Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
RATNA SETIAWATI
16113031
ABSTRACT
Based on data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), the MMR in
2012 was 359 per 100,000 live births. Banten Province is still high. Based on data released by
the United States Agency for International Development (USAID), in Banten province every
week there are an average of 5 mothers and 27 newborns who have died. In 2016, the total
maternal mortality reached 240 people. The highest number of maternal deaths was in Serang
Regency with 59 cases. The census of maternal deaths in 2015-2017 in Pandeglang District,
Serang Regency and Serang City found a greater number of maternal deaths, namely 324
deaths. In 2015, 138 children died at the age of 0-28 days. The highest number of child
deaths was found in Lebak Regency with 371 cases and Tangerang Regency with 322 cases.
The purpose of taking this case study is to gain real experience in implementing
comprehensive midwifery care for Mrs. G1P0A0 20 years of age starting from 36 weeks of
gestation to postpartum 6 weeks postpartum period with midwifery care management
approach using the 7 steps varney as the midwife's mindset in the implementation and
documentation in the form of SOAP.
Based on the results of the study and Antenatal examination performed 3 times, namely ANC
I on 17 November 2018, ANC II on 24 November 2018 and ANC III on 1 December 2018.
Intranatal on 14 December 2018. 15December 2018 at 19.15 WIB babies born spontaneously
, the condition of a healthy baby, the condition of the baby at birth, a healthy body weighing
2700 grams, male sex, 47 cm body length, strong crying, reddish skin color, and active
movement. The postpartum visit was performed 3 times, namely at 6 hours, 6 days, and 6
weeks postpartum and these results were normal. The compiler conducts midwifery care
management since pregnancy, childbirth, postpartum and newborns up to 6 weeks post
partum and no complications and abnormalities are found. It can be concluded that the
importance of care provided by midwives in a professional manner both during pregnancy,
delivery, childbirth, and newborns. It is hoped that after carrying out this comprehensive care,
patients can be more routine to carry out examinations so that they can detect early
complications during pregnancy, childbirth, and newborn and postpartum.
ABSTRAK
Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan bahwa
AKI pada tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Provinsi Banten terbilang
masih tinggi. Berdasarkan data yang dirilis United States Agency for International
Development (USAID) Jalin, di Provinsi Banten setiap minggunya dirata-ratakan ada 5 orang
ibu dan 27 bayi baru lahir yang meninggal dunia. Pada tahun 2016, total kematian ibu
mencapai 240 orang. Jumlah kematian ibu tertinggi berada di Kabupaten Serang dengan 59
kasus. Sensus kematian ibu tahun 2015-2017 di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang
dan Kota Serang menemukan jumlah kematian ibu yang lebih besar, yaitu 324 kematian.
Pada 2015, sebanyak 138 anak meninggal pada usia 0-28 hari. Jumlah kematian anak
tertinggi terdapat di Kabupaten Lebak dengan 371 kasus dan Kabupaten Tangerang dengan
322 kasus.
Adapun tujuan dari pengambilan studi kasus ini adalah untuk memperoleh pengalaman secara
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.P G1P0A0 usia
20 tahun yang dimulai sejak usia kehamilan 36 minggu sampai nifas 6 minggu masa nifas
dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan menggunakan 7 langkah varney
sebagai alur pikir bidan dalam implementasi dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.
Berdasarkan hasil pengkajian dan pemeriksaan Antenatal dilakukan 3 kali, yaitu ANC I
tanggal 17 November 2018, ANC II tanggal 24 November 2018 dan ANC III pada
tanggal 01 Desember 2018. Intranatal pada tanggal 14 Desember 2018. Tanggal 14
Desember 2018 pukul 19.15 WIB bayi lahir spontan, keadaan bayi sehat, keadaan bayi pada
saat lahir, sehat dengan berat badan 3400 gram, jenis kelamin perempuan, panjang badan 47
cm, menangis kuat, warna kulit kemerahan, dan pergerakan aktif. Kunjungan masa nifas
dilakukan 3 kali, yaitu pada 6 jam, 6 hari, dan 6 minggu postpartum dan hasil ini berlangsung
normal. Penyusun melakukan manajemen asuhan kebidanan sejak hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir hingga 6 minggu post partum dan tidak ditemukan adanya komplikasi serta
kelainan-kelainan. Dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya asuhan yang diberikan oleh
bidan secara profesional baik pada masa kehamilan, pesalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
Diharapkan setelah melakukan asuhan komprehensif ini pasien dapat lebih rutin untuk
melakukan pemeriksaan agar dapat mendeteksi secara dini komplikasi pada masa kehamilan,
persalinan, dan bayi baru lahir dan nifas.
Daftar Pustaka: 10 Buku (2010 – 2014), 6 Website
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan taufik-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny P
Di PKM “R” Kabupaten Tangerang Periode November-Desember 2018.
Adapun tujuan dari penyusun laporan ini untuk memenuhi tugas dalam
menyelesaikan program pedidikan D-III kebidanan pada Sekolah Tinggi
Kesehatan Yatsi Tangerang.
1. Ibu Ida Faridah, S.kp, M.Kes selaku ketua dan puket 1 STIKes Yatsi
Tangerang.
2. Ibu Rini Sartika, S.Si.T, selaku Kaprodi DIII Kebidanan STIKes Yatsi
Tangerang.
3. Ibu Nuryanti, S.SiT penanggung jawab Kaprodi DIII Kebidanan STIKes Yatsi
Tangerang
4. Ibu Hj.Atih Ruliati, S.Si.T. M.Kes, selaku dosen pembimbing komprehensif.
5. Seluruh staf dosen kebidanan STIKes Yatsi Tangerang
6. Seluruh Bidan dan Dokter di puskesmas “R” yang sudah membatu dalam
proses komprehensif ini.
7. Ny P beserta keluarga yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan Asuhan
Kebidanan Komprehensif
8. Keluarga tercinta Ayah dan Ibu kami tercinta yang telah banyak memberikan
dorongan dan semangat baik secara moral maupun spiritual.
9. Teman-teman yang telah memberi dukungan dan masukan serta semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun
sangatlah kami harapkan. kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca yang budiman.
Tangerang, 11 Febuari 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ...............................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................4
1.3 Manfaat.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Persalinan......................................................................................5
2.1.1 Pengertian Persalinan ........................................................5
2.1.2 Fisiologi persalinan ...........................................................5
2.1.3 Tanda –Tanda Persalinan...................................................6
2.1.4 Tahapan Persalinan ............................................................7
2.1..5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi..................................9
2.2 Patologi Persalinan Sungsang ......................................................10
2.2.1 Definisi...............................................................................10
2.2.2 Bentuk-Bentuk....................................................................10
2.2.3 Penyebab Letak Sungsang..................................................11
2.2.4 Mekanisme Persalinan Sungsang ......................................12
2.2.5 Penatalaksanaan..................................................................12
2.2.6 Fase Dalam Persalinan Sungsang.......................................15
Lampiran X Partograf
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus
Usia Kehamilan TFU
Dalam cm
12 minggu - 1/3 diatas simpisis
16 minggu - ½ simpisis-pusat
20 minggu 20cm (±2cm) 2/3 diatas simpisis
Usia kehamilan dalam
24 minggu Setinggi pusat
minggu = (±2cm)
28 minggu 28cm(±2cm) 1/3 diatas pusat
Usia kehamilan dalam ½ pusat - prosessus
34 minggu
minggu = (±2cm) xifoideus
2 jari dibawah prosessus
40 minggu 36cm (±2cm)
xifoideus
(Prawiroharjo,2006)
2. Serviks Uteri
Serviks yang terdiri terutama atas jaringan ikat dan
hanya sedikit mengandung jaringan otot tidak mempunyai
fungsi sebagai sfingter pada multipara dengan portio yang
bundar, porsio tersebut mengalami cedera lecet dan robekan,
sehingga post partum tampak adanya porsio yang terbelah-
belah dan menganga. Perubahan ditentukan sebulan setelah
konsepsi, perubahan kekenyalan tanda Goodel serviks
menjadi lunak warna menjadi biru, membesar (oedema)
pembuluh darah meningkat, lendir menutupi oestium uteri
(kanalis servikalis) serviks menjadi lebih mengkilap
(Prawirohardjo, 2010).
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas
kanalis servikalis setinggi ostium interna bersama-sama
isthmus uteri. Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen
atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-
minggu terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen
tersebut menampung Presenting part janin. Serviks bagian
bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan terjadi
(Farrer, 2001).
4. Kontraksi Braxton Hicks
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa
rasa nyari di sepanjang kehamilan. Kontaksi ini barang kali
membantu sirkulasi darah dalam plasenta (Farrer, 2001).
5. Vagina dan Vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami
perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan
vagina dan vula tampak lebih merah, agak kebiruan (livide)
disebut tanda Chadwick. Vagina: membiru karena pelebaran
pembuluh darah, PH 3.5-6 merupakan akibat meningkatnya
produksi asam laktak karena kerja laktobaci Acidophilus,
keputihan, selaput lendir vagina mengalami edematus,
Hypertropy, lebih sensitif meningkat seksual terutama
triwulan III (Prawirohardjo, 2010).
Pada awal kehamilan, vagina dan serviks memiliki
warna merah yang hampir biru (normalnya, warna bagian ini
pada wanita yang tidak hamil adalah merah muda). Warna
kebiruan ini disebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat
kerja hormon progesteron .
6. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus
luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta dan kira-kira
kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter
kira-kira 3 cm. Lalu ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
Ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxing, suatu
immunoreaktif inhibin dalam sirkulasi maternal. Relaxing
mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan
janin menjadi baik hingga aterm.
7. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesteron akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk
lemak hingga mammae menjadi lebih besar. Apabila mammae
akan membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti
seluruh areola mammae akan hiperpigmentasi. Pada
kehamilan 12 minggu keatas dari putting susu dapat keluar
cairan berwana putih agak bening disebut colostrum.
Perubahan pada payudara yang membawa kepada
fungsi laktasi disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen,
progesteron, laktogen plasenta dan prolaktin. Stimulasi
hormonal ini menimbulkan proliferasi jaringan, dilatasi
pembuluh darah dan perubahan sekretorik pada payudara.
Sedikit pembesaran payudara, peningkatan sensivitas dan rasa
geli mingkin dialami, khususnya oleh primigravida pada
kehamilan minggu keempat, cairan yang jernih ditemukan
dalam payudara pada usia kehamilan 4 minggu dan kolostrum
dapat diperah keluar pada usia kehamilan 16 minggu (Farrer,
2011).
Keterangan:
X : Tinggi Fundus Uteri dalam (centimeter).
N : 12 = bila bagian terendah janin diatas Spina
Ischiadica.
11 = bila bagian terendah janin dibawah Spina
Ischiadica.
K : 155.
d) Pemberian Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Lengkap.
Imunisasi selama hamil yaitu minimal 2 kali, TT 1 pada usia
kehamilan 16 minggu TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT 1.
(Saifuddin, 2009).
Tabel 2.2
Imunisasi TT
Antigen Interval (selang waktu Lama perlindungan
minimal)
TT1 Pada kunjungan antenatal -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun *
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun / seumur
hidup
(Elisabeth, 2015:81)
Keterangan : *artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut
melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN /
Tetanus Neonatorum. (Saifuddin, 2006).
4) Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan :
a Satu kali pada triwulan pertama
b Satu kali pada triwulan kedua
c Dua kali pada triwulan ketiga (Saifuddin, 2006. Hal : 90).
5) Asuhan perkunjungan K1 sampai dengan K4
a. Kunjungan 1 (0-16 minggu)
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan persalinan
c) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
b. Kunjungan 2 (24-28 minggu) dan Kunjungan 3 (32 minggu)
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
b) Penapisan Pre-Eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
saluran perkemihan.
c) Mengulang perencanaan persalinan.
c. Kunjungan 4 (36 minggu)
a) Sama seperti kegiatan kunjungan 2 dan 3.
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
c) Memantapkan rencana persalinan.
d) Mengenali tanda – tanda persalinan. (Saifuddin, 2009)
3. Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses
pengeluaran plasenta tanda-tanda lepasnya plasenta: terjadi perubahan
bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau
terjulur keluar melalui vagina/vulva, adanya semburan darah secara
tiba-tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi
lahir uterus teraba keras dengan fundus utri agak diatas pusat beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan palsenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala III adalah perdarahan akibat
atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali
pusat.
a) Cara pelepasan plasenta
1) Schultze
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling
sering terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tangah,
lalu retroplasenter hematoma yang menolak uri mula-mula
bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,
perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak
setelah uri lahir.
2) Duncan
Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan
(20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
b) Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri
1) Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat
sedang tangan kiri menekan diatas simfisis. Bila tali pusat
masuk kembali kedalam vagina berarti belum terlepas dan
sebaliknya jika tidak masuk kembali berarti sudah terlepas.
2) Strassman
Tangan kanan meregangkan tali pusat dan tangan kiri
mungetok fundus. Bila terasa getaran tali pusat bararti plasenta
belum terlepas.
3) Klein
Pasien disuruh mengedan, bila setelah mengedan tali pusat
masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta belum terlepas.
Manajemen aktif kala III persalinan untuk melahirkan
plasentadan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post
partum yaitu: Pemberian suntikan oksitosin, selambat-
lambatnya dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, dipastikan
tidak ada bayi kedua, maka dilakukan segera suntikan oksitosin
10 unit IM pada 1/3 bawah paha bagian luar. Setelah itu
penegangan tali pusat terkendali. Dan setelah terjadi kontraksi
yang kuat, tegangkan tali pusat, tangan pada dinding abdomen
menekan korpus uteri kebawah dan keatas korpus (dorso –
cranial). Segera setelah kelahiran plasenta lakukan rangsangan
taktil dengan lembut tapi mantap selama 15 detik sehingga
uterus berkontraksi. (APN,2008).
4. Kala IV
Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah: sub
involusi dikarenakan oleh uerus tidak berkontraksi, perdarahan yang
disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta.
2.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalianan
1. Janin (Passenger)
Pembahasan mengenai janin sebagai passenger sebagian besar adalah
mengenai ukuran kepala janin, karena kepala adalah bagian terbesar
dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan.Tulang- tulang penyusun
kepala janin terdiri dari : dua buah os. Parietalis, satu buah os.
Oksipitalis dan dua buah os. Frontalis. Antara tulang satu dengan
tulang yang lainnya berhubungan melalui membran yang kelak
setelah hidup di luar uterus akan berkembang menjadi tulang. Batas
antara dua tulang disebut sutura dan diantara sudut–sudut tulang
terdapat ruang yang ditutupi membrane yang disebut fontanel.
1.Pada tulang tengkorak janin dikenal beberapa sutura, antara lain:
a. Sutura sagitalis superior, menghubungkan antara kedua os.
Parietalis kanan dan kiri.
b. Sutura koronaria, menghubungkan os. Parietalis dengan os.
Frontalis.
c. Sutura lambdoidea, menghubungkan os. Parietalis dengan os.
Oksipitalis.
d. Sutura frontalis, menghubungkan kedua os. Frontalis kanan
dan kiri.
2.Terdapat dua fontanel ( ubun – ubun ) antara lain :
a. Fontanel minor ( ubun – ubun kecil )
1) Berbentuk segitiga.
2) Terdapat di sutura sagitalis superior bersilang dengan
sutura lambdoidea.
3) Sebagai penyebut ( petunjuk presentasi kepala ).
b. Fontanel mayor ( ubun–ubun besar / bregma ).
1) Berbentuk segiempat panjang
2) Terdapat di sutura sagitalis superior dan sutura
frontalis bersilang dengan sutura koronaria.
c. Plasenta dan talipusat
a. Plasenta :
1) Berbntuk bundar atau hamper bundar dengan
diameter 15 – 20 cm dan tebal 2 – 2,5 cm.
2) Berat rata – rata 500 gram.
3) Letak plasenta umumnya berada di depan atau di
belakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus.
Terdiri dari 2 bagian, antara lain :
1) Pars maternal, bagian plasenta yang
menempel pada desidua, terdapat kotiledon
( rata – rata 20 kotiledon ). Dibagian ini
tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan
janin.
2) Pars fetal : terdapat tali pusat
b. Talipusat
Struktur talipusat :
1) Terdiri dari 2 arteri umbilicus dan 1 vena
umbilicus.
2) Bagian luar talipusat berasal dari lapisan amnion.
3) Didalamnya terdapat jaringan yang lembek yang
dinamakan selai warthon.
4) Panjang rata – rata 50 cm.
d. Air ketuban
Struktur amnion:
a) Volume pada kehamilan cukup bulan kira – kira
500 – 1000 cc.
b) Berwarna putih keruh, berbau amis dan terasa
manis.
c) Reaksinya agak alkalis sampai netral.
d) Komposisinya terdiri atas 98 % air, dan sisanya
albumin, urea, asam uric, kreatinin, sel -sel epitel,
lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.
Tabel 2.4
Penurunan kepala janin saat persalinan
Periksa luar Periksa dalam Keterangan
Kepala di atas
PAP,Mudah di
= = 5/5 gerakkan
H III- IV
=1/5
Di perineum
H IV
=0/5
3. Kekuatan (Power)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his,kontraksi otot-otot perut,kontraksi diafragma, dan asli dari ligamen
kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah
his,sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran
ibu.
His adalah kontaksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada
bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai,sudah
ada kontaksi rahim yang disebut his. His dibedakan sebagai berikut.
a. His pendahuluan atau his palsu yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontaksi dari Brexton hicks.
b. His persalinan
Suatau kontaksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan tetapi
bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat
nyeri.
4. Psikologi
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami
dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran, anjurkan mereka berperan aktif dalam
mendukung dan mendampingi langkah–langkah yang mungkin akan
sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu.
5. Penolong
Peran dari penolong persalin adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin,dalam
hal ini tergantung dari kemampun dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan.
(Rohani dkk,2011 )
2.2.8. Partograf
a. Pengerian partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2014).
b. Tujuan partograf
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui periksa dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medis ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2014).
c. Bagian-bagian partograf
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014) mengemukakan bagian-
bagian partograf terdiri dari :
1) Informasi tentang Ibu :
a) Nama, Umur;
b) Gravida, Para, Abortus (keguguran);
c) Nomor catatan medik/nomor Puskesmas;
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah : tanggal dan
waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
2) Waktu pecahnya selaput ketuban
3) Kondisi Janin :
a) DJJ (Denyut Jantung Janin)
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Penyusupan ( molase) kepala janin
4) Kemajuan Persalinan :
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak.
5) Jam dan Waktu :
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
6) Kontraksi Uterus :
a) Frekuensi dan lamanya
7) Obat-obatan dan Cairan yang diberikan :
a) Oksitosin
b) Obat-obatan lainnya dan cairan I.V. yang diberikan
8) Kondisi Ibu
a) Nadi, tekanan darah, dan temperature tubuh
b) Urin (volume, aseton, atau protein)
9) Asuhan, Pengamatan, dan Keputusan Klinik lainnya (dicatat dalam
kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
d. Cara pengisian partograf menurut JNPK-KR (2014)
Untuk menggunakan patograf dengan benar petugas harus
mencatat kondisi ibu da janin sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin : catat setiap 30 menit
2) Air ketuban : catat warna ketuban setiap melakukan
3) Pemeriksaan vagina :
U : Selaput Utuh
J : Selaput pecah, air ketuban Jernih
M : Air ketuban bercampur Mekonium
D : Air ketuban bernoda Darah
K : Tidak ada cairan Ketuban.
4) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisahkan
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih
bisa dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
5) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam
dan diberi tanda silang (X)
1. Penurunan bagian bawah janin: mengacu pada bagian kepala
(dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen /luar)
diatas simfisis pubis,catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap
pemeriksaan dalam. Pada posisis 4/5,makaa tuliskan tanda “O”
digaris angka 4.
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah
partograf pembukaan serviks dan penurunan tertera kotak yang
diberi angka 1-16.
b) Kontraksi, catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
tiap- tiap kontraksi dalam hitungan detik
1) Kurang dari 20 detik ░
2) Antara 20-40 detik ▓
3) Lebih dari 40 detik
c) Oksitosin, jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya
oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit,
didokumentasikan setiap 30 menit
d) Obat yang diberikan, catat obat yang diberikan sesuai dengan
kolomnya
e) Nadi, catatlah setiap 30 menit selama fase aktif persalinan dan
tandai dengan sebuah titik besar(•)
f) Tekanan darah catatlah setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan dan tandai dengan anak panah( ↕) pada kolom waktu
yang sesuai
g) Suhu badan, catatlah setiap 2 jam dalam kotak yang sesuai
h) Protein, aseton, dan volume urin, catatlah setiap kali ibu
berkemih.
e. Pencatatan Pada Lembar Belakang Patograf
Halaman belakang patograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi
batu lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan
Persalinan.Nilai dan catatan selama persalinan kala empat untuk
memungkinkan penolong asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa
nifas terutama persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk
membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan paska persalinan). Catatan
persalinan terdiri dari unsur-unsur seperti Data dasar, Kala I, Kala II,
Kala III, Bayi baru lahir dan Kala IV.
1) Cara pengisian
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir
setiap pemerikasaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah
seluruh proses persalianan selesai. Adapun cara pengisian catatan
persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampaikan menurut unsur- unsurnya sebagai berikut :
a) Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,
alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat
rujukan dan pendamping pada saa merujuk. Isi data pada
masing- masing tempat yang sudah disediakan, atau dengan cara
memberi tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
Untuk pertanyaan nomr 5, lingkari jawaban yang sesuai
disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 8
jawaban biasa lebih dari satu.pertanyaan nomor 9 untuk
pengenalan kondisi gawatdarurat atau komplikasi saat ibu
bersalin datang ke fasilitas kesehatan.
b) Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan - pertanyaan tentang temuan
selama fase laten grafik melewati atau tidak ,masalah – masalah
lain yang timbul, penatalaksanaanya dan hasil penatalaksanaan
masalah tersebut.untuk pertanyaan nomor 10 (intervensi terhadap
temuan) dan nomor 11 (penyimpangan grafik dilatasi serviks),
hanya melingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan berikutnya
hanya diisi jika terdapat masalah lain,cara dan hasil
penatalaksanaanya.
c) Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat
janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya. Beri tanda "√" pada kotak disamping jawaban yang
sesuai. Untuk pertanyaan nomor 15, jika jawabanya "Ya", tulis
indikasinya sedangkan untuk nomor 16beri tanda untuk
pendamping persalinan (mungkin lebih dari satu).jika pertanyaan
nomor 17 jawabannya “Ya”, uraikan tindakan yang dilakukan.
d) Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, masase fundus, plasenta lahir
lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, lasesari atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda
pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26,
dan 28 lingkari jawaban yang benar.
e) Kala IV
Kala IV berisi data tentang keadaan umum ibu setelah
melahirkan bayi dan plasenta, tekanan darah, nadi, temperatur,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan jumlah
perdarahan yang keluar. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat resiko atau
terjadi perdarahan paska persalinan. Pengisian pemantauan kala
IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah
melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya.
f) Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang
badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih dan
hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 36 ,37, lingkari jawaban yang sesuai
sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu
(Prawirohardjo, 2014).
Tabel 2.5
Apgar Score
SKOR
Komponen
0 1 2
4. Memberi vitamin K1
Untuk mencegah terjadinya pendarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberikan injeksi 1 mg secara IM
setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui.
( Wiknjosastro, 2008 )
5. Upaya profilaksis terhadap gangguan pada mata
Bayi biasa diberikan ASI dan “bertemu’’ dengan ibu dan
keluarganya sebelum mendapatkan tetes mata profilaktif (larutan
perak nitrat 1%) atau salep (salep tetraksilin 1% atau salep mata
eritromisin 0,5%) tetes mata atau salep antibiotic tersebut harus
diberikan pada satu jam pertama kelahirannya. (Wiknjosastro,
2008 )
6. Memulai pemberian ASI dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Prinsip menyusu adalah dimulai sedini mungkin dan secara
eksklusif. Segara setelah bayi baru lahir dan tali pusat diikat,
letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi
bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarlah kontak kulit kekulit
ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi
dapat menyusui sendiri.
Langkah IMD antara lain :
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya
segara setelah bayi lahir.
2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk
melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bayinya siap
menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan.
Menunda prosedur lainnya seperti menimbang,
memberikan injeksi vitamin K, hingga dilakukan IMD.
(Muslihatun, 2010 )
7. Memulai pemberian ASI secara dini akan dapat :
(a) Merangsang produksi air susu ibu.
(b) Memperkuat repleks menghisap (repleks menghisap awal
pada bayi, paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah
lahir) memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan
pengaruh yang positip bagi kesehatan bayinya.
(c) Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan
bayinya Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi
melalui kolostrum
(d) Merangsang kontraksi uterus.( Muslihatun, 2010 )
3 Tidur
Baringkan bayi kesamping atau terlentang (jangan memakai bantal).
Tabel 2.6
Pola Tidur Bayi dan Anak
Pola tidur bayi dan anak
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
Tabel 2.9
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 1-2 jr bawah 1.000 gr
pst*
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
6 minggu Normal 50 gr
8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gr
Sumber : Mochtar, 2011
2. Lokia
Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu lokia
rubra, sanguinolenta dan lokia serosa atau alba.
Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita
pada masa nifas.
a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pascapersalinan. Inilah
lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari postpartum.
b) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
c) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang
lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan
berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.
Lokia alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua,
leukosit, dan eritrosit.
d) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari ke-14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti
sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti
cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua.
3. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenarisasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari
mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan perut pada
bekas implantasi plasenta.
4. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek,
kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet,
terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang
mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat
laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena
robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan
membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu
postpartum.
5. Vagina
2) Konsultasi
Dalam melaksanakan manajemen kebidanan dapat mengkonsultasikan
klien kepada dokter atau tim medis lainnya sesuai dengan kebutuhan
klien.
3) Kolaborasi
Dalam keadaan gawat, bidan dapat bekerjasama dengan dokter dalam
melakukan tindakan terhadap klien dimana klien memerlukan penanganan
yang bukan merupakan wewenang seorang bidan.
4) Rujukan
Jika bidan tidak mampu mengatasi masalah yang timbul pada klien, bidan
dapat merujuk klien keinstansi yang lebih mampu.
e. Langkah Kelima (Perencanaan tindakan yang dilakukan)
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah di identifikasi dan diantisipasi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang diidentifikasi dan kondisi
klien dari setiap masalah yang berkaitan tetapi dari kerangka pedomanan
tisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang
mungkin diperlukan.
Sebelum melaksakan setiap asuhan yang telah direncanakan, terlebih
dahulu rencana harus disepakati oleh bidan dan klien, karena klien berhak
untuk memutuskan apakah mau menerapkan rencana asuhan ini atau tidak,
selanjutnya segala sesuatu yang telah diputuskan dikembangkan dalam
rencana asuhan yang komprehensif.
f. Langkah Keenam (melaksanakan pelaksanaan)
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana asuhan komprehensif.
Dalam pelaksanaan tindakan dapa tseluruhnya dilakukan oleh bidan sebagian
yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya, jika bidan
tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan
dengan waktu dan biaya yang dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien.
g. Langkah Ketujuh (evaluasi)
Langkah ketujuh merupakan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam diagnose dan masalah rencana tersebut.
Bila tidak sesuai kebutuhan 1 tidak efektif maka perlu dikaji ulang
dengan cara memulai kembali dan awal proses menejemen kebidanan dan
tentukan rencana asuhan yang sesuai dengan situasi klien serta kondisi
lainya, demikianlah seterusnya, boleh dikatakan langkah ketujuh ini dapat
ditindaklanjuti dengan sebagai catatan perkembangan.
2.6.2 Tujuan KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,
2013).
2.8.3 Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian
adalah salah suatu proses yang dinamik.
Sering menganalisa adalah suatu yang penting dalam
mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan
baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat. Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi.
a. Diagnosa/ masalah
1) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenal
kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil analisa data yang didapat.
2) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk dalam
diagnosa.
b. Antisipasi masalah lain atau diagnosa
2.8.4 Planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment SOAP untuk perencanaaan, implementasi dan
evaluasi dimasukkan dalam “P”
a. Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau akan datang untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin
atau menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini
termasuk kriteria tujuan tertentu dan kebutuhan pasien yang harus
dicapai dalam batas waktu tertentu dan kebutuhan pasien yang
harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil
harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan
harus sesuai dengan instruksi dokter, planning merupakan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan analisa yang
ditetapkan.
b. Implementasi
Pelaksanan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui olehklien
kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan
klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin menjadi
bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi
mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
c. Evaluasi
Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi
dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai
tujuan (Ai Yeyeh, 2013).
BAB III
TINAJUAN KASUS
Pada kasus ini penulis telah memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny P
dengan manajemen kebidanan yang merupakan alur pikir bidan yang diawali dengan
7 langkah varney yang dilanjutkan dengan pendokumentasian menggunakan SOAP.
Dalam proses pengambilan kasus ini penulis mengajukan Ny. P sebagai klien dalam
penyusunan studi kasus ini dengan judul Asuhan Kebidanan Komprhensif pada Ny. P
G1P0A0 di puskesmas “R” kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang.
3.2 Intaranatal
3.2.1 kala I
Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu, datang
kepuskesmas “R” pada tanggal 14 Desember 2018 pukul 23.00 WIB. Ibu
mengatakan ini kehamilannya yang pertama, umur kehamilan 40 minggu.
Ibu mengatakan merasa mules sejak 14.00 WIB kemarin, lendir darah (+),
keluar air-air (-), dan ibu mengatakan masih merasakan gerakan janinnya,
BAB terakhir 5 jam yang lalu, BAK 2 jam yang lalu.
Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran
composmentis. Hasil pemeriksaan tanda –tanda Vital: TD : /80 mmHg,
120
Nadi : 85 kali/menit
Suhu : 37 0c Pernafasan : 23
,
kali/menit,
. Palpasi TFU 29 cm,
TBJ: (29-11) x 155 = (2.700) Leopold I: di fundus uteri teraba bagian bulat,
lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II: kanan: teraba bagian terkecil
janin (ekstremitas), kiri: teraba bagian keras memanjang seperti papan
(punggung), Leopold III: teraba bulat, keras, melenting (kepala), Leopold
IV: teraba 3/5 bagian, DJJ (+), frekuensi 140 kali/menit, punggung kiri,
teratur, HIS 4x dalam 10 menit 30 detik, VT: vulva vagina tidak ada
kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban (+), presentasi
kepala.
Hasil analisa Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu
inpartu kala I fase aktif, Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala,
keadaan ibu dan janin baik saat ini.
Penatalaksanaan yang diberikan: Melakukan informed consent, (ibu
bersedia). Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin
baik saat ini, (ibu mengetahui hasil pemeriksaan). Memberikan support
mental kepada ibu dan keluarga, (ibu dan keluarga merasa tenang).
Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan bila mash kuat, (ibu bersedia).
Mengobservasi KU, TTV dan pembukaan setiap 4 jam sekali, HIS dan DJJ
setiap 30 menit sekali. ( sudah dilakukan). Mengajarkan ibu teknik
releksasi untuk mengurangi rasa sakit (ibu melakukannya). Memenuhi
kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu, (nutrisi sudah terpenuhi). Menyiapkan
partus set, (sudah disiapkan). Merencanakan pemeriksaan ulang pada pukul
23.00 WIB atau jika ada indikasi, (sudah dilakukan).
Pada tanggal 15 Desember 2018 pukul 02.35 WIB, dilakukan
pemeriksaan, ibu mengeluh mules semakin sering.
Keadaan umum baik, keadaan emosional stabil, kesadaran
composmentis. Hasil pemeriksaan tanda –tanda Vital: TD : 120/80
mmHg, Nadi : 85 kali/menit , Suhu : 27oC Pernafasan : 23 kali/menit, HIS
5x10 menit lamamya 40 detik. Hasil pemeriksaan dalam: tidak ada
benjolan jalan lahir, portio tipis lunak, pembukaan 9 cm ketuban pecah
pada pukul 02.45 WIB berwara jernih tidak bercampur mekonium, tidak
ada molase, penurunan kepala pada di houdge III.
Hasil analisa Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu
inpartu kala I fase aktif, Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala,
keadaan ibu dan janin baik saat ini.
Penatalaksanaan yang dilakukan: memberitahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan yang dilakukan. Menganjurkan ibu untuk tidak meneran
terlebih dahulu sembelum pembukaan lengkap. Mengajarkan tekhnik
relaksasi dengan cara terik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya dari mulut. Mengobservasi DJJ dan HIS. Hasil sudah
dicatat dalam lembar partograf.
3.2.2 kala II
Pada pukul 03.00 WIB tanggal 15 Desember 2018, ibu mengatakan
mules semakin sering sudah teratur sudah keluar lendir beserta darah.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 120/80 mmHg,
nadi 83 kali/menit, pernafasan: 20 kali/menit, suhu 36,4OC. Terlihat tanda-
tanda gejela kala II seperti: tekanan pada anus, perineum menonjol, anus
dan vulva membuka, HIS 5x dalam 10 menit lamanya 45 detik teratur, DJJ:
(+) frekuensi 136 kali/menit, dilakukan pemeriksaan dalam: vulva vagina
tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap 10 cm, ketuban
negative. ubun-ubun kecil kiri depan, presentasi kepala, kepala
penurunannya di hodge III+, tidak ada molase.
Hasil analisa Ny. “P” umur 20 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu
partus kala II. Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala, keadaan
ibu dan janin baik saat ini.
Penatalaksanaan yang diberikan: memberitahu ibu hasil pemeriksaan,
(ibu sudah mengetahui keadaan saat ini). Mengajarkan ibu untuk meneran
yang baik, (ibu mengerti). Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang
nyaman untuk dirinya, (ibu sudah mendapatkan posisi yang nyaman).
Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran, yaitu meneran tanpa suara seperti buang air besar yang
keras, memuji bila meneran dengan baik, memantau DJJ dan memberikan
nutrisi atau air minum jika his tidak ada, (ibu mengerti). Memimpin
persalinan secara 60 langkah APN. Pada pukul 03.35 WIB, bayi lahir
spontan, jenis kelamin laki-laki. Langsung menangis kuat, warna kulit
kemerahan, pergerakan aktif, mengeringkan seluruh badan kecuali telapak
tangan. Membungkus kepala bayi dan badan agar tetap hangat. Cek ada
atau tidaknya janin kedua. Menjepit tali pusat bayi menggunakan klem 3
cm dari tali pusat. Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem kearah ibu
dan memotong talipusat 3 cm dari klem pertama, lalu menggunting tali
pusat dengan menggunakan tanga satu untuk melindungi bayi dari gunting.
Meletakkan diatas perut ibu untuk dilakukan IMD.
3.2.4 Kala IV
Pukul 04.00 WIB ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan
ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
Keadaan umum: baik, kesadaran: composmentis, status emosional:
stabil. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah: 120/80 mmHg,
nadi: 81 kali/menit, respirasi: 20 kali/menit, suhu: 36,4oC, abdomen: TFU 2
jari dibawah pusat, kontaksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
± 100 cc, , memeriksa jalan lahir pada perineum, rupture perineum sampai
otot perineum, grade II.
Hasil analisa P1A0 partus kala IV dengan keadaan ibu dan bayi baik
saat ini.
Penatalaksanaan yang diberikan: Membantu melakukan penjahitan
menggunakan anastesi, penjahitan robekan perineum dengan teknik jelujur
(sudah dilakukan). Mengobservasi tanda-tanda vital, keadaan umum,
kontraksi uterus, TFU, kandung kemih, dan perdarahan ibu setiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua, (sudah
dilakukan). Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakan adalah normal
karena Rahim ibu berkontraksi untuk mengembalikan seperti keadaan
semula, (ibu mengerti). Melakukan pemeriksaan merapikan bayi dan ibunya
dengan memakaikan ibu pakaian yang bersih dan kering, (sudah dilakukan).
Memenuhi kebutuhan nutrisi: ibu minum air putih, (ibu sudah terpenuhi
nutrisinya). Menganjurkan ibu untuk berkemih, (ibu bersedia).
Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya sesering mungkin, (ibu
mengerti). Melakukan rawat gabung ibu dan bayinya, (sudah dilakukan).
Memberikan vitamin A diminum setiap 1x24 jam kepada ibu. Serta
menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur Antibiotik 500 mg 3x1
tablet, Vit A 200000 IU 1 kapsul, analgesic 500 gr 3x1 tablet, (sudah
dilakuakan). Melakukan pendokumentasian SOAP, (sudah dilakuan).
Bayi Ny. “P” pada tanggal 15 Desember 2018 pukul 03.35 WIB,
lahir secara spontan, jenis kelamin laki-laki, warna kulit kemerahan,
pergerakan aktif, menangis kuat.
Dari hasil studi kasus Ny. P yang dilaksanakan 17 november 2018 sampai dengan
tanggal 28 Januari 2019 yaitu sejak kehamilan 36 minggu sampai dengan 6 minggu
masa nifas, penulis membuat pembahasan yang menghubungkan teori dengan
manajemen asuhan kebidanan komprehensif yang diterapkan pada Ny. P di
Puskesmas “R”.
Dari mulai awal kehamilan sampai dengan usia kehamilan sampai dengan
usia 36 minggu Ny. P mengalami kenaikan berat badan sebanyak 13 kg. hal ini
menandakan bahwa pertumbuhan kehamilan Ny. P berjalan sangat baik dan
didukung pula oleh keteraturan pemeriksaan kehamilan serta Ny. P rajin
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan rajin mengkonsumsi vitamin yang
diberikan oleh bidan. Hal ini sesuai dengan teori (Dirjen Depkes 2010) bahwa
biasanya kenaikan berat badan ibuhamil yang normal berkisar 6,5 kg – 16,5 kg.
Mengukur status gizi ibu dengan mengukur lingkar lengan atas yang sering
disebut dengan LILA, didapatkan hasil 27 cm dan ini menunjukan status gizi ibu
tergolong baik karena ukuran LILA yang didapat diatas 23,5 cm sesuai dengan
teori (Prawirohardjo, 2005) yang menyatakan normalnya LILA ibu hamil adalah
23,5 cm.
Tinggi fundus uteri pada Ny. P setiap kunjungan bertambah sesuai dengan
usia kehamilan, yakni 28 cm usia kehamilan 36 minggu pada kunjungan pertama,
28 cm pada kunjungan kedua dengan usia 36 minggu. Pertambahan tinggi fundus
uteri dengan bertambah tuanya usia kehamilan ini juga sesuai dengan rumor
Spiegelberg yang terdapat pada teori menurut (prawirohardjo, 1999) yang
menyatakan usia kehamilan 36 minggu adalah 31 cm dan bertambah pada saat
bulan berikutnya, adanya kesenjangan dengan teori.
Tes laboratorium yang di lakukan pada Ny. P adalah sebanyak 2 kali, yakni
pada kunjungan pertama dan ketiga. Dan di dapatkan hasil pada tes labolatorium
yang pertama Hb ibu adalah 12 gr/dl dengan protein dan reduksi negatif. Pada tes
lab yang ke tiga menunjukan hasil Hb ibu adalah 12,5 gr/dl dengan protein dan
reduksi negatif. Ini berarti kadar Hb dalam darah ibu berada dalam batas normal
sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2010) bahwa nilai Hb normal pada ibu hamil
>11gr/dl.
Pada kunjungan antenatal ke-3 Ny. P mengeluh sering BAK pada malam
hari, asuhan yang diberikan Ny. P adalah memberikan penyuluhan tentang
masalah yang dialami oleh ibu adalah ketidak nyamanan fisiologi pada trimester
ketiga salah satunya sering BAK. Sering BAK terjadi karena penurunan kepala
janin sehingga menekan kandung kemih, hal ini sesuai dengan teori menurut
(Win Kjosastro,2010). Yang menyatakan bahwa ketidak nyamanan trimester III
seperti susah tidur, sering buang air kecil DLL pada trimester ketiga, penulis
memberikan informasi pada ibu tentang tanda-tanda persalinan. Hal ini sesuai
dengan teori (Buku APN, 2012). Yang menyatakan bahwa tanda-tanda
persalianan seperti penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) dan
cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
Asuahan kebidanan antenatal care pada Ny. P sesuai dengan teori
(Prawirohardjo, 2010). Yaitu melakukan anamnesa, pada pemeriksaan baik
umum dan pemeriksaan kusus obstretric, dan pemeriksaan laboratorium.
4.2 Intrapartum
Pada proses persalinan Ny. P pada usia kehamilan 40 minggu. Hal ini
sesuai dengan teori (Saefudin, 2010) yang menyatakan bahwa persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 -40 minggu) pada kasus Ny. P pertama kali datang mengeluh
mules yang sering yang teratur dan keluar lendir darah, hal ini sesuai dengan
teori (APN, 2012) yang menyatakan bahwa Ny. P sedang mengalami tanda dan
gejala inpartu yang berupa kontraksi unterus dan cairan lendir bercampur darah
melalui vagina.
Pada kasus kala I Ny. P berlangsung selama 11 jam 30 menit hal ini tidak
sesuai dengan teori (Manuaba 2012) yang menyatakan bahwa lamanya kala I
untuk prima gravida berlangsug 12 jam sedang multigravida sekitar 8 jam.
Sedangkkan kala II berlangsung selama 35 menit Hal ini terjadi kesenjangan
teori (Saifudin, 2010). Bahwa lamanya kala II pada primipara berlangsung
selama 1 1/2 - 2 jam dikarenakan Ny. P melakukan meneran sangat baik sehingga
bayi cepet keluar.
Pada kasus Ny. P kala III berlangsung normal selama 15 menit. Hal ini
sesuai dengan teori (DepKes RI, 2010) bahwa lepasnya plasenta normalnya 30
menit setelah bayi lahir. Menejemen aktif kala III yang dilakukan pada Ny. P
sesuai dengan teori (APN, 2012) yaitu memberika suntikan oksitosin, melakukan
peregangan tali pusat terkendali, dan melakukan massase fundus uteri.
Pada kala IV Ny. P tidak ditemukan adanya penyimpangan, seperti
perdarahan post partum. Hal ini sesuai dengan teori (DepKes RI, 2010). Pada
kala IV yang harus dilakukan adalah dengan observasi ketat, karena bahaya
perdarahan primer post partum terjadi pada 2 jam pertama dan bila keadaan baik,
pasien dipindahkan keruangan rawat inap bersama dengan bayinya. Dan terdapat
pengeluaran lochea rubra. Hal ini sesuai dengan teori (Saleha, 2010). Lochea
rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban sel-sel desidua, vernik
kaseosa, lanugo dan mekoneum, selama 2 hari paska persalinan.
Pada 6 jam post partum, penulis memperoleh data ibu masih merasa mulas
dan sudah menyusui bayinya, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontaksi
uterus baik, lochea rubra. Hal ini sesuai teori (Saleha, 2010) yang mengatakan
bahwa setelah plasenta lahir maka tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat dan
keluar lochea rubra yang berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugodan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
Inilah lochea yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum.
Pada kunjungan 6 hari post partum ibu mengatakan pengeluaran ASI lancar
dan bayi menyusui dengan kuat, tinggi fundus uteri pertengahan simfisis dan
pusat. Lochea sanguilenta sesuai dengan pernyataan (Saleha, 2010) bahwa pada 6
hari post partum tinggi fundus uteri berada dipertengahan simfisis dengan pusat
dan lochea sangueilenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang
keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. Pada enam hari post partum
berjalan lancar dan tidak ada penyimpangan karna kondisi ibu dan bayi sehat.
Pada 6 minggu post partum ibu mengatakan tidak ada keluhan, diperoleh
data tinggi fundus uteri tidak teraba dan mengeluarkan lochea tidak ada hal ini
sesuai dengan teori (Saleha, 2010) bahwa pada 6 minggu post partum tidak di
temukan adanya masalah sehingga dapat disimpulkan proses involusi berjalan
baik.
4.4 Neonatal
Pada tanggal 15 Desember 2018 pukul 03.35 WIB bayi Ny. P lahir spontan
presentasi letak belakang kepala dengan usia kehamilan 40 minggu jenis kelamin
laki-laki, berat badan 2700 gram panjang 47 cm, anus (+), cacat (-), segera
menangis,pergerakan aktif, kulit kemerahan, Hal ini merupakan tanda-tanda
neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan. Pada waktu lahir dilakukan
perawatan bayi baru lahir secara umum yaitu membersihkan jalan nafas,
memotong tali pusat, mengeringkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dan
melakukan IMD, memberikan suntikan Vit K, memberi obat salf mata,
indentifikasi bayi, dan melakukan observasi. Hal ini sesuai dengan teori (DepKes
RI, 2010) bahwa perawatan segera bayi baru lahir yang harus dilakukan adalah
membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan
suhu tubuh bayi, identifikasi bayi, pencegahan infeksi, dan memberikan Vit K,
obat salf mata.
Pada kunjungan 6 hari keadaan bayi baik, tali pusat belum lepas. Hal ini
sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2010), yang mengatakan tali pusat lepas pada
waktu bayi berumur 6-7 hari. Berat badan bayi mengalami kenaikan 2600 gram.
Keadaan ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2010) bahwa dalam 3 hari
pertama berat badan turun karena bayi mengeluarkan air kencing dan mekoneum,
kenaikan berat badan ± 7% - 10% dari berat badan lahir, pada hari keempat
baerat badan naik lagi dan dalam 10 hari berat badan naik kembali, seperti berat
badan pada waktu lahir.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penulis telah melakukan asuhan kebidanan komperhensif pada Ny. P sejak
usia kehamilan 36 minggu sampai dengan 6 minggu post partum. Selama masa
kehamilan Ny. P menemukan adanya keluhan-keluhan yang fisiologis, dan
masalah tersebut sudah teratasi dengan baik. Penulis juga mampu:
5.1.1 Melakukan pengkajian pada ibu hamil selama kehamilan, persalinan, nifas
serta bayi baru lahir.
5.1.2 Membantu diagnosa pada ibu hamil selama kehamilan, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir.
5.1.4 Membuat identifikasi tindakan segera pada ibu hamil selama kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
5.1.5 Merencanakan asuhan ibu hamil selama kehamilan persalinan, nifas dan
bayi baru lahir.
5.1.7 Melakukan evaluasi asuhan pada ibu dalam kehamilan, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
ketelitian agar dapat melakukan asuhan antenatal secara oktimal dan
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan mutu pelanyanan dan asuhan
kebidanan terutama pada ibu hamil, bersalin, nifas,dan bayi baru lahir.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Agar penulis studi kasus ini dapat menambahkan kepustakaan dan
wawasan bagi mahasiswi dan diharapkan menjadi suatu masukan yang
berarti dan bermanfaat bagi mahasiswi STIKes YATSI Tangerang.
5.2.3 Bagi Pasien
Diharapkan agar pasien dapat melakukan deteksi dini pada masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, dan pemeriksaan pada bayi baru
lahirnya.
5.2.4 Bagi Pukesmas ”R”
Agar dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas dalam
asuhan kebidanan dan dapat melaksanakan asuhan kebidanan semaksimal
mungkin sesuai dengan standar asuhan kebidanan.
5.2.5 Bagi Mahasiswa
Sebaiknya mahasiswa lebih meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang di dapat dari perkuliahan dan praktek-praktek lapangan,
serta dapat menerapkanya.
DAFTAR PUSTAKA
KEMENKES RI, 2013. Pelayanan kesehatan ibu difasilitaas kesehatan dasar dan
rujukan. Jakarta: kementrian kesehatan
Martilia, 2012. Biologis reproduksi. Yogyakarta: pustaka pelajar
Mochtar, rustam, 2013. Sipnopsis obstetric fisiologi dan patologi jilid 1. Jakarta, EGC
Rukiah, Ai yeyeh, DKK, 2013. Asuhan kebidnan Ikehamilan. Jakarta, CV. Trans info
medika
Rukiah, Ai yeyeh, DKK, 2009. Asuhan kebidanan II Persalinan. Jakarta, CV. Trans
info medika
Rukiah, Ai yeyeh, DKK, 2014.Asuhan kebidnan III Nifas. Jakarta, CV. Trans info
medika
Varney, H, Kriebs, J.M & Gegor, C.L.2017. Buku ajaran asuhan kebidanan.
Volume1. Jakarta: EGC.
Agama : Islam
Keadaan
Jenis
NO Tanggal/Tahun Tempat Umur Penolong Penyulit anak Anak
Persalinan
Sekarang
Rumah 7
1. 2018 kuretase dokter abortus
Sakit minggu
2. Hamil Ini
VIII. METODE
A. Ceramah
B. Tanya jawab
IX. MEDIA dan SUMBER
A. Media :-
B. Referensi / Sumber :
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
2011
Ilmu kebidanan 2011 (Ai Yeyeh Rukiyah)
X. EVALUASI
Evaluasi dalam bentuk lainnya :
A. Jelaskan pengertian tanda bahaya pada kehamilan?
B. Sebutkan macam-macam tanda bahaya?
C. Jelaskan keadaan yang membahayakan ibu dan janin?
D. Apa yang harus dilakukan apabila menemukan tanda bahaya?
E. Apa saja ketidaknyamanan pada trimester III?
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI
TANGERANG
c) Mata
Konjungtiva : Tidak Anemis
Sklera : Tidak ikterik
Strabismus : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
d) Telinga
Bentuk : Simetris
Lubang telinga kanan/kiri : +/+
Kebersihan : Bersih
Kelainan : Tidak ada
e) Hidung
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
f) Mulut
Mukosa bibir : Lembab
Labioskizis : Tidak ada
Labio palatoskizis : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Reflek rooting : Baik
Reflek sucking : Baik
g) Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Reflek tonic neck : Tidak Ada
h) Dada
Bentuk : Simetris
Retraksi interkosta : Tidak ada
Bunyi pernafasan : Normal
Kelainan : Tidak ada
i) Abdomen
Tali pusat : Ada
Pendarahan pada tali pusat : Tidak ada
Tanda- tanda infeksi : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
j) Genitalia
Jenis kelamin : Laki-laki, terdapat penis
dan aestis yang
menutupi skrotum anus
terdapat spingter ani
k) Ekstermitas atas
Bentuk : Simetris
Kelengkapan : Lengkap
Sindaktili/polidaktili : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
l) Ekstermitas bawah
Tungkai : Simetris
Kelengkapan : Lengkap
Sindaktili/polidaktili : Tidak ada
XV. RENCANA
- Melakukan informed consent
- Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir
- Jelaskan pada ibu tentang perawatan tali pusat dan tanda- tanda infeksi
pada tali pusat
- Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada hari Senin
tanggal 20 Desember 2018
XVI. TINDAKAN/ IMPLEMENTASI
- Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa
bayinya saat ini dalam keadaan baik
- Memberikan penjelasan tentang perawatan tali pusat dan tanda- tanda
infeksi
- Memberikan informasi tentang imunisasi
- Memberikan informasi tentang perawatan bayi sehari-hari seperti
memandikan bayi, menjaga kebersihan bayi dan perawatan tali pusat
yaitu mengganti kassa 2 kali sehari setelah mandi dan tidak membungkus
tali pusat dengan bahan apapun selain kassa steril, dan menjaga
kehangatan bayi dengan cara membungkus bayi setelah mandi
- Mengingatkan kepada ibu untuk memberikan nutrisi yang cukup kepada
bayi dengan cara memberikan ASI saja sejak pertama lahir sampai 6
bulan
- Memberitahu pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal
20 Desember 2018
XVII. EVALUASI
- Ibu mengerti dan dapat mengulang apa yang telah dikatakan oleh bidan
terhadap bayinya
- Ibu mengetahui keadaan bayinya saat ini
- Ibu memahami tentang tanda- tanda bahaya pada bayi baru lahir dan
perawatan tali pusat
- Ibu mengetahui imunisasi apa saja yang akan di dapatkan oleh bayinya
- Ibu mau melakukan kunjungan ulang pada 6 hari kemudian atau pada
tanggal 20 Desember 2018.
XVIII. METODE
C. Ceramah
D. Tanya jawab
XIX. MEDIA dan SUMBER
C. Media :-
D. Referensi / Sumber :
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Edisi 2011
Ilmu kebidanan Edisi 2011 (Ai Yeyeh Rukiyah)
XX. EVALUASI
Evaluasi dalam bentuk lainnya :
- Sebutkan Informasikan hasil pemeriksaan pada bayinya?
- Jelaskan tentang pemberian ASI Ekslusif sampai berapa bulan?
- Bagaimana perawatan tali pusat?
- Apa saja tentang tanda bahaya pada bayi?
- Imunisasi apa saja yang harus di dapat oleh bayinya?
Waktu : 10 Menit
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
Gambar
VII. SUMBER
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Gizi seimbang adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Wanita hamil dan menyusui harus betul – betul
mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang
berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Menu disusun menurut
petunjuk baku “ 4 sehat 5 sempurna” dan dapat diketahui bahwa makanan yang sehat
belum tentu mahal harganya, namun mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hendaknya
selalu makan sayur – sayuran dan buah – buahan yang berwarna.
Waktu : 15 Menit
III. MATERI
Terlampir
No Materi Kegiatan
1 Pembukaan (2 menit) Membuka dengan mengucapkan
salam
2 Proses (7 menit) Isi materi penyuluhan:
a. Pengertian ketidaknyamanan ibu
hamil
b.Kebutuhan Personal hygiene
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
Materi SAP
VII. SUMBER
MATERI PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Saat seorang wanita hamil, terjadi perubahan – perubahan pada tubuhnya
yang memang secara alamiah dipersiapkan untuk menyambut datangnya si buah hati.
Berbagai ketidaknyamanan pun terjadi yang diakibatkan oleh berbagai factor
perubahan hormone yang terjadi pada ibu, adapun kebutuhan personal hygiene
merupakan hal yang paling penting dan sangat dibutuhkan ibu hamil.
B. Kebutuhan Personal Hygiene
Personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting
selama kehamilan berbagai ketidaknyamanan terjadi selama kehamilan. Hal tersebut
disebabkan karena pengaruh hormone dan metabolism tubuh yang meningkat dan
memicu rasa ketidaknyamanan tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan akan personal
hygiene merupakan kebutuhan yang sangat penting dan mendasar untuk membantu
ibu meringankan rasa ketidaknyamanan tersebut. Adapun kebutuhan personal
hygiene yang dibutuhkan ibu hamil yaitu:
C. Perawatan Vulva – Vagina
a. Mencuci tangan sebelum membersihkan vagina
b. Jaga kebersihan dengan selalu membasuh daerah kemaluan dengan air bersih.
Jangan terlalu sering menggunakan produk pembersih hygiene
c. Biasakan membasuh dari arah depan ke belakang sesudah buang air kecil atau
besar. Ini mencegah vagina tercemar dari organisme yang berasal dari anus.
d. Hindari celana dalam yang ketat terlalu sering, terutama yang terbuat dari bahan
nilon. Lebih baik memakai celana dalam dari bahan yang menyerap keringat.
Kenakan pakaian, khususnya pakaian dalam yang tidak menghambat sirkulasi
udara. Hindari pakaian dari bahan spandex atau sintetis. Pilih yang terbuat dari
bahan katun dan bahan lainnya yang membuat kuliut dapat bernafas bebas.
e. Hindari terlalu sering menggunakan tissue toilet (khususnya yang wangi) setiap
buang air kecil dan besar. Jika kemungkinan, misalnya dirumah, ganti kebiasaan
ini dengan handuk atau kain kecil yang bersih
f. Hindari pemakaian tissue atau pembalut yang dapat menyebabkan alergi
g. Menjagakesehatan tubuh dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bervariasi
h. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang
i. Cuci kembali tangan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Waktu : 15 Menit
III. MATERI
Terlampir
No Materi Kegiatan
1 Pembukaan (2 menit) Membuka dengan mengucapkan salam
2 Proses (7 menit) Isi materi penyuluhan:
a. Menjelaskan tentang pengertian tanda
bahaya kehamilan
b. Menjelaskan tentang macam – macam
tanda bahaya kehamilan
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
Materi SAP
VII SUMBER
MATERI PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda – tanda yang mengindikasikan adanya bahaya
yang dapat terjadi selama kehamilan / periode antenatal, yang apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bias menyebabkan kematian
1. Pendarahan pervaginaan
Pendarahan adalah tanda tersering dari keguguran, sehingga setiap wanita
hamil yang mengalami pendarahan dari vagina harus segera berkonsultasi
dengan tenaga kesehatan. Pendarahan pervaginaan dalam kehamilan adalah
jarang yang normal. Pada masa awal sejak kehamilan, ibu mungkin
mengalami pendarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama
haidnya. Pendarahan ini adalah pendarahan implantasi dan ini normal terjadi.
Pada waktu yang lain dalam kehamilan. Pendarahan ringan mungkin
pertanda serviks yang rapuh atau erosi. Pendarahan semacam ini mungkin
normal atau mungkin mungkin suatu pertanda adanya infeksi. Pada awal
kehamilan pendarahan yang tidak normal adalah darah yang merah,
pendarahan yang banyak, atau pendarahan dengan nyeri. Pendarahan ini
dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada
kehamilan lanjut, pendarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan
kadang - kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Pendarahan
semacam ini bias berarti plasenta previa
Penyebab lain yang lebih serius pada trisemester 1 :
a. Keguguran
Pendarahan vagina merupakan tanda awal keguguran, disertai nyeri perut
b. Blighted Ovum
Walaupun dari pemeriksaan USG terlihat tanda – tanda kehamilan dalam
Rahim, namun embrio gagal berkembang sebagaimana mestinya
c. Kehamilan Ektopik
Sel telur yang telah dibuahi menempel di luar Rahim. Yang tersering
adalah menempel pada Tuba Fallopi, sehingga tidak dapat berkembang
karena kekurangan nutrisi. Tandanya antara lain nyeri perut dan
pendarahan. Pendarahan akibat kehamilan ektopik sangat berbahaya
karena bias mengancam nyawa ibu.
d. Kehamilan Mola atau kehamilan anggur
Pada keadaan ini, plasenta terbentuk secara normal. Pada pemeriksaan
USG dapat terlihat bukan janin yang berkembang tetapi jaringan
abnormal.
3. Masalah Penglihatan
Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, silau atau berkunang –
kunang merupakan gejala atau tanda lain dari pre – eclampsia