Professional Documents
Culture Documents
BAB II FIX REVISIAN 2 Ya
BAB II FIX REVISIAN 2 Ya
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
b. Sistem Metabolik
Sebagian besar perubahan berat badan selama kehamilan berasal
dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
12
c. Sistem Kardiovaskular
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke
6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan
meningkat kira-kira 40-45 %. Hal ini dipengaruhi oleh aksi
progesteron dan esterogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur
reninangiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini
sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.
Eritropin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume
plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusa dan penurunan
konsentrasi hemoglobin dari 15 gr/dl menjadi 12,5 gr/dl, dan pada 6%
perempuan bisa mencapai dibawah 11 gr/dl. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan ± 1.000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.
d. Sistem Respirasi
13
e. Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser kearah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan
terjadi pada penurunan motilitas otot polos dan traktus digestivus dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin dilambung sehingga
akan menimbulkan gejala berupa pyrosis. Mual terjadi akibat
penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi
sebagai akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan
trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama
kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang
secara spontan. Hemorhoid juga merupakan suatu hal yang sering
terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesaran uterus.
f. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan
14
g. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±
135%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting
dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi
persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan
meningkat 10 kali lipat pada saat kehamilan aterm.
h. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang kearah dua
tungkai. Sendi sakroiliaka, sakro koksigis, dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan (Sarwono, 2014).
Tabel 2.1
Tinggi fundus uteri diukur dengan jari
Tabel 2.2
Pemberian imunisasi TT
6) Pemeriksaan Hb (Hemoglobin)
Pemeriksa Hb (Hemoglobin) dilakukan pada kunjungan ibu
hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.
Pemeriksaan Hb (Hemoglobin) adalah salah satu upaya untuk
mendeteksi anemia pada ibu hamil.
7) Pemeriksaan protein urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.
Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah pre eklampsi.
20
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu (APN, 2012)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Kuswanti,
2014).
Selain dari tanda di atas, tanda – tanda persalinan juga dapat dilihat
dari :
a. Terjadinya his persalinan,his persalinan ini mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, kekuatannya makin kuat
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
4) Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah
b. Pengaruh lendir bercampur darah. Dengan his persalinaan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan :
1) Pendataran serviks
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
3) Pengeluaran cairan
Pada sebagian kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan namun sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap (Elisabeth, 2015).
2) Fase aktif
Dimulai dari 5 cm hingga lengkap. Lamanya fase aktif ibu
primipara memiliki waktu 12 jam dan untuk ibu multipara tidak
lebih dari 10 jam (WHO, 2018).
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala ini disebut juga sebagai kala pengeluaran. Kala ini
dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini
his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Dalam fase ini dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang dapat menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan
pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi maka
kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan
mengejan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di
bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan
anggota bayi. Pada primigravda kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam
dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam (Kuswanti, 2014).
25
c. Passengger
Passenger terdiri dari :
1) Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu
pertumbuhannya normal, adanya genetic dan kebiasaan ibu yang
buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal.
2) Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm,
tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
3) Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan
janin, air ketuban berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi
janin terhadap trauma dari luar ( Elisabeth, 2015 ).
1) Suhu badan
Peningkatan suhu dianggap masih dalam batas nilai normal,
apabila peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5 sampai 1 0C yang
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
2) Denyut nadi
Denyut nadi pada ibu bersalin mengalami perubahan yang
mencolok selama kontraksi. Frekuensi denyut nadi diantara
kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan.
3) Pernafasan
Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan
dapat menyebabkan alkalosis.
4) Curah jantung
Poliuria sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan
oleh adanya peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma
ke ginjal. Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal
wajar, tetapi proteinuria (+2) merupakan hal yang tidak wajar,
keadaan ini lebih sering pada ibu primipara dengan anemia,
persalinan lama, atau pada kasus preeklamsia.
5) Kehilangan Cairan
Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan
tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya dapat
mengkonsumsi cairan saja, untuk itu agar keluarga dapat selalu
menawarkan minum selama proses persalinan. Sehingga asupan
cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak
energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat
kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan
kurang efektif.
28
2.2.8 Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis. Aspek tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang
akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru
lahir. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan
dan menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja, membuat rencana
tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakann rencana
tindakan dan akhirnya mengevalusi hasil asuhan atau tindakan yang
telah diberikan kepada ibu dan/atau bayi baru lahir.
31
2.2.9 Partograf
a. Pengerian partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2014).
b. Tujuan partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medis ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2014).
c. Bagian-bagian partograf
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014) mengemukakan bagian-
bagian partograf terdiri dari :
1) Informasi tentang Ibu :
a) Nama, Umur;
b) Gravida, Para, Abortus (keguguran);
c) Nomor catatan medik/nomor Puskesmas;
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah : tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
33
3) Pemeriksaan vagina :
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, air ketuban Jernih
M : Air ketuban bercampur Mekonium
D : Air ketuban bernoda Darah
K : Tidak ada cairan Ketuban.
4) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisahkan
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih
bisa dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
5) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam dan diberi
tanda silang (X)
1. Penurunan bagian bawah janin: mengacu pada bagian kepala
(dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen /luar)
diatas simfisis pubis,catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap
pemeriksaan dalam. Pada posisis 4/5,makaa tuliskan tanda “O”
digaris angka 4.
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah
partograf pembukaan serviks dan penurunan tertera kotak yang
diberi angka 1-16.
b) Kontraksi, catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
tiap- tiap kontraksi dalam hitungan detik
1) Kurang dari 20 detik ░
2) Antara 20-40 detik ▓
3) Lebih dari 40 detik
35
b. Penilaian awal
Untuk semua bayi baru lahir lakukan penilaian awal dengan
menjawab tiga pertanyaan.
1) Apakah kehamilan cukup bulan? ( sebelum bayi lahir )
2) Apakah bayi menangis atau bernafas/ tidak megap-megap ? (segera
setelah bayi lahir )
3) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?( segera setelah
bayi lahir ).
c. Merawat Tali Pusat
Nasihat unrtuk merawat tali pusat
1) Jangan membungkus puntum tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntum tali pusat
2) Mengoleskan alcohol absolute 70 % masih di perkenankan, tetapi
didak di kompreskan karna menyebabkan tali pusat basah atu
lembab.
3) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi
a) Lipat popok dibawah puntum tali pusat
b) Jika puntum tali pusat kotor bersihkan dengan air Disinfektsi
Tingkat Tinggi (DTT) dan keringkan secara seksama dan
gunakan kain bersih.
d. Pemberian ASI
Langkah Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )
1). Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam.
2). Bayi harus dibiarkan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta
memberi bantuan jika diperlukan.
3). Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada
bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan,
43
2.4 Nifas
2.4.1 Pengertian Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari (Sarwono,
2014).
Masa nifas (puerperium) yang berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari, merupakan waktu yang di perlukan untuk pulihnya organ
kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2014).
3) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus
1000 gram
b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah pusat dengan berat uterus 750 gram
c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram
d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba di
atas simpisis dengan berat uterus 350 gram
e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil
dengan berat uterus 50 gram (Elisabeth, 2015).
4) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
a) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari postpartum.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan
lendir, hari 3-7 postpartum.
c) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 postpartum.
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya (Elisabeth,
2015).
47
sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh
tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan
Keluarga Berencana pasca persalinan dengan melakukan kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu : kunjungan nifas
pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
Kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
setelah persalinan. Kunjungan nifas ketiga dalam waktu hari ke 29 sampai
dengan hari ke-42 setelah persalinan.
dengan keputusan tindakan klinik yang di lakukan dengan tepat (Ai yeyeh,
2013).
klien dari setiap masalah yang berkaitan tetapi dari kerangka pedomanan
tisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang
mungkin diperlukan.
Sebelum melaksakan setiap asuhan yang telah direncanakan, terlebih
dahulu rencana harus disepakati oleh bidan dan klien, karena klien
berhak untuk memutuskan apakah mau menerapkan rencana asuhan ini
atau tidak, selanjutnya segala sesuatu yang telah diputuskan
dikembangkan dalam rencana asuhan yang komprehensif.
f. Langkah Keenam (melaksanakan pelaksanaan)
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana asuhan komprehensif.
Dalam pelaksanaan tindakan dapa tseluruhnya dilakukan oleh bidan
sebagian yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya,
jika bidan tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Pelaksanaan yang
efisien akan berhubungan dengan waktu dan biaya yang dapat
meningkatkan mutu dan asuhan klien.
g. Langkah Ketujuh (evaluasi)
Langkah ketujuh merupakan evaluasi keefektifan dan asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnose dan masalah rencana tersebut.
Bila tidak sesuai kebutuhan 1 tidak efektif maka perlu dikaji ulang
dengan cara memulai kembali dan awal proses menejemen kebidanan dan
tentukan rencana asuhan yang sesuai dengan situasi klien serta kondisi
lainya, demikianlah seterusnya, boleh dikatakan langkah ketujuh ini dapat
ditindaklanjuti dengan sebagai catatan perkembangan.
54
2.5.2 Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,
2013).
2.6 Kontrasepsi
2.6.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
2.7.1 Subjektif
a. Diagnosa/ masalah
1) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenal
kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data yang didapat.
57
c. Evaluasi
Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi
dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai
tujuan (Ai Yeyeh, 2013).