You are on page 1of 270

LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA NY “R” USIA 28 TAHUN DI BPM

Hj.SRI HARTATIK, Amd.Keb

MALANG

OLEH :

DELLA DARWIANA

1413.15401.887

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2017
LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY “R” USIA 28 TAHUN DI BPM

Hj.SRI HARTATIK, Amd.Keb

MALANG

OLEH :

DELLA DARWIANA

1413.15401.887

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2017

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Proposal Laporan Tugas Akhir Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Widyagama Husada Malang

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “R” USIA 28 TAHUN

DI BPM Hj.SRI HARTATIK, Amd.Keb

MALANG

DELLA DARWIANA
1413.15401.887

Malang, 17 Mei 2017

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Ari Christiana, Amd.Keb, S.KM, M.Kes ) (Yuliyanik, S.KM, M.Biomed)

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir telah diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Laporan Tugas Akhir Sekolah Tinggi Kesehatan Widyagama

Husada Malang Tanggal………………

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “R” USIA 28 TAHUN

DI BPM Hj.SRI HARTATIK, Amd.Keb

MALANG

DELLA DARWIANA
1413.15401.887

(Patemah, S.SiT, M.Kes) ( )


Penguji I

(Ari Christiana, Amd.Keb. S.KM, M.Kes) ( )


Penguji II

(Yuliyanik, S.KM, M.Biomed) ( )


Penguji III

Mengetahui
Wakil Bidang 1 Akademik dan Kemahasiswaan
STIKes Widyagama Husada

dr. Rudy Joegijantoro, MMRS


NDP:2012.219

iv
RINGKASAN
Darwiana, Della. 2017. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.”R” Usia 28
Tahun di BPM Hj.Sri Hartatik, AMd.Keb Malang. Laporan Tugas Akhir. Program
Studi D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada
Malang. Pembimbing : (1) Ari Christiana, AMd.Keb., S.KM, M.Kes. (2) Yuliyanik,
AMd.Keb., S.KM, M.Biomed

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 melaporkan AKI


305 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini masih cukup besar dari target yang akan dicapai dari program SDGs pada
tahun 2030 AKI kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB maksimal 12
per 1.000 kelahiran. Untuk mencapai angka ini dapat dilakukan dengan melakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif. Penulisan tugas akhir ini bertujuan
melakukan pengakjian, menentukan diagnosa, merencanakan asuhan,
melaksanakan asuhan, melakukan evaluasi dan mendokumentasikan asuhan mulai
kehamilan hingga KB.
Asuhan komprehensif pada Ny.”R” dilakukan dengan metode Woman Center
Care (WCC). Asuhan ini dilakukan sebanyak 12 kali dimulai pada bulan April hingga
Juni 2017. Kunjungan rumah yaitu, 4 kali kunjungan ANC dimulai dari trimester III.
Asuhan persalinan dari kalaI-IV, 4 kali kunjungan PNC, 2 kali kunjungan BBL dan 2
kali kunjungan KB.
Selama kunjungan dilakukan tidak ditemukan prmasalahan selama
kehamilan. Saat proses persalinan terjadi partus presipitatus yaitu persalinan cepat
kala I terjadi selama 2 jam 45 menit dan kala II terjadi selama 13 menit tidak terjadi
komplikasi. Kala III normal terjadi selama 8 menit dan kala IV 2 jam tidak ada
abnormalitas. Tidak ada komplikasi yang terjadi akibat partus presipitatus.
Kunjungan pada BBL tidak didapati ada masalah, bayi dalam keadaan normal dan
tali pusat terlepas pada hari ke 7. Asuhan KB dilakukan selama 2 kali Ibu dan suami
menyepakati menggunakan KB kondom. Penulis diharapkan meningkatkan
kemampuan dalam melakukan asuhan sesuai dengan standar. Bagi pasien
diharapkan melakukan pemeriksaan kehamilan hingga KB secara rutin kepada
tenaga kesehatan.

Kepustakaan : 31 Kepustakaan (2007 – 2016)


Kata Kunci : Asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga
berencana

v
SUMMARY
Darwiana, Della. 2017. Comprehensive Midwifery Care to Mrs.”R” 28 Years Old
in Hj.Suhartatik, AMd.Keb Midwife Practitioner Malang. Final Task. D3
Midwifery Study Program of Widyagama Husada School of Health Malang.
Advisors: (1) Ari Christiana, AMd.Keb., S.KM, M.Kes. (2) Yuliyanik, AMd.Keb.,
S.KM, M.Biomed

IndonesianDemographic and Health Survey in 2015 reported that maternal


mortality rate was 305/100.000 live births and infant mortality rate was 22,23/1.000
live births. This rate is high enough from SDGs program that in 2030 maternal
mortality rate should be less than 70/100.000 live births and maximum infant
mortality is 12/1.000 live births. This rate can be reached by using comprehensive
midwifery care. The aim of writing this final task that student could examine,
diagnose, plan, conduct the midwifery care, evaluate and make documentation of
midwifery care since pregnancy until Family Planning.
Comprehensive care to Mrs.”R” used Woman Center Care (WCC) method.
This midwifery care had been given in 12 times of visit that was started from April to
June 2017. Those home visit were, 4 times for antenatal care from third trimester,
labor phase from stage 1 until stage 4, 4 times for postnatal care, 2 visits to new
born baby and 2 visits for Family Planning.
From the visits, it was indicated that there was no problem during pregnancy.
It was found partus precipitates at the time of labor where stage I was 2 hours and
45 minutes and stage 2 was 13 minutes, however complication was not found. Stage
III was normal which lasted in 8 minutes and stage IV was 2 hours that was also
normal.From the whole process it can be concluded that there was partus
precipitates, but it did not cause any complication. There was no problem during new
born baby visits. The baby condition was normal and umbilical cord was released at
day 7. Midwifery care of Family Planning were doing 2 times. Mother and husband
agreed to use condom. It is expected for writer to increase skill about conducting
midwifery care based on standart. For patient, it is suggested to have examination
during pregnancy until Family Planning regularly.

Reference : 31 references (2007 – 2016)


Keywords : Antenatal care, labor, postnatal care, new born baby,
Family Planning

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini dengan judul : “Laporan Tugas Akhir Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada NY “R” Usia 28 Tahun” sebagai salah satu persyaratan
akademis untuk menyelesaikan kuliah Program Studi D3 Kebidanan STIKes
Widyagama Husada Malang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terrimakasih sebanyak-banyak nya kepada :
1. dr. Rudy Joegijantoro, MMRS, Selaku Ketua STIKes Wifdyagama Husada
Malang
2. dr. Wira Daramatasia, M. Biomed , selaku wakil bidang 1 akademik dan
kemahasiswaan STIKES Widyagama Husada Malang
3. Yuniar Angelia P, S.SiT, M.Kes, selaku kepala progam studi D3 Kebidanan
STIKES Widyagama Husada Malang
4. Ari Christiana, S.KM, M.Kes, selaku pembimbing 1 yang telah membimbing
dan memberikan pengarahan dari awal sampai akhir penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini
5. Yuliyanik, S.KM, M.Biomed, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
masukan dan saran dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
6. Patemah, S.SiT, M.Kes, selaku penguji 1
7. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan, doa dan materi dalam
penyelesaian tugas akhir
8. Teman-teman yang bersedia meluangkan waktu dan selalu memberi
dukungan kepada penulis terkait penyusunan tugas akhir
Semoga Proposal Laporan Tugas Akhir ini berguna, baik bagi diri kami
sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan
Malang, Juli 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... iii


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iv
RINGKASAN ..............................................................Error! Bookmark not defined.
SUMMARY .................................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xvi
BAB I .........................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ..................................................................................................... 8
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 9
1.4 Ruang Lingkup ....................................................................................................... 10
1.4.1 Sasaran........................................................................................................ 10
1.4.2 Tempat ......................................................................................................... 10
1.4.3 Waktu ........................................................................................................... 10
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 10
1.5.1 Bagi Klien .................................................................................................... 10
1.5.2 Bagi STIKes Widyagama Husada Malang .............................................. 10
1.5.3 Bagi Penulis ............................................................................................... 11
1.5.4 Bagi Bidan .................................................................................................. 11
BAB II ......................................................................................................................12

viii
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................12
2.1 Konsep Dasar Kehamilan .................................................................................... 12
2.1.1 Pengertian Kehamilan .............................................................................. 12
2.1.2 Klasifikasi Kehamilan ................................................................................ 12
2.1.3 Proses Kehamilan ..................................................................................... 13
2.1.4 Tanda Tanda Kehamilan ........................................................................... 21
2.1.5 Perubahan, Ketidaknyamanan dan Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil 22
2.1.6 Tanda Bahaya Kehamilan........................................................................ 23
2.1.7 Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi ............................... 29
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan .......................................................... 33
2.2.1 Pengertian Asuhan Antenatal Care ........................................................ 33
2.2.2 Lingkup Asuhan Kehamilan ..................................................................... 33
2.2.3 Tujuan Asuhan Kehamilan ........................................................................ 33
2.2.4 Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan ........................................................... 34
2.2.5 Asuhan Antenatal yang Terfokus (Recofused Antenatal).................... 35
2.2.6 Standart Asuhan Kehamilan .................................................................... 37
2.2.7 Standart Minimal Kunjungan Kehamilan ................................................ 41
2.2.8 Hak- Hak Wanita Hamil ............................................................................ 43
2.2.9 18 Penapisan dalam Persalinan ............................................................. 43
2.2.10 Woman Center Care (WCC).................................................................... 44
2.3 Konsep Dasar Persalinan ........................................................................ 45
2.3.1 Pengertian Persalinan .............................................................................. 45
2.3.2 Jenis Persalinan ........................................................................................ 46
2.3.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi persalinan .................................. 46
2.3.4 Tanda – Tanda Persalinan ...................................................................... 52
2.3.5 Tahapan Persalinan.................................................................................. 53
2.3.6 Mekanisme Persalinan Dengan Presentasi Kepala ............................. 54
2.4 Konsep Dasar Asuhan Persalinan .......................................................... 56
2.4.1 Pengertian INC .......................................................................................... 56
2.4.2 Tujuan INC ................................................................................................. 57

ix
2.4.3 5 Benang Merah dalam Persalinan ........................................................ 58
2.4.4 Asuhan yang diberikan pada kala I ........................................................ 62
2.4.5 Asuhan yang diberikan pada kala II ....................................................... 73
2.4.6 Asuhan yang diberikan pada kala III ...................................................... 84
2.4.7 Asuhan yang diberikan pada kala IV ...................................................... 90
2.5 Konsep Dasar Masa Nifas ....................................................................... 94
2.5.1 Definisi Masa Nifas ................................................................................... 94
2.5.2 Tahapan Masa Nifas................................................................................. 95
2.5.3 Perubahan Fisiologi dan Psikologi Masa Nifas dan Menyusui ........... 95
2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui ........ 105
2.5.6 Proses Laktasi dan Menyusui ............................................................... 111
2.5.7 Komplikasi dan Penyulit Masa Nifas dan Menyusui ........................... 122
2.6 Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas ....................................................... 124
2.6.1 Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas ............................................ 124
2.6.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas.................................................................... 125
2.6.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas ..................... 128
2.6.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ............................................ 129
2.7 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir .............................................................. 131
2.7.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal ...................................................... 131
2.7.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal ............................................................. 131
2.7.3 Tahapan Bayi Baru Lahir ....................................................................... 132
2.7.4 APGAR Skor ............................................................................................ 132
2.7.5 Refleks Pada Bayi................................................................................... 132
2.7.6 Komplikasi pada Neonatus .................................................................... 134
2.8 Konsep Dasar Asuhan pada Bayi Baru Lahir ...................................... 135
2.8.1 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Normal ................................................. 135
2.9 Konsep Dasar Keluarga Berencana ..................................................... 151
2.9.1 Definisi Keluarga Berencana ................................................................. 151
2.9.2 Tujuan Keluarga Berencana .................................................................. 151
2.9.3 Ruang Lingkup KB ................................................................................... 151

x
2.9.4 Kontrasepsi ............................................................................................... 152
2.10 Manajemen Asuhan Varney .................................................................. 160
2.10.1 Konsep Manajemen kebidanan............................................................. 160
2.11 Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan ............................................. 162
2.11.1 Pengertian........................................................................................ 162
2.11.2 Tujuan Dokumentasi ............................................................................... 163
2.11.3 Fungsi Dokumentasi ............................................................................... 165
2.11.4 Manfaat Dokumentasi............................................................................. 165
2.11.5 Syarat Dokumentasi ............................................................................... 167
2.11.6 Kriteria Pencatatan Asuhan ................................................................... 169
BAB III ...................................................................................................................171
KONSEP DASAR ................................................................................................171
3.1 Kerangka Konsep .........................................................................................171
BAB IV ..................................................................................................................173
ASUHAN KEBIDANAN .......................................................................................173
4.1 Asuhan Kehamilan .................................................................................. 173
4.1.1 Kunjungan 1............................................................................................. 173
4.1.2 Kunjungan 2 .............................................................................................. 178
4.1.3 Kunjungan 3 .............................................................................................. 181
4.1.4 Kunjungan 4 .............................................................................................. 183
4.2 Laporan Pelaksanaan Asuhan Persalinan .......................................... 186
4.2.1 Asuhan Persalinan Kala I ....................................................................... 186
4.2.2 Asuhan Persalinan Kala II...................................................................... 188
4.2.3 Asuhan Persalinan Kala III .................................................................... 190
4.2.4.Asuhan PersalinanKala IV ...................................................................... 192
4.3 Laporan Pelaksanaan Asuhan Nifas .................................................... 195
4.3.1 Asuhan Nifas Kunjungan 1 hari postpartum ......................................... 195
4.3.2 Asuhan Nifas Kunjungan 5 hari postpartum ........................................ 198
4.3.3 Asuhan Nifas Kunjungan 12 hari postpartum ...................................... 200
4.4 Laporan pelaksanaan Asuhan BBL ...................................................... 204
4.4.1 Kunjungan BBL 1 Hari ............................................................................ 204

xi
4.4.2 Kunjungan Neonatus hari ke 5 .............................................................. 208
4.5 Laporan Pelaksanaan Asuhan KB ........................................................ 211
4.5.1 Kunjungan KB Pertama .......................................................................... 211
4.5.2 Kunjungan KB Kedua ............................................................................. 213
BAB V ...................................................................................................................215
PEMBAHASAN ....................................................................................................215
5.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan.......................................................... 215
5.2 Pembahasan Asuhan Persalinan.......................................................... 218
5.3 Pembahasan Asuhan Nifas ................................................................... 221
5.4 Pembahasan Asuhan Bayi Baru Lahir ................................................. 222
5.5 Pembahasan Asuhan KB ....................................................................... 223
BAB VI PENUTUP...............................................................................................225
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 225
6.2 Saran ..................................................................................................................... 227
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Halaman


2.1 Siklus Menstruasi 16
2.2 Proses Kehamilan 18
2.3 Mekanisme Persalinan 64
2.4 Posisi Menyusui yang Benar 128
2.5 Posisi Perlekatan yang Benar 129
3.1 Kerangka Konsep 183

xiii
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
2.1. Diagnosis Perdarahan Pada Kehamilan Usia Muda 25
2.2. Diagnosis Hipertensi Gravidarum 26
2.3. Diagnosis Nyeri Perut Bagian Bawah 29
2.4. Diagnosis Perdarahan Pervaginam Pada Kehamilan Usia Lanjut 30
2.5. Diagnosis Nyeri Abdomen Hebat Pada Kehamilan Usia Lanjut 32
2.6. Perkembangan Fetal Setiap Bulan 35
2.7. Klasifikasi Nilai IMT 43
2.8. Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid 45
2.9. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu 47
2.10. Informasi Kunjungan Kehamilan 49
2.11. Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur 125
2.12. Penyimpanan ASI 131
2.13. Hasil Pemeriksaan Kunjungan 1 Nifas 138
2.14. APGAR Skor 141
2.15. Pemeriksaan Fisis pada Bayi 159
4.1. Tabel 2 jam postpartum 205

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

1. Jadwal Pelaksanaan LTA


2. Surat Pengantar LTA
3. Informed Consent
4. Dokumentasi laporan pasien (Buku KIA, Partograf, Buku Kunjungan dll)
5. Dokumentasi Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif
6. Lembar Konsultasi Laporan
7. Surat Balasan Bidan
8. Lembar Rekomendasi Perbaikan LTA
9. Curicculum Vitae

xv
DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care

ASI : Air Susu Ibu

BBL : Bayi Baru Lahir

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BCG : Bacillus Calmette-Guerin

DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus

HB0 : HepatitisB 0 hari

HCG : Human Chorionic Gonadotropin

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

INC : Intranatal Care

KB : Keluarga Berencana

KIE : Konseling, Informasi dan Edukasi

LH : Luthenishing Hormone

MAL : Metode Amenorea Laktasi

MDGs : Milenium Development Goals

MOW : Metode Operatif Wanita

OUE : Ostium Uteri Eksterna

xvi
OUI : Ostium Uteri Interna

PAP : Pintu Atas Panggul

PBP : Pintu Bawah Panggul

PNC : Postnatal Care

SDGs : Sustainable Development Goals

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

TFU : Tinggi Fundus Uteri

WCC : Woman Center Care

WHO : World Health Organitation

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan merupakan sahabat terdekat seluruh wanita. Masyarakat mengenal

bidan yang erat kaitannya dengan kehamilan dan persalinan. Terlebih dari itu

bidan merupakan sosok pendamping wanita sejak wanita tersebut masih dalam

dalam kandungan ibunya, bayi, balita, anak-anak, remaja, pra menikah, menikah

hingga menoupose. Bidan mendampingi wanita sepanjang siklus hidupnya.

Tidak hanya saat kehamilan dan persalinan.

Wanita merupakan pemegang peran terpenting dalam berlangsungnya

kehidupan yang berkaitan dengan perkembangbiakan. Dimana suatu kehidupan

manusia berasal dari kehamilan yang terjadi pada wanita. Kehidupan manusia

berawal dari kehamilan maka, diperlukan asuhan dan pendampingan yang tepat

oleh bidan untuk Ibu dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas neonatus sampai

KB untuk memonitor kondisi kesehatan Ibu dan bayi juga untuk mengetahui

sesegera mungkin kemungkinan terjadinya penyulit atau komplikasi dan

dilakukan upaya untuk segera mengatasinya. Asuhan kebidanan komprehensif

yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya

pemeriksaan labolatorium dan konseling yang mencakup empat kegiatan

pemeriksaan berkesinambungan diantaranya adalah Asuhan Kebidanan

Kehamilan (Antenatal Care), Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care),

1
2

Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care), dan Asuhan Kebidanan Bayi

Baru Lahir (Neonatal Care) (Varney,2007).

Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alami yang terjadi pada

setiap wanita. Namun, tidak menutup kemungkinan dalam proses tersebut terjadi

komplikasi yang menyertai. Asuhan yang tepat secara komprehensif dan oleh

tenaga yang kompeten dan terlatih sangat mempengaruhi AKI (Angka Kematian

Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi).

Kematian Ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau

dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang

terkait atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan

disebabkan olek kecelakaan atau cedera (Kementrian Kesehatan RI : 2014).

World Health Organization (WHO) melaporkan tahun 2014 AKI cukup tinggi,

di Asia Tenggara sendiri masih sebesar 16.000 jiwa. Dan di tingkat Asia AKI di

Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara lain. Indonesia sebesar 190

per 100.000 kelahiran hidup. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan Negara

lain seperti Vietnam yang hanya 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per

100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup dan Malaysia 29

per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2015, angka kematian Ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 305 per 100.000

klahiran hidup. Angka ini tidak mencapai target global MDGs (Millenium

Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. 2016 MDGs sudah beralih ke SDGs

(Sustainable Development Goals).Program ini merupakan program lanjutan dari

MDGs. Tujuan pembangunan berkelanjutan ini disebut Agenda 2030. Agenda


3

2030 adalah sebuah kerangka kerja untuk 15 tahun kedepan, mulai tahun 2016

(per 1 januari 2016) hingga tahun 2030.Kesehatan menjadi tujuan agenda 2030

yang ketiga yaitu memastikan hidup yang sehat dan mempromosikan

kesejahteraan bagi semua. Dalam agenda 2030 ini target AKI pada tahun 2030

menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran. Sedangkan untuk AKB menjadi

maksimal 12 per 1.000 kelahiran (Kertas Kajian SRHR dan AGENDA 2030,

2015).

Tahun 2007 angka kematian ibu masih sebesar 228 per 100.000 kelahiran

hidup, tahun 2012 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2015

sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, SDKI 1991-2012).

Tahun 2012 Kementrian Kesehatan meluncurkan program Expanding

Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka

kematian Ibu dan Neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di Provinsi

dan Kabupaten dengan jumlah kematian Ibu dan neonatal yang besar yaitu

Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi

Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut disebabkan 52,6% dari jumlah total

kejadian Ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi tersebut.

Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian Ibu dan angka

kematian neonatal dengan cara Meningkatkan kualitaspelayanan emergensi

obstetric dan bayi baru lahir minimal 150 Rumah Sakit PONEK dan 300

Puskesmas/Balkesmas PONED dan memperkuat sistem rujukan yang efisien

dan efektif angar puskesmas dan rumah sakit.

Penyebab Kematian Ibu pada tahun 2013 masih tetap sama seperti pada

tahun 2010-1012 yaitu perdarahan sebesar 30,3 %, yang kedua ialah hipertensi

yaitu sebesar 27,1 % kemudian infeksi 7,3 %. Adapun kematian Ibu akibat partus
4

lama dan abortus sudah tidak ada lagi dimana pada tahun 2010-2012 kedua

faktor ini masih menjadi penyumbang kematian Ibu meskipun angkanya sangat

kecil. Namun selain ke-5 faktor tersebut ada faktor lain-lain yang mana

sebenarnya lebih tinggi daripada perdarahan yaitu sebesar 40,8 %. Faktor lain-

lain adalah penyebab kematian Ibu secara tidak langsung, seperti kondisi

penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang diderita Ibu

(Direktorat Kesehatan Ibu, 2010-2013).

Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan Ibu hamil dapat

dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah Ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga

kesehatan dibandingkan jumlah sasaran Ibu hamil di suatu wilayah keja pada

kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah Ibu hamil yang

telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit

empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di setiap trimester dibandingkan jumlah

sasaran Ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator

tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap Ibu hamil dan

tingkat kepatuhan Ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga

kesehatan.

Cakupan K1 dari tahun 2007-2016 tertinggi pada tahun 2012 yaitu sebesar

96,84%. Dimana pada tahun 2007 sampai tahun 2012 cakupan K1 selalu naik

sedangkan dari tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami penurunan yang

akhirnya terjadi peningkatan lagi pada tahun 2015. Pada tahun 2007 cakupan K1

sebesar 91,23%, tahun 2008 sebesar 92,65%, tahun 2009 sebesar 94,51%,

tahun 2010 sebesar 95,26%, tahun 2011 sebesar 95,71%, tahun 2012 96,84%,

tahun 2013 sebesar 95,25%, tahun 2014 94,99% , tahun 2015 sebesar 95,75%.
5

Cakupan K4 dari tahun 2007-2016 tertinggi juga terdapat pada tahun 2012

yaitu sebesar 90,18%. Cakupan K4 tahun 2007-2015 tidak konsisten naik

maupun turun. Tahun 2007 sebesar 80,26%, tahun 2008 sebesar 86,04%, tahun

2009 sebesar 84,54%, tahun 2010 sebesar 85,56%, tahun 2011 sebesar

88,27%, tahun 2012 sebesar 90,18%, tahun 2013 sebesar 86,85%, tahun 2014

sebesar 86,70%, tahun 2015 sebesar 87,48 (Ditjen Kesehatan Masyarakat,

Kemenkes RI 2016).

Cakupan lain yang menjadi capaian indikator AKI di Indonesia tidak hanya

cakupan K1 dan K4 cakupan tersebut yaitu cakupan pertolongan peralinan oleh

tenaga Kesehatan. Capaian indikator cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan di Indonesia pada tahun 2007-2013 menunjukkan

kecenderungan peningkatan, yaitu pada tahun 2007 sebesar 77,21%, meningkat

pada tahun 2008 sebesar 81,08%, tahun 2009 sebesar 84,38%, tahun 2010

sebesar 84,78%, tahun 2011 sebesar 86,38%, tahun 2012 sebesar 88,64% dan

tahun 2013 sebesar 90,88%. Cakupan ini selalu naik setiap tahunnya. Angka ini

sudah mencapai targetMDGs pada tahun 2015 sebesar 90%. Namun sangat

disayangkan pada tahun 2013-2015 terdapat penurunan cakupan yaitu pada

tahun 2014 cakupan pertolongan persalinan oleh nakes sebesar 88,68% dan

pada tahun 2015 turun lagi menjadi 88,55% (Ditjen Kesehatan Masyarakat,

Kemenkes RI 2016).

Analisis kematian Ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada

tahun 2010 membuktikan bahwa kematian Ibu terkait erat dengan penolong

persalinan dan tempat /fasilitas persalinan. Oleh karena itu tempat dilakukan

persalinan juga mempengaruhi kematian Ibu dimana kesiapan alat untuk hal-hal

emergency tidak tersedia apabila dilakukan tidak pada fasilitas kesehatan yang
6

memadai. Dari data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan persalinan yang

dilakukan dirumah msih cukup tinggi yaitu sebesar 29,6% yang memegang

posisi tertinggi kedua setelah persalinan di RB/Klinik/Praktek Nakes

sebesar38,0%, kemudian tempat bersalin di RS yaitu sebesar 21,4%, tempat

bersalin di Puskesmas/Pustu sebesar 7,3% dan yang terakhir bersalin di

Polindes/Poskesdes sebesar 3,7% (Riskesdas 2013, Badan Utbangkes).

Setelah kehamilan dan persalinan asuhan komprehensif dilanjutkan ke

asuhan pada masa nifas. Sejak tahun 2008-2013 cakupan Kunjungan Nifas

(KF3) di Indonesia meningkat yang kemudian menurun pada tahun 2014 dan

naik kembali pada tahun 2016. Pada tahun 2008 cakupan KF3 sebesar 17,90%,

tahun 2009 sebesar 55,58%, tahun 2010 sebesar 73,61%, tahun 2011 sebesar

76,96%, tahun 2012 sebesar 85,16%, tahun 2013 sebesar 86,64%, turun pada

tahun 2014 sebesar 86,41% dan terakhir pada tahun 2015 sebesar 87,06%

(Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016).

Pada masa nifas Ibu dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi guna

mencegah terjadinya kehamilan dengan jarak yang sangat dekat. Peraturan

pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga

menyebutkan bahwa program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia yang ideal melahirkan, mengatur kehamian, ,

melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas (Health Statistics, 2016).

Sasaran KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu pasangan suami istri

yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berusia 15-49 tahun.

Untuk cakupan yang digunakan ialah cakupan peserta KB baru dan KB aktif
7

menurut jenis kontrasepsi. Adapun alat kontrasepsi yang dipakai ialah suntik,

pil, IUD, implant, kondom, MOW dan MOP. Pada tahun 2015 cakupan peserta

KB baru dan KB aktif tertinggi ialah penggunaan KB suntik. Untuk cakupan

peserta KB baru pada tahun 2015, KB suntik memperoleh prosentase sebesar

49,93%, KB pil sebesar 26,36%, implant sebesar 9,63%, IUD sebesar 6,81%,

kondom sebesar 5,47%, MOW sebesar 1,64% dan MOP sebesar 0,16%.

Sedangkan untuk cakupan peserta KB aktif, KB suntik memperoleh prosentase

sebesar 47,78%, pil sebesar 23,6%,implant sebesar 10,58%, IUD sebesar

10,73%, Kondom sebesar 3,16%, MOW sebesar 3,49% dan MOP sebesar

0,65% (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2016).

Berbeda dengan AKI yang belum bisa mencapai target MDGs 2015 hasil

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan Angka Kematian

Bayi (AKB) sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup yang artinya sudah

mencapai target MDGs 2015 yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup, namun

untuk agenda 2030 AKI ditargetkan maksimal 12 per 1.000 kelahiran. Pada

tahun 2007 AKI sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, tahun 2012 sebesar 32 per

1000 kelahiran hidup dan terakhir tahun 2015 22,23 per 1000 kelahiran hidup

(SDKI 1991-2012, SUPAS tahun 2015).

AKI dan AKB di Malang pada tahun 2016 masih sebesar 9 jiwa untuk

kematian Ibu dan 87 jiwa untuk kematian neonatus. Untuk Ibu hamil terdapat

17.757 jiwa dengan capaian 95,11%. Nifas 11.668 jiwa dengan capaian 91,18 %.

Neonatus hidup 11.953 jiwa. Akseptor KB 10.693 jiwa dengan capaian 73,43%.

Peralinan Nakes 11.976 jiwa dengan capaian 93,58 %.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi ada menimbulkan

banyak sekali metode metode untuk mengurangi AKI dan AKB, salah satu nya
8

ialah metode Woman Center Care yaitu asuhan yang berpusat pada wanita.

Dalam pelaksanaan ini wanita dipandang sebagai manusia secara utuh (holistic)

yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan reproduksinya. Upaya

yang dilakukan dalam WCC adalah adanya kontinuitas (kesinambungan) dalam

pemberian asuhan yang meliputi asuhan yang berkelanjutan (berfokus pada Ibu)

dan pemberian asuhan yang berkelanjutan (konsep pelayanan kebidanan yang

terorganisasi).

Metode - metode yang berkait dengan asuhan komprehensif diupayakan

untuk mengurangi AKI dan AKB, salah satunya ialah Women Center Care, maka

dari itu penulis melakukan asuhan kepada Ny”R” usia 28 tahun GIP0000Ab000

sejak kehamilan pada trimester III, persalinan, nifas, neonatus hingga KB

dengan memperhatikan skor KSPR Ibu sebesar 2 dengan metode Women

Center Care.

1.2 Batasan Masalah

Bagaimana Asuhan Pelayanan Kebidanan pada Ny “R” Usia 28 G IP0000Ab000

tahun dengan Metode Woman Center Care pada Ibu hamil, nifas, neonatus dan

KB dengan pendokumentasian SOAP note?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan metode

Woman Center Care (WCC) pada Ny “R” usia 28 tahun GIP0000Ab000 mulai

kehamilan pada trimester III, persalinan, nifas, perawatan bayi sampai KB

dan mendokumentasikan dalam soap note.


9

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa sesuai prioritas Ibu,

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, melaksanakan

asuhan kebidanan, melakukan evaluasi asuhan kebidanan dan

mendokumentasikan asuhan kebidanan kedalam bentuk SOAP Note

pada Ibu hamil.

2. Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa sesuai prioritas Ibu,

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, melaksanakan

asuhan kebidanan, melakukan evaluasi asuhan kebidanan dan

mendokumentasikan asuhan kebidanan kedalam bentuk SOAP Note

pada Ibu bersalin.

3. Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa sesuai prioritas Ibu,

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, melaksanakan

asuhan kebidanan, melakukan evaluasi asuhan kebidanan dan

mendokumentasikan asuhan kebidanan kedalam bentuk SOAP Note

pada Ibu nifas.

4. Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa sesuai prioritas bayi,

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, melaksanakan

asuhan kebidanan, melakukan evaluasi asuhan kebidanan dan

mendokumentasikan asuhan kebidanan kedalam bentuk SOAP Note

pada BBL.

5. Melakukan pengkajian, menentukan diagnosa sesuai prioritas Ibu,

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, melaksanakan

asuhan kebidanan, melakukan evaluasi asuhan kebidanan dan


10

mendokumentasikan asuhan kebidanan kedalam bentuk SOAP Note

pada keluarga berencana.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan diajukan kepada Ny “R” usia 28 tahun

dengan mengutamakan Women Center Care dimulai sejak kehamilan,

persalinan, masa nifas, neonatus dan KB.

1.4.2 Tempat

Asuhan Kebidanan dilakukan di rumah Ny “R” di jalan perunggu selatan

No.15A/43 dan di BPM Sri Hartatik jl Ciwulan No 96.

1.4.3 Waktu

Pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif ini akan dilaksanakan

pada bulan April sampai Mei 2017, yang meliputi 12 kali kunjungan yaitu

kunjungan ANC 4 kali, INC 1 kali, PNC 4 kali, BBL 2 kali dan KB 1 kali.

1.5 Manfaat Penulisan

1.5.1 Bagi Klien

Memperoleh asuhan kebidanan secara intensif mulai dari kehamilan

sampai KB dan mendapat wawasan serta menerima manfaat dari asuhan

kebidanan yang komprehensif yang telah diberikan.

1.5.2 Bagi STIKes Widyagama Husada Malang

Menambah literature atau refrensi dalam pembelajaran ilmu kebidanan

khususnya untuk mendidik mahasiswa menjadi bidan yang kompeten dalam

memberikan asuhan yang komprehensif.


11

1.5.3 Bagi Penulis

Mengaplikasikan asuhan kebidanan secara komprehensif secara real

sesuai dengan ilmu pengetahuan yang telah di dapatkan selama kuliah dan

sebagai bahan pertimbangan kelulusan dari institusi.

1.5.4 Bagi Bidan

Sebagai pertimbangan dalam memberikan asuhan dalam pemberian

asuhan kebidanan secara komprehensif sehingga dapat mengurangi angka

kematian dan kesakitan Ibu maupun bayi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40

minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional

(Sarwono P, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Kehamilan

2.1.2.1 Berdasarkan usia kehamilan

Kehamilan dibagi terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester 1

berlangsung 12 minggu, trimester 2 berlangsung 15 minggu (minggu ke-

13 hingga ke- 27), dan trimester 3 berlangsung selama 13 minggu (

minggu ke- 28 sampai ke- 40) (Sarwono P, 2009).

2.1.2.2 Berdasarkan lama kehamilan

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm seitar 280

sampai 300 hari dengan perhitungan sebgai berikut.

1. Kehamilan sampai 16 atau 20 minggu bila berakhir disebut keguguran

(Abortus)

2. Kehamilan 21 sampai dengan 28 minggu bila terjadi persalinan disebut

dengan Immatur.

12
13

3. Kehamilan 29 sampai dengan 36 minggu bila terjadi persalinan disebut

Prematuritas.

4. Kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu disebut Aterm

5. Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau

Postdatism/ postdate/ postmatur (serotinus).

2.1.3 Proses Kehamilan

2.1.3.1 Siklus Hormonal

Dalam siklus hormonal wanita ada tiga organ endokrin yang sangat

penting perannya dalam keberlangsungan kehidupan reproduksi. Ketiga

organ itu adalah sebgaai berikut;

1. Hipotalamus

Menghasilkan suatu releasing factors (RF) meskipun dalam jumlah

yang sedikit. Zat- zat ini ialah polipeptid yang sangat kecil sekali, terdiri

atas sejumlah asam amino tertentu. Dikenal ada beberapa RF yang

terlibat dalam reproduksi wanita, yaitu sebagai berikut.

a. FSH- RF (Foliclle Stimulating Hormone Releasng Factor).

Hormon ini merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH.

b. LH- RF(Luteinizing Hormone Releasing Factor)

Merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH.

c. PIF ( Prolactine Inhibiting Factor)

Menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.

d. TSH ( Tiroid Stimulating Hormone)

Merangsang hipofisis untuk mengeluarkan hormon tiroid.

e. ACTH (Adreno Cortico Tropic Hormone)


14

Merangsang hipofisis untuk mengeluarkan hormon dalam sistem di

ginjal.

2. Hipofisis

Terdiri atas dua bagian yang masing- masing menghasilkan hormon

spesifik.

a. Hipofise anterior

Pada tiap siklus menstruasi hipofisis anterior menghasilkan FSH

untuk merangsang pematangan folikel primer menjadi folikel de graff

yang dikeluarkan setap bulan.

b. Hipofisis posterior

Menghasilkan hormon oksitosin yang berperan dalam proses

persalinan dan laktasi.

3. Ovarium

Akibat rangsangan dari FSH maka folikel primer menjadi matang yang

disebut folikel de graaf. Folikel de graaf mengandung cairan folikuli.

Banyaknya cairam folikuli ini menyebabkan pengeluaran esterogen

secara maksimal. Esterogen akan menekan produksi FSH sehingga

hipofisis anterior ini akan mengeluarkan LH. Dari siklus hormonal ini

dapat disimpulkan bahwa pengeluaran FSH danLH sangat bergantung

pada mekanisme umpan balik esterogen dan hipotalamus.

2.1.3.2 Siklus Menstruasi

Fase menstruasi (deskuamasi) berangsung 3-8 hari terjadi peluruhan

endometrium akinat penurunan kadar esterogen dan progesterone yang

dihasilkan korpus luteum yang mulai hulang dan permulaan persiapan

proses perkembangan folikel de graff selanjutnya.


15

a. Fase proliferasi berlangsung sekitar 7-9 hari setelah fase menctruasi.

Pada fase ini, FSH membantu pematangangan folikel de graff an

hormon esterogen yang berbentuk, membantu endometrium menjadi

lebih tebal. Umunya pada akhir fase ini, terjadi proses ovulasi.

b. Fase sekresi berlangsung sekitar 11 hari setelah terjadi ovulasi. Saat

ini, folikel de graff yang telah kosong dan membentuk korpus luteum

yang menghasilkan hormon esterogen dan progesterone yang

membantu endometrium lebih tebal dan memiliki banyak sel glikogen

sebagai tempat persiapan penanaman sel telur yang telah dibuahi.

Jika terjadi kehamilan, maka korps luteum berkembang menjadi

korpus albikan (badan putih) dan dengan bantuan progesterone,

endometrium bertahan pada fase ini.

c. Fase menstruasi, berlangsung selama 3 hari sebelum fase

menstruasi. Dalam fase ini, jika menyebabkan hormon esterogen dan

progesterone menurun. Jika kedua hormon ini menurun, berpengaruh

pada sel endometrium sehingga menjadi iskemik dan mulai terjadi

peluruhan dan fase menstruasi akan berulang lagi.

Proses ovulasi, folikel primodal berkembang menjadi folikel de graff.

Ovum/ sel telur terdapat di salah satu ujung folikel de graff. Dengan

pengaruh FSH, folikel de graff berkembang, membesar dan matur

dan bergerak mendekati perumkaan ovarium. Dengan bantuan LH,

folikel ini membengkak, menjadi keras dan akhirnya rupture/ pecah

yang menyebabkan sel telur keluar menuju ujung tuba uterin yang

berfimbria, peristiwa ini disebut dengan ovulasi. Setelah ovulasi,

folikel kosong dan kolaps, seluruh struktur menjadi tidak beraturan


16

dan berwarna kuning dan dinamakan korpus luteum (badan kuning).

Kecuali jikaterjadi kehamilan, maka korpus luteum akan atrofi dan

menjadi korpus albikans (badan putih) dan dengan bantuan hormon

progesterone mempertahankan endometrium pada fase sekresi

sehingga siap untuk menerima ovum yang telah dibuahi.

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi

2.1.3.3 Proses terjadinya kehamilan

1. Proses konsespsi

Konsepsi adalah pertemuan antara ovum dan sperma sehat yang

memungkinkan terjadinya kehamilan.

Ovum:

a. Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis.

b. Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiap siklus

haid dan akan habis jika sudah masuk masa menopause.

c. Ovum mempunyai waktu hidup 24- 48 jam setelah dikeluarkan dari

ovarium.
17

d. Mempunyai lapisan pelindung yaitu sel- sel granulose dan zona

pellusida yang harus bisa ditembus oleh sperma untuk dapat terjadi

suatu kehamilan.

Sperma:

a. Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut

spermatogenesis.

b. Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum

dan tetap berproduksi meskipun lanisa.

c. Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, rata- rata 3 hari.

d. Terdapat 100 juta sperma pada setiap militer air mani yang

dihasilkan, rata- rata 3cc setiap ejakulasi.

e. Mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakkan korona radiate

atau sel- sel granulose.

f. Mempuyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala: berbentuk lonjong

agak gepeng berisi inti (nucleus), diliput lagi oleh akrosom dan

membrane plasma. Leher: menghubungkan kepala dengan bagian

tengah. Ekor: panjang kurang lebih 10 kali bagian kepala dan

bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.

Konsepsi ini terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai

berikut:

a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang

tepat.

b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat

ovulasi.
18

c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat

selama ejakulasi.

d. Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai,

melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya membuahi ovum.

Gambar 2.2 Proses Kehamilan

2. Fertilisasi

Fertilisasi merupakan dari proses konsepsi, yaitu sperma bertemu

dengan ovum, terjadi penyatuan sperma dengan ovum, sampai dengan

terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum- sperma hingga menjadi buah

kehamilan. Proses fertilisasi merupakan awal dari proses kehamilan yaitu

bertemunya sel terlur dan sel sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih

3 cc sperma dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang kurang lebih

berisi 300 juta sperma

a. Tahap penembusan korona radiate.

Dari 200- 300 juta hanya 300- 500 yang sampai di tuba fallopi

yang bisa menembuskorona radiate karena sdah mengalami proses

kapasitasi.
19

b. Penembusan zona pellusida

Zona pellusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling

ovum yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma

dan menginduksi reaksi akrosom. Spermatozoa lain ternyata bisa

menempel di zona pellusida, tetapi hanya satu yang terlihat mampu

menembus oosit.

c. Setelah menyatu makan akan dihasilkan zihgot yang mempunyai

kromosom diploid (44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis

kelamin baru (XX untuk wanita dan XY untuk laki-laki).

3. Pembelahan

Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel,

8 sel sampai dengan 16 sel disebut Blastomer (3 hari) dan membentuk

sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel- sel tersebut akan

membelah membentuk buah arbei dari 16 sel disebut Morula (4 hari).

Saat morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona

pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam.

Berangsur- angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah

sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut Blastokista (4½ - 5 hari

hari). Sel yang bagian dalam disebut embrioblas dan sel di luar disebut

trofoblas. Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa

memasuki dinding rahim (endometrium) dan siap berimlantasi (5½ - 6

hari) dalam bentuk Blastokista tingkat lanjut.

4. Nidasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konspesi ke dalam

endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai, disebut trofoblast,


20

yang mampu menghancurkan atau mencairkan jaringan. Ketika blastula

mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam fase

sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung nutrisi untuk

buah kehamilan.

Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner cell mass)

akan mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang

kemudian sembuh dan menutup lagi.

Saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang disebut

dengan tanda Hartman. Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau

belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.

Bila nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel- sel blastula. Sel-

sel lebih kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma membentuk

endoterm dan yolk sac, sedangkan sel- sel yang lebih besar menjadi

endoterm dan membentuk ruang amnion. Terbentuklah suatu lempeng

embrional di antara amnion dan yolk sac.

Sel- sel trofoblast mesodermal yang tumbuh disekitar mudigah

akanmelapisi bagian dalam trofoblast, sehingga terbentuklah sekat

korionik yang kelak menjadi korion. Sel- sel trofoblast tumbuh menjadi 2

lapisan, yaitu sititrofoblast (sebelah dalam) dan sinsiotrofoblast (sebelah

luar).

Vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh

bercabang- cabang dan disebut sebagai korion frondosum, sedangkan

yang berhubungan dengan desidua kapsularis (korion leave) kurang

mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang. Dalam peringkat

nidasi trofoblast dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG).


21

2.1.4 Tanda Tanda Kehamilan

2.1.3.4 Tanda Tidak Pasti (Presumptive Sign)

Menurut Ummi Hani 2010 tanda tidak pasti adalah perubahan –

perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan

oleh wanita hamil.

Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut ini :

1. Amenorea (berhentinya menstruasi)

2. Mual (nausea) dan muntah (emesis)

3. Ngidam (mengingini makanan tertentu)

4. Syncope (pingsan)

5. Kelelahan

6. Payudara tegang

7. Sering miksi

8. Konstipasi atau obstipasi

9. Pigmentasi kulit

10. Epulsi

11. Varises atau penampakan pembuluh darah vena

2.1.3.5 Tanda Kemungkinan (Probability Sign)

Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal- hal berikut ini.

1. Pembesaran perut

2. Tanda hegar, adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.

3. Tanda goodel, adalah pelunakan serviks.

4. Tanda chadwicks, adalah perubahan warna menjadi keunguan pada

vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.

5. Tanda piscaseck, adalah pembesaran uterus yang tidak simetris.


22

6. Kontraksi Braxthon Hicks.

7. Teraba ballottement

8. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

2.1.3.6 Tanda Pasti (Positive Sign)

Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut :

1. Gerakan janin dalam rahim

2. Denyut jantung janin

3. Bagian- bagian janin

4. Kerangka janin.

2.1.5 Perubahan, Ketidaknyamanan dan Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil

1. Trimester Pertama

Ketidaknyamanan fisiologis pada Ibu akan memicu perubahan

psikologi seperti dibawah ini :

a. Ibu untuk membenci kehamilannya, mersakan kekecewaan,

penolakan, kecemasan dan kesedihan.

b. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil

dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali

memberitahukan orang lain apa yang dirasakannya.

c. Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada seriap wanita. Ada

yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami

penurunan.

d. Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul

kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan

kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga.


23

2. Trimester Kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa

dengan kadar hormone yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat

kehamilan sudah mulai berkurang. Ibu sudah menerima

kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energy dan pikirannya

secara lebih konstruktif. Pada trimester ini Ibu dapat merasakan

gerakan janinnya dan Ibu mulai merasakan kehadiran bayinya

sebagai seorang diluar dirinya dan dirinya sendiri.

3. Trimester Ketiga

Kewaspadaan ibu meningkat akan timbulnya tanda dan gejala

terjadinya persalinan pada Ibu. Sering kali ibu mearasa kawatir atau

takut kalau-kalau nayi yang akan dilahirkannya tidak normal.

Sebagian ibu juga akan bersikap melindungi bayi nya dan akan

menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap

membahayakan bayinya.

2.1.6 Tanda Bahaya Kehamilan

2.1.6.1 Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda

1. Perdarahan Per Vaginam

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal. Pada masa awal

sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang

sedikit atau spotting perdarahan ini merupakan implantasi dan

normal. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan kecil

mungkin pertanda dari friable cervix. Perdarahan semacam ini

mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi. Pada awal

kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah perdarahan yang


24

merah, banyak atau sangat menyakitkan. Perdarahan tersebut dapat

mengindikasikan yaitu :

Tabel 2.1 Diagnosis Perdarahan pada Usia Kehamilan Muda

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/tanda Diagnosis


Bercak hingga Tertutup Sesuai Kram perut Abortus
sedang dengan bawah. Uterus Imminens.
usia gestasi lunak.
Sedikit Limbung atau Kehamilan
membesar pingsan. Ektopik
dari normal Nyeri perut Terganggu.
bawah.
Nyeri goyang
porsio.
Massa adneksa
Cairan bebas
intraabdomen
Tertutup/ Lebih kecil Sedikit/ tanpa Abortus
terbuka dari usia nyeri perut bawah. Komplet.
gestasi Riwayat ekspulsi
hasil konsepsi.
Sedang Terbuka Sesuai usia Kram atau nyeri Abortus
hingga massif/ kehamilan perut bawah. Insipiens.
banyak Belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi.
Kram atau nyeri Abortus
perut bawah. Inkomplet
Ekspulsi sebagian
hasil konsepsi.
Terbuka Lenak dan Mual/muntah. Abortus Mola
kebih besar Kram perut
dari usia bawah.
gestasi Sindrom mirip
preeklamsia.
Tak ada janin,
keluar jaringan
seperti anggur

2. Hipertensi Gravidarum

Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan

dan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia

kehamilan 20 minggu).

Klasifikasi hipertensi kehamilan :

a. Hipertensi (tanpa proteinuria dan odema)

b. Preeklamsi ringan.
25

c. Preeklamsi berat.

d. Eklamsia.

Tabel 2.2 Diagnosis Hipertensi Gravidarum

Gejala dan Tanda yang Gejala dan Tanda Diagnosis


Selalu Ada yang Kadang Ada
Tekanan diastolik > 90 Hipertensi
mmHg pada kehamilan <20 kronik.
minggu.
Tekanan diastolik 90-110 Hipertensi kronik
mmHg (dua kali dengan
pengukuran berjarak 4 jam) preeklamsia
pada kehamilan <20 ringan.
minggu.
Proteinuria +
Tekanan diastolic 90-110 Hipertensi dalam
mmHg (dua kali kehamilan.
pengukuran berjarak 4 jam)
pada kehamilan >20
minggu.
Proteinuria -
Tekanan diastolic 90-110 Preeklamsia
mmHg (dua kali ringan.
pengukuran berjarak 4 jam)
pada kehamilan >20
minggu.
Proteinuria ++
Tekanan diastolik > Hiperrefleksia. Preeklamsia
110mmHg pada kehamilan Nyeri kepala (tidak berat.
>20 minggu Proteinuria +++ hilang dengan
analgetik biasa).
Penglihatan kabur.
Oliguria (<400ml/24
jam).
Nyeri abdomen atas
(epigatrium).
Edema paru.
Kejang. Koma. Eklamsia
Tekanan diastolik >90 Sama seperti
mmHg pada kehamilan >20 preeklamsia berat.
minggu.
Proteinuria >++
Trismus Kaku kuduk. Tetanus.
Punggung
melengkung.
Perut kaku.
Spasme spontan.
Kejang. Epilepsi.
Riwayat kejang
sebelumnya.
Tekanan darah normal.
26

Demam. Limpa membesar. Malaria.


Menggigil/ rigor.
Nyeri kepala.
Nyeri otot sendi.
Demam. Kejang. Malaria dengan
Menggigil/ rigor. Jaundice komplikasi
Nyeri kepala.
Nyeri otot sendi.
Koma.
Anemia.
Nyeri kepala. Kejang. Meningitis atau
Kaku kuduk. Gelisah. eesefalitis.
Fotopobia. Koma.
Demam.
Nyeri kepala. Muntah. Migrain.
Penglihatan kabur.

3. Nyeri Perut Bagian Bawah

Tabel 2.3 Diagnosis Nyeri Perut Bagian Bawah

Gejala dan Tanda yang Gejala dan Tanda Diagnosis


Selalu Ada yang Kadang Ada
Nyeri perut. Masa tumor di perut Kista ovarium.
Tumor adneksa pada bawah.
periksa dalam. Perdarahan vaginal
ringan.
Nyeri perut bawah. Perut membengkak. Apendisitis
Demam. Anoreksia.
Nyeri lepas. Mual/muntah.
Ileus paralitik.
Lekositosis.
Tumor (-).
Nyeri di atas
McBurney.
Disuria. Nyeri retro/ Sistitis.
Sering berkemih. suprapubik.
Nyeri perut.
Disuria. Nyeri retro/ Pielonefritis akut.
Demam tinggi/ menggigil. suprapubik.
Sering berkemih. Nyeri pinggang.
Nyeri perut. Sakit di dada.
Anoreksia.
Mual/muntah.
Demam. Nyeri lepas. Pielonefritis
Nyeri perut bawah. Perut kembung.
Bising usus (-). Anoreksia.
Mual/muntah.
Syok.
27

2.1.6.2 Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut

1. Perdarahan Pervaginam

Tabel 2.4 Diagnosis Perdarahan Pervaginam pada Kehamilann

Usia Lanjut

Gejala dan Tanda Faktor Penyulit Lain Diagnosis


Utama Presdiposisi
Perdarahan tanpa Grande Syok. Plasenta previa.
nyeri, usia gestasi multipara Perdarahan
>22 minggu. setelah koitus.
Darah segar/ Tidak ada
kehitaman dengan kontraksi uterus.
bekuan. Bagian terendah
Perdarahan dapat janin tidak
terjadi setelah masuk PAP.
miksi atau Kondisi janin
defekasi, aktivitas normal atau
fisik, kontraksi terjadi gawat
Braxton Hicks atau janin.
koitus.
Perdarahan Hipertensi. Syok yang tidak Solusio
dengan nyeri Versi luar. sesuai dengan plasenta
intermitten atau Trauma jumlah darah
menetap. abdomen. yang keluar.
Warna darah Polihidramnio Anemia berat.
kehitaman dan n. Melemah atau
cair, tetapi Gemelli. hilangnya gerak
mungkin ada Defisiensi janin.
bekuan. gizi. Gawat janin/
Jika ostium hilangnya DJJ.
terbuka terjadi Uterus tegang
perdarahan dan nyeri.
berwarna merah
segar.
Perdarahan Riwayat SC. Syok atau Ruptura uteri
intraabdominal Partus lama takikardia.
atau vaginal. atau lewat Adanya cairan
Nyeri hebat waktunya. bebas
sebelum Disproporsi intraabdominal.
perdarahan dan kepala/fetope Hilangnya gerak
syok, yang lvis. dan DJJ.
kemungkinan Kelinan Bentuk uterus
hilang setelah letak/present abnormal atau
terjadi regangan asi. konturnya tidak
hebat pada perut Persalinan jelas.
bagian bawah. traumatic. Nyeri raba/
tekan dinding
perut dan
bagian-bagian
janin mudah di
28

palpasi.
Perdarahan Solusio Perdarahan Gangguan
berwarna merah. plasenta. gusi. pembekuan
Uji pembekuan Janin mati Gambaran darah
darah tidak dalam rahim. memar bawah
menunjukkan Eklamsia. kulit.
bekuan darah Emboli air Perdarahan dari
setelah tujuh ketuban. tempat suntikan
menit. dan jarum infus.
Rendahnya faktor
pembekuan darah,
fibrinogen,
trombosit,
fragmentasi sel
darah merah.

2. Nyeri Abdomen yang Hebat.

Tabel 2.5 Diagnosis Nyeri Abdomen Hebat pada Kehamilan Usia

Lanjut

Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda yang Diagnosis


yang Selalu Ada Kadang Ada
Teraba his. Pembukaan dan Kemungkinan
Lendir bercampur pelunakan serviks. persalinan preterm.
darah sebelum 37 Perdarahan per vaginal
minggu. ringan.
Nyeri perut. Riwayat keluarnya Amnionitis.
Secret vagina cair cairan.
dan berbau setelah Uterus teraba lunak.
usia kehamilan 22 DJJ cepat.
minggu. Perdarahan
Demam/ menggigil. pervaginam ringan.
Nyeri perut. Perdarahan Metritis.
Demam/ menggigil. pervaginam.
Lokia dengan pus Syok.
dan berbau.
Uterus lunak.
Nyeri perut bawah Respons buruk Abses pelvis.
dan distensi. terhadap antibiotika.
Demam tinggi/ Pembengkakan di
menggigil yang adneksa atau pada
menetap. kavum Douglas.
Uterus terasa lunak. Pus dari kuldosentesis.
29

3. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa.

Ibu mulai bisa merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-

6. Ada beberapa yang mengalaminya lebih awal. Gerakan janin yang

berkurang mengindikasikan gawat janin atau IUFD (Intra Uteri Fetal

Death).

2.1.7 Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi

2.1.7.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin

Setelah berndasi erat kurang lebih 10 hari setelah fertilisasi, maka akan

di mulai proses pertumbuhan dan perkembangan janin. Janin akan

berkemban dari inner- cell mass. Terdapat 3 masa dalam pertumbuhan janin

yaitu sebagai berikut.

1. Masa pre-embiorik

Berlangsung selama 2 minggu setelah terjadinya fertilisasi. Terjadi

proses pebelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner-cell

mass akan membnetuk 3 lapisan utama yaitu Ektoderm, melapisi cavitas

amniotica, merupakan lapisan sel tunggal yang bertanggung jawab atas

petimbuhan kulit, rambut, kuku, jaringan saraf, alat indera, kelenjar

ludah, cavitas nasi, bagian bawah canalis analis, traktus genitaslis, dan

glandula mmae; Endoderm, melapisi saccuc vitellius dan berkembang

membentuk traktus digestivus, hepar, pancreas, laring, trakea, paru,

vesika urinaria dan uretra; serta Mesiderm, lapisan janringan selain

ectoderm dan endoderm yang berasal dari inner-cell mass, terletak di

sekitar cakram embrio, menghasilkan sistem sirkulasi dan limfatik,

tulang, otot, ginjal, ureter, organ genetalia, dan jaringan subkutan.


30

2. Masa embiorik

Berlangsung sejak 2- 8 minggu. Sistem utama dalam tubuh telah ada

dalam bentuk rudimeter (mengecil, menciut, dan akhirnya menghilang).

Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Sering kali diebut

masa organogenesis atau masa pertumbuhan organ.

3. Masa fetal

Pada 2 minggu pertama, hasil konsepsi masih merupakan

perkembangan ovum yang dibuahi, dari minggu ke 3 sampai ke 6 disebut

mudigah (embrio) dans sesudah minggu ke- 6 disebut dengan fetus.

Tabel 2.6 Perkembangan Fetal Setiap Bulan

Umur Panjang
Pembentukan Organ
Kehamilan Fetus
4 minggu 7,5-10 mm Rudimental mata, telinga dan hidung
8 minggu 2,5 cm Hidung, kuping, jari jemari mulai terbentuk,
kepala menekur ke dada
12 minggu 9 cm Daun kuping terlihat jelas, kelopakmata
melekat, leher mulai berbentuk, alat
kandungan luar mulai terbentuk namun
belum berdeferensiasi
16 minggu 16- 18 cm Genetalia eksterna terbentuk dan dapat
dikenal, kulit tipis dan warna merah
20 minggu 25 cm kulit lebih tebal, rambut mulai tumbuh
dikepala, dan rambut halus (lanugo) tumbuh
di kulit
24 minggu 30- 32 cm Kedua kelopak mata tumbuh alis, dan bulu
mata serta kulit keriput, kepala besar, bila
lahir dapat bernafas tetapi hanya bertahan
beberapa jam saja
28 minggu 35 cm Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa,
bila lahir daoat bernafas, menangis pelan
dan lemah, bayi immature
32 minggu 40-43 cm Kulit merah dan keriput, bila lahir kelihatan
seperti orang tua kecil (little old man )
36 minggu 46 cm Muka berseri tidak keriput, bayi premature
40 minggu 50- 55 cm Bayi cukup bulan, kulit licin, verniks kaseosa
banyak, rambut kepala tumbuh baik, organ –
organ baik, pada pria testis sudah berada
dalam skortum, pada wanita labia majora
berkembang baik. Tulang kepala menulang.
31

2.1.7.2 Struktur dan Fungsi Amnion

1. Struktur amnion

a. Volume pada kehamilan cukup bulan kira- kira 1.000- 1.500 cc.

b. Berwarna putih keruh, berbau amis, dan terasa manis.

c. Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan berat jenis 1,008.

d. Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea asam urat,

kreatinin, sel- sel epitel, rambut lanugo, ferniks caseosa, dan garam

organic. Kadar protein 2,6 % gram/ liter.

2. Fungsi amnion

a. Melindungi janin dari trauma atau benturan benda luar uterus.

b. Memungkinkan janin bergerak bebas.

c. Menstabilkan suhu tubuh janin tetap hangat.

d. Menahan tekanan uterus.

e. Sebagai pembersih jalan lahir.

2.1.7.3 Struktur dan Fungsi Tali Pusat

1. Struktur tali pusat

a. Terdiri atas dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis.

b. Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion.

c. Didalamnya terdapat jaringan yang lembek, yang dinamakan selai

Warthon. Selai Warthon berfungsi melindungi dua arteri dan satu

vena umbulikalis yang berada dalam tali pusat.

d. Letak terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah

umbilicus ftus berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut.

Secara normal berinsersi dibagian tengah plasenta.

e. Ukuran, panjang kira- kira 40- 50 cm diameter 1-2 cm.


32

f. Bentuk seperti tali dan mempunyai kira- kira 40 puntiran spiral.

2. Fungsi tali pusat

a. Media transportasi nutrisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin.

b. Media transportasi untuk pengeluaran sisa metabolism janin ke tubuh

ibu.

c. Media transportasi zat antibody dari ibu ke janin.

2.1.7.4 Struktur dan Fungsi Plasenta

1. Struktur

a. Agak bulat dan datar, diameter 15- 20 cm, tebal 2- 2,5 cm, dan

menipis pada bagian pinggir.

b. Berat rat- rat 500 gram.

c. Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus,

agak ke atas kea rah fundus.

d. Terdiri dari dua bagian, yaitu sebagai berikut.

a) pars maternal: bagian plasenta yang menempel di desidua.

Terdapat kontiledon (rat- rat 20 kontiledon).

b) Pars fetal: terdapat tali pusat (insersio, penanaman tali pusat).

1) Insersio sentralis, penanaman tali pusat di tengah plasenta.

2) Insersio marginalis, penanaman tali pusat dipinggir plasenta.

3) Insersio velamentosa, penanaman tali pusat di selaput janin/

selaput amnion.

2. Fungsi Plasenta

a. Sistem pertukaran

b. Sistem perlindungan

c. Sistem ekskresi
33

d. Stabilisasi

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan

2.2.1 Pengertian Asuhan Antenatal Care

Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk

memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil

normal atau bermasalah (Rukiah, Yulianti, Masemunah, & Susilawati, 2013).

2.2.2 Lingkup Asuhan Kehamilan

Asuhan kehamilan merupakan bagian dari asuhan kebidanan yang terdiri

atas Antenatal Care (ANC), Intranatal care (INC), Postnatal Care (PNC), dan

childbirth care berdasarkan filosofi kebidanan.

Komponen- komponen dalam asuhan kehamilan meliputi hal- hal sebagai

berikut.

1. Diagnosis dan manajemen dini kehamilan.

2. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan wanita.

3. Penilaian dan evaluasi kesejahteraan janin.

4. Pengurangan ketidaknyamanan umum pada ibu hamil.

5. Anticipatory guidance dan instruksi.

6. Skrining komplikasi maternal dan fetal.

2.2.3 Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan utama asuhan antenatal menurut Rukiah, Yulianti, maemunah, &

Susilawati, 2013 adalah sebagai berikut:

1. Untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya

dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu.

2. Mendeteksi komplikasi- komplikasi yang dapat mengancam jiwa.

3. Mempersiapkan kelahiran.
34

4. Memberikan pendidikan.

Tujuan asuhan antenatal yang lain adalah sebagai berikut:

1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan

tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta sosial

ibu dan bayi.

3. Menemukan secara dini adanya masalah/ gangguan dan kemungkinan

komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan.

4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibu

maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif

berjalan normal.

6. Mempersiapakan ibu dan keluargandapat berperan dengan baik dalam

memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

2.2.4 Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan

1. Proses kehamilan merupakan proses yang alamiah dan fisiologis.

2. Menggunakan cara- cara yang sederhana atau menghindari segala

bentuk intervensi yang tidak dibutuhkan.

3. Bersifat aman bagi keselamatan hidup ibu, asuhan yang diberikan

ditunjang oleh pengobatan berdaarkan bukti (evidence based medicine)

4. Menjaga privasi klien.

5. Membanu klien agar merasa aman dan nyaman, serta memberikan

dukungan emosional.

6. Memberikan informasi, penjelasan, serta konseling yang cukup.

7. Klien dan keluarga berperan aktif dalam pengambilan keputusan.


35

8. Menghormati praktik adat istiadat, kebudayaan, serta keyakinan/ agama

yang dilingkungan setempat.

9. Memelihara kesehatan fisik, psikologis, sosial, serta spiritual klien dan

keluarga.

10. Melakukan usaha penyuluhan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2.2.5 Asuhan Antenatal yang Terfokus (Recofused Antenatal)

Tujuan dari asuhan anteanatal yang terfokus, melipyuti hal- hal berikut ini:

1. Peningakatan kesehatan dan kelangsungan hidup melalui hal- hal

sebagai berikut.

a. Pendididkan dan konseling kesehatan tentang:

1) Tanda- tanda bahaya dan tindakan yang tepat.

2) Bidang utama dari asuhan diri sendiri seperti gizi, termasuk

suplemen mikronutrisi serta hidrasi, persiapan pemberian ASI

eksklusif dan segera, pencegahan dan pengenalan gejala- gejala

PMS (Penyakit MEnular Seksual), pencegahan malaria, dan

infeksi cacing.

b. Pembuatan rencana persalinan, termasuk kesiapan menghadapi

komlikasi.

c. Penyediaan TT

d. Penyediaan mikronutrisi profilaktit termasuk zat besi dan folat. Hal ini

bergantung pada bukti- bukti epidemiologis setempat mengenai

kekurangan mokronutrisi, vitamin A, yodium dan kalsium.

e. Penyediaan IPT dan SP, terutama bagi primigravida dan multigravida

pada wilayah- wilayah yang terlanda malaria endemic secara

langsung.
36

f. Penyediaan pengobatan anhelminth (pemberantasan penyakit

cacingan) di wilayah- wilayah yang secara signifikan investasi cacing

gelang selalu merajalelela.

g. Pemberian kemudahan untuk pemberdayaan klien agar bisa secara

aktif terlibat dalam situasi dirinya, terutama dalam kaitannya dengan

gizi serta kesiapan menghadapi kelahiran.

2. Pendeteksian secara dini tanda- tanda penyakit atau komplikasi yang

bisa mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi

baru lahir.

a. Anemia parah.

b. Proteinuria.

c. Hipertensi.

d. Yphilis dan PMS lainnya tergantung pada tingkat keberadaannya

pada populasi setempat.

e. HIV

f. Malpresentasi janin setelah minggu ke- 36.

g. Kegiatan janin (DJJ dan pergerakan yang terlihat atau dilaporkan).

3. Intervensi yang tepat waktu untuk menatalaksana suatu penyakit atau

komplikasi.

a. Anemia parah.

b. Perdarahan selama kehamilan.

c. Hipertensi yang disertai proteinuria dengan atau tanpa eklamsia.

d. Syphills, Chlamydia, Gonorhoe, Herpes, serta penyakit menular

seksual (PMS) lainnya yang merajalela di wilayah setempat.

e. HIV
37

f. Malpresentasi atau kelainan letak (melintang, sungsang,

hydrocephalus, kembar) setelah minggu yang ke- 36.

g. Kematian janin.

h. Kondisi medis yang terjadi secara bersamaan, seperti misalnya

tuberculosis, diabetes, hepatitis, demam rematik).

2.2.6 Standart Asuhan Kehamilan

Menurut Pantiawati & Suryono, 2010 standart asuhan minimal kehamilan

termasuk dalam “14T”.

a. Ukur berat badan dan tinggi badan (T1)

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dtq6an sebelum

hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar antara 9- 13,9 kg

dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah

0,4- 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk ibu hamil

sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.

Indeks masa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat

badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni:

Tabel 2.7 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT
Rendah <19,8
Normal 19,8- 26
Tinggi 26- 29
Obesitas >29
Gemeli -
Sumber: (Prawirohadjo, 2013)

Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan

bertahap, bukan mendadak dan drastic. Pada trimester II dan III


38

perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan o,4 kg.

perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh

adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu:

1. 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg.

2. 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg.

3. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa,

& Daulay, 2015)

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi factor

resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan

keadaan rongga panggul.

b. Ukur tekanan darah (T2)

Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.

Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standart

normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/ 80 – 120/

80 mmHg.

c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc. Donald adalah

menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa

dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama hait terakhir (HPHT)

dan kapan gerakan janin milau dirasakan. TFU yang normal harus sama

dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.

d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)

Tablet ini mengandung 200 mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat

yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk

memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
39

kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi

ini pentik untuk mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi

selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan

perkembangan janin.

e. Pemberian imunisasi TT (T5)

Imunisasi tetanustoxoid adalah proses untuk membangun kekebalan

sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu

toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.

Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian kekebalan

terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Tabel 2.8 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Antigen Interval Lama Perlindungan


TT1 Pada kunjungan -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur hidup
Sumber: (Saifuddin dalam Dari, Daulay, 2015)

f. Pemeriksaan Hb (T6)

Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan

dengan cara Sahli. Pemriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil

pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb

adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

g. Pemeriksaan protein urine (T7)

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam

urine ibu hamil. Adapun pemeriksaaanya dengan asam asetat 2- 3 %

ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki
40

oedema. Pemeriksaan protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil

kearah preeclampsia.

h. Pemeriksaan VDRL (Veneral Desease Research Laboratory) (T8)

Pemeriksaan VDRL adalah untuk mengetahui adanya treponema

pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan

kepada ibu hami yang pertama kali datang diambil specimen darah vena

2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan

pengobatan/ rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada

kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan

premature, cacat bawaan.

i. Pemeriksaan urine reduksi (T9)

Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. Bila hasil positif maka perlu

diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes

Melitus Gestasional. Diabetes Melitus gestasional mengakibatkan adanya

penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.

j. Perawatan payudara (T10)

Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan

2 kali sehari sebelum mandi dimulasi pada usia kehamilan 6 minggu.

k. Senam hamil (T11)

Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam

mempersiapkan persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah

memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot- otot dinding perut

ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan

latihan- latihan kontraksi dan relaksasi.


41

l. Pemberian obat malaria (T12)

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga

kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai

menggigil dan hasil asupan darah yang positif. Dampak atau akibat

penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat abortus,

partus preamturus dan anemia.

m. Pemberian kapsul minyak yodium (T13)

Diberikan kepada gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah

endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.

n. Temu wicara/ konseling (T14)

Tabel 2.9 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu

Jenis Trimester
No. Trimester I Trimester II Keterangan
Pemeriksaan III
1. Keadaan Umum Rutin
2. Suhu Badan Rutin
3. Tekanan Darah Rutin
4. Berat Badan Rutin
5. LILA Rutin
6. TFU Rutin
7. Presentasi Janin Rutin
8. DJJ Rutin
9. Pemeriksaan Rutin
HB
10. Golongan Darah Rutin
11. Protein Urine Rutin
12. Gula Darah/ Atas Indikasi
Reduksi
13. Darah Malaria Atas Indikasi
14. BTA Atas Indikasi
15. Darah Sifilis Atas Indikasi
16. Serologi HIV Atas Indikasi
17. USG - - - Atas Indikasi
Sumber: (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

2.2.7 Standart Minimal Kunjungan Kehamilan

Menurut, Rukiah, Yulianti, Maemunah, & Susilawati, 2013 untuk

menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan- kunjungan antenatal ini,


42

maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan selama

kehamilan, yaitu sebagai berikut.

a. 1 kali pada trimester I

b. 1 kali pada trimester II

c. 2 kali pada trimester III

Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi

yang sangat penting. Garis- garis besarnya dijelaskan dalam tabel di bawah

ini.

Tabel 2.10 Informasi kunjungan kehamilan

Kunjungan Waktu Informasi Penting


Trimester Sebelum 1. Membangun hubungan saling percaya
pertama minggu ke- antara petugas kesehatan dengan ibu
14 hamil.
2. Mendeteksi masalah dan menganiaya.
3. Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonaturum, anemia kekurangan
zat besi, penggunaan praktik tradisional
yang merugikan.
4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
5. Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya).
Trimester kedua Sebelum Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan
minggu ke- khusus mengenai preeclampsia (Tanya ibu
28 tentang gejala- gejala preeclampsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria).
Trimester ketiga Antara Sama seprti di atas, ditambah palpasi
minggu 28- abdominal untuk mengetahui apakaha ada
36 kehamilan ganda.
Trimester ketiga Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak
bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.
43

2.2.8 Hak- Hak Wanita Hamil

1. Memperoleh pendidikan dan informasi.

2. Mendapat jaminan dari pemerintah untuk mendapatlan yang benar dari

suatu kehamilan tanpa resiko yang berarti.

3. Memperoleh gizi yang cukup.

4. Wanita bekerja berhak untuk tidak dikeluarkan dari pekerjaannya.

5. Berhak untuk tidak mendapatkan perlakuan diskriminasi dan hukuman,

seperti dikucilkan oleh masyarakat akibat mengalami gangguan

kehamilan.

6. Berhak ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut

kesehatan diri dan bayinya.

2.2.9 18 Penapisan dalam Persalinan

1. Riwayat bedah Caesar.

2. Perdarahan pervaginam.

3. Kehamilan kurang bulan (UK <37 minggu).

4. Ketuban pecah dengan mekonium kental.

5. Ketuban pecah lama (>24 jam).

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (UK <37 minggu)

7. Ikterus.

8. Anemia Berat.

9. Tanda/gejala infeksi.

10. Pre-eklamsia/hipertensi dalam kehamilan.

11. TFU >40 cm.

12. Gawat janin.

13. Primipara dalam fase aktif palpasi masih 5/5.


44

14. Presentasi bukan belakang kepala.

15. Presentasi majemuk.

16. Gemelli.

17. Tali pusat menumbung.

18. Syok.

2.2.10 Woman Center Care (WCC)

Woman Center Care (WCC) adalah asuhan kesehatan yang berpusat

pada wanita. Dalam kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu

konsep yang mencakup hal-hal yang lebih memfokuskan pada

kebutuhan, harapan dan aspirasi masing-masing wanita dengan

memperhatikan lingkungan sosialnya daripada kebutuhan institusi atau

profesi terkait (Asri Hidyat, dkk, 2008).

Dalam praktik kebidanan WCC adalah konsep yang menyiratkan hal

berikut :

1. Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik, harapan

dan aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga

atau profesi yang terlibat.

2. Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri

dalam hal pikiran, kontrol dan kontinuitas perawatan dalam bidang

kebidanan. Meliputi kebutuhan janin, bayi, atau keluarga wanita itu,

orang lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya

oleh wanita tersebut.

3. Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari

kehamilan, persalinan dan setelah kelahiran bayi.


45

4. Melibatkan kolaborasi dengan professional kesehatan lainnya bila

diperlukan.

5. „Holistik‟ dalam hal menangani masalah sosial wanita, emosional,

fisik, psikologis, kebutuhan spiritual budaya.

Prinsip-prinsip :

1. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam

perencanaan dan pemberian perawatan maternitas.

2. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan

keinginan daripada orang-orang staf atau manajer.

3. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang

tersedia selama kehamilan, persalinan, dan periode pascanatal.

4. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu

membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang

peduli pada mereka.

5. Memberikan kontrol perempuan atas keputusan-keputusan kunci

yang mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka.

2.3 Konsep Dasar Persalinan

2.3.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan

spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat

atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya

berlangsung dalam waktu kurang dari 24jam (Wiknjosastro, 2012).


46

2.3.2 Jenis Persalinan

1. Persalinan Berdasarkan Teknik (Prawirohardjo, 2010)

a. Persalinan Spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan

ibunya sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan Buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan

tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps/ dilakukan

operasi sectio caesarea

c. Persalinan Anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untukpersalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian

pitocin dan prostaglandin.

2. Persalinan berdasarkan Umur Kehamilan (Ai Yeyeh, 2009)

a. Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22

minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.

b. Partus Immaturus : Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu

dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan

2499 gram.

c. Partus Matur atau Atem : Pengeluaran buah kehamilan antara 37

minggu dan 42 minggu dengan berat badan bayi diatas 2500gram

d. Partus Postmaturus (serotinus) : Pengeluaran buah kehamilan

setelah 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditaksirkan

2.3.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi persalinan

2.3.3.1 Power (Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin saat persalinan adalah his, kontraksi

otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament.


47

1. His ( Kontraksi Uterus)

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Sifat his yang baik

dan sempurna yaitu :

a. Kontraksi yang simetris.

b. Fundus dominan, yaitu kekuatan paling tinggi berada di fundus uteri.

c. Kekuatannya seperti gerakan meremas rahim.

d. Setelah adanya kontraksi, diikutin dengann adanya relaksasi.

e. Pada setiap his menyebabkan terjadinya perubahan pada servik,

yaitu menipis dan membuka.

2.3.3.2 Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri atas bagian keras tulang-tulang panggul (rangka

panggul) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-

ligamen).

1. Bagian Keras Panggul (rangka panggul)

Panggul bagian keras atau tulang-tulang panggulnmerupakan suatu

corong. Bagian atas yang lebar disebut (pelvis major), yang mendukung

isi perut. Bagian bawah atau panggul kecil (pelvis minor) menjadi wadah

alat kandungan dan menentukan bentuk jalan lahir.

Tulang panggul terdiri atas 4 buah tulang :

a. 2 tulang pangkal paha ( ossa coxae)

Terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan,yaitu :

a) Tulang Usus (os ilium)

b) Tulang Duduk ( os iscium)

c) Tulang kemaluan (os pubis)


48

b. 1 Tulang Kelangkang (os sacrum)

c. 1 Tulang Tungging (os coccyangis)

2. Panggul Kecil

a. Pintu Atas Panggul

b. Bidang Luas Panggul

c. Bidang Sempit Panggul (Bidang Tengah Panggul)

d. Pintu Bawah Panggul

3. Bidang Hodge

Dipelajari untutk menentukan sampai manakah bagian terendah janin

turun dalam panggul, terdiri dari :

a. Hodge I, yaitu bidang yang dibentuk pada lingkaran Pintu Atas

Panggul dengan bagian atas simpisis dan promontorium.

b. Hodge II, yaitu sejajar dengan Hodge I, terletak setinggi bagian

bawah simpisis.

c. Hodge III, yaitu sejajar Hodge I dan II, terletak setinggi spina

ischiadica kanan dan kiri

d. Hodge IV, yaitu sejajar dengan Hodge I,II,III terletak setinggi os

koksigis.

4. Bagian Lunak Panggul

Bagian lunak terdiri dari otot-otot dan ligamenta yang meliputi dinding

panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah,

yang menutupi panggul sebelah bawah membentuk dasar panggul

(diafragma pelvis).
49

Diafragma pelvis dari dalam keluar terdiri atas :

a. Pars Muscularis yaitu Musculus Levator Ani.

b. Pars Membranacea yaitu Diafragma Urogenitale

c. Daerah Perineum.

5. Ukuran – Ukuran Panggul

a. Distansia Spinarum

Jarak antara spina iliaca anterior superior kiri dan kanan (24-26 cm).

b. Distannsia Cristarum

Jarak terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri (28 – 30 cm).

c. Conjugate Externa (Baudeloque)

Jarak antara pinggir atas simpisis dan ujung processus spinosus ruas

tulang lumbal ke- 5 (± 18 cm)

d. Ukuran Lingkar Panggul

Dari pinggir atas simpisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior

posterior dan trochanter major sepihak dan kembali melalui tempat-

tempat yang sama di pihak lain ( 80 – 90 cm).

6. Bentuk Panggul

Caldwell-Moloy mengemukakan 4 bentuk dasar panggul ialah :

a. Panggul Gynecoid

Panggul paling baik untuk wanita, bentuk PAP hampir bulat. Panjang

diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa.

Ditemukan pada 45% wanita.

b. Panggul Android

Bentuk PAP hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti

ini, panjang diameter antero posterior hampir sama dengan diameter


50

transversa, akan tetapi yang terakhirini jauh lebih mendekati sacrum.

Dengan demikian bagian belakangnya [endek dan gepeng,

sedangkan bagian depannya menyempit ke muka. Ditemukan pada

15% wanita.

c. Panggul Anthropoid

Bentuk PAP agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter antero –

posterior lebih besar daripada diameter transversa. Ditemukan pada

35% wanita.

d. Panggul Platypelloid

Jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka

belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka

belakang. Ditemukan pada 5% wanita.

2.3.3.3 Passenger (Bayi dan Plasenta)

Passenger merupakan penumpang yaitu berupa janin, ketuban dan

plasenta.

1. Bagian Janin

a. Tulang Tengkorak (Cranium)

b. Ukuran – Ukuran Kepala

a) Diameter Occipito Frontalis, jarak antara tulang oksiput dan frontal,

ukuran ± 12 cm.

b) Diameter Mento Occipitalis, ukuran ± 13,5 cm.

c) Diameter Sub Occipito Bregmatika, ukuran ± 9,5 cm.

d) Diameter Biparietalis, ukuran ± 9,25 cm.

e) Diameter Bitemporalis, ukuran ± 8 cm.

f) Ukuran Circumferensia (keliling),


51

a) Circumferensia fronto occipitalis ± 34 cm.

b) Circumferensia mento occipitalis, ± 35 cm.

c) Circumferensia sub occipito bregmatica ± 32 cm.

c. Ukuran Badan Lain

Bahu merupakan jaraknya ± 12 cm (jarak antara kedua akromion),

lingkaran bahu ± 34 cm, bokong, diameter intertrokanterika, ± 12 cm.

Lingkar bokonh ± 27 cm.

d. Postur Janin Dalam Rahim

a) Sikap (attitude/ habitus)

b) Letak (lie/ situs)

c) Presentasi (presentation)

d) Bagian terbawah (presenting part)

e) Posisi (position)

f) Letak Janin Dalam Rahim

1. Letak Membujur (Longitudinal)

a) Letak Fleksi (letak belakang kepala)

b) Letak Defleksi (Letak puncak kepala, letak dahi, letak muka)

2. Letak Sungsang

a) Letak bokong sempurna (complete breech)

b) Letak bokong (frank breech)

c) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech)

3. Letak Lintang (transverse lie)

4. Letak miring (oblique lie)

a) Letak kepala mengolak

b) Letak bokong mengolak


52

2. Ketuban

Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu

meningkat jadi ± 984 ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun

jadi 836 ml saat janin siap lahir

3. Plasenta

2.3.4 Tanda – Tanda Persalinan

Menurut Ina Kuswanti dan Fitria Melina (2014), Sebelum terjadi

persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki

“bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan

(preparation stage of labour). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Lightening atau setting atau dari opping yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu

kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraski

lemah dari uterus, kadang-kadang disebut dengan false labour pains.

5. Serviks menjadi lebih lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah,

bisa bercampur darah (bloody show).

Tanda-tanda inpartu :

1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.


53

4. Pda pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah

ada.

2.3.5 Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 macam :

1. Kala I

Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10cm. Kala I

dinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan partus dimulai bila

timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah

disertai dengan pendataran (effacement). Lendir bersemu darah berasal

dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan

mendatar. Darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada

disekitar kanalis servikalis (kanalis servikalis pecah karena pergeseran-

pergeseran ketika serviks membuka).

Proses membukanya serviks dibagi dalam 2 macam

a. Fase Laten

Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 4 cm.

b. Fase Aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam dam dibagi menjadi 3 macam :

a) Fase Akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 4 cm menjadi 5 cm.

b) Fase Dilatasi Maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 5

cm menjadi 9 cm.

c) Fase Deselerasi
54

Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari

9 cm menjadi lengkap

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida

pun terjadi demikian, namun fase laten dan fase aktif menjadi lebih

pendek.

2. Kala II

Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada

kala ini his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit

sekali. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada

multigravida rata-rata 0,5 jam.

2.3.6 Mekanisme Persalinan Dengan Presentasi Kepala

Menurut Ai Yeyeh, dkk (2009), Mekanisme persalinan sebenarnya

mengadu pada bagimana janin menyesuaikan dan melolokan diri dari

panggul ibu yang meliputi gerakan :

2.3.6.1 Turunnya Kepala Janin

Sebetulnya janin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan

lahir sejak kehamilan trimester III, antara lain masuknya PAP bagian terbesar

janin kedalam pintu atas panggul (PAP) yang pada primigravida 38 minggu

atau selambat-lambatnya awal kala II.

2.3.6.2 Fleksi

Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam

sikap fleksi. Dengan adanya his dan tahan dari dasar panggul yang makin

besar, maka kepala janin makin turun dan semakin fleksi sehingga dagu

janin menekan pada dada dan belakang kepala (Oksiput) menjadi bagian

bawah. Keadaan ini dinamakan fleksi maksimal.


55

Dengan fleksi maksimal kepala janin dapat menyesuaikan diri dengan

ukuran panggul Ibu terutama bidang sempit panggul yang ukur melintang 10

cm. Untuk dapat melewatinya, maka kepala janin yang awalnya masuk

dengan ukuran diameter Oksipito Frontalis (11,5 cm) harus fleksi maksimal

menjadi diameter Oksipito Bregmatika (9,5cm).

2.3.6.3 Rotasi Dalam/ Putar Paksi Dalam

Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan

berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga panggul

atau diameter anterior posterior kepala janin akan bersesuaian dengan

diameter terkecil antero posterior Pintu Bawah Panggul (PBP). Hal ini

mungkin karena kepala janin tergerak spiral atau seperti sekrup sewaktu

turun dalam jalan lahir. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala

akan membentuk sudut 45. Keadaan demikian disebut putaran paksi dalam

dan ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis.

2.3.6.4 Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul,

terjadilah ekstensi atau depleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada PBP mengarah kedepan dan keatas, sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya kalau tidak terjadi ekstensi

maka kepala akan tertekan pada pertemuan dan menembusnya. Dengan

ekstensi ini maka sub.Oksiput bertindak sebagai Hipomochlion (sumbu

putar). Kemudian lahirlah berturut-turut sinsiput (puncak kepala), dahi,

hidung, muut dan akhir dagu.


56

2.3.6.5 Rotasi Luar/Putar Paksi Luar

Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar yang

pada hakikatnya kepala janin menyesuaikan kembali dengan sumbu panjang

bahu, sehingga sumbu panjang bahu dengan sumbu panjang kepala berada

pada satu garis lurus.

2.3.6.6 Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai bawah simpisis dan

menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu

belakang menyusul dan selanjutnya seluruh tubuh bayi lahir searah dengan

paksi jalan lahir.

Gambar.2.3 Mekanisme Persalinan

(sumber: Wiknjosastro, dkk, 2009)

2.4 Konsep Dasar Asuhan Persalinan

2.4.1 Pengertian INC

INC (Intra Natal Care) adalah asuhan pada Ibu bersalin yaitu asuhan

yang dibutuhkan Ibu saat proses persalinan (Azrul,2007).


57

2.4.2 Tujuan INC

Tujuan dari asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan

hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal agar

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang

optimal, dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa setiap intervensi yang

akan dilakukan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus

mempunyai bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi

kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (Depkes, 2007).

Tujuan dari asuhan persalinan antara lain :

1. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu

dan keluarga selama persalinan dan kelahiran.

2. Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani

komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini

selama persalinan dan kelahiran.

3. Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri

untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu.

4. Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan intervensi

minimal tahap persalinannya.

5. Memperkecil risiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi

yang aman.

6. Selalu memberitahukan kepada Ibu dan keluarganya mengenai

kemajuan, adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan

dalam persalinan.

7. Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.


58

8. Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.

2.4.3 5 Benang Merah dalam Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya.

Melalui berbagai upaya terintegrasi yang lengkap serta interfensi minimal

sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang optimal.

Lima benang merah biasa dirasa sangat penting dalam memberikan

asuhan persalinan dan kelahiran bayi yang bersih dan aman. Kelima benang

merah yang dijadikan dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman

adalah:

1. Pengambilan Keputusan Klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk

menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan

oleh pasien. Keputusan harus akurat, komprehensif dan aman, baik

bagi pasien dan keluarga maupun pertugas yang memberikan

pertolongan. Membuat keputusan klinik dihasilkan melalui

serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan

informasi dan dari hasil intervensi berdasarkan bukti, keterampilan

dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahap yang

logis dalam upaya menyelesaikan masalah yang terfokus pada

pasien (Varney, 2007).

Berikut merupakan langkah proses pengambilan keputusan

klinik :

a. Pengumpulan Data
59

b. Diagnosis

c. Penatalaksanaan Asuhan

d. Evaluasi

2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang Ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan Ibu. Beberapa prinsip dasar sayang Ibu

adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Evidence based midwifery

menunjukkan bahwa jika ibu diperhatikan dan diberi dukungan

selama persalinan mereka mendapatkan rasa aman dan hasil yang

lebih baik.

Prinsip Asuhan Sayang Ibu :

a. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses yang fisiologis.

b. Menggunakan cara-cara sederhana dan tidak melakukan

intervensi tanpa ada indikasi.

c. Asuhan yang diberikan berpusat pada Ibu.

d. Menjaga privasi serta rahasia Ibu.

e. Memastikan Ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling

yang cukup.

3. Pencegahan Infeksi dalam Persalinan

Tindakan ini merupakan bagian esensial asuhan lengkap yang

diberikan kepada Ibu dan bayi baru lahir yang harus dilaksanakan

secara rutin. Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah,

sekret vagina, air mani, cairan amnion dan cairan tubuh lainnya maka

setiap petugas yang bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar


60

hal-hal tersebut kemungkinan mempunyai resiko tertular bila tidak

mengindahkan prosedur pencegahan (Saifuddin, 2010).

Pencegahan infeksi untuk meminimalkan terjadinya infeksi pada ibu

bersalin meliputi prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan,

pengelolaan cairan antiseptic, pemrosesan alat-alat bekas pakai dan

pengelolaan sampah medis.

4. Pencatatan

Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses

membuat keputusan klinik karena memungkinkan prnolong persalinan

untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama

proses persalinan dan kelahiran bayi. Partograf adalah bagian

terpenting dari proses pencatatan selama persalinan.

Mengakaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data

yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan

suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi

ibu atau bayinya.

Pencatatan rutin adalah penting karena :

a. Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan

mengevaluasi kesesuaian dan keefektifan asuhan atau

perawatan, mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang

diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan pada

rencana asuhan atau perawatan.

b. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat

keputusan klinik.
61

c. Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat

yang diberikan.

d. Dapat dibagikan diantara para penolong persalinan sehingga

lebih dari satu penolong persalinan akan memberikan perhatian

dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir.

e. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan

ke kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan ke

penolong persalinan lainnya, atau dari seorang penolong

persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya.

f. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.

g. Diperlukan untuk member masukan data statistic nasional dan

daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi

baru lahir.

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan

atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap. Singkatan

BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam

mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.

a. B (Bidan) : Pastikan bahwa ibu dan bayi didampingi oleh

penolong persalinan yang kompeten untuk dibawa ke fasilitas

rujukan.

b. A (Alat) : Membawa perlengkapan dan bahan-bahan

untuk asuhan persalinan dan BBL.

c. K (Keluarga) : Beritahu Ibu dan keluarga mengenai kondisi

terakhir paien dan alasan untuk dilakukan rujukan.


62

d. S (Surat) : Berikan surat pada tempat rujukan

e. O (Obat) : Bawa obat-obatan esensial pada saat

melakukan rujukan.

f. K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk

memungkinkan Ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat

mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

g. U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang

dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang

diperlukan.

2.4.4 Asuhan yang diberikan pada kala I

2.4.4.1 Manajemen Kala I

Manajemen kala I meliputi

1. Mengidentifikasi masalah

Bidan melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang

ditemukan.

2. Mengkaji riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan sekarang dari mulai

his, ketuban, perdarahan pervagina bila ada. Riwayat kesehatan

saat kehamilan ini, meliputi ANC, keluhan selama hamil, penyakit

selama hamil. Riwayat kesehatan masa lalu bila ada.

3. Pemeriksaan fisik

Meliputi keadaan umum, pemeriksaan head to toe, vaginal toucher

4. Pemeriksaan janin

Kesejahteraan janin diperiksa dengan DJJ (denyut jantung janin)

yang meliputi frekuensi, irama dan intensitas.


63

5. Menilai tata dan membuat diagnosis

Diagnosis ditentukan berdasar data yang ditemukan.

6. Menilai kemajuan persalinan

Kemajuan persalinan dinilai dari pemeriksaan fisik dan vaginal

toucher.

7. Membuat rencana asuhan kebidanan kala I

2.4.4.2 Asuhan Kala I

1. Penggunaan Partograf

a. Pengertian partograf :

Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk

memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi untuk

membuat keputusan klinik.

b. Fungsi partograf

a) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan

dengan memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan

dalam.

b) Mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya

penyulit persalinan sehingga bidan dapat membuat

keputusan tindakan yang tepat.

c) Sebagai alat komunikasi yang unik namun praktis antar

bidan atau antara bidan dengan dokter mengenai

perjalanan persalinan pasien.

d) Alat dokumentasi riwayat persalinan pasien beserta data

pemberian mediamentosa yang diberikan selama proses

persalinan.
64

c. Partograf digunakan harus pada kondisi sebagai berikut :

a) Semua Ibu dalam fase aktif kala I persalinan, sebagai

elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan, baik dengan atau tanpa penyulit. Partograf akan

membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik

persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.

b) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta dan rumah sakit).

c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan kepada Ibu selama persalinan dan

kelahiran (spesialis kandungan, bidan, dokter umum,

residen dan mahasiswa kedokteran.

d. Kriteria pasien yang dapat dipantau menggunakan partograf :

a) Persalinan diperkirakan spontan.

b) Janin tunggal.

c) Usia kehamilan 36-42 minggu.

d) Presentasi kepala.

e) Tidak ada penyulit persalinan.

f) Persalinan sudah masuk dalam kala I fase aktif

e. Kriteria pasien yang tidak perlu dipantau menggunakan

partograf :

a) Tinggi badan pasien kurang dari 145 cm.

b) Ada perdarahan antepartum.

c) Mengalami eklamsi dan preeklamsi.


65

d) Anemia.

e) Adanya kelainan letak janin.

f) Persalinan prematur.

g) Adanya induksi persalinan.

h) Gemeli.

i) Adanya rencana persalinan SC, misalkan sudah diketahui

adanya panggul sempit/DKP.

f. Bagian-bagian partograf nerupakan grafik yang diisi

berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan selama kala I

persalinan, meliputi :

a) Kemajuan persalinan:

1. Pembukaan serviks.

2. Penurunan kepala janin.

3. Kontraksi uterus.

b) Keadaan janin :

1. DJJ.

2. Warna dan jumlah air ketuban.

3. Molase tulang kepala janin.

c) Keadaan Ibu :

1. Nadi, tekanan darah dan suhu.

2. Urine (volume dan protein)

3. Obat-obatan dan cairan IV.

g. Cara pengisian partograf

Halaman depan :

a) Bagian identitas pasien dan keterangan waktu.


66

1. Diisi berdasarkan informasi yang dibutuhkan.

2. Meliputi nomor registrasi, nomor puskesmas, nama,

tanggal dan jam datang, usia dan paritas psien.

b) Baris untuk menuliskan waktu.

Cara mengisi baris ini adala dengan menuliskan ja

dilakukannya pemeriksaan dalam pertama kali, kemudian

kotak berikutnya diisi dengan penambahan satu jam

berikutnya.

c) Grafik DJJ

1. Hasil pemeriksaan DJJ yang dihitung selama 1 menit

penuh dituliskan dalam grafik ini dalam membentuk

nokah (titik yang agak besar).

2. Penulisan noktah disesuaikan dengan letak skala dalam

grafik dan jam pemeriksaan.

3. Catat hasil pemeriksaan DJJ tiap 30 menit.

4. Antara noktah satu dengan yang lain dihubungkan

dengan garis tegas yang tidak terputus.

d) Baris hasil pemeriksaan air ketuban

Cara menuliskan :

1. U : kulit ketuban masih utuh.

2. J : selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih.

2 M : Air ketuban bercampur mekonium.

3 D : air ketuban bercampur darah.

4 K : tidak ada cairan ketuban/kering


67

e) Baris hasil pemeriksaan untuk molase kepala

janin/penyusupan.

Tulang kepala yang saling tumpang tindih/menyusup

menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang

panggul (CPD). Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam,

nilai penyusupan kepala dan catat dengan lambang :

1. 0 : tulang-tulang janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi.

2. 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

3. 2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih dapat dipisahkan.

4. 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

f) Garis waspada dan garis bertindak.

Garis waspada dimulai dari pembukaan 4 cm dan berakhir

pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi

jika laju pembukaan serviks 1cm/jam. Jika pembukaan

serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada

(pembukaan kurang dari 1cm/jam), maka harus

dipertimbangkan kemungkinan adanya penyulit persalinan.

g) Grafik hasil pemeriksaan dalam

Cara menuliskannya dengan memberikan tanda silang

tepat diatas garis waspada (jika pembukaan 4 cm) atau

berada di perpotongan antara garis waspada dan skala


68

pembukaan yang ada di sisi paling pinggir grafik (1-10),

dilanjutkan dengan menuliskan jam pemeriksaan dilakukan.

h) Grafik hasil pemeriksaan penurunan kepala

1. Mengacu kepada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang

teraba pada pemeriksaan abdomen luar di atas simpisis

pubis.

2. Cara menuliskannya dengan menggunakan symbol “O”

yang dituliskan di skala 0-5 dengan pembagian perlima

untuk setiap penurunan kepala.

3. Jika kepala sudah turun dan pembukaan lengkap yaitu

0/5 maka dituliskan dalam skala 0.

i) Grafik hasil observasi kontraksi

1. Kontraksi diperiksa setiap 30 menit dengan

mengidentifikasi kualitas kontraksi dalam 10 menit.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontraksi

diperiksa tiap 30 menit sekali selama 10 menit.

2. Cara menuliskannya dengan melakukan arsiran dengan

bentuk tertentu (sesuai dengan durasi kontraksi) di

kotak-kotak yang ada dalam grafik. Skala dalam grafik

1-5 dimaksudkan untuk menggambarkan jumlah

kontraksi dalam 10 menit serta bagaimana kualitasnya.

j) Baris keterangan pemberian oksitosin

1. Data yang dituliskan adalah berapa unit oksitosin yang

diberikan di baris pertama.

2. Jumlah tetesan/menit dalam baris kedua.


69

k) Baris keterangan pemberian IV dan obat.

Tulis jenis cairan infus dan jenis obat yang diberikan.

l) Grafik hasil pemeriksaan tekanan darah dan nadi

1. Tekanan darah diperiksa minimal setiap 4 jam, yang

dituliskan sesuai dengan skala yang tersedia yaitu 60-

180.

2. Nadi diperiksa setiap 30 menit sekali berpedoman pada

skala yang sama pada tekanan darah.

3. Cara menuliskan hasil pemeriksaan :

a. Tekanan darah : sistol dilambangkan dengan arah

panah ke atas yang dituliskan sesuai dengan skala

pada grafik, sedangkan diastole dilambangkan

dengan arah panah ke bawah. Selanjutnya tarik

garis kebawah dari panah sistol dan diastole.

b. Nadi : dituliskan dalam bentuk noktah

menyesuaikan skala yang ada.

m) Baris hasil pemeriksaan suhu

Hasil pemeriksaan suhu ditulis dalam baris hasil

permeriksaan suhu dengan angka nominal sesuai hasil

yang di dapat. Pencatatan setiap 2 jam.

n) Baris hasil pemeriksaan urine

Keterangan kandungan protein dan aseton dilambangjan

dengan tanda (+) atau (-). Volume dituliskan dengan

nominal sesuai dengan data yang ada, catat setiap kali

berkemih.
70

h. Halaman belakang

a) Data Dasar

Isikan data pada masing-masing tempat yang telah

disediakan atau dengan member tanda centang ( ) atau

lingkaran pada jawaban yang sesuai.

b) Kala I

Bagian kala I pada partograf halaman belakang terdiri atas

pertanyaan – pertanyaan partograf saat melewati garis

waspada, masalah lain yang mungkin timbul,

penatalaksanaan masalah dan hasilnya. Lingkari jawaban

yang sesuai.

c) Kala II

Data yang harus diisi pada kala II terdiri dari keterangan

tindakan episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah lain serta penatalaksanaan masalah

dan hasilnya. Beri tanda centang pada kotak disamping

jawaban yang sesuai.

d) Kala III

Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, fundus, plasenta lahir

lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit, laserasi, atonia

uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, serta

penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban dan beri tanda

centang pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk


71

pertanyaan nomor 25, 26 dan 28 lingkari jawaban yang

benar.

e) Bayi baru lahir

Yang dicatat antara lain berat dan panjang badan, jenis

kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah

lain, serta penatalaksanaan dan hasilnya. Tulis jawaban

dan beri tanda centang pada kotak di samping jawaban

yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37 lingkari

jawaban yang sesuai.

f) Kala IV

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.

Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit

pada 1 jam pertama setelah melahirkan dan 30 menit pada

1 jam berikutnya.

2.3.8.3 Persiapan Persalinan

1. Hal yang harus diperhatikan saat persiapan persalinan adalah

tempat yang aman, tenang dan menyenangkan.

2. Penerangan secukupnya.

3. Tersedia alat pertolongan pertama bagi pasien dan bayi.

4. Memiliki persiapan untuk melakukan rujukan.

5. Persiapan alat bersalin, steril dan siap untuk dipakai, berupa :

a. Dua buah kocker untuk mengklem tali pusat.

b. Satu gunting episiotomy.

c. Gunting tali pusat.


72

d. Setengah kocker.

e. Beberapa pasang sarung tangan steril.

f. Penghisap lendir.

g. Dua kain pembungkus bayi.

h. Desinfektan.

6. Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir normal :

a. Handuk pembungkus bayi.

b. Pakaian bayi.

7. Persiapan obat untuk pertolongan pertama :

a. Bagi bayi :

a) Natrium bikarbonat.

b) Tabung O2 dan masker.

c) Penghisap lendir.

b. Bagi Ibu :

a) Uterotonika.

b) Set infuse dan cairannya.

c) Tabung O2 dan masker.

8. Alat penjahitan luka peritoneum

a. Catgut.

b. Anastesi local.

c. Spuit.

9. Penjelasan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan oleh Ibu :

a. Posisi pada kala I

b. Ambulansi.

c. Latihan napas.
73

d. Latihan relaksasi.

e. Posisi melahirkan.

f. Intake cairan.

g. Kerjasama dalam upaya perawatan tubuh selama persalinan.

10. Penjelasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan

oleh pendamping.

11. Pengawalan dan pemilihan pola komunikasi yang tepat antara

bidan dengan pasien dan keluarga.

2.4.5 Asuhan yang diberikan pada kala II

2.4.5.1 Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran

Beberapa hal yang merupakan asuhan sayang Ibu yaitu :

1. Pendampingan keluarga

2. Libatkan keluarga

3. KIE proses persalinan

4. Dukungan psikologi

5. Membantu ibu memilih posisi

Membantu Ibu memilih posisi meneran yang dikehendaki.

Macam-macam posisi meneran yaitu :

b. Duduk atau setengah duduk.

c. Merangkak

d. Jongkok atau berdiri

e. Berbaring miring ke kiri

f. Hindari posisi terlentang


74

3. Cara meneran (mengejan)

Menganjurkan Ibu meneran bila ada dorongan yang kuat dan

spontan untuk meneran. Anjurkan ibu berisirahat salam waktu

relaksasi.

4. Pemberian nutrisi

Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan,

elektrolit dan nutrisi. Untuk mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi.

2.4.5.2 Amniotomi dan Episiotomi

1. Amniotomi

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput ketuban (amnion)

dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar

secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam

rongga amnion. Tindakan ini dilakukan saat pembukaan lengkap atau

hampir lengkap. Tindakan amniotomi dilakukan dengan teknik aseptik

dan dilakukan diantara kontraksi. Setelah melakukan pemecahan

ketuban, biarkan jari di dalam vagina sampai kontraksi selanjutnya. Hal

ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak amniotomi pada serviks

(pembukaan), pada janin (penurunan dan rotasi) dan memastikan bahwa

tidak terjadi prolaps tali pusat. Evaluasi DJJ selama dan setelah

amniotomi untuk mengkaji dampak yang timbul pada janin segera setelah

amniotomi.

2. Episiotomi

Episiotomi adalah pengguntingan berupa sayatan kecil pada

perineum yang dilakukan pada saat proses persalinan berlangsung.

Tujuan :
75

a. Memperlebar jalan lahir.

b. Mempercepat persalinan kala II

c. Menghindari robekan perineum spontan

d. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit.

Indikasi dilakukannya episiotomi :

a. Gawat janin.

b. Persalinan pervaginam dengan penyulit.

c. Jaringat parut pada perineum ataupun pada vagina.

d. Perineum pendek dan kaku.

e. Adanya ruptur yang membakat pada perineum.

f. Premature untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.

Tindakan pencegahan episiotomi :

a. Asupan nutrisi yang bergizi terutama untuk kulit.

b. Lakukan latihan kegel atau latihan yang memperkuat otot-otot

panggul.

c. Diskusikan masalah episiotomy dengan dokter/bidan, sehingga

dapat dikaji kembali apakah diperlukan prosedur ini atau tidak.

d. Masase di area perineum selama masa hamil dapat membantu

dan meningkatkan elastisitas kulit.

e. Pada saat persalinan, mengejan dilakukan secara perlahan dan

terkontrol, disesuaikan dengan irama napas.

f. Kompres hangat, masase perineum, dan perineum yang ditopang

selama proses persalinan dapat membantu kulit meregang dengan

maksimal.
76

2.4.5.3 Asuhan kala II

1. Asuhan yang diperlukan :

a. Meningkatkan rasa aman.

b. Membimbig pernapasan yang adekuat.

c. Meningkatkan peran serta keluarga.

d. Melakukan tindakan-tindakan yang membuat nyaman.

e. Memperhatikan pemasukan nutrisi dan cairan Ibu.

f. Menjalankan prinsip pencegahan infeksi.

g. Mengusahakan kandung kemih kosong.

2. Pemantauan terhadap kesejahteraan Ibu

a. Mengevaluasi his.

b. Mengkaji keadaan kandung kemih.

c. Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.

d. Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks.

3. Observasi terhadap kesejahteraan janin.

a. Penurunan kepala, presentasi dan sikap.

b. Mengkaji kepala janin.

c. DJJ.

d. Air ketuban.

2.4.5.4 Menolong Persalinan Sesuai APN

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai

2 1/2 ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.


77

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan

digunakan untuk melakukan pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan , isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan

gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap

dan selaput ketuban sudah pecah).

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5% , membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus usai (pastikan DJJ dalam

batas normal (120-160 x/menit)).

11. Memberitahu Ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

minta ibu meneran saat ada his apabila sudah merasa ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman.)

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14. Menganjurkan Ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.
78

15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva 5-6 cm.

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan kea rah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku

sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kea

rah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah

(selipkan jari telunjuk kiri diantara kedua lutut janin).

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?


79

b. Apakah bayi bergerak aktif?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi

diatas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pussat kea rah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT ata steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
80

35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menengangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kea rah

dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran samboil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

mengeluarkan plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada

fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus

baik (teraba keras).

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput

ketuban sudah lahir lengkap dan masukan ke dalam kantong plastic

yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.


81

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1mg intramuskuler dip aha kiri

anterolateral.

45. Setalah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

47. Mengajarkan Ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

48. Evluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama

jam kedua pasca persalinan.

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas

dengan baik.

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.
82

53. Membersihkan Ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih

dan kering.

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.

2.4.5.5 Manuver Tangan dan Langkah – Langkah dalam Melahirkan

Tujuan :

1. Mengusahakan proses kelahiran janin yang aman, mengurangi risiko

trauma persalinan.

2. Mengupayakan seminimal mungkin ibu mengalami trauma persalinan.

3. Memberikan rasa aman dan kepercayaan penolong dalam menolong

ibu dan janin.

Manuver tangan dan langkah-langkah melahirkan janin menurut APN

2007 yaitu :

1. Melahirkan Kepala

a. Tidak melakukan tindakan apa pun pada perineum sampai kepala

tampak di vulva.

b. Menahan perineum pada saat diameter kepala janin sudah

tampak 5-6 cm di vulva.


83

c. Menahan puncak belakang kepala dengan member tekanan

terukur pada belakang kepala.

d. Setelah kepala lahir, menunggu beberapa saat untuk memberi

kesempatan agar dapat terjadi putar paksi luar.

e. Mengkaji ada tidaknya lilitan tali pusat.

2. Melahirkan Bahu janin

a. Setelah kepala mengadakan putar paksi luar, kedua tangan

penolong diletakkan pada kedua parietal anterior dan posterior.

b. Melakukan gerakan tekanan ke arah bawah untuk melahirkan

bahu depan dan gerakan ke atas untuk melahirkan bahu

belakang.

3. Melahirkan Seluruh Tubuh Janin

a. Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah kea rah perineum,

sanggah kepala janin dengan meletakkan tangan penolong pada

bahu.

b. Tangan di bawah menopang samping lateral janin, di dekat

simpisis pubis.

c. Tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku dan tangan.

d. Telusuri sampai kaki, selipkan jari telunjuk tangan di kedua kaki.

e. Pegang janin dengan kedua tangan penolong menghadap ke

penolong dan nilai janin.

f. Letakkan janin di atas handuk yang ada di atas perut ibu dengan

posisi kepala sedikit lebih rendah.

g. Keringkan, rangsang taktil. Janin tertutup handuk.


84

4. Memotong Tali Pusat

a. Pasang klem tali pusat pertama dengan jarak 3cm dari dinding

perut janin. Tekan tali pusat dengan 2 jari, urut kea rah ibu,

pasang klem tali pusat kedua dengan jarak 2 cm dari klem

pertama.

b. Pakai gunting tali pusat DTT, potong tali pusat di antara kedua

klem.

c. Ganti kain kering, selimuti bayi seluruh tubuh hingga kepala.

d. Lakukan IMD atau bila terjadi asfiksia lakukan penanganan

asfiksia dengan resusitasi.

2.4.6 Asuhan yang diberikan pada kala III

2.4.6.1 Fisiologi Kala III

Dalam kelahiran plasenta, didapat 2 tingkat atau fase yaitu :

1. Pelepasan Plasenta

Setelah bayi lahir uterus masih mengadakan kontraksi yang

mengakibatkan penciutan kavum uteri, tempat implantasi plasenta.

Hal ini mengakibatkan plasenta lepas dari tempat implantasinya.

Macam-macam pelepsan plasenta :

a. Pelepasan dimulai dari tengah (Schultze)

Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (sentral) yang ditandai

dengan makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina, tanpa

adanya perdarahan pervaginam.

b, Pelepasan dimulai dari pinggir (Duncan)


85

Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) yang ditandai

dengan adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai

terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml.

Tanda-tanda pelepasan plasenta

a. Perubahan bentuk uterus, uterus yang semula discoid menjadi

globuler (bundar)

b. Semburan darah tiba-tiba.

c. Tali pusat memanjang

d. Perubahan posisi uterus, setelah plasenta lepas dan menempati

segmen bawah rahim, maka uterus muncul pada rongga

abdomen ( uterus naik di dalam abdomen)

Perasat untuk mengetahui plasenta lepas dari implantasinya.

a. Prasat Kustner

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat,

tangan kiri menekan daerah di atas simpisis. Bila tali pusat masuk

kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding

uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina,

berarti plasenta sudah terlepas dari dinding uterus.

b. Prasat Strassmann

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat,

tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran

pada tali pusat yang diregangkan, berarti plasenta belum

lepas dari dinding uterus. Apabila tidak terasa getaran

plasenta sudah lepas dari dinding uterus.

c. Prasat Klein
86

Wanita tersebut disuruh mengejan, tali pusat tampak turun

kebawah. Bila pengejanannya dihentikan dan tali pusat masuk

kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari

dinding uterus.

2. Pengeluaran Plasenta

Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim,

kemudian melalui servik, vagina dan dikeluarkan ke introitus vagina.

2.4.6.2 Manajemen Aktif Kala III

Manajemen aktif kala III dilakukan berdasarkan alasan bahwa dengan

mempersingkat lamanya waktu kala III, bisa mengurangi banyaknya darah

yang hilang.

Syarat manajemen aktif kala III yaitu janin tunggal/memastikan tidak ada

lagi janin di uterus. Tujuan manajemen aktif kala III yaitu untuk membuat

kontraksi uterus efektif.

1. Keuntungan manajemen aktif kala III :

a. Kala III menjadi lebih singkat.

b. Dapat mencegah terjadinya perdarahan.

c. Menurunkan kejadian retensio plasenta.

2. Manajemen aktif kala III terdiri dari :

a. Pemberian oksitosin

Sebelum memberika oksitosin, bidan harus melakukan pengkajian

dengan melakukan palpasi pada abdomen untuk meyakinkan

hanya ada bayi tunggal. Pemberian oksitosin 10 IU secara IM

pada 1/3 paha bagian luar dapat diberikan 1 menit setelah bayi

lahir. Bila 15 menit plasenta belum lahir, maka berikan oksitosin


87

kedua, evaluasi kandung kemih apakah penuh. Bila penuh,

lakukan keteterisasi. Bila 30 menit belum lahir, maka berikan

oksitosin ketiga sebanyak 10 mg dan rujuk pasien.

b. Penegangan tali pusat terkendali

Klem dipindahkan 5-10 cm dari vulva. Tangan kiri diletakkan di

atas perut, memeriksa kontraksi uterus. Ketika menegangkan tali

pusat, tahan uterus. Saat ada kontraksi uterus, tangan di atas

perut melakukan gerakan dorsokranial dengan sedikit tekanan,

cegah agar tidak terjadi inversion uteri. Ulangi lagi bila plasenta

belum lepas. Pada saat plasenta sudah lepas, ibu dianjurkan

sedikit meneran dan penolong sambil terus menegangkan tali

pusat. Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva, lahirkan dengan

kedua tangan. Plasenta ditelungkupkan dan diputar dengan hati-

hati searah dengan jarum jam.

c. Masase fundus uteri

Segera setelah plasenta dan selaput dilahirkan, segera lakukan

masase uterus dengan cara menggosok uterus pada abdomen

dengan gerakan memutar. Masase dilakukan untuk menjaga agar

uterus tetap keras dan berkontraksi dengan baik serta untuk

mendorong setiap gumpalan darah agar keluar. Sementara

tangan kiri melakukan masase uterus, periksalah plasenta dengan

tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membrane

sudah lengkap ( seluruh lobus di bagian maternal harus ada dan

utuh, tidak boleh ada ketidakteraturan pada bagian pinggir-


88

pinggirnya, jika hal tersebut ada, berarti menandakan ada

sebagian fragmen plasenta yang tertinggal)

3. Tindakan yang keliru dalam pelaksanaan manajemen aktif kala III

a. Melakukan massase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir.

b. Mengeluarkan plasenta, padahal plasenta belum semuanya

lepas.

c. Kurang kompeten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta.

d. Rutinitas kateterisasi.

e. Tidak sabar menunggu saat terlepasnya plsenta.

4. Kesalahan tindakan manajemen aktif kala III

a. Terjadi inversion uteri. Pada saat melakukan penegangan tali

pusat terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan

terbalik.

b. Teli pusat terputus. Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat

sedangkan plasenta belum lepas.

c. Syok.

2.4.6.3 Pemeriksaan Plasenta

Pemeriksaan Plasenta Meliputi :

1. Selaput ketuban utuh atau tidak

Periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada

bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya dengan meletakkan

plasenta di atas bagian yang datar dan pertemuan setiap tepi selaput

ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi

selaput ketuban.

2. Plasenta
89

a. Ukuran plasenta

b. Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon.

c. Bagian fetal : utuh atau tidak

3. Tali pusat

a. Jumlah arteri dan vena pada talipusat, adakah arteri atau vena

yang terputus untuk mendeteksi placenta suksenturia.

b. Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal.

c. Panjang tali pusat.

d. Bentuk tali pusat (besar, kecil atau terpilin-pilin)

2.4.6.4 Pemantauan Kala III

1. Perdarahan

Jumlah darah diukur disertai bekuan darah atau tidak

2. Kontraksi Uterus

Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan

manajemen aktif kala III (ketika PTT), sampai dengan saat setelah

plasenta lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan selama 1 jam

berikutnya dalam kala IV.

3. Robekan Jalan Lahir/ Laserasi, rupture perinieum

4. Tanda Vital

Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan, nadi

bertambah cepat, temperature bertambah tinggi, respirasi berangsur

normal, gastrointestinal (normal, pada awal persalinan mungkin

muntah).

5. Personal Hygienie
90

Jaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah genetalia untuk

mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan

lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus.

2.4.6.5 Kebutuhan Ibu Pada Kala III

1. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.

2. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.

3. Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan

apa yang akan dilakukan.

4. Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu

mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi

apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.

5. Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air

ketuban.

6. Hidarasi.

2.4.7 Asuhan yang diberikan pada kala IV

2.4.7.1 Fisiologi Kala IV

Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya,

adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus

kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan

taktil ( masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu

juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa

sedikit pun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan

lanjut (Sumarah, 2008)


91

2.4.7.2 Evaluasi Uterus : Konsistensi, Atonia

Kontraksi uterus yang tak kuat dan terus-menerus dapat menyebabakan

terjadinya atonia uteri yang dapat menyebakan perdarahan. Untuk

membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar tidak

menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Apabila dengan

usaha ini uterus tidak mau berkontraksi dengan baik dapat diberikan

oksitosin dan harus diawasi sekurang-kurangnya selama 1 jam sambil

mengamati terjadinya perdarahan post partum.

2.4.7.3 Pemeriksaan Serviks, Vagina dan Perineum

Segera setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara

menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan

lewat pembedahan apabila diperlukan. Serviks, vagina dan perineum dapat

diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada

perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu.

2.4.7.4 Pemantauan dan Evaluasi Lanjut

1. Tanda Vital

Pemantauan tanda-tanda vital kala IV meliputi :

a. Kontraksi uterus harus baik.

b. Tidak ada perdarahan dari vagina atau alat genetalia lainnya.

c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap.

d. Kandung kemih harus kosong.

e. Luka-luka pada perineum harus terawatt dengan baik dan tidak terjadi

haematoma.

f. Bayi dalam keadaan baik.

g. Ibu dalam keadaan baik.


92

Pemantauan tekanan darah pada ibu pascapersalinan digunakan

untuk memastikan bahwa Ibu tidak mengalami syok akibat banyak

mengeluarkan darah. Adapun gejala syok yang diperhatikan antara

lain :

a) Nadi cepat, lemah (110/menit atau lebih)

b) Tekanan darah rendah (sistol kurang dari 90 mmHg)

c) Pucat

d) Berkeringat atau dingin

e) Kulit lembab

f) Napas cepat (> 30x/menit)

g) Cemas

h) Kesadaran menurun atau tidak sadar

i) Produksi urin sedikit atau pekat

j) Suhu tinggi.

2. Kontraksi Uterus

Evaluasi lanjut setelah plasenta lahir untuk memantau terjadinya

perdarahan. Selain kontraksi amati tinggi fundus uterus telah berada 1-2

jari dibawah pusat dan terketak agak sebelah kanan sampai akhirnya

hilang di hari ke-10 kelahiran.

3. Lochea

Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran secret rahim

(lochea) tampak merah (lochea rubra) karena adanya eritrosit. Setelah

hari ke 3 sampai 4 hari lochea menjadi lebih pucat (lochea serosa) dan

dihari ke-10 lochea tampak putih atau pitih kekuningan (lochea alba).

Lochea yang berbau busuk diduga adanya suatu di endometriosis


93

4. Kandung Kemih

Pada saat plasenta keluar kandung kemih harus kosong agar uterus

dapat berkontraksi dengan kuat dan menghambat terjadinya perdarahan.

Jika kandung kemih penuh bantu ibu mengkosongkannya dan ibu di

anjurkan untuk selalu mengkosongkannya. Setelah kandung kemih

kosong segera lakukan masase pada fundus untuk membantu uterus

berkontraksi dengan baik.

5. Perineum

Terjadinya laserasi atau robekan perineum vagina dapat diklarifikasi

berdasarkan luas robekan. Laserasi dapat dihidarkan dengan cara

menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan

cepat. Sebaliknya kepala janin jangan ditekan terlalu kuat dan lama.

Klasifikasi ruptur perineum menurut buku Acuan Persalinan Normal

(2008), derajat ruptur dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Derajat 1 dengan jaringan yang mengalami robekan yaitu, mukosa

vagina, komisura posterior dan kulit perineum.

b. Derajat 2 dengan jaringan yang mengalami robekan yaitu mukosa

vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.

c. Derajat 3 dengan jaringan yang mengalami robekan yaitu

sebagaimana rupture derajat dua hingga sfingter ani.

d. Derajat 4 dengan jaringan yang mengalami robekan yaitu

sebagaimana rupture derajat tiga hingga dinding depan rectum.

6. Perkiraan Darah yang Hilang

Untuk menentukan banyaknya darah yang hilang sangat sulit karena

bercampur dengan ketuban atau urin.cara yang baik untuk


94

memperkirakan kehilangan darah adalah dengan menyiapkan botol 500

ml yang digunakan untuk menampung darah dan dinilai dari berapa

banyak botol yang terisi penuh. Cara tak langsung untuk mengukur

jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan

darah. Kalau menyebabkan lemas, pusing dan kesadaran menurun serta

tekanan darah sistolik turun .10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka

perdarahan >500ml. Apabila ibu mengalami syok hipovolemik maka Ibu

telah kehilangan darah 50% dari total darah Ibu (2000-2500 ml).

2.5 Konsep Dasar Masa Nifas

2.5.1 Definisi Masa Nifas

Masanifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu. Sekitar 50% kematian Ibu

terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan

pascapersalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan Ibu dan bayi.

1. Masa nifas (puerperium) adalah masa mulai pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali pra – hamil, lama

nifas 6-8 minggu (Wulandari&Ambarwati 2008)

2. Masa nifas (puerperium) adalah massa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil,

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009)


95

3. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010)

4. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu

(Saleha, 2009)

5. Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai

pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya

masa nifas ini yaitu kira – kira 6-8 minggu (Abidin, 2011)

2.5.2 Tahapan Masa Nifas

1. Puerperium Dini

Yaitu kepulihan Ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan serta

menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya. (40 hari)

2. Puerperium Intermediate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila Ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

2.5.3 Perubahan Fisiologi dan Psikologi Masa Nifas dan Menyusui

2.5.3.1 Perubahan Fisiologi

1. Uterus

Selama kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat tumbuh dan

berkembangnya hasil konsepsi. Pada akhir kehamilan berat uterus dapat


96

mencapai 1000 gram. Berat uterus wanita saat tidak hamil hanya sekitar

30 gram. Satu minggu setelah persalinan berat uterus menjadi sekitar

500 gram , dua minggu setelah persalinan menjadi sekitar 300 gram dan

menjadi 40-60 gram setelah enam minggu persalinan. Perubahan ini

terjadi karena segera setelah persalinan kadar hormon estrogen dan

progesteron akan menurun dan mengakibatkan proteolisis pada dinding

uterus.

Dalam keadaan fisiologis, pada pemeriksaan fisik yang dilakukan

secara palpasi didapat bahwa tinggi fundus uteri akan berada setinggi

pusat segera setelah janin lahir, sekitar 2 jari di bawah pusat setelah

plasenta lahir, pertengahan antara simpisis pusat pada hari ke lima

postpartum dan setelah 12 hari postpartum tidak dapat diraba lagi.

2. Serviks

Selama kehamilan konsistensi serviks menjadi lunak. Sesudah partus

serviks tidak secara otomatis akan menutup seperti sfingter.

Membukanya serviks pada saat persalinan hanya mengikuti tarikan-

tarikan korpus uteri ke atas dan tekanan bagian bawah janin ke atas.

Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh

tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati

oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1

jari.

3. Vagina

Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan serta

penanganan yang sangat besar, terutama saat melahirkan bayi.

Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap berada


97

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali.

Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir dan

merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh

bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat

dikeluarkannya sekret yang berasal dari cavum uteri selama masa nifas

disebut lochea.

Karakteristik lochea pada masa nifas :

a. Lochea Rubra/kruenta

Timbul pada hari ke 1-2 postpartum, terdiri dari darah segar

bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa

verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum.

b. Lochea Sanguinolenta

Timbul pada hari ke 3 sampai hari ke 7 postpartum, karakteristik

lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.

c. Lochea Serosa

Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu

postpartum.

d. Lochea Alba

Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan

putih.

Normalnya Lochea agak berbau amis, kecuali jika terjadi infeksi pada

jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk.


98

4. Vulva

Beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap

berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali

kepada keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol.

5. Payudara (mamae)

Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mamae sudah

dipersiapkan untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi

pada kelenjar mamae selama kehamilan adalah :

a. Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena

pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama

hamil, merangsang duktus dan alveoli kelenjar mammae untuk

persiapan produk ASI.

b. Terdapat cairan yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus

laktiferus.

c. Terdapat hipervaskularisasi pada bagian permukaan maupun bagian

dalam kelenjar mammae.

Pada proses laktasi terdapat 2 reflek yaitu :

a. Refleks Prolaktin

b. Refleks Aliran (let down reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise

posterior (neurohipofise) yang kemudian mengeluarkan oksitosin.

Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga

menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu

yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus
99

dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut

bayi.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan reflek let down

adalah:

1) Melihat bayi

2) Mendengarkan suara bayi

3) Mencium bayi

4) Memikirkan untuk menyusui bayi

Beberapa faktor penghambat adalah stress seperti keadaan

bingung / pikiran kacau, takut dan cemas.

6. Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital yang berubah selama masa nifas adalah :

a. Suhu Tubuh

Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5 oC

dari keadaan normal (36 oC-37,5oC) namun tidak lebih dari 38 oC. Hal

ini disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat

proses persalinan.

b. Nadi

Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 x/menit. Pada saat proses

persalinan denyut nadi akan meningkat. Setelah proses persalinan

selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa

nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.

c. Tekanan Darah

Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah

dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada


100

proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih

dari 30mmHg pada sistol atau lebih dari 15mmHg pada diastol perlu

dicurigai timbulnya hipertensi atau pre eklamsia post partum.

d. Pernafasan

Frekwensi pernapasan normal berkisar antara 18-24 x/menit. Pada

saat partus frekwensi pernapasan akan meningkat karena kebutuhan

oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/mengejan dan

mempertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi.

Setelah partus selesai, frekwensi pernapasan akan kembali normal.

7. Hormon

Memasuki trimester kedua kehamilan, mulai terjadi peningkatan hormon

prolaktin dan prostaglandin. Hormon prolaktin akan merangsang

pembentukan air susu pada kelenjar mamae dan prostaglandin memicu

sekresi oksitosin yang menyebabkan timbulnya kontraksi uterus.

Pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai sekitar

enam minggu setelah melahirkan. Kadar prolaktin dalam darah ibu

dipengaruhi oleh frekwensi menyusui, lama setiap kali menyusui dan

nutrisi yang dikonsumsi ibu selama menyusui. Hormon prolaktin ini akan

menekan sekresi Folikel Stimulating Hormon (FSH) sehingga mencegah

terjadinya ovulasi.

8. Sistem Peredaran Darah (Cardio Vascular)

Setelah janin dilahirkan hubungan sirkulasi darah ibu dan janin melalui

plasenta terputus, sehingga volume darah ibu relative akan meningkat.


101

9. Sistem Pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (Sectio Caesarea)

biasanya membutuhkan waktu sekitar 1-3 hari agar fungsi cerna dan

nafsu makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan

biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu

banyak pada saat proses melahirkan.

Buang air besar biasanya mengalami perubahan 1-3 hari pertama

postpartum. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama

proses persalinan.

10. Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan

terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu

12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar

hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan

yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang

berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

11. Sistem Muskuloskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi dini

sangat membanatu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat

proses involusi.

12. Sistem Integumen

a. Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan

berkurangnya hyperpigmentasi kulit.


102

b. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena

kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

2.5.3.2 Perubahan Psikologi

1. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas

Fase-fase yang akan dialami Ibu pada masa nifas antara lain :

a. Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan

1) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

2) Perhatian Ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

3) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan

4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal.

5) Nafsu makan Ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses

pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

b. Periode Taking On/ Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK,

BAB dan daya tahan tubuh.

3) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti

menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.

4) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan

pribadi.

5) Kemungkinan Ibu mengalami depresi postpartum karena merasa

tidak mampu membesarkan bayinya.


103

c. Periode Letting Go

1) Terjadi setelah Ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh

dukungan serta perhatian keluarga

2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak Ibu

dalam kebebasan dan hubungan sosial.

3) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

2. Postpartum Blues (Baby Blues)

Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh

seorang Ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar hari ke 2

sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh

perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit

menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon

alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu juga karena

perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan.

Perubahan hormon yang sangat cepat antara kehamilan dan setelah

proses persalinan sangat berpengaruh dalam hal bagaimana ibu bereaksi

terhadap situasi yang berbeda.

Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami perubahan

perasaan, menangis, cemas, kesepian, khawatir yang berlebihan

mengenai sang bayi, penurunan gairah sex dan kurang percaya diri

terhadap kemampuan menjadi seorang Ibu. Jika hal ini terjadi, Ibu

disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :


104

a. Minta suami atau keluarga membantu dalam merawat bayi atau

melakukan tugas-tugas rumah tangga sehingga ibu bisa cukup

istirahat untuk menghilangkan kelelahan.

b. Komunikasikan dengan suami atau keluarga mengenai apa yang

sedang ibu rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya.

c. Buang rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan akan

kemampuan merawat bayi.

d. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan

menyenangkan diri sendiri, misalnya dengan cara menonton,

membaca atau mendengarkan musik.

3. Depresi postpartum

Kesedihan atau kemurungan yang dialami ibu pada masa nifas

merupakan hal yang normal. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan

yang terjadi dalam tubuh seorang wanita selama kehamilan dan setelah

bayi lahir. Seorang ibu primipara lebih berisiko mengalami kesedihan

atau kemurungan postpartum karena ia belum mempunyai pengalaman

dalam merawat dan menyusui bayinya. Depresi postpartum akan hilang

sendiri dalam 2 minggu setelah melahirkan setelah ibu melewati proses

adaptasi.

Tanda-tanda Ibu mengalami depresi postpartum :

a. Sulit tidur

b. Tidak ada nafsu makan

c. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol

d. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi

e. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi


105

f. Pikiran yang menakutkan terhadap bayi

g. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan diri

h. Gejala fisik seperti sulit bernapas atau perasaan berdebar-debar.

4. Respon Antara Ibu dan Bayi Setelah Persalinan

a. Touch (Sentuhan)

b. Eye to Eye contact (Kontak Mata)

c. Odor (Bau Badan

d. Body Warm (Kehangatan Tubuh)

e. Voice (Suara)

f. Entrainment (Gaya Bahasa)

2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masa Nifas dan Menyusui

2.5.4.1 Faktor Masa Lalu

Primipara tentu akan berbeda persiapan dan mekanisme kopingnya

saat menghadapi persalinan dan masa nifas dibandingkan dengan Ibu

multipara. Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik

yang dilakukan, maka ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawatan diri

pascasalin. Dalam hal ini masa lalu memberikan pengaruh pada perilaku ibu

untuk melakukan perawatan diri pascasalin.

2.5.4.2 Faktor Lingkungan Pascasalin

Ibu yang melahirkan dirumah sakit akan lebih terbiasa dengan sarana

dan prasarana yang ada di rumah sakit, juga tenaga kesehatan yang berada

di sana. Semua sarana dan prasarana dan juga tenaga kesehatan yang

berada di rumah sakit berupaya untuk memulihkan kesehatan ibu sehingga

ibu dapat melewati masa nifas dan menyusui dengan baik.


106

Berbeda dengan Ibu yang melahirkan di rumah. Mereka akan lebih

nyaman berada di rumah dikelilingi oleh orang-orang yang juga memang

sudah sangat dikenalnya

2.5.4.3 Faktor Internal Ibu

Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri

sendiri. Kemampuan dalam menjaga kesehatan dan melakukan perawatan

diri pada masa nifas dan menyusui akan berbeda pada setiap individu. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor internal pada diri individu tersebut, diantaranya :

1. Usia

2. Pendidikan

3. Karakter

4. Keadaan Kesehatan

5. Lingkungan tempat ibu dilahirkan dan dibesarkan

6. Sosial budaya.

2.5.4.4 Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan, khususnya bidan sangat berperan penting dalam

mempengaruhi perilaku perawatan diri Ibu pada masa nifas dan menyusui.

Bidan mempunyai kewenangan dan tanggungjawab dalam tindakan yang

berorientasi pada pelayanan melalui pemberian asuhan kebidanan kepada

Ibu, bayi, anak dan keluarga. Pemberian asuhan kebidanan ini dapat

diberikan dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien.

2.5.4.5 Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan akan mempengaruhi pengetahuan ibu dan

keluarga tentang perawatan diri pada masa nifas dan menyusui yang pada

akhirnya akan mempengaruhi perilaku ibu. Untuk mempermudah


107

pemahaman Ibu, dalam memberikan pendidikan kesehatan bidan dapat

menggunakan berbagai media atau alat peraga.

2.5.5 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas dan Menyusui

2.5.5.1 Nutrisi dan Cairan

Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan berat 47kg

diperkirakan sekitar 2.200 kalori/hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan

menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah

700 kalori pada 6 bulan pertama untuk memberikan ASI eksklusif dan 500

kalori pada bulan ke tujuh dan selanjutnya.

Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga

kebutuhan hidrasi sedikitnya 3 lite setiap hari. Tablet besi masih tetap

diminum untuk mencegah anemia, minimal sampai 40 hari postpartum.

Vitamin A 200.000 IU dianjurkan untuk mempercepat proses penyembuhan

pasca salin dan mentransfernya ke bayi melalui ASI.

2.5.5.2 Ambulasi

Mobilisasi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Diawali dengan

gerakan miring ke kanan dan ke kiri di atas tempat tidur. Mobilisasi ini tidak

mutlak, bervariasi tergantung pada ada tidaknya komplikasi persalinan, nifas

dan status kesehatan Ibu sendiri. Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya

memperhatikan hal-hal berikut :

1. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat karena bisa menyebabkan ibu

terjatuh.

2. Pastikan ibu bisa melakukan gerakan-gerakan mobilisasi secara

bertahap jangan terburu-buru.


108

3. Pemulihan pasca salin akan berlangsung cepat bila ibu melakukan

mobilisasi dengan benar dan tepat, terutama untuk sistem peredaran

darah, pernafasan dan otot rangka.

2.5.5.3 Eliminasi

Memasuki masa nifas, ibu diharapkan bisa berkemih dalam 6-8 jam

pertama. Pengeluaran urin diharapkan setiap kali berkemih urin yang keluar

minimal 150 ml. Ibu nifas yang mengalami kesulitan dalam berkemih

kemungkinan disebabkan oleh menurunnya tonus otot kandung kemih,

adanya edema akibat trauma persalinan dan rasa takut timbulnya rasa nyeri

setiap kali berkemih. Kebutuhan untuk defekasi timbul pada hari pertama

sampai ke tiga postpartum.

2.5.5.4 Kebersihan Diri/Perineum

Beberapa alasan perlunya meningkatkan kebersihan vagina pada

masa nifas adalah :

1. Adanya darah dan cairan yang keluar dari vagina selama nifas.

2. Secara anatomis, letak vagina berdekatan dengan meatus eskternus

uretrae dan anus yang merupakan saluran pembuangan (muara

esksreta) dan banyak mengandung mikroorganisme pathogen.

3. Adanya luka / trauma di daerah perineum yang terjadi akibat proses

persalinan dan bila terkena kotoran dapat terinfeksi.

4. Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki mikroorganisme

yang dapat menjalar ke rahim.

Untuk menjaga kebersihan vagina pada mas nifas dapat dilakukan

dengan cara :
109

1. Setiap BAB atau BAK siramlah mulut vagina dengan air bersih, dari arah

depan kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran maupun urin yang

menempel pada vagina.

2. Jika vagina terlalu kotor cucilah dengan sabun atau cairan antiseptic

yang berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang terlanjur

berkembangbiak di daerah tersebut.

3. Bila keadaan luka perineum terlalu luas atau ibu dilakukan episiotomy,

upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk

berendam dalam cairan antiseptic selama 10 menit setelah BAB atau

BAK.

4. Mengganti pembalut setiap selesai membersihkan vagina agar

mikroorganisme yang ada pada pembalut tidak ikut terbawa ke vagina

yang baru dibersihkan.

5. Keringkan vagina dengan tisu atau handuk lembut setiap kali selesai

membasuh agar tetap kering.

6. Bila Ibu membutuhkan salep antibiotik, dapat dioleskan sebelum

memakai pembalut yang baru.

2.5.5.5 Istirahat

Pada masa nifas akan terjadi gangguan pola tidur. Pada tiga hari

pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi Ibu akibat menumpuknya

kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang timbul pada luka

perineum. Secara teoritis, pola tidur akan kembali mendekati normal dalam 2

sampai 3 minggu setelah persalinan. Pada ibu nifas, kurang istirahat akan

mengakibatkan :
110

1. Berkurangnya produksi ASI

2. Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan.

3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

2.5.5.6 Seksual

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual

kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasaarkan

atas pemikiran pada masa itu semua luka persalinan, termasuk luka

episiotomi dan luka bekas Sectio Caesarea (SC) biasanya telah sembuh

dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau laserasi/

robek pada jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3 – 4

minggu setelah proses melahirkan.

Meskipun hubungan telah dilakukan setelah minggu ke-6 adakalanya

ibu-ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun

telah beberapa bulan proses persalinan. Gangguan seperti ini disebut

dyspareunia atau rasa nyeri waktu senggama.

2.5.5.7 Latihan Nifas

Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 6 minggu,

ibu membutuhkan latihan-latihan terterntu yang dapat mempercepat proses

involusi. Salah satu latihan yang dianjurkan ialah senam nifas. Senam nifas

sebaiknya dilakukan 24 jam setelah persalinan, secara teratur setiap hari.

Senam nifas yang dilakukan tepat waktu secara bertahap hari demi

hari, akan membuahkan hasil yang maksimal.

Menurut Dewi (2012), manfaat senam nifas antara lain:


111

1. Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan

(thrombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.

2. Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan

memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung.

3. Memperbaiki tonus otot pelvis.

4. Memperbaiki regangan otot tungkai bawah.

5. Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil dan melahirkan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar

panggul.

7. Mempercepat terjadinya proses involusi organ-organ reproduksi.

2.5.6 Proses Laktasi dan Menyusui

2.5.6.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara

Menurut Dewi Martalia 2012, payudara (mammae,susu) adalah

kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara

adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang

kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600

gram saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat 3 bagian utama yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Aerola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

2.5.6.2 Proses Laktasi

Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI.

Adapun hormon-hormon yang berperan (Dewi, 2012)

1. Progesteron berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.


112

2. Estrogen, berfungsi menstimulasi system saluran ASI agar membesar

sehingga dapat menampung ASI lebih banyak.

3. Follicle Stimulating Hormone (FSH).

4. Luteinizing Hormone (LH).

5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.

6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat

melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain

itu, pasca melahirkan , oksitosin juga mengencangkan otot halus di

sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin

berperan dalam proses turunnya susu let down / milk ejection reflex.

7. Human Placental Lactogen (HPL). Sejak bulan kedua kehamilan,

plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan

payudara, puting dan aerola sebelum melahirkan. Pada bulan ke lima

dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.

2.5.6.3 Proses pembentukan Lactogen

Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut (Dewi,2012) :

1. Lactogenesis I

Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobus-alveolus. Terjadi

pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini payudara memproduksi

kolostrum, yaitu cairan kental berwarna sedikit kekuningan. Pengeluaran

kolostrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir tidak menjadikan

masalah medis. Hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya

produksi ASI pada saat menyusui nanti.


113

2. Lactogenesis II

Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar

hormon progesteron, estrogen dan HPL, akan tetapi kadar hormon

prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya produksi ASI

secara besar-besaran. Apabila payudara dirangsang oleh isapan bayi,

kadar prolaktin dalam darah akan meningkat, memuncak dalam periode

45 menit, dan kemudian kembali ke kadar sebelum rangsangan tiga jam

kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli

untuk memproduksi ASI, hormon ini juga terdapat di dalam ASI itu

sendiri. Kadar prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih

banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun kadar prolaktin

rendah saat payudara terasa penuh.

Hormone lainnya seperti insulin, tiroksin dan kortisol juga terdapat

dalam proses ini. Proses lactogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam

setelah melahirkan, tetapi biasanya para Ibu baru merasakan payudara

penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan.

Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum

mengandung sel darah putih dan antibody yang lebih tinggi disbanding

ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA),

yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah

kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam 2

minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum akan berkurang secara

perlahan dan akhirnya akan tergantikan oleh ASI sebenarnya.


114

3. Lactogenesis III

System kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama

kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika

produksi ASI mulai stabil, system kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini,

apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara juga akan memproduksi ASI

lebih banyak. Dengan demikian,produksi ASI sangat dipengaruhi

seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa

sering payudara dikosongkan. Berkurangnya produksi ASI pada Ibu

menyusui mungkin disebabkan oleh :

a. Ibu kurang sering / jarang menyusui bayinya sehingga payudara

selalu penuh.

b. Bayi tidak bida menghisap puting susu ibu secara langsung akibat

kelainan bentuk mulut dan rahang atau teknik menyusui yang salah

(perlekatan tidak sempurna).

c. Kelainan endokrin, seperti kurangnya hormon prolaktin kepada ibu

(hal ini jarang terjadi).

d. Jaringan payudara mengalami hipoplastik.

e. Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat

mencerna ASI.

f. Ibu yang menderita gizi buruk (kurang gizi).

2.5.6.4 Fisiologi Laktasi

1. Produksi ASI (Prolaktin)

Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi

ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi.

Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari kedua
115

atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Akhir

kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat

kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas

prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi.

Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi

korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan

bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-

ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik (Dewi,

2012).

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis

hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi

prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi

prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise

anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli

yang berfungsi untuk membuat air susu.

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,

rangsangan yang berasal dari hisapan bayi dilanjutkan ke hipoise

posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui

aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.

Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar

dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui

duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

2. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan

menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria


116

posterior sehingga mensekresi hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan

sel-sel mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI

masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain

dipengaruhi oleh hisapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada

duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris, oksitosin

dikeluarkan oleh hipofisis.

2.5.6.5 Manfaat Pemberian ASI untuk Bayi

1. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi

2. ASI mengandung zat protektif

3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi Ibu dan bayi

4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik

5. Mengurangi kejadian karies dentis

6. Mengurangi kejadian malokulsi

2.5.6.6 Manfaat ASI untuk Ibu

1. Aspek kesehatan Ibu

Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang

membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan pasca

pesalinan, mengurangi prevalensi anemia dan mengurangi terjadinya

karsinoma indung telur dan mammae, mengurangi angka kejadian

osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopause, serta

menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.

2. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Hormon

yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga dapat

menunda terjadinya ovulasi. Menyusui secara eksklusif dapat digunakan


117

sebagai kontrasepsi alamiah yang sering disebut Metode Amenorrhea

Laktasi (MAL).

3. Aspek psikologis

Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat ibu senantiasa

memperhatikan bayinya sehingga tercipta hubungan atau ikatan batin

antara ibu dan bayi.

2.5.6.7 Komposisi Gizi dalam ASI

1. Kolostrum, merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan

berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral,

garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibody yang tinggi

daripada ASI matur. Kolostrum masih mengandung rendah lemak dan

laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah IgG, IgA dan IgM yang

digunakan sebagai zat antibody untuk mencegah dan menetralisir

bakteri, virus jamur dan parasit.

2. ASI transisi/peralihan, merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum ASI matang. Kadar immunoglobulin dan protein

menurun. Sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

3. ASI matur, ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya. Air

susu yang mengalir pertama kali disebut foremilk yang lebih encer dan

mengandung rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein mineral dan

air. Selanjutnya ialah hindmilk yang kaya akan lemak dan nutrisi.

Tabel.2.11 Kandungan Kolostrum, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur


Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100ml) 1,195 0,965 1,324
118

Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2


Immunoglobulin
IgA (mg/100ml) 335,9 - 119,6
IgG (mg/100ml) 5,9 - 2,9
IgM (mg/100ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270

2.5.6.8 Hal-Hal yang Mempengaruhi Produksi ASI

1. Makanan, makanan yang cukup gizi dan pola makan yang teratur

menyebabkan produksi ASI akan berjalan lancar.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran.

3. Penggunaan alat kontrasepsi, yang tidak mengganggu produksi ASI ialah

kondom, IUD, pil khusus menyusui atau suntik hormonal 3 bulanan.

4. Perawatan payudara.

5. Anatomis payudara.

6. Faktor fisiologi.

7. Pola istirahat, ibu terlalu capek dan kurang istirahat maka ASI juga

berkurang.

8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.

9. Berat lahir bayi, BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) memiliki kemampuan

menghisap lebih rendah sehingga produksi ASI pun akan lebih sedikit.

10. Umur kehamilan saat melahirkan.

11. Konsumsi rokok dan alcohol.

2.5.6.9 Tanda Bayi Cukup ASI

1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan

ASI 8-10 kali pada 2-3 minggu pertama.


119

2. Kotoran berwarna kuning dengan frekwensi sering dan warna menjadi

lebih muda pada hari ke-5 setelah lahir.

3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 x sehari.

4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.

6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7. Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) bayi sesuai

dengan grafik pertumbuhan.

8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

rentang usianya).

9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan

cukup.

10. Bayi menyusu dngan kuat, kemudian melemah dan tertidur pulas.

2.5.6.10 Cara Menyusui yang Benar

Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar. Menurut Dewi, dkk,

2013 Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan

sebagai berikut :

1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak sehingga epitel yang

lepas tidak menumpuk

2. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi

3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau

dengan jalan operasi


120

Gambar 2.4 Posisi Menyusui Yang Benar

(Sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)

Menurut Dewi, dkk, 2013. Apabila bayi telah menyusui dengan benar,

maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Bayi tampak tenang

2. Badan bayi menempel pada perut ibu

3. Mulut bayi terbuka lebar

4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

5. Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi

6. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara

7. Bibir bawah bayi melengkung keluar

8. Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan

9. Putting susu tidak terasa nyeri

10. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 2. 1 Posisi Perlekatan Yang Benar


(Sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)
121

2.5.6.11 ASI Ekslusif

Menurut Elisabeth, 2015, ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI

saja, sejak usisa 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan,

tanpa tambahan cairan lain seperti : susu formula, sari buah, air putih, madu,

air teh dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biscuit,

bubur susu, bubur nasi dan nasi tim.

WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para Ibu, bila

memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan

menerapkan :

1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama lebih kurang 1 jam segera setelah

kelahiran bayi.

2. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan

tambahan atau minuman.

3. ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari

selama 24 jam.

4. ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot.

Bagi Ibu bekerja, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja harus

tetap memberikan ASI-nya dan jika memungkinkan bayi dapat dibawa ke

tempat kerja. Apabila tidak memungkinkan, ASI dapat diperah kemudian

disimpan. Cara penyimpanan ASI :

1. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/plastik, termasuk plastik klip ±80-

100 cc (untuk 1 kali konsumsi)

2. ASI yang disimpan dalam freezer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak

digunakan lagi setelah 2 hari.

3. ASI beku dicairkan dahulu dalam lemari es 4 oC.


122

4. ASI beku tidak boleh dimasak/dipanaskan, hanya dihangatkan dengan

merendam dalam air hangat.

5. Petunjuk umum untuk penyimpanan ASI di rumah :

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

b. Setelah diperas, ASI dapat disimpan dalam lemari es / freezer.

c. Tulis jam, hari dan tanggal saat diperas.

Tabel.2.12 Penyimpanan ASI

No ASI Suhu Ruang Lemari Es Freezer


1 Setelah di peras 6-8 jam (± 3-5 hari (± 2 minggu
26oC) 4oC) (freezer jadi
1 dengan
refrigerator),
3 bulan
dengan pintu
sendiri, 6-12
bulan (-18oC)
2 Dari freezer, disimpan 4 jam atau 24 jam Jangan
dari lemari es (tidak di kurang dibekukan
hangatkan) (minum ulang
berikutnya)
3 ASI Suhu ruang Lemari es Frezzer
4 Dikeluarkan dari Langsung 4 Jangan
lemari es (di diberikan jam/minum dibekukan
hangatkan pada suhu berikutnya ulang
ruang)
5 Sisa minum bayi Minum Buang Buang
berikutnya
2.5.7 Komplikasi dan Penyulit Masa Nifas dan Menyusui

Menurut Elisabeth dan Endang (2015), komplikasi pada masa nifas

antara lain :

1. Infeksi nifas, keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat

genetalia dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi

dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Morbiditas puerpuralis

adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC atau lebih selama 2 hari

dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari pertama.


123

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK), adalah infeksi bakteri yang terjadi pada

saliuran kemih. Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif

tinggi dan hal ini dihubungkam dengan hipotoni kandung kemih akibat

trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang

sering, kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang

sering.

3. Metritis, adalah infeksi pada uterus. Bila pengobatan terlambat atau

kurang adekuat dapat menjadi abses pelvic yang menahun,

peritonitis, syok septic, thrombosis yang dalam, emboli pulmonal,

infeksi pelvic menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan

infertilitas.lam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Bendungan

terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum

laktasi. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak

kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.

4. Bendungan payudara, adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada

payudara d

5. Infeksi payudara (Mastitis), merupakan peradangan pada payudara

yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman

terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau

melalui peredaran darah. Kadang – kadang keadaan ini bisa menjadi

fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara,

pengumpulan nanah local di dalam payudara, merupakan komplikasi

berat dari mastitis.

6. Abses payudara (Breast abcess) , merupakan akumulasi nanah pada

jaringan payudara.
124

7. Abses pelvis, radang panggul atau Pelvic Inflammatory Disease (PID)

merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi pada uterus

(rahim), tuba fallopi dan organ reproduksi lainnya.

8. Peritonitis, adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan

pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonisis berasal dari

penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas

ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau

langsung sewaktu tindakan perabdominal.

9. Perdarahan pervagina, adalah kehilangan darah sebanyak 500cc

atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.

2.6 Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas

2.6.1 Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas

Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan Ibu

nifas meliputi perawatan bayi baru lahir ( standar 13), penanganan 2 jam

pertama setelah persalinan (standar 14), dan pelayanan bagi Ibu dan bayi

pada masa nifas (standar 15), dan bla merujuk pada kompetensi 5 ( Standar

komperensi bidan) maka prinsip asuhan kebidanan bagi Ibu pada masa nifas

dan menyusui harus bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya

setempat, bila dijabarkan lebih luas sasaran asuhan kebidanan masa nifas

meliputi :

1. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.

2. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis.

3. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara Ibu dan

anak yang baik.


125

4. Mendukung dan memperkuat percaya diri Ibu dan memungkinkan Ia

melaksanakan peran Ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.

5. Pencegahan, diagnose dini dan pengobatan komplikasi.

6. Merujuk Ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.

7. Imunisasi Ibu terhadap tetanus.

2.6.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk mendeteksi

adanya kemungkinan adanya perdarahan post partum, dan infeksi.

Penolong persalinan harus waspada, sekurang – kurangnya satu jam

post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi

persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih-

lebih bila partus berlangsung lama.

2. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya

Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya baik fisik maupun

psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan

untuk menjaga kebersihan badan, mengajarkan Ibu bersalin

bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,

bersihkan daerah sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan

baru sekitar anus. Sarankan Ibu mencuci tangan dengan sabun dan

air sebelum dan sesudahnya. Jika Ibu mempunyai luka episiotomy

atau laserasi sarankan Ibu untuk menghindari menyentuh daerah

luka.
126

3. Melaksanakan skrining secara komprehensif

Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan

mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi

pada Ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan

kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU,

pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan

KU Ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan

tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada pelaksanaan masa

nifas

4. Memberikan pendidikan kesehatan diri

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri,

nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan

pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi Ibu menyusui.

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yangf cukup.

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan Ibu untuk minum

sebelum menyusui)

5. Memberi pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara.

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

b. Menggunakan BH yang menyokong payudara

c. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.

Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet.
127

d. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya

bendungan ASI.

6. Konseling tentang KB

a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum Ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan

keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara

mencegah kehamilan tidak diinginkan.

b. Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum Ia

mendapat lagi haidnya setelah persalinan. Oleh karena itu

penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama untuk

mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat

dimulai 2 minggu setelah persalinan.

c. Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya,

efek samping dan untung ruginya dan kapan metode itu dapat

digunakan.

d. Jika Ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam 2

minggu Ibu dianjurkan untuk kembali, hal ini untuk melihat apakah

metode tersebut bekerja dengan baik.

7. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan jalan :

a. Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan.

b. Menghilangkan terjadinya anemia.

c. Pencegahan terhadap infeksi dengan mem


128

d. Pergerakan otot yang cukup agar tuas otot menjadi lebih baik,

peredaran darah lebih lancer dengan demikian otot akan

mengadakan metabolism lebih cepat.

2.6.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik Ibu maupun bayinya. Peran bidan antara lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan Ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan Ibu dan bayi serta keluarga.

3. Mendorong Ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan

Ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk Ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan Ibu dan bayi selama periode nifas.

8. Memberikan asuhan secara professional.


129

2.6.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Pada kebijakan nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan

yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status Ibu dan bayi baru lahir dan

untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang

terjadi antara lain :

1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan Kunjungan :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan , rujuk jika

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada Ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara Ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Tabel 2.13 Hasil Pemeriksaan Kunjungan I Nifas

Parameter Penemuan Waktu Penemuan


Normal Pemeriksaan Abnormal
Kesehatan umum Letih Setiap melakukan Terlalu letih,
pemeriksaan lemah
Tekanan darah TD <140/90 mmHg Setiap 2 jam TD >140/90
mmHg
Pulse/Nadi 60-100 x/menit Setiap 2 jam Jika <60 atau
>100 x/menit
Suhu <38oC Suatu Waktu >38oC
Fundus -Kuat, berkontraksi Setiap jam -Lembek
baik -Berada di atas
-Berada di bawah pusat
umbilicus
Lokhea/perdaraha -Lokhea rubra Setiap jam -Merah terang
n -Bau bisa - Bau busuk
-Tidak ada gumpalan - Mengeluarkan
darah atau butir-butir gumpalan darah
darah baku - Perdarahan
130

- jumlah perdarahan berat


yang ringan atau
sedikit.
Kandung kemih -Bisa berkemih Setiap jam -Tidak bisa
- Kandung kemih tidak berkemih
dapat diraba - Jika vesika
urinaria dapat
diraba
Menyusui -Terbina hubungan Dimulai sejak baru -Bayi tidak dapat
yang baik antara Ibu lahir dan setiap menyusu
dan bayi. jam menyusui dengan efektif.
- Bayi dapat menyusui Ibu dan bayi
dengan benar dalam posisi
-Ibu dan bayi dalam yang tidak benar
keadaan atau posisi dalam menyusui.
yang benar
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan Kunjungan :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan Ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d. Memberikan konseling pada Ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan Kunjungan :

Sama seperti kunjungan 6 hari setelah persalinan.

4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan Kunjungan :

a. Menanyakan pada Ibu tentang penyulit – penyulit yang Ia atau

bayi alami.
131

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.7 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.7.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2.500-4.000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan congenital

(cacat bawaan) yang berat (M. Sholeh Kosim, 2007).

2.7.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal (Octa ,dkk, 2015)

1. Berat badan 2.500-4.000 gram.

2. Panjang badan 48-52 cm.

3. Lingkar dada 30-38 cm.

4. Lingkar kepala 33-35 cm.

5. Frekuensi jantung 120-160 x/menit.

6. Pernafasan 40-60 x/menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup.

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

9. Kuku agak panjang dan lemas.

10. Genetalia :

11. Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora.

12. Laki-laki : testis sudah turun, skrotum sudah ada.

13. reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

14. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

15. Refles graps atau menggenggam sudah baik.

16. Refles rooting atau mencari puting susu degan rangsang taktil pada pipi dan

daerah mulut terbentuk dengan baik.


132

17. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam dan kecoklatan.

2.7.3 Tahapan Bayi Baru Lahir

1. Tahapan I, terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan

scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

2. Tahap II, disebut tahap transisional rektivitas. Pada tahap II dilakukan

pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.

3. Tahap III, disebut tahap periodic, pengkajian dilakukan setelah 24 jam

pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

2.7.4 APGAR Skor

Tabel.2.14 APGAR Skor

Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


Appearance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna Kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
(Denyut Jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) sedikit fleksi
Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung
(Aktivitas) menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(Pernapasan) teratur
Interprestasi :

1. Nilai 1-3 asfiksisa berat.

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang.

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).

2.7.5 Refleks Pada Bayi

Refleks adalah gerakan naluriah yang berguna untuk melindungi bayi

dan juga berfungsi menguji kondisi umum bayi serta kenormalan system
133

saraf pusatnya. Menurut Marmi dan Rahardjo, 2012 Refleks pada bayi baru

lahir yaitu :

1. Refleks mengedip (glabella) yaitu bayi akan mengedipkan mata

pada 4-5 ketukan pertama pada daerah pangkal hidung saat mata

terbuka

2. Refleks hisap (shucking)

Benda menyentuh bibir disertai reflex menelan. Tekanan pada mulut

bayi pada langit dalam gusi atas timbul isapan yang kuat dan cepat

.Hal ini terlihat saat bayi menyusu.

3. Refleks mencari (rooting)

Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh bayi misalnya

mengusap pipi bayi dengan lembut.

4. Refleks genggam (palmar grasp)

Pada telapak tangan bayi jika ditekan bayi akan mengepalkan

tangannya dengan kuat.

5. Refleks Babinski

Menggores telapak kaki bayi dimulai dari tumit lalu gerakkan jari

sepanjang kaki. Bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari

kaki hyperekstensi dengan ibu jari dorso fleksi.

6. Refleks moro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila tiba-tiba bayi

dikejutkan dengan bertepuk tangan.

7. Refleks melangkah
134

Saat memegang lengannya sedangkan kakinya dibiarkan

menyentuh permukaan yang keras dan rata membuat bayi

menggerakkan tungkainya dalam suatu gerakan.

8. Refleks toniknek

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi

dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi

ditolehkan disatu sisi selagi istirahat.

9. Refleks Ekstruksi

Bayi baru lahir menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah ketika

disentuh dengan jari atau puting.

2.7.6 Komplikasi pada Neonatus

1. Asfiksia (Tidak Bernafas/Sulit Bernafas), adalah keadaan bayi tidak dapat

bernafas spontan dan teratur sehingga menurunkan O2 dan makin

meningkatkan CO2.

2. Hipotermia dan Hipertermia. Hipotermia pada BBL adalah suhu dibawah

36,5oC yang terbagi atas :

a. Hipotermi ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36 – 36,5oC

b. Hipotermia sedang yaitu antara 32-36oC

c. Hipotermia berat yaitu suhu tubuh <32oC (Yunanto, 2008).

Sedangkan hipertermia adalah suhu bayi diatas 37,5 oC.

3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

4. Dehidrasi

5. Ikterus Neonatorum

6. Kejang

7. Obstipasi
135

8. Infeksi

9. Sindrom Kematian Bayi Mendadak

10. Diare

2.8 Konsep Dasar Asuhan pada Bayi Baru Lahir

2.8.1 Asuhan Pada Bayi Baru Lahir Normal Menurut Kementrian Kesehatan

RI (2012) Perawatan neonatal esensial pada saat lahir :

2.8.1.1 Kewaspadaan Umum ( Universal Precaution )

Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang

disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses

persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa

mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat percikan

darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C.

Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya

pencegahan infeksi berikut:

1. Persiapan Diri

a. Sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan dengan

sabun kemudian keringkan.

b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

2. Persiapan Alat

Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,

gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah di desinfeksi tingkat

tinggi (DTT) atau sterilisasi.


136

3. Persiapan Tempat

Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi yang

bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras, misalnya meja atau

dipan. Letakkan tempat resustasi dekat pemancar panas dan tidak berangin,

tutup jendela dan pintu. Gunakan lampu pijar 60 watt dengan jarak 60 cm

dari bayi sebagai alternatif bila pemancar panas tidak tersedia.

2.8.1.2 Penilaian Awal

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4

pertanyaan:

1. Sebelum bayi lahir:

a. Apakah kehamilan cukup bulan?

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

2. Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan

kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan

penilaian berikut:

a. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

b. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥

42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan

atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik

lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.

2.8.1.3 Pencegahan Kehilangan Panas

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum

berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya

pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami


137

hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit

berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang

tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan

diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi

prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia.

Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh

lebih dari 37,5°C)

1. Mekanisme Kehilangan Panas

BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:

a. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan

utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir

tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan

tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau

timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap

panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas

benda-benda tersebut.

c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di

dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.

Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,

hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.


138

d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di

dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh

bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda

tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan

secara langsung).

2. Mencegah Kehilangan Panas

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:

a. Ruang bersalin yang hangat, suhu ruangan minimal 25°C. Tutup

semua pintu dan jendela.

b. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks, keringkan bayi mulai

dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh

bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.

c. Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit

bayi, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau

perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada

atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.

d. Inisiasi Menyusu Dini.

e. Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas,

selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang

topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif

luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut

tidak tertutup.
139

f. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, lakukan

penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi

selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas

tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan

penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih

dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat

berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.

Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari

enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi

dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan

hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL.

g. Rawat Gabung, Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24

jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan

ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap

hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah

paparan infeksi pada bayi.

h. Resusitasi dalam lingkungan yang hangat, apabila bayi baru lahir

memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat.

i. Transportasi hangat, bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap

hangat selama dalam perjalanan.

j. Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga,

meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang

hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.


140

2.1.8.4 Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat

1. Memotong dan Mengikat Tali Pusat

a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.

b. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari

dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat

dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah

tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan

penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.

c. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi

landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong

tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting

DTT atau steril.

d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul

kunci pada sisi lainnya

e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam

larutan klorin 0,5%.

f. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.

2. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat

a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.

b. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan

atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga

kepada ibu dan keluarganya.


141

c. Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan

apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena

menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

d. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:

1) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

2) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa

tali pusat mengering dan terlepas sendiri.

3) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT

dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.

4) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit

sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda

infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehata

2.8.1.5 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif

selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping

ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih

sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan

motorik bayi (asah).

Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan:

a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

b. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi

perlu resusitasi atau tidak


142

c. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari

muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan

verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi.

Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2

menit sebelum tali pusat di klem.

d. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada

tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.

e. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil

tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu.

2. Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu

jam:

a. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu.

Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus

berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.

b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

c. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam.

Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan

bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan

bayi. Hindari membersihkan payudara ibu .

d. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif Kala

3 persalinan.

3. Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu:

a. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu

b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya

memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu


143

pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari

satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu

dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu

setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam.

c. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai

menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting

setelah 1 jam.

d. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum

bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan

mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.

e. Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, posisikan

bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit

selama 30-60 menit berikutnya.

f. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke

ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan

neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata)

dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.

g. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari

pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka

pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti

keduanya sampai bayi hangat kembali.

h. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam

jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering

keinginannya.
144

2.1.8.6 Pencegahan Perdarahan

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,

maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak

tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia

kehamilan dan berat badan pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau

menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial.

Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir,

apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1

(Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero

lateral paha kiri (lihat lampiran 4 halaman 109). Suntikan Vitamin K1

dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B.

Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang

sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.

2.1.8.7 Pencegahan Infeksi Mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera

setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir.

Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik

tetrasiklin 1%.

2.8.1.8 Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah

pemberian Vitamin K1 secara intramuskular (lihat lampiran 4 halaman 109).

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.


145

Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal

(penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan

dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi

vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.

Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa

virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis.

Risiko

penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada waktu

terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi carrier

90%. Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa risiko menjadi carrier 5-

10%.

Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari

karena:

1. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.

2. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu

pembawa virus.

3. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi

Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis

hati dan kanker hati primer.

4. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%

bayi dari penularan Hepatitis B.

2.8.1.9 Pemberian Identitas

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan

tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk

menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah IMD.


146

Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan

jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap telapak

kaki bayi pada rekam medis kelahiran.

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinan menuliskan keterangan lahir untuk digunakan

orang tua dalam memperoleh akte kelahiran bayi.

2.8.1.10 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisis

Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi

pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke

kehidupan di luar rahim.

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat

kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam

pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat

dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

1. Waktu pemeriksaan BBL:

a. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)

b. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)

c. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)

d. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)

2. Persiapan

a. Persiapan alat dan tempat

Alat yang digunakan untuk memeriksa:

1) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.

2) Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat


147

3) Sarung tangan bersih

4) Kain bersih

5) Stetoskop

6) Jam dengan jarum detik

7) Termometer

8) Timbangan bayi

9) Pengukur panjang bayi

10) Pengukur lingkar kepala.

Tempat

Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering,

hangat dan terang

b. Persiapan diri

1) Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air bersih

mengalir kemudian keringkan dengan lap bersih dan kering atau

dianginkan. Jangan menyentuh bayi jika tangan anda masih basah dan

dingin.

2) Gunakan sarung tangan jika tangan menyentuh bagian tubuh yang ada

darah seperti tali pusat atau memasukkan tangan ke dalam mulut bayi.

3) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir setelah

pemeriksaan kemudian keringkan

4) Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu menelanjangi bayi bulat-

bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka hanya bagian yang akan

diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk mencegah

kehilangan panas.
148

c. Persiapan keluarga

Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan dilakukan dan

kemudian hasilnya setelah selesai.

3. Langkah - Langkah Pemeriksaan

Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisis. Catat seluruh hasil

pemeriksaan. Lakukan rujukan sesuai pedoman MTBS.

a. Anamnesis:

Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu :

1) Keluhan tentang bayinya

2) Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat

persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/AIDS,

penggunaan obat).

3) Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis

/tidak) dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada.

4) Warna air ketuban

5) Riwayat bayi buang air kecil dan besar

6) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

b. Pemeriksaan Fisis

Prinsip:

Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).

Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan

dinding dada kedalam, denyut jantung serta perut.

Tabel.2.15 Pemeriksaan Fisis Pada Bayi

Pemeriksaan yang Dilakukan Keadaan Normal


1 Lihat postur, tonus dan Posisi tungkai dan lengan fleksi.
aktivitas Bayi sehat akan bergerak aktif.
149

2 Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus


berwarna merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul.
3 Hitung pernapasan dan lihat Frekuensi napas normal 40-60 kali per menit.
tarikan dinding dada kedalam Tidak ada tarikan dinding dada kedalam yang
ketika bayi sedang tidak kuat.
menangis
4 Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali
Hitung denyut jantung per menit.
dengan
meletakkan stetoskop di
dada kiri setinggi apeks
kordis.
5 Suhu normal adalah 36,5-37,5oC
Lakukan pengukuran suhu
ketiak dengan termometer.
6 Bentuk kepala terkadang asimetris karena
Lihat dan raba bagian penyesuaian pada saat proses persalinan,
kepala umumnya hilang dalam 24 jam.
Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol,
dapat sedikit membonjol saat bayi menangis.
7 Tidak ada kotoran/sekret.
Lihat mata
8 Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
Lihat bagian dalam mulut. bagian yang terbelah.
- Masukkan satu jari yang Nilai kekuatan isap bayi.
menggunakan sarung Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa.
tangan ke dalam mulut,
raba langit-langit.
9 Perut bayi datar, teraba lemas.
Lihat dan raba perut. Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah,
Lihat tali pusat bau yang tidak enak pada tali pusat atau
kemerahan sekitar tali pusat.
10 Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
Lihat punggung dan raba benjolan pada tulang belakang.
tulang belakang.
11 Hitung jumlah jari tangan dan kaki.
Lihat ekstremitas Lihat apakah kaki posisinya baik atau bengkok
ke dalam atau keluar.
Lihat gerakan ekstremitas simetris atau tidak.
12 Terlihat lubang anus dan periksa apakah
Lihat lubang anus. mekonium sudah keluar.
- Hindari memasukkan alat Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
atau jari dalam memeriksa setelah lahir.
anus
- Tanyakan pada ibu apakah
bayi sudah buang air besar
13 Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
Lihat dan raba alat kelamin berwarna putih atau kemerahan.
luar. Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung
- Tanyakan pada ibu apakah penis.
bayi sudah buang air kecil Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam
24jam setelah lahir.
150

14 Berat lahir 2,5-4 kg.


Timbang bayi. Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
- Timbang bayi dengan tutun dahulu baru kemudian naik kembali pada
menggunakan selimut, usia 2 minggu umumnya telah mencapai berat
hasil dikurangi selimut lahirnya.
Penurunan berat badan maksimal untuk bayi
baru lahir cukup bulan maksimal 10%, untuk
bayi kurang bulan maksimal 15%
15 Panjang badan normal 48-52 cm.
Mengukur panjang dan Lingkar kepala normal 33-37 cm.
lingkar kepala bayi
16 Kepala dan badan dalam garis lurus, wajah bayi
Menilai cara menyusui, menghadap payudara ibu, ibu mendekatkan
minta ibu untuk menyusui bayi ke tubuhnya.
bayinya Bagian bawah melengkung keluar, sebagian
besar aerola berada dalam mulut bayi.
Mengisap dalam dan pelan kadang disertai
berhenti sejenak.
2.8.1.11 Pemulangan Bayi Lahir Normal

Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal

24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan.

Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi dianggap dipulangkan pada

saat petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan. Pada bayi yang

lahir normal dan tanpa masalah petugas kesehatan meninggalkan tempat

persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir.

Petugas melakukan pemeriksaan lengkap (lihat halaman 17) untuk

memastikan bayi dalam keadaan baik, dan harus memberikan konseling

tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir serta memberi tahu jadwal

kunjungan neonatus 1, 2 dan 3.

Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah:

1. Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU

2. Kejang ATAU

3. Bergerak hanya jika dirangsang ATAU

4. Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit ) ATAU


151

5. Napas lambat ( < 30 kali /menit ) ATAU

6. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ATAU

7. Merintih ATAU

8. Teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C) ATAU

9. Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) ATAU

10. Nanah yang banyak di mata ATAU

11. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU

12. Diare ATAU

13. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki

2.9 Konsep Dasar Keluarga Berencana

2.9.1 Definisi Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak

dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah mencanangkan

program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013)

2.9.2 Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan

kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).

Tujuan KB lainnya adalah membentuk keluarga bahagia dan sejahtera dengan cara

pengaturan kelahiran anak, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan

dan kesejahteraan keluarga agar dapat memenuhi kebutuhan hidup (Dewi, 2012)

2.9.3 Ruang Lingkup KB

Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Berencana
152

2. Kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5. Keserasian kebijakan kependudukan

6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

2.9.4 Kontrasepsi

Menurut Mulyani tahun 2013, ada berbagai macam alat kontrasepsi yang

dapat digunakan oleh ibu pasca persalinan. Beberapa jenis kontrasepsi

tersebut antara lain, yaitu :

1. Metode KB Hormonal

Metode kontrasepsi yang sesuai bagi ibu pasca melahirkan yakni yang

berisi progestin saja, sebab progestin tidak mengganggu produksi ASI serta

tumbuh kembang bayi.

a. Mini Pil

Mini Pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron

dalam dosis rendah. Dosis progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.

Mini pil di minum setiap hari pada saat yang sama.

Mini pil dibagi dalam 2 jenis yaitu: 1) mini pili dengan isi 28 pil dan

mengandung 75 µg noretindron. 2) mini pil dengan isi 35 pil dan mengandung

300-350 µg noretindron.

Cara kerja mini pil adalah :

1) menghambat ovulasi, mencegah implantasi,


153

2) mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi

sperma, dan mencegah mobilitas tuba sehingga transportasi

sperma menjadi terganggu

Kontraindikasi mini pil yaitu:

1) wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui

penyebabnya (lebih dari 35 tahun)

2) wanita di duga hamil, tidak dapat menerima terjadinya

gangguan haid

3) riwayat kehamilan ektopik, riwayat kanker payudara

4) wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil

5) gangguan tromboemboli aktif

6) ikterus

7) wanita dengan miomauterus

8) riwayat stroke

9) menderita tekanan darah tinggi <180/110 mmHg atau dengan

masalah pembekuan darah

Mini pil memiliki beberapa efek samping, berikut adalah efek

samping yang dapat terjadi beserta penanganannya:

1) Amenorea

Penanganan: memastikan ibu hamil atau tidak, bila tidak hamil

hanya di berikan konseling saja. Bila hamil, menghentikan

penggunaan pil.

2) Spotting

Penanganan: bila menimbulkan masalah, ibu dianjurkan untuk

memilih kontrasepsi lain


154

b. KB suntik 3 bulan

KB suntik 3 bulan adalah metode kontrasepsi yang diberikan

secara intramuskular setiap tiga bulan.

Terdapat 2 jenis KB suntik 3 bulan yaitu:

1) DMPA (depoMedroxyProgesterone) yang diberikan tiap 3 bulan

dengan dosis 150 miligram yang disuntik secara intramuskular

2) depo noristerat diberikan tiap 2 bulan dengan dosis 200 mg nore-

trindronenantat.

Cara kerja metode ini yaitu menghakanagi terjadinya ovulasi

dengan menekan pembentukan releasing factor dan hipotalamus,

leher serviks bertambah kental sehingga menghambat penetrasi

sperma melalui serviks uteri, menghambat implantasi ovum dalam

endometrium. Cara penggunaan Kb suntik 3 bulan antara lain:

1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan

cara disuntik intramuskuler dalam di daerah pantat. Apabila

suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.

Suntikan diberikan setiap 90 hari.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90 %. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik . setelah kulit kering baru disuntik.

3) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila

terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dengan menghangatkannya.


155

Kontraindikasi metode ini adalah ibu yang dinyatakan hamil atau

diduga hamil, ibu yang menderita kanker payudara atau riwayat

kanker payudara, diabetes mellitus yang disertai komplikasi,

perdarahan pervaginam yang belum tau penyebabnya.(Nina Siti

Mulyani, dkk.2013)

c. Kontrasepsi Implant

Kontrsepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang

dibawah kulit. Mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam

kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane).

Cara kerja implant yaitu mengentalkan lendir serviks, menghamba

proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi, melemahkan transportasi sperma, dan menekan

ovulasi.

Kontraindikasi metode ini adalah

1) wanita yang dinyatakan hamil atau diduga hamil,

2) perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,

3) wanita dengan kanker payudara atau riwayat kanker

payudara,

4) tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi,

wanita dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.

5) Tromboflebitis aktif

6) Ibu dengan penyakit hati akut

7) Gangguan toleransi glukosa

8) Miomauterus
156

Efek samping penggunaan implant adalah perubahan pola haid

yang berupa spotting, hipermenorea atau meningkatnya jumlah

darah haid, amenorea. (Nina Siti Mulyani, dkk.2013)

2. Metode KB NonHormonal

Beberapa metode kontrasepsi nonhormonal dapat digunakan oleh ibu

dalam masa menyusui. Metode ini tidak mengganggu proses laktasi dan tidak

berisiko terhadap tumbuh kembang bayi.

a. Metode Amenore laktasi (MAL)

Metode Amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. MAL

dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila: 1) menyusui secara penuh (full

breast feeding); lebih efektif bila pemberian ≥ 8 x sehari, belum haid,

umur bayi < 6 bulan; 2) efektif sampai 6 bulan. Metode ini bekerja

dengan menekan ovulasi. Pada saat laktasi/ menyusui hormon yang

berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui,

maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadrotophin

melepaskan hormon penghambat (inhibitor), hormon penghambat akan

mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi. (Saifuddin,

2011)

Ibu postpartum tidak bisa lagi menggunakan metode ini jika

telah mendapat haid setelah melahirkan, ibu tidak menyusui bayinya

secara eksklusif, usia bayi lebih dari 6 bulan, ibu yang bekerja dan

terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.

Cara menggunakan metode ini yakni ibu harus menyusui

bayinya secara eksklusif (6 bulan), bayi disusui secara ondemand


157

(sesuai kebutuhan bayi), waktu antara pengosongan payudara tidak

lebih dari 4 jam. Metode ini tidak memiliki efek samping (BKKBN. 2012;

Nina Siti Mulyani, dkk. 2013)

b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim

dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur

sehingga tidak terjadi pembuahan.

1) Menurut Mulyani tahun 2013 dan Pinem tahun 2009 cara kerja AKDR

(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yakni:

a) Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR

menyebabkan reaksi toksik untuk sperma sehingga sperma

tidak mampu untuk fertilisasi.

b) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba

fallopi, mencegah pertemuan sperma dan ovum

c) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavumuteri

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

2) Menurut Mulyani tahun 2013 dan Pinem tahun 2009, kontraindikasi

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), yakni:

a) Ibu dengan kemungkinan hamil

b) Ibu pasca melahirkan 2-28 hari, AKDR hanya boleh dilakukan

48 jam dan 40 hari pasca melahirkan

c) Ibu dengan resiko IMS (infeksi menular seksual), terdapat

perdarahan vagina yang tak diketahui

d) 3 bulan terakhir sedang mengalami penyakit radang panggul.


158

e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavumuteri.

f) Sedang mengalami infeksi alat genital seperti vaginitis,

servisitis

g) Dalam 3 bulan terakhir mengalami PRP atau abortus septik

h) Sedang menderita penyakit trofoblas ganas

i) Sedang menderita kanker alat genital

j) Ukuran rahim kurang 5 cm

3) Menurut Pinem tahun 2009, waktu pemasangan AKDR yang tepat

adalah:

a) Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai hari

ketujuh siklus haid

b) Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah

4 minggu pascapersalinan. Setelah 6 bulan bila menggunakan

Metode AmenoreLaktasi (MAL)

c) Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)

bila tidak ditemukan gejala infeksi

d) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

4) Hal yang perlu diperhatikan oleh pasien pengguna AKDR

a) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu

pemasangan AKDR

b) Selama bulan pertama penggunaan AKDR, periksalah benang

AKDR secara rutin, terutama setelah haid.

c) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa

keadaan benang setelah haid apabila mengalami:


159

a. Kram/kejang di perut bagian bawah.

b. Perdarahan/spooting diantara haid atau setelah senggama.

c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami

tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.

d) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi

dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.

5) Menurut BKKBN, 2011 Kembali ke klinik apabila:

a) Tidak dapat meraba benang AKDR.

b) Merasa bagian yang keras dari AKDR.

c) AKDR terlepas.

d) Siklus terganggu.

e) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.

Adanya infeksi.

3. Metode Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

a. Tubektomi (Metode Operatif Wanita/MOW) adalah setiap tindakan

pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang

bersangkutan tidak bisa mendapatkan keturunan lagi.

Cara kerja tubektomi adalah dengan mengikat dan memotong

atau memasang cincin pada tubafallopi sehingga sperma tidak

dapat bertemu ovum.

b. Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan operasi ringan cara mengikat dan

memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan

air mani tidak mengandung spermatozoa.(Nina Siti Mulyani,

dkk.2013)
160

Cara kerja vasektomi adalah Vasektomi merupakan operasi

kecil dan merupakan operasi yang lebih ringan dari pada

sunat/khitanan pada pria. Bekas operasi hanya berupa satu luka di

tengah atau luka kecil di kanan kiri kantong zakar (kantung buah

pelir) atau scrotum. Vasektomi berguna untuk menghalangi

transport spermatozoa (sel mani) di pipa-pipa sel mani pria

(saluran mani pria) (BKKBN, 2015).

2.10 Manajemen Asuhan Varney

2.10.1 Konsep Manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

terfokus pada klien. Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah yang berurutan yaitu

2.10.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

pasien secara keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian dengan

efektif, maka harus menggunakan format pengkajian yang tersandar agar

pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relavan

1. Data subjektif

Data subjektif di peroleh dengan cara melakukan anamnesa.

Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara


161

langsung pada pasien maupun keluarga meliputi, biodata/identitasibu

dan suami pasien, riwayat haid/menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat

obstetri (riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat nifas, riwayat

dan keluarga berencana yang lalu) riwayat kesehatan keluarga, pola

kebiasaan, makan minum, eliminasi, aktivitas dan istirahat data

pengetahuan, psikososial, spiritual, budaya

2. Data objektif

Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan

cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi sesuai dengan kebutuhan,

pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan penunjang.

2.10.1.2 Interpretasi data

Merupakan identifikasi terhadap diagnosa, masalah dan kebutuhan

pasien pada pasien berdasarkan interprestasi yang benar interpestasi

data meliputi diagnosis kebidanan, masalah, kebutuhan

2.10.1.3 Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam

melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi

permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada.

2.10.1.4 Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosa/masalah potensial bidan dapat merumuskan tindakan

emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

2.10.1.5 Intervensi

Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya segera


162

atau rutin, rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat,

baik dari pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan dengan

kebutuhan pasien.

2.10.1.6 Implementasi

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-

sama dengan klien atau anggota tim kesehatan, bila tindakan dilakukan

oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung

jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya.

2.10.1.7 Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat

merencanakan asuhan kebidanan untuk mengetahui keberhasilan

asuhan, dengan mengamati pasien dan memberikan asuhan

berkelanjutan pada pasien.

2.11 Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan

2.11.1 Pengertian

Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumentasi asli

yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi

kebidanan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan

komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam

melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan pasien, tim

kesehatan, serta kalangan bidan sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, dokumentasi merupakan kegiatan

pencatatan, pemeliharaan, dan proses komunikasi terhadap informasi yang

berkaitan dengan pengelolaan pasien guna mempertahankan sejumlah fakta

dari suatu kejadian dalam suatu waktu.


163

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian

harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat

penting dalam merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan

pelayanan kebidanan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang

telah ditentukan sesuai standar asuhan kebidanan dalam keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Registrasi dan Praktik

Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

369/MENKES/SK/III/2007 tentang standart asuhan kebidanan. Penyusunan

data sebagai indicator dari data yang mendukung diagnose kebidanan

adalah suatu kegiatan kognitif yang komplek dan bahkan pengelompokkan

data focus adalah sesuatu yang sulit. (Sumber : Dokumentasi kebidanan )

2.11.2 Tujuan Dokumentasi

Adapun tujuan dokumentasi kebidanan adalah sebagai sarana

komunikasi. Ke bawah untuk melakukan instruksi, Ke atas untuk memberi

laporan, Ke samping (Lateral) untuk memberi saran

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat

berguna untuk:

a. Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim

kesehatan.

b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota

tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali

tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan

ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien.

c. Membantu tim bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.


164

1) Sebagai sarana tanggung jawab dan tanggung gugat Sebagai

upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan

keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap

keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka

perawat/bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang

dilakukan terhadap pasien.

2) Sebagai sarana informasi statistic

Data statistik dari dokumentasi kebidanan dapat membantu

merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM,

sarana, prasarana dan teknis.

3) Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara baik

dan benar akan membantu para siswa kebidanan maupun

siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk

mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori

maupun praktek lapangan.

4) Sebagai sumber data penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan

sebagai sumber data penelitian.

5) Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar,

diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat dicapai,

karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program

pengembangan pelayanan kesehatan.


165

6) Sebagai sumber data perencanaan asuhan kebidanan

berkelanjutan

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan

konsisten mencakup seluruh asuhan kebidanan yang dilakukan.

2.11.3 Fungsi Dokumentasi

a. Bentuk tanggung jawab profesi bidan

Responsibilitas dan akuntabilitas profesi merupakan salah satu

alasan diadakannya dokumentasi asuhan kebidanan.

b. Perlindungan hukum

Informasi dalam dokumentasi kebidanan dapat digunakan pada

saat terjadi kasus malpraktik yang menyangkut pemberian asuhan

kebidanan oleh bidan.

c. Mematuhi standar pelayanan

Sebuah institusi pelayanan kebidanan harus mematuhi standar-

standar tertentu untuk mendapatkan ijin operasional dan kualitas

tertentu (akreditasi).

d. Efisiensi kegiatan dan pembiayaan asuhan

2.11.4 Manfaat Dokumentasi

a. Aspek Administrasi

Dokumentasi kebidanan yang berisi tindakan bidan, berdasarkan

wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedic

dalam mencapai tujuan pelayanan kebidanan.

b. Aspek Medis
166

Dokumentasi berisi catatan yang digunakan sebagai dasar untuk

merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan

kepada pasien.

c. Aspek Hukum

Dokumentasi yang digunakan sebagai tanda bukti dan jaminan

kepastian hukum.

d. Aspek Keuangan

Dokumentasi data atau informasi baik tentang tindakan serta

perawatan pada pasien yang dapat digunakan sebagai perincian

biaya atau keuangan.

e. Aspek Penelitian

Dokumentasi yang digunakan sebagai data dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan melalui studi dokumentasi.

f. Aspek Pendidikan

Dokumentasi kebidanan berisi data informasi tentang

perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang

diberikan kepada pasien yang dapat dipergunakan sebagai bahan

atau referensi pendidikan

g. Aspek Dokumentasi

Dokumentasi yang berisi sumber informasi yang harus

didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban

dalam proses dan laporan pelayanan kebidanan.

h. Aspek Jaminan Mutu

Dokumentasi yang dilakukan dengan baik, lengkap dan akurat

dapat membantu dalam peningkatan mutu asuhan kebidanan. Selain


167

itu, dokumentasi yang dilakukan bias berguna untuk mengetahui

sejauh mana masalah pasien dapat teratasi dan seberapa jauh

masalah baru dapat diidentifikasikan dan dimonitor melalui catatan

yang akurat.

i. Aspek Akreditasi

Dokumentasi dapat digunakan untuk memantau kualitas layanan

kebidanan yang telah diberikan sehingga dapat diambil kesimpulan

tentang tingkat keberhasilan pemberian asuhan kebidanan

j. Aspek Statistik

Informasi statistik dari dokumentasi dapat membantu suatu

institusi untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga dan menyusun

rencana sesuai dengan kebutuhan.

k. Aspek komunikasi

Komunikasi digunakan sebagai koordinasi asuhan kebidanan

yang diberikan oleh beberapa orang untuk mencegah pemberian

informasi berulang-ulang kepada pasien oleh anggota tim kesehatan.

2.11.5 Syarat Dokumentasi

Dalam melakukan dokumentasi asuhan kebidanan, kita perlu

mengetahui aturan atau prinsip umum dalam pembuatan dokumentasi

kebidanan agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Sebelum

prinsip-prinsip tersebut diterapkan, ada beberapa persyaratan

dokumentasi kebidanan yang perlu diketahui, diantaranya sebagai

berikut :

Kesederhanaan. Penggunaan kata-kata yang sederhana, mudah

dibaca, mudah dimengerti, dan menghindari istilah yang sulit dipahami.


168

1. Keakuratan. Data yang diperoleh harus benar-benar akurat

berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Selain itu, terdapat

kejelasan bahwa data yang diperoleh dari pasien. Dengan demikian,

dapat ditarik kesimpulan yang otentik dan akurat serta terhindar dari

kesimpulan yang menyimpang.

2. Kesabaran. Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi

kebidanan dengan meluangkan waktu untuk memeriksa kebenaran

terdapat data pasien yang telah atau sedang diperiksa

3. Ketepatan. Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat

mutlak. Untuk memperoleh ketepatan diperlukan ketelitian dan

penggunaan seperti penilaian gambaran klinis pasien, hasil

laboratorium, pemeriksaan tambahan, pencatatan terhadap setiap

perubahan rencana tindakan, pelayanan kesehatan, observasi yang

dilakukan pada lembar atau bagan yang ditentukan, dan kesesuaian

hasil pemeriksaan dengan hasil atau instruksi dokter dan tenaga

kesehatan lainnya, di mana setiap kesalahan dikoreksi dengan baik

dan pada tanda bukti pencantuman ditandatangani oleh pihak-pihak

yang berwenang.

4. Kelengkapan. Pencatatan terhadap semua pelayanan yang diberikan,

tanggapan bidan, tanggapan pasien, alasan pasien dirawat,

kunjungan dokter dan tenaga kesehatan lainnya beserta advisnya

yang terdiri dari dari 5 atau 7 tahap asuhan kebidanan.

5. Kejelasan dan keobjektifan. Dokumentasi kebidanan memerlukan

kejelasan dan keobjektifan dari data-data yang ada, bukan

merupakan data fiktif dan samar yang dapat menimbulkan keracunan.


169

Data dokumentasi kebidanan harus logis, jelas, rasional, kronologis,

serta mencatumkan nama dan nomor register. Penulisan dimulai

dimulai dengan huruf besar dan setiap penulisan data memiliki

identitas dan waktu.

6. Rahasia (Confidentiality). Informasi yang didapat dari pasien

didokumentasikan dan petugas wajib menjaga atau melindungi

rahasia pasien yang bersangkutan.

2.11.6 Kriteria Pencatatan Asuhan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan adalah system pencatatan

yang digunakan agar asuhan yang dilakukan dapat dicatat dengan

benar, jelas, sederhana dan logis dengan menggunakan metode

pendokumentasian SOAP yang terdiri dari :

a. Subyektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi

keadaan klinis secara lengkap. Subjektif termasuk kedalam langkah 1

dalam 7 langkah varney.

b. Obyektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

dan klien,hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung assessment, objektif termasuk

kedalam langkah 1 dalam 7 langkah varney.

c. Assessment. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interprestasikan data subyektif dan obyektif dalam situasi diagnosa

atau masalah dan antisipasi diagnosa atau masalah potensialo lain.

Assessment termasuk langkah 2,3,4 dalam 7 langkah varney.


170

d. Penatalaksanaan. Menggambarkan pendokumentasian dari

perencanaan, tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment,

penatalaksanaan terdiri dari langkah 5,6,7 dalam 7 langkah varney.


BAB III

KONSEP DASAR

3.1 Kerangka Konsep

Ibu hamil trimester III Ny “R”


usia 28 tahun GI P0000 Ab000

Fisiologis

Penerapan asuhan kebidanan pada kehamilan


fisiologis : Bersalin
Trimester III 4x kunjungan:
1. Kunjungan I UK 32 minggu 5 hari
2. Kunjungan II UK 35 minggu 1 hari
Fisiologis GIP0000Ab000 UK 38
3. Kunjungan III UK 37 minggu
Minggu 3 Hari T/H Letkep
4. Kunjungan IV UK 38minggu

Pemantauan kemajuan persalinan kala I


sama IV denggan partograf

Bayi baru lahir Nifas

Fisiologi
Fisiologis
s

Penerapan asuhan kebidanan Penerapan asuhan kebidanan


pada BBL-Neonatus fisiologis: pada ibu nifas fisiologis :
Kunjungan I (umur 1 hari) Kunjungan I (1 hari PP)
Kunjungan II (umur 5 hari) Kunjungan II ( 5 hari PP) KB
Kunjungan III ( 12 hari PP)
Kunjungan IV ( 4 minggu 5 hari
PP)

Keterangan :
: dilakukan asuhan Kunjungan I (12 hari PP): Konseling
pelayanan KB
Kunjungan II ( 4 Minggu 5 hari PP):
Evaluasi konseling pelayanan KB

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

171
172

Dalam pelaksanaan tugas akhir penulis melakukan asuhan kebidanan pada


Ny”R” usia 28 tahun GI P0000 AB000 mulai hamil trimester 3 sampai KB dengan
melakukan kunjungan rumah minimal 12 X. Pertama penulis melakukan inform
consent terhadap klien dan keluarga sebagai bukti lembar persetujuan terhadap
asuhan yang akan penulis berikan . Selanjutnya penulis melakukan kunjungan
rumah sebanyak 4 X selama masa kehamilan yaitu : kunjungan 1 (UK 32 minggu 5
hari), kunjungan 2 (UK 35 minggu 1 hari), kunjungan 3 ( UK 37 minggu) dan
kunjungan 4 (UK 38 minggu ). Proses persalinan dilakukan pada UK 38 minggu 3
hari penulis melakukan pengkajian dan asuhan mulai kala 1 persalinan sampai kala
4. Penulis menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan klien.

Masa nifas dilakukan kunjungan sebanyak 4 kali yaitu : kunjungan 1 pada 1

hari postpartum, kunjungan 2 pada 5 hari postpartum, kunjungan 3 pada 12 hari

postpartum dan kunjungan 4 pada 4 minggu 5 hari postpartum. Kunjungan pada

BBL dilakukan selama 2 kali yaitu saat bayi usia 1 hari pada kunjungan pertama dan

5 hari pada kunjungan kedua. Kunjungan KB dilakukan bersamaan dengan

kunjungan nifas ke 3 dan 4 yaitu pada 12 hari postpartum pada kunjungan pertama

dan 4 minggu 5 hari postpartum pada kunjungan kedua.


BAB IV

ASUHAN KEBIDANAN

4.1 Asuhan Kehamilan

4.1.1 Kunjungan 1

No Register :

Tanggal Pengkajian : 5 April 2017

Tempat : Rumah Pasien

Oleh : Della Darwiana

1. Data Subjektif

a. Identitas :

Nama Ibu :Ny “R” Nama suami : Tn”S”

Umur :28 Tahun Umur : 28 Tahun

Agama :Islam Agama : Islam

Pendidikan :S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan :Karyawan Alfamart Pekerjaan : Travel

Alamat :Jalan perunggu selatan No 15A/43

b. Keluhan utama : Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang

pertama dengan usia kehamilan 8 bulan dan ibu mengeluh meriang

seperti gejala flu . Ibu mengatakan terkadang malas meminum

vitamin yang diberikan bidan.

c. Riwayat Menstruasi

173
174

d.

Siklus : 28 hari.

Teratur/tidak : Teratur.

Flour Albus : iya.

e. Riwayat obstetri

Hamil ini.

f. Riwayat Pernikahan

Kawin ke :1

Berapa lama : 9 bulan

Nikah umur : 27 Tahun.

g. Riwayat Kehamilan Sekarang

HPHT : 19-8-2016

HPL : 26-5-2017

h. Keluhan :

1) Trimester I

Pada trimester I ibu mengeluh mual muntah tetapi tidak

berlebihan ibu dianjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering, terapi

oral yang diberikan : Asam Folat 1x1, prenatal 1x1,

2) Trimester II

Pada trimester II Ibu tidak mengeluh apa-apa. Terapi oral yang

diberikan : Asam Folat 1x1, Novabion 1x1.

3) Trimester III

Pada trimester III ibu mengeluh flu. Terapi oral yang diberikan :

kalk 1x1, Novabion


175

i. Riwayat Pemeriksaan ANC : ibu sering melakukan pemeriksaan

ANC.

j. Riwayat Kesehatan Ibu

Ibu dan keluarga tidak pernah menderita sakit tekanan darah tinggi,

diabetes, jantung, dan asma.

k. Riwayat Psikologi

Ibu sangat merespon jika diajak berbicara tentang kehamilannya ini.

Ibu senang dengan kehamilannya saat ini dan ingin mengetahui

banyak tentang kehamilan.

l. Pola Kebutuhan Sehari-Hari

1) Pola Nutrisi : Ibu makan 3x sehari dengan komposisi nasi,

lauk, sayur, ikan. Ibu juga tidak tarak makan. Minum ± 6 gelas setiap

hari.

2) Pola Eliminasi : Ibu mengatakan BAB ± 1 kali sehari dan BAK

5-7 kali sehari dan tidak ada masalah eliminasi selama kehamilan.

3) Pola Istirahat : ibu mengatakan tidur malam ± 6 - 7 jam dan

tidak pernah tidur siang.

4) Pola Aktivitas : ibu bekerja di kantor alfamart Singosari setiap

hari senin-jumat mulai pukul 08.00-17.00 dan libur pada hari sabtu

dan minggu. Ibu harus naik turun tangga saat sholat di jam kerja.

5) Pola Personal Hygine : ibu mandi 2 kali sehari dan sering ganti

celana dalam.

6) Pola Kebiasaan : ibu tidak merokok, tidak minum minuman

keras, tidak mengkonsumsi jamu dan tidak pijat perut.


176

2. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/70 mmHg suhu : 36,5oC

Nadi : 85 x/menit RR :20 X/menit

BB sebelum hamil : 58 kg

LILA : 28 cm

TB : 160 cm

UK : 32 Minggu 5 hari

Pemeriksaan Fisik

a. Muka : Tidak pucat, tidak odema

b. Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada

bendungan vena jugalaris

d. Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, tidak

ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, ASI -/-.

e. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae

gravidarum,

Leopold I : TFU pertengahan px pusat ,pada bagian

fundus teraba lunak dan tidak melenting (bokong),

Leopold II : Bagian samping kanan teraba keras seperti

papan (PUKA), bagian kiri teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas)

Leopold III : bagian terbawah teraba bulat, keras,

melenting (letkep). Kepala belum masuk PAP


177

DJJ : 146 x/mnt

f. Ekstremitas :

Atas : simetris, tdak odema, tidak varises, turgor kulit

baik

Bawah :simetris, tdak odema, tidak varises, turgor kulit

baik, reflek patella +/+

3. Analisa

Ny”R” usia 28 tahun GI P0000 Ab000 32 minggu 5 hari T/ H/

Letkep dengan kehamilan fisiologis.

4. Penatalaksanaan

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien,ibu

kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.

2) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan rencana

asuhan yang akan diberikan, ibu memahami.

3) Memberikan KIE tentang pola istirahat (sebaiknya ibu

beristirahat cukup, tidak terlalu capek dan tidak bekerja berat),

dan KIE tentang nutrisi (Ibu mengkonsumsi banyak air putih

dan makanan bergizi karena gejala flu menunjukkan sistem

imun ibu yang menurun), ibu memahami.

4) Menganjurkan Ibu untuk periksa ke bidan/dokter apabila

gejala tidak hilang dalam 3 hari, ibu bersedia.

5) Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 22 april 2016

untuk mengetahui perkembangan kehamilannya , ibu

menyepakati kunjungan ulang.


178

4.1.2 Kunjungan 2

No Register :

Tanggal Pengkajian : 22 April 2017

Tempat : Jalan Silikat Gg I

Oleh : Della Darwiana

1. Data subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa pun. Ibu mengatakan kurang

mengerti akan tanda bahaya kehamilan dan efek dari aktivitasnya

yang sering naik turun tangga.

2. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/70 mmHg suhu: 36,3oC

Nadi : 80 x/menit RR :24 X/menit

BB : 69 kg

UK : 35 Minggu 1 hari

Pemeriksaan Fisik

a. Muka : Tidak pucat, tidak odema

b. Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

c. Payudara : ASI -/-.

d Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae

gravidarum,
179

Leopold I : TFU 28cm ,pada bagian fundus teraba lunak dan

tidak melenting (bokong),

Leopold II : Bagian samping kiri teraba keras seperti papan

(PUKI), bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas)

Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras, melenting

(letkep). Kepala belum masuk PAP

DJJ : 142 x/mnt

TBJ : 2480 gr

e. Ukuran Panggul : Lingkar Panggul : 75cm

Distansia Spinarum : 26 cm

Distansia Kristarum : 29 cm.

Konjugata Eksterna : 22 cm

f. Ekstremitas : Varises -/- , Oedema -/-

3. Analisa

Ny”S” usia 31 tahun GIP0000 Ab000 dengan UK 35 minggu 1 hari T/ H/

Letkep dengan kehamilan fisiologis.

4. Penatalaksanaan

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien,ibu

kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.

2) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan rencana

asuhan yang akan diberikan, ibu memahami.

3) Menjelaskan tanda bahaya kehamilan trimester III, ibu

mengerti.
180

4) Menganjurkan Ibu untuk jalan-jalan setiap pagi agar kepala

cepat turun ke PAP, ibu bersedia.

5) Menganjurkan Ibu untuk tidak terlalu sering naik turun tangga

agar tidak kelelahan, Ibu bersedia.

6) Menganjurkan Ibu untuk melakukan pemeriksaan Lab, Ibu

bersedia.

7) Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 5 Mei 2017 untuk

mengetahui perkembangan kehamilannya , ibu menyepakati

kunjungan ulang.
181

4.1.3 Kunjungan 3

No Register :

Tanggal Pengkajian : 5 Mei 2017

Tempat : Jalan Perunggu Selatan No 15A/43

Oleh : Della Darwiana

1. Data subjektif

Ibu mengatakan perutnya kadang kadang sudah mulai kenceng-

kenceng.

2. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/80 mmHg suhu: 36,5oC

Nadi : 82 x/menit RR :20 X/menit

BB : 69,5 kg

UK : 37 Minggu

Pemeriksaan Fisik

a. Muka : Tidak pucat, tidak odema

b. Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

c. Payudara : ASI -/-.

d Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae

gravidarum,
182

Leopold I : TFU 29cm ,pada bagian fundus teraba lunak dan

tidak melenting (bokong),

Leopold II : Bagian samping kiri teraba keras seperti papan

(PUKI), bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas)

Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras, melenting

(letkep).

Leopold IV : Kepala masuk PAP 4/5 bagian.

DJJ : 142 x/mnt

TBJ : (29-11) x 155 = 2.790 gr

e. Ekstremitas : Varises -/- , Odema -/-

3. Analisa

Ny”S” usia 31 tahun GIP0000 Ab000 dengan UK 37 minggu T/ H/ Letkep

dengan kehamilan fisiologis.

4. Penatalaksanaan

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien,ibu kooperatif

dengan tindakan yang akan dilakukan.

2) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan rencana

asuhan yang akan diberikan, ibu memahami.

3) Menjelaskan tanda-tanda persalinan, Ibu memahami.

4) Menganjurkan Ibu untuk mulai menghitung his dalam 10 menit

berapa kali, ibu memahami dan bersedia

5) Menyepakati jadwal kunjungan pada tanggal 12 Mei 2017 untuk

mengetahui perkembangan kehamilannya , ibu menyepakati

kunjungan ulang.
183

4.1.4 Kunjungan 4

No Register :

Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2017

Tempat : Jalan Perunggu Selatan No 15A/43

Oleh : Della Darwiana

1. Data subjektif

Ibu mengatakan kenceng – kenceng nya sudah semakin sering, ibu

mengetahui tanda-tanda persalinan namun belum mengetahui apa

yang harus dilakukan saat persalinan.

2. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/70 mmHg suhu: 36,3oC

Nadi : 84 x/menit RR :22 X/menit

BB : 70 kg

UK : 38 Minggu

Pemeriksaan Fisik

a. Muka : Tidak pucat, tidak odema

b. Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

c. Payudara : ASI -/-.

d Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae

gravidarum,
184

Leopold I : TFU 29cm ,pada bagian fundus teraba lunak dan

tidak melenting (bokong),

Leopold II : Bagian samping kiri teraba keras seperti papan

(PUKI), bagian kanan teraba bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas)

Leopold III: bagian terbawah teraba bulat, keras, melenting

(letkep).

Leopold IV : Kepala masuk PAP 4/5 bagian.

DJJ : 138 x/mnt

TBJ : (29-11) x 155 = 2.790 gr

e. Ekstremitas : Varises -/- , Odema -/-

3. Analisa

Ny”S” usia 31 tahun GIP0000 Ab000 dengan UK 38 minggu T/ H/ Letkep

dengan kehamilan fisiologis.

4. Penatalaksanaan

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien,ibu kooperatif

dengan tindakan yang akan dilakukan.

2) Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan rencana

asuhan yang akan diberikan, ibu memahami.

3) Mengajari Ibu cara meneran yang benar, Ibu dapat

mempraktekkan.

4) Menunjukkan beberapa posisi meneran, ibu memahami dan bisa

mempraktekkan.

5) Memberitahu Ibu tentang apa saja yang harus dipersiapkan saat

persalinan, Ibu memahami dan bersedia melaksanakan.


185

6) Menganjurkan Ibu untuk segera datang ke tenaga kesehatan

apabila ada tanda-tanda persalinan, Ibu memahami dan bersedia

melaksanakan.
186

4.2 Laporan Pelaksanaan Asuhan Persalinan

4.2.1 Asuhan Persalinan Kala I

Hari/ tanggal pengkajian : Senin, 15 Mei 2017

Waktu : 05.00 WIB

Tempat : BPM Sri Hartatik Amd. Keb

Oleh : Della Darwiana

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sangat sering hampir

setiap 5 menit sejak pukul 03.00 WIB tadi subuh, namun belum keluar

lendir dan darah.

2. Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 37,60C

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, Tidak Oedema.

Mata : Sklera Putih, Konjungtiva merah muda.

Payudara :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal,

putting menonjol, ASI -/-


187

Abdoment :TFU 29 cm, punggung kiri, letkep, kepala sudah masuk PAP

teraba3/5 bagian,HIS : 3x10‟.35”, DJJ:135 x/menit,

Genetalia :Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah,

pemeriksaan VT :Ø2 cm, eff 50 %, ketuban (+) , bagian

terdahulu kepala, Hodge II.

Ekstremitas : Atas : Tidak oedema.

Bawah : Tidak oedema, Tidak Varises

3. Analisa

GI P0000 Ab000 38 minggu 3 hari T/H/Letkep inpartu kala I fase laten.

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaaan baik, ibu memahami.

2) Menganjurkan ibu miring kiri agar sirkulasi pernapasan dari ibu

kebayinya tidak terhambat, dan mempercepat penurunan kepala, ibu

bersedia melaksananakan.

3) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum apabila tidak ada his, ibu

bersedia melaksanakan

4) Menganjurkan ibu agar tidak menahan BAK dan BAB, ibu bersedia

melaksanakan.

5) Membimbing ibu untuk relaksasi dengan menarik nafas panjang apa

bila berkontraksi, ibu memahami dan bersedia melaksanakan.

6) Memantau DJJ, his, TTV, dan kemajuan persalinan dan hasil

terlampir dalam bentuk partograf

7) Menyiapkan partus set dan perlengkapan ibu dan bayi.


188

4.2.2 Asuhan Persalinan Kala II

Hari/ tanggal pengkajian : Senin, 15 Mei 2017

Waktu : 07.45 WIB

Tempat : BPM Sri Hartatik Amd. Keb

Oleh : Della Darwiana

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan sudah tidak tahan lagi sangat ingin mengejan dan seperti

ingin buang air besar.

2. Data Objektif

K/u : Baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 120/80 mmHg

N : 84 x/menit

RR : 22 x/menit

S : 37,50C

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, Tidak Oedema.

Mata : Sklera Putih, Konjungtiva merah muda.

Abdoment :letkep, kepala sudah masuk PAP teraba

1/5 bagian, HIS : 4x10‟.45”, DJJ : 145x/menit

Genetalia : Ketuban pecah spontan hijau, perineum menonjol dan

tekanan pada vulva dan anus membuka,


189

VT :Ø 10cm, eff 100%, ketuban (-), bagian terdahulu

kepala, tidak ada bagian kecil disamping bagian terdahulu,

bagian terendah UUK, Hodge III+, molase 0.

3. Analisa

GI P0000 Ab000 38 minggu 3 hari T/H/Letkep inpartu kala II

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaaan baik, ibu memahami.

2) Menganjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi, dan istirahat jika

tidak ada kontraksi.ibu bersedia dan mengikuti nasehat bidan.

3) Meminta suami untuk member ibu makan dan minum saat tidak ada

kontraksi, suami bersedia.

4) Menganjurkan ibu untuk mengejan sesuai teknik yang sudah diajarkan,

ibu melakukan dengan baik teknik mengejan yang sudah diajarkan.

5) Memimpin persalinan sesuai dengan APN 58 langkah.

6) Bayi lahir spontan pukul 07.53 WIB. Jenis kelamin perempuan,

bergerak aktif, menangis kuat, dan kulit kemerahan.

7) Melakukan IMD pada bayi, ibu bersedia bayi berhasil melakukan IMD

dengan menghisap kuat pada payudara ibu.

8) Persiapan management aktif kala III


190

4.2.3 Asuhan Persalinan Kala III

Hari/ tanggal pengkajian : Senin, 15 Mei 2017

Waktu : 07.53 WIB

Tempat : BPM Sri Hartatik Amd. Keb

Oleh : Della Darwiana

1. Data Subjektif

Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya, ibu mengatakan perutnya

masih mules.

2. Data Objektif

K/u : Baik

Kesadaran : Composmentis

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, tidak oedema.

Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda.

Abdoment : Uterus tampak globuler, kontraksi baik

Genetalia : Terdapat semburan darah ± 75 cc dan talipusat memanjang

3. Analisa

P1001 Ab000 dengan inpartu kala III.

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaaan baik,

ibu memahami.

2) Mengecek fundus, kehamillan tunggal.


191

3) Melakukan suntik oxytosin 10 IU atau 1 cc secara IM di paha kanan

ibu, sudah dilakukan sesuai prosedur.

4) Melakukan dorsokranial dengan cara tangan kiri dorsokranial dan

tangan kanan melakukan peneganan talipusat, plasenta lahir lengkap

pukul 08.01 WIB.

5) Melakukan masasse fundus sebanyak 15x dalam 15 detik, kontraksi

uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat.

6) Memeriksa robekan jalan lahir, robekan jalan lahir derajat 2.

7) Melakukan heacting, heacting sudah dilakukan di kulit perineum,

mukosa vagina dan otot perineum.

8) Menyeka ibu dan membersihkan tempat tidur dan mencuci alat yang

sudah direndam dengan larutan klorin.


192

4.2.4.Asuhan PersalinanKala IV

Hari/ tanggal pengkajian : Senin, 15 Mei 2017

Waktu : 08.30 WIB

Tempat : BPM Sri Hartatik Amd. Keb

Oleh : Della Darwiana

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya dan ibu merasa lega.

2. Data Objektif

K/u : Baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 100/60 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,60C

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, tidak oedema.

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.

Payudara : Tidak ada benjolan abnormal, putting susu menonjol,

Pengeluaran ASI -/-

Abdoment : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih

kosong.

Genetalia : Perdarahan ± 100 cc, tidak ada robekan.

Ekstremitas : Atas : Tidak oedema

Bawah: Tidak oedema.

3. Analisa
193

P1001 Ab000 dengan inpartu kala IV.

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu memahami.

2) Melakukan pemantauan pada 2 jam setelah melahirkan yaitu 1 jam

pertama setiap 15 menit, dan 2 jam kedua setiap 30 menit meliputi

TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan.

Tabel 4.1 Tabel 2 jam postpartum


Tekanan
N Nadi Suhu Kontraksi Kandun Perdara
Jam Darah TFU
o (x/m) (0c) Uterus g Kemih han
(mmHg)

08:30 100/60 80 36,60 2 jari Baik Kosong 15cc

c pusat

1 08:45 100/60 82 2 jari Baik Kosong -

pusat

09:00 100/70 82 2 jari Baik Kosong 10cc

pusat

09:15 100/70 80 2 jari Baik Kosong 10cc

pusat

2 09:45 100/70 80 36,30 2 jari Baik Kosong -

c pusat

10:15 110/70 82 2 jari Baik Kosong 15cc

pusat
194

3) Melakukan rawat gabung ibu dengan bayinya serta menganjurkan ibu

untuk menyusui bayinya meskipun ASI tidak keluar agar merangsang

pengeluaran ASI, Ibu bersedia .

4) Menganjurkan ibu makan dan minum, ibu bersedia.

5) Memberikan KIE tentang mobilisasi dini yaitu menganjurkan ibu untuk

miring kanan dan miring kiri apabila ibu tidak pusing dapat dilanjutkan

dengan duduk, berdiri, dan berjalan perlahan, ibu memahami dan

bersedia melaksanakan.

6) Memberikan KIE tentang personal hygine yaitu menjaga kebersihan diri

dengan mandi 2x sehari, mengganti celana dalam apabila dirasa tidak

nyaman dan mengajarkan cara cebok yang benar, ibu memahami dan

bersedia melaksanakan.

7) Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar dan cara merawat

payudara, ibu bersedia dan bisa menyusui dengan cara yang benar.

8) Memberikan KIE tentang tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan

yang masih keluar banyak, demam tinggi, dan darah nifas yang berbau,

ibu membahami.
195

4.3 Laporan Pelaksanaan Asuhan Nifas

4.3.1 Asuhan Nifas Kunjungan 1 hari postpartum

Hari/ tanggal pengkajian : Selasa, 16 Mei 2017

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Jl.Perunggu Selatan No 15A/43

Oleh : Della Darwiana

1. Subjektif

Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya, Ibu mengatakan masih

sedikit mules dan tidak ada keluhan lain setelah melahirkan sampai

sekarang, namun ASI nya masih belum keluar.

2. Objektif

KU : baik

TTV

TD : 110 / 80 mmHg RR : 20x / menit

Nadi : 80x / menit Suhu : 36,5°C

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, tidak oedema

Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

Payudara :Puting susu menonjol, tidak bengkak, tidak lecet, dan tidak

nyeri tekan, ASI (-/-)

Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih

kosong

Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea rubra ± 25 cc

Ekstermitas : Atas : Tidak ada oedema, turgor kulit baik

Bawah : Tidak ada oedema, Varises (-/-)


196

3. Analisa

P1001 Ab000 dengan 1 hari post partum fisiologis

4. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan seluruh hasil pemeriksaan, ibu mengerti

2) Mengingatkan ibu bahwa mules itu adalah hal yang normal, karena

rahim ibu sedang berkontraksi dengan baik. Ibu mengerti mules yang

dialami adalah hal yang wajar.

3) Memberi KIE tentang manfaat ASI bagi bayi. Ibu memahami.

4) Memberitahu Ibu agar terus menyusui bayinya untuk merangsang

produksi ASI melalui hisapan bayi, Ibu bersedia melaksanakan.

5) Mengajari Ibu cara meneteki yang benar. Ibu dapat melakukan dengan

benar.

6) Memberitahu Ibu untuk tidak takut BAB dan BAK meskipun ada luka

jahitan. Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan.

7) Memberikan konseling untuk tidak memakai stagen dan boleh memakai

gurita tetapi tidak terlalu ketat, karena akan mengganggu kontraksi

dalam rahim dan menghambat peredaran darah sehingga

menyebabkan kaki ibu bengkak. Ibu bersedia dan ibu hanya mau

memakai gurita saja.

8) Memberikan KIE tentang cara menjaga kehangatan bayi yaitu dengan

memakaikan bayi topi dan membedong bayi. ibu bersedia dan sudah

melakukan.

9) Memberikan KIE tentang perawatan bayi baru lahir,cara memandikan

bayi, cara merawat talipusat yaitu tidak boleh dibubuhi apapun hanya
197

ditutup kasa steril dan mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya

setiap pagi. Ibu mengerti dan bersedia melaksanakan.

10) Memberikan KIE tentang asupan nutrisi yaitu agar ibu tidak tarak

makan dan makan makanan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat

sembuh serta banyak mengkonsumsi sayuran hijau agar ASI nya cepat

keluar, ibu mengerti dan bersedia melaksanakan.

11) Memberikan KIE tentang pola istirahat, yaitu ibu istirahat apabila

bayinya tidur, ibu mengerti dan bersedia melaksanakan.

12) Memberikan KIE personal hygine, agar tetap menjaga kebersihan

tubuhnya dengan mandi 2x sehari dan mengganti celana dalam apabila

dirasakan lembab dan tidak nyaman. Ibu mengerti dan bersedia

melakukan.

13) Memberikan KIE tentang tanda bahaya masa nifas seperti pusing

yang terus menerus dan tidak reda meski sudah beristirahat, perut

terasa lembek saat dimasaase, demam tinggi, keluar darah banyak

melalui jalan lahir dan jika bayi tidak mau menyusui, bayinya terlihat

kuning, tali pusat berbau dan kemerahan disekitarnya. Ibu dan keluarga

mengerti jika terjadi seperti diatas ibu akan segera ke tenaga

kesehatan.

14) Mengingatkan Ibu untuk meminum obat yang diberi bidan (Asam

mefenamat 500 mg 3x1 sehari, Amoxcillin 500 mg 3x1 sehari, lancar

ASI 2x1, dan multivitamin 1x1 sehari, ibu bersedia meminum obat

sesuai anjuran yang diberikan.

15) Menyepakati kunjungan ulang di rumah 4 hari berikutnya pada

tanggal 20 Mei 2017, ibu menyetujui.


198

4.3.2 Asuhan Nifas Kunjungan 5 hari postpartum

Hari/ tanggal pengkajian : Jum‟at, 20 Mei 2017

Waktu : 15.00 WIB

Tempat : Jalan Perunggu Selatan No 15A/43 (Rumah

Pasien)

Oleh : Della Darwiana

1.Subjektif

Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar sejak hari ke tiga dan bayinya

menetek dengan sangat kuat.

2. Objektif

KU : Baik

TTV

TD : 110 / 80 mmHg RR : 22x / menit

Nadi : 80x / menit Suhu : 36,3°C

Pemeriksaan fisik

Muka :Tidak pucat, tidak oedema

Mata :Sklera putih, konjungtiva merah muda

Payudara :Puting susu menonjol, tidak bengkak, tidak lecet, dan tidak

nyeri tekan, ASI (+/+)

Perut :TFU 3 jari diatas simfisis., kontraksi baik, kandung kemih

kosong

Genetalia :Tidak ada perdarahan abnormal, Terdapat pengeluaran

merah kecoklatan yaitu lochea sanguinolenta ± 20 cc


199

Ekstermitas :Atas : Oedema -/- , turgor kulit baik

Bawah : Oedema -/-, Varises -/-

3. Analisa

P1001 Ab000 dengan 5 hari post partum fisiologis

4. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan seluruh hasil pemeriksaan, Ibu mengerti

2) Mengingatkan kembali KIE yang diberikan sebelumnya tentang

manfaat ASI adalah agar bayinya tidak mudah sakit, komposisi dalam

ASI sesuai dengan yang dibutuhkan bayinya atau setiap 2 jam sekali,

baik untuk proses pemulihan Rahim dan menjalin kedekatan dengan

ibu, ibu mengerti dan sudah melakukannya.

3) Mengingatkan kembali KIE yang diberikan sebelumnya mengenai

asupan nutrisi bahwa ibu tidak boleh tarak makan, dan makan

makanan berprotein tinggi juga sayuran hijau. Ibu mengerti dan sudah

melakukannya..

4) Mengingatkan kembali KIE yang diberikan sebelumnya mengenai pola

istirahat dimana ibu tidur saat bayinya tidur, ibu memahami dan sudah

melakukannya.

5) Memastikan bahwa KIE yang diberikan sebelumnya tentang cara

meneteki yang baik dan benar sudah dilakukan oleh ibu, ibu sudah

melakukannya dengan benar.

6) Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 26 Mei 2017, ibu

menyetujui.
200

4.3.3 Asuhan Nifas Kunjungan 12 hari postpartum

Hari/ tanggal pengkajian : Sabtu, 27 Mei 2017

Waktu : 15.00 WIB

Tempat : Jalan Perunggu Selatan No 15A/43 (Rumah

Pasien)

Oleh : Della Darwiana

1.Subjektif

Ibu mengatakan bayinya pintar menyusu dan ASI nya sudah keluar

banyak. Ibu mengatakan bahwa talipusat bayinya sudah lepas saat usia

anaknya 7 hari. Ibu mengatakan luka perineumnya terkadang terasa nyeri.

Ibu mengatakan belum memutuskan menggunakan KB apa.

2. Objektif

KU : Baik

TTV

TD : 110 / 70 mmHg RR : 22x / menit

Nadi : 84x / menit Suhu : 36,3°C

Pemeriksaan fisik

Muka :Tidak pucat, tidak oedema

Mata :Sklera putih, konjungtiva merah muda

Payudara :Puting susu menonjol, tidak bengkak, tidak lecet, dan tidak

nyeri tekan, ASI (+/+)

Perut :TFU tidak teraba

Genetalia :Tidak ada perdarahan abnormal, terdapat pengeluaran darah

merah kekuningan yaitu lochea serosa ± 15 cc


201

Ekstermitas :Atas : Oedema -/- , turgor kulit baik

Bawah : Oedema -/-, Varises -/-

3. Analisa

P1001 Ab000 dengan 12 hari post partum fisiologis

4. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan seluruh hasil pemeriksaan, Ibu mengerti

2) Memberi tahu Ibu untuk tidak membatasi mobilisasinya, agar tidak takut

bergerak melainkan banyak bergerak agar luka perineumnya cepat

sembuh, ibu mengerti dan bersedia melaksanakan.

3) Memberitahu Ibu agar tidak takut untuk BAB dan menjaga kebersihan

perineumnya dengan membersihkan nya saat BAK atau BAB dengan

membasuh vagina dari depan ke belakang, Ibu mengerti dan bersedia

melaksanakan..

4) Memberi KIE nutrisi untuk banyak mengkonsumsi protein atau telur

rebus bagian putihya agar jahitan cepat kering, ibu memahami dan

sudah melakukannya.

5) Memberi konseling Ibu tentang KB dan macam-macam nya. Ibu

memahami macam-macam KB.

6) Menyepakati kunjungan ulang untuk evaluasi KB pada 17 Juni 2017,

ibu menyetujui.
202

4.3.4 Asuhan Kunjungan NIfas 4 Minggu 5 hari

Tanggal : 17 Juni 2017

Waktu : 09.00

Tempat : Jalan Perunggu Selatan No 15A/43 (Rumah Pasien)

Oleh : Della Darwiana

1. Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan sejauh ini. ASI nya lancar, bayinya

menyusu dengan kuat. Darah yang keluar tinggal flek berwarna kuning.

Luka jahitan Ibu sudah kering. Ibu mengatakan hendak masuk kerja setelah

3 bulan cuti.

2. Objektif

KU : Baik

TTV

TD : 120 / 80 mmHg RR : 20x / menit

Nadi : 82x / menit Suhu : 36,3°C

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, tidak oedema

Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

Payudara : Puting susu menonjol, tidak ada benjolan, konsistensi

keras, tidak ada nyeri tekan, pengeluaran ASI (+/+)

Genetalia : Luka perineum sudah kering, Terdapat pengeluaran lochea

alba (flek).

Ekstermitas : Atas : Oedema -/-

Bawah : Oedema -/-, Varises -/-


203

3. Analisa

P1001 Ab000 postpartum 4 minggu 5 hari fisiologis.

4. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan seluruh hasil pemeriksaan, Ibu mengerti

2) Memastikan Ibu tidak tarak makan dan beraktivitas normal seperti biasa,

Ibu tidak tarak makan dan sudah beraktivitas normal.

3) Memberitahu Ibu untuk tetap menjaga kebersihan genetalia nya

meskipun luka heacting sudah kering, Ibu mengerti dan bersdia

melaksanakan.

4) Mengingatkan Ibu kembali akan pentingnya ASI bagi bayi, Ibu memahami

5) Memberi KIE Ibu untuk memompa ASI saat nanti sudah mulai bekerja

agar bayinya tetap meminum ASI, Ibu bersedia dan melaksanakan.

6) Memberitahu Ibu dampak dari ASI yang tidak dikeluarkan, Ibu

memahami.

7) Menganjurkan Ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada

keluhan, Ibu bersedia melaksanakan.


204

4.4 Laporan pelaksanaan Asuhan BBL

4.4.1 Kunjungan BBL 1 Hari

Hari/ tanggal pengkajian : Selasa, 16 Mei 2017

Waktu : 11.00 WIB

Tempat : Jalan perunggu selatan No 15A/43 (Rumah

Pasien)

Oleh : Della Darwiana

1. Subjektif

Ibu mengatakan ini adalah anak pertamanya yang lahir kemarin hari senin

tanggal 15 Mei 2017 pukul 07.53. Bayi nya lahir secara normal dan

langsung menangis. Ibu mengatakan tidak ada masalah apapun pada

anaknya, bayinya menyusu dengan kuat dan sudah mendapat imunisasi

Hb0 kemarin setelah 2 jam persalinan.

2. Objektif

KU : Baik

Frekuensi jantung bayi : 142 x/menit

RR : 52 x/menit

S : 370C

PB : 49 cm

BB : 2500 gram

Apgar Score :8

Jenis Kelamin : Perempuan

Anus :(+)

Kelainan :(-)

Pemeriksaan Antropometri
205

Suboksipito breghmatika : 32 cm

Fronto oksipitalis : 32 cm

Mento oksipitalis : 34 cm

Submento breghmatika : 32 cm

Lingkar Dada :30 cm

Pemeriksaan fisik

Kepala : Tidak ada caput succedaneum dan chepal hematom

Muka :, Tidak oedema, warna kemerahan.

Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda.

Hidung : Bersih, simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran cairan abnormal.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada

bendungan vena jugularis.

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ronchi maupun

wheezing.

Abdomen :Tidak ada meteorismus, Tidak ada perdarahan tali pusat,

talipusat basah dan terbungkus kasa steril, tidak ada

tanda-tanda infeksi.

Genetalia : Labia mayor menutupi labia minor, BAK (+)

Anus : Tidak ada kelainan, BAB (+)

Ekstremitas: Gerakan aktif, turgor kulit baik

Pemeriksaan reflek

Reflek sucking : (+)

Reflek swallowing : (+)

Reflek rooting : (+)


206

Reflek graps : (+)

Reflek glabella : (+)

Reflek babinsky : (+)

Reflek Morro : (+)

3. Analisa

Bayi Ny. “R” usia 1 hari NCB SMK fisiologis

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang semua hasil

pemeriksaan, ibu mengerti.

2) Menganjurkan ibu agar menjaga bayi tetap kering dan hangat untuk

mencegah kehilangan panas serta pastikan kepala bayi terlindung

dengan baik karena pada bayi luas tubuh yang cepat kehilangan panas

adalah pada kepala bayi, ibu mengerti dan bersedia melaksanakan.

3) Memberikan KIE pada ibu untuk tetap menyusui bayinya minimal 2 jam

sekali karena ASI belum keluar bisa dibantu dengan sufor, ibu mengerti

dan bersedia melaksanakan.

4) Memberikan KIE tentang perawatan bayi sehari-hari, seperti

memandikan bayi, memelihara tali pusat agar tetap kering, dan rutin

menjemur bayinya setiap pagi selama 10 atau 15 menit dibawah jam 9.

ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali penjelasan yang telah

diberikan.

5) Memberikan KIE tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti tali

pusat menjadi kemerahan, terdapat bintik – bintik disekitar talipusat,

bayi demam tinggi, bayi menjadi kuning, bayi tidak menyusui dengan
207

kuat, bayi tidur terus dan bayi kejang, Ibu mengerti dan dapat

mengulangi penjelasan yang diberikan.

6) Menyepakati kunjungan 5 hari lagi pada tanggal 20 Mei 2017, ibu

menyetujui dan bersedia .


208

4.4.2 Kunjungan Neonatus hari ke 5

Hari/ tanggal pengkajian : Jum‟at, 20 Mei 2017

Waktu : 15.00 WIB

Tempat : Jalan perunggu selatan No 15A/43 (Rumah

Pasien)

Oleh : Della Darwiana

1. Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sehat, bayi dapat menyusu dengan kuat dan ASI

Ibu sudah keluar. Namun terkadang masih dibantu oleh susu formula. Ibu

mengatakan talipusat bayinya sudah kering tinggal menunggu terlepas.

Selama ini yang memandikan bayi ialah nenek bayi Tidak ada masalah

apapun pada bayinya dan bayinya tidak rewel.

2. Objektif

KU : Baik

Frekuensi jantung bayi : 145 x/menit

RR : 48 x/menit

S : 36,80C

FO(Fronto oksipitalis) : 32 cm

BB : 2.500gr

Pemeriksaan fisik

Kepala : Tidak ada caput succedaneum dan chepal hematoma

Muka : Tidak pucat, tidak oedema, warna kemerahan.

Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda.

Hidung : bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran cairan abnormal.


209

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ronchi maupun

wheezing.

Abdomen : Tidak Meteorismus, tidak ada perdarahan tali pusat, tali

pusat sudah kering namun belum lepas, tidak ada tanda-

tanda infeksi.

Genetalia : Labia mayor menutupi labia minor, BAK (+)

Anus : BAB 2-3 x sehari dalam sehari

Ekstremitas: Gerakan aktif, turgor kulit baik.

Pemeriksaan reflek

Reflek sucking : (+)

Reflek swallowing : (+)

Reflek rooting : (+)

3. Analisa

Bayi Ny. “R” usia 5 hari dengan NCB SMK Fisiologis

4. Penatalaksanaan

1) Menginformasikan pada ibu dan keluarga tentang semua hasil

pemeriksaan, ibu mengerti

2) Memberikan KIE kepada ibu untuk tetap menyusui anaknya meskipun

ASI belum terlalu banyak agar produksi ASI dapat lebih banyak,ibu

bersedia dan dapat memberikan ASI kepada bayinya.

3) Menganjurkan Ibu untuk memandikan bayinya sendiri agar terbentuk

bounding attachment antara Ibu dan bayi, Ibu memahami dan bersedia

melaksanakan.
210

4) Memberitahu Ibu bahwa berat badan bayi pada 1 minggu pertama

adalah normal apabila tetap seperti baru lahir atau mengalami

penurunan maksimal 10% dari berat badan lahir, Ibu memahami.

5) Menganjurkan pada ibu untuk segera datang ketenaga kesehatan jika

ada keluhan pada ibu dan bayinya, ibu bersedia jika bayinya ada

masalah ibu akan segera kebidan.

6) Mengingatkan kepada ibu agar bayi nya rutin diberikan imunisasi

sesuai jadwal yang diberikan kepada bidan, ibu bersedia dan mau hadir

saat bayinya akan diimunisasi.


211

4.5 Laporan Pelaksanaan Asuhan KB


4.5.1 Kunjungan KB Pertama

Tanggal : 27 Mei 2017

Waktu : 15.00

Tempat : Jalan Perunggu Selatan No 15A/43 (Rumah Pasien)

Oleh : Della Darwiana

1. Subjektif

Ibu mengatakan masih belum memutuskan menggunakan KB apa. Ibu ingin

menunda kehamilan selama 4 tahun untuk memiliki anak kedua, namun Ibu

tidak ingin menggunakan KB yang menyebabkan perubahan berat badan

dan perubahan siklus menstruasi.

2. Objektif

KU : Baik

TTV

TD : 110 / 80 mmHg RR : 23x / menit

Nadi : 84x / menit Suhu : 36,1°C

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, tidak oedema

Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

Payudara : Puting susu menonjol, tidak ada benjolan, konsistensi

keras, tidak ada nyeri tekan, pengeluaran ASI (+/+)

Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea alba bening.

Ekstermitas : Atas : Oedema -/-

Bawah : Oedema -/-, Varises -/-


212

3. Analisa

P1001 Ab000 hari ke 12 postpartum fisiologis

4. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan seluruh hasil pemeriksaan, Ibu mengerti

2) Memberi KIE manfaat ber KB dan menjelaskan macam – macam KB. Ibu

memerhatikan penjelasan dengan baik.

3) Menyarankan Ibu untuk menggunakan KB yang non hormonal seperti

IUD, Kondom atau KB kalender karena Ibu sudah tidak bisa

menggunakan KB MAL, ibu memilih mengguunakan kondom.

4) Menjelaskan Manfaat dan kerugian juga efektifitas KB non hormonal

terutama kondom , ibu memahami.

5) Apabila Ibu sudah menentukan pilihan dan yakin dengan pilihannya

menganjurkan untuk konsultasi kepada bidan, Ibu mengerti dan bersedia

melaksanakan.

6) Menyepakati Kunjungan ulang pada 3 juni 2017 untuk evaluasi KB yang

digunakan, Ibu bersdia dan menyetujui kunjungan ulang.


213

4.5.2 Kunjungan KB Kedua


Tanggal : 17 Juni 2017

Waktu : 09.00

Tempat : Jalan Perunggu Selatan No 15A/43 (Rumah Pasien)

Oleh : Della Darwiana

1. Subjektif

Ibu mengatakan sudah memutuskan dan yakin menggunakan KB kondom.

Ibu belum melakukan hubungan seksual. Ibu sudah memahami kekurangan

dan keuntungan KB kondom. Ibu memahami efektivitas KB kondom.

5. Objektif

KU : Baik

TTV

TD : 120 / 80 mmHg RR : 20x / menit

Nadi : 82x / menit Suhu : 36,3°C

Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak pucat, tidak oedema

Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda

Payudara : Puting susu menonjol, tidak ada benjolan, konsistensi

keras, tidak ada nyeri tekan, pengeluaran ASI (+/+)

Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea alba (flek).

Ekstermitas : Atas : Oedema -/-

Bawah : Oedema -/-, Varises -/-

6. Analisa

P1001 Ab000 akseptor KB kondom.


214

7. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan seluruh hasil pemeriksaan, Ibu mengerti

2) Memastikan Ibu yakin menggunakan KB kondom, Ibu sudah yakin

menggunakan KB kondom.

3) Memastikan Ibu memahami keuntungan dan kerugian KB kondom, Ibu

sudah memahami keuntungan dan kerugian KB kondom.

4) Memberi KIE Ibu untuk berhati-hati dalam penggunaan kondom

mengingat efektivitasnya yang rendah, Ibu bersedia melaksanakan.

5) Memberitahu Ibu untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks

pertama kali, Ibu bersedia melaksanakan.


BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari asuhan kebidanan yang dilakukan oleh penulis

kepada Ny”R” usia 28 tahun dari masa hamil sampai dengan KB di BPM Sri Hartatik

dan di rumah pasien yang beralamat di Jalan Perunggu Selatan No 14A/43.

Didapatkan hasil sebagai berikut :

5.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan

Kunjungan pertama asuhan kebidanan antenatal care dilakukan tanggal 5 April

2016 di Jl.Perunggu Selatan no 15A/43 yaitu rumah pasien asuhan ANC pertama

menggunakan manajemen varney, anamnesa yang diperoleh dari data subjektif ibu

hamil anak pertama dengan usia kehamilan 32 minggu 5 hari dengan hari pertama

menstruasi terakhir pada tanggal 18 Agustus 2016, Ibu mengeluhkan sedang

mengalami gejala flu seperti meriang. Keluhan yang dialami ibu tidak termasuk

dalam ketidaknyaman pada trimester III, tetapi menjadi hal diperlu diperhatikan

karena keadaan ini dapat mempengaruhi kondisi janin. Setelah dikaji Ibu tidak rajin

meminum vitamin yang diberi bidan. Setelah melakukan asuhan Ibu dianjurkan

untuk banyak istirahat, minum air putih yang cukup dan meminum vitamin secara

rutin. Apabila dalam 3 hari gejala masih terlihat Ibu dianjurkan untuk periksa ke

tenaga kesehatan.

Dari data objektif dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan umum serta

pemeriksaan fisik didapatkan hasil TFU setinggi ½ pusat - prosesus xifoideus,

PUKA, letkep, kepala belum masuk PAP, dengan usia kehahamilan 32 minggu 5

hari. Menurut Walyani (2015) usia kehamilan 32 minggu memiliki TFU setinggi ½

pusat - prosesus xifoideus sehingga hal ini sesuai dengan teori. kepala janin yang

215
216

belum masuk PAP, DJJ = 146 x/m. Tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktik dilapangan.

Pada Asuhan kebidanan antenatal care kunjungan pertama ini penulis tidak

melakukan beberapa standart asuhan kebidanan dalam 14T yaitu imunisasi

Tetanus Toxoid (TT), pemeriksaan Hemoglobin (HB), pemeriksaan protein urine,

pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab),

pemeriksaan urine reduksi, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak

beryodium, Sulistyowati, 2012. Tidak semua dapat dilakukan oleh penulis

dikarenakan keterbatasan sarana dan fasilitas, yang tidak dilakukan yaitu pemberian

imunisasi TT karena TT ibu sudah lengkap, pengambilan darah untuk pemeriksaan

VDRL (Veneral Disease Research Lab) atau tes PMS tidak dilakukan karena tidak

ada indikasi kearah penyakit menular seksual ditandai dengan keputihan dan

pemeriksaan Hb dilakukan dikunjungan kedua,pemeriksaan protein urine

dikunjungan pertama di bidan, senam hamil belum diberikan serta tidak

dilakukanpemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak beryodium karena

lingkungan Ny. “R” tidak endemik malaria dan tidak endemik gondok selain itu tidak

tersedianya sarana dan fasilitas.

Pada kunjungan kedua Ny “R” dilakukan pada tanggal 22 April 2017 di

kediaman Ny.”R” dengan usia kehamilan 35 minggu 1 hari, di dapatkan hasil

pemeriksaan dengan TFU 28 cm dan kepala belum masuk PAP. Ibu sering

melakukan aktivitas naik turun tangga di kantor saat hendak melakukakan sholat.

Kehamilan pertama atau primigraida pada usia 36 minggu kepala harus sudah

masuk PAP sehingga diberi KIE kepada Ibu untuk sering berjalan-jalan saat pagi

sebelum bekerja agar kepala segera masuk PAP. Berdasarkan pemeriksaan TFU
217

Ibu yaitu 28cm. Menurut Ummi (2010) usia kehamilan 36 minggu memiliki TFU yaitu

33 cm atau 3 jari dibawah prosesus xifoideus sehingga hal ini tidak sesuai dengan

teori,namun untuk taksiran berat janin dengan rumus Lohnson apabila kepala belum

masuk PAP maka Berat Janin = (tinggi fundus uteri – 12 x 155 gram), maka TBJ

Ny.”R” yaitu (28-12)x255 = 2.480gr. TBJ normal pada usia kehamilan 35-37 yaitu

2.250-2.690 gram. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.

Kunjungan ketiga dilakukan pada 5 Mei 2017 di kediaman Ny.”R” pada usia

kehamilan 37 minggu. Pada kunjungan ketiga ini Ibu mengeluh terkadang merasa

kenceng-kenceng. Ada 8 tanda atau ciri-ciri bahwa kepala mengalami penurunan,

salah satunya ialah kontraksi yang dialami Ibu. Ibu mengatakan belum terlalu

memahami tanda – tanda persalinan. Menurut Manuaba (2010) tanda persalinan

ialah kekuatan his yang makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang

semakin pendek, dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,

lendir bercampur darah), dapat disertai ketuban pecah dan pemeriksaan dalam,

dijumpai perubahan serviks (perlunakan, pendataran dan pembukaan serviks). Pada

pemeriksaan fisik didapatkan kepala sudah masuk PAP dan teraba bagian kepala

4/5 bagian, sedangkan TFU Ibu yaitu 29 cm dimana TBJ yang didapat berdasar

rumus Lohnson karena kepala sudah masuk PAP maka TBJ = (29-11) x 155 = 2.790

gram dimana TBJ janin dalam keadaan normal pada usia kehamilan 37 minggu.

Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.

Kunjungan keempat dilakukan pada 12 Mei 2017 di kediaman Ny.”R” pada

usia kehamilan 38 minggu. Ibu mengatakan kenceng-kenceng nya sudah semakin

sering. Usia 38 minggu merupakan usia kehamilan yang sudah aterm. Pada

pemeriksaan fisik di dapatkan TFU setinggi 29 cm. Tetap sejak usia kehamilan Ibu

37 minggu. Sehingga tafsiran berat janin Ibu tetap sebesar 2.790 gr, yaitu berat janin
218

yang normal yang sudah diperbolehkan untuk lahir. Berat badan bayi baru lahir

normal ialah >2.500 gram. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di

lapangan.

5.2 Pembahasan Asuhan Persalinan

Menurut Wiknjosastro (2012) persalinan adalah suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar.

Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak

belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak

melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24jam.

Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I yang terdiri dari 2 fase yaitu fase laten yang

ditandai dengan adanya pembukaan 1-3 cm dan fase aktif yang ditandai dengan

adanya pembukaan 4-10 cm. Kala II yaitu ditandai dengan adanya pembukaan

lengkap hingga lahirnya bayi, kemudian kala III yaitu dimulai dari lahirnya bayi

hingga plasenta lahir dan kala IV yaitu dimulai dari plasenta lahir hingga 2 jam

postpartum.

Pada tanggal 15 Mei 2017 usia kehamilan Ny.”R” ialah 38 minggu 3 hari,

sekitar pukul 3 pagi Ibu merasa perutnya sudah kenceng-kenceng. Kenceng-

kenceng sudah semakin sering hampir setiap 5 menit namun belum keluar lendir

dan darah sehingga Ibu memutuskan untuk ke bidan saat pagi hari. Pada pukul

05.00 WIB Ibu periksa ke bidan dan dilakukan pemeriksaan dalam dan di dapatkan

hasil VT : Ø2 cm, eff 50 %, ketuban (+) , bagian terdahulu kepala, Hodge II.

Pada pukul 07.30 Ibu merasa kenceng-kenceng semakin sering rasanya

sudah seperti ingin BAB. Pada saat dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil

VT : Ø8 cm, eff 75 %, ketuban (+), bagian terdahulu kepala, tidak ada bagian kecil
219

disamping bagian terdahulu, bagian terendah UUK jam 12, hodge III, molase 0.

Menurut Manuaba (2010) dari pembukaan 4 hingga kecepatan rata-rata 1 cm

per jam untuk primigravida atau lebih dari 1 sampai 2 cm untuk multipara. Dalam

kasus ini pembukaan serviks Ny.”R” ialah 6 cm dalam 2 jam 30 menit. Dalam kasus

ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan.

Kala II ialah kala pengeluaran. Menurut Rohani (2011) kala II ini dimulai dari

pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan

lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Pada primigravida kala II berlangsung

rata-rata 2 jam dan pada multigravida rata-rata 1 jam.

Pada pukul 07.45 WIB Ibu mengeluh sudah tidak bisa menahan ingin

mengejan. Setelah di lakukan inspeksi terdapat tekanan pada anus. Setelah

dilakukan pemeriksaan hasil VT : Ø 10cm, eff 100%, ketuban (-), bagian terdahulu

kepala, tidak ada bagian kecil disamping bagian terdahulu,

bagian terendah UUK, Hodge III+, molase 0. Dari pembukaan 8 ke pembukaan 10

Ibu hanya memerlukan waktu 15 menit. Pada tanggal 15 Mei 2017 pukul 07.53 bayi

lahir spontan menangis kuat bergerak aktif kulit kemerahan dengan berat badan :

2.500gr dan panjang badan 47 cm anus (+) cacat (-) terdapat robekan jalan lahir

derajat 2. Setelah pemotongan tali pusat bayi langsung IMD. Bayi lahir dalam 13

menit dari pembukaan lengkap. Ini termasuk partus presipitatus atau persalinan

cepat. Partus presipitatus adalah persalinan yang terjadi dalam waktu 2-3 jam.

Kondisi ini jarang sekali terjadi pada primipara. Partus presipitatus dapat

menyebabkan trauma jalan lahir, perdarahan dan trauma pada bayi.Pada kasus ini

Ibu dan bayi tidak mengalami dampak akibat partus presipitatus , Ibu dan bayi dalam

kondisi normal tanpa penyulit. Partus presipitatus yang terjadi bisa disebabkan oleh

aktivitas Ibu yang aktif bekerja dan sering jalan-jalan setiap pagi.
220

Menurut Saifuddin (2008) kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Menurut JNPK-KR

Depkes RI, 2008 tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua

hal berikut ini : perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang,

semburan darah mendadak dan singkat. Dalam penatalaksanaannya pada kala III

dilakukan management kala III. Yaitu penyuntikan oksitosin, PTT (Penegangan

Talipusat Terkendali) dan massase fundus uteri. Setelah 1 menit bayi lahir Ny.”R”

langsung diberi suntukan oksitosin 10 IU secara IM pada paha kanan. Terdapat

tanda-tanda pelepasan dan langsung dilakukan PTT. Pada pukul 08.01 WIB

plasenta lahir lengkap. Kala III berlangsung selama 8 menit. Tidak ada kesenjangan

antara teori dengan praktek di lapangan.

Massase fundus uterus dilakukan sebanyak 15 kali kontraksi uterus baik.

Setelah plasenta lahir dan kontraksi Ibu baik dilakukan heacting pada kulit perineum,

mukosa dan otot perineum. Heacting dilakukan dengan memberi anastesi berupa

lidocain. Heachting dilakukan dari bagian dalam terlebih dahulu dilanjutkan dengan

heacting pada kulit perineum. Heacting dilakukan dengan tehknik jelujur. Perdarahan

± 100 ml.

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

partum, Saiffudin (2008). Asuhan yang diberikan kepada Ny.”R” yaitu melakukan

pemantauan selama 2 jam. Pada 2 jam postpartum TFU setinggi 1-3 jari di bawah

pusat. Kontraksi baik, kandung kemih kosong dan perdarahan tidak lebih dari 7

Observasi yang dilakukan berupa kesadaran pasien, pemeriksaan tekanan darah,

nadi, suhu, kontraksi rahim, kondisi kandung kemih dan jumlah perdarahan. Pada 1

jam pertama pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit. Sedangkan pada 1 jam yang

kedua dilakukan setiap 30 menit. Hasil pemeriksaan yaitu tanda-tanda vital Ibu
221

normal, kontraksi Ibu baik, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kandung kemih

kosong dan perdarahan 50 cc.

5.3 Pembahasan Asuhan Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari Ambarwati (2010). Masa nifas normal

terdapat perubahan TFU dan lochea yang dikeluarkan sesuai usia masa nifas.

Menurut Ambarwati (2010) TFU setelah plasenta lahir ialah setinggi pusat, 7 hari

pp pertengahan simpisis pusat, 14 hari tidak teraba, 6 minggu normal. Lochea

pada hari ke 1-4 ialah lochea rubra, hari ke 4 hingga ke 7 yaitu lochea

sanguinolenta, pada hari ke 7 sampai 14 postparum yaitu lochea serosa dan

lochea alba pada 2-6 minggu postpartum. Sesuai dengan kerangka konsep

yang telah dibuat dalam kunjungan masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali yaitu :

Kunjungan I (6 jam – 3 hari postpartum), Kunjungan II (4-7 hari postpartum),

Kunjungan III (8-14 hari postpartum), Kunjungan IV (>15 hari postpartum).

Kunjungan pertama pada Ny.”R” dilakukan pada tanggal 16 Mei 2017,

yaitu 1 hari postpartum. Dalam asuhan masa nifas dilakukan beberapa

pemeriksaan terkait masa nifas. Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan

hasil yaitu : TTV ibu normal, ASI : -/-, TFU : 2 jari dibawah pusat, terdapat lochea

rubra ±25 cc, luka jahitan bersih namun masih basah dan tidak ada oedema

pada genetalia atas maupun bawah. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan

praktik di lapangan.

Kunjungan kedua pada Ny.”R” dilakukan pada tanggal 20 Mei 2017 yaitu

pada hari ke 5 postpartum. Hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum Ibu baik,

TTV normal, ASI +/+, TFU : 3 jari diatas simpisis,jahitan perineum bersih masih
222

sedikit basah, lochea sanguiolenta ± 20cc. Tidak ada kesenjangan antara teori

dengan praktik di lapangan.

Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal 27 Mei 2017 pada 12 hari

postpartum. Kunjungan ketiga ini Ibu mengatakan luka jahitannya masih sedikit

nyeri. Hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum Ibu baik, TTV normal, ASI +/+,

TFU : tidak teraba, jahitan perineum bersih dan sudah mulai mongering, lochea

serosa ± 15cc. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.

Kunjungan keempat dilakukan pada tanggal 17 Mei 2017 pada 4 minggu

5 hari postpartum. Ibu mengatakan luka jahitannya sudah kering darah yang

keluar tinggal flek berwarna coklat kekuningan. Ibu mengatakan hendak masuk

kerja 2 bulan lagi. Hail pemeriksaan normal, ASI +/+, TFU sudah tidak teraba,

jahitan kering, lochea alba (flek). Tidak ada kesenjangan antara teori dengan

praktik dilapangan.

5.4 Pembahasan Asuhan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2.500-4.000 gram, cukup

bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan congenital (cacat

bawaan) yang berat, M. Sholeh Kosim (2007). Hari Senin tanggal 15 Mei 2017

By.Ny.”R” lahir spontan menangis kuat, bergerak aktif, kulit kemerahan dengan

berat badan lahir 2.500 gr dan panjang badan 47 cm, anus (+) cacat (-).

Asuhan pertama pada By.Ny.”R” dilakukan pada hari Selasa pada

tanggal 16 Mei 2017 saat bayi berusia 1 hari. Bayi menyusu kuat dibantu

dengan sufor karena ASI Ibu belum keluar. Bayi sudah mendapat imunisasi Hb

0. Hasi pemeriksaan didapatkan keadaan umum baik, gerak aktif, tanda-tanda

vital (TTV) normal, talipusat bersih, genetalia labia mayor sudah menutup labia
223

minor, refleks-refleks baik. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di

lapangan.

Asuhan kedua dilakukan pada tanggal 20 Mei 2017 pada saat bayi

berusia 5 hari. Bayi menyusu sangat kuat dan tali pusat sudah sangat kering

tinggal terlepas. Hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum bayi baik, TTV

normal, talipusat kering dan bersih, refleks-refleks baik, tidak ada tanda-tanda

yang mengarah pada abnormalitas. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara

teori dengan praktik di lapangan.,

5.5 Pembahasan Asuhan KB

Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha untuk mengukur jumlah

anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, pemerintah

mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan,

Sulistyawati (2013). Penatalaksanaannya Keluarga Berencana dapat dilakukan

dengan penggunaan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.

Kunjungan pertama asuhan keluarga berencana dilakukan pada tanggal

27 Mei 2017 bersamaan dengan kunjungan postpartum hari ke 12. Pada

kunjungan ini Ibu mengatakan belum mengetahui ingin menggunakan KB apa.

Ibu mengatakan ingin menunda kehamilan selama 4 tahun untuk kehamilan

kedua. Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi yang tidak

mengganggu siklus menstruasinya dan tidak menyebabkan kenaikan berat

badan. Hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum Ibu baik, TTV normal tidak ada

kelainan pada Ibu. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu menjelaskan manfaat

dan tujuan KB, menjelaskan macam-macam jenis KB dan keuntungan serta

kekurangannya. Ibu menghendaki kehamilan kedua setelah anak pertama usia


224

4tahun maka menyarankan untuk memakai KB jangka panjang yaitu implant dan

IUD. Ibu mengatakan ingin alat kontrasepsi yang tidak meyebabkan kenaikan

berat badan, disarankan Ibu untuk memakai alat kontrasepsi yang tidak bersifat

hormonal seperti kondom, IUD dan KB alami. KB yang cocok untuk Ibu yaitu KB

non hormonal dan jangka panjang yaitu IUD. Ibu tidak menghendaki pemakaian

IUD maka Ibu memilih KB nonhormonal lain yaitu kondom.

Kunjungan KB kedua dilakukan pada tanggal 17 Juni 2017 bersamaan

dengan kunjungan nifas ke empat. Kunjungan keempat sebagai evaluasi

kunjungan KB pertama. Ibu mengatakan sudah yakin menggunkan KB kondom

dengan menerima segala resiko dan kemungkinan yang terjadi. Ibu sudah

mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan KB kondom. Ibu akan

lebih berhati hati dan teliti dalam penggunaan KB kondom mengingat efektivitas

KB kondom yang rendah. Ibu bersedia menggunakan kondom pada hubungan

seks pertama kali.

Dalam asuhan KB yang diberikan kepada Ny.”R” tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktek dilapangan. Asuhan yang diberikan sudah sesuai.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny

“R” usia 28 tahun GI P0000 AB000 di BPM Sri Hartatik AMd. Keb dan

dirumah Ny “R” yang beralamat di Jalan Perunggu Selatan No 15A/43

Malang dari masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB maka dapat

disimpulkan :

1. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan

Asuhan Antenatal pada Ny.”R” dilakukan selama 4 kali kunjungan pada

trimester 3 yang dimulai dari usia kehamilan Ibu 33 minggu 5 hari.

Selama kunjungan keluhan yang disampaikan Ny.”R” masih dalam

kondisi fisiologis. Tidak ada hal atau keluhan yang mengarah pada

kondisi patologis dalam pemeriksaan hasil yang didapatkan selama

kunjungan kehamilan tidak ditemukan kondisi patologis sehingga asuhan

yang diberikan adalah asuhan kebidanan fisiologis. Kehamilan Ibu

berakhir pada usia kehamilan 38 minggu 3 hari, yaitu usia yang aterm.

Selama melakukan asuhan penulis sudah melakukan asuhan sesuai

dengan teori dan tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

praktek.

2. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Kala I terjadi selama 2 jam 45 menit.

Kala II terjadi selama 13 menit. Pada kala I dan II terjadi kesenjangan

225
226

antara teori dengan praktik dilapangan dan terjadi partus prasipitatus.

Kala III terjadi selama 8 menit dan kala IV terjadi selama 2 jam. Selama 2

jam postpartum Ibu dalam kondisi fisiologis. Tidak ada kesenjangan

antara teori dengan praktek di lapangan.

3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Masa nifas berakhir pada 4 minggu 5 hari postpartum. Selama masa

nifas tidak terjadi masalah yang mengarah ke kondisi patologis. Ukuran

TFU sesuai dengan usia postpartum setiap kunjungan. Pengeluaran

lochea normal sesuai dengan usia postpartum. Kontraksi Ibu baik dan

luka perineum tidak menunjukkan gejala infeksi.

4. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Selama 2 kali kunjungan yang dilakukan pada BBL, bayi dalam kondisi

fisiologis. Bayi menyusu dengan kuat, refleks refleks positif, BAK (+),

BAB ± 2-3 kali sehari. Tali pusat terlepas pada hari ke 7 dan tidak

menunjukkan tanda-tanda infeksi. Tali pusat normal terlepas pada 7 hari

hal ini disebabkan oleh nutrisi bayi yang tercukupi dan perawatan tali

pusat yang tepat dengan menjaga tetap kering dan bersih.

5. Asuhan Kebidanan KB

Asuhan KB dilakukan selama 2 kali bersamaan dengan kunjungan nifas

ketiga dan keempat. Pada kunjungan pertama dilakukan konseling

tentang keluarga berencana, macam-macam kontrasepsi dan

keuntungan serta kerugian masing-masing kontrasepsi. Setelah

dilakukan asuhan Ibu diberi pilihan dan dibantu untuk menentukkan

pilihan KB nya. Sesuai dengan kondisi Ibu dimana Ibu tidak

menginginkan KB hormonal maka disarankan Ibu untuk menggunakan


227

KB non hormonal seperti IUD atau kondom. Setelah berdiskusi dengan

suami dengan memperhatikan efek samping KB nonhormonal Ibu dan

suami memutuskan menggunakan KB dengan alkon kondom. Kunjungan

kedua dilakukan evaluasi berdasarkan kunjungan pertama. Pada saat

melakukan hubungan seks pertama Ibu mengatakan akan menggunakan

kondom.

6.2 Saran

1) Bagi Pasien

Pasien diharapkan melakukan pemeriksaan kehamilan hinga KB secara

rutin kepada tenaga kesehatan dan mengikuti advice bidan agar kondisi

Ibu baik mulai dari kehamilan hingga KB.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan kualitas pendidikan

bagi mahasiswa dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang

mendukung pelaksanaan asuhan komprehensif dalam penyusunan tugas

akhir seperti penambahan buku dan literatur.

3)Bagi mahasiswa

Mahasiwa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif

terhadap klien dengan menambah wawasan dan mengasah kompetensi

di bidang kebidanan.
228

4) Bagi Institusi Lahan Praktik

Diharapkan lahan praktik lebih meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

dengan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan SOP yang

ditetapkan.
229

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhamad Zainal. 2011. Asuhan Postnatal Care. Yogyakarta : Mitra

Cendikia

Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika

Ambarwati & Wulandari. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra

Cendikia

BKKBN. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Elisabeth, S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: PT Pustaka

Baru.

Hani, U, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :

Salemba Medika

Hidayat, Asri dan Mufdlilah. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendikia

Kemnekes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kemnekes RI. 2012. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta :

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia


230

Kuswanti, I dan Fitria Melina. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta : Pustaka

Belajar

Manuaba, Ida Ayu Chandranita et all. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan

dan KB. Jakarta : EGC

Maritalia, D. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka

Belajar

Megasari, M, dkk. 2014. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta :

Deepublish.

Mochtar, Rustam. 2011. Sinoposis Obstetri. Jakarta : EGC

Morgan, L. 2015. Conceptualizing Woman-Centred Care in Midwifery. Jakarta : EGC

Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Yogyakarta : Deepublish

Pantikawati, Ika dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan (Kehamilan). Yogyakarta :

Muha Medika

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : KDT

Prapti, Ririn Hapsari Eko. 2015. Kertas Kajian SRHR dan AGENDA 2030. Jakarta :

Rutgers

Prawirohardjo, S. 2008. Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


231

Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

R, Octa D, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Pra

Sekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish.

Rukiah, Ai yeyeh, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta : CV. Trans

Info Media

Rukiah, Ai Yeyeh, Yulianti, Maemuah dan Susilawati. 2013. Asuhan Kebidanan

Kehamilan. Jakarta ; CV Trans Indo

Saifuddin, Abdul Bari. dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan

Kontrasepsi.Jakarta : Tridasa Printer.

Sumarah, dkk. 2010. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Walyani, Elisabeth S dan Th. Endang Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Masa

Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Winkjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo
232

JADWAL PELAKSANAAN LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)

PRODI D3 KEBIDANAN STIKes WIDYAGAMA HUSADA MALANG

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

No Nama Kegiatan Bulan


MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER

1 Bimbingan Proposal
LTA
2 Seminar Proposal LTA
3 Revisi Proposal LTA
4 Kunjungan Pasien dan
Bimbingan LTA
5 Seminar LTA
6 Revisi LTA
7 Penyelesaian
Administrasi LTA
8 Yudisium
233

Lampiran 2 Surat Pengantar LTA


234

Lampiran 3 Informed Consent


235

Lampiran 4 Dokumentasi Laporan Pasien

1. Identitas Pasien
236

2. Catatan Buku KIA


237

3. KSPR
238

4. Kartu Ibu Hamil


239

5. Lembar Observasi Persalinan


240

6. Partograf
241
242

7. Surat Kelahiran
243

Lampiran 5. Dokumentasi Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif

1. Kunjungan Kehamilan Pertama

2. Kunjungan Kehamilan Kedua


244

3. Kunjungan Kehamilan Ketiga


245

4. Kunjungan Kehamilan Keempat


246

5. Kunjungan Persalinan
247

6. Kunjungann Nifas dan BBL Pertama

7. Kunjungan Nifas dan BBL Kedua


248

8. Kunjungan Nifas Ketiga

9. Kunjungan KB pertama (Konseling KB)


249

Lampiran 6. Lembar Konsultasi Laporan


250
251

Lampiran.7 Surat Balasan Bidan


252

Lampiran.8 Lembar Rekomendasi Perbaikan LTA


253

Lampiran.9 CV

CURRICULUM VITAE

DELLA DARWIANA
BANYUWANGI, 12 APRIL 1996

Motto : You Do Not Study To Pass The Test. You Study To Prepare For
The Day When You Are The Only Thing Between a patient and
The Grave –Mark Reid-

Riwayat Pendidikan

SDN 04 Sumberberas, Banyuwangi 2008

SMP N 01 Muncar, Banyuwangi 2011

SMA N 01 Purwoharjo, Banyuwangi 2014

D3 Kebidanan STIKES Widyagama Husada, Malang 2017

You might also like