkan. Karakteristik individu ditingkat- khalayak sasarannya. Faktor pendukung keber-
kan melalui penyuluhan dan pelatihan dengan hasilan program CSR antara lain ketersediaan
materi yang terkait usaha ekonomi produktif sarana prasarana usaha, keterjangkauan harga
sehingga menambah pengalaman berusaha. sarana prasarana usaha, modal awal usaha,
Kualitas program ditingkatkan melalui perbaik- penyuluhan dari dinas terkait, dan iklim usaha
an proses penyusunan program yang diawali masih perlu ditingkatkan agar perubahan peri-
dengan analisis kebutuhan masyarakat dan pe- laku berusaha semakin meningkat.
libatan masyarakat dalam penyusunan pro- (2) Tingkat keberdayaan ekonomi rumah tang-
gram CSR yang akan dijalankan. Kompetensi ga dapat ditingkatkan melalui peningkatan
fasilitator dalam hal kemampuan mengajar, kualitas perilaku berusaha masyarakat. Pening-
kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan katan kualitas perilaku berusaha meliputi pe-
memotivasi dapat meningkatkan pengetahuan, ningkatan pengetahuan, keterampilan, dan si-
keterampilan dan sikap masyarakat dalam ber- kap terhadap usaha ekonomi produktifnya. Da-
usaha ekonomi produktif. Peran fasilitator tidak lam kasus program CSR di Provinsi Lampung,
ubahnya seperti peran penyuluh yang karena pengetahuan dan keterampilan usaha pengge-
statusnya sebagai pihak ketiga yang mewakili mukan sapi potong, usaha budidaya singkong,

Tabel 2. Pengaruh Antarpeubah Terikat dalam Model

Peubah Perilaku Berusaha Tingkat Keberdayaan Ekonomi Keterangan


(Y1) (Y2)

Perilaku Berusaha (Y1) - 0,8788 Nyata


Dinamika Kelompok (X5) 0,0958 - Tidak nyata
Nilai-t 1,4985 20,91

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Sumaryo) 277


Chi-Square=214,39, df=199, P-value=0,21609, RMSEA=0,020
Gambar 1. Taksiran Parameter dalam Persamaan Struktural

usaha menjahit pakaian, usaha budidaya ikan komponen yang ada dalam model harus saling
lele, usaha budidaya jamur tiram, dan usaha mendukung. Kedua, model harus memiliki pro-
budidaya kakao harus ditingkatkan melalui bability, artinya model harus memberikan pe-
proses pelatihan dan pendampingan dari pihak luang bagi pengembangan sistem yang lebih
perusahaan dan dinas instansi terkait. maksimal.
(3) Untuk meningkatkan pengetahuan, kete- Pelaksanaan strategi pemberdayaan ma-
rampilan, dan sikap ke arah positif juga dapat syarakat tersebut dilakukan secara bertahap, di-
ditempuh melalui upaya meningkatkan dina- mulai dari tahap awal sampai pada tahap eva-
mika kelompok. Sasaran program CSR yang luasi keberhasilan (outcome dan impact). Model
difokuskan melalui kelompok-kelompok ma- tersebut diberi nama ”CSR Partisipatif”, hal ini
syarakat (kelompok tani, kelompok peternak, didasarkan atas pertimbangan pokok berikut:
dan sebagainya) harus dibina dan didampingi (1) Implementasi CSR akan berhasil bila diren-
agar kelompok dapat dijadikan wahana belajar, canakan dengan baik. Proses pencanaan meru-
wahana produksi, dan wahana pengambilan pakan bagian program yang tidak dapat dihi-
keputusan bagi anggotanya. langkan.
Berdasarkan hasil analisis dan berbagai (2) Implementasi program CSR oleh perusaha-
temuan serta kerangka berfikir peneliti, berikut an harus melibatkan semua pemangku kepen-
disajikan strategi implementasi model tersebut. tingan dalam setiap tahap kegiatan.
Suatu model harus memiliki minimal dua (3) Keberhasilan program CSR sangat ditentu-
ksriteria (Yollies, 1996). Pertama, suatu model kan oleh kesesuaian program dengan kebutuh-
harus bersifat dinamik, artinya model harus an masyarakat, sehingga keterlibatan masyara-
bersfat responsif dan adaptif terhadap segala kat dalam penyusunan program tidak dapat di-
bentuk perubahan; hubungan diantara berbagai abaikan.

278 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280
(4) Masyarakat diberi kewenangan untuk berdaya alam dan sumberdaya manusia kelom-
mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dari pok.
program yang sudah mereka jalankan. (5) Tahap kelima, operasionalisasi usaha ekono-
Tahapan atau langkah pelaksanaan kegiat- mi produktif kelompok sasaran. Pelaksanaan
an diharapkan akan membantu keberasilan ta- dan pengelolaan usaha ekonomi produktif dila-
hap berikutnya: kukan dari, oleh, dan untuk anggota kelompok.
(1) Tahap pertama, perlu dilakukan analisis Pengelolaan awal dapat didampingi oleh tena-
secara seksama terhadap masalah kesenjangan ga fasilitator, selanjutnya kelompok diarahkan
yang terjadi antara perusahaan dan masyarakat agar dapat mengelola usahanya secara mandiri.
sekitar. Hal ini dilakukan sebagai langkah an- (6) Tahap keenam, pengembangan inovasi bagi
tisipasi terhadap perubahan sosial (terutama peningkatan produktivitas usaha ekonomi pro-
yang bersifat negatif). duktif. Agar usaha ekonomi produktif dapat
(2) Tahap kedua, inisiasi program CSR yang di- bersaing, pengembangan inovasi merupakan
mulai dengan proses sosialisasi program secara syarat yang tidak dapat ditawar lagi. Pengem-
transparan serta need assessment secara seksama. bangan inovasi dapat berasal dari dalam kelom-
Tahap ini berimplikasi pada perlunya audit se- pok atau masukan dari luar kelompok.
cara transparan terhadap anggaran atau dana (7) Tahap ketujuh, kegiatan evaluasi keberhasil-
CSR perusahaan. Adanya himbauan dari peme- an untuk melihat sejauh mana pencapaian tu-
rintah atau konsensus antar perusahaan bahwa juan program dari aspek sosial dan ekonomis.
setiap perusahaan menganggarkan dua persen Langkah evaluasi dilakukan pada setiap tahap
dari keuntungan perusahaan untuk pendanaan kegiatan, dimulai dari perencanaan, pelaksana-
program CSR dapat menjadi tolok ukur sebe- an (monitoring), sampai tahap evaluasi hasil.
rapa besar komitmen perusahaan dalam melak-
sanakan tanggungjawab sosialnya. Namun de-
SIMPULAN
mikian, kendala yang dihadapi adalah akunta-
bilitas manajemen perusahaan yang belum “go
public” dalam melaporkan atau menginforma- Pertama, kompetensi fasilitator dan faktor pen-
sikan jumlah keuntungan bersih perusahaan dukung dapat meningkatkan perilaku berusaha
setiap tahunnya. Sebagai badan usaha yang be- masyarakat penerima program CSR. Kedua, Pe-
lum “go public”, tidak ada keharusan untuk rilaku berusaha masyarakat mampu mening-
memberikan laporan pertanggungjawaban per- katkan keberdayaan ekonomi rumahtangga ma-
usahaan (termasuk jumlah keuntungan) secara syarakat penerima program CSR. Ketiga, Kuali-
terbuka. tas program CSR belum mampu meningkatkan
(3) Tahap ketiga, langkah pengembangan, me- perilaku berusaha ekonomi produktif masyara-
diasi, fasilitasi, pembinaan, dan pendampingan kat sekitar perusahaan.
kelompok sasaran. Masyarakat yang belum me- Saran. Pertama, Sebelum program CSR di-
miliki lembaga kelompok difasilitasi untuk jalankan, perusahaan diharapkan melakukan
membentuk dan membangun lembaga kelom- penyusunan program secara partisipatif (meli-
pok. Melalui kelompok-kelompok yang ada ke- batkan semua pemangku kepentingan, teruta-
giatan fasilitasi, mediasi, pembinaan, dan pen- ma masyarakat sebagai sasaran program).
dampingan dan dilakukan secara efektif dan Kedua, pelaksanaan program CSR sebaiknya
efisien. melibatkan fasilitator (pihak ketiga) yang me-
(4) Tahap keempat, penetapan jenis usaha dan miliki kompetensi di bidang kegiatan sesuai
pelaksanaan usaha ekonomi produktif yang di- program yang dijalankan oleh perusahaan.
kembangkan. Melalui kelompok-kelompok yang Ketiga, perlu ditetapkan rumusan penjabaran
sudah terbentuk, jenis usaha yang akan mereka secara operasional terhadap pasal 74 Undang-
kembangkan merupakan kesepakatan kelom- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
pok dengan mempertimbangkan potensi sum- Terbatas, melalui penetapan Peraturan Peme-
rintah atau Surat Keputusan Menteri terkait.
Keempat, perlu disepakati adanya keharusan

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Sumaryo) 279


untuk siap diaudit oleh pihak ketiga (indepen- Nursahid, Fajar. 2006. Praktik Kedermawanan
den) bagi perusahaan pelaksana program CSR Sosial BUMN: Analisis terhadap Model
dalam mengalokasikan dana 2 sampai dengan 5 Kedermawanan PT. Krakatau Steel, PT.
persen dari keuntungan perusahaan untuk Pertamina, dan PT. Telkom. Galang, Jurnal
menjaga akuntabilitas program CSR di wila- Filantropi dan Masyarakat Madani. Vol, 1
yahnya.
No, 2 Januari 2006. Halaman: 5-21. Ja-
karta: PIRAC
DAFTAR PUSTAKA Pambudi, Teguh Sri. 2005. CSR; Sebuah Keha-
rusan dalam Investasi Sosial. Jakarta: Pus-
AIMS. 2005. Corporate Social Responsibility Semi- pensos – LaTofi. Hlm: 16-29
nar. Jakarta: AIMS Consultant. Solimun. 2002. Multivariate Analysis Structural
Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Industri Be- Equation Modeling (SEM) Lisrel dan Amos.
sar dan Sedang Provinsi Lampung Tahun Malang: Fakultas MIPA, Universitas Bra-
2008. Bandar Lampung: BPS. wijaya.
Frederick, William C., K. Devis, dan J.E. Post. Sumarto, Mulyadi. 15 Agustus 2007. CSR La-
1988. Business and Society Corporate Stra- yaknya Buah Simalakama. Kompas: 4
tegy, Public Policy, Ethics. New York: Mc- (kolom 1-3).
Graw-Hill Publishing Company. Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat:Arti dan
Ghozali, I., dan Fuad. 2005. Structural Equation Interpretasi. Jakarta: Penerbit P.T. Rineka
Modeling. Semarang: Badan Penerbit Uni- Cipta.
versitas Diponegoro. Sutikno, Eddy Setiadi Soedjono, Agnes Tuti Ru-
Industry Canada. 2009. Corporate Social Respon- miati, dan Lantip Trisunarno. Pemilihan
sibility. http://www.strategis.gc.ca. Diak- Program Pengentasan Kemiskinan Mela-
ses 08 September 2009. lui Pengembangan Model Pemberdayaan
Kotler, P., dan N. Lee. 2005. Corporate Social Res- Masyarakat dengan Pendekatan Sistem.
ponsibility: Doing the Most Good for Your Jurnal Ekonomi Pembangunan FE UMS Vo-
Company and Your Cause. New Jersey: John lume 11, Nomor 1, Juni 2010, hlm.135-147.
Wiley & Sons, Inc. Surakarta: BPPE UMS.
Nugraha, Benny Setia, Ibnu Hamad, La Tofi, Yollies, M.I. 1996. Critical System Thinking:
Novita Hifni, dan Kasta. (Editor). 2005. Paradigm and the Modelling Space Sys-
Investasi Sosial. Jakarta: Puspensos – tem Practice Academy of Management Jour-
LaTofi. nal Vol. 9, Number 6 December 1996. New
York and London: Plenum Press.

280 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 2, Desember 2011: 272-280

You might also like