You are on page 1of 142

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY P USIA 20 TAHUN

G1P0A0 HAMIL 36 MINGGU DI PUSKESMAS “R” KABUPATEN


TANGERANG
PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2018

Laporan studi kasus


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yatsi Tangerang

Disusun Oleh
RATNA SETIAWATI
16113031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN YATSI
TANGERANG
2018
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE (STIKES) YATSI TANGERANG
DIII KEBIDANAN PRODI
REPORT OF CASE STUDY, NOVEMBER-DECEMBER PERIOD 2018
SITI MIA JUMIANTI 16113040
PRIVATE VOCATIONAL SCHOOL OF COMPREHENSIVE CASE STUDY IN
NY "L" G2P1A0 IN "R" HEALTH CENTER OF RAJEG DISTRICT -
TANGERANG NOVEMBER PERIOD-DECEMBER 2018
V + 87 pages + 9 tables + 13 attachments

ABSTRACT
Based on data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), the MMR in
2012 was 359 per 100,000 live births. Banten Province is still high. Based on data released by
the United States Agency for International Development (USAID), in Banten province every
week there are an average of 5 mothers and 27 newborns who have died. In 2016, the total
maternal mortality reached 240 people. The highest number of maternal deaths was in Serang
Regency with 59 cases. The census of maternal deaths in 2015-2017 in Pandeglang District,
Serang Regency and Serang City found a greater number of maternal deaths, namely 324
deaths. In 2015, 138 children died at the age of 0-28 days. The highest number of child
deaths was found in Lebak Regency with 371 cases and Tangerang Regency with 322 cases.

The purpose of taking this case study is to gain real experience in implementing
comprehensive midwifery care for Mrs. G1P0A0 20 years of age starting from 36 weeks of
gestation to postpartum 6 weeks postpartum period with midwifery care management
approach using the 7 steps varney as the midwife's mindset in the implementation and
documentation in the form of SOAP.

Based on the results of the study and Antenatal examination performed 3 times, namely ANC
I on 17 November 2018, ANC II on 24 November 2018 and ANC III on 1 December 2018.
Intranatal on 14 December 2018. 15December 2018 at 19.15 WIB babies born spontaneously
, the condition of a healthy baby, the condition of the baby at birth, a healthy body weighing
2700 grams, male sex, 47 cm body length, strong crying, reddish skin color, and active
movement. The postpartum visit was performed 3 times, namely at 6 hours, 6 days, and 6
weeks postpartum and these results were normal. The compiler conducts midwifery care
management since pregnancy, childbirth, postpartum and newborns up to 6 weeks post
partum and no complications and abnormalities are found. It can be concluded that the
importance of care provided by midwives in a professional manner both during pregnancy,
delivery, childbirth, and newborns. It is hoped that after carrying out this comprehensive care,
patients can be more routine to carry out examinations so that they can detect early
complications during pregnancy, childbirth, and newborn and postpartum.

Bibliography: 10 Books (2010 - 2014), 6 Websites

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG


PRODI DIII KEBIDANAN
LAPORAN STUDI KASUS, PERIODE NOVEMBER-DESEMBER 2018
SITI MIA JUMIANTI
16113040

ASUHAN KEBIDANAN STUDI KASUS KOMPREHENSIF PADA NY “P”


G1P0A0 DI PUSKESMAS “R” KECAMATAN RAJEG - TANGERANG PERIODE
NOVEMBER-DESEMBER 2018
V+ 87 halaman + 9 tabel + 13 lampiran

ABSTRAK

Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan bahwa
AKI pada tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Provinsi Banten terbilang
masih tinggi. Berdasarkan data yang dirilis United States Agency for International
Development (USAID) Jalin, di Provinsi Banten setiap minggunya dirata-ratakan ada 5 orang
ibu dan 27 bayi baru lahir yang meninggal dunia. Pada tahun 2016, total kematian ibu
mencapai 240 orang. Jumlah kematian ibu tertinggi berada di Kabupaten Serang dengan 59
kasus. Sensus kematian ibu tahun 2015-2017 di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang
dan Kota Serang menemukan jumlah kematian ibu yang lebih besar, yaitu 324 kematian.
Pada 2015, sebanyak 138 anak meninggal pada usia 0-28 hari. Jumlah kematian anak
tertinggi terdapat di Kabupaten Lebak dengan 371 kasus dan Kabupaten Tangerang dengan
322 kasus.
Adapun tujuan dari pengambilan studi kasus ini adalah untuk memperoleh pengalaman secara
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.P G1P0A0 usia
20 tahun yang dimulai sejak usia kehamilan 36 minggu sampai nifas 6 minggu masa nifas
dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan menggunakan 7 langkah varney
sebagai alur pikir bidan dalam implementasi dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan Antenatal dilakukan 3 kali, yaitu ANC I
tanggal 17 November 2018, ANC II tanggal 24 November 2018 dan ANC III pada
tanggal 01 Desember 2018. Intranatal pada tanggal 14 Desember 2018. Tanggal 14
Desember 2018 pukul 19.15 WIB bayi lahir spontan, keadaan bayi sehat, keadaan bayi pada
saat lahir, sehat dengan berat badan 3400 gram, jenis kelamin perempuan, panjang badan 47
cm, menangis kuat, warna kulit kemerahan, dan pergerakan aktif. Kunjungan masa nifas
dilakukan 3 kali, yaitu pada 6 jam, 6 hari, dan 6 minggu postpartum dan hasil ini berlangsung
normal. Penyusun melakukan manajemen asuhan kebidanan sejak hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir hingga 6 minggu post partum dan tidak ditemukan adanya komplikasi serta
kelainan-kelainan. Dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya asuhan yang diberikan oleh
bidan secara profesional baik pada masa kehamilan, pesalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
Diharapkan setelah melakukan asuhan komprehensif ini pasien dapat lebih rutin untuk
melakukan pemeriksaan agar dapat mendeteksi secara dini komplikasi pada masa kehamilan,
persalinan, dan bayi baru lahir dan nifas.
Daftar Pustaka: 10 Buku (2010 – 2014), 6 Website
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan taufik-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny P
Di PKM “R” Kabupaten Tangerang Periode November-Desember 2018.
Adapun tujuan dari penyusun laporan ini untuk memenuhi tugas dalam
menyelesaikan program pedidikan D-III kebidanan pada Sekolah Tinggi
Kesehatan Yatsi Tangerang.

1. Ibu Ida Faridah, S.kp, M.Kes selaku ketua dan puket 1 STIKes Yatsi
Tangerang.
2. Ibu Rini Sartika, S.Si.T, selaku Kaprodi DIII Kebidanan STIKes Yatsi
Tangerang.
3. Ibu Nuryanti, S.SiT penanggung jawab Kaprodi DIII Kebidanan STIKes Yatsi
Tangerang
4. Ibu Hj.Atih Ruliati, S.Si.T. M.Kes, selaku dosen pembimbing komprehensif.
5. Seluruh staf dosen kebidanan STIKes Yatsi Tangerang
6. Seluruh Bidan dan Dokter di puskesmas “R” yang sudah membatu dalam
proses komprehensif ini.
7. Ny P beserta keluarga yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan Asuhan
Kebidanan Komprehensif
8. Keluarga tercinta Ayah dan Ibu kami tercinta yang telah banyak memberikan
dorongan dan semangat baik secara moral maupun spiritual.
9. Teman-teman yang telah memberi dukungan dan masukan serta semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun
sangatlah kami harapkan. kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca yang budiman.
Tangerang, 11 Febuari 2019
                                                            
                        Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ...............................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................4
1.3 Manfaat.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Persalinan......................................................................................5
2.1.1 Pengertian Persalinan ........................................................5
2.1.2 Fisiologi persalinan ...........................................................5
2.1.3 Tanda –Tanda Persalinan...................................................6
2.1.4 Tahapan Persalinan ............................................................7
2.1..5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi..................................9
2.2 Patologi Persalinan Sungsang ......................................................10
2.2.1 Definisi...............................................................................10
2.2.2 Bentuk-Bentuk....................................................................10
2.2.3 Penyebab Letak Sungsang..................................................11
2.2.4 Mekanisme Persalinan Sungsang ......................................12
2.2.5 Penatalaksanaan..................................................................12
2.2.6 Fase Dalam Persalinan Sungsang.......................................15

2.3 Keluarga Berencana .....................................................................16


2.3.1 Pengertian keluarga Berencana..........................................16
2.3.2 Tujuan Keluarga Berencana...............................................16
2.4 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).....................................16
2.4.1 Jenis-Jenis IUD...................................................................17
2.4.2 Cara Kerja IUD...................................................................18
2.4.3 Keuntungan.........................................................................18
2.4.4 Kerugian ............................................................................19
2.4.5 Persyaratan ........................................................................19
2.4.6 Yang tidak Boleh menggunakan AKDR............................19
2.5 Dokumentasi Asuhan Kebidanan.................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Soap Intranatal Care.....................................................................22
3.1.1 kala I...................................................................................22
3.1.2 Kala II.................................................................................24
3.1.3 Kala III................................................................................25
3.1.4 Kala IV...............................................................................27
3.2 Soap Kontrasepsi AKDR/IUD......................................................28
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

2.1 Tinggi Fundus Uteri


2.2 Imunisasi TT
2.3 Indeks Massa Tubuh
2.4 Penurunan Kepala Janin Saat Persalinan
2.5 Apgar Score
2.6 Pola Tidur Bayi Dan Anak
2.7 Jadwal Imunisasi Idai
2.8 Jadwal Imunisasi Kia
2.9 Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Varney Antenatal Care (ANC 1)

Lampiran II SAP Tanda Bahaya Kehamilan

Lampiran III SAP Tanda Tanda Persalinan

Lampiran IV SAP Gizi Pada Ibu Hamil

Lampiran V SAP ASI Ekslusif

Lampiran VI SAP Perawatan Tali Pusat

Lampiran VII SAP Imunisasi

Lampiran VIII SAP Tanda Bahaya Nifas

Lampiran IX SAP Persiapan Persalinan

Lampiran X Partograf

Lampiran XI Lembar Konsultasi

Lampiran XII Lembar Ujian Praktek

Lampiran XIII Informed Conseent


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian ibu
sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar
10.000 jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di
negara berkembang sebesar 99%. (Manuaba, 2010)
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll di setiap 100.000 kelahiran
hidup. Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu,
terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun
1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian,
SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali
menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
(www.depkes.go.id/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf, diakses pada tanggal
09 Februari 2019, pukul12.30 wib)
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan
AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai
target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan
Angka Kematian Balita (AKABA) hasil SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1.000
kelahiran hidup, juga sudah memenuhi target MDG 2015 sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup. (www.depkes.go.id/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf,
diakses pada tanggal 09 Februari 2019, pukul13.00 wib)
Setiap tahunnya berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012, terdapat kenaikan Angka Kematian
Ibu (AKI) yang cukup drastis dari 228 per 100 kelahiran menjadi 359 per 100
kelahiran, serta angka kematian bayi 34 per 10.000 kelahiran. Sementara
target penekanan AKI yang tercantum dalam Sustainable Development Goals
(SDGs) 2016 harus tercapai 102/100.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian ibu yang terjadi di Indonesia yaitu perdarahan 28% , eklampsia
24%, infeksi 11%, partus lama 5% , Abortus 5%, komplikasi puerperium
8% , Trauma Obstetrik 5% , dan Emboli Air Ketuban 3% . Selain itu kematian
ibu juga diakibatkan oleh beberapa factor resiko keterlambatan yaitu
diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (Terlambat mengambil
keputusan) , terlambat dalam memperoleh pelayanan dari tenaga kesehatan
dan terlmbat sampai ke fasilitas kesehatan pada saat emergency. Sedangkan
penyebab kematian bayi karena BBLR 29%, Asfiksia 27%, Masalah
pemberian minum 10%, Tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5%,
dan lain lain 11%. (www.indopos.cp.id, diakses pada tanggal 09 Februari
2019, pukul 13.00 wib).
Fenomena kematian ibu dan bayi di Provinsi Banten terbilang masih
tinggi. Berdasarkan data yang dirilis United States Agency for International
Development (USAID) Jalin, di Provinsi Banten setiap minggunya dirata-
ratakan ada 5 orang ibu dan 27 bayi baru lahir dari 254 dari bayi lahir yang
meninggal dunia. Pada tahun 2016, total kematian ibu mencapai 240 orang
dari 1240 orang melahirkan, dengan asumsi lima ibu meninggal setiap
minggu. Jumlah kematian ibu tertinggi berada di Kabupaten Serang dengan 59
kasus. Sensus kematian ibu tahun 2015-2017 di Kabupaten Pandeglang,
Kabupaten Serang dan Kota Serang menemukan jumlah kematian ibu yang
lebih besar, yaitu 324 kematian. Pada 2015, sebanyak 138 anak dari jumlah
ibu melahirkan, meninggal pada usia 0-28 hari. Jumlah kematian anak
tertinggi terdapat di Kabupaten Lebak dengan 371 kasus dan Kabupaten
Tangerang dengan 322 kasus. (https://dinkes.bantenprov.go.id, diakses pada
tanggal 09 Februari 2019, pukul 13.00 wib)
Penyebab kematian ibu dan bayi di Provinsi Banten, paling banyak
yakni pendarahan. Sebab, fasilitas pendukung di Banten memang tidak
tersedia secara maksimal. Misalnya, belum meratanya Unit Transfusi Darah
(UTD) di kabupaten/kota, sehingga kebutuhan darah tidak bisa terpenuhi.
Pemerintah menetapkan upaya untuk menurunkan AKI yaitu program
Safe Motherhood yang meliputi 4 pilarutama yaitu: Pelayanan antenatal,
Pelayanan Obstetri yang essensial, Persalinan yang bersih dan aman , serta
Keluarga Berencana. Salah satu upaya yang dilakukan DepKes dalam
kebidanan pada ibu hamil yaitu melalui penempatan bidan di desa. Dalam hal
ini, bidan mempunyai peran penting untuk membicarakan asuhan kebidanan
kepada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.(Prawirohardjo, 2016).
Di Indonesia Departemen Kesehatan membuat intervensi dalam upaya
mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) yang mengacu pada intervensi strategi “empat pilar save mother hood”
yaitu: bidan sebagai ujung tobak asuhan pelayanan kebidanan harus dapat
berperan lebih besar, yaitu: program keluarga berencana, pelayanan asuhan
antenatal, persalinan yang bersih dan aman, dan pelayanan obstetric esensial,
selain itu juga di adakannya asuransi dan kartu jaminan kesehatan juga
program Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal
(SIJARIEMAS) direncana pada tahun 2014 sebuah system informasi terpadu
yang di rencanakan khusus untuk mengoptimalkan ptoses pertyukaran
informasi dan komunikasi rujukan gawat darurat ibu dan bayi baru lahir, agar
SIJARIEMAS dapat berfungsi dengan optimal maka diperlukan bebrapa hal
yang perlu untuk di identifikasi dan di rumuskan bersama sebagai berikut:
Alur rujukan yang di sepakati, SPO (standar prosedur oprasional) yang di
sepakati baik secara system rujukan dan internal, Pengorganisasian dan
sumber daya, Pengorganisasian teknis baik perangkat keras ( Hardware),
perangkatlunak (Software) dan jaringan, Biaya, Strategis keberlanjutan,
Kegiatan. (Http://emasindonesia.org/assents/up/2016/11.pd, diakses pada
tanggal 09 Februari 2019, pukul 14.00 wib).
Oleh karna itu penyusun ingin memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif agar di masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir
tidak ada faktor-faktor yang mempersulit dan apabila ada, dapat segera di
deteksi dan diberikan penanganan sedini mungkin sehingga mencegah
terjadinya kematian ibu dan bayi. Berdasarkan latar belakang diatas penulis
dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. “R” G2P0A1 di
Puskesmas Cipondoh.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Penyusun mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan Asuhan kebidanan secara
komprehensif dan berkesinambungan bagi ibu hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir, dan KB dengan menggunakan pendekatan kebidanan
varney dan SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian data pada asuhan kebidanan ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas Ny. “R” G2P0A1 di
Puskesmas Cipondoh.
b. Mampu melakukan interpretasi data atau diagnosa masalah
potensial pada asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas pada Ny. “R” G2P0A1 di Puskesmas Cipondoh.
c. Mampu mengidentifikasi masalah potensial pada asuhan kebidanan
ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas Ny. “R” G2P0A1 di
Puskesmas Cipondoh.
d. Mampu melakukan perlu atau tidaknya tindakan segera pada ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas Ny. “R” G2P0A1 di
Puskesmas Cipondoh.
e. Mampu membuat rencana manajemen pada asuhan kebidanan ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas Ny. “R” G2P0A1 di
Puskesmas Cipondoh.
f. Mampu melaksanakan pelaksanaan tindakan dari perencanaan
pada asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan
nifas Ny. “R” G2P0A1 di Puskesmas Cipondoh.
g. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada asuhan
kebidanan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas Ny. “R”
G2P0A1 di Puskesmas Cipondoh.
h. Mampu mendokumentasikan hasil pada asuhan kebidanan ibu
hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas Ny. “R” G2P0A1 di
Puskesmas Cipondoh.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan
keterampilan, dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai standar
kebidanan.

1.3.2 Bagi Puskesmas


Hasil Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
Puskesmas Cipondoh untuk memberikan pelayanan dan penanganan
secara cepat dan tepat pada ibu hamil, bersalin, BBL, dan nifas.

1.3.3 Bagi Pasien


Dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang kehamilan,
persalinan, BBL, dan nifas serta menyadari pentingnya pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan


Dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswi dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama
perkuliahan dengan meningkatkan keterampilan di lahan prak

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Kehamilan

2.1.1. Definisi Kehamilan


Definisi dari masa kehamilan dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2006). Kehamilan
adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu)
dan tidak lebih 300 hari (43 minggu).(Prawirohardjo, 2010).
Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester: Trimester pertema,
dimulai dari konsepsi bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu).
Antenatal care adalah asuhan yang sampai 3 bulan (0-12 minggu);
Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan(12-28 minggu);
Trimester ketiga dari diberikan ibu sebelum persalinan dan prenatal
(JHPIEGO. 2003:7).
Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara
spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan zigot
dan berakhir sampai permulaan persalinan (Maritalia dkk, 2012).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan (Sarwono, 2011).

2.1.2. Tanda-tanda Kehamilan


2.1.2.1 Tanda-tanda kemungkinan hamil
a. Perut membesar
b. Uterus membesar:terjadi perubahan salam bentuk, besar, dan
konsistensi rahim
c. Tanda heger: ditemukan serviks dan isthmus uteri pada
pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu
d. Tanda Chadwick: perubaha warna menjadi kebiruan yang
terlihat di portio,vagina dan labia.Tanda tersebut timbul akibat
pelebaran vena karena meningkatkan kadar estrogen
e. Tanda piskacek:pembesaran dan pelunakan rahim kesalah satu
sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine.Biasanya tanda
ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.
f. Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang = Braxton-
Hicks
g. Teraba ballottement
h. Reaksi kehamilan positif (mochtar, 2013)

2.1.2.2 Tanda pasti (tanda positif)


a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga
bagian-bagian janin
b. Denyut jantung janin
a) Didengar dengan stetoskop
b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
c) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram
d) Dilihat dengan ultasonografi
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

2.1.3. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan


2.1.3.1 Sistem Reproduksi dan Payudara
1. Perubahan uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawa pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya
meningkat. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar,
sebesar telur bebek, pada 12 minggu sebesar telur angsa. Pada
16 minggu sebesar kepala bayi/tinju orang dewasa, dan
semakin membesar sesuai dengan usia kehamilan dan ketika
usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal,
pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri 25 cm pada 32
minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40
minggu TFU turun kembali dan terletak 3 jari dibawah
prosesus xyfoideus.
Posisi rahim dalam kehamilan : Awal kehamilan Ante
atau Retrofleksi; Akhir bulan kedua uterus teraba satu sampai
dua jari di atas simphisis pubis keluar dari rongga panggul;
Akhir 36 minggu 3 jari dibawah procesus xypidieus; Uterus
yang hamil sering berkontraksi tanpa rasa nyeri juga kalau
disentuh pada waktu pemeriksaan (palpasi) konsistensi lunak
kembali; Kontraksi ini disebut kontraksi Braxton Hichs;
Merupakan kehamilan mungkin dan untuk menemukan anak
dalam kandungan atau tidak; Kontraksi sampai akhir
kehamilan menjadi his (Prawirohardjo, 2014).Mengukur
tinggi fundus uteri dari simfisis, maka diperoleh :

Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus
Usia Kehamilan TFU
Dalam cm
12 minggu - 1/3 diatas simpisis
16 minggu - ½ simpisis-pusat
20 minggu 20cm (±2cm) 2/3 diatas simpisis
Usia kehamilan dalam
24 minggu Setinggi pusat
minggu = (±2cm)
28 minggu 28cm(±2cm) 1/3 diatas pusat
Usia kehamilan dalam ½ pusat - prosessus
34 minggu
minggu = (±2cm) xifoideus
2 jari dibawah prosessus
40 minggu 36cm (±2cm)
xifoideus
(Prawiroharjo,2006)
2. Serviks Uteri
Serviks yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan
hanya sedikit mengandung jaringan otot tidak mempunyai
fungsi sebagai sfingter pada multipara dengan portio yang
bundar, porsio tersebut mengalami cedera lecet dan robekan,
sehingga post partum tampak adanya porsio yang terbelah-
belah dan menganga. Perubahan ditentukan sebulan setelah
konsepsi, perubahan kekenyalan tanda Goodel serviks
menjadi lunak warna menjadi biru, membesar (oedema)
pembuluh darah meningkat, lendir menutupi oestium uteri
(kanalis servikalis) serviks menjadi lebih mengkilap
(Prawirohardjo, 2010).
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas
kanalis servikalis setinggi ostium interna bersama-sama
isthmus uteri. Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen
atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-
minggu terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen
tersebut menampung Presenting part janin. Serviks bagian
bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan terjadi
(Farrer, 2001).
4. Kontraksi Braxton Hicks
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa
rasa nyari di sepanjang kehamilan. Kontaksi ini barang kali
membantu sirkulasi darah dalam plasenta (Farrer, 2001).
5. Vagina dan Vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami
perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan
vagina dan vula tampak lebih merah, agak kebiruan (livide)
disebut tanda Chadwick. Vagina: membiru karena pelebaran
pembuluh darah, PH 3.5-6 merupakan akibat meningkatnya
produksi asam laktak karena kerja laktobaci Acidophilus,
keputihan, selaput lendir vagina mengalami edematus,
Hypertropy, lebih sensitif meningkat seksual terutama
triwulan III (Prawirohardjo, 2010).
Pada awal kehamilan, vagina dan serviks memiliki
warna merah yang hampir biru (normalnya, warna bagian ini
pada wanita yang tidak hamil adalah merah muda). Warna
kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat
kerja hormon progesteron .
6. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus
luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta dan kira-kira
kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter
kira-kira 3 cm. Lalu ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
Ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxing, suatu
immunoreaktif inhibin dalam sirkulasi maternal. Relaxing
mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan
janin menjadi baik hingga aterm.
7. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesteron akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk
lemak hingga mammae menjadi lebih besar. Apabila mammae
akan membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti
seluruh areola mammae akan hiperpigmentasi. Pada
kehamilan 12 minggu keatas dari putting susu dapat keluar
cairan berwana putih agak bening disebut colostrum.
Perubahan pada payudara yang membawa kepada
fungsi laktasi disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen,
progesteron, laktogen plasenta dan prolaktin. Stimulasi
hormonal ini menimbulkan proliferasi jaringan, dilatasi
pembuluh darah dan perubahan sekretorik pada payudara.
Sedikit pembesaran payudara, peningkatan sensivitas dan rasa
geli mingkin dialami, khususnya oleh primigravida pada
kehamilan minggu keempat, cairan yang jernih ditemukan
dalam payudara pada usia kehamilan 4 minggu dan kolostrum
dapat diperah keluar pada usia kehamilan 16 minggu (Farrer,
2011).

2.1.3.2 Sistem Endokrin, Kekebalan, Perkemihan


1. Sistem Endokrin
Selama berminggu-minggu pertama, korpus luteum
dalam ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron,
fungsi utamanya pada stadium ini adalah untuk
mempertahankan pertumbuhan desidua dan mencegah
pelepasan serta pembebasan desidua tersebut. Sel-sel
trofoblast menghasilkan hormon korionik gonadotropin yang
akan mempertahankan korpus luteum sampai plasenta
berkembang penuh dan mengambil alih produksi estrogen dan
progesteron dari korpus luteum.
Perubahan endokrin lainnya: sekresi kelnjar hipofisis
umumnya menurun, dan penurunan ini selanjutnya akan
meningkatkan sekresi semua kelanjar endokrin (khususnya
kelenjar tiroid, paratiroid dan andrenal). Kadar hormon
hipofise, prolaktin meningkat secara berangsur-angsur
menjelang akhir kehamilan, namun fungi prolaktin dalam
memicu laktasi disupresi sampai plasenta dilahirkan dan
kadar estrogen menurun (Prawirohardjo, 2010).

2.1.3.3 Sistem Muskuloskeletal


Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum
pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke
posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang
kearah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis
akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena
pengaruh hormonal.Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan
perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan
tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir
kehamilan. ( Prawirohardjo, 2010 ).

2.1.4. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan


Menurut Yuklandari (2012) Perubahan psikologis dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
2.1.4.1 Trimester pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap
kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas
psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
2.1.4.2. Trimester Kedua
Pada usia kehamilan 16-28 minggu ibu dapat merasakan
gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan
dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester
pertama. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari
ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah,
lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan
kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian
ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini
berperan dalam meningkatnya libido dan kepuasan seks.
2.1.4.3. Trimester Ketiga
Pada usia kehamilan 39-40 minggu seorang ibu mungkin mulai
merasa takut akan rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada
waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya.
Rasa tidak nyaman timbul kembali pada trimester ketiga dan
banyak ibu yang merasa dirinya aneh, berantakan, canggung dan
jelek sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari
pasangannya, disamping itu ibu mulai sedih karena akan terpisah
dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif).

2.1.5 Asuhan Kebidanan pada Kehamilan


Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan
obsetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan meonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo,2010).
1. Melakukan palpasi abdomen ( uterus)
1) Leopold 1
a. Menghitung usia kehamilan dengan mengukur TFU.
b. Menentukan bagian tubuh janin yang berada di fundus uteri.
2) Leopold II
a. Menentukan situs janin ( letak membujur, letak melintang atau letak
sungsang).
b. Menentukan letak punggung janin ( kanan / kiri) serta bagian kecil
janin
3) Leopold III
a. Menentukan bagian tubuh janin yang berada dibawah
b. Menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk PAP
4) Leopold IV
a. Dilakukan bila hasil leopold III sudah masuk PAP
b. Menentukan seberapa dalam masuknya bagian tersebut kedalam PAP

1) Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:


a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas
kesehatan.
b. Mengupayakanterwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi
yang dikandungnya.
c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan bayi
yang di kandungnya.
d. Mengidentifikasi dan menatalaksanakan kehamilan risiko tinggi.
e. Memberikan pendidikan kesehatan yang yang diperlukan dalam
menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang
akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya (Prawirohardjo, 2010).

2) Tujuan Asuhan Kebidanan pada Kehamilan


Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan
kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan
janin normal. Penting bagi bidan untuk secara kritis mengevaluasi
dampak fisik, psikologis, dan sosiologis kehamilan terhadap ibu dan
keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan:
a. Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu
b. Melakukan pendekatan yang holistik dalam memberikan asuhan
kepada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan individualnya
c. Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat
bagi ibu dan keluarganya
d. Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat
mereka mampu menentukan pilihan berdasarkan informasi tentang
kehamilan dan kelahiran
e. Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan,
mendukung hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang sesuai dengan
kebutuhannya sendiri dan keluarganya
f. Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat
dalam tim multidisiplin
g. Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan kelahiran,
dan membuat rencana persalinan
h. Memfasilitasi ibu dalam membuat pilihan berdasarkan informasi
tentang metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan
saran yang tepat dan sensitif untuk mendukung keputusannya
i. Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam
suatu program terencana atau secara perorangan
j. Bekerja sama dengan organisasi lain ( Fraser and Cooper
2009:248)

3) Tujuan Antenatal Care


a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayinya.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental
serta sosial ibu dan bayi.
c. Menenemukan sejak dini bila ada masalah atau gangguan
dan komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan.
d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat,
baik ibu maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI
ekslusif berjalan normal.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal. (Asrinah, dkk.2010).

4) Pelayanan asuhan standar minimal termasuk “10T”:


a) Timbangan berat badan dan ukur Tinggi badan
Kenaikan berat badan wanita hamil akan naik diantara 6,5-16,5 kg
rata-rata 12,5 kg atau dengan kata lain ibu mengalami kenaikan
berat badan 0,5 kg/minggu (Wiknjosastro, 2006). Pengukuran
berat badan berguna untuk mengetahui apakah ibu cukup gizi atau
tidak, sedangkan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui
apakah panggul ibu cukup besar untuk proses persalinan normal.
Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil atara lain
yaitu > 145 cm. Kenaikan BB selama hamil rata-rata : 9-13,5 kg.
Kenaikan BB selama TM I : min 0,71,4kg
a) Kenaikan BB selama TM II : 4,1 kg
b) Kenaikan BB selama TM III : 9,5 kg
b) Ukur Tekanan darah
Untuk mendeteksi dini terjadinya preeklamsia dan eklamsia.
Tekanan darah yang normal 110/80–140/90 mmHg, bila melebihi
140/90 perlu di waspadai adanya preeklamsi.
c) Ukuran Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya
bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid
terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU
yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang
dicantumkan dalam HPHT.
Tafsiran Berat Janin (TBJ) menurut Widjanarko, 2007 untuk
memperkirakan berat janin menggunakan rumus Jhonson Tausack
yaitu :

Tafsiran berat janin (gram) : K x (X-n) ±10%

Keterangan:
X : Tinggi Fundus Uteri dalam (centimeter).
N : 12 = bila bagian terendah janin diatas Spina
Ischiadica.
11 = bila bagian terendah janin dibawah Spina
Ischiadica.
K : 155.
d) Pemberian Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Lengkap.
Imunisasi selama hamil yaitu minimal 2 kali, TT 1 pada usia
kehamilan 16 minggu TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT 1.
(Saifuddin, 2009).

Tabel 2.2
Imunisasi TT
Antigen Interval (selang waktu Lama perlindungan
minimal)
TT1 Pada kunjungan antenatal -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun *
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun / seumur
hidup
(Elisabeth, 2015:81)
Keterangan : *artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut
melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN /
Tetanus Neonatorum. (Saifuddin, 2006).

e) Pemberian Tablet Zat Besi


Pemberian tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.
Membantu Hb dan protein dalam sel darah merah membawa O 2 kedalam
jaringan tubuh, sehingga membantu mencegah anemia dan perdarahan
saat persalianan serta mencegah cacat janin.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800
mg.  Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin
dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa
haemoglobin maternal.  Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan
lewat usus, urin dan kulit.  Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi.  Perhitungan makan 3 kali
dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg zat besi
perhari.  Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan
menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil. (Manuaba, 2007).
f) Nilai Status Gizi (IMT)
Penilaian status gizi ibu hamil dapat ditentukan dari Indeks Massa
Tubuh (IMT). Rekomendasi penambahan berat badan selama
kehamilan berdasarkan Indeks Massa Tubuh:
Table 2.3
Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli 16 – 20,5
Sumber : Cunningham (2010)

g) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).


Pemeriksaan DJJ adalah salah satu cara untuk memantau janin.
Pemeriksaan DJJ harus dilakukan pada ibu hamil. DJJ baru dapat
didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran
DJJ:
Takikardi berat : detak jantung diatas 180x/menit
Takikardi ringan : antara 160-180x/menit
Normal : antara 120-160x/menit
Bradikardi ringan : antara 100-119x/menit
Bradikardi sedang :antara 80-100x/menit
Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit (Pantikawati, 2010)

h) Pemeriksaan Laboratorium (rutin dan khusus)


Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) menurut (Manuaba, 2010) yaitu
pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester II dan III, sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia, maka dilakukan pemberian prefarat Fe
sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil. WHO mendapatkan Hb
normal untuk ibu hamil yaitu 11 gr%. Pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli,
sebagai berikut:
Hb : 11 gr% tidak anemia
Hb : 9-10 gr% anemia ringan
Hb : 7-8 gr% anemia sedang
Hb : <7 gr% anemia berat
Dosis : 60 mg per hari elemental besi dan 50 mg%, asam folat
untuk profilaksis anemia. Jika diduga anemia berikan 2-3 kali per
hari. Dan untuk anemia sedang berikan Fe 600-1000 mg dengan
suplemen besi 60 mg per hari. Sulfat ferosus 200 mg dan asam
folat 0,25 mg dosis 2 kali per hari.(Tarwono, 2007)
i) Tatalaksana kasus
Memberikan penyuluhan tentang perawatan dini selama hamil,
perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda-tanda bahaya
pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat
segera mengambil keputusan dalam peratwatan selanjutnya dan
mendengarkan keluhan yang di sampaikan oleh ibu dengan penuh
nikmat, beri nasehat rujuk bila diperlukan. (Prawiirohardjo, 2010)
j) Temuwicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
(Depkes RI, 2009)

4) Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan :
a Satu kali pada triwulan pertama
b Satu kali pada triwulan kedua
c Dua kali pada triwulan ketiga (Saifuddin, 2006. Hal : 90).
5) Asuhan perkunjungan K1 sampai dengan K4
a. Kunjungan 1 (0-16 minggu)
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan persalinan
c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
b. Kunjungan 2 (24-28 minggu) dan Kunjungan 3 (32 minggu)
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
b) Penapisan Pre-Eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan.
c) Mengulang perencanaan persalinan.
c. Kunjungan 4 (36 minggu)
a) Sama seperti kegiatan kunjungan 2 dan 3.
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
c) Memantapkan rencana persalinan.
d) Mengenali tanda – tanda persalinan. (Saifuddin, 2009)

6). Tanda-tanda bahaya pada kehamilan yaitu :


a. Terjadinya perdarahan pervaginam
Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai
dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta
previa atau abrupsio plasenta.(Asrinah dkk, 2010 Hal : 153)
b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah
sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat.Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari pre-eklamsia. (Asrinah dkk, 2010 Hal: 154)
c. Penglihatan kabur
Biasanya pengaruh hormonal,ketajaman penglihatan ibu berubah
selama kehamilan. Perubahan yang ringan adalah normal,tetapi
masalah penglihatan ini terjadi secara medadak ataupun taba-tiba,
misalnya pandangan menjadi kabur perlu diwaspadai karena bisa
mengacu pada tanda kehamilan. (Asrinah dkk,2010 Hal: 154)
d. Bengkak diwajah dan jari- jari tangan
Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki, biasanya muncul pada sore hari dan hilang
setelah beristirahat atau meninggikan kaki.
(Asrinah dkk,2010 Hal: 154)
e. Keluar cair pervaginam
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi
sebelum persalinan baerlangsung, yang disebabkan karena
berkurang nya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan
intra uteri. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus. (Asrinah dkk, 2010 Hal: 154)
f. Gerakan janin sudah dirasakan oleh ibu pada kehamilan bulan ke-
5 atau ke-6. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 1 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan
baik. (Asrinah dkk, 2010 Hal: 154 )
g. Masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri yang
hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat(Asrinah
dkk,2010 Hal : 155)
Bila sebagian besar ibu pada masa reproduksi belum pernah
mendapatkan imunisasi tetanus toksoid (TT) pada masa anak
ataupun sebelum kehamilan, direkomendasikan untuk melakukan
imunisasi pada kunjungan pertama kehamilan (TT1) dan dosis
kedua (TT2) paling sedikit 4 minggu setelah pemberian TT1.
( Prawirohardjo, 2010 ).
h. Index masa tubuh (IMT)
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adanya adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Analisis dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa berat badan yang
bertambah berhubungan dengan perubahan fisiologis yang terjadi
pada kehamilan dalam lebih dirasakan pada ibu primigravida
untuk menambah berat badan pada masa kehamilan(Asrinah
dkk,2010 Hal: 69).

2.2. Asuhan Persalinan

2.2.1. Definisi Persalinan


Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang
normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu
dan keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai,
peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
disamping itu bersama keluarga memberi kan bantuan dan dukungan pada
ibu bersalin (Saifuddin, 2006).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawiriharjo,
2007). Sedangkan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam,
tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastri dalam
Prawirahardjo, 2010).

2.2.2 Tanda-tanda Persalinan


1. Adanya his persalinan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek.
b) terasa nyeri di abdomen dan menjalar ke pinggang.
c) menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa penulakan
dan pembukaan.
d) dengan aktifitas his persalinan makin bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dan darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendaratan dan pembukaan.
3. Pengeluaran cairan
Umumnya ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap. Namun dalam
beberapa jenis kasus, ketuban pecah pada saat pembukaan masih kecil.
Dengan pecahnya ketuban dapat memicu proses persalinan melalui
peningkatan his atau pengeluaran prostaglandin yang semakin
meningkat (Manuaba, 2007).

2.2.3. Penyebab Persalinan


Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan
factor-faktor humoral, struktu rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan
pada saraf, dan nutrisi.
1. Teori Keregangan Otot
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksisehingga
persalinan di mulai.
2. Teori Penurunan Progesteron
a. Produksi penurunan mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
b. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah penurunan
progesteron tertentu.
3. Teori Oksitosin Internal
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
b. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin meningkatkan aktivitasnya
sehingga persalinan dapat dimulai.
4. Teori Prostaglandin
a. Konsentrasi prostaglandin meningkatkan sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
konsentrasi otot rahim sehingga dapat merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan( Rohani dkk, 2011Hal:4)
2.2.4. Permulaan Terjadinya Persalinan
Faktor-faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor
yang mengakibatkan partus mulai.Seperti telah dikemukakan, “plasenta
menjadi tua” dengan tuanya kehamilan. Villi korialis mengalami
perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang


mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan
faktor yang dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasiFaktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada
ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak dibelakang
serviks. Bila ganglion ini tertekan,kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
(Prawirohadjo 2010)

2.2.5. Tahapan Persalinan


1. Kala I
Pada Kala I Persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai
dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan
perubahan pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap, fase
kala I Persalinan terdiri dari Fase Laten yaitu dimulai dari awal
kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm, Kontraksi mulai teratur
tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, Tidak terlalu mules; fase
aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit,
lamanya 40 detik atau lebih mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap,
penurunan bagian terbawah janin, Waktu pembukaan serviks sampai
pembukaan lengkap 10 cm, fase pembukaan dibagi menjadi 2 fase
yaitu fase laten: berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm. Fase aktif : dibagi menjadi
3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4
cm. Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. fase deselerasi
pembukaan menjadi lambat kembali dalam 2 jam pembukaan dari 9
menjadi lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam
dengan pembukaan 1 cm perjam dalam pada multigravida 8 jam
dengan pembukaan 2 cm per jam. Komplikasi yang dapat timbul pada
kala I yaitu: ketuban pecah dini, tali pusat menumbung, obstrupsi
plasenta, gawat janin, inersia uteri.
2. Kala II
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap, tampak
bagian kepala janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin
meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum atau vagina,
perineum tampak menonjol, vulva dan springter ani membuka,
peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Pada
kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refletoris
menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada ibu merasa seperti
mau buang air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum membuka,
perineum menegang. Dengan adanya his ibu dipimpin untuk
mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan janin.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu: eklamsi,
kegawatdaruratan janin, tali pusat menumbung,penurunan kepala
terhenti, kelelahan ibu, ruptur uteri, distosia karena kelainan letak,
infeksi intra partum, inersia uteri, tanda-tanda lilitan tali pusat.

3. Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses
pengeluaran plasenta tanda-tanda lepasnya plasenta: terjadi perubahan
bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau
terjulur keluar melalui vagina/vulva, adanya semburan darah secara
tiba-tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi
lahir uterus teraba keras dengan fundus utri agak diatas pusat beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan palsenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat
atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali
pusat.
a) Cara pelepasan plasenta
1) Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling
sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tangah,
lalu retroplasenter hematoma yang menolak uri mula-mula
bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,
perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak
setelah uri lahir.
2) Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan
(20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
b) Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri
1) Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat
sedang tangan kiri menekan diatas simfisis. Bila tali pusat
masuk kembali kedalam vagina berarti belum terlepas dan
sebaliknya jika tidak masuk kembali berarti sudah terlepas.
2) Strassman
Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri
mungetok fundus. Bila terasa getaran tali pusat bararti plasenta
belum terlepas.
3) Klein
Pasien disuruh mengedan, bila setelah mengedan tali pusat
masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta belum terlepas.
Manajemen aktif kala III persalinan untuk melahirkan
plasentadan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post
partum yaitu: Pemberian suntikan oksitosin, selambat-
lambatnya dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, dipastikan
tidak ada bayi kedua, maka dilakukan segera suntikan oksitosin
10 unit IM pada 1/3 bawah paha bagian luar. Setelah itu
penegangan tali pusat terkendali. Dan setelah terjadi kontraksi
yang kuat, tegangkan tali pusat, tangan pada dinding abdomen
menekan korpus uteri kebawah dan keatas korpus (dorso –
cranial). Segera setelah kelahiran plasenta lakukan rangsangan
taktil dengan lembut tapi mantap selama 15 detik sehingga
uterus berkontraksi. (APN,2008).
4. Kala IV
Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah: sub
involusi dikarenakan oleh uerus tidak berkontraksi, perdarahan yang
disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta.
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalianan
1. Janin (Passenger)
Pembahasan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar adalah
mengenai ukuran kepala janin, karena kepala adalah bagian terbesar
dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan.Tulang- tulang penyusun
kepala janin terdiri dari : dua buah os. Parietalis, satu buah os.
Oksipitalis dan dua buah os. Frontalis. Antara tulang satu dengan
tulang yang lainnya berhubungan melalui membran yang kelak
setelah hidup di luar uterus akan berkembang menjadi tulang. Batas
antara dua tulang disebut sutura dan diantara sudut–sudut tulang
terdapat ruang yang ditutupi membrane yang disebut fontanel.
1.Pada tulang tengkorak janin dikenal beberapa sutura, antara lain:
a. Sutura sagitalis superior, menghubungkan antara kedua os.
Parietalis kanan dan kiri.
b. Sutura koronaria, menghubungkan os. Parietalis dengan os.
Frontalis.
c. Sutura lambdoidea, menghubungkan os. Parietalis dengan os.
Oksipitalis.
d. Sutura frontalis, menghubungkan kedua os. Frontalis kanan
dan kiri.
2.Terdapat dua fontanel ( ubun – ubun ) antara lain :
a. Fontanel minor ( ubun – ubun kecil )
1) Berbentuk segitiga.
2) Terdapat di sutura sagitalis superior bersilang dengan
sutura lambdoidea.
3) Sebagai penyebut ( petunjuk presentasi kepala ).
b. Fontanel mayor ( ubun–ubun besar / bregma ).
1) Berbentuk segiempat panjang
2) Terdapat di sutura sagitalis superior dan sutura
frontalis bersilang dengan sutura koronaria.
c. Plasenta dan talipusat
a. Plasenta :
1) Berbntuk bundar atau hamper bundar dengan
diameter 15 – 20 cm dan tebal 2 – 2,5 cm.
2) Berat rata – rata 500 gram.
3) Letak plasenta umumnya berada di depan atau di
belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus.
Terdiri dari 2 bagian, antara lain :
1) Pars maternal, bagian plasenta yang
menempel pada desidua, terdapat kotiledon
( rata – rata 20 kotiledon ). Dibagian ini
tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan
janin.
2) Pars fetal : terdapat tali pusat

b. Talipusat
Struktur talipusat :
1) Terdiri dari 2 arteri umbilicus dan 1 vena
umbilicus.
2) Bagian luar talipusat berasal dari lapisan amnion.
3) Didalamnya terdapat jaringan yang lembek yang
dinamakan selai warthon.
4) Panjang rata – rata 50 cm.
d. Air ketuban
Struktur amnion:
a) Volume pada kehamilan cukup bulan kira – kira
500 – 1000 cc.
b) Berwarna putih keruh, berbau amis dan terasa
manis.
c) Reaksinya agak alkalis sampai netral.
d) Komposisinya terdiri atas 98 % air, dan sisanya
albumin, urea, asam uric, kreatinin, sel -sel epitel,
lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.

2. Jalan Lahir (Passage)


Jalan lahirterdiri dari bagian tulang pelvis dengan sendi-sendinya
bagian lunak terdiri dari otot-otot pelvis, jaringan-jaringan
ligament-ligament.
a. Bidang Hodge
Bidang-bidang hodge di pelajari untuk menentukan sampai
dimana bagian terendah janin turun dalam panggul dalam
persalinan. Bisa dilakukan melalui pemeriksaan dalam/
vagina toucher (VT)
Bidang hodge :
i. Hodge I : ialah bidang datar yang melalui bagian atas
simfisis dan promontorium. Bidang ini dibentuk pada
lingkaran pintu atas panggul.
ii. Hodge II : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge
I terletak setinggi bagian bawah simfisis.
iii. Hodge III : ialah bidang yang sejajar dengan bidang
hodge I dan II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan
kiri. Pada rujukan lain, bidang hodge III ini disebut juga
bidang O. kepala yang berada diatas 1 cm disebut (-1)
atau sebaliknya.
iv. Hodge IV : ialah bidang yang sejajar dengan bidang
hodge I, II, III, terletak setinggi os. Koksigis.
(Prawirohardjo, 2010 Hal:195).

Tabel 2.4
Penurunan kepala janin saat persalinan
Periksa luar Periksa dalam Keterangan
Kepala di atas
PAP,Mudah di
= = 5/5 gerakkan

Sulit di gerakkan, bagian


H I-II terbesar kepala
= 4/5 belum masuk
panggul
Bagian terbesar kepala
belum masuk
H II-III panggul
=3/5
Bagian terbesar kepala
sudah masuk
=2/5 panggul
H III +
Kepala di dasar panggul

H III- IV
=1/5
Di perineum
H IV

=0/5

3. Kekuatan (Power)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his,kontraksi otot-otot perut,kontraksi diafragma, dan asli dari ligamen
kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah
his,sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran
ibu.
His adalah kontaksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada
bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai,sudah
ada kontaksi rahim yang disebut his. His dibedakan sebagai berikut.
a. His pendahuluan atau his palsu yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontaksi dari Brexton hicks.
b. His persalinan
Suatau kontaksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan tetapi
bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat
nyeri.
4. Psikologi
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami
dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran, anjurkan mereka berperan aktif dalam
mendukung dan mendampingi langkah–langkah yang mungkin akan
sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu.
5. Penolong
Peran dari penolong persalin adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin,dalam
hal ini tergantung dari kemampun dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.
(Rohani dkk,2011 )

2.2.7. Perubahan Fisiologis dalam Persalinan


2.2.7.1 Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik
rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg.
Pada waktu-waktu diantara kontraksi, tekanan darah kembali ke
tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari
terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama
kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran
dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
1) Metabolisme
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh ansietas dan
aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat
dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, curah
jantung, dan cairan yang hilang.
2) Suhu
Meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan, yang dianggap normal ialah peningkatan
suhu yang tidak lebih dari 0.5 0 sampai 10 Celcius.
3) Denyut Nadi
Perubahan yang mencolok selama kontaksi diserta
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik
puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi
diantara kontaksi, dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan
yang mencolok selama puncak kontaksi uterus tidak terjadi jika
wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang. Frekuensi
denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
4) Pernafasan
Sedikit peningkatan pernafasan masih normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang
terjadi.

5) Perubahn pada Ginjal


Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus
dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada
posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urine
berkurang selama kehamilan. Sedikit proteinuria (renik 1+)
umun ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah wanita
bersalin. Proteinuria 2+ dan lebih adalh data abnormal.
6) Perubahan Pada saluran Cerna
Motilitas dan absorbs lambung terhadap makanan padat
jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan
lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka
saluran cerna bekerja dengan ambat sehingga waktu pengosongan
lambung menjadi lebih lama
7) Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr / 100 ml selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selam kala I
persalinan sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata
15.000 pada saat pembukaa lengkap. Tidak ada peningkatan lebih
lanjut setelah in. gula darah menurun selama persalinan, menurun
drastic pada persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar
akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka.(Varney.2007)

2.2.8. Partograf
a. Pengerian partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2014).
b. Tujuan partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medis ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2014).
c. Bagian-bagian partograf
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014) mengemukakan bagian-
bagian partograf terdiri dari :
1) Informasi tentang Ibu :
a) Nama, Umur;
b) Gravida, Para, Abortus (keguguran);
c) Nomor catatan medik/nomor Puskesmas;
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah : tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
2) Waktu pecahnya selaput ketuban
3) Kondisi Janin :
a) DJJ (Denyut Jantung Janin)
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Penyusupan ( molase) kepala janin
4) Kemajuan Persalinan :
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak.
5) Jam dan Waktu :
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
6) Kontraksi Uterus :
a) Frekuensi dan lamanya
7) Obat-obatan dan Cairan yang diberikan :
a) Oksitosin
b) Obat-obatan lainnya dan cairan I.V. yang diberikan
8) Kondisi Ibu
a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh
b) Urin (volume, aseton, atau protein)
9) Asuhan, Pengamatan, dan Keputusan Klinik lainnya (dicatat dalam
kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
d. Cara pengisian partograf menurut JNPK-KR (2014)
Untuk menggunakan patograf dengan benar petugas harus
mencatat kondisi ibu da janin sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin : catat setiap 30 menit
2) Air ketuban : catat warna ketuban setiap melakukan
3) Pemeriksaan vagina :
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, air ketuban Jernih
M : Air ketuban bercampur Mekonium
D : Air ketuban bernoda Darah
K : Tidak ada cairan Ketuban.
4) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisahkan
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih
bisa dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
5) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam
dan diberi tanda silang (X)
1. Penurunan bagian bawah janin: mengacu pada bagian kepala
(dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen /luar)
diatas simfisis pubis,catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap
pemeriksaan dalam. Pada posisis 4/5,makaa tuliskan tanda “O”
digaris angka 4.
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah
partograf pembukaan serviks dan penurunan tertera kotak yang
diberi angka 1-16.
b) Kontraksi, catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
tiap- tiap kontraksi dalam hitungan detik
1) Kurang dari 20 detik ░
2) Antara 20-40 detik ▓
3) Lebih dari 40 detik
c) Oksitosin, jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya
oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit,
didokumentasikan setiap 30 menit
d) Obat yang diberikan, catat obat yang diberikan sesuai dengan
kolomnya
e) Nadi, catatlah setiap 30 menit selama fase aktif persalinan dan
tandai dengan sebuah titik besar(•)
f) Tekanan darah catatlah setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan dan tandai dengan anak panah( ↕) pada kolom waktu
yang sesuai
g) Suhu badan, catatlah setiap 2 jam dalam kotak yang sesuai
h) Protein, aseton, dan volume urin, catatlah setiap kali ibu
berkemih.
e. Pencatatan Pada Lembar Belakang Patograf
Halaman belakang patograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi
batu lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan
Persalinan.Nilai dan catatan selama persalinan kala empat untuk
memungkinkan penolong asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa
nifas terutama persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk
membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan paska persalinan). Catatan
persalinan terdiri dari unsur-unsur seperti Data dasar, Kala I, Kala II,
Kala III, Bayi baru lahir dan Kala IV.
1) Cara pengisian
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir
setiap pemerikasaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah
seluruh proses persalianan selesai. Adapun cara pengisian catatan
persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampaikan menurut unsur- unsurnya sebagai berikut :
a) Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,
alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping pada saa merujuk. Isi data pada
masing- masing tempat yang sudah disediakan, atau dengan cara
memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
Untuk pertanyaan nomr 5, lingkari jawaban yang sesuai
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 8
jawaban biasa lebih dari satu.pertanyaan nomor 9 untuk
pengenalan kondisi gawatdarurat atau komplikasi saat ibu
bersalin datang ke fasilitas kesehatan.
b) Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan - pertanyaan tentang temuan
selama fase laten grafik melewati atau tidak ,masalah – masalah
lain yang timbul, penatalaksanaanya dan hasil penatalaksanaan
masalah tersebut.untuk pertanyaan nomor 10 (intervensi terhadap
temuan) dan nomor 11 (penyimpangan grafik dilatasi serviks),
hanya melingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan berikutnya
hanya diisi jika terdapat masalah lain,cara dan hasil
penatalaksanaanya.
c) Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat
janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya. Beri tanda "√" pada kotak disamping jawaban yang
sesuai. Untuk pertanyaan nomor 15, jika jawabanya "Ya", tulis
indikasinya sedangkan untuk nomor 16beri tanda untuk
pendamping persalinan (mungkin lebih dari satu).jika pertanyaan
nomor 17 jawabannya “Ya”, uraikan tindakan yang dilakukan.
d) Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, masase fundus, plasenta lahir
lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, lasesari atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda
pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26,
dan 28 lingkari jawaban yang benar.

e) Kala IV
Kala IV berisi data tentang keadaan umum ibu setelah
melahirkan bayi dan plasenta, tekanan darah, nadi, temperatur,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan jumlah
perdarahan yang keluar. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau
terjadi perdarahan paska persalinan. Pengisian pemantauan kala
IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya.
f) Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 36 ,37, lingkari jawaban yang sesuai
sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu
(Prawirohardjo, 2014).

2.3.1 Definisi Bayi Baru Lahir


Bayi Baru Lahir adalah bayi baru lahir dengan berat badan
pada saat kelahiran 2500-3999 gram dengan masa kehamilan 37-42
minggu (Sarwono, 2010 : 367).
Definisi bayi baru lahir berdasarkan klasifikasi berat badan :
a. Bayi dengan berat badan lahir amat sangat rendah yaitu bayi
yang lahir dengan berat badan < 1000 gr.
b. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan < 1500 gr.
c. Bayi dengan berat badan lahir cukup rendah yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan 1500-2500 gr.( Muslihatun, 2010).

2.3.2 Nilai Apgar Score


Skor Apgar atau nilai Apgar sebuah metode sederhana untuk
secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah
kelahiran.Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang
baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai
nol, satu, dan dua. yang di nilai Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration.

Tabel 2.5
Apgar Score

SKOR
Komponen
0 1 2

Frekuensi Jantung Tidak ada <100 x/m >100x/m

Kemampuan Tidak ada Lambat/tidak Menangis kuat


Bernafas teratur

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas agak Gerakan aktif


fleksi

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan


kuat/melawan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh tubuh


kemerahan/ekstre
mitas biru kemerahan
(Paula Kelly, M.D. 2010)

2.3.3. Penanganan Bayi Baru Lahir


2.3.3.1 Penanganan Bayi Baru Lahir
1. Membersihkan jalan nafas
Pertolongan untuk membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut:
(a) Letakan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras
dan
hangat.
(b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu
sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak
menengkuk, posisi kepala harus lurus sedikit mengadah ke
belakang.
(c) Bersihkan hidung, rongga, mulut dan tenggorokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus dengan kasa steril.
( Wiknjosastro, 2013 ).
2. Memotong dan merawat tali pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat pada bayi baru lahir
normal dilakukan segera sekitar 2 menit setelah bayi lahir atau
setelah bidan menyuntikan oksitosin kepada ibu. Hal ini
dilakukan untuk member cukup waktu bagi tali tali pusat
mengalirkan darah kaya zat besi kepada bayi.
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting
bayi dengan gunting steril. Sebelumnya tali pusat telah diklem
dengan baik, lalu tali pusat diikat dengan pengikat steril. Jangan
membungkus pusat atau perut serta jangan mengoleskan bahan
atau ramuan apapun atau kepuntung tali pusat, dan dianjurkan
untuk tidak memberikan apapun pada tali pusat bayi.
( Wiknjosastro, 2013 )
3. Mempertahankan suhu tubuh pada bayi
Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya
melalui proses konveksi, konduksi, evaporasi, dan radiasi.
Setelah bayi baru lahir, upayakan mencegahnya hilangnya panas
dari tubuh bayi, hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
(a) Mengeringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan kain/handuk kering.
(b) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu kekulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap pada dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel kedada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi
tetap melakukan kontak kulit ke kulit dada ibu paling
sedikit 1 jam.( Prawirohardjo, 2010).
(c) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi dikepala bayi.
Bagian kepala bayi lebih luas permukaan yang relative luas
dan bayi akan cepat kehilangan panas jika bagin tersebut
tidak ditutup.
(d) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian.
Tunda untuk memandikan bayi sehingga sedikitnya 6 jam
setelah lahir. Memandikan bayi setelah beberapa jam
pertama dapat mengarah pada kondisi hipotermia yang
dapat membahayakan keselamatan pada bayi.
(e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. (Wiknjosastro,
2008)

4. Memberi vitamin K1
Untuk mencegah terjadinya pendarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberikan injeksi 1 mg secara IM
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui.
( Wiknjosastro, 2008 )
5. Upaya profilaksis terhadap gangguan pada mata
Bayi biasa diberikan ASI dan “bertemu’’ dengan ibu dan
keluarganya sebelum mendapatkan tetes mata profilaktif (larutan
perak nitrat 1%) atau salep (salep tetraksilin 1% atau salep mata
eritromisin 0,5%) tetes mata atau salep antibiotic tersebut harus
diberikan pada satu jam pertama kelahirannya. (Wiknjosastro,
2008 )
6. Memulai pemberian ASI dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Prinsip menyusu adalah dimulai sedini mungkin dan secara
eksklusif. Segara setelah bayi baru lahir dan tali pusat diikat,
letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi
bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarlah kontak kulit kekulit
ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi
dapat menyusui sendiri.
Langkah IMD antara lain :
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya
segara setelah bayi lahir.
2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk
melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bayinya siap
menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan.
Menunda prosedur lainnya seperti menimbang,
memberikan injeksi vitamin K, hingga dilakukan IMD.
(Muslihatun, 2010 )
7. Memulai pemberian ASI secara dini akan dapat :
(a) Merangsang produksi air susu ibu.
(b) Memperkuat repleks menghisap (repleks menghisap awal
pada bayi, paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah
lahir) memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan
pengaruh yang positip bagi kesehatan bayinya.
(c) Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan
bayinya Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi
melalui kolostrum
(d) Merangsang kontraksi uterus.( Muslihatun, 2010 )

8. Pedoman umum untuk saat menyusui :


(a) Mulai menyusui segera setelah lahir dalam 30 menit
pertama.
(b) Jangan memberikan makanan atau minuman lain pada bayi
yang baru lahir kecuali ASI dan ada indikasi yang jelas (atas
alas an-alasan medis yang jelas), berikan ASI selama 6
bulan pertama dalam kehidupannya.
(c) Berikan ASI pada bayi sesuai kebutuhannnya baik siang
maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam)
selama bayi menginginkannya. ( Wiknjosastro, 2008 ).
(d) Sebagian besar bayi tidak banyak mendapat nutrisi selama 3
atau 4 hari pertama, mereka akan secara progresif
kehilangan berat badan sampai mendapat ASI atau makanan
lain secara lancar. Disamping itu dalam tiga hari pertama
bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, sedang
cairan yang masuk belum cukup.
(e) Jika bayi normal mendapat makanan dengan benar, berat
lahir biasanya dicapai kembali pada akhir hari ke-10.
kemudian berat biasanya terus meningkat dengan kecepatan
sekitar 25 gr/hari selama beberapa bulan pertama.
( Wiknjosastro, 2008).

2.3.4. Pemantauan Bayi Baru Lahir


Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak
lanjut oleh petugas kesehatan yaitu :
a. Pada 2 jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah
lahir meliputi :
(a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
(b) Bayi tampak aktif atau lunglai
(c) Bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melaku kan pemerisaan atau penilaian terhadap
ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut
seperti:
(a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
(b) Gangguan pernafasan
(c) Hipotermia
(d) Infeksi
(e) Cacat bawaan dan trauma lahir
c. Hal-hal yang perlu dipantau pada bayi baru lahir yaitu :
(a) Suhu badan dan lingkungan
(b) Tanda-tanda vital
(c) Berat badan
(d) Mandi dan perawatan kulit
(e) Pakaian
(f) Perawatan tali pusat.

2.3.5 Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir


1. Prematuritas dan BBLR:BBLSR Bayi Berat Lahir Sangat Rendah bila
lahir berat lahir kurang dari 1.500 gram,BBLR Bayi Berat Lahir
Rendah bila berat lahir antara 1.501-2.499 gram. Sedangkan bayi
prematur adalah bayi yang dilahirkan kurang dari usia kehamilan 37
minggu.Penyebab BBLR dan kelahiran prematur sangatlah
multifaktorial, antara lain asupan gizi ibu sangat kurang pada masa
kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh
lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan
lainnya.
2. Asfiksia: Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul.
3. Kejang spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia
neonatorum, hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau
masalah pada susunan syaraf. Diantara episode kejang yang terjadi,
bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel atau masih normal. Spasme
pada tetanus neonatorum hamper mirip dengan kejang, tetapi kedua hal
tersebut harus dibedakan karena manajemen keduanya berbeda.
4. Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-
14, tidak disertai tanda dan gejala ikterus patologis (Muslihatun, 2010).
Ikterus adalah keadaan transisional  normal yang mempengaruhi
hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada
kadar bilirubin tak terkonjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles,
2009).
5. Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada minggu
pertama > 2 mg/dl (Kosim, 2008).
6. Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5oC
pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi disebabkan oleh :
a) Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
b) Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang
dingin, seperti pada waktu menimbang bayi.
c) Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
d) Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran
udara karena pintu, jendela terbuka.
7. Tetanus neonatorum
Tetanus NeonatorumAdalah penyakit yang
dideritaolehbayibarulahir (neonatus). Tetanus neonatorum
penyebabkejang yang seringdijumpaipada BBL yang bukan karena
trauma Kelahiran atauasfiksia, tetapi disebabkan infeksiselama masa
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau
perawatan tidak aseptik.

8. Sindroma gangguan pernafasan


Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dispnea, frekuensi
pernafasan yang lebih dari 60 kali per menit ,adanya sianosis, adanya
rintihan bayi saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal,interkostal,epigastrium saat inspirasi.Penyakit ini
merupakan penyakit membrane hialin,dimana terjadi perubahan atau
kurangnya komponen surfaktan pulmoner komponen ini merupakan
suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapnya paru.

2.3.6. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari asuhan pada persalinan. Segera setelah lahir, bayi harus
mendapatkan perawatan yang tepat karena terjadi banyak perubahan
fisiologis, dimana bayi mengalami perpindahan dari ruangan yang hangat
dalam rahim ke dunia luar rahim yang dingin, yang menyebabkan stress
fisik ( Asrinah dkk, 2010 Hal:66).
Asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah
kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha
pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan spontan.
Menurut Saifuddin tahun 2009, asuhan normal yang dilakukan pada bayi
adalah :
1 Kebersihan
Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai usia
bayi 6 jam.Setiap kali BAK dan BAB, bersihkan bagian perinealnya
dengan air serta keringkan dengan baik, kotoran bayi dapat
menyebabkan infeksi sehingga harus dibersihkan.
2 Menyusui
Menyusui harus dilakukan segera setelah kelahiran bayi, dalam keadaan
terjaga menyusui segera menaikkan oksitoksin, yang juga menaikan
involusi pada uterus, juga menaikkan ikatan dini antara ibu dan anak.
Bayi harus disusui saja sekurang-kurangnya 6 bulan pertama. Dan bayi
disusui sesuai tuntutan ( kapan saja ia lapar ) tanpa jadwal.
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang memberikan kalori d
gizi yang diperlukan bayi untuk 6 bulan pertama sehingga bayi
mendapatkan kenaikkan BB secara normal, dan memberikan
perlindungan dari infeksi, juga segar bersih dan siap diminum.

3 Tidur
Baringkan bayi kesamping atau terlentang (jangan memakai bantal).
Tabel 2.6
Pola Tidur Bayi dan Anak
Pola tidur bayi dan anak
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam

4 Ujung tali pusat


Sampai tali pusat kering dan lepas, di daerah ini dapat menjadi infeksi
sehingga harus dijaga agar bersih dan kering. Beritahu ibu untuk lapor
ke bidan bila tali pusat berbau ada kemerahan di sekitarnya atau bila
mengeluarkan cairan.
5 Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
(Proverawati dkk, 2010).
a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah
penyakit Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat
pelayanan kesehatan atau mulai 1 ( satu ) bulan di Posyandu.
(Lisnawati , 2011)
b. Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B
yang ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan.
c. Imunisasi DPT-HB 3 ( tiga ) kali untuk mencegah penyakit Difteri,
Pertusis ( batuk rejan ), Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini
pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi
berikutnya berjarak waktu 8 minggu. Pada saat ini pemberian
imunisasi DPT dan Hepatitis B dilakukan bersamaan dengan vaksin
DPT-HB.
d. Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit
polio. Imunisasi Polio diberikan 4 ( empat ) kali dengan jelang waktu
( jarak ) 4 minggu.
e. Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi
campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan.
6. Efek samping Imunisasi
Imunisasi kadang mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik
yang membuktikan vaksin betul-betul bekerja secara tepat. Efek samping
yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
a) BCG: Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak
seperti pada imunisasi dengan vaksin lain, imunisasi BCG tidak
menyebabkan demam setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan
timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntik berubah menjadi
pustula, kemudian pecah menjadi luka, luka tidak perlu pengobata.
b) DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada sore hari setelah
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2
hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di
tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu
mendapatkan pengobatan khusus, dan akan sembuh sendiri. Bila
gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa imunisasi
tersebut tidak memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu
diulang.
c) Polio: Jarang timbuk efek samping.
d) Campak:menalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.
e) Hepatitis B: reaksi local seperti rasa sakit kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan, reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari. (Proverawati,
2011). Imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai
bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir). (Kemenkes
RI, 2010)
Tabel 2.7
Jadwal Imunisasi IDAI
Tabel 2.8
Jadwal Imunisasi KIA

2.4 Asuhan Nifas

2.4.1. Definisi Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2010)
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu.(Sinopsis Obstetri).

2.4.2.Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas


Perubahan sistem reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat
genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan
penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain.
1. Uterus
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa
sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus
setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu
minggu setelah melahirkan, beratnya menjadi kurang lebih 500 gram,
pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih
300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-otot uterus
segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Setiap
kali bila ditimbulkan. Fundus uteri berada di atas umbilikus, maka
hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah pengisian uterus oleh
darah atau pembekuan darah saat awal jam postpartum atau
pergeseran letak uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat
setelah kelahiran.

Tabel 2.9
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 1-2 jr bawah 1.000 gr
pst*
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
Sumber : Mochtar, 2011

2. Lokia

Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu lokia
rubra, sanguinolenta dan lokia serosa atau alba.
Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita
pada masa nifas.
a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pascapersalinan. Inilah
lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari postpartum.
b) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
c) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang
lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan
berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.
Lokia alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua,
leukosit, dan eritrosit.
d) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari ke-14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti
sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti
cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua.
3. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenarisasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari
mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan perut pada
bekas implantasi plasenta.
4. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek,
kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet,
terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang
mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat
laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena
robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan
membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu
postpartum.
5. Vagina

Vagina atau lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan


suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur
luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran
seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga.
Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam
proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang
khas bagi wanita multipara.

2.4.3. Proses Adaptasi Psikologi Ibu pada Masa Nifas


Proses masa nifas merupakan waktu di mana ibu mengalami stress
pascasalin, terutama pada ibu primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut.
1. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua.
2. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.

2.4.4 Tanda bahaya nifas


Tanda-tanda bahaya masa nifas antara lain:
1. Perdarahan postpartum
2. Lochea yg berbau busuk
3. Subinvolusi uterus
4. Nyeri pada perut dan pelvis
5. Pusing dan lemas berlebihan
6. Suhu tubuh >38
7. Sakit kepala hebat
8. Pembengkakan wajah, tangan, kaki
9. Payudara merah, panas, terasa sakit
10. Nyeri berkemih
11. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
12. Merasa sangat letih atau nafas terengah engah
2.4.5 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu
dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
1. Kunjungan I 6-8 jam setelah persalinan bertujuan untuk :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
terajdi secara terus menerus.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan dengan baik antar ibu dan bayi baru.
f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2. Kunjungan II 6 hari setelah persalinan bertujuan untuk :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak
ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III 2 minggu setelah persalinan bertujuan untuk :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak
ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan
tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4. Kunjungan IV 6 minggu setelah persalinan bertujuan untuk :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi
alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.5. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 langkah Verney


2.5.1 Tinjauan Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh
dan menyeluruh dari bidan kepada kliennya, yang merupakan suatu
proses manajemen kebidanan yang di selenggarakan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan langkah-langkah yang di
susun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan
yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang di lakukan
dengan tepat (Ai yeyeh, 2013).

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney :


a. Langkah pertama (pengumpulan data dasar)
Pada langkah pertama ini di lakukan pengkajian dengan
pengumpulan semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap yaitu : Riwayat kesehatan
Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhannya. Meninjau catatan terbaru
atau catatan sebelumnya. Meninjau data laboratorium dan
membandingkannya dengan hasil study.
b. Langkah kedua (intepetasi data dasar)
Langkah kedua adalah menetapkan diagnosis atau masalah
berdasarkan penafsiran data dasar yang telah di kumpulkan.
Diagnosis pada dasarnya sangat relevan dengan daya objektif,
sedangkan untuk masalah lebih cenderung subjektifitas/ respon klien
terhadap tindakan yang akan atau yang telah di lakukan karena belum
tentu setiap individu merasakan masalah yang sama dalam kondisi/
menerima diagnosis yang sama.
c. Langkah ketiga (mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial)
Langkah ketiga mengidentifikasikan diagnosis atau masalah
potensial berdasarkan diagnose mengantisipasi penanganannya atau
masalah yang telah di tetapkan (pada langkah kedua). Dengan
perkataan identik dengan komplikasi dan tak dapat di pungkiri bahwa
senormal apapun setiap diagnosis atau masalah yang telah di
tegakkan mempunyai kecenderungan munculnya diagnosis atau
masalah yang telah di tegakkan mempunyai (diagnosis kebidanan
yang telah di tegakkan tidak menutupi kemungkinan akan terjadinya
komplikasi).

d. Langkah keempat (identifikasi kebutuhan yang memerlukan


penanganan segera)
Langkah keempat bertujuan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk di konsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien. Pada langkah ini data baru mungkin juga dapat
dikumpulkan dan dievaluasi, kemungkinan dapat di tentukan tindakan
yang akan dilaksanakan berikutnya, antara lain :
1) Tindakan Oleh Bidan
Dalam hal ini bidan harus bertindak segera untuk menyelamatkan
jiwa ibu, selama tindakan tersebut masih merupakan wewenang
bidan dan bidan mampu melakukannya.

2) Konsultasi
Dalam melaksanakan manajemen kebidanan dapat mengkonsultasikan
klien kepada dokter atau tim medis lainnya sesuai dengan kebutuhan
klien.
3) Kolaborasi
Dalam keadaan gawat, bidan dapat bekerjasama dengan dokter dalam
melakukan tindakan terhadap klien dimana klien memerlukan penanganan
yang bukan merupakan wewenang seorang bidan.
4) Rujukan
Jika bidan tidak mampu mengatasi masalah yang timbul pada klien, bidan
dapat merujuk klien keinstansi yang lebih mampu.
e. Langkah Kelima (Perencanaan tindakan yang dilakukan)
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah di identifikasi dan diantisipasi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang diidentifikasi dan kondisi
klien dari setiap masalah yang berkaitan tetapi dari kerangka pedomanan
tisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang
mungkin diperlukan.
Sebelum melaksakan setiap asuhan yang telah direncanakan, terlebih
dahulu rencana harus disepakati oleh bidan dan klien, karena klien berhak
untuk memutuskan apakah mau menerapkan rencana asuhan ini atau tidak,
selanjutnya segala sesuatu yang telah diputuskan dikembangkan dalam
rencana asuhan yang komprehensif.
f. Langkah Keenam (melaksanakan pelaksanaan)
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana asuhan komprehensif.
Dalam pelaksanaan tindakan dapa tseluruhnya dilakukan oleh bidan sebagian
yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya, jika bidan
tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan
dengan waktu dan biaya yang dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien.
g. Langkah Ketujuh (evaluasi)
Langkah ketujuh merupakan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam diagnose dan masalah rencana tersebut.
Bila tidak sesuai kebutuhan 1 tidak efektif maka perlu dikaji ulang
dengan cara memulai kembali dan awal proses menejemen kebidanan dan
tentukan rencana asuhan yang sesuai dengan situasi klien serta kondisi
lainya, demikianlah seterusnya, boleh dikatakan langkah ketujuh ini dapat
ditindaklanjuti dengan sebagai catatan perkembangan.

2.6 Keluarga Berencana (KB)


2.6.1 Pengertian KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang di inginkan. Maka dari itu, pemerintah
menrencanakan prgogram atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan ( Sulistyawati, 2013 ).
Sesuai dengan (BKKBN, 2015) keluarga berencana adalah upaya
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta
penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan
untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur
jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan
membina ketahanan serta kesejahteraan anak.

2.6.2 Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,
2013).

2.6.3 Ruang Lingkup KB


Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana’
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
2.7 Kontrasepsi
2.7.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan
permanen. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel
telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama,
2014).

2.7.2 Macam-macam Kontrasepsi


a. Pil KB
b. Suntik KB
c. Implan/Norplant/Susuk
d. Iud/Spiral
e. Vasektomi
f. Tubektomi

2.8 Pendekatan Manajemen SOAP


Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi 7 langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka
didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu:
2.8.1 Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan
data klien melalui anamnesa tanda gejala subjektif yang diperoleh
dan hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga (identitas
umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat
psikososial, pola hidup).
2.8.2 Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik
klien, hasil lab, dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung assessment. Tanda gejala objektif yang
diperolah dan hasil pemeriksaan (tanda keadaan umum, fital sign,
fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan
pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.

2.8.3 Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian
adalah salah suatu proses yang dinamik.
Sering menganalisa adalah suatu yang penting dalam
mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan
baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat. Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi.
a. Diagnosa/ masalah
1) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenal
kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data yang didapat.
2) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk dalam
diagnosa.
b. Antisipasi masalah lain atau diagnosa
2.8.4 Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment SOAP untuk perencanaaan, implementasi dan
evaluasi dimasukkan dalam “P”
a. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau akan datang untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin
atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini
termasuk kriteria tujuan tertentu dan kebutuhan pasien yang harus
dicapai dalam batas waktu tertentu dan kebutuhan pasien yang
harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil
harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan
harus sesuai dengan instruksi dokter, planning merupakan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan analisa yang
ditetapkan.
b. Implementasi
Pelaksanan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui olehklien
kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan
klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi
bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi
mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
c. Evaluasi
Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi
dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai
tujuan (Ai Yeyeh, 2013).

BAB III
TINAJUAN KASUS
Pada kasus ini penulis telah memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny P
dengan manajemen kebidanan yang merupakan alur pikir bidan yang diawali dengan
7 langkah varney yang dilanjutkan dengan pendokumentasian menggunakan SOAP.
Dalam proses pengambilan kasus ini penulis mengajukan Ny. P sebagai klien dalam
penyusunan studi kasus ini dengan judul Asuhan Kebidanan Komprhensif pada Ny. P
G1P0A0 di puskesmas “R” kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang.

3.1 Antenatal Care


Pada tanggal 17 November 2018, penulis melakukan pemeriksaan kehamilan
yang pertama pada Ny. P umur 20 Tahun, agama islam, suku sunda, lulusan
SMK, pekerjaan ibu rumah tangga (IRT), suami bernama Tn. S berumur 22
tahun, agama islam, suku sunda, lulusan SMK, bekerja sebagai karyawan swasta,
alamat Kp. Tegal Jungkel RT 13 RW 05 Rajeg.

3.1.1 Antenatal Care I pada Trimester III ( 36 minggu )


Pada tanggal 17 November 2019, pukul 10.00 WIB penulis melakukan
ANC pertama di puskesmas “R”. ibu datang memeriksakan kehamilannya.
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilannya yang pertama dan ibu
mengaku belum pernah keguguran. Ibu mengatakan Hari Pertama haid
terakhir (HPHT) : 05 Maret 2018, Tafsiran (TP) : 12 Desember 2018.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan selama hamil
dan pergerakan janin sangat aktif. Haid pertama kali umur 13 Tahun,
banyaknya ganti balutan 2 kali ganti pembalut/hari, lamanya 7 hari dan
teratur siklus 28 hari dan ibu mengatakan sering sakit pada saat menstruasi,
sifat darah cair dan terdapat stosel. Ibu mengatakan ini merupakan
perkawinan yang pertama, status perkawinan adalah sah, usia menikah istri
umur 20 tahun dengan suami 23 tahun, lama pernikahan ± 5 tahun.
Ibu mengatakan ANC teratur di bidan, 1 kali pada kehamilan 5
minggu, ibu mengatakan sudah mulai imunisasi TT1 pada tanggal 12 april
2018 pada usia kehamilan 10 minggu pada saat ANC ke dua, TT2 pada
tanggal 10 Mei 2018 pada kehamilan 14 minggu pada saat ANC ke tiga di
puskesmas “R”. ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi
KB apapun. Riwayat kesehatan ibu saat ini baik, tidak ada penyakit
keturunan seperti: jantung, DM, asma, TBC, Hipertensi. Riwayat keluarga
seperti penyakit keluarga tidak ada, riwayat keturunan tidak ada, tidak
memiliki riwayat hamil kembar. Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari,
hubungan dengan keluarga, lingkungan dan masyarakat baik, makan 3 kali
sehari (nasi, lauk, sayur dan susu). Ibu mengatakan istirahat malam ± 6-7
jam/hari siang ± 2 jam/ hari. Ibu mengatakan tidak merokok dan tidak
memakai obat-obatan.
Dilakukan pemeriksaan umum secara sistematis hasil yaitu. Keadaan
umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran composmentis TB: 157
cm, Berat Badan sebelum : 50 kg, Berat Badan setelah hamil : 63 kg,
Pernafasan : 23 kali/menit, Tekana Darah  : 120/80 mmHg, Nadi : 80
kali/menit , Suhu : 37oC, LILA : 27 cm. Pemeriksaan fisik : Kepala bersih
tidak ada ketombe, rambut tidak rontok, muka tidak oedema, mata simetris,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, palbebra tidak oedema, pupil
mengecil bila terkena cahaya, hidung tidak ada polip, telinga tidak ada
serumen dan tidak ada pengeluaran cairan, mulut bersih, bibir tidak pucat,
gigi tidak ada caries, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan
kelenjar getah bening, payudara simetris tidak ada benjolan, puting susu
menonjol, belum ada pengeluaran kolostrum, axcilla tidak ada nyeri tekan,
abdomen tidak ada luka bekas operasi dan ada linea alba, genetalia vulva
vagina tidak ada kelainan, tidak ada varices, tidak ada pembengkakan
kelanjar bartolini dan tidak ada keputihan. TFU: 28 cm , pemeriksaan
palpasi, Leopold I : Teraba bulat lunak tidak melenting (bokong). Leopold
II kanan : Teraba panjang keras seperti papan (punggung), Kiri: Teraba
bagian terkecil janin (ekstremitas). Leopold III : Teraba bulat keras
melenting (kepala). Leopold IV : kepala belum masuk PAP. Detak jantung
janin: 138 kali/menit. Memeriksa bagian genitalia bersih, tidak ada oedema
dan varices, tidak ada pengeluaran cairan, tidak ada pembengkakan
kelenjar bartolini, anus tidak ada hemoroid. ekstremitas pretibia dan
metatarsal kanan kiri tidak oedema, reflex patella (+/+). Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil Hb: 12,5 gr/dl, protein urine negative (-) dan
reduksi negative (-).
Dari data di dapatkan analisa Ny P usian 20 tahun G1P0A0 Hamil 36
minggu. Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala, keadaan ibu
dan janin baik saat ini.
Perencanaan yang akan dilakukan seperti lakukan informed consent.
Beritahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin baik-baik saat ini. Jelaskan
pada ibu makan – makanan yang bergizi. Anjurkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Menganjurkan ibu untuk meminum tablet Fe teratur dan
rutin. Buat kesepakatan kunjungan ulang.
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan informed consent.
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa usia kehamilannya
sekarang 36 minggu serta keadaan ibu baik, (ibu mengerti). Menjelaskan
pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi seimbang dan bervariasi yang
mengandung protein ibu dapat mengkonsumsi daging dan ikan-ikan laut
mineral, vitamin, kalori serta serat seperti lauk, nasi, sayur, buah dan susu,
(ibu bersedia mengikuti saran yang diberikan. Menginformasikan kepada
ibu tentang tanda dan bahaya kehamilan seperti: adanya perdarahan, sakit
kepala berat, gangguan penglihatan, pembekakan pada wajah atau tangan,
nyeri abdomen, janin tidak bergerak seperti biasa, (ibu mengerti dan dapat
mengulanginya kembali). Memberikan ibu tablet Fe sebanyak 10 butir
diminum 1x1/hari, tablet Fe diminum malam sebelum tidur karena akan
menyebabkan mual, sebaiknya diminum dengan air putih atau air jeruk
agar penyerapan lebih baik, Fe tidak diminum dengan kopi, teh dan
susu,dan klk sebanyak 20 tablet 1x1/hari, B complex sebanyak 10 butir
3x1/hari, (ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan)membuat
kesepakatan kunjungan ulang 24 November 2018 atau segera bila ada
keluhan atau tanda bahaya pada kehamilan, ( ibu bersedia melakukan
kunjungan pada tanggal yang dijadwalkan)
Hasil evaluasi setelah dilakukan pemeriksaan ini ibu menjadi paham
dengan penjelasan yang telah diberikan oleh bidan dan bersedia untuk
melakukannya dan ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang pada
tanggal 24 November 2018.

3.1.2 Antenatal care II pada Trimester III ( 37 minggu )


Pada tanggal 24 November 2018 pukul 10.00 WIB, ibu datang untuk
memeriksakan kehamilannya , ibu mengatakan tidak ada keluhan,
pergerakan janin aktif masih di rasakan saat ini.
Dilakukan pemeriksaan umum secara sistematis hasil yaitu. Keadaan
umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran composmentis Berat
Badan: 64 kg, Tekanan Darah: 110/80 mmHg, Nadi: 85 kali/menit,
Pernafasan: 23 kali/menit, Suhu : 37 o. Hasil pemeriksaan palpasi pada
abdomen yaitu pergerakan janin baik, Tinggi Fundus Uteri (TFU): 28 cm,
pemeriksaan palpasi, Leopold I : Teraba bulat lunak tidak melenting
(bokong). Leopold II kanan : Teraba panjang keras seperti papan
(punggung), Kiri : Teraba bagian terkecil janin (ekstremitas). Leopold III :
Teraba bulat keras melenting (kepala). Leopold IV : kepala sudah masuk
PAP. TBJ: (TFU-11) 155= (28-11) 155 = (2635 gr). Punctum maksimum
ada disebelah kanan perut ibu, frekuensi detak jantung janin: 142
kali/menit.
Dari data di dapatkan analisa Ny. P usia 20 tahun G1P0A0 hamil 37
minggu, Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala, keadaan ibu
dan janin baik saat ini.
Penatalaksanan yang dilakukan adalah memberitahu hasil pemeriksaan
pada ibu bahwa usia kehamilannya ibu sekarang 37 minggu serta keadaan
ibu dan janin baik saat ini, (ibu mengerti). Memberikan pengetahuan
tentang cara membersihkan payudara, (ibu mengerti dan dapat
mengulanginya). Mengingatkan ibu untuk istirahat cukup, malam 8 jam
/hari, siang 2 jam/hari, (ibu mengerti dan akan mengikuti saran yang
diberikan). Memberitahukan ibu tentang tanda bahaya kehamilan seperti:
keluar darah dan lendir dari vagina, penglihatan kabur, nyeri uluhati, janin
tidak bergerak seperti biasa, oedema pada tangan dan wajah yang lama,
sakit kepala hebat dan ketuban pecah sebelum waktunya, (ibu mengerti dan
dapat memahaminya). Menganjurkan ibu untuk melanjutkan minum tablet
Fe diminum 1x1/hari tablet, diminum malam sebelum tidur karena akan
menyebabkan mual, sebaiknya diminum dengan air putih atau air jeruk
agar penyerapan lebih baik, Fe tidak diminum dengan kopi, atau susu, (ibu
mengerti dan akan mengikuti anjuran yang di berikan bidan). Membuat
kesepakatan untuk kunjungan ulang tanggal 08 Desember 2018 atau segera
bila ada keluhan atau tanda bahaya pada kehamilan, (ibu mengerti dan akan
memeriksakan kehamilannya pada tanggal 08 Desember 2018).

3.1.2 Antenatal care III pada trimester III ( 39 minggu)


Pada tanggal 08 Desember 2018 pukul 09.00 WIB, ibu datang untuk
melakukan pemeriksaan ulang. ibu mengatakan sering buang air kecil pada
malam hari, pergerakan janin aktif masih di rasakan saat ini.
Dilakukan pemeriksaan umum secara sistematis hasil yaitu. Keadaan
umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran composmentis Berat
Badan : 65 kg, Tekanan Darah: 110/80 mmHg, Nadi : 85 kali/menit ,
Pernafasan : 23 kali/menit, Suhu : 37 0c. Pemeriksaan palpasi, TFU: 29 cm
Leopold I : Teraba bulat lunak tidak melenting (bokong). Leopold II
kanan: Teraba panjang keras seperti papan (punggung), Kiri: Teraba
bangian terkecil janin (ekstremitas). Leopold III : Teraba bulat keras
melenting (kepala). Leopold IV : kepala sudah masuk PAP. TBJ: (TFU-11)
155= (29-11) 155 = (2700 gr) Punctum maksimum ada disebelah kanan
perut ibu, frekuensi detak jantung janin: 142 kali/menit.Ekstremitas pretibia
dan metatarsal kanan kiri tidak oedema, reflex patella (+). Pemeriksaan
ekstremitas pretibia dan metatarsal kanan kiri tidak oedema, reflex patella
(+/+). Dilakukan pemeriksaan laboratorium Hemoglobin: 13,1 gr/dl,
protein urine negetif (-) dan reduksi urine negative (-).
Dari data di dapatkan analisa Ny. P G1P0A0 hamil 39 minggu, Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik
saat ini.
Penatalaksanaan asuhan yang di berikan: memberitahukan hasil
pemeriksaan bahwa saat ini usia kehamilan 38 minggu, keadaan ibu dan
janin baik saat ini. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan: mules
yang teratur, keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir, keluar cairan
yang banyak dari vagina. Mengingatkan ibu untuk menyiapkan persiapan
persalinan. Memberitahu ibu untuk mengurangi minum di malam hari.
Memberitahu kepada ibu untuk segera ke puskesmas “R” jika merasa sudah
ada tanda-tanda persalinan. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan therapy
yang diberika bidan secara teratur.

3.2 Intaranatal
3.2.1 kala I
Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu, datang
kepuskesmas “R” pada tanggal 14 Desember 2018 pukul 23.00 WIB. Ibu
mengatakan ini kehamilannya yang pertama, umur kehamilan 40 minggu.
Ibu mengatakan merasa mules sejak 14.00 WIB kemarin, lendir darah (+),
keluar air-air (-), dan ibu mengatakan masih merasakan gerakan janinnya,
BAB terakhir 5 jam yang lalu, BAK 2 jam yang lalu.
Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran
composmentis. Hasil pemeriksaan tanda –tanda Vital: TD  : /80 mmHg,
120

Nadi : 85 kali/menit
Suhu : 37 0c Pernafasan : 23
 , 
kali/menit,
. Palpasi TFU 29 cm,
TBJ: (29-11) x 155 = (2.700) Leopold I: di fundus uteri teraba bagian bulat,
lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II: kanan: teraba bagian terkecil
janin (ekstremitas), kiri: teraba bagian keras memanjang seperti papan
(punggung), Leopold III: teraba bulat, keras, melenting (kepala), Leopold
IV: teraba 3/5 bagian, DJJ (+), frekuensi 140 kali/menit, punggung kiri,
teratur, HIS 4x dalam 10 menit 30 detik, VT: vulva vagina tidak ada
kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban (+), presentasi
kepala.
Hasil analisa Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu
inpartu kala I fase aktif, Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala,
keadaan ibu dan janin baik saat ini.
Penatalaksanaan yang diberikan: Melakukan informed consent, (ibu
bersedia). Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin
baik saat ini, (ibu mengetahui hasil pemeriksaan). Memberikan support
mental kepada ibu dan keluarga, (ibu dan keluarga merasa tenang).
Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan bila mash kuat, (ibu bersedia).
Mengobservasi KU, TTV dan pembukaan setiap 4 jam sekali, HIS dan DJJ
setiap 30 menit sekali. ( sudah dilakukan). Mengajarkan ibu teknik
releksasi untuk mengurangi rasa sakit (ibu melakukannya). Memenuhi
kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu, (nutrisi sudah terpenuhi). Menyiapkan
partus set, (sudah disiapkan). Merencanakan pemeriksaan ulang pada pukul
23.00 WIB atau jika ada indikasi, (sudah dilakukan).
Pada tanggal 15 Desember 2018 pukul 02.35 WIB, dilakukan
pemeriksaan, ibu mengeluh mules semakin sering.
Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran
composmentis. Hasil pemeriksaan tanda –tanda Vital: TD  : 120/80
mmHg, Nadi : 85 kali/menit  , Suhu : 27oC Pernafasan : 23 kali/menit, HIS
5x10 menit lamamya 40 detik. Hasil pemeriksaan dalam: tidak ada
benjolan jalan lahir, portio tipis lunak, pembukaan 9 cm ketuban pecah
pada pukul 02.45 WIB berwara jernih tidak bercampur mekonium, tidak
ada molase, penurunan kepala pada di houdge III.
Hasil analisa Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu
inpartu kala I fase aktif, Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala,
keadaan ibu dan janin baik saat ini.
Penatalaksanaan yang dilakukan: memberitahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan yang dilakukan. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran
terlebih dahulu sembelum pembukaan lengkap. Mengajarkan tekhnik
relaksasi dengan cara terik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya dari mulut. Mengobservasi DJJ dan HIS. Hasil sudah
dicatat dalam lembar partograf.

3.2.2 kala II
Pada pukul 03.00 WIB tanggal 15 Desember 2018, ibu mengatakan
mules semakin sering sudah teratur sudah keluar lendir beserta darah.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 120/80 mmHg,
nadi 83 kali/menit, pernafasan: 20 kali/menit, suhu 36,4OC. Terlihat tanda-
tanda gejela kala II seperti: tekanan pada anus, perineum menonjol, anus
dan vulva membuka, HIS 5x dalam 10 menit lamanya 45 detik teratur, DJJ:
(+) frekuensi 136 kali/menit, dilakukan pemeriksaan dalam: vulva vagina
tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap 10 cm, ketuban
negative. ubun-ubun kecil kiri depan, presentasi kepala, kepala
penurunannya di hodge III+, tidak ada molase.
Hasil analisa Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu
partus kala II. Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala, keadaan
ibu dan janin baik saat ini.
Penatalaksanaan yang diberikan: memberitahu ibu hasil pemeriksaan,
(ibu sudah mengetahui keadaan saat ini). Mengajarkan ibu untuk meneran
yang baik, (ibu mengerti). Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang
nyaman untuk dirinya, (ibu sudah mendapatkan posisi yang nyaman).
Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran, yaitu meneran tanpa suara seperti buang air besar yang
keras, memuji bila meneran dengan baik, memantau DJJ dan memberikan
nutrisi atau air minum jika his tidak ada, (ibu mengerti). Memimpin
persalinan secara 60 langkah APN. Pada pukul 03.35 WIB, bayi lahir
spontan, jenis kelamin laki-laki. Langsung menangis kuat, warna kulit
kemerahan, pergerakan aktif, mengeringkan seluruh badan kecuali telapak
tangan. Membungkus kepala bayi dan badan agar tetap hangat. Cek ada
atau tidaknya janin kedua. Menjepit tali pusat bayi menggunakan klem 3
cm dari tali pusat. Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem kearah ibu
dan memotong talipusat 3 cm dari klem pertama, lalu menggunting tali
pusat dengan menggunakan tanga satu untuk melindungi bayi dari gunting.
Meletakkan diatas perut ibu untuk dilakukan IMD.

3.2.3 Kala III


Pukul 03.45 WIB, ibu mengatakan perut masih terasa mules, dengan
keadaan ibu baik.
Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis. Hasil pemeriksaan
fisik: Tinggi Fundus Uteri: sepusat, tidak ada janin kedua, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong, perdarahan sebanyak ± 50 cc, tanda-tanda
pelepasan plasenta: uterus globuller, tali pusat memanjang, ada semburan
darah tiba-tiba, plasenta belum lahir.
Hasil analisa P1A0 partus kala III, keadaan ibu baik.
Penatalaksanaan yang diberikan: Memastikan tidak ada janin kedua,
(telah dilakukan). Melaksanakan manajemen aktif kala III yaitu:
memberikan suntikan oxytosin 10 IU IM 1/3 paha distal lateral, (sudah
dilakukan). Melakukan peregangan tali pusat terkendali. Melahirkan plasenta
setalah ada tanda-tada pelepasan plasenta yaitu semburan darah tiba-tiba,
uterus berkontraksi globuler, dan tali pusat memanjang, (sudah dilakukan).
Pada pukul 03.45 WIB, plasenta lahir spontan lengkap. Melakukan massase
fundus uterin selama 15 detik untuk mempertahankan kontraksi, (kontraksi
baik). Pemeriksaan plasenta dengan hasil panjang tali pusat ± 50 cm, berat
500 gram, tebal 3 cm, diameter 20 cm, kotiledon lengkap, insersi talipusat
centralis.

3.2.4 Kala IV
Pukul 04.00 WIB ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan
ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, status emosional:
stabil. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg,
nadi: 81 kali/menit, respirasi: 20 kali/menit, suhu: 36,4oC, abdomen: TFU 2
jari dibawah pusat, kontaksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
± 100 cc, , memeriksa jalan lahir pada perineum, rupture perineum sampai
otot perineum, grade II.
Hasil analisa P1A0 partus kala IV dengan keadaan ibu dan bayi baik
saat ini.
Penatalaksanaan yang diberikan: Membantu melakukan penjahitan
menggunakan anastesi, penjahitan robekan perineum dengan teknik jelujur
(sudah dilakukan). Mengobservasi tanda-tanda vital, keadaan umum,
kontraksi uterus, TFU, kandung kemih, dan perdarahan ibu setiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua, (sudah
dilakukan). Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakan adalah normal
karena Rahim ibu berkontraksi untuk mengembalikan seperti keadaan
semula, (ibu mengerti). Melakukan pemeriksaan merapikan bayi dan ibunya
dengan memakaikan ibu pakaian yang bersih dan kering, (sudah dilakukan).
Memenuhi kebutuhan nutrisi: ibu minum air putih, (ibu sudah terpenuhi
nutrisinya). Menganjurkan ibu untuk berkemih, (ibu bersedia).
Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya sesering mungkin, (ibu
mengerti). Melakukan rawat gabung ibu dan bayinya, (sudah dilakukan).
Memberikan vitamin A diminum setiap 1x24 jam kepada ibu. Serta
menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur Antibiotik 500 mg 3x1
tablet, Vit A 200000 IU 1 kapsul, analgesic 500 gr 3x1 tablet, (sudah
dilakuakan). Melakukan pendokumentasian SOAP, (sudah dilakuan).

3.3 Post Natal


3.3.1 Nifas 6 jam post partum
Tanggal 15 Desember 2018 pukul 10.00 WIB. Ibu mengatakan senang
atas kelahiran bayinya, sudah bisa buang air kecil dan belum buang air
besar.
Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, keadaan emosional:
stabil. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah: 120/80 mmHg,
Nadi: 80 kali/menit, Respirasi: 20 kali/menit, Suhu: 36,5 oC. hasil
pemeriksaan fisik: konjungtiva tidak pucat, seklera tidak ikterik. TFU 2 jari
dibawah pusat, kandung kemih kosong, kontraksi baik, perdarahan ± 50 cc,
BAB (-) BAK(+).
Hasil analisa Ny. P usia 20 tahun P1A0 post partum 6 jam. Keadaan
umum ibu baik.
Penatalaksanaan yang diberikan: memberitahukan hasil pemeriksaan.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini. Menganjurkan ibu untuk tidak
menahan Buang Air Kecil. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi. Mengingatkan kembali tanda bahaya nifas yaitu:
lochea bau busuk, payudara membengkak. Menganjurkan ibu untuk selalu
menjaga kebersihan personal hygiene. Memberitahu ibu untuk menjemur
bayinya ± 30 menit setiap pagi dengan membuka seluruh pakaian bayi
sehingga tubuh bayi terkena sinar matahari langsung. Menganjurkan ibu
untuk kunjungan pada 6 hari post partum pada tanggal 21 Desember 2018,
(ibu bersedia).

3.3.2 Nifas 6 Hari


Tanggal 21 Desember 2018 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan
sudah bisa melakukan rutinitas rumah tangganya sehari-hari, ibu mengaku
masih nyeri pada luka bekas jahitannya. Ibu mengaku tidak ada hambatan
disaat buang air kecil maupun buang air besar.

Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, keadaan emosional:


stabil. Berat Badan: 60 kg. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan
darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80 kali/menit, Respirasi: 20 kali/menit, Suhu:
36,4oChasil pemeriksaan fisik: konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik,
TFU: pertengahan pusat dan simpisis, kandung kemih kosong, kontrakis
baik, perdarahan ± 15 cc, BAB (-) BAK(+).
Hasil analisa Ny. P umur 20 tahun P1A0 post partum 6 hari Keadaan
umum ibu baik.
Penatalaksanaan yang diberikan: Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan. Memotivasi ibu agar memberi ASInya tanpa memberinya
makanan tambahan. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan kaya akan zat besi, ibu mengerti. Mengingatkan kembali
tanda bahaya nifas. Melakukan konseling Keluarga Berencana. Melakukan
pendokumentasian SOAP.

3.3.3 Nifas 6 Minggu


Pada hari Senin tanggal 28 Januari 2018 pukul 14.00 WIB
dilakukan kunjungan nifas 6 minggu post partum. Ibu mengatakan
sudah tidak keluar darah. Ibu juga mengatakan sudah tidak nyeri
dibagian vagina karena luka bekas jahitan. Ibu mengatakan
payudaranya mengeluarkan ASI banyak. Ibu mengatakan bayinya
sering disusui sehingga ibu merasa senang dengan kenaikan berat
badan bayinya.
Keadaan umum: baik, kesadaran: compos mentis, keadaan
emosional: stabil. Berat badan 58 kg, Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 81 kali/menit, suhu 36,6 0C,
respirasi 20 kali/menit, Hasil pemeriksaan fisik. Mata konjungtiva
merah muda, sklera putih atau tidak ikterik. ASI yang keluar banyak.
Abdomen Tinggi Fundus Uteri: sudah tidak teraba, kandung kemih
kosong. Anogenital luka jahitan sudah kering, lochea alba.

Hasil analisa Ny. P umur 20 tahun P1A0 post partum 6 hari


Keadaan umum ibu baik.
Asuhan yang dilakukan yaitu Memberitahu hasil pemeriksaan
didapat hasil dalam batas normal. Memastikan ibu tidak menemukan
tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti terjadinya perdarahan,
demam, payudara bengkak dan merah, dan cairan vagina yang berbau
busuk. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup. Menganjurkan ibu
untuk menjaga personal hygine. ibu sudah menggunakan kontrasepsi
yang diinginkannya yaitu kb suntik 3 bulan dan ibu sudah
melaksanakannya pada tanggal 28 Januari 2019 di Puskesmas Rajeg.
3.4 Bayi Baru Lahir
3.4.1 Neonatus Cukup Bulan Sesuai Usia Kehamilan Umur 6 Jam

Bayi Ny. “P” pada tanggal 15 Desember 2018 pukul 03.35 WIB,
lahir secara spontan, jenis kelamin laki-laki, warna kulit kemerahan,
pergerakan aktif, menangis kuat.

Keadaan umum bayi: baik. Hasil tanda-tanda vital: suhu: 36,80C,


detak jantung bayi: 130 kali/menit, respirasi: 43 kali/menit. A/C :
+/-. Hasil pemeriksaan antropometri : berat badan : 2700 gram,
panjang badan: 47cm, lingkar kepala : 28 cm, lingkar dada : 29 cm.

Bayi Ny. “P” Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan


usia 1 jam dengan bayi baru lahir normal.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah memantau KU, TTV.


Memberikan konseling kepada ibu untuk menjaga kehangatan bayi,
pemberian asi sesering mungkin. Memberikan salep mata tetraskin
1%, Menyuntikan Vit K 0,5 pada paha kiri secara IM dan
menyuntikan HB0.

3.4.2 Neonatus Cukup Bulan Sesuai Usia Kehamilan Umur 6 Jam


Bayi 6 jam yang lalu, dilakukan pengkajian pada tanggal 15 Desember
2018, ibu mengatakan bayinya mulai mau menyusui, sudah air kecil dan
sudah buang air besar.
Keadaan bayi dalam keadaan baik, gerakan bayi aktif, Berat Badan:
2700 gram, Panjang Badan: 47 cm, LK: 28 cm, LD: 29 cm. hasil
pemeriksaan tanda- tanda vital: Suhu: 36.8oC, Nadi: 124 kali/menit,
Respirasi: 43 kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik: kepala bulat, tidak ada
chepal hematoma dan tidak ada, tidak caput seccedaneum, ubun-ubun tidak
ada molase, mata: sclera tidak ikterik, tidak ada strabismus, telinga:
simetris dan tidak ada pengeluaran cairan serumen yang keluar dari kanan
dan kiri, hidung: bersih, simetris, mulut: tidak ada palate skizis, leher: tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, dada: simetris kanan dan kiri, tali pusat
tidak ada perdarahan, punggung: tidak ada “pina bifida” ekstremitas:
simetris kanan dan kiri, genetalia: terdapat penis, terdapat testis, terdapat
skrotum, terdapat lubang ureter, Anus positif (+). Sistem syaraf
refleksmoro aktif, reflex rooting, eliminasi: miksi sudah keluar dan
meconium sudah keluar pada saat lahir warnanya hitam, bayi sudah di
imunisasi hepatitis nol.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan analisa By. Ny. “P” neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam, keadaan baik.
Penatalaksanaan yang diberikan: Memberitahu hasil pemeriksaan
kepada ibu dan keluarga, (ibu mengerti). Mempertahankan suhu bayi tetap
hangat, (sudah dilakukan). Melakukan perawatan bayi baru lahir, (sudah
melakukan). Melakukan bounding attachment, (sudah dilakukan).
Mencegah perdarahan tali pusat, (sudah dilakukan). Melakukan
pendokumentasian, (sudah dilakukan).

3.4.2 Neonatus Cukup Bulan Sesuai Usia Kehamilan Umur 6 hari


Tanggal 21 Desember jam 10.00 WIB ibu mengatakan bayinya
dalam keadaan baik, BAB dan BAK lancar dan mau menyusui dengan
baik.
Hasil pemeriksaan fisik bayi didapatkan data berat badan bayi turun
2600 gram, panjang 47 cm, keadaan umum bayi baik, nadi 33 kali/menit,
suhu 36,5o, pernafasan 125 kali/menit, konjungtifa tidak pucat, talipusat
belum lepas, ekstremitas hangat dengan warna kemerahan BAB lunak,
kekuningan, bau khas, buang air kecil BAK kuning jernih.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan analisa By. Ny. P neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari, keadaan bayi baik.
Penatalaksanaan yang diberiakn: memberitahu hasil pemeriksaan
kepada ibu, ibu mengerti. Mengingatkan ibu untuk setiap pagi menjemur
bayinya minimal 30 menit, ibu mengerti, Memotivasi ibu agar memberi
ASInya tanpa memberinya makanan tambahan, ibu bersedia.
Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat pada bayinya, ibu
mengeti. Memberitahu ibu agar setelah menyusui bayinya jangan langsung
di tidurkan tapi di tepuk tepuk punggungnya agar sendawa terlebih dahulu,
ibu mengerti. Melakuakn pendokumentasian SOAP.

3.4.3 Neonatus Cukup Bulan Sesuai Usia Kehamilan Umur 6 Minggu


Pada hari Senin tanggal 28 Januari 2019 pukul 15.00 WIB dilakukan
kunjungan dan pemeriksaan ulang. Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan
baik dan sering nyusu.
Keadaan umum bayi: baik. Hasil pemeriksaan fisik: warna kulit
kemerahan, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik. Berat badan: 4900
gram. Panjang bayi 50 cm pernafasan 41 kali/menit, nadi 122 kali/menit, suhu
36,6°C gerakan aktif, warna kulit kemerahan. refleks hisap baik, bayi menyusu
ASI dengan kuat, BAB (+), BAK (+) tidak ada kelainan.
Analisa yang di dapat Bayi Ny. “P” Neonatus Cukup Bulan Sesuai
Masa Kehamilan usia 6 minggu. Keadaan bayi baik.
Asuhan yang dilakukan yaitu, Memberitahu hasil pemeriksaan
bahwa bayinya dalam keadaan sehat, Memberitahu ibu untuk melakukan
imunisasi BCG dan Polio I tanggal 26 Januari 2019. Melakukan
pendokumentasian SOAP
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil studi kasus Ny. P yang dilaksanakan 17 november 2018 sampai dengan
tanggal 28 Januari 2019 yaitu sejak kehamilan 36 minggu sampai dengan 6 minggu
masa nifas, penulis membuat pembahasan yang menghubungkan teori dengan
manajemen asuhan kebidanan komprehensif yang diterapkan pada Ny. P di
Puskesmas “R”.

4.1 Antenatal Care

Kesadaran Ny. P untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas “R” sudah


tepat, karena kewaspadaan antenatal sangat penting dalam upaya mendeteksi
secara dini adanya kelainan dan kehamilan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan bila ditemukan adanya kelainan dalam kehamilan, sehingga dapat
dilakukan pencegahan bila ditemukan adanya resiko tinggi. Menurut
pendokumentasian yang didapat Ny. P mulai memeriksa kehamilannya pada usia
kehamilan 12 minggu. Penulis langsung menangani ibu sejak kehamilan 36
minggu. Dalam kehamilan ini Ny. P telah dilakukan pemeriksaan sebanyak 6 kali
yaitu 1 kali trimester 1 di BPM “S”, 2 kali di puskesmas “R” pada trimester II di
BPM “S”, dan 3 kali pada trimester III di puskesmas “R”. hal ini sesuai dengan
teori (Saifudin, 2002) bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakuakan paling
sedikit 3 kali selama kehamilan yaitu: 1 kalipada trimester 1, 1 kali pada
trimester II, dan 2 kali pada trimester III.
Pemeriksaan kehamilan Ny. P didampingi oleh penulis sejak kehamilan 35
minggu, degan asuhan antenatal care yang menggunakan standar 10T. penulis
tidak menemukan masalah pada Ny. P sehingga penulis tidak melakukan
tatalaksana kasus. Dan penulis tidak menemukan test laboratorium khusus. Hal
ini tidak sesuai teori yang menyatakan pelayanan ANC menggunakan standar 10
T (timbang berat badan, dan ukur tinggi badan, Ukur tekanan darah, Tentukan
nilai status gizi (ukur Lingkar Lengan Atas), Ukur tinggu rundus Uterin, tentukan
presentasi janin dan datak jantung janin, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid
(TT), pemberian tablet Besi minimal 90 tablet, tes laboratorium, Tata laksana
kasus, Temu wicara (konseling), karena keterbatasan sarana dan prasarana.

Dari mulai awal kehamilan sampai dengan usia kehamilan sampai dengan
usia 36 minggu Ny. P mengalami kenaikan berat badan sebanyak 13 kg. hal ini
menandakan bahwa pertumbuhan kehamilan Ny. P berjalan sangat baik dan
didukung pula oleh keteraturan pemeriksaan kehamilan serta Ny. P rajin
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan rajin mengkonsumsi vitamin yang
diberikan oleh bidan. Hal ini sesuai dengan teori (Dirjen Depkes 2010) bahwa
biasanya kenaikan berat badan ibuhamil yang normal berkisar 6,5 kg – 16,5 kg.

Denyut jantung (DJJ) Ny. P sudah terdengar pada usian kehamilan 28


minggu dan selama kehamilan frekuesi denyut jantung janin Ny. P adalah sekitar
120-140 kali/menit, dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
pemeriksaan karena sasuai dengan teori (manuaba 2012) yang menyatakan
bahwa keadaan normal denyut jantung janin berkisar antara 120-140 kali/menit.

Mengukur status gizi ibu dengan mengukur lingkar lengan atas yang sering
disebut dengan LILA, didapatkan hasil 27 cm dan ini menunjukan status gizi ibu
tergolong baik karena ukuran LILA yang didapat diatas 23,5 cm sesuai dengan
teori (Prawirohardjo, 2005) yang menyatakan normalnya LILA ibu hamil adalah
23,5 cm.
Tinggi fundus uteri pada Ny. P setiap kunjungan bertambah sesuai dengan
usia kehamilan, yakni 28 cm usia kehamilan 36 minggu pada kunjungan pertama,
28 cm pada kunjungan kedua dengan usia 36 minggu. Pertambahan tinggi fundus
uteri dengan bertambah tuanya usia kehamilan ini juga sesuai dengan rumor
Spiegelberg yang terdapat pada teori menurut (prawirohardjo, 1999) yang
menyatakan usia kehamilan 36 minggu adalah 31 cm dan bertambah pada saat
bulan berikutnya, adanya kesenjangan dengan teori.

Tes laboratorium yang di lakukan pada Ny. P adalah sebanyak 2 kali, yakni
pada kunjungan pertama dan ketiga. Dan di dapatkan hasil pada tes labolatorium
yang pertama Hb ibu adalah 12 gr/dl dengan protein dan reduksi negatif. Pada tes
lab yang ke tiga menunjukan hasil Hb ibu adalah 12,5 gr/dl dengan protein dan
reduksi negatif. Ini berarti kadar Hb dalam darah ibu berada dalam batas normal
sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2010) bahwa nilai Hb normal pada ibu hamil
>11gr/dl.

Pada kunjungan antenatal ke-3 Ny. P mengeluh sering BAK pada malam
hari, asuhan yang diberikan Ny. P adalah memberikan penyuluhan tentang
masalah yang dialami oleh ibu adalah ketidak nyamanan fisiologi pada trimester
ketiga salah satunya sering BAK. Sering BAK terjadi karena penurunan kepala
janin sehingga menekan kandung kemih, hal ini sesuai dengan teori menurut
(Win Kjosastro,2010). Yang menyatakan bahwa ketidak nyamanan trimester III
seperti susah tidur, sering buang air kecil DLL pada trimester ketiga, penulis
memberikan informasi pada ibu tentang tanda-tanda persalinan. Hal ini sesuai
dengan teori (Buku APN, 2012). Yang menyatakan bahwa tanda-tanda
persalianan seperti penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) dan
cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
Asuahan kebidanan antenatal care pada Ny. P sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 2010). Yaitu melakukan anamnesa, pada pemeriksaan baik
umum dan pemeriksaan kusus obstretric, dan pemeriksaan laboratorium.

4.2 Intrapartum

Pada proses persalinan Ny. P pada usia kehamilan 40 minggu. Hal ini
sesuai dengan teori (Saefudin, 2010) yang menyatakan bahwa persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 -40 minggu) pada kasus Ny. P pertama kali datang mengeluh
mules yang sering yang teratur dan keluar lendir darah, hal ini sesuai dengan
teori (APN, 2012) yang menyatakan bahwa Ny. P sedang mengalami tanda dan
gejala inpartu yang berupa kontraksi unterus dan cairan lendir bercampur darah
melalui vagina.

Pada kasus kala I Ny. P berlangsung selama 11 jam 30 menit hal ini tidak
sesuai dengan teori (Manuaba 2012) yang menyatakan bahwa lamanya kala I
untuk prima gravida berlangsug 12 jam sedang multigravida sekitar 8 jam.
Sedangkkan kala II berlangsung selama 35 menit Hal ini terjadi kesenjangan
teori (Saifudin, 2010). Bahwa lamanya kala II pada primipara berlangsung
selama 1 1/2 - 2 jam dikarenakan Ny. P melakukan meneran sangat baik sehingga
bayi cepet keluar.

Pada kasus Ny. P kala III berlangsung normal selama 15 menit. Hal ini
sesuai dengan teori (DepKes RI, 2010) bahwa lepasnya plasenta normalnya 30
menit setelah bayi lahir. Menejemen aktif kala III yang dilakukan pada Ny. P
sesuai dengan teori (APN, 2012) yaitu memberika suntikan oksitosin, melakukan
peregangan tali pusat terkendali, dan melakukan massase fundus uteri.
Pada kala IV Ny. P tidak ditemukan adanya penyimpangan, seperti
perdarahan post partum. Hal ini sesuai dengan teori (DepKes RI, 2010). Pada
kala IV yang harus dilakukan adalah dengan observasi ketat, karena bahaya
perdarahan primer post partum terjadi pada 2 jam pertama dan bila keadaan baik,
pasien dipindahkan keruangan rawat inap bersama dengan bayinya. Dan terdapat
pengeluaran lochea rubra. Hal ini sesuai dengan teori (Saleha, 2010). Lochea
rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban sel-sel desidua, vernik
kaseosa, lanugo dan mekoneum, selama 2 hari paska persalinan.

Pada kala IV persalinan NY. P dilakukan observasi tekanan darah, nadi,


tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua kala IV, serta
temperatur tubuh setiap 2 jam pertama pasca persalinan. Pada kala IV ini Ny. P
juga diajarkan cara massase rahimnya, yang juga sesuai dengan teori (DepKes
RI, 2010).

4.3 Post Partum

Penulis melakukan kunjungan nifas sebanyak 3 kali yaitu kunjungan


pertama pada 6 jam setalah persalinan, kumjungan kedua pada 6 hari setelah
persalinan dan kunjungan ketiga pada 6 minggu setelah persalinan. Dan terdapat
kesenjangan dengan teori (Sarwono Prawirohardjo, 2010) yang mengatakan
kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan yaitu kunjungan I (6-8
jam setelah persalinan), kunjungan II (2-6 hari setelah persalina), kunjungan III
(2 minggu setelah persalinan), dan kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Kesenjangan terjadi dikarenakan kebijakan dari pihak institusi.

Pada 6 jam post partum, penulis memperoleh data ibu masih merasa mulas
dan sudah menyusui bayinya, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontaksi
uterus baik, lochea rubra. Hal ini sesuai teori (Saleha, 2010) yang mengatakan
bahwa setelah plasenta lahir maka tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat dan
keluar lochea rubra yang berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugodan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
Inilah lochea yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum.

Pada kunjungan 6 hari post partum ibu mengatakan pengeluaran ASI lancar
dan bayi menyusui dengan kuat, tinggi fundus uteri pertengahan simfisis dan
pusat. Lochea sanguilenta sesuai dengan pernyataan (Saleha, 2010) bahwa pada 6
hari post partum tinggi fundus uteri berada dipertengahan simfisis dengan pusat
dan lochea sangueilenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang
keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. Pada enam hari post partum
berjalan lancar dan tidak ada penyimpangan karna kondisi ibu dan bayi sehat.

Pada 6 minggu post partum ibu mengatakan tidak ada keluhan, diperoleh
data tinggi fundus uteri tidak teraba dan mengeluarkan lochea tidak ada hal ini
sesuai dengan teori (Saleha, 2010) bahwa pada 6 minggu post partum tidak di
temukan adanya masalah sehingga dapat disimpulkan proses involusi berjalan
baik.

4.4 Neonatal

Pada tanggal 15 Desember 2018 pukul 03.35 WIB bayi Ny. P lahir spontan
presentasi letak belakang kepala dengan usia kehamilan 40 minggu jenis kelamin
laki-laki, berat badan 2700 gram panjang 47 cm, anus (+), cacat (-), segera
menangis,pergerakan aktif, kulit kemerahan, Hal ini merupakan tanda-tanda
neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan. Pada waktu lahir dilakukan
perawatan bayi baru lahir secara umum yaitu membersihkan jalan nafas,
memotong tali pusat, mengeringkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dan
melakukan IMD, memberikan suntikan Vit K, memberi obat salf mata,
indentifikasi bayi, dan melakukan observasi. Hal ini sesuai dengan teori (DepKes
RI, 2010) bahwa perawatan segera bayi baru lahir yang harus dilakukan adalah
membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan
suhu tubuh bayi, identifikasi bayi, pencegahan infeksi, dan memberikan Vit K,
obat salf mata.

Pada kunjungan 6 hari keadaan bayi baik, tali pusat belum lepas. Hal ini
sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2010), yang mengatakan tali pusat lepas pada
waktu bayi berumur 6-7 hari. Berat badan bayi mengalami kenaikan 2600 gram.
Keadaan ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2010) bahwa dalam 3 hari
pertama berat badan turun karena bayi mengeluarkan air kencing dan mekoneum,
kenaikan berat badan ± 7% - 10% dari berat badan lahir, pada hari keempat
baerat badan naik lagi dan dalam 10 hari berat badan naik kembali, seperti berat
badan pada waktu lahir.

Pada kunjungan 6 minggu keadaan bayi sehat, tidak di temukan adanya


masalah, berat badan bayi bertambah menjadi 4900 gram hal ini menunjukan
bahwa kebutuhan ASI bayi Ny. P terpenuhi dengan baik. Dan bayi sudah
mendapatkan imunisasi BCG pada saat usia bayi 6 minggu. Pernyataan ini sesuai
dengan teori (Saifuddin 2010) pemberian imunisasi BCG diberikan pada usia 0-2
bulan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penulis telah melakukan asuhan kebidanan komperhensif pada Ny. P sejak
usia kehamilan 36 minggu sampai dengan 6 minggu post partum. Selama masa
kehamilan Ny. P menemukan adanya keluhan-keluhan yang fisiologis, dan
masalah tersebut sudah teratasi dengan baik. Penulis juga mampu:
5.1.1 Melakukan pengkajian pada ibu hamil selama kehamilan, persalinan, nifas
serta bayi baru lahir.
5.1.2 Membantu diagnosa pada ibu hamil selama kehamilan, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir.

5.1.3 Mengidentifikasi dan menentukan masalah potensial yang terjadi pada


ibu hamil selama kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

5.1.4 Membuat identifikasi tindakan segera pada ibu hamil selama kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

5.1.5 Merencanakan asuhan ibu hamil selama kehamilan persalinan, nifas dan
bayi baru lahir.

5.1.6 Melaksanakan perencanaan asuhan pada ibu hamil selama kehamilan,


persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

5.1.7 Melakukan evaluasi asuhan pada ibu dalam kehamilan, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir.

5.1.8 Mendokumentasikan asuhan pada ibu hamil dalam kehamilan, bersalin,


nifas dan bayi baru lahir dengan SOAP.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
ketelitian agar dapat melakukan asuhan antenatal secara oktimal dan
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan mutu pelanyanan dan asuhan
kebidanan terutama pada ibu hamil, bersalin, nifas,dan bayi baru lahir.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Agar penulis studi kasus ini dapat menambahkan kepustakaan dan
wawasan bagi mahasiswi dan diharapkan menjadi suatu masukan yang
berarti dan bermanfaat bagi mahasiswi STIKes YATSI Tangerang.
5.2.3 Bagi Pasien
Diharapkan agar pasien dapat melakukan deteksi dini pada masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, dan pemeriksaan pada bayi baru
lahirnya.
5.2.4 Bagi Pukesmas ”R”
Agar dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas dalam
asuhan kebidanan dan dapat melaksanakan asuhan kebidanan semaksimal
mungkin sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
5.2.5 Bagi Mahasiswa
Sebaiknya mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang di dapat dari perkuliahan dan praktek-praktek lapangan,
serta dapat menerapkanya.

DAFTAR PUSTAKA

APN, 2012, Asuhan persalinan normal, Jakarta: JNPK-KR

KEMENKES RI, 2012. Pelayanan kesehatan esensial. Jakarta: kementrian kesehatan

KEMENKES RI, 2013. Pelayanan kesehatan ibu difasilitaas kesehatan dasar dan
rujukan. Jakarta: kementrian kesehatan
Martilia, 2012. Biologis reproduksi. Yogyakarta: pustaka pelajar

Mochtar, rustam, 2013. Sipnopsis obstetric fisiologi dan patologi jilid 1. Jakarta, EGC

Prawirohardjo, Sarwono, 2014. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta, Pt bina pustaka


sarwono prawirohardjo.

Rukiah, Ai yeyeh, DKK, 2013. Asuhan kebidnan Ikehamilan. Jakarta, CV. Trans info
medika

Rukiah, Ai yeyeh, DKK, 2009. Asuhan kebidanan II Persalinan. Jakarta, CV. Trans
info medika

Rukiah, Ai yeyeh, DKK, 2014.Asuhan kebidnan III Nifas. Jakarta, CV. Trans info
medika

Varney, H, Kriebs, J.M & Gegor, C.L.2017. Buku ajaran asuhan kebidanan.
Volume1. Jakarta: EGC.

https://dinkes.bantenprov.go.id, diakses pada tanggal 09 Februari 2019, pukul 13.00


wib

https://dinkes.bantenprov.go.id, diakses pada tanggal 09 Februari 2019, pukul 13.00


wib

http://emasindonesia.org/assents/up/2016/11.pdf, diakses pada tanggal 09 Februari


2019, pukul 14.00 wib

www.depkes.go.id/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf, diakses pada tanggal 09


Februari 2019, pukul12.30 wib

www.depkes.go.id/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf, diakses pada tanggal 09


Februari 2019, pukul13.00 wib
www.indopos.cp.id, diakses pada tanggal 09 Februari 2019, pukul 13.00 wib

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama : RATNA SETIAWATI

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : OKU Timur, 30 Juni 199

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cendana 5 Blok DA9/06 Perumahan Permata

Riwayat Pendidikan : 1. SDN2 Pahang Asri Tahun 2004

2. SMPN 1 BP. Peliung 2010

3. SMK Muhammadiyah 03 Sukaraja Tahun


2014

4. STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2017


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG

Nama Mahasiswa : Ratna Setiawati


NIM : 16113031
Tempat Praktek :Puskesmas Rajeg

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Tanggal Masuk : 17 November 2018
No Register : 238747
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS (Biodata)
Nama pasien : Ny. P Nama Suami : Tn. S
Umur : 20 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku/ Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/ Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan
Swasta
Penghasilan : ± Rp. 3.000.000 Penghasilan : ± Rp. 3.000.0
B. ANAMNESA (Data Subjektif) Tanggal : 18 November 2018
Pukul : 10.00 WIB
1. Keluhan utama pada waktu masuk : Tidak memiliki keluhan
2. Riwayat Penyakit sekarang : Penyakit Jantung, Asma,
Hipertensi, DM, Jantung, TBC
tidak ada
3. Riwayat Menstruasi :
a) Haid petama/ menarce: Umur : 11 tahun
b) Siklus : ± 35 hari
c) Banyaknya : 3- 4 kali ganti pembalut

d) Teratur/Tidak Teratur : Teratur


e) Lamanya : ± 7 Hari

Keadaan
Jenis
NO Tanggal/Tahun Tempat Umur Penolong Penyulit anak Anak
Persalinan
Sekarang

Rumah 7
1. 2018 kuretase dokter abortus
Sakit minggu

2. Hamil Ini

f) Sifat Darah : Cair


g) Disminore : Ya
4. Riwayat Perkawinan
a) Status Perkawinan : Sah, Kawin
b) Kawin 1 : Umur 23 Tahun, dengan Suami
Umur 24 Tahun
c) Lamanya : ± 1 Tahun
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu : Hamil ini
6. Riwayat Laktasi : -
7. Riwayat Hamil ini :
a) HPHT : 10 Maret 2018
b) Taksiran Persalinan : 17 Desember 2018
c) Hamil Tua : 36 Minggu 1 Hari
a) Keluhan :-
b) ANC : pertama
Imunisasi (TT) : TT1
c) Penyuluhan yang pernah didapat :-
8. Riwayat Keluarga Berencana :
Tidak menggunakan KB sebelumnya.
9. Riwayat Penyakit Sistemik :
Penyakit Jantung, Asma, Diabetes Militus, Hipertensi, ginjal, dan TBC
Tidak Ada
10. Riwayat Penyakit Yang Lalu/ Riwayat Operasi :
Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat operasi sebelumnya.
11. a) Penyakit Keluarga : tidak ada
b) Riwayat Keturunan : tidak ada
c) Kembar : tidak ada
12. Kebiasaan Sehari-hari
a) Personal Hygine : mandi 2 kali sehari,
keramas 3 hari sekali,
2 kali ganti pakaian
b) Psikososial : baik, hubungan dengan
suami, keluarga dan
masyarakat
c) Gizi : cukup, 3 kali sehari
(nasi, lauk pauk, sayur)
d) Istirahat : cukup, tidur ± 7 jam
pada malam hari
e) Perokok : tidak merokok
f) Pemakai obat-obatan : tidak minum
obat-obatan
C. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)
1. Status Generalis
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
d) Suhu : 36,7oC
e) Nadi : 83 kali /menit
f) Respirasi : 22 kali /menit
g) Tinggi Badan : 162 cm
h) Berat Badan Sekarang : 64 kg
i) Berat Badan Sebelum Hamil : 57 kg
j) Lingkar Lengan Atas : 26 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak rontok dan
tidak berketombe
2) Muka : Tidak oedema, tidak
pucat, tidak ada kloasma
gravidarum
3) Mata : Tidak oedema, kanan
dan kiri
a. Conjungtiva : Tidak Pucat, kanan dan
kiri
b. Sklera : Tidak Ikterik, kanan dan
kiri
c. Palpebrae : Tidak oedema, kanan
dan kiri
4) Hidung : Bersih, tidak ada polip
5) Telinga : Bersih, tidak ada
Pengeluaran
6) Mulut Gigi/ Gusi : Bersih, gigi tidak karies
b) Leher
1) Kelenjar Gondok (Tiroid) : Tidak ada pembesaran
2) Tumor : Tidak ada
3) Pembesaran Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
c) Dada dan Axila (Ketiak)
1) Mamae
a. Membesar : Ya, kanan dan kiri
b. Tumor : Tidak ada, kanan dan
kiri
c. Simetris : Ya, kanan dan kiri
d. Areola : Hiperpigmentasi
e. Puting Susu : Menonjol, kanan dan
kiri
f. Colostum : Tidak ada, kanan dan
kiri
2) Axila
a. Tumor : Tidak ada
b. Nyeri : Tidak ada
d) Perut : Status Lokalis/ Status
Obstetricus

e) Anogenital : Status Lokalis


f) Ekstermitas
a. Tungkai : Tidak ada oedema,
kanan dan kiri
b. Varices : Tidak ada, kanan dan
kiri
c. Oedema : Tidak ada, kanan dan
kiri
d. Refleks Patella : (+) kanan dan kiri
e. Keluhan Lain : Tidak ada
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Status Lokalis)
a) Abdomen
1) Inspeksi
a. Membesar : Ya, sesuai usia
kehamilan
b. Pelebaran Vena : Tidak ada
c. Linea Alba/ Nigra : Ada
d. Striae Albican/ Livide : Ada
e. Kelainan : Tidak ada
7) Pergerakan Janin : Sudah dirasakan
2) Palpasi
a. Kontraksi : Tidak ada
b. Leopold I : TFU : 30 Cm , Fundus
Uteri Terisi : Bokong
c. Leopold II : Kanan: Punggung
Kiri : alat ekstermitas
d. Leopold III : Bagian Bawah
Terisi : Kepala
e. Leopold IV : Belum Masuk PAP
f. Tafsiran Berat Janin : TBJ (30-12) x 155=
2790 gram
3) Auskultasi
Denyut Jantung Janin : 138 Kali/ Menit
b) Anogenital
1) Kelainan : Tidak ada
2) Pengeluaran : Tidak ada
3) Inspekulo
a. Vagina : Tidak dilakukan
b. Portio : Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Gol. Darah : Tidak diperiksa
Urine : Protein : Negatif (-)
Reduksi : Negatif (-)
Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA


A. DIAGNOSA
Ny. ”R” umur 24 tahun G2P0A1 hamil 36 minggu 1 Hari keadaan ibu
dan janin saat ini baik
Dasar :
- Ibu mengatakan sedang hamil anak kedua, belum pernah melahirkan
dan pernah keguguran
- Ibu tidak memiliki keluhan
- HPHT : 10 Maret 2018 TP : 17 Desember 2018
- Teraba Bokong di atas Fundus Uteri
B. MASALAH
Tidak ada
C. KEBUTUHAN
Tidak ada
III. MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. TINDAKAN SEGERA
A. Mandiri
Tidak ada
B. Kolaborasi
Tidak ada
C. Rujuk
Tidak dilakukan
V. RENCANA
- Melakukan informed consent
- Jelaskan pada ibu tentang ketidak nyamanan yang terjadi pada trimester
III
- Berikan pada ibu tablet penambah darah dan asam folat dan jelaskan cara
meminumnya
- Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada hari minggu
tanggal 25 november 2018
VI. TINDAKAN/ IMPLEMENTASI
- Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
hamil 36 minggu 1 hari, keadaan ibu dan janin baik serta Taksiran
persalinan pada tanggal 17 Desember 2018
- Memberikan penjelasan tentang ketidaknyamanan pada trimester III
- Memberikan pada ibu tablet penambah darah 1x1 sehari yang diminum
malam hari supaya tidak mual dan Asam Folat 1x1 sehari dan
menganjurkan ibu untuk rajin meminumnya
- Memberikan informasi tentang tanda bahaya pada kehamilan
- Memberitahu pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada hari
minggu tanggal 25 november 2018
VII. EVALUASI
Ibu mengerti dan dapat mengulang apa yang telah dikatakan oleh
bidan, Ibu mengetahui usia kehamilannya sekarang dan taksiran
persalinannya nanti, ibu memahami tentang ketidak nyamanan pada trimester
III dan mengerti tentang yang telah dijelaskan seperti tanda bahaya
kehamilan dan ibu mau melakukan kunjungan ulang pada 1 minggu
kemudian atau pada hari minggu tanggal 25 november 2018.

VIII. METODE
A. Ceramah
B. Tanya jawab
IX. MEDIA dan SUMBER
A. Media :-
B. Referensi / Sumber :
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
2011
Ilmu kebidanan 2011 (Ai Yeyeh Rukiyah)
X. EVALUASI
Evaluasi dalam bentuk lainnya :
A. Jelaskan pengertian tanda bahaya pada kehamilan?
B. Sebutkan macam-macam tanda bahaya?
C. Jelaskan keadaan yang membahayakan ibu dan janin?
D. Apa yang harus dilakukan apabila menemukan tanda bahaya?
E. Apa saja ketidaknyamanan pada trimester III?
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI
TANGERANG

Nama Mahasiswa : Ratna Setiawati


NIM : 16113040
Tempat Praktek :Puskesmas Rajeg

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY “R”


Tanggal Masuk : 14 November 2018
Pukul : 19.15 WIB
No Register :
XI. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS (BIODATA)
1. Biodata By. Ny. P
Nama Bayi : By. Ny. P
Usia : 2 Jam
Tanggal/ Jam Lahir : 15 Desember 2018/pukul 21.15 WIB
Jenis kelamin : LAKI-LAKI
BB Lahir : 2700 gram
Panjang Badan : 47 cm
Lingkar Kepala : 30 cm
Lingkar Dada : 29 cm
2. Biodata orang tua By. Ny. p
Nama pasien : Ny. Lp Nama Suami : Tn. s
Umur : 20 Tahun Umur : 23 Tahun
Suku/ Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/ Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : ± Rp. 3.600.000 Penghasilan : ± Rp. 3.000.000
B. ANAMNESA (Data Subjektif) Tanggal : 14 Desember 2018
Pukul : 21.15 WIB
1. Riwayat kehamilan
Abortus : Tidak ada
ANC : ± 4 kali pada trimester III
Penyakit selama hamil : Tidak ada
Komplikasi selama hamil : Tidak ada
Hamil Ke :2
2. Keluhan saat hamil
Trimester III : Sering BAK, sakit pinggang
3. Kebiasaan waktu hamil
Makanan : Tidak ada masalah
Obat – obatan : Tidak Menggunakan
Merokok : Tidak
4. Riwayat persalinan
Jenis persalinan : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Ketuban pecah : Spontan
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Keadaan bayi baru lahir : Baik
Bayi lahir spontan menangis kuat tonus otot baik pergerakan aktif
warna kulit kemerahan dengan BB 3400 gram dan PB 47 cm A/S 9/10
A/C +/-
C. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Frekuensi jantung : 120 kali/menit
d) Suhu : 36,8oC
e) Nadi : 129 kali /menit
f) Respirasi : 41 kali /menit
g) Panjang Badan : 47 cm
h) Berat Badan Sekarang : : 3400 gram
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Caput succedaneum : Tidak ada
Chepal haematoma : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak ada
b) Muka
Warna muka : Tidak pucat
Bentuk : Simetris
Kelainan : Tidak ada

c) Mata
Konjungtiva : Tidak Anemis
Sklera : Tidak ikterik
Strabismus : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
d) Telinga
Bentuk : Simetris
Lubang telinga kanan/kiri : +/+
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak ada
e) Hidung
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
f) Mulut
Mukosa bibir : Lembab
Labioskizis : Tidak ada
Labio palatoskizis : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Reflek rooting : Baik
Reflek sucking : Baik
g) Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Reflek tonic neck : Tidak Ada
h) Dada
Bentuk : Simetris
Retraksi interkosta : Tidak ada
Bunyi pernafasan : Normal
Kelainan : Tidak ada
i) Abdomen
Tali pusat : Ada
Pendarahan pada tali pusat : Tidak ada
Tanda- tanda infeksi : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
j) Genitalia
Jenis kelamin : Laki-laki, terdapat penis
dan aestis yang
menutupi skrotum anus
terdapat spingter ani
k) Ekstermitas atas
Bentuk : Simetris
Kelengkapan : Lengkap
Sindaktili/polidaktili : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
l) Ekstermitas bawah
Tungkai : Simetris
Kelengkapan : Lengkap
Sindaktili/polidaktili : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada


Reflek Babinski : Baik
m) Kulit
Warna kulit : Tidak pucat
Ikterik : Tidak
n) Punggung
Spina bifida : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
XII. INTERPRETASI DATA
A. DIAGNOSA
By. Ny. “P” Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
B. MASALAH
Tidak ada
C. KEBUTUHAN
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Penkes tentang ASI Ekslusif
3. Penkes perawatan tali pusat
4. Penkes tentang tanda bahaya pada bayi
5. Penkes tentang nutrisi
6. Penkes tentang imunisasi
XIII. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
XIV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

XV. RENCANA
- Melakukan informed consent
- Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir
- Jelaskan pada ibu tentang perawatan tali pusat dan tanda- tanda infeksi
pada tali pusat
- Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada hari Senin
tanggal 20 Desember 2018
XVI. TINDAKAN/ IMPLEMENTASI
- Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa
bayinya saat ini dalam keadaan baik
- Memberikan penjelasan tentang perawatan tali pusat dan tanda- tanda
infeksi
- Memberikan informasi tentang imunisasi
- Memberikan informasi tentang perawatan bayi sehari-hari seperti
memandikan bayi, menjaga kebersihan bayi dan perawatan tali pusat
yaitu mengganti kassa 2 kali sehari setelah mandi dan tidak membungkus
tali pusat dengan bahan apapun selain kassa steril, dan menjaga
kehangatan bayi dengan cara membungkus bayi setelah mandi
- Mengingatkan kepada ibu untuk memberikan nutrisi yang cukup kepada
bayi dengan cara memberikan ASI saja sejak pertama lahir sampai 6
bulan
- Memberitahu pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal
20 Desember 2018

XVII. EVALUASI
- Ibu mengerti dan dapat mengulang apa yang telah dikatakan oleh bidan
terhadap bayinya
- Ibu mengetahui keadaan bayinya saat ini
- Ibu memahami tentang tanda- tanda bahaya pada bayi baru lahir dan
perawatan tali pusat
- Ibu mengetahui imunisasi apa saja yang akan di dapatkan oleh bayinya
- Ibu mau melakukan kunjungan ulang pada 6 hari kemudian atau pada
tanggal 20 Desember 2018.
XVIII. METODE
C. Ceramah
D. Tanya jawab
XIX. MEDIA dan SUMBER
C. Media :-
D. Referensi / Sumber :
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Edisi 2011
Ilmu kebidanan Edisi 2011 (Ai Yeyeh Rukiyah)
XX. EVALUASI
Evaluasi dalam bentuk lainnya :
- Sebutkan Informasikan hasil pemeriksaan pada bayinya?
- Jelaskan tentang pemberian ASI Ekslusif sampai berapa bulan?
- Bagaimana perawatan tali pusat?
- Apa saja tentang tanda bahaya pada bayi?
- Imunisasi apa saja yang harus di dapat oleh bayinya?

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Gizi Seimbang Pada Kehamilan

Sub Pokok Bahasan : Kebutuhan Gizi Seimbang

Hari / Tanggal : Minggu, 17 November 2018

Tempat : Puskesmas Rajeg

Sasaran : Ibu Hamil ( Ny. P)

Waktu : 10 Menit

I. TUJUAN INSTRUCTIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami pentingnya kebutuhan gizi
seimbang pada masa kehamilan

II. TUJUAN INSTRUCTIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu mampu dan mengerti tentang :
1. Pengertian gizi seimbang
2. Akibat – akibat yang disebabkan karena kekurangan nutrisi pada masa kehamilan
3. Ibu hamil yang beresiko tinggi menyangkut nutrisi
III. MATERI
1. Pengertian gizi seimbang
2. Dampak dari kekurangan nutrisi pada masa kehamilan
3. Ibu hamil yang beresiko tinggi menyangkut nutrisi

IV. STRATEGI KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Ibu Hamil Waktu


1 Pendahuluan
a. Mengucapkan salam pembuka a. Menjawab salam
b. Menyamakan persepsi b. Mendengarkan dan menanggapi 3 menit
c. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan d. Mendengarkan
2 d. Menjelaskan Pokok Bahasan Kegiatan Inti
a. Menjelaskan tentang pengertian gizi a. Mendengarkan 4 menit
seimbang dan kebutuhan gizi selama
kehamilan
b. Memberikan kesempatan kepada ibu
3 untuk bertanya b. Menanyakan beberapa 3 menit
pertanyaan
Penutup

a. Memberikan evaluasi secara lisan a. Mendengarkan


b. Menyimpulkan dari materi yang b. Menanggapi
disampaikan
c. Mengucapkan salam penutup c. Menjawab salam

V. METODE

1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. MEDIA

Gambar

VII. SUMBER

1. Mochtar Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC


2. Helen Varney 2011. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC

MATERI PENYULUHAN

GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL

A. Pengertian
Gizi seimbang adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Wanita hamil dan menyusui harus betul – betul
mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang
berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Menu disusun menurut
petunjuk baku “ 4 sehat 5 sempurna” dan dapat diketahui bahwa makanan yang sehat
belum tentu mahal harganya, namun mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hendaknya
selalu makan sayur – sayuran dan buah – buahan yang berwarna.

B. Dampak dari kekurangan nutrisi pada masa kehamilan


Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus,
inersia uteri, pendarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis dan lain – lain.
Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk dua orang, ibu dan janin, dapat
mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre – eklampsi, janin besar dan
sebagainya. Zat- zat yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak , mineral
atau bermacam – macam garam, terutama kalsium, fosfor dan zat besi (Fe), vitamin
dan air. Banyak wanita berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi, karena
mereka takut janin menjadi besar sehingga sulit melahirkan. Pendapat ini tidak
mempunyai dasar, sebenarnya ibu hamil memerlukan tambahan beberapa zat – zat
untuk pertumbuhan janin agar sehat dan ini hanya bisa diperoleh dari makanan.

C. Ibu Hamil yang beresiko tinggi menyangkut nutrisi


Ibu hamil yang beresiko tinggi menyangkut nutrisi adalah ibu hamil yang :
1. Mengkonsumsi alkohol
2. Mengkonsumsi kafein dan kopi
3. Mengkonsumsi tembakau
4. Mengkonsumsi kokain atau bahan terlarang lainnya
5. Vegetarian ketat

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil

Sub Pokok Bahasan : Kebutuhan Personal Hygiene

Hari / Tanggal : Minggu, 17 November 2018

Tempat : Puskesmas Rajeg

Sasaran : Ibu Hamil ( Ny. P)

Waktu : 15 Menit

I. TUJUAN INSTRUCTIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan mengerti tentang
personal hygiene
II. TUJUAN INSTRUCTIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu mengetahui dan dapat menjelaskan
kembali tentang :
a. Pengertian ketidaknyamanan ibu hamil
b. Kebutuhan Personal hygiene

III. MATERI

Terlampir

IV. STRATEGI KEGIATAN PENYULUHAN

No Materi Kegiatan
1 Pembukaan (2 menit) Membuka dengan mengucapkan
salam
2 Proses (7 menit) Isi materi penyuluhan:
a. Pengertian ketidaknyamanan ibu
hamil
b.Kebutuhan Personal hygiene

3 Evaluasi (3 menit) Memberi pertanyaan tentang


pengertian ketidaknyamanan ibu
hamil dan kebutuhan personal
hygiene
4 Penutup (3 menit) Mengucapkan salam penutup
V. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

VI. MEDIA
Materi SAP

VII. SUMBER

Syafruddin,dkk.Penyuluhan KIA. Trans Info Media. Jakarta: 2011

MATERI PENYULUHAN

KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE

Ketidaknyamanan Ibu Hamil

A. Latar Belakang
Saat seorang wanita hamil, terjadi perubahan – perubahan pada tubuhnya
yang memang secara alamiah dipersiapkan untuk menyambut datangnya si buah hati.
Berbagai ketidaknyamanan pun terjadi yang diakibatkan oleh berbagai factor
perubahan hormone yang terjadi pada ibu, adapun kebutuhan personal hygiene
merupakan hal yang paling penting dan sangat dibutuhkan ibu hamil.
B. Kebutuhan Personal Hygiene
Personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting
selama kehamilan berbagai ketidaknyamanan terjadi selama kehamilan. Hal tersebut
disebabkan karena pengaruh hormone dan metabolism tubuh yang meningkat dan
memicu rasa ketidaknyamanan tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan akan personal
hygiene merupakan kebutuhan yang sangat penting dan mendasar untuk membantu
ibu meringankan rasa ketidaknyamanan tersebut. Adapun kebutuhan personal
hygiene yang dibutuhkan ibu hamil yaitu:
C. Perawatan Vulva – Vagina
a. Mencuci tangan sebelum membersihkan vagina
b. Jaga kebersihan dengan selalu membasuh daerah kemaluan dengan air bersih.
Jangan terlalu sering menggunakan produk pembersih hygiene
c. Biasakan membasuh dari arah depan ke belakang sesudah buang air kecil atau
besar. Ini mencegah vagina tercemar dari organisme yang berasal dari anus.
d. Hindari celana dalam yang ketat terlalu sering, terutama yang terbuat dari bahan
nilon. Lebih baik memakai celana dalam dari bahan yang menyerap keringat.
Kenakan pakaian, khususnya pakaian dalam yang tidak menghambat sirkulasi
udara. Hindari pakaian dari bahan spandex atau sintetis. Pilih yang terbuat dari
bahan katun dan bahan lainnya yang membuat kuliut dapat bernafas bebas.
e. Hindari terlalu sering menggunakan tissue toilet (khususnya yang wangi) setiap
buang air kecil dan besar. Jika kemungkinan, misalnya dirumah, ganti kebiasaan
ini dengan handuk atau kain kecil yang bersih
f. Hindari pemakaian tissue atau pembalut yang dapat menyebabkan alergi
g. Menjagakesehatan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bervariasi
h. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang
i. Cuci kembali tangan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Ibu Hamil

Sub Pokok Bahasan : Mengenal tanda – tanda bahaya kehamilan

Hari / Tanggal : Minggu, 08 Desember 2018

Tempat : Puskesmas Rajeg

Sasaran : Ibu Hamil ( Ny. P)

Waktu : 15 Menit

I. TUJUAN INSTRUCTIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan mengerti tentang tanda
– tanda bahaya dalam kehamilan dan dapat melaksanakan apa yang harus dilakukan apabila
mengalami keadaan tersebut.
II. TUJUAN INSTRUCTIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu mengetahui dan dapat menjelaskan kembali
tentang :
a. Pengertian tanda – tanda bahaya dalam kehamilan
b. Macam – macam bahaya kehamilan

III. MATERI

Terlampir

IV. STRATEGI KEGIATAN PENYULUHAN

No Materi Kegiatan
1 Pembukaan (2 menit) Membuka dengan mengucapkan salam
2 Proses (7 menit) Isi materi penyuluhan:
a. Menjelaskan tentang pengertian tanda
bahaya kehamilan
b. Menjelaskan tentang macam – macam
tanda bahaya kehamilan

3 Evaluasi (3 menit) Memberi pertanyaan tentang pengertian dan tanda


– tanda bahaya kehamilan
4 Penutup (3 menit) Mengucapkan salam penutup

V. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

VI. MEDIA
Materi SAP

VII SUMBER

Syafruddin,dkk.Penyuluhan KIA. Trans Info Media. Jakarta: 2011

MATERI PENYULUHAN

TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN

A. Latar Belakang
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda – tanda yang mengindikasikan adanya bahaya
yang dapat terjadi selama kehamilan / periode antenatal, yang apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bias menyebabkan kematian

B. Macam – macam tanda bahaya kehamilan


Enam gtanda bahaya kehamilan selama periode antenatal menurut Pusdiknakes
(2003) yaitu :
1. Pendarahan Pervaginaan
2. Sakit kepala yang hebat
3. Masalah penglihatan
4. Bengkak pada muka atau tangan
5. Nyeri abdomen yang hebat
6. Bayi kurang bergerak seperti biasanya
Berbagai macam tanda bahaya yang perlu segera dirujuk untuk segera
mendapatkan pertolongan :

1. Pendarahan pervaginaan
Pendarahan adalah tanda tersering dari keguguran, sehingga setiap wanita
hamil yang mengalami pendarahan dari vagina harus segera berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan. Pendarahan pervaginaan dalam kehamilan adalah
jarang yang normal. Pada masa awal sejak kehamilan, ibu mungkin
mengalami pendarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama
haidnya. Pendarahan ini adalah pendarahan implantasi dan ini normal terjadi.
Pada waktu yang lain dalam kehamilan. Pendarahan ringan mungkin
pertanda serviks yang rapuh atau erosi. Pendarahan semacam ini mungkin
normal atau mungkin mungkin suatu pertanda adanya infeksi. Pada awal
kehamilan pendarahan yang tidak normal adalah darah yang merah,
pendarahan yang banyak, atau pendarahan dengan nyeri. Pendarahan ini
dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada
kehamilan lanjut, pendarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan
kadang - kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Pendarahan
semacam ini bias berarti plasenta previa
Penyebab lain yang lebih serius pada trisemester 1 :
a. Keguguran
Pendarahan vagina merupakan tanda awal keguguran, disertai nyeri perut
b. Blighted Ovum
Walaupun dari pemeriksaan USG terlihat tanda – tanda kehamilan dalam
Rahim, namun embrio gagal berkembang sebagaimana mestinya
c. Kehamilan Ektopik
Sel telur yang telah dibuahi menempel di luar Rahim. Yang tersering
adalah menempel pada Tuba Fallopi, sehingga tidak dapat berkembang
karena kekurangan nutrisi. Tandanya antara lain nyeri perut dan
pendarahan. Pendarahan akibat kehamilan ektopik sangat berbahaya
karena bias mengancam nyawa ibu.
d. Kehamilan Mola atau kehamilan anggur
Pada keadaan ini, plasenta terbentuk secara normal. Pada pemeriksaan
USG dapat terlihat bukan janin yang berkembang tetapi jaringan
abnormal.

2. Sakit kepala yang hebat


Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang
menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang – kadang dengan sakit
kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya
menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari pre – eclampsia ( Pusdiknakes 2003)

3. Masalah Penglihatan
Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, silau atau berkunang –
kunang merupakan gejala atau tanda lain dari pre – eclampsia

4. Bengkak pada muka dan tangan


Pembengkakan atau terasa berat akibat cairan (edema) pada tangan, muka
dan sekitar mata, atau penambahan berat badan yang tiba – tiba, sekitar 1
kilo atau lebih yang tidak berkaitan dengan pola makan. Edema adalah
penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan
kaki, jari tangan, dan muka. Edema retibial yang ringan sering ditemukan
pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnosis pre -eklampsia, kenaikan berat badan ½ kg seminggu beberapa
kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre –
eclampsia. Untuk menegakkan diagnose apakah pre – eclampsia diperlukan
pemeriksaan laboratorium lanjutan.

5. Nyeri abdomen yang hebat


Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah
tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang
setelah istirahat. Nyeri abdomen yang dirasakan pada trisemester III yang
merupakan tanda bahaya adalah nyeri pada epigastrium (ulu hati). Gejala ini
bias mengarah pada gejala pre eclampsia jika didukung dengan tanda dan
gejala pre – eklampsi yang juga dirasakan.
6. Bayi kurang bergerak seperti biasa
Gerakan janin tidak ada atu kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam) ibu mulai
merasakan gerakan bayi selama bulan ke – 5 atau ke – 6. Beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayi nya yang lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Nayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika
ibu berbaring atau istirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
(Pusdiknakes 2013)

You might also like