You are on page 1of 53

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesimbungan dan


terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi pada uterus, pembentukan plasenta serta tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2014).
Kehamilan adalah Mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari
(40 Mingggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 Minggu) (Prawirohardjo,
2013).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di
definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga
ke-40) (Prawirohardjo, 2014).

2.1.2 Fisiologi Kehamilan


Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
7

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta


dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2014).
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan
ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Setiap
spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk
lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor, dan bagian
yang silindrik (leher) menghubungkan kepela, dengan getaran ekornya
spermatozoa dapat bergerak cepat (Sarwono, 2014).

2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan


Tanda kehamilan adalah sekumpulan tanda atau gejala yang timbul
pada wanita hamil yang terjadi akibat perubahan fisiologi dan psikologi
pada masa kehamilan. Untuk dapat menegakkan diagnosa kehamilan
ditetapkanlah suatu penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil
(Manuaba, 2014).
a. Tanda pasti kehamilan menurut Manuaba (2014) adalah :
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin
3) Denyut jantung janin. Di dengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotografi, dan doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi.
b. Tanda- tanda dugaan hamil adalah:
1) Amenorhea/tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat
haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil
tidak mendapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama
haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan
taksiran perkiraan persalinan.
8

2) Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu).


Mengidam sering terjadi pada bulan–bulan pertama dan akan
hilang dengan makin tuanya kehamilan.
3) Mual dan muntah, umumnya terjadi pada bulan–bulan pertama
kehamilan, kadang–kadang disertai muntah. Biasanya sering
terjadi pada pagi hari yang disebut dengan morning sickness.
4) Payudara tegang dan membesar, keadaan ini disebabkan oleh
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan
alveoli dipayudara. Kelenjar montgomery terlihat lebih membesar.
5) Sinkope atau pingsan, terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala (sentral) yang menyebabkan iskemia susunan saraf pusat
yang menimbulkan pingsan, biasanya terjadi pada bulan – bulan
pertama kehamilan dan akan hilang setelah umur kehamilan 16
minggu.
6) Pigmentasi kulit, keluarnya melanophore stimulating hormon
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi
(kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae livide, striae
nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara
(hiperpigmentasi areola mammae, puting susu makin menonjol,
kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar
payudara).
7) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila
hamil.
8) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh
estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah
vena teruatama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan
pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan
betis dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat
menghilang setelah persalinan.
9

c. Diagnosis Banding Kehamilan


Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan
sehingga perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya:
1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda
dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes
biologis tidak menunjukkan kehamilan.
2) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim,
tetapi tidak disertai tanda kehamilan. Bentuk pembesaran tidak
merata. Perdarahan banyak saat menstruasi.
3) Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil
dan menstruasi terus berlangsung. Lamanya pembesaran perut dapat
melampaui usia kehamilan. Pemeriksaan tes biologis kehamilan
dengan hasil negatif.
4) Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia
kehamilan. Perut terasa nyeri setiap bulan. Terjadi tumpukan darah
dalam rahim. Tanda dan pemeriksaan kehamilan tidak
menunjukkan hasil yang positif, karena himen in perforata.
5) Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi, maka
pembesaran perut akan menghilang.

2.1.4 Perubahan – perubahan Fisiologi Kehamilan


a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnio) sampai
persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali
seperti semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada
perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gr dan
10

kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan


berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan
volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter
atau lebih dengan berat rata-rata 1.100 gr.
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi, serviks akan menjadi lebih lunak
dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada
kelenjar-kelenjar serviks. Berbeda kontras dengan korpus, serviks
hanya memiliki 10-15 % otot polos.
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi selama 6-7
minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.
4) Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit otot-otot di vulva dan perineum, sehingga
pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan
tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan
hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot
polos.
5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dengan nama Striae
11

Gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan ini sering kali


ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan bentuk
sikatrik dari striae sebelumnya. Pada banyak perempuan kulit
digaris pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi
hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang
akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher
yang disebut Cloasma Gravidarum. Selain itu aerola juga akan
mengalami hiperpigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang
berlebihan akan hilang setelah persalinan. Perubahan ini dihasilkan
dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang
menyebabkan pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan
kadar serum Melanocyte Stimulating Hormone pada akhir bulan
kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Esterogen
dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis
dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.
6) Payudara
Pada awal kehamilan, perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan
bertambah ukurannya dan vena – vena dibawah kulit akan lebih
terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak.
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang
disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari
kelenjar – kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon
prolaktin ditekan oleh Prolactin Inhibiting Hormone.

b. Sistem Metabolik
Sebagian besar perubahan berat badan selama kehamilan berasal
dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
12

ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan


bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan
dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan perminggu
sebesar 0,4 kg. Sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau
berlebih dianjurkan menambah berat badan perminggu masing–
masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal
yang fisiologis. Pada saat aterm ± 3,5 liter cairan berasal dari janin,
plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 liter lainnya berasal dari
akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan payudara
sehingga minimal tambahan selama kehamilan adalah 6,5 liter.

c. Sistem Kardiovaskular
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke
6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan
perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan
meningkat kira-kira 40-45 %. Hal ini dipengaruhi oleh aksi
progesteron dan esterogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur
reninangiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini
sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.
Eritropin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah
sebanyak 20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume
plasma sehingga akan mengakibatkan hemodilusa dan penurunan
konsentrasi hemoglobin dari 15 gr/dl menjadi 12,5 gr/dl, dan pada 6%
perempuan bisa mencapai dibawah 11 gr/dl. Kebutuhan zat besi
selama kehamilan ± 1.000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari.

d. Sistem Respirasi
13

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm,


tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4 cm
selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit
perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per
menit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara
signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke – 37 minggu dan akan kembali hampir
seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan.

e. Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser kearah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan
terjadi pada penurunan motilitas otot polos dan traktus digestivus dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin dilambung sehingga
akan menimbulkan gejala berupa pyrosis. Mual terjadi akibat
penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi
sebagai akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan
trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama
kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang
secara spontan. Hemorhoid juga merupakan suatu hal yang sering
terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesaran uterus.

f. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan
14

sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya


kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun kepintu atas panggul,
keluhan itu akan muncul kembali.

g. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±
135%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting
dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi
persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan
meningkat 10 kali lipat pada saat kehamilan aterm.

h. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang kearah dua
tungkai. Sendi sakroiliaka, sakro koksigis, dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan (Sarwono, 2014).

2.1.5 Tanda Bahaya Dalam Kehamilan


Menurut kementerian kesehatan (2013), 6 masalah ini bisa
menyebabkan keguguran atau kelahiran dini (prematur) yang
membahayakan ibu dan bayi yaitu :
a. Perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua
b. Bengkak dikaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala atau kejang
c. Demam atau panas tinggi
15

d. Air ketuban keluar sebelum waktunya


e. Bayi dikandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
f. Muntah terus (tidak mau makan)

2.1.6 Penatalaksanaan Dalam Kehamilan ANC (Antenatal Care)


a. Pengertian
Antenatal Care merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan
rutin ibu hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk
memberikan informasi tentang gaya hidup, kehamilan dan persalinan
(Back et al, 2015)
Antenatal Care (ANC) merupakan suatu pelayanan yang
diberikan oleh perawat kepada wanita selama hamil, misalnya dengan
pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan
dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan
kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orangtua
(Wagiyo & Putrono, 2016).
b. Tujuan Antenatal Care
Menurut Mochtar 2014 tujuan umum ANC adalah
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama dalam kehamilan, persalinan, nifas dengan demikian
didapatkan ibu dan anak yang sehat. Sedangkan tujuan khusus
adalah :
1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita
sedini mungkin
3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
16

4) memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari


dikeluarga berencana kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi
c. Jadwal Kunjungan
Kunjungan antenatal sebaiknya paling sedikit 4 kali selama
kehamilan :
1) Satu kali pada kunjungan triwulan pertama (sebelum 12 minggu)
informasi penting yang diberikan adalah :
a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan
dan ibu hamil
b) Mendeteksi masalah dan menanganinya
c) Melakukan tindakan pencegahan tetanus neonatorum, anemia
kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi latihan dan kebersihan
istirahat dan sebagainya).
2) Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara 13-28 minggu).
Informasi penting yang diberikan sama seperti KI di tambah
kewaspadaan khusus mengenai pre-eklampsia (pantau tekanan
darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).
3) Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (antara 28-40 minggu dan
sesudah minggu ke 36 ). Pada kunjungan minggu ke 28-36 minggu
yaitu memberikan informasi penting yang diberikan sama seperti
kunjungan ANC ke-1 dan ke-2 di tambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Pada kunjungan minggu
ke 36 memberikan informasi penting yang diberikan sama seperti
kunjungan KI, K2 dan K3 di tambah palpasi deteksi letak bayi yang
17

tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan di rumah sakit


(Sarwono, 2014).
d. Pelayanan Asuhan Standar Antenatal Care
Pelayanan Standar 14T menurut Elisabeth (2015) adalah :
1) Timbang berat badan tinggi badan
Tinggi badann ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil
pengukuran <145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang
atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan Berat Badan dan
penurunan Berat Badan. Kenaikan Berat Badan ibu hamil normal
rata – rata antara 11,5 kg.
2) Tekanan darah
Diukur setiap kali ibu atau berkunjung. Deteksi tekanan darah
yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan pre
eklampsia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole :
110/80 – 120/80 mmHg.
3) Pengukuran tinggi fundus uteri
Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atau
sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh
ditekan).
18

Tabel 2.1
Tinggi fundus uteri diukur dengan jari

Umur kehamilan Tinggi fundus uteri

1/3 12 minggu 1/3 diatas sympisis


16 minggu ½ sympisis pusat
20 minggu 2/7 sympisis pusat
22 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 diatas pusat
34 minggu ½ pusat prosesus xipoideus
36 minggu Setinggi prosesus
40 minggu xipoideus
Xipoideus
(Elisabeth, 2015).

4) Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)


Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan
nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring
dengan pertumbuhan janin.
5) Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid)
Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping TT
(Tetanus Toksoid) yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak
untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan.
19

Tabel 2.2

Pemberian imunisasi TT

Imunisasi Interval Perlindungan Masa


perlindungan
TT1 Pada kunjungan 0 % Tidak ada
ANC pertama
TT2 4 minggu setelah 80 % 3 tahun
TT1
TT3 6 bulan setelah 95 % 5 tahun
TT2
TT4 1 tahun setelah 99 % 10 tahun
TT3
TT5 1 tahun setelah 99 % 25 tahun/seumur
TT4 hidup
(Elisabeth, 2015)

6) Pemeriksaan Hb (Hemoglobin)
Pemeriksa Hb (Hemoglobin) dilakukan pada kunjungan ibu
hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.
Pemeriksaan Hb (Hemoglobin) adalah salah satu upaya untuk
mendeteksi anemia pada ibu hamil.
7) Pemeriksaan protein urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.
Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah pre eklampsi.
20

8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan Veneral Desease Research


Laboratory (VDRL)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL)
untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular
seksual, antara lain syphilish.
9) Pemeriksaan urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan
indikasi penyakit gula/DM (Diabetes Melitus) atau riwayat
penyakit gula pada keluarga ibu dan suami.
10) Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat sehat
payudara yang ditunjukan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan
payudara adalah :
a) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu
b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu (pada
puting susu terbenam)
c) Merangsang kelenjar – kelenjar susu sehingga produksi ASI
lancar.
d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan
mulai pada kehamilan 6 bulan.
11) Senam ibu hamil
Bermanfaat membantu ibu hamil dalam persalinan dan
mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah
sembelit.
12) Pemberian obat malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu hamil
didaerah endemik malaria atau kepala ibu dengan gejala khas
malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil.
21

13) Pemberian kapsul minyak beryodium


Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat
kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin yang
di tandai dengan :
a) Gangguan fungsi mental
b) Gangguan fungsi pendengaran
c) Gangguan pertumbuhan
d) Gangguan kadar hormone yang rendah
14) Temu wicara
Adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong
orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai
dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapinya.

2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu (APN, 2012)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Kuswanti,
2014).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri)


yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar dari kandungan melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri ) (Manuaba, 2014).
22

Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama


persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru
lahir (Prawirohardjo, 2014).

2.2.2 Fisiologi Persalinan


Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos
miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm.
Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara koordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan
mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta berangsur menghilang
pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas
kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan dan kelahiran sampai
saat ini masih belum jelas benar (Sarwono, 2014).

2.2.3 Tanda – tanda Persalinan


Sebelum terjadinya persalinan, biasanya akan ada suatu tanda dan gejala-
gejalanya yaitu :
a. Kekuatan his yang makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda,yaitu :
1) Pengeluaran lendir
2) Lendir bercampur darah
c. Dapat disertai ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks:
1) Perlunakan serviks
2) Perdarahan serviks
3) Pembukaan
23

Selain dari tanda di atas, tanda – tanda persalinan juga dapat dilihat
dari :
a. Terjadinya his persalinan,his persalinan ini mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, kekuatannya makin kuat
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
4) Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah
b. Pengaruh lendir bercampur darah. Dengan his persalinaan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan :
1) Pendataran serviks
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
3) Pengeluaran cairan
Pada sebagian kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan namun sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan lengkap (Elisabeth, 2015).

2.2.4 Tahap Persalinan


Menurut Kuswanti (2014), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm.
Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan partus
dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang
bersemu darah disertai dengan pendataran (effacement). Lendir
bersemu darah berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh-
pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis (kanalis
24

servikalis pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks


membuka).

Proses membukanya serviks dibagi dalam 2 macam :


1) Fase laten
Dari pembukaan 0 hingga 5 cm. Belum ada standar waktu yang
dibangun untuk menetapkannya, setiap ibu memiliki waktu yang
berbeda-beda.

2) Fase aktif
Dimulai dari 5 cm hingga lengkap. Lamanya fase aktif ibu
primipara memiliki waktu 12 jam dan untuk ibu multipara tidak
lebih dari 10 jam (WHO, 2018).
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala ini disebut juga sebagai kala pengeluaran. Kala ini
dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini
his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Dalam fase ini dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul
yang dapat menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan
pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi maka
kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan
mengejan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di
bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah
istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan
anggota bayi. Pada primigravda kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam
dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam (Kuswanti, 2014).
25

c. Kala III (Pengeluaran Plasenta)


Disebut juga sebagai kala uri. Setelah bayi lahir, uterus teraba
keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah, kira-kira 100-
200 cc (Kuswanti, 2014).
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan
uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum (Kuswanti, 2014).

2.2.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
a. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir dibagi atas :
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, ligament-ligament
b. Power (his dan mengejan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
1) His (kontraksi uterus )
2) Kontraksi otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.
26

c. Passengger
Passenger terdiri dari :
1) Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu
pertumbuhannya normal, adanya genetic dan kebiasaan ibu yang
buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal.
2) Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm,
tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
3) Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan
janin, air ketuban berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi
janin terhadap trauma dari luar ( Elisabeth, 2015 ).

2.2.6 Perubahan Fisiologi Persalinan


a. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan
kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolic
rata-rata sebesar 5-10 mmHg. Posisi tidur terlentang selama proses
persalinan akan menyebabkan penekanna uterus terhadap pembuluh
darah besar atau aorta yang akan menyebabkan sirkulasi darah naik
untuk ibu maupun janin akan terganggu, ibu dapat terjadi hipertensi dan
bayi akan terjadi asfiksia. Oleh karena itu, posisi tidur ibu selama
persalinan yang terbaik adalah posisi tidur miring ke kiri.
b. Perubahan metabolisme
Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan
suhu badan, denyut nadi, pernapasan, curah jantung, dan kehilangan
cairan.
27

1) Suhu badan
Peningkatan suhu dianggap masih dalam batas nilai normal,
apabila peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5 sampai 1 0C yang
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan.
2) Denyut nadi
Denyut nadi pada ibu bersalin mengalami perubahan yang
mencolok selama kontraksi. Frekuensi denyut nadi diantara
kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan.
3) Pernafasan
Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan
dapat menyebabkan alkalosis.
4) Curah jantung
Poliuria sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan
oleh adanya peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma
ke ginjal. Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal
wajar, tetapi proteinuria (+2) merupakan hal yang tidak wajar,
keadaan ini lebih sering pada ibu primipara dengan anemia,
persalinan lama, atau pada kasus preeklamsia.
5) Kehilangan Cairan
Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan
tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya dapat
mengkonsumsi cairan saja, untuk itu agar keluarga dapat selalu
menawarkan minum selama proses persalinan. Sehingga asupan
cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak
energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat
kontraksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan
kurang efektif.
28

c. Perubahan pada ginjal


Kemampuan gerakan gastrik serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan perencanaan hampir berhenti selama
persalinan dan menyebabkan konstipasi.
d. Perubahan hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan
kembali pada hari pertama pasca partum. Jumlah sel darah putih secara
progresif akan meningkat selama kala I persalinan sebesar kurang lebih
5000-15000 WBC pada saat pembukaan lengkap, hal ini tidak
berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali ke keadaan
semula (Tando, 2016).

2.2.7 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


a. Langkah inisiasi menyusu dini (IMD)
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam.
2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi
bantuan jika diperlukan.
3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada
Bayi Baru Lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan,
prosedur tersebut seperti: pemberian salep/tetes mata, pemberian
vitamin K1, menimbang dan lain – lain.
4) Prinsip menyusu dan pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin
dan eksklusif (JNPK-KR, 2014).
b. Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit bayi untuk bayi
1) Menstabilkan pernapasan dan detak jantung
2) Mengendalikan temperatur tubuh bayi
29

3) Memperbaiki atau membuat pola tidur bayi lebih baik


4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan
efektif
5) Meningkatkan kenaikan berat (bayi lebih cepat kembali ke berat
lahirnya)
6) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
7) Mengurangi tangis bayi
8) Mengurangi infeksi bayi dikarenakan adanya kolonisasi kuman
diusus bayi akibat kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan bayi
menjilat kulit ibu
9) Mengeluarkan mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan
kejadian ikterus BBL
10) Memperbaiki kadar gula dan parameter biokimia lain selama
beberapa jam pertama hidupnya
11) Mengoptimalisasi keadaan hormonal bayi
c. Keuntungan IMD untuk ibu
Merangsang produksi oksiton dan prolaktin pada ibu.
1) Pengaruh oksitosin
a) Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan
b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi
ASI
c) Membantu ibu mengatasi stres sehingga ibu merasa lebih tenang
dan tidak nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca
persalinan lainnya.
2) Pengaruh prolaktin
a) Meningkatkan produksi ASI
b) Menunda ovulasi.(JNPK-KR, 2014)
c)
30

d. Keuntungan IMD untuk bayi


a) Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas
dan kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi
b) Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum)
maupun aktif
c) Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari kebawah
d) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan lamanya
bayi disusui membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan
isap,telan dan napas. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat
daalam beberapa jam pertama setelah lahir.
e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengaan bayi
f) Mencegah kehilangan panas (JNPK-KR, 2014).

2.2.8 Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan
persalinan yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap
persalinan, baik normal maupun patologis. Aspek tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang
akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru
lahir. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan
dan menganalisis informasi, membuat diagnosis kerja, membuat rencana
tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakann rencana
tindakan dan akhirnya mengevalusi hasil asuhan atau tindakan yang
telah diberikan kepada ibu dan/atau bayi baru lahir.
31

b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar
asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
c. Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen
lainnya dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan
ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu,
bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan, dan tenaga kesehatan
lainnya dengan jalan menghindarkan transmisi penyakit yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Juga upaya-upaya untuk
menurunkan risiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang
menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan cara pengobatannya, seperti hepatitis dan HIV/AIDS.
d. Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya.
Jika asuhan tidak dicatat dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan
asuhan yang dimaksud.
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan
rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2014).
32

2.2.9 Partograf
a. Pengerian partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2014).
b. Tujuan partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medis ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2014).
c. Bagian-bagian partograf
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014) mengemukakan bagian-
bagian partograf terdiri dari :
1) Informasi tentang Ibu :
a) Nama, Umur;
b) Gravida, Para, Abortus (keguguran);
c) Nomor catatan medik/nomor Puskesmas;
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah : tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
33

2) Waktu pecahnya selaput ketuban


3) Kondisi Janin :
a) DJJ (Denyut Jantung Janin)
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Penyusupan ( molase) kepala janin
4) Kemajuan Persalinan :
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak.
5) Jam dan Waktu :
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
6) Kontraksi Uterus :
a) Frekuensi dan lamanya
7) Obat-obatan dan Cairan yang diberikan :
a) Oksitosin
b) Obat-obatan lainnya dan cairan I.V. yang diberikan
8) Kondisi Ibu
a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh
b) Urin (volume, aseton, atau protein)
9) Asuhan, Pengamatan, dan Keputusan Klinik lainnya (dicatat dalam
kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
d. Cara pengisian partograf menurut JNPK-KR (2014)
Untuk menggunakan patograf dengan benar petugas harus
mencatat kondisi ibu da janin sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin : catat setiap 30 menit
2) Air ketuban : catat warna ketuban setiap melakukan
34

3) Pemeriksaan vagina :
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, air ketuban Jernih
M : Air ketuban bercampur Mekonium
D : Air ketuban bernoda Darah
K : Tidak ada cairan Ketuban.
4) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisahkan
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih
bisa dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
5) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam dan diberi
tanda silang (X)
1. Penurunan bagian bawah janin: mengacu pada bagian kepala
(dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen /luar)
diatas simfisis pubis,catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap
pemeriksaan dalam. Pada posisis 4/5,makaa tuliskan tanda “O”
digaris angka 4.
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah
partograf pembukaan serviks dan penurunan tertera kotak yang
diberi angka 1-16.
b) Kontraksi, catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
tiap- tiap kontraksi dalam hitungan detik
1) Kurang dari 20 detik ░
2) Antara 20-40 detik ▓
3) Lebih dari 40 detik
35

c) Oksitosin, jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya


oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit,
didokumentasikan setiap 30 menit
d) Obat yang diberikan, catat obat yang diberikan sesuai dengan
kolomnya
e) Nadi, catatlah setiap 30 menit selama fase aktif persalinan dan
tandai dengan sebuah titik besar(•)
f) Tekanan darah catatlah setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan dan tandai dengan anak panah( ↕) pada kolom waktu
yang sesuai
g) Suhu badan, catatlah setiap 2 jam dalam kotak yang sesuai
h) Protein, aseton, dan volume urin, catatlah setiap kali ibu
berkemih.
e. Pencatatan Pada Lembar Belakang Patograf
Halaman belakang patograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi
batu lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan
Persalinan.Nilai dan catatan selama persalinan kala empat untuk
memungkinkan penolong asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa
nifas terutama persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk
membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan paska persalinan). Catatan
persalinan terdiri dari unsur-unsur seperti Data dasar, Kala I, Kala II,
Kala III, Bayi baru lahir dan Kala IV.
1) Cara pengisian
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir
setiap pemerikasaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah
36

seluruh proses persalianan selesai. Adapun cara pengisian catatan


persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampaikan menurut unsur- unsurnya sebagai berikut :
a) Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,
alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping pada saa merujuk. Isi data pada
masing- masing tempat yang sudah disediakan, atau dengan cara
memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
Untuk pertanyaan nomr 5, lingkari jawaban yang sesuai
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 8
jawaban biasa lebih dari satu.pertanyaan nomor 9 untuk
pengenalan kondisi gawatdarurat atau komplikasi saat ibu
bersalin datang ke fasilitas kesehatan.
b) Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan - pertanyaan tentang temuan
selama fase laten grafik melewati atau tidak ,masalah – masalah
lain yang timbul, penatalaksanaanya dan hasil penatalaksanaan
masalah tersebut.untuk pertanyaan nomor 10 (intervensi terhadap
temuan) dan nomor 11 (penyimpangan grafik dilatasi serviks),
hanya melingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan berikutnya
hanya diisi jika terdapat masalah lain,cara dan hasil
penatalaksanaanya.
c) Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat
janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya. Beri tanda "√" pada kotak disamping jawaban yang
sesuai. Untuk pertanyaan nomor 15, jika jawabanya "Ya", tulis
indikasinya sedangkan untuk nomor 16beri tanda untuk
37

pendamping persalinan (mungkin lebih dari satu).jika pertanyaan


nomor 17 jawabannya “Ya”, uraikan tindakan yang dilakukan.
d) Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, masase fundus, plasenta lahir
lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, lasesari atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda
pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26,
dan 28 lingkari jawaban yang benar.
e) Kala IV
Kala IV berisi data tentang keadaan umum ibu setelah
melahirkan bayi dan plasenta, tekanan darah, nadi, temperatur,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan jumlah
perdarahan yang keluar. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau
terjadi perdarahan paska persalinan. Pengisian pemantauan kala
IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya.
f) Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 36 ,37, lingkari jawaban yang sesuai
sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu
(Prawirohardjo, 2014).
38

2.3 Bayi Baru Lahir


2.3.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuain diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
37-42 minggu dan berat badannya 2.500 – 4.000 gram (Vivian Nanny Lia
Dewi, 2013).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat (Rahardjo, 2014).

2.3.2 Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir


a. Perubahan Pernapasan
Perubahan sistem pernapasan merupakan salah satu perubahan
penting yang dialami bayi baru lahir. Janin di dalam kandungan
bergantung pada pertukaran gas darah maternal melalui plasenta.
Sebelum dilahirkan, paru bayi yang cukup bulan mengandung sekitar
20 ml cairan/kg berat badan (BB). Udara harus mengganti cairan yang
mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada kelahiran
pervaginam normal, sebagian cairan ini dikeluarkan dari trakea dan
paru bayi.
b. Perkembangan Paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring, yang
bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran
hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkeolus dan alveolus
39

akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan


adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester ke-2 dan ke-3.
c. Perubahan Sirkulasi
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
menghantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang
baik guna mendukung kehidupan di luar rahim, harus terjadi 2
perubahan besar berikut ini.
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri parau dan aorta.
d. Termogulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka
sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih
dingin. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit
sehingga mendinginkan tubuh bayi.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
1) Konduksi : Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi permukaan yang dingin, contoh meja, tempat tidur,
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi jika bayi diletakkan di atas benda-benda
tersebut.
2) Konveksi : Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin, contoh ruangan yang dingin, adanya
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi,
atau pendingin ruangan.
40

3) Radiasi : Kehilangan panas yang terjadi karena bayi di tempatkan di


dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari
suhu tubuh bayi, karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
4) Evaporasi : Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak
segera dikeringkan (Barus, et al., 2018).

2.3.3 Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal


a. Dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu
b. Berat badan lahir 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Lingkar dada 30-38 cm
f. Frekuensi jantung 120-160 denyut/menit
g. Pernapasan 40-60 kali/menit
h. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
j. Kuku agak panjang (melewati jari) dan lemas
k. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (perempuan),
kedua testis sudah turun ke dalam skrotum (laki-laki)
l. Refleks bayi sudah terbentuk dengan baik
m. Bayi berkemih dalam 24 jam pertama
n. Pengeluaran mekoneum dalam 24 jam pertama (Barus, et al., 2018)

2.3.4 Tanda-tanda Bayi Lahir Tidak Normal


a. Tidak bernafas/sulit bernafas
b. Sianosis/kebiruan dan sukar bernapas (frekuensi <30 atau >60
kali/menit)
41

c. Bayi berat lahir rendah (BBLR) <2500 gram


d. Letargi
e. Hipotermi (suhu <360C)
f. Kejang
g. Diare
h. Obstipasi
i. Infeksi
j. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death
Syndrome/SIDS) (Dewi, 2013).

2.3.5 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


a. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum
menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah
melakukan upaya pencegahan infeksi sebagai berikut :
1) Persiapan diri
Cuci tangan dengan seksama kemudian keringkan, kemudian
memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
2) Persiapan alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang telah di gunakan
terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat
telah di disinfeksi.
3) Persiapan tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
42

b. Penilaian awal
Untuk semua bayi baru lahir lakukan penilaian awal dengan
menjawab tiga pertanyaan.
1) Apakah kehamilan cukup bulan? ( sebelum bayi lahir )
2) Apakah bayi menangis atau bernafas/ tidak megap-megap ? (segera
setelah bayi lahir )
3) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif ?( segera setelah
bayi lahir ).
c. Merawat Tali Pusat
Nasihat unrtuk merawat tali pusat
1) Jangan membungkus puntum tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntum tali pusat
2) Mengoleskan alcohol absolute 70 % masih di perkenankan, tetapi
didak di kompreskan karna menyebabkan tali pusat basah atu
lembab.
3) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi
a) Lipat popok dibawah puntum tali pusat
b) Jika puntum tali pusat kotor bersihkan dengan air Disinfektsi
Tingkat Tinggi (DTT) dan keringkan secara seksama dan
gunakan kain bersih.
d. Pemberian ASI
Langkah Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )
1). Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam.
2). Bayi harus dibiarkan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta
memberi bantuan jika diperlukan.
3). Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada
bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan,
43

prosedur tersebut seperti : pemberian salep/ tetes mata, pemberian


vitamin K1, menimbang dan lain- lain.
Prinsip menyusu dan pemberian ASI adalah dimulai sedini
mungkin dan eksklusif.
Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi kontak kekulit ibu.
Biarkan kontak kulit kekulit ini menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Bayi diberi topi
dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat member dukungan dan
membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk
mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi jika
diperlukan.
e. Pencegahan Perdarahan
Semua bayi baru lahir harus diberi vit K 1 injeksi 1 mg
Intramuskuler setelah proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defisiensi vit K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
f. Pencegahan infeksi mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan
setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata
tersebut menandung tetraciclin 1 % atau antibiotic lain. Upaya
pencegahan infeksi mata kurang efektif jika diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran.
g. Pemeriksaan Fisik
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan
yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupa di
dalam rahim ke kehidupan diluar rahim. Pemeriksaan bayi baru lahir
bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan
pada bayi. Resiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam
44

pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di pasilitas kesehatan


sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24
jam pertama (JNPK-KR, 2014).

2.4 Nifas
2.4.1 Pengertian Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari (Sarwono,
2014).
Masa nifas (puerperium) yang berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari, merupakan waktu yang di perlukan untuk pulihnya organ
kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2014).

2.4.2 Fisiologi Nifas


Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Puerperium Dini
Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermediate
Yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8
minggu.
c. Puerperium Remot
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi
(Ai yeyeh, 2013).
45

2.4.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada waktu Nifas


a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Vagina dan Perineum
Vagina tetap terbuka lebar segera setelah ibu melahirkan
bayinya. Pada beberapa ibu nifas, ada kecenderungan vagina
akan mengalami bengkak dan memar serta nampak ada celah
pada introitus vagina. Tonus otot vagina akan kembali pada
keadaan semula dengan tidak ada pembengkakan dan celah
vagina tidak lebar pada satu hingga dua hari pertama postpartum.
Pada minggu ketiga ostpartum, rugae vagina mlai pulih
menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding vagina
menjadi lebih lunak, lebih besar dari biasanya dan longgar
sehingga ruang vagina akan sedikit lebih besar dari keadaan
sebelum melahirkan.
Pada saat proses persalinan pervaginam, perineum tertekan oleh
bagian terendah janin sehingga perineum menjadi kendur karena
teregang. Namun, tonus otot perineum akan pulih meskipun
masih kendur daripada keadaan sebelum hamil pada hari kelima
postpartum (Barus, et al., 2018).
2) Serviks Uteri
Perubahan yang terjadi pada serviks segera setelah proses
persalinan yaitu menjadi sangat lunak, kendur dan terbuka
seperti corong. Hal ini karena korpus uteri berkontraksi sehingga
seolah-olah terbentuk seperti cincin di antara perbatasan korpus
dan serviks. Setelah bayi lahir, rongga rahim dapat dilalui oleh
satu tangan. Akan tetapi, pada 2 jam setelah persalinan, rongga
rahim hanya dapat dilalui oleh 2-3 jari dan pada 6 minggu
postpartum, serviks sudah tertutup (Barus, et al., 2018).
46

3) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus
1000 gram
b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah pusat dengan berat uterus 750 gram
c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram
d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba di
atas simpisis dengan berat uterus 350 gram
e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil
dengan berat uterus 50 gram (Elisabeth, 2015).
4) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :
a) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari postpartum.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan
lendir, hari 3-7 postpartum.
c) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 postpartum.
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya (Elisabeth,
2015).
47

b. Perubahan Sistem Pencernaan


Setelah proses persalinan, ibu nifas normal akan mengalami
rasa lapar dan haus karena pengaruh banyaknya energi tubuh yang
terkuras pada saat melahirkan. Apabila ibu nifas tidak merasa lapar
maka beri motivasi untuk segera makan dan minum pada jam
pertama postpartum (Barus, et al., 2018).
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Pada saat persalinan, bagian terdepan janin akan menekan otot-
otot pada kandung kemih dan uretra yang mengakibatkan timbulnya
gangguan pada sistem perkemihan. Segera setelah persalinan,
kandung kemih akan mengalami overdistensi, pengosongan yang
tidak sempurna dan residu urine yang berlebihan akibat adanya
pembengkakan, kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek
ini akan hilang pada 24 jam pertama postpartum, apabila tidak
hilang maka dicurigai terjadi infeksi saluran kemih. Diuresis akan
terjadi pada hari pertama hingga hari kelima postpartum. Hal ini
terjadi karena pengaruh hormon estrogen yang mengalami
peningkatan pada masa kehamilan yang memiliki sifat retensi dan
pada saat postpartum kemudian keluar kembali bersama urin.
d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yaitu
perubahan pada ligamen, diafragma panggul, fasia dan dinding
abdomen. Ligamentum latum dan ligamentum rotundum
memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali pulih karena
pada saat kehamilan, kedua ligamentum ini mengalami peregangan
dan pengenduran yang cukup lama sehingga kondisi ligamen
tersebut pada saat nifas lebih kendur dibanding kondisi saat tidak
hamil. Hal ini akan berangsur-angsur pulih pada 6-8 minggu
postpartum.
48

e. Perubahan Sistem Endokrin


Perubahan pada sistem endokrin secara fisiologis adalah
terjadinya penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron dalam
jumlah yang cukup besar, mengakibatkan terjadi peningkatan pada
kadar hormon prolaktin dalam darah yang berperan pada produksi
air susu ibu (ASI). Neurohipofise posterior akan mengeluarkan
hormon oksitosin yang berperan dalam proses pengeluaran ASI dan
involusi uteri.
f. Perubahan Tanda Vital
Perubahan yang terjadi pada tanda-tanda vital ditandai dengan
perubahan yang terjadi pada tekanan darah, nadi, suhu dan
pernapasan. Segera setelah proses persalinan denyut nadi
mengalami sedikit peningkatan yang tidak melebihi 100 kali/menit
dan kemudian mengalami penurunan menjadi 50-70 kali/menit
sampai menjadi normal (60-80 kali/menit) pada beberapa jam
pertama postpartum. Apabila ibu nifas mengalami takikardia
(denyut nadi >100 kali/menit) menandakan bahwa ada
kecenderungan infeksi atau perdarahan postpartum lambat. Keadaan
pernapasan pada ibu nifas berada pada rentang normal.
g. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Pada persalinan terjadi proses kehilangan darah hingga 200-
500 ml yang menyebabkan adanya perubahan pada kerja jantung.
Pada 2-4 jam pertama postpartum, akan terjadi diuresis secara cepat
karena pengaruh rendahnya estrogen yang mengakibatkan volume
plasma mengalami penurunan. Pada dua minggu postpartum, kerja
jantung dan volume plasma akan kembali normal.
h. Perubahan Hematologi
Peningkatan volume darah selama kehamilan dan volume
cairan ibu selama persalinan mempengaruhi kadar hemoglobin,
49

hematokrit dan kadar eritrosit pada awal postpartum. Penurunan


volume darah dan peningkatan sel darah pada kehamilan
berhubungan dengan peningkatan hemoglobin dan hematokrit pada
hari ke-3 sampai ke-7 postpartum, dan pada 4-5 minggu postpartum
kadar tersebut akan kembali normal. Jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15.000 selama proses persalinan dan akan tetap
meningkat dalam beberapa hari postpartum hingga 25.000-30.000
tanpa menjadi abnormal meski persalinan lama. Akan tetapi,
potensial infeksi perlu diwaspadai dengan adanya peningkatan pada
sel darah putih (Barus, et al., 2018).

2.4.4 Tanda Bahaya Masa Nifas


a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba – tiba
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras
c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air kecil, atau merasa tidak
enak badan
g. Payudara yang memerah, panas atau sakit
h. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
i. Rasa sakit, warna merah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri
k. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Rukiyah, 2013).

2.4.5 Penatalaksanaan masa nifas


Penatalaksanaan asuhan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan
ibu nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
50

sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh
tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan
Keluarga Berencana pasca persalinan dengan melakukan kunjungan nifas
minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu : kunjungan nifas
pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
Kunjungan nifas kedua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
setelah persalinan. Kunjungan nifas ketiga dalam waktu hari ke 29 sampai
dengan hari ke-42 setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah : pemeriksaan tekanan darah, nadi,


respirasi dan suhu. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam lainnya. Pemeriksaan
payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan. Pemberian kapsul Vitamin A
200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera setelah melahirkan, kedua
diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama (PWS
KIA, 2014).

2.4.6 Manajemen Asuhan Kebidanan 7 langkah Verney


Tinjauan Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari bidan kepada kliennya, yang merupakan suatu proses
manajemen kebidanan yang di selenggarakan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas melalui tahapan dan langkah-langkah yang di susun secara
sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai
51

dengan keputusan tindakan klinik yang di lakukan dengan tepat (Ai yeyeh,
2013).

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney :


a. Langkah pertama (pengumpulan data dasar)
Pada langkah pertama ini di lakukan pengkajian dengan pengumpulan
semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu : Riwayat kesehatan Pemeriksaan fisik sesuai
kebutuhannya. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study.
b. Langkah kedua (intepetasi data dasar)
Langkah kedua adalah menetapkan diagnosis atau masalah
berdasarkan penafsiran data dasar yang telah di kumpulkan. Diagnosis
pada dasarnya sangat relevan dengan daya objektif, sedangkan untuk
masalah lebih cenderung subjektifitas/ respon klien terhadap tindakan
yang akan atau yang telah di lakukan karena belum tentu setiap individu
merasakan masalah yang sama dalam kondisi/ menerima diagnosis yang
sama.
c. Langkah ketiga (mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial)
Langkah ketiga mengidentifikasikan diagnosis atau masalah potensial
berdasarkan diagnose mengantisipasi penanganannya atau masalah yang
telah di tetapkan (pada langkah kedua). Dengan perkataan identik dengan
komplikasi dan tak dapat di pungkiri bahwa senormal apapun setiap
diagnosis atau masalah yang telah di tegakkan mempunyai
kecenderungan munculnya diagnosis atau masalah yang telah di tegakkan
mempunyai (diagnosis kebidanan yang telah di tegakkan tidak menutupi
kemungkinan akan terjadinya komplikasi).
52

d. Langkah keempat (identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan


segera)
Langkah keempat bertujuan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter untuk di konsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Pada langkah ini data baru mungkin juga dapat dikumpulkan dan
dievaluasi, kemungkinan dapat di tentukan tindakan yang akan
dilaksanakan berikutnya, antara lain :
1) Tindakan Oleh Bidan
Dalam hal ini bidan harus bertindak segera untuk menyelamatkan jiwa
ibu, selama tindakan tersebut masih merupakan wewenang bidan dan
bidan mampu melakukannya.
2) Konsultasi
Dalam melaksanakan manajemen kebidanan dapat mengkonsultasikan
klien kepada dokter atau tim medis lainnya sesuai dengan kebutuhan
klien.
3) Kolaborasi
Dalam keadaan gawat, bidan dapat bekerjasama dengan dokter dalam
melakukan tindakan terhadap klien dimana klien memerlukan
penanganan yang bukan merupakan wewenang seorang bidan.
4) Rujukan
Jika bidan tidak mampu mengatasi masalah yang timbul pada klien,
bidan dapat merujuk klien keinstansi yang lebih mampu.
e. Langkah Kelima (Perencanaan tindakan yang dilakukan)
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah di identifikasi dan diantisipasi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang diidentifikasi dan kondisi
53

klien dari setiap masalah yang berkaitan tetapi dari kerangka pedomanan
tisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang
mungkin diperlukan.
Sebelum melaksakan setiap asuhan yang telah direncanakan, terlebih
dahulu rencana harus disepakati oleh bidan dan klien, karena klien
berhak untuk memutuskan apakah mau menerapkan rencana asuhan ini
atau tidak, selanjutnya segala sesuatu yang telah diputuskan
dikembangkan dalam rencana asuhan yang komprehensif.
f. Langkah Keenam (melaksanakan pelaksanaan)
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana asuhan komprehensif.
Dalam pelaksanaan tindakan dapa tseluruhnya dilakukan oleh bidan
sebagian yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya,
jika bidan tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Pelaksanaan yang
efisien akan berhubungan dengan waktu dan biaya yang dapat
meningkatkan mutu dan asuhan klien.
g. Langkah Ketujuh (evaluasi)
Langkah ketujuh merupakan evaluasi keefektifan dan asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam diagnose dan masalah rencana tersebut.
Bila tidak sesuai kebutuhan 1 tidak efektif maka perlu dikaji ulang
dengan cara memulai kembali dan awal proses menejemen kebidanan dan
tentukan rencana asuhan yang sesuai dengan situasi klien serta kondisi
lainya, demikianlah seterusnya, boleh dikatakan langkah ketujuh ini dapat
ditindaklanjuti dengan sebagai catatan perkembangan.
54

2.5 Keluarga Berencana (KB)


2.5.1 Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang di inginkan. Maka dari itu, pemerintah
menrencanakan prgogram atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan ( Sulistyawati, 2013 ).
Sesuai dengan (BKKBN, 2015) keluarga berencana adalah upaya
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi
serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang
diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal,
mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak, mengatur
kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak.

2.5.2 Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,
2013).

2.5.3 Ruang Lingkup KB


Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana’
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
55

g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

2.6 Kontrasepsi
2.6.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2.6.2 Macam-macam Kontrasepsi


a. Pil KB
b. Suntik KB
c. Implan/Norplant/Susuk
d. Iud/Spiral
e. Vasektomi
f. Tubektomi

2.7 Pendekatan Manajemen SOAP


Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka didokumentasikan
dalam bentuk SOAP, yaitu:

2.7.1 Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data


klien melalui anamnesa tanda gejala subjektif yang diperoleh dan hasil
bertanya dari pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan,
56

riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat


persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup).
2.7.2 Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik
klien, hasil lab, dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assessment. Tanda gejala objektif yang
diperolah dan hasil pemeriksaan (tanda keadaan umum, fital sign,
fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan
pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
2.7.3 Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah
salah suatu proses yang dinamik.
Sering menganalisa adalah suatu yang penting dalam
mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru
cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang
tepat. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.

a. Diagnosa/ masalah
1) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenal
kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data yang didapat.
57

2) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga


kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.
b. Antisipasi masalah lain atau diagnosa
2.7.4 Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment SOAP untuk perencanaaan, implementasi dan
evaluasi dimasukkan dalam “P”
a. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau akan datang untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin
atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini
termasuk kriteria tujuan tertentu dan kebutuhan pasien yang harus
dicapai dalam batas waktu tertentu dan kebutuhan pasien yang
harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil
harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan
harus sesuai dengan instruksi dokter, planning merupakan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan analisa yang
ditetapkan.
b. Implementasi
Pelaksanan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui olehklien
kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan
klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi
bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi
mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
58

c. Evaluasi
Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi
dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai
tujuan (Ai Yeyeh, 2013).

You might also like