You are on page 1of 119

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “N” UMUR 23 TAHUN

PRIMIGRAVIDA DARI KEHAMILAN TRIMESTER III


SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Laporan Kasus dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas I


Denpasar Selatan Tahun 2019

Oleh :

LUH PUTU MARYA EKAYANTI


NIM.P07124016006

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2019
iii
iv
v
MIDWIFERY CARE OF MRS. “N” 23 YEARS OLD PRIMIGRAVIDA
FROM THE TRISEMESTER III OF PREGNANCY
UNTIL 42 DAYS POSTPARTUM

Case report do in Puskesmas I South Denpasar working area

ABSTRACT

Women during pregnancy have complaints which one is back pain, that
cause by abdominal enlargedment. On Mrs. “N” case there are incompability
between pelvis with the lowest part of the fetus, in this condition can be risk the
labor and newborn. This case report aimed to know the implementation of
midwifery care on pregnant woman from third trisemester, labor, puerperium and
newborn. This report using case report method with data collection technique
through interview, examination, observation and documentation. When mother age
pregnancy was 41 weeks, she was diagnosed oligohidramnion and fetus head
incompability with arpetura pelvis superior. The labor process was section
caesarea because there was premature rupture of membranes and oligohidramnion
with fetal distress. When puerperium wasn’t found danger sign on mother. The
involution of the uterus, expulsion of the lochea, lactation process until 42 days
was normal. The development of the baby from newborn until 42 days was
physiologic. Midwives were expected to provide midwifery care according to the
standard so that can prevent problems and complications during pregnancy, labor,
puerperium and baby.

Keywords: pregnancy; oligohidramnion; section caesarea; puerperium; baby.

vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU “N” UMUR 23 TAHUN
PRIMIGRAVIDA DARI KEHAMILAN TRIMESTER III
SAMPAI 42 HARI MASA NIFAS

Laporan Kasus dilaksanakan di Wilayah Kerja


Puskesmas I Denpasar Selatan

ABSTRAK

Perempuan selama masa kehamilan mengalami keluhan salah satunya sakit


pinggang yang disebabkan akibat pembesaran abdomen. Pada kasus ibu "N" terjadi
ketidaksesuaian ukuran panggul dengan bagian terendah janin, hal ini dapat
berisiko terhadap persalinan dan bayi baru lahir. Laporan kasus ini bertujuan untuk
mengetahui hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil dari kehamilan
trisemester III, persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir. Metode yang digunakan
adalah case report dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara,
pemeriksaan, observasi serta dokumentasi. Ibu saat usia kehamilan 41 minggu
didiagnosa oligohidramnion dan kepala janin belum masuk pintu atas panggul.
Proses persalinan berlangsung secara section caesarea karena terjadi ketuban pecah
dini dan oligohidramnion serta terjadi gawat janin. Pada masa nifas tidak ditemukan
tanda bahaya pada ibu. Proses involusi pengeluaran lochea dan proses laktasi
sampai 42 hari masa nifas berlangsung normal. Asuhan kebidanan pada bayi sesuai
standar. Perkembangan kondisi bayi baru lahir, neonatus sampai bayi berumur 42
hari berjalan fisiologis. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan
sesuai standar serta wewenang sehingga dapat mencegah masalah dan komplikasi
pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi.

Kata kunci : Kehamilan; oligohidramnion; section caesarea; nifas; bayi

vii
RINGKASAN PENULISAN

Asuhan Kebidanan pada Ibu “N” Umur 23 Tahun


Primigravida dari Kehamilan Trisemester III
sampai 42 Hari Masa Nifas.

Oleh: LUH PUTU MARYA EKAYANTI (NIM: P07124016006)

Bidan merupakan ujung tombak dalam memberikan asuhan komprehensif


yang sesuai standar asuhan kebidanan dan standar pelayanan kebidanan. Bidan
dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam UU Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019 pasal 46 ayat (1)
huruf a, Bidan berwenang memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum
hamil, kehamilan normal, persalinan dan menolong persalinan normal dan nifas.
Bidan melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,
dan rujukan. Bidan juga melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada
masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran dan
dilanjutkan dengan rujukan.
Studi kasus ini dilakukan pada ibu “N” umur 23 tahun yang beralamat di
Jalan Kerta Usada Gang V nomor 46 Denpasar, berada di wilayah kerja Puskesmas
I Denpasar Selatan dengan tapsiran persalinan tanggal 22 Maret 2019 berdasarkan
hari pertama haid terakhir tanggal 15 Juni 2018. Penulisan laporan ini bertujuan
untuk mengetahui hasil penerapan asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu “N”
umur 23 tahun primigravida dari kehamilan trimester III sampai 42 hari masa nifas.
Metode yang digunakan adalah case report dengan teknik pengumpulan data
melalui wawancara, pemeriksaan, observasi serta dokumentasi.
Hasil studi kasus ini yaitu selama kehamilan ibu “N” tidak melakukan
pemeriksaan penunjang kadar Hb pada trimester III karena saat ingin melakukan
pemeriksaan ke puskesmas pelayanan laboratorium tidak tersedia karena petugas
sedang sakit namun pemeriksaan Hb tetap dilakukan saat di rumah sakit menjelang
persalinan. Ibu “N” belum mendapatkan pemeriksaan VDRL karena reagen tidak
tersedia saat ibu melakukan pemeriksaan laboratorium usia kehamilan 16 minggu

viii
3 hari. Ibu “N” pada usia kehamilan 41 minggu didapatkan hasil bahwa kepala janin
belum masuk pintu atas panggul serta ibu “N” mengalami oligohidramnion. Ibu
dirujuk kerumah sakit, saat tiba dirumah sakit ibu mengalami ketuban pecah dini
dan saat dilakukan observasi terjadi gawat janin. Berdasarkan hasil tersebut ibu
disarankan untuk dilakukan persalinan section caesarea green code. Bayi lahir
segera menangis, gerak aktif, kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan dengan
berat badan 2790 gram. Peningkatan berat badan bayi telah sesuai dengan grafik
peningkatan berat badan pada buku KIA, serta asuhan yang diberikan sudah sesuai
dengan standar kunjungan neonatus sebanyak tiga kali. Masa nifas ibu tidak
mengalami masalah dimana proses involusi, perubahan lochea, dan laktasi ibu
berlangsung normal sampai 42 hari masa nifas serta ibu berencana memberikan ASI
Eksklusif. Kunjungan nifas yang diberikan sudah sesuai dengan standar yaitu
sebanyak tiga kali. Ibu “N” tidak mendapatkan kapsul vitamin A karena standar
operasional prosedur dirumah sakit tersebut memang tidak ada pemberian vitamin
A pada ibu setelah melahirkan.
Hasil penulisan laporan ini diharapkan mampu memberikan pengalaman
dan pembelajaran bagi mahasiswa kebidanan untuk memberikan asuhan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta bidan dan tenaga kesehatan lainnya
dapat mempertahankan dan memberikan pelayanan atau meningkatkan mutu
pelayanan secara komprehensif berdasarkan kewenangan bidan.

ix
x
KATA PENGANT AR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Usulan Laporan Tugas Akhir

ini tepat pada waktunya. Usulan Laporan Tugas Akhir ini berjudul “Asuhan

Kebidanan pada Ibu “N” Umur 23 Tahun Primigravida dari Kehamilan Trimester

III sampai 42 Hari Masa Nifas”. Pengambilan kasus dilakukan di keluarga Bp. “A”

yang beralamat di Jalan Kerta Usada Gang V Nomor 46 yang merupakan wilayah

kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. Usulan Laporan Tugas Akhir ini disusun

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Mata Kuliah Laporan

Tugas Akhir (LTA).

Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak

yang berhubungan dengan penyusunan usulan laporan tugas akhir dan kegiatan

yang dilaksanakan. Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. A.A Ngurah Kusumajaya, SP., MPH, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Denpasar

2. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed, selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Denpasar

3. Ni Luh Putu Sri Erawati, S.Si.T., MPH, selaku Ketua Program Studi DIII

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Denpasar.

4. Dr. Ni Komang Yuni Rahyani, S.Si.T., M.Kes, selaku pembimbing utama yang

telah banyak meluangkan waktu untuk proses bimbingan

xi
5. Ni Wayan Suarniti, SST., M.Keb, selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak meluangkan waktu untuk proses bimbingan.

6. Ibu “N” dan keluarga, selaku responden dalam usulan laporan kasus yang telah

bersedia berpartisipasi.

7. Orang tua, teman - teman, dan rekan-rekan lain yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

Mengingat pengetahuan penulis yang terbatas, sehingga banyak kekurangan

dalam penyusunan usulan laporan kasus ini. Penulis mengharapkan masukan dari

semua pihak demi lebih baiknya usulan laporan tugas akhir ini.

Denpasar, 4 Februari 2019

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...… i
LEMBAR PERTETUJUAN……………………………………………...……… ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………......………. iii
ABSTRACT............................................................................................................. iv
ABSTRAK............................................................................................................. v
RINGKASAN PENULISAN................................................................................. vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………........ viii
KATA PENGANTAR……………………………………………......……….... ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………….......... xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….... xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………............... xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….…… xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..……… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..... 4
C. Tujuan………………………………………………………………………... 4
D. Manfaat Penulisan……………………………………………………………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori……………………..…….……………………………………... 6
B. Kerangka Konsep……………………..…..………………………………… 35
BAB III METODE PENENTUAN KASUS
A. Informasi Klien/Keluarga…………………………………………………… 36
B. Rumusan Masalah dan Diagnosa Kebidanan………..…………..…….……. 43
C. Jadwal Pengumpulan Data/Kegiatan………………………..………..……... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................................ 46
B. Pembahasan................................................................................................... 79
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................................ 93

xiii
B. Saran............................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 95
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pemberian Vaksin TT………………………………………………….. 10

Tabel 2 Involusi Uterus…………………………………………………………. 30

Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Kehamilan Ibu “N” di RSUD Bali


Mandara, Dokter Kandungan dan Puskesmas I Denpasar Selatan..….... 38

Tabel 4 Jadwal Implementasi Asuhan pada Ibu “N” dari Kehamilan


Trimester III sampai 42 Hari Masa Nifas……………..................…...... 44

Tabel 5 Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ibu “N”


beserta Janinnya dari Kehamilan Trimester III sampai Menjelang
Persalinan di RSUD Bali Mandara dan Dokter Kandungan.................... 48

Tabel 6 Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ibu “N”


Beserta Bayi Baru Lahir di RSUD Bali Mandara.................................... 54

Tabel 7 Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ibu “N”


dari Baru Lahir sampai Usia 42 Hari....................................................... 62

Tabel 8 Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan pada Ibu “N” Selama


Masa Nifas di RSUD Bali Mandara dan Kunjungan Rumah
Bulan April – Mei 2019…………………………………...…................ 70

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan Ibu “N” Pada


Kehamilan Trisemester III Sampai dengan 42 Hari Masa Nifas…… 36

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Subjek Laporan Kasus

Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 3. Surat Rekomendasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu


Satu Pintu

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Denpasar

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Puskesmas I Denpasar


Selatan

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

indikator penting yang menunjukkan derajat kesehatan suatu negara khususnya

dalam pelayanan kebidanan. Jumlah kematian ibu di Provinsi Bali pada tahun 2017

yaitu 68,6 per 100.000 kelahiran hidup (KH), dimana angka ini merupakan angka

yang paling rendah dalam tiga tahun terakhir. Angka kematian bayi di Provinsi Bali

2017 cenderung menurun dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu 4,8/ 1.000 KH.

Upaya dibidang kesehatan yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian

ibu dan angka kematian bayi salah satunya yaitu antenatal terpadu (Dinas

Kesehatan Provinsi Bali, 2018).

Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan

komprehensif dan berkualitas, dimana tenaga kesehatan harus dapat memastikan

bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan

penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu

hamil siap untuk menjalani persalinan normal (Kemenkes RI, 2013a). Kehamilan

merupakan suatu keadaan yang fisiologis dan dibagi menjadi tiga trimester yaitu

Trimester I, trimester II dan trimester III.

Pada kehamilan trimester ketiga, ibu hamil sering mengalami

ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan yang sering dialami ibu hamil pada trimester

III yaitu sakit pinggang. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, bahu

tertarik ke belakang sebagai akibat pembesaran abdomen yang menonjol dan untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh karena kelengkungan tulang belakang ke

1
arah dalam secara berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pinggang (Wahyuni,

2012). Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah memberikan

pendidikan kesehatan tentang pencegahan atau penanganan nyeri pinggang pada

ibu hamil dan senam hamil.

Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan

mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamen-ligamen, serta otot

dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan. Senam hamil dapat

meringankan keluhan nyeri pinggang yang dirasakan oleh ibu hamil, karena di

dalam senam hamil terdapat gerakan yang dapat memperkuat otot abdomen

(Yosefa dkk., 2014). Pelayanan senam hamil bisa di dapatkan di fasilitas kesehatan

I, II, dan III, salah satunya yaitu puskesmas.

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang paling dekat

dengan masyarakat. Salah satu puskesmas yang berada di Kota Denpasar adalah

Puskesmas I Denpasar Selatan. Berdasarkan hasil penelusuran data yang telah

dilakukan di Puskesmas I Denpasar Selatan tahun 2018, Puskesmas I Denpasar

Selatan memiliki cakupan kunjungan K1 sebanyak 104,71% dan K4 sebanyak

102,15%, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) 101,57% ,

cakupan kunjungan ibu nifas (KF1) 101,57% dan (KF3) 99,70%, dan cakupan

kunjungan neonatus (KN1) 107,25% dan (KN3) 103,50%. Pelaksanaan senam

hamil di Puskesmas I Denpasar Selatan rutin dilaksanakan setiap bulan yaitu pada

hari Sabtu. Kendala yang ditemukan adalah tidak semua ibu hamil yang

memeriksakan kehamilan di Puskesmas I Denpasar Selatan mengikuti kelas ibu

hamil. Masalah kehamilan yang paling banyak di Puskesmas I Denpasar Selatan

2
yaitu KEK dan Anemia (Pemantauan Wilayah Setempat Puskemas I Denpasar

Selatan, 2018).

Ibu hamil trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan

haematokrit yang cepat karena terjadi ekspansi volume darah. Ibu hamil dikatakan

anemia apabila Hb < 11 g % pada trimester I dan III, Hb < 10,5 g % pada trimeter

II (Kemenkes RI, 2016b). Anemia menyebabkan kehamilan mengalami gangguan

karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada persalinan

dampak yang ditimbulkan yaitu persalinan lama karena rahim tidak berkontraksi,

perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi pada persalinan dan setelahnya.

Ibu hamil disarankan melakukan periksa Hb dua kali yaitu satu kali pada trimester

I dan satu kali pada trimester III (Kemenkes RI, 2012).

Pada kasus Ibu “N” umur 23 tahun yang beralamat di Jalan Kerta Usada

Gang V nomor 46 Denpasar saat ini sudah memasuki kehamilan trimester III. Ibu

sudah melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 6 kali, namun ibu belum pernah

mengikuti senam hamil dan ibu saat ini mengeluh sakit pinggang. Keluhan sakit

pinggang yang dialami Ibu “N” jika dibiarkan akan mengakibatkan ibu tidak

beristirahat yang cukup dan tidak dapat melakukan aktifitas. Selain itu ibu belum

melakukan pemeriksaan Hb pada trimester III. Pada ibu “N” pada akhir kehamilan

presentasi bayi belum masuk pintu atas panggul, dan ibu mengalami penyulit

oligohidramnion dan ketuban pecah dini. Ibu “N” saat di observasi terjadi gawat

janin. Penulis tertarik melakukan pembinaan kasus ini dimana ibu “N”

membutuhkan dampingan asuhan agar mampu mengatasi sakit pinggang yang di

alami ibu serta ibu bersedia untuk melakukan pemeriksaan Hb pada trimester III

untuk mendeteksi dini adanya komplikasi.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, masalah yang dapat

dirumuskan adalah “Bagaimanakah hasil penerapan asuhan kebidanan yang

diberikan pada ibu “N” umur 23 tahun primigravida dari kehamilan Trimester III

sampai dengan 42 hari masa nifas ?”

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hasil penerapan asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu

“N” umur 23 tahun primigravida dari kehamilan trimester III sampai dengan 42

hari masa nifas.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari pembuatan laporan tugas

akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu beserta janinnya dari

kehamilan trimester III sampai menjelang proses persalinan.

b. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu beserta bayi baru lahir

selama masa persalinan/kelahiran.

c. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sampai

usia 42 hari.

d. Menjelaskan hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu selama masa nifas.

4
D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis

Penulisan proposal ini dapat memberikan gambaran tentang

pengaplikasian teori asuhan kebidanan selama masa kehamilan trimester III,

persalinan, nifas dan neonatus dengan praktik di lapangan.

2. Manfaat praktis

a. Mahasiswa

Hasil penulisan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan selama masa

kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan neonatus.

b. Bidan

Hasil penulisan laporan ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi

bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan,

persalinan, nifas dan neonatus.

c. Institusi Pendidikan

Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi untuk penulisan laporan selanjutnya dalam memberikan asuhan

kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas dan neonates.

d. Ibu dan keluarga

Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pemberian

asuhan pada ibu hamil sampai 42 hari masa nifas, dan menambah kemampuan serta

wawasan ibu dan suami dalam menghadapi kehamilan, persalinan, masa nifas

hingga masa neonatus.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Asuhan kebidanan

a. Pengertian bidan

Bidan menurut International Confederation Of Midwives yang dianut dan

diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan

Federation of International Gynecologist Obstetrition. Bidan adalah seseorang

yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah

lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register)

dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

b. Kompetensi dan kewenangan bidan

Praktik kebidanan menurut UU Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019

dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas memberikan

pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, anak, reproduksi perempuan dan

keluarga berencana, pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan

pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Bidan dalam menjalankan

tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam UU

Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019 pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan

berwenang :

1) Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil, kehamilan normal,

persalinan dan menolong persalinan normal, nifas.

6
2) Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,

dan rujukan.

3) Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan,

masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran dan

dilanjutkan dengan rujukan.

2. Kehamilan trimester III

a. Pengertian kehamilan

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester yaitu,

trimester I berlangsung dalam 12 minggu, trimester II berlangsung 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester III berlangsung 13 minggu (minggu ke-

28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2011).

b. Adaptasi fisiologi kehamilan trimester III

1) Uterus

Kapasitas uterus pada kehamilan cukup bulan adalah lebih dari 4000 cc,

memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi perkembangan janin. Pada kehamilan

40 minggu, fundus uteri akan turun kembali ke 3 jari bawah procesus xifoideus oleh

kepala janin yang masuk kedalam rongga panggul (Bobak et al., 2005).

2) Serviks, vulva dan vagina

Memasuki trimester III kehamilan, hormon kehamilan mempersiapkan

vagina supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina

yang tebal, jaringan ikat longgar dan hipertrofi otot polos (Bobak et al., 2005).

7
3) Payudara

Saat kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara, tetapi belum dapat

diproduksi. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan akhirnya

akan meningkatkan produksi air susu. (Bobak et al., 2005).

4) Kenaikan berat badan

Trimester III merupakan proses pertumbuhan janin. Rekomendasi

penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks masa tubuh yaitu

IMT < 19,9 peningkatan berat badan yaitu 12,5-18 kg, IMT 19,8-26 peningkatan

berat badan yaitu 11,5-16 kg, IMT 26-29 peningkatan berat badan yaitu 7-11,5 kg,

dan IMT > 29 rekomendasi peningkatan berat badan yaitu > 7 (Bobak et al., 2005)

5) Sistem pencernaan

Aliran darah ke panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat

mengakibatkan hemoroid pada akhir kehamilan. Selain itu terjadi juga perubahan

peristaltic dengan gejala sering kembung, dan konstipasi (Kemenkes RI, 2016b).

6) Sistem perkemihan

Laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69%. Dinding saluran kemih

dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III. Wanita

hamil trimester I dan III lebih sering BAK (Kemenkes RI, 2016b).

7) Sistem muskuloskeletal

Peningkatan distensi abdomen menyebabkan punggung miring ke depan,

dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan, membutuhkan

penyesuaian tulang kurvatura spinalis. Pusat gravitasi bergeser ke depan sehingga

ibu akan mengalami sakit pinggang (Bobak et al., 2005).

8
8) Sistem pernapasan

Wanita hamil sering mengeluh sesak napas, disebabkan uterus semakin

membesar sehingga menekan usus dan mendorong ke atas menyebabkan tinggi

diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak (Kemenkes RI, 2016b).

c. Perubahan psikologis pada kehamilan trimester III

Ibu hamil trimester III akan lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi

orang tua dan menantikan kelahiran anaknya. Perhatian ibu hamil akan lebih

mengarah pada keselamatan dirinya dan bayinya. Ibu merasa takut akan rasa sakit

dan bahaya fisik yang akan dialami pada saat persalinan. Ibu khawatir bahwa

bayinya akan lahir sewaktu-waktu, serta takut bayinya yang akan dilahirkan

tidak normal(Bobak et al., 2005).

d. Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III

1) Nutrisi

Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tambahan energi sebesar 300-500

kalori dan 17 gram protein pada kehamilan trimester III (Bobak et al., 2005).

2) Istirahat

Istirahat yang diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang hari, jika

tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat (Kemenkes RI, 2016b).

3) Personal hygiene

Kebersihan ibu hamil harus di jag a pada masa hamil meliputi mencuci

tangan, mandi, menggosok gigi serta mengganti pakaian minimal dua kali sehari,

membersihkan payudara dan daerah kemaluan setiap mandi (Kemenkes RI, 2016b).

9
4) Imunisasi

Vaksinasi dengan toksoid tetanus diberikan dosis booster vaksin 0,5 ml

secara IM di lengan atas. Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah

pernah diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah

vaksinasi yang pernah diterima (Kemenkes RI, 2013b). Imunisasi TT sebaiknya

diberikan pada ibu hamil umur kehamilan antara tiga bulan sampai satu bulan

sebelum melahirkan dengan jarak minimal 4 minggu. Ibu yang belum pernah

imunisasi DPT/TT/Td atau tidak tahu status imunisasinya harus melengkapi

imunisasinya sampai TT 5 (Kemenkes RI, 2016b).

Tabel 1
Pemberian Vaksin TT

Antigen Interval (waktu minimal) Lama perlindungan %


(tahun) perlindungan
TT 1 Pada kunjungan pertama - -
(sedini mungkin pada
kehamilan)
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25-seumur hidup 99
Sumber : Kemenkes RI, 2016b

5) Pakaian

Ibu hamil dianjurkan menggunakan pakaian yang longgar, menggunakan

celana dalam yang mudah menyerap air sehingga untuk mencegah kelembaban

yang dapat menyebabkan gatal dan iritasi (Kemenkes RI, 2016b).

10
6) Eliminasi

Ibu hamil akan lebih sering BAK, dan ibu hamil akan mengalami obstipasi

yang menimbulkan bendungan dalam panggul memudahkan timbulnya hemoroid

(Kemenkes RI, 2016b).

7) Seksual

Pada trimester III hubungan intim tetap bisa dilakukan tetapi dengan

posisi tertentu dan lebih hati-hati (Kemenkes R.I, 2016b).

e. Keluhan kehamilan trimester III

1) Nyeri pinggang

Menurut Kemenkes RI (2012) cara mengatasinya sakit pinggang yaitu

dengan senam hamil, berjalan kaki sekitar 1 jam sehari, berdiri posisi tubuh yaitu

tegak lurus dengan bahu di tarik ke belakang dan tidur dengan posisi miring ke kiri

karena memungkinkan aliran darah ke arah plasenta berjalan normal.

2) Pembengkakan di kaki

Menurut Kemenkes RI (2012) pembengkakan yakni penimbunan cairan

akibat kadar garam yang terlalu tinggi dalam tubuh. Cara mengatasi pembengkakan

yaitu mengurangi makanan yang banyak mengandung garam, setelah bangun pagi

angkat kaki selama beberapa saat.

f. Senam hamil

Manfaat senam hamil menurut kemenkes RI (2012) yaitu memperkuat otot

untuk menyangga tubuh dan memperbaiki postur tubuh sehingga mengurangi

keluhan nyeri pinggang. Kondisi yang tidak memungkinkan ibu hamil melakukan

senam hamil ketuban pecah sebelum waktunya, perdarahan, kehamilan kembar,

11
anemia berat, tekanan darah tinggi selama kehamilan, penyakit jantung, penyakit

DM dengan pengobatan insulin, riwayat persalinan kurang bulan, dan riwayat

keguguran 2 kali atau lebih.

g. Asuhan kebidanan trimester III

Menurut Kemenkes RI (2013b) ibu hamil dianjurkan melakukan

kunjungan antenatal berkualitas minimal 4 kali, trimester I satu kali sebelum

minggu ke-16, trimester II satu kali antara minggu ke-24-28, dan trimester III dua

kali antara minggu 30-32 dan minggu 36-38. Pemeriksaan yang dilakukan pada

trimester III yaitu :

1) Pemeriksaan keadaan umum, tekanan darah, suhu tubuh, berat badan, periksa

gejala anemia, edema, tanda bahaya

2) Pemeriksaan fisik obstetric seperti, tinggi fundus, pemeriksaan obstetri dengan

maneuver Leopold, denyut jantung janin,

3) Pemeriksaan penunjang kadar Hb

h. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi

Menurut Kemenkes RI (2016b) Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan kegiatan dalam menghadapi

kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas dengan

menggunakan stiker P4K sebagai media pencatatan. Menurut Kemenkes RI

(2016b) komponen dalam P4K yang harus dipersiapkan untuk persalinan adalah:

1) Tanggal perkiraan persalinan

2) Penolong persalinan

3) Biaya persalinan

12
4) Calon pendonor darah

5) Kendaraan atau transportasi untuk ke fasilitas kesehatan.

6) Kebutuhan persalinan seperti perlengkapan ibu bersalin, perlengkapan bayi

baru lahir, alat kebersihan, buku KIA dan alat komunikasi (bila ada).

7) Metode kontrasepsi yang dipilih setelah melahirkan.

i. Penurunan Kepala Bayi dan Panggul Sempit

Lightening adalah penurunan presentasi bayi dalam pelvis minor. Pada

primigravida terjadi dua minggu sebelum persalinan yaitu menjelang minggu ke-

36 pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru

masuk pintu atas panggul menjelang persalinan (Varney,2008). Tanda kepala turun

memasuki pintu atas panggul yaitu tinggi fundus uteri turun, perasaan sering atau

susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin, perasaan

sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi (Mochtar, 2010).

Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadaan yang timbul karena tidak

keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin disebabkan oleh panggul

sempit, janin yang besar sehingga tidak dapat melewati panggul ataupun kombinasi

keduanya (Cunningham et al., 2014). Hasil penelitian di RSUD Liun Kandage

Tahuna tahun 2014 ditemukan dari 167 ibu yang dilakukan seksio sesarea dengan

indikasi panggul sempit sebanyak 28 ibu (16,76%) hal ini disebabkan karena postur

tubuh dan bentuk panggul ibu yang kecil sehingga tidak memungkinkan untuk

melakukan persalinan normal (Sumelung et al., 2014).

13
j. Oligohidramnion

1) Pengertian Oligohidramnion

Oligohidramnion adalah kondisi ibu hamil yang memiliki terlalu sedikit

air ketuban, indeks AF kurang dari 5 cm. Diagnosis oligohidramnion sebagai tidak

adanya kantong cairan dengan kedalaman 2-3 cm, atau volume cairan kurang dari

500 mL. Kejadian oligohidramnion adalah 60,0 % pada primigravida (Mohamed,

2015). Menurut Lumentut (2015) cairan ketuban merupakan prediktor janin

terhadap persalinan, dan apabila menurun berkaitan dengan peningkatan resiko dari

denyut jantung janin dan mekonium. Air ketuban berada di dalam kantong ketuban,

mempunyai berbagai fungsi yaitu memungkinkan janin untuk bergerak bebas dan

perkembangan musculoskeletal, memelihara janin dalam lingkungan suhu yang

relatif stabil, dan sebagai bantalan melindungi janin. Ketuban yang sedikit

menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan pada dinding rahim, karena ruang yang

sempit pada rahim menyebabkan ruang gerak menjadi abnoramal, selain itu

menyebabkan terhentinya perkembangan paru (paru-paru hipoplasi). Oleh karena

meningkatnya komplikasi intrapartum maka angka kejadian seksio sesarea juga ikut

meningkat. Gambaran klinis yang umum adalah tinggi fundus uteri lebih kecil dari

usia kehamilan, ibu merasa nyeri perut pada setiap pergerakan janin, DJJ sudah

terdengar pada bulan ke lima, ketika HIS ibu akan merasakan sakit yang lebih

(Patreli et al., 2012)

Penyebab oligohidramnion adalah kelainan kongenital, pertumbuhan

janin terhambat, ketuban pecah, kehamilan lewat waktu, insufiensi plasenta.

Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah

kelainan sistem saluran kemih (Saifuddin, 2010).

14
2) Komplikasi

Komplikasi oligohidramnion yaitu kelainan muskuloskeletal seperti distorsi

wajah dan kaki pengkor, hipoplasia paru dan pertumbuhan janin terhambat.

Menurut Casey (2002) dalam Mohamed (2012) menyebutkan bahwa

oligohidramnion dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran sesar yang

signifikan untuk gawat janin, skor Apgar yang rendah pada 5 menit dan asidosis

neonatal. Selama persalinan, oligohydramnios menyebabkan kompresi talipusat,

cairan bercampur mekonium, denyut jantung janin abnormal, peningkatan risiko

persalinan caesar, dan kematian neonatal (Chauhan et al., 2018).

k. Gawat janin

1) Definisi gawat janin

Gawat janin yaitu denyut jantung janin kurang dari 100 permenit atau lebih

dari 180 permenit., diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan

kental/sedikit (Saifuddin, 2010). Menurut Kemenkes RI (2013b) gawat janin terjadi

bila janin tidak menerima cukup oksigen sehingga terjadi hipoksia. Gawat janin

dalam persalinan dapat terjadi bila persalinan berlangsung lama, induksi persalinan

dengan oksitosin (kontraksi hipertonik), terjadi perdarahan atau infeksi dan

insufisiensi plasenta (post term atau preeklampsia)

DJJ normal dapat melambat sewaktu his, dan segera kembali normal

setelah relaksasi. DJJ cepat (lebih dari 180 permenit) yang disertai takhikardi ibu,

bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung

ibu normal, denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda

gawat janin (Saifuddin, 2010)

15
2) Tatalaksana gawat janin

Menurut Kemenkes RI (2013b) tatalaksana gawat janin yaitu :

a) Bila sedang dalam infus oksitosin : segera hentikan infus, posisikan ibu

berbaring miring ke kiri, berikan oksigen.

b) Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan DJJ tetap abnormal sepanjang paling

sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat

janin

c) Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin

(mekonium kental pada cairan amnion) rencanakan persalinan dengan ekstraksi

vakum atau cunam, atau seksio sesarea dan siapkan segera resusitasi neonatus.

3. Persalinan

a. Pengertian persalinan

Menurut JNPK-KR (2017) persalinan dianggap normal jika prosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor yang mempengaruhi persalinan yang sering disebut dengan 5 P

menurut (Bobak et al., 2005) yaitu :

1) Tenaga (power) meliputi :

a) Kekuatan primer yaitu kontraksi involuter yaitu frekuensi, waktu antara awal

suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya, durasi, dan intensitas.

b) Kekuatan sekunder yaitu segera setelah bagian bawah janin mencapai panggul,

Sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar, dan ibu merasa ingin

mengedan.

16
2) Jalan lahir (Passage)

Panggul ibu, yang meliputi tulang yang padat, dasar panggul, vagina,

introitus (lubang luar vagina). Kepala bayi harus mampu menyesuaikan dengan

jalan lahir yang relatif kaku.

3) Passanger

Kepala janin yang bergerak ke bawah akan dipengaruhi oleh ukuran kepala

janin, presentasi janin, sikap dan posisi janin.

4) Faktor psikologis

Kesiapan emosional terhadap persiapan persalinan, dukungan dari

keluarga maupun lingkungan berpengaruh terhadap proses persalinan. Psikologis

ibu sangat erat hubungannya dengan produksi hormon oksitosin. Ibu yang stres

akan mengakibatkan penurunan aliran hormon oksitosin.

5) Faktor posisi ibu

Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan

memperbaiki sirkulasi.

c. Tahapan kala I persalian

Menurut JNPK-KR (2017) kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya

kontraksi uterus yang teratur dan meningkat frekuensi dan kekuatan hingga serviks

membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu :

a) Fase laten dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan kurang dari

4 cm.

b) Fase aktif adalah periode waktu dari pembukaan 4 cm hingga 10 cm. Lama kala

I untuk primigravida berlangsung 1 cm per jam dan pada multigravida 2 cm per

Jam. Pada fase aktif dipantai menggunakan partograf (JNPK-KR, 2017).

17
d. Lima benang merah

Lima benang merah merupakan yang penting dalam asuhan persalinan

bersih dan aman dan melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis.

Menurut JNPK-KR (2017) Lima benang merah tersebut yaitu membuat keputusan

klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan (Rekam

Medik) asuhan persalinan dan rujukan.

e. Kebutuhan ibu bersalin

1) Kebutuhan cairan dan nutrisi

Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan

memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (JNPK-KR, 2017).

2) Dukungan emosional

Anjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan,

berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang membantu

kenyamanan ibu, serta membantu ibu memijat punggung, kaki atau kepala ibu.

(JNPK-KR, 2017).

3) Kebutuhan eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan

demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Periksa

kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin (JNPK-KR, 2017).

4) Mengatur posisi

Ibu bisa berganti posisi selama persalinan, namun tidak berbaring

terlentang selama lebih dari 10 menit. Mobilisasi ini dapat membantu turunnya

kepala bayi dan memperpendek waktu persalinan (JNPK-KR, 2017).

18
5) Pengurangan rasa nyeri

Mengurangi rasa nyeri bisa dilakukan dengan pijatan dilakukan pada

lumsbosakrali dengan arah melingkar, Counterpressure pada ligamen sacroiliaca,

visualisasi dan pemusatan perhatian (JNPK-KR, 2012).

f. Perubahan fisiologis ibu selama persalinan

Menurut (Kemenkes RI, 2016c), memaparkan beberapa perubahan

fisiologis selama persalinan yaitu:

1) Perubahan uterus

Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar ke depan

dan ke bawah abdomen. Dinding akan bertambah tebal dengan majunya persalinan

sehingga mendorong bayi keluar.

2) Perubahan system urinaria

Ibu bersalin mungkin tidak menyadari bahwa kandung kemihnya penuh

karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin atau efek

anestesia lokal. Kandung kemih yang penuh dapat menahan penurunan kepala janin

dan dapat memicu trauma mukosa kandung kemih.

3) Perubahan gastrointestinal

Penurunan hormon progesteron mengakibatkan perubahan sistem

pencernaan lebih lambat sehingga makanan lama tinggal di lambung, akibatnya ibu

bersalin mengalami peningkatan getah lambung sehingga mual dan muntah.

19
g. Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini

1) Definisi Ketuban Pecah Dini

Menurut Kemenkes RI (2013) Ketuban pecah dini adalah keadaan

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu.

2) Diagnosis dan komplikasi ketuban pecah dini

Menurut Kemenkes RI (2013) diagnosa ketuban pecah dini dapat

ditegakan berdasarkan hasil anamnesis dimana pasien merasa keluar cairan secara

tiba-tiba, kemudian dilakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum

steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di

forniks posterior dan jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin, atau

minta ibu untuk mengedan/batuk. Pastikan bahwa Cairan tersebut adalah cairan

amnion dengan memperhatikan :

a) Bau cairan ketuban yang khas.

b) Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru dan

perhatikan bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif

palsu

c) Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret

servikovaginal yang mengering.

d) Tidak ada tanda-tanda in partu.

Komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu dengan KPD adalah

korioamnionitis dengan atau tanpa sepsis dan menyebabkan infeksi pada ibu dan

bayi. Risiko pada bayi dengan KPD yaitu infeksi, gawat janin, dan persalinan

traumatik (Lowing dkk., 2015).

20
3) Faktor resiko ketuban pecah dini

Menurut Kemenkes RI (2013) faktor resiko ketuban pecah dini yaitu

adanya riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, infeksi traktus

genital,perdarahan antepartum dan merokok.

4) Tatalaksana pada ketuban pecah dini

Menurut Kemenkes RI (2013) tatalaksana pada ketuban pecah dini :

1. Usia kehamilan > 34 minggu : Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila

tidak ada kontraindikasi.

2. Usia kehamilan 24-33 minggu: Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan

kematian janin, lakukan persalinan segera. Berikan deksametason 6 mg IM tiap

12 jam selama 48 jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.

Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.

3. Usia kehamilan < 24 minggu: Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko

ibu dan janin. Lakukan konseling pada pasien, terminasi kehamilan mungkin

menjadi pilihan dan jika terjadi infeksi (korioamnionitis) lakukan tatalaksana

korioamnionitis.

4. Persalinan sectio caesarea

a. Pengertian Sectio Caesarea (SC)

Sectio Caesarea (SC) adalah jenis persalinan dengan tindakan yang

membuat sayatan pada dinding uterus melalui diding depan perut. SC merupakan

persalinan buatan yang melahirkan janin melalui insisi pada dinding perut dan

dinding uterus dengan syarat uterus dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500

Gram (Oxorn dkk., 2010).

21
b. Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi SC pada ibu meliputi, disproporsi kepala panggul (CPD),

ancaman rupture uteri, partus lama (prolong labor), tidak ada kemajuan/kemajuan

persalinan normal terbatas, preeklampsia dan hipertensi, induksi persalinan gagal.

Sedangkan indikasi SC pada janin yaitu, janin besar, gawat janin, kelainan letak

janin, hidrocepalus (Oxorn dkk., 2010).

c. Persiapan sebelum dilakukan section caesarea

Menurut Saifuddin (2009), persiapan yang dilakukan sebelum tindakan

section caesarea yaitu :

1) Kaji ulang indikasi, periksa kembali apakah persalinan pervaginam tidak

memungkinkan. Periksa kembali DJJ dan presentasi janin.

2) Cek kemungkinan adanya riwayat alergi dan riwayat medic lain yang

diperlukan

3) Melakukan informed consent kepada suami atau salah satu keluarga pasien

untuk melengkapi surat persetujuan tindakan medis.

4) Memberikan pendidikan kesehatan sebelum dilakukan section caesarea

5) Persiapan diet atau puas dan kulit

6) Pemenuhan cairan

7) Pemasangan kateter

8) Pemberian antibiotik.

9) Gigi palsu dilepas dan cat kuku dihapus, tetapi melepas perhiasan merupakan

pilihan yang bergantung kepada kebijakan rumah sakit. Selama persiapan

operasi, orang terdekat yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan

emosional secara berkelanjutan (Bobak et al., 2005)

22
d. Perawatan post section caesarea

1) Kaji tekanan darah, nadi, pernapasan, warna kulit maternal setiap 15 menit

sampai stabil, ukur suhu setiap dua jam, setiap 30 menit kaji rembesan dari luka

operasi, kontraksi uterus, pengeluaran darah dan pantau keseimbangan cairan

(Medforth, 2011)

2) Mobilisasi

Pasien dapat miring kanan dan kiri pada 6 jam pasca operasi, kemudian

dapat duduk pada 8 – 12 jam pasca operasi (bila tidak ada kontraindikasi anastesi)

serta berjalan dalam waktu 24 jam pasca operasi (Saifuddin, 2010).

3) Fungsi gastrointestinal

Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetric yang tindakannya tidak

terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 6 jam, berikan pasien diet cair.

Bila peristaltic baik dan pasien dapat flatus mulai berikan makanan padat.

Pemberian infuse diteruskan sampai pasien dapat minum dengan baik. Berikan

setiap 24 jam sekali sekitar 2 liter cairan, dengan monitor produksi urine tidak

kurang dari 30 ml/jam. Bila kurang, kemungkinan ada kehilangan darah yang tidak

kelihatan atas efek antiduretik dan oksitosin. (Saifuddin, 2010).

4) Pembalutan dan perawatan luka

Penutup luka harus dipertahankan selama hari pertama setelah

pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses proses reepitelisasi berlansung,

pantau keluarnya cairan dan darah. Luka harus dijaga tetap kering dan bersih

sampai di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Melepaskan jahitan kulit 5 hari

setelah pembedahan (Saifuddin, 2010).

23
5) Perawatan fungsi kandung kemih

Pemakaian kateter dibutuhkan pada prosedur bedah, Jika urine jernih,

kateter dilepas 8 jam setelah bedah. Jika urine tidak jernih, biarkan kateter dipasang

sampai urine jernih. Kateter dipasang 48 jam pada kasus seperti bedah karena

rupture uteri, partus lama atau partus macet, edema perineum yang luas, sepsis

puerperalis/ plevio peritonitis (Saifuddin, 2010).

6) Rawat gabung

Pasien dapat rawat gabung dengan bayi dan memberikan ASI. Ibu dan bayi

harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL ditempatkan di

tempat tidur yang sama dengan ibunya sehingga bayi bisa menyusu sesering

mungkin (Kemekes RI, 2010). Menurut Prawirohardjo (2011) rawat gabung bayi

baru lahir dengan section caesarea yang menggunakan pembiusan umum, rawat

gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar, misalnya 4-6 jam setelah operasi .

Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat segera disusui. Syarat usia kehamilan

> 34 minggu dan berat lahir > 1800 gram, refleks menelan dan mengisap sudah

baik, tidak ada kelainan kongenital dan trauma lahir.

7) Memulangkan pasien

Dua hari pasca section caesarea tanpa komplikasi bisa pulang. Berikan

intruksi mengenai perawatan luka, dimintan untuk control 7 hari pasien pulang.

e. Penyulit post section caesarea

Penyulit post SC menurut Kemenkes RI (2018) yaitu infeksi nifas,

perdarahan akibat atonia uteri, trauma kandung kemih, resiko ruptur uteri pada

kehamilan , dan trauma persalinan.

24
5. Bayi baru lahir

a. Pengertian bayi baru lahir

Menurut Saifuddin (2010), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dari usia kehamilan 37 sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000

gram. Penilaian awal pada bayi baru lahir meliputi bayi cukup bulan, bayi menagis

atau bernafas dan tonus otot bayi baik(JNPK-KR ,2017).

b. Adaptasi bayi baru lahir terhadap lingkungan luar

1) Perubahan suhu tubuh

Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui empat

mekanisme yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi. Oleh karena itu, segera

setelah lahir kehilangan panas pada bayi harus dicegah (JNPK-KR, 2017).

2) Perubahan sistem peredaran darah

Saat dilakukan klem tali pusat terjadi peningkatan volume darah yang

cepat yang menekan vaskularisasi jantung dan paru. Frekuensi nadi cenderung

tidak stabil, nadi BBL normal yaitu 120–160 kali/menit (Kemenkes RI, 2016c).

3) Sistem endokrin.

Bayi baru lahir masih berkaitan dengan hormon ibu saat hamil. BBL sering

mengalami pseudomenstruasi dan breast (Kemenkes RI, 2016c).

4) Perubahan sistem gastrointestinal

Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat lahir tapi bertambah sekitar 90 ml pada

hari pertama kehidupan. Udara masuk ke saluran gastrointestinal setelah lahir dan

bising usus terdengar pada jam pertama. BBL yang memiliki kadar glukosa stabil

50–60mg/dl (jika dibawah 40mg/dl hipoglikemi) (Kemenkes RI, 2016c).

25
5) Perubahan berat badan dan tinggi badan

Panjang bayi baru lahir normal adalah 48-52 cm. Kebanyakan bayi baru

lahir akan kehilangan 5-10% berat badannya selama beberapa hari kedepan karena

urine, tinja, dan cairan diekskresi melalui paru-paru dan arena asupan bayi. Bayi

memperoleh berat badannya semula pada hari ke-10 sampai 14 (Bobak et al.,2005).

Kenaikan berat badan dari kenaikan berat badan minimal (KBM) dan umur anak,

umur 1 bulan kenaikan berat badan minimal (800 gram), 2 bulan (900 gram)

(Kemenkes RI., 2011).

6) Perubahan sistem pernapasan

Bayi saat jam pertama sering disebut periode reaktivitas. Respirasi Rate

BBL normal 30–60x/menit (Kemenkes RI, 2016c).

c. Penanganan awal bayi dengan gawat janin.

Segera setelah bayi lahir, jaga kehangatan bayi dan lakukan penilaian bayi

yaitu untuk menjawab usia gestasi cukup bulan, warna ketuban, nafas dan tangan

bayi, tonus otot bayi. Asuhan bayi baru lahir normal diberikan pada bayi dengan

kondisi umur cukup bulan, air ketuban jernih, bayi menangis, dan tonus otot baik

(JNPK-KR, 2017). Tim persalinan harus bekerja sama dengan tim neonatus

memastikan neonatus neonatus telah stabil dan dipindahkan ke ruang perawatan

bayi dan ersiapkan untuk resusitasi pada BBL. Penilaian status sirkulasi neonatus

khusus yaitu penilaian kehilangan volume perinatal, waktu pengisian ulang kapiler,

denyut nadi, jumlah urine, pH darah dan nilai hematokrit. (Kemenkes, 2010).

26
d. Standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

Menurut (Kemenkes RI, 2016c) pelayanan essensial pada bayi baru lahir

sehat oleh dokter atau bidan atau perawat yaitu :

1) Jaga bayi tetap hangat,

2) Bersihkan jalan napas (bila perlu),

3) Keringkan dan jaga bayi tetap hangat,

4) Potong dan ikat tali pusat, kira-kira 2 menit setelah lahir

5) Segera lakukan Inisiasi Menyusu Dini

6) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata

7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg secara IM, di paha kiri anterolateral setelah IMD

8) Beri imunisasi Hepatitis B0 (HB-0) 0,5 ml, intramuskular, di paha kanan

anteroleteral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1,

9) Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

e. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya menyusu segera

setelah melahirkan paling sedikit satu jam, dan bersamaan dengan kontak kulit ibu

dengan kulit bayinya. Segera setelah bayi lahir lakukan penilaian, jika bayi stabil

dan tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan

verniks dan hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Lakukan segera kontak

kulit ibu dan bayi paling sedikit satu jam (Kemenkes RI, 2010). Manfaat IMD untuk

ibu yaitu menurunkan risiko perdarahan dan untuk bayi yaitu mencegah kehilangan

panas dan mengurangi infeksi dengan kolostrum (JNPK-KR, 2017).

27
f. Kunjungan Neonatal

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), asuhan yang diberikan pada

bayi baru lahir hingga periode neonatus yaitu :

1) Kunjungan neonatal pertama (KN1)

KN 1 dilakukan dari 6-48 jam setelah kelahiran bayi. Asuhan yang

diberikan pada bayi adalah menjaga kehangatan tubuh bayi untuk mencegah terjadi

hipotermi, memberikan ASI eksklusif, pencegahan infeksi, perawatan mata,

perawatan tali pusat, injeksi Vitamin K 1 mg, dan Imunisasi HB-0.

2) Kunjungan neonatal kedua (KN2)

KN 2 dilakukan dari 3-7 hari setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan

yaitu menjaga kehangatan tubuh bayi, memberikan ASI eksklusif, memandikan

bayi, perawatan tali pusat, dan imunisasi.

3) Kunjungan neonatal lengkap (KN3

KN 3 dilakukan saat umur bayi 8-28 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

memeriksa tanda bahaya dan gejala sakit pada bayi, menjaga kehangatan tubuh

bayi, memberikan ASI eksklusif, dan imunisasi.

5. Bayi umur 29 hari sampai 42 hari

Menurut (Kemenkes RI, 2017) tolak ukur dari kemajuan pertumbuhan

adalah berat badan dan panjang badan serta lingkar kepala. Perkembangan pada

bayi umur 1 bulan yaitu bayi sudah bisa menatap ke ibu, mengoceh dengan spontan,

tersenyum, menggerakkan tangan dan kaki., selain itu kebutuhan gizi yang dapat

diberikan yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif selama 6 bulan.

Asuhan yang dapat diberikan pada kurun waktu ini yaitu pemberian imunisasi

berupa BCG dan Polio 1 pada saat bayi berumur di bawah 2 bulan. Ibu dan keluarga

28
dapat melakukan asuhan kepada bayi untuk melatih perkembangan bayi dengan

cara menimang bayi dengan penuh kasih sayang, menggantung benda berwarna

yang dapat dilihat oleh bayi, mengajak bayi untuk berbicara, dan mendengarkan

musik kepada bayi (Kemenkes RI, 2017).

6. Masa nifas

a. Pengertian masa nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil berlangsung kira-kira 6

minggu (Prawirohardjo, 2011). Menurut (Kemenkes RI, 2018) memaparkan

tahapan pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1) Periode immediate postpartum yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai

dengan 24 jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden

perdarahan postpartum karena atonia uteri. Bidan perlu melakukan pemantauan

secara kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih,

tekanan darah dan suhu.

2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu) yaitu bidan memastikan involusi

uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu) yaitu bidan tetap melakukan

asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling perencanaan KB.

4) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.

29
b. Perubahan sistem tubuh pada masa nifas dengan section caesarea

1) Involusi

Involusi adalah kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan posisi sebelum

hamil. Autolisis yaitu serabut otot dicerna oleh enzim-enzim proteolitik. Kecepatan

involusi terjadi penurunan bertahap sebesar 1 cm/hari. (Medforth et al., 2002).

Tabel 2
Involusi Uterus

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus


Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
1) dan simpisis
14 hari (minggu Tidak teraba 350 gram 5 cm
2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
Sumber : Baston et al., 2011

2) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa (Kriebs et al., 2010).

Pengeluaran lochea di bagi menjadi empat yaitu:

a) Lochea rubra, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium lamanya 1-2 hari.

b) Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, terjadi

selama 3-7 hari setelah persalinan.

c) Lochea serosa, berwarna kekuningan atau kecoklatan, cairan tidak berdarah

lagi, terjadi selama 7-14 hari setelah persalinan.

a) Lochea alba, cairan berwarna putih,berlangsung selama 2-6 minggu setelah

persalinan (Kriebs et al., 2010).

30
3) Sirkulasi darah

Ibu nifas dapat mengalami edema pada kaki, hal ini terjadi karena variasi

proses fisiologis karena adanya perubahan sirkulasi (Cunningham et al., 2014).

4) Sistem endokrin

Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan

prolaktin dan menstimulasi air susu. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI

dan meningkatkan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu uterus kembali ke

bentuk normal (Kemenkes RI, 2018).

c. Perubahan psikologi masa nifas

Teori dari Reva Rubin (1977) dalam Sulistyawati (2009), ibu nifas

mengalami adaptasi psikologis melalui tiga fase penyesuaian terhadap perannya

sebagai ibu. Fase adaptasi psikologis ibu nifas dipaparkan sebagai berikut :

1) Fase taking in

Fase ini berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah

persalinan, ibu akan menceritakan pengalaman persalinanya, khawatir pada

tubuhnya, ibu masih pasif dan memerlukan bantuan dari orang terdekat.

2) Fase taking hold

Berlangsung antara tiga sampai sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu

merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan mulai ada rasa tanggungjawab

dalam perawatan bayinya. Ibu sensitif dan mudah tersinggung. Perlu komunikasi

yang baik, dukungan dan penyuluhan kesehatan tentang perawatan diri dan

bayinya.

31
3) Fase letting go

Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Ibu akan mengambil

tanggung jawab penuh dan harus segera beradaftasi dengan segala kebutuhan bayi.

d. Tanda bahaya masa nifas

Beberapa tanda bahaya yang mungkin dapat dialami pada masa nifas

seperti: pendarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak

di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang, demam lebih dari

dua hari, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, ibu terlihat sedih, murung

dan menangis tanpa sebab (Kemenkes RI, 2016).

e. Kebutuhan ibu pada masa nifas

1) Kebutuhan nutrisi

Kebutuhan nutrisi meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa yaitu 3.000-

3.800 kal). Ibu nifas memerlukan makan makanan yang beraneka ragam yang

mengandung karbohidrat, protein hewani dan nabati. Ibu menyusui sedikitnya

minum 3-4 liter setiap hari (Kemenkes RI, 2018).

2) Kebutuhan eliminasi

Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil spontan

setiap 3-4 jam. Ibu tidak ijinkan menahan kencing karena berpengaruh terhadap

kontraksi uterus (Kemenkes RI, 2018)

3) Istirahat

Ibu nifas biasanya mengalami sulit tidur, adanya perasaan ambivalensi

tentang kemampuan merawat bayinya. Ibu harus bangun malam untuk meneteki

bayinya. Anjurkan ibu istirahat ketika bayi sedang tidur (Kemenkes RI, 2018).

32
4) Personal hygiene

Membersihkan alat genetalia dimulai dari arah depan ke belakang

sehingga tidak terjadi infeksi. Pembalut diganti paling sedikit empat kali sehari.

Menjaga payudara tetap bersih dan kering dengan menggunakan BH yang

menyokong payudara (Kemenkes RI, 2018).

5) Seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri jika darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina, apabila

sudah tidak terdapat rasa nyeri (Kemenkes RI, 2018).

f. Pelayanan kesehatan ibu nifas

Pelayanan ini diberikan pada saat 2 jam sampai 6 jam setelah melahirkan

saat ibu masih berada dipelayanan kesehatan. Asuhan yang diberikan berupa

pemeriksaan tanda vital, mencegah perdarahan akibat atonia uteri, melakukan

hubungan antara ibu dan bayi (bounding attachment) dan pemberian ASI on

demand dan ASI eksklusif (Kemenkes RI, 2013).

Kemenkes RI (2012) menyebutkan, pelayanan masa nifas yang diberikan

sebanyak tiga kali yaitu :

1) Kunjungan nifas pertama (KF 1)

KF 1 diberikan pada enam jam sampai tiga hari setelah persalinan.

Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan TTV, pemantauan jumlah darah

yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara

dan anjuran ASI eksklusif, pemberian kapsul vitamin A dua kali dengan dosis 2

x 200.000 IU diberikan segera setelah melahirkan dan 24 jam setelah pemberian

pertama, minum tablet darah setiap hari dan pelayanan KB pascapersalinan.

33
2) Kunjungan nifas kedua (KF 2)

KF 2 diberikan pada hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan

jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina,

pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif, minum tablet tambah darah

setiap hari dan pelayanan KB paca persalinan.

3) Kunjungan nifas lengkap (KF 3)

Pelayanan yang dilakukan hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah

persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan TTV, pemantauan

jumlah darah yang keluar, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif,

minum tablet tambah darah setiap hari dan pelayanan KB paca persalinan.

34
B. Kerangka Konsep

Asuhan kebidanan ibu


N, 23 tahun primigravida

Kehamilan
BBL, dan
trisemester Persalinan Nifas
bayi
III

Mandiri/
Fisiologis Patologis Rujuk
kolaborasi

Ibu dan bayi sehat

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan Ibu “N” Pada Kehamilan
Trisemester III Sampai Dengan 42 Hari Masa Nifas

35
BAB III

METODE PENENTUAN KASUS

A. Informasi Klien /Keluarga

Informasi terkait dengan ibu “N” penulis dapatkan dari data ibu di

Puskesmas dan kemudian penulis melakukan pendekatan kepada ibu “N” beserta

keluarganya sehingga ibu bersedia dijadikan subjek dalam studi kasus ini.

Pengkajian data dilakukan pada tanggal 1 Februari 2019 di rumah ibu “N”. Adapun

data subjektif dan data objektif yang diperoleh penulis dari buku Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA), dan berdasarkan anamnesis, sebagai berikut :

1. Identitas

Ibu Suami

Nama : Ibu “N” : Bp. “ A”

Umur : 23 tahun : 23 tahun

Suku, bangsa : Jawa, Indonesia : Jawa, Indonesia

Agama : Islam : Islam

Pendidikan : SMA : SMA

Pekerjaan : Pegawai restoran : Kontraktor

Penghasilan : Rp.2.500.000 : Rp 3.000.000

Jaminan Kesehatan : BPJS kelas I : BPJS kelas I

Alamat : Jalan Kerta Usada Gang V no 46 Denpasar Selatan

No Telepon : 0821546464xxx/082145015xxx

36
2. Riwayat menstruasi

Umur ibu saat pertama kali menstruasi adalah 14 tahun, siklus haid 30 hari

teratur, jumlah darah saat menstruasi yaitu dua sampai tiga kali mengganti

pembalut selama satu hari dengan lama haid 4 hari, saat haid kadang-kadang

mengalami dismenorhea namun tidak sampai mengganggu aktivitas.

3. Riwayat perkawinan sekarang

Riwayat perkawinan sekarang adalah kawin sah secara agama dan cacatan

sipil. Ini merupakan perkawinan pertama dengan usia perkawinan satu tahun.

4. Riwayat hamil ini

Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan tidak pernah mengalami

keguguran. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya pada tanggal 15 Juni

2018 dan tapsiran persalinannya diperoleh pada tanggal 22 Maret 2019. Keluhan

yang pernah dialami pada Trimester I yaitu mual tetapi tidak mengganggu aktivitas.

Trimester II ibu tidak mengalami keluhan. Saat ini ibu sedang memasuki trimester

III dan mengalami keluhan sakit pinggang. Selama trimester I dan sampai saat ini.

Ibu tidak pernah mengikuti senam hamil.

5. Riwayat pemeriksaan sebelumnya

Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 1 kali di rumah sakit, empat

kali di puskesmas dan lima kali di Dokter SpOG. Ibu pertama kali periksa di dokter

SpOG pada saat usia kehamilan 12 minggu dengan keluhan telat menstruasi. Hasil

pemeriksaan ibu dijabarkan dalam tabel dibawah ini :

37
Tabel 3
Hasil Pemeriksaan Kehamilan Ibu “N” di Rumah Sakit
Bali Mandara, Dokter Kandungan dan Puskesmas I Denpasar Selatan.

Tempat Periksa/ Keluhan Hasil Usia Tindakan/


Tanggal Pemeriksaan Kehamilan Nasihat
1 2 3 4 5
Rumah Sakit Bali Telat TD : 105/59 mmHg, 12 minggu KIE tanda
Mandara, Menstru- BB : 48 kg, 6 hari bahaya
13/9/2018 asi TB : 148 cm, kehamilan
LiLA : 25 cm SF 1x60 mg
TFU : 3 Jari diatas Asam folat
Sympisis 1x400 mcg
Kaki Bengkak
Negatif, USG : CRL :
7.37 cm, GA 13w3d
77.7%
EDD 19.03.2019
Puskesmas I Pinggang TD : 100/60 mmHg 16 Minggu Vitamin B6
Denpasar Selatan Sakit BB : 50,5 Kg 3 Hari 1x10 mg
08/10/2018 TFU : 4 Jari dibawah Kalsium
Pusat 1x500 mg
Ballotement Positif SF 1x60mg
DJJ : 154x/menit KIE
kuat dan teratur Personal
Kaki Bengkak : Hygiene,
Negatif, Istirahat,
PPIA : Non Reaktif, Nutrisi dan
Hb : 10,8 g/% Aktivitas
HbsAg : Negatif fisik yang
baik.
Puskesmas I Kaki TD : 110/70 mmHg 21 Minggu SF 1x60 mg
Denpasar Selatan Kesemu BB : 56 Kg 5 Hari Kalsium
14/11/2018 tan TFU : Setinggi Pusat 1x500mg

38
1 2 3 4 5
DJJ : 157x/menit KIE
kuat dan teratur Personal
Kaki Bengkak : Hygiene
Negatif dan
Aktivitas
fisik yang
harus
dihindari
Puskesmas I Tidak Ada TD : 90/60 mmHg 25 Minggu SF 1x60 mg
Denpasar Selatan Keluhan BB : 57 Kg Kalsium
7/12/2018 TFU : 2 Jari diatas 1x500mg
Pusat TT4
Letak Janin : U KIE P4K
DJJ : 150x/menit
kuat dan teratur
Kaki Bengkak :
Negatif
Puskesmas I Tidak Ada TD : 120/80 mmHg 29 Minggu SF 1x60mg
Denpasar Selatan Keluhan BB : 59 Kg 3 Hari Kalsium
7/1/2019 TFU McD : 23 cm 1x500mg
Letak Janin : U KIE untuk
DJJ : 150x/menit rajin
kuat dan teratur membaca
Kaki Bengkak : buku KIA
Positif
dr.I.A Indira Tidak Ada TD : 120/90 mmHg 29 Minggu
Mardini Keluhan BB : 58,5 Kg 3 Hari
Manuaba,Sp.OG DJJ : 150x/menit
7/1/2019 kuat dan teratur
USG :
AC 25.92 cm 30w1d
FL 5.53 cm 29w1d
BPD 7.05 cm 28w2d

39
1 2 3 4 5
dr. I.A Indira Tidak ada TD : 120/70 mmHg 33 Minggu SF 1x60 mg
Mardini keluhan BB : 61,5 Kg 6 Hari Asam folat
Manuaba,Sp.OG DJJ : 150x/menit 1x400 mcg
7/2/2019 kuat dan teratur Kalsium
USG : 1x500mg
AC 27.01 cm 31w1d
FL 6.54 cm 33w5d
BPD 8.45 cm 34w0d
HC 30.16 cm 33w3d
OFW(HC) 10.04 cm
EFW 1965 g
dr. I.A Indira Tidak ada TD : 130/80 mmHg 35 Minggu Terapi
Mardini keluhan BB : 62 Kg 6 Hari lanjut
Manuaba,Sp.OG DJJ : 149x/menit
21/2/2019 kuat dan teratur
USG :
AC 30.00 cm 34w0d
FL 7.07 cm 36w2d
BPD 8.15 cm 32w5d
HC 29.03 cm 32w0d
OFW(HC) 9.77 cm
EFW 2389 g
dr. I.A Indira Nyeri Perut TD : 120/90 mmHg 38 Minggu SF 1x60 mg
Mardini Bagian BB : 63 Kg 4 hari Asam folat
Manuaba,Sp.OG Atas DJJ : 144x/menit 1x400 mcg
12/3/2019 kuat dan teratur Kalsium
Kaki Bengkak : 1x500mg
positif
USG :
AC 30.24 cm 34w0d
FL 7.10 cm 36w3d
BPD 8.43 cm 34w0d
HC 30.60 cm 34w1d
OFD(HC) 10.69 cm

40
1 2 3 4 5
FL 7.10 cm 36w3d
EFW 2510 g
dr. I.A Indira Tidak Ada TD : 100/80 mmHg 39 Minggu Terapi
Mardini Keluhan BB : 63 Kg 4 Hari Lanjut
Manuaba,Sp.OG DJJ : 144x/menit
19/3/2019 kuat dan teratur
USG :
BPD 8.58 cm 34w4d
AC 31.32 cm 35w2d
HC 31.39 cm 35w1d
OFD(HC) 10.75 cm
FL 7.37 cm 37w5d
EFW 2778 g
AFI 8.96 cm
Belum dilakukan
pemeriksaan Hb
sampai umur
kehamilan 39 minggu
4 hari.
(Sumber : Buku KIA dan buku periksa ibu “DN”)

6. Data P4K

Nama Ibu : Ibu “N”

Taksiran Persalinan : 22 Maret 2019

Penolong Persalinan : Bidan/dokter

Tempat Persalinan : Puskesmas IV Denpasar Selatan/RSUD Bali Mandara

Pendamping Persalinan : Suami

Transportasi : Mobil

Calon Pendonor Darah : Suami

41
7. Riwayat kontrasepsi

Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

8. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu / riwayat operasi

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi,

asma, epilepsi, TORCH, diabetes mellitus (DM), hepatitis, tuberculosis (TBC),

penyakit menular seksual (PMS). Ibu tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi

seperti cervisitis cronis, endrometriosis, myoma, polip serviks, kanker kandungan.

Ibu juga tidak pernah di operasi pada daerah abdomen.

9. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga Ibu “N” tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, penyakit

kanker, asma, DM, penyakit jiwa, kelainan bawaan, hamil kembar, apilepsi, TBC,

PMS, HIV/AIDS atau penyakit menular lainnya.

10. Data Bio, Psikososial, dan Spiritual

a. Data Biologis

Ibu tidak mengalami keluhan pada pernafasan saat beraktivitas maupun

istirahat. Pola makan ibu selama kehamilan adalah ibu makan 3 kali dalam sehari

dengan porsi cukup. Adapun jenis dan komposisi makanan ibu antara lain, sepiring

nasi, 1 potong daging, 1 potong tempe atau sayur, dan setangah mangkok sayur,

kadang ibu makan roti dan buah. Ibu tidak memiliki pantangan terhadap makanan

dan tidak memiliki alergi terhadap makanan. Pola minum ibu dalam sehari adalah

ibu minum air putih sebanyak 8-9 gelas/hari. Pola eliminasi ibu selama sehari antara

lain : buang air kecil (BAK) 5-6 kali/hari dengan warna kuning jernih, buang air

besar (BAB) 1 kali/hari karakteristik lembek dan warna kuning kecoklatan. Pola

42
istirahat ibu selama hamil yaitu tidur malam 8 jam, dari pukul 22.00 WITA sampai

pukul 06.00 WITA. Ibu tidak memiliki keluhan saat tidur. Pola aktivitas ibu selama

hamil yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel,

mencucui pakaian, memasak dan bekerja di restoran.

b. Data psikososial

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan dan diterima oleh

ibu, suami dan keluarga. Ibu merasa senang dan sangat menikmati proses selama

kehamilan.

c. Data spiritual

Ibu dan keluarga tidak memiliki kepercayaan atau pantangan selama

kehamilan, dan ibu tidak mengalami masalah saat beribadah.

d. Pengetahuan

Ibu sudah mengetahui kebutuhan nutrisi selama hamil, cara menjaga

personal hygiene selama hamil, tanda bahaya kehamilan trimester III. Ibu belum

mengetahui tentang cara mengatasi ketidaknyamanan trimester III dan ibu belum

pernah mengikuti senam hamil.

B. Rumusan Masalah dan Diagnosis Kebidanan

Berdasarkan pengkajian data subyektif dan data obyektif, saat penulis

menemani ibu melakukan pemeriksaan kehamilan tanggal 19 Maret 2019, maka

dapat ditegakkan diagnosis yaitu ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 39 minggu

4 hari preskep U puki T/H intrauterine, dengan masalah yaitu :

1. Ibu belum mengetahui tentang cara mengatasi ketidaknyamanan trimester III

2. Ibu belum melakukan pemeriksaan Hb pada trimester III

3. Ibu belum pernah mengikuti kelas ibu hamil dan senam hamil

43
C. Jadwal Pengumpulan Data/Kegiatan

Penulis melakukan beberapa kegiatan dalam penyusunan laporan kasus

ini, dimulai dari bulan Maret 2018 sampai bulan Mei 2018. Setelah mendapatkan

ijin, penulis akan memberikan asuhan kepada ibu “N” selama kehamilan trimester

tiga hingga 42 hari postpartum yang diikuti dengan analisa dan pembahasan

laporan, sehingga pada Bulan Mei 2018 dapat dilaksanakan seminar hasil laporan

kasus serta dilakukan perbaikan. Rencana asuhan yang akan diberikan sebagai

berikut :

Tabel 4
Jadwal Implementasi Asuhan pada Ibu “N” dari Kehamilan
Trimester III sampai 42 Hari Masa Nifas

1 2 3
1 Minggu ke-3 bulan Maret 1. Memfasilitasi ibu dalam melakukan
2019. Memberikan asuhan pemeriksaan kehamilan
kehamilan Trimester III pada 2. Memfasilitasi ibu dalam melakukan
ibu “N” pemeriksaan USG dan laboratorium
3. Memfasilitasi ibu dalam melakukan
senam hamil
4. Melakukan evaluasi asuhan yang
telah diberikan selama kehamilan
2 Minggu ke-3 sampai minggu 1. Memfasilitasi ibu ke tempat
ke-4 bulan Maret 2019. bersalinnya
Memberikan asuhan kebidanan 2. Memberikan asuhan sayang ibu
persalinan pada Ibu “N” 3. Memantau kemajuan persalinan ibu,
kenyamanan dan kesejahteraan janin
4. Memberikan asuhan persalinan Kala
I, II, III, dan IV
5. Memberikan asuhan pada bayi baru
lahir
6. Memberikan asuhan nifas 2-6 jam

44
1 2 3
3 Minggu ke-1 bulan April 2019. 1. Memantau pemeriksaan tanda vital
Memberikan asuhan kebidanan ibu
ibu nifas 6 jam sampai 3 hari 2. Memantau trias nifas
(KF-1) serta asuhan pada 3. Memberikan asuhan kebidanan pada
neonatus 6 sampai 48 jam (KN- neonatus
1)
4 Minggu ke-1 bulan April 2019. 1. Memantau TRIAS nifas
Memberikan asuhan kebidanan 2. Memberikan asuhan kebidanan pada
ibu nifas 4 sampai 28 hari neonatus
(KF2) dan asuhan pada
neonatus 3 sampai 7 hari
(KN2)
5 Minggu ke-4 bulan april 1. Memantau TRIAS nifas
Memberikan asuhan kebidanan 2. Memberikan asuhan kebidanan
pada Neonatus 7-28 hari (KN3) pada neonatus
6 Minggu ke-2 bulan mei 1. Memantau TRIAS nifas
Memberikan asuhan kebidanan 2. Memfasilitasi ibu dalam
ibu nifas 29 sampai 42 hari menggunakan KB
(KF3) dan asuhan pada bayi 3. Memberikan asuhan kebidanan
umur 19 sampai 42 hari pada bayi

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Subjek dalam laporan akhir ini bernama Ibu “N” umur 23 tahun. Ibu “N”

tinggal bersama suami, mertua, dan keponakan di Jalan Kerta Husada Gang V No

46 Denpasar, yang merupakan wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.

Penulis juga melakukan survey lingkungan rumah. Ibu dan keluarga tinggal di

rumah yang terdiri dari empat kamar tidur, dapur, dan tiga kamar mandi yang

jambannya menggunakan jamban duduk. Luas kamar ibu 3 x 3 meter, ventilasi

didapatkan dari jendela dan pintu yang selalu dibuka. Pencahayaan kamar ibu

ketika malam hari dari lampu yang ada di ruangan dan siang hari dari sinar

matahari. Kamar ibu lantainya menggunakan keramik dan atapnya menggunakan

genteng. Di dalam satu kamar terdiri dari tiga orang yaitu ibu, suami dan satu anak.

Penulis melakukan kunjungan pertama kali pada tanggal 25 Januari 2018 dan

melakukan pengkajian data serta mengikuti perkembangan kehamilan ibu dari

kehamilan trimester III, persalinan, masa nifas dan bayi umur 42 hari.

Penulis telah melakukan pendekatan dengan ibu “N” dan keluarga

mengenai tujuan pemberian asuhan kebidanan dari kehamilan 33 minggu sampai

42 hari masa nifas beserta bayinya, sehingga ibu dan suami menyetujui dijadikan

subjek. Berdasarkan kesepakatan penulis membuat usulan laporan tugas akhir yang

telah diseminarkan pada tangga 21 Maret 2019 dan telah dinyatakan lulus. Penulis

memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan, berdasarkan hasil pemeriksaan

dan dokumentasi buku KIA ibu telah melakukan pemeriksaan kehamilan 1 kali di

rumah sakit, 4 kali di puskesmas dan 5 kali di dokter kandungan. Berdasarkan hasil

46
asuhan kebidanan yang diberikan semua hasil masih dalam batas normal, dimana

saat pemeriksaan didapatkan tinggi badan ibu 148 cm, berat badan setiap bulannya

naik 1 kg atau lebih, tekanan darah ibu dalam batas normal dan stabil, hasil

pemeriksaan lingkar lengan 25 cm, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur

kehamilan, presentasi kepala, tablet besi sudah diberikan setiap ibu melakukan

kunjungan antenatal, ibu juga melakukan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas

I Denpasar Selatan pada umur kehamilan 16 minggu 3 hari dengan hasil HB 10,8

g%, golongan darah O, HIV Non Reaktif (NR), HBSAg negatif. Temu wicara dan

tatalaksana yang dilakukan sudah sesuai dengan keluhan yang dialami ibu.

Pada saat persalinan ibu mengalami ketuban pecah dini. Asuhan pada bayi

Ibu “N” sejak bayi baru lahir hingga 42 hari dilakukan sesuai standar dan

perkembangan serta pertumbuhan bayi berlangsung fisiologis. Berikut adalah

catatan perkembangan dari kehamilan 39 minggu 6 hari sampai 42 hari masa nifas

beserta bayinya.

1. Hasil penerapan asuhan kebidanan kehamilan pada ibu “N” beserta

janinnya dari kehamilan trimester III sampai menjelang persalinan.

Asuhan kebidanan kehamilan yang penulis berikan pada ibu “N” umur 23

tahun primigravida dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah ibu dan

mendampingi ibu melakukan pemeriksaan ke RSUD Bali Mandara. Hasil asuhan

kehamilan ibu terlampir dalam tabel 5.

47
Tabel 5
Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ibu “N” beserta Janinnya
dari Kehamilan Trimester III sampai Menjelang Persalinan di
RSUD Bali Mandara dan Dokter Kandungan

Hari/tanggal/ Catatan Perkembangan Tanda


jam/tempat tangan/nama
1 2 3
Jumat S : Ibu datang ke rumah sakit membawa rujukan Bidan K
22 Maret 2019 dari dokter SpOG untuk melakukan pemeriksaan dan Marya
Pukul 20.30 KTG karena usia kehamilan sudah 40 minggu,
Wita ibu mengeluh sakit pinggang dan sakit perut
RSUD Bali hilang timbul ketika malam hari.
Mandara a. Pola nutrisi : makan teratur tiga sampai
(VK IGD) empat kali sehari, dengan komposisi satu
piring nasi, satu potong ikan, dua potong
tahu, dan 1 mangkok sayur. Ibu
mengkonsumsi buah dan roti untuk makan
selingan. Ibu minum air mineral kurang
lebih delapan sampai sembilan gelas sehari
dan minum susu ibu hamil satu kali.
b. Pola eleminasi : BAK empat sampai lima
kali sehari, warna kuning jernih dan BAB
satu kali sehari dengan konsistensi lembek.
c. Pola istirahat : malam tidur enam sampai
tujuh jam dan istirahat siang 30 menit
sampai satu jam.
d. Pola aktivitas : ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti memasak dan
membersihkan rumah.
O : Keadaan umum baik, kesadaran Bidan K
composmentis, berat badan : 63 kg, tekanan dan Marya
darah : 120/70 mmHg, nadi : 80x/menit,
pernapasan : 20x/menit, suhu : 36,6ºC.

48
1 2 3
Wajah : tidak pucat, tidak oedema. Mata : tidak Marya
pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih.
Payudara : bersih, puting susu menonjol, ada
pengeluaran kolostrum.
Abdomen : TFU 30 cm, tafsiran berat janin : Bidan K
2.790 gram.
Palpasi Leopold : Bidan K
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah procecus
xypoideus, teraba bagian bulat lunak dan
melenting pada fundus.
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian kecil dan pada bagian kiri perut ibu teraba
bagian keras memanjang.
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba
satu bagian bulat keras dan dapat digoyangkan.
Leopold IV: tidak dilakukan
Kandung kemih : tidak penuh
Kontraksi uterus : tidak ada
Auskultasi : DJJ 153 kali/menit kuat dan teratur Bidan K
Ekstremitas : tidak ada oedema.
A : Ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 40 Bidan K
minggu preskep U puki T/H intrauterine.
Masalah : Ibu mengeluh sakit pinggang
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu dan Marya dan
suami mengerti dan menerima hasil Bidan K
pemeriksaan.
2. Berkolaborasi dengan dokter untuk Dokter I
melakukan Kardiotokografi (KTG), hasil Bidan K
KTG kategori 1 dengan DJJ 138-148x/menit Marya

49
1 2 3
dan dan variabilitas/amplitudo DJJ sedang
serta tidak ada deselerasi
3. Mengingatkan ibu tentang : Marya
a. Cara mengatasi sakit pinggang
b. Tanda bahaya kehamilan
c. Pemantaun gerakan janin
d. Tanda-tanda persalinan
Ibu mengerti dan bersedia ke fasilitas kesehatan
jika ada tanda bahaya dan tanda persalinan.
Jumat S : Ibu mengeluh masih sakit pinggang namun Marya
27 Maret 2019 sudah mulai berkurang dari sebelumnya.
16.30 Wita a. Pola nutrisi: makan teratur tiga sampai empat
Rumah Ibu kali, dengan komposisi satu piring nasi, satu
“N” potong ayam, dua potong tahu, dan satu
mangkok sayur. Ibu mengkonsumsi buah dan
roti untuk makan selingan. Ibu minum air
mineral kurang lebih delapan sampai
sembilan gelas sehari dan minum susu ibu
hamil satu kali.
b. Pola eleminasi: BAK empat sampai lima kali
sehari dengan warna kuning jernih dan BAB
satu kali sehari dengan konsistensi lembek.
c. Pola istirahat: Malam tidur enam sampai
tujuh jam dan istirahat siang 30 menit sampai
satu jam
d. Pola aktivitas: Ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti memasak dan
membersihkan rumah .
O : Keadaan umum baik, kesadaran Marya
composmentis, berat badan : 63 kg, tekanan
darah : 110/70 mmHg, nadi : 80x/menit,

50
1 2 3
pernapasan : 20x/menit, suhu : 36,5ºC. Wajah :
tidak pucat, tidak oedema. Mata : tidak pucat,
konjungtiva merah muda, sclera putih. Payudara
: bersih, puting susu menonjol, ada pengeluaran
kolostrum.
A : Ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 40 Marya
minggu 5 hari preskep U puki T/H intrauterine
Masalah : Ibu mengeluh sakit pinggang
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu Marya
dan janin, ibu dan suami mengerti dan
menerima hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan ibu tentang : Marya
a. Cara mengatasi sakit pinggang
b. Tanda bahaya kehamilan
c. Pemantauan gerakan janin
d. Tanda-tanda persalinan
Ibu mengerti dan bersedia ke fasilitas kesehatan
jika ada tanda bahaya kehamilan dan tanda
persalinan
3. Membimbing ibu melakukan senam hamil, Marya
ibu mengerti dan bisa melakukannya.
Jumat S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan Dokter I
29 Maret 2019 a. Pola nutrisi: makan teratur tiga sampai empat dan Marya
20.00 Wita kali, dengan komposisi satu piring nasi, satu
Praktik Dokter potong ayam, dua potong tahu, dan satu
“I” mangkok sayur. Ibu mengkonsumsi buah dan
roti untuk makan selingan. Ibu minum air
mineral kurang lebih delapan sampai
sembilan gelas sehari dan minum susu ibu
hamil satu kali.

51
1 2 3
b. Pola eleminasi: BAK empat sampai lima kali
sehari dengan warna kuning jernih dan BAB
satu kali sehari dengan konsistensi lembek.
c. Pola istirahat: Malam tidur enam sampai
tujuh jam dan istirahat siang 30 menit sampai
satu jam
d. Pola aktivitas: Ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti memasak dan
membersihkan rumah .
O : keadaan umum baik, kesadaran Dokter I
composmentis, berat badan : 64 kg, tekanan darah
: 120/80 mmHg, nadi : 80x/menit, respirasi :
20x/menit, suhu : 36,6ºC. Wajah : tidak pucat,
tidak oedema. Mata : tidak pucat, konjungtiva,
merah muda, sclera putih. Payudara : bersih,
puting susu menonjol, ada pengeluaran
kolostrum.
Abdomen : TFU 30 cm, tafsiran berat janin : Dokter I
2.790 gram.
Palpasi Leopold : Dokter I
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah procecus
xypoideus, teraba bagian bulat lunak dan
melenting pada fundus.
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian kecil dan pada bagian kiri perut ibu teraba
bagian keras memanjang.
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba
satu bagian bulat keras dan dapat digoyangkan.
Leopold IV: tidak dilakukan
Kandung kemih : tidak penuh
Kontraksi uterus : tidak ada

52
1 2 3
Auskultasi : DJJ 153 kali/menit kuat dan teratur Dokter I
Ekstremitas : tidak ada oedema.
USG : Dokter I
BPD : 8.75 cm 35w2d
HC : 31.3 cm 35w1d
OFD (HC) : 11.15 cm
AC : 32.75 cm 26w5d
FL : 7.27 cm 37w2d
EFW (AC.BPD.FL.HC) Hadlock 2949 gram
AFI : 4.07 cm
A : Ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 41
minggu preskep U puki T/H intrauterine +
oligohidramnion
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu Dokter I
dan janin, ibu dan suami mengerti dan
menerima hasil pemeriksaan.
2. Berkolaborasi dengan dokter memberikan Dokter I
rujukan ke VK IGD RSD Bali Mandara, Ibu
dan suami mengerti dan bersedia.
3. Meminta ibu untuk memantau gerakan janin, Marya
ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
4. Meminta ibu untuk mempersiapkan
perlengkapan persalinan untuk dibawa ke
rumah sakit, ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.

Sumber : data primer dan hasil dokumentasi RSUD Bali Mandara

53
2. Hasil penerapan asuhan kebidanan persalinan pada Ibu “N” beserta bayi

baru lahir.

Pada hari Jumat, 29 Maret 2019 ibu memeriksakan kehamilan dokter

spesialis kandungan dan dilakukan pemeriksaan USG, didapatkan hasil

oligohidramnion. Ibu dirujuk ke RSUD Bali Mandara. Adapun hasil asuhan

persalinan lebih lanjut diuraikan dalam tabel 6.

Tabel 6
Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ibu “N” beserta
Bayi Baru Lahir di RSUD Bali Mandara

Hari/tanggal/ Catatan Perkembangan Paraf/


jam/tempat Nama
1 2 3
Jumat S : Ibu mengeluh keluar air tidak bisa di tahan Bidan S
29 Maret 2019 saat ke toilet sejak pukul 21.50 wita (29/3/2019) dan Marya
22.00 Wita a. Pola nutrisi : ibu mengatakan makan terakhir
RSUD Bali pukul 21.00 Wita (29/3/2019), dengan
Mandara (VK komposisi setengah piring nasi, 2 potong
IGD) ayam, 2 potong tempe, dan sayur 1 mangkok.
Ibu minum terakhir 250 cc pukul 21.40 wita
(29/3/2019) dengan jenis air putih
b. Pola eliminasi : BAK terakhir pukul 21.50
Wita (29/3/2019) warna kuning jernih. Ibu
BAB pukul 18.00 Wita konsistensi lembek (
29/3/2019).
c. Pola istirahat : Ibu tidur pukul 22.00 Wita dan
bangun pukul 06.00 Wita. Ibu tidak ada
keluhan saat istirahat.

54
1 2 3
d. Psikologis : ibu merasa takut karena ini
persalinan pertama, namun ibu bahagia
menyambut kelahiran bayinya.
O : keadaan umum baik, kesadaran Bidan S
composmentis, tekanan darah : 120/80 mmHg, Dan Marya
nadi : 82x/menit, pernapasan : 22x/menit, S :
36,7ºC. Wajah : tidak pucat, tidak oedema. Mata
: tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera
putih. Payudara : bersih, puting susu menonjol,
ada pengeluaran kolostrum.
Abdomen : TFU 30 cm, tafsiran berat janin : Bidan S
2.790 gram.
Palpasi Leopold : Bidan S
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah procecus
xypoideus (px), teraba bagian bulat lunak dan
melenting pada fundus.
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian kecil dan pada bagian kiri perut ibu teraba
bagian keras memanjang.
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba
satu bagian bulat keras dan dapat digoyangkan.
Leopold IV: konvergen
Kandung kemih : tidak penuh, perlimaan 5/5,
His : 1x10’~10-15” Marya
Auskultasi : DJJ 148 kali/menit kuat dan teratur Bidan S
Ekstremitas : tidak ada oedema.
Genetalia : terdapat pengeluaran berupa air, tidak
ada sikatrik, oedema, varises, dan tanda-tanda
infeksi pada vagina.
Anus : tidak ada hemoroid.

55
1 2 3
Pukul 22.05 VT : vulva vagina normal, porsio kaku, Ø (-), Dokter I
wita ketuban tidak utuh, lakmus biru (+), ketuban
jernih, presentasi belum jelas.
A : Ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 41 Dokter I
minggu preskep U puki T/H intrauterine + KPD
1 Jam + Oligohidramnion
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Dokter I
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
mengerti dan menerima hasil pemeriksaan.
2. Berkolaborasi dengan petugas laboratorium Analis SP
untuk melakukan pemeriksaan darah
lengkap, hasil pemeriksaan Hb: 11,8 g/dL
3. Berkolaborasi dengan dokter untuk Dokter I
melakukan cardiotocography (CTG), hasil Bidan S
diagnosis KTG kategori I hasil KTG kategori Marya
1 dengan DJJ 148-158x/menit dan dan
variabilitas/amplitudo DJJ sedang serta tidak
ada deselerasi
4. Memindahkan pasien ke ruang VK untuk di Bidan S
observasi lebih lanjut, ibu telah pindah Marya
5. Observasi DJJ
Pukul 22.30 DJJ : 148x/menit kuat dan teratur Marya
Wita
Pukul 23.00 DJJ : 150x/menit kuat dan teratur
Wita
Pukul 23.30 DJJ : 158x/menit kuat dan teratur
Wita
Pukul 00.00 DJJ : 150x/menit kuat dan teratur
Wita

56
1 2 3
Pukul 00.30 DJJ : 150x/menit kuat dan teratur
Wita
Pukul 01.00 DJJ : 158x/menit kuat dan teratur
Wita
Sabtu S : Ibu mengatakan sakit perut hilang timbul, Dokter I,
30 Maret 2019 Psikologis : Ibu merasa cemas dengan keadaan Bidan S
01.07 Wita bayinya. Marya
RSUD Bali O : KU baik, kesadaran composmentis , TD :
Mandara 120/80 mmHg, N : 86x/menit, R : 22x/menit, S : Bidan S
(Ruang VK) 36,7ºC, His : 1x10’~10-15”, DJJ : 182x/menit. Marya
Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah procecus
xypoideus (px), teraba bagian bulat lunak dan
melenting pada fundus. Bidan S
Leopold II : pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian kecil dan pada bagian kiri perut ibu teraba
bagian keras memanjang.
Leopold III : pada bagian bawah perut ibu teraba
satu bagian bulat keras dan dapat digoyangkan.
Leopold IV: konvergen
Kandung kemih : tidak penuh, perlimaan 5/5
A : Ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 41 Dokter I
minggu preskep U puki T/H intrauterine + KPD
3 Jam + Oligohidramnion + Gawat Janin
Masalah : ibu merasa cemas
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Dokter I
ibu dan suami, ibu dan suami mengerti dan
menerima hasil pemeriksaan.
2. Memberikan dukungan kepada ibu agar tidak Marya
cemas dan menghadirkan suami untuk

57
1 2 3
memberikan dukungan, ibu merasa lebih
tenang
3. Melakukan resisutasi intrauterine : Bidan S
a. Meminta ibu miring kiri Marya
b. Memberikan ibu oksigen 6 liter per menit
c. Memberikan infus RL dengan tetesan 125
cc / jam
DJJ kembali normal 158x/menit
4. Meminta ibu untuk tidur miring kiri, ibu Marya
mengerti dan bersedia melakukannya.
5. Membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan Bidan S
nutrisi dan cairan serta eliminasi, Ibu dan Marya
bersedia makan nasi dan BAK.
6. Memantau kesejahteraan janin dengan KTG, Dokter I
Diagnosis KTG kategori I dengan DJJ 120- Marya
150x/menit dan dan variabilitas/amplitudo
DJJ sedang serta tidak ada deselerasi
7. Observasi DJJ Marya
Pukul 01.37 DJJ : 150x/menit kuat dan teratur Bidan S
wita
Pukul 02.07 DJJ : 136x/menit kuat dan teratur
wita
Pukul 02.37 DJJ : 120x/menit kuat dan teratur
wita
Pukul 03.07 DJJ : 120x/menit kuat dan teratur
wita
Sabtu S : Ibu merasa takut dan cemas dengan Marya
30 Maret 2019 keadaanya.
03.30 Wita O : KU baik, kesadaran composmentis TD : Bidan S
RSUD Bali 120/80 mmHg, N : 86x/menit, R : 20x/menit, S :
Mandara 36,7ºC, His : 1x10’~10-15”, DJJ : 76x/menit.

58
1 2 3
(Ruang VK) KTG : Frekuensi dasar : 90-100 dpm, moderat 5- Dokter I
25 dpm, akselerasi : tidak ada, deselerasi : ada,
jenisnya : prolonged, pola disfungsi SSP : ada,
yaitu unstable baseline.
Gerak Janin : tidak ada dalam 30 menit
Periksa dalam : tidak dilakukan
A : Ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 41 Dokter I
minggu 1 hari preskep U puki T/H intrauterine +
KPD 5 Jam+ Oligohidramnion + Gawat Janin
Masalah : Ibu merasa cemas
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Dokter I
kepada ibu dan suami dan melakukan
informed consent akan dilakukan tindakaan
section caesarea, ibu dan suami setuju
2. Memberikan dukungan kepada ibu agar tidak Dokter I
cemas dan menghadirkan suami untuk
memberikan dukungan, ibu merasa lebih
tenang
3. Melakukan tes antibiotika, tidak ada reaksi Bidan S
alergi
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk Bidan S
memberikan ibu antibiotik cefazolin 2
gram dalam 100 ml NaCl 0,9%, tidak ada
reaksi alergi.
8. Meminta persetujuan ibu dan melakukan Bidan S
pembersihan pada area yang akan dilakukan
pembedahan, ibu bersedia dan area
pembedahan sudah bersih
9. Melakukan pemasangan dower cateter, Bidan S
produksi urine 100 cc Marya

59
1 2 3

10. Mengirim pasien ke ruang operasi pukul Bidan S


03.40 Wita. Marya
Sabtu S : Ibu mengatakan siap menjalani operasi Perawat
30 Maret 2019 O : Keadaan umum baik, kesadaran compos Ruang OK
03.45 Wita mentis, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi 80
RSUD Bali kali/menit, pernapasan 20kali/menit, saturasi
Mandara 98%, DJJ 120x/menit.
(Ruang A : Ibu “N” umur 23 tahun G1P0000 UK 41
Operasi) minggu 1 hari preskep U puki T/H intrauterine +
KPD 5 jam + Oligohidramnion
P:
1. Menginformasikan tindakan yang akan
dilakukan, ibu mengerti
04.10 wita 2. Memberikan Bupivicaine 0,5% ( regional Dokter
anastesi) yaitu blok spinal ananstesi, tidak Anastesi
ada reaksi alergi.
04.15 wita 3. Memulai tindakan sectio caesarea, operasi Tim OK
dilakukan bersama tim sera lahir bayi segera
menangis pukul 04. 28 wita
4. Melahirkan plasenta, plasenta lahir kesan Dokter I
lengkap
5. Dilakukan proses penjahitan luka operasi, Dokter I
jahitan tertaut dengan baik dan tidak ada
perdarahan aktif
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter Perawat
kandungan mengenai : OK
a. oksitosin 20 IU dalam 500 ml ringer laktat Dokter I
20 tpm dalam 24 jam

60
1 2 3
b. drip pentanyl 350mg + ketorolac 60 mg
dalam NS 50 cc per 24 jam menggunakan
syringe pump
Sabtu S:- Perawat
30 Maret 2019 O : bayi lahir pukul 04.28 wita, segera menangis, Ruang OK
04.28 wita gerak aktif, kulit kemerahan
RSUD Bali A : Bayi ibu “N” neonatus cukup bulan dengan Perawat
Mandara masa adaptasi Ruang OK
Ruang Operasi P:
1. Mengeringkan dan membedong bayi di dalam Perawat
incubator, bayi tampak nyaman Ruang OK
2. Menginformasikan hasil pemeriksaa bayi
kepada suami, suami mengerti da menerima
hasil pemeriksaan.
3. Menginformasikan kepada suami jika bayi
akan di berikan perawatan bayi baru lahir di
ruang periatologi serta meminta suami untuk
ikut mendampingi, suami mengerti dan
bersedia
Sumber : data primer dan hasil dokumentasi RSUD Bali Mandara

3. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada bayi ibu “N” dari baru lahir

sampai usia 42 hari

Asuhan kebidanan yang penulis berikan pada bayi Ibu “N” dimulai dari

sejak bayi lahir sampai 42 hari. Bayi Ibu “I” lahir pada tanggal 30 Maret 2019 pukul

04.28 Wita pada usia kehamilan 41 minggu 1 hari. Berikut asuhan yang diberikan

pada bayi ibu “N” dari baru lahir sampai usia 42 hari.

61
Tabel 7
Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ibu “N”
dari Baru Lahir sampai Usia 42 hari

Hari/tanggal/ Catatan Perkembangan Tanda


Waktu/tempat tangan/nama
1 2 3
Sabtu S: -
30 Maret 2019
O : Keadaan umum baik, tangis kuat, warna Bidan Ruang
Pukul 04.40
wita kulit kemerahan, gerak aktif, HR 140 Perinatologi
RSUD Bali
kali/menit, RR 44 kali/menit, suhu 36,8oC, berat
Mandara
(Ruang badan 2790 gram, panjang badan 48 cm, lingkar
Perinatologi) kepala 32 cm, lingkar dada 33 cm, jenis kelamin
perempuan, dan tidak terdapat perdarahan tali
pusat. Bayi belum BAB dan BAK.
A : Bayi ibu “N” umur 1 jam + vigorous baby Bidan Ruang
dengan masa adaptasi Perinatologi
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Bidan Ruang
kepada suami, suami mengerti dan Perinatologi
menerima hasil pemeriksaan.
2. Meminta persetujuan kepada suami untuk Bidan Ruang
melakukan perawatan satu jam bayi baru Perinatologi
lahir, suami menerima dan menyetujui
tindakan yang akan dilakukan.
3. Melakukan perawatan mata bayi dan Bidan Ruang
memberikan salep mata tetracyclyn 1% Perinatologi
pada konjungtiva mata bayi, bayi tidak ada
reaksi alergi
4. Melakukan injeksi vitamin K dengan dosis Bidan Ruang
1 mg secara intramuscular (IM) pada 1/3 Perinatologi
anterolateral paha kiri bayi, bayi tidak ada
reaksi alergi

62
1 2 3
5. Melakukan perawatan tali pusat, tidak ada Bidan Ruang
Perinatologi
perdarahan dan tanda infeksi pada tali pusat
6. Mengenakan pakaian bayi dan membedong Bidan Ruang
Perinatologi
bayi serta meletakkan bayi di radian
warmer, bayi tampak nyaman
Sabtu S: -
30 Maret 2019
O : Keadaan umum bayi baik, tangis bayi kuat,
Pukul 05.40 Bidan Ruang
wita warna kulit kemerahan, gerak aktif, HR 140 Perinatologi
RSUD Bali
kali/menit, RR 44 kali/menit, suhu 37,2oC, Bayi
Mandara
(Ruang belum BAB dan BAK.
Perinatologi) Bidan Ruang
A : Bayi ibu “N” umur 2 jam vigorous baby
Perinatologi
dengan masa adaptasi
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Bidan Ruang
Perinatologi
kepada ibu dan suami, suami menerima dan
memahami penjelasan yang diberikan.
2. Meminta persetujuan kepada suami
dilakukan tindakan injeksi vaksin hepatitis
B dan memberi KIE efek samping dan cara
mengatasinya , suami mengerti dan setuju
3. Melakukan injeksi vaksin hepatitis B
Bidan Ruang
dengan dosis 0,5 ml secara intramuscular Perinatologi
pada anterolateral paha kanan bayi, bayi
tidak ada reaksi alergi.
KN 1 S :-
Sabtu
O : Keadaan umum baik, tangis kuat, warna
30 Maret 2019 Marya
10.40 wita kulit kemerahan, gerak aktif, HR 140
RSUD Bali
kali/menit, RR 44 kali/menit, suhu 37oC, Bayi
Mandara
(Ruang belum BAB dan BAK. Bayi minum ASI dan
Pemulihan)
meyusu dengan kuat. Kepala bayi tidak ada
kelainan. Mata konjungtiva merah muda, sclera

63
1 2 3
putih. Telinga simetris, hidung bersih tidak ada Marya
kelainan, reflek glabella ada. Mulut tidak ada
kelainan, reflek rooting, sucking, dan
swallowing ada. Leher tidak ada kelainan, tonic
neck reflek ada. Payudara simetris dan tidak ada
kelainan, perut tidak ada distensi, bising usus
ada, tidak ada perdarahan pada tali pusat.
Punggung tidak ada cekungan, galant reflek
ada. Genetalia : labia mayora menutupi labia
minora, tidak ada pengeluaran , lubang anus
ada. Jari tangan lengkap dan tidak ada kelainan,
graps reflek ada, jari kaki lengkap, tidak ada
kelainan, Babinski reflex ada. Morrow refklek
ada.
A : Bayi ibu “N” umur 6 jam NCB SMK + Marya
vigorous baby dengan masa adaptasi
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
Marya
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
mengerti dan menerima hasil pemeriksaan
2. Memberi KIE tentang tanda bahaya
Marya
neonatus, ibu dan suami mengerti dan
segera menghubungi petugas jika ada tanda
bahaya.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi Marya
secara on demand dan memberikan ASI
eksklusif, ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
4. Menganjurkan ibu dan suami untuk tetap Marya
menjaga kehangatan bayi, ibu dan suami
mengerti dan bersedia melakukannya

64
1 2 3
5. Membimbing ibu dan suami cara
menyendawakan bayi, ibu dan suami
mengerti dan dapat melakukannya.
KN 2 S:-
Selasa O : keadaan umun bayi baik, kesadaran Marya
2 April 2019 composmentis, minum ASI (+), muntah tidak
Pukul 14.30 ada, berat badan : 2700 gram. HR 138 x/menit,
wita suhu 36,8 dan RR 46 x/menit. Konjungtiva
Di Rumah Ibu merah muda dan sklera putih, pernafasan
“N” cuping hidung tidak ada, mulut bayi lembab dan
lidah tidak kotor, tidak ada retraksi dinding
dada tidak ada distensi abdomen, tidak ada
perdarahan dan tanda infeksi pada tali pusat.
Esktremitas gerak aktif tidak ada masalah.
BAB/BAK (+/+)
A : Bayi ibu “N” umur 3 hari neonatus cukup Marya
bulan dengan kondisi sehat
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Marya
kepada ibu, ibu mengerti dan menerima
hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan ibu tentang : Marya
a. Tanda bahaya neonatus
b. Perawatan bayi sehari-hari dan
perawatan tali pusat
c. ASI ondemand
d. Menjaga kehangatan bayi
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
KN 2 S:-
Sabtu O : Keadaan umun bayi baik, kesadaran Marya
6 April 2019 composmentis, minum ASI (+), muntah tidak

65
1 2 3
Pukul 17.00 ada, berat badan : 2650 gram, HR 138 x/menit,
wita suhu 36,8 dan RR 46 x/menit. Warna
Di Rumah Ibu konjungtiva merah muda dan sklera putih,
“N” pernafasan cuping hidung tidak ada, mulut bayi
lembab dan lidah tidak kotor, tidak ada retraksi
dinding dada tidak ada distensi abdomen, tali
pusat sudah pupus dan kering. Esktremitas
gerak aktif tidak ada masalah. BAB/BAK (+/+)
A : Bayi ibu “N” umur 7 hari neonatus cukup Marya
bulan dengan kondisi sehat
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Marya
kepada ibu, ibu mengerti dan menerima
hasil pemeriksaan.
2. Memijat dan memandikan bayinya, bayi Marya
tampak tenang dan tidak rewel
3. Mengingatkan ibu tentang : Marya
a. Tanda bahaya pada neonatus
b. ASI ondemand dan ASI Eksklusif
c. Menjaga kehangatan bayi untuk
mencegah terjadinya hipotermi
d. Kontrol sesuai dengan jadwal kontrol
Selasa S:-
9 April 2019 O : Keadaan umun bayi baik, kesadaran Bidan Poli
Pukul 11.00 composmentis, minum ASI (+), muntah tidak Anak
Wita ada, berat badan : 2900 gram, HR 138 x/menit,
RSUD Bali suhu 36,8˚C dan RR 46 x/menit. Konjungtiva
Mandara (Poli merah muda dan sklera putih, pernafasan
Anak) cuping hidung tidak ada, mulut bayi lembab dan
lidah tidak kotor, tidak ada retraksi dinding
dada tidak ada distensi abdomen, tali pusat

66
1 2 3
sudah pupus dan kering. Esktremitas gerak aktif
tidak ada masalah. BAB/BAK (+/+)
A : Bayi ibu “N” umur 10 hari neonatus cukup Dokter A
bulan dengan kondisi sehat
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Dokter A
kepada ibu da suami, ibu dan suami megerti
dan menerima hasil pemeriksaan.
2. Melakukan inform consent untuk Bidan Poli
memberikan vaksin BCG dan polio pada Anak
bayi, ibu dan suami setuju
3. Menjelaskan efek samping imunisasi serta Bidan Poli
cara penanganannya, ibu dan suami Anak
mengerti dan bersedia melakukannya.
4. Memberikan vaksin BCG dengan dosis 0,05 Bidan Poli
ml secara intrakutan pada lengan atas bayi, Anak
bayi tidak ada reaksi alergi
5. Memberikan imunisasi polio 2 tetes, bayi Bidan Poli
tidak ada muntah dan tidak ada reaksi alergi Anak
KN 3 S:-
Sabtu O : Keadaan umun baik, kesadaran Marya
13 April 2019 composmentis, minum ASI (+), muntah tidak
Pukul 16.30 ada, berat badan : 3100 gram, HR 138 x/menit,
wita suhu 37˚C dan RR 46 x/menit. Konjungtiva
Di Rumah Ibu merah muda dan sklera putih, pernafasan
“N” cuping hidung tidak ada, mulut bayi lembab dan
lidah tidak kotor, tidak ada retraksi dinding
dada tidak ada distensi abdomen. Esktremitas
gerak aktif tidak ada masalah. BAB/BAK (+/+)
A : Bayi ibu “N” umur 14 hari neonatus cukup Marya
bulan dengan kondisi sehat

67
1 2 3
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Marya
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
mengerti dan menerima hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan ibu dan suami tentang : Marya
a. Tanda bahaya neonatus
b. ASI ondemand dan ASI Eksklusif
c. Efek samping imunisasi BCG
Ibu dan suami mengerti dan bersedia
melakukannya
KN 3 S:-
Sabtu O : Keadaan umun bayi baik, kesadaran Marya
27 April 2019 composmentis, minum ASI (+), muntah tidak
Pukul 16.30 ada, berat badan : 4000 gram, HR 138 x/menit,
wita suhu 37,2˚C dan RR 46 x/menit. Konjungtiva
Di Rumah Ibu merah muda dan sklera putih, pernafasan
“N” cuping hidung tidak ada, mulut bayi lembab dan
lidah tidak kotor, tidak ada retraksi dinding
dada tidak ada distensi abdomen. Esktremitas
gerak aktif tidak ada masalah. BAB/BAK (+/+)
A : Bayi ibu “N” umur 28 hari neonatus cukup Marya
bulan dengan kondisi sehat
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Marya
kepada ibu, ibu mengerti dan menerima hasil
pemeriksaan.
2. Memijat dan memandikan bayinya, bayi Marya
tampak tenang dan tidak rewel
3. Mengingatkan ibu tentang : Marya
a. Tanda bahaya pada neonatus
b. perawatan bayi sehari-hari

68
1 2 3
c. ASI ondemand dan ASI Ekskusif
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
Sabtu S:-
11 Mei 2019 O : Keadaan umun bayi baik, kesadaran Marya
pukul 16.30 composmentis, minum ASI (+), muntah tidak
Wita ada, berat badan : 4300 gram, HR 138 x/menit,
Rumah Ibu suhu 36,8˚C dan RR 46 x/menit. konjungtiva
“N” merah muda dan sklera tidak ikterik, pernafasan
cuping hidung tidak ada, mulut bayi lembab dan
lidah tidak kotor, tidak ada retraksi dinding
dada tidak ada distensi abdomen. Esktremitas
gerak aktif tidak ada masalah. BAB/BAK (+/+)
A : Bayi ibu “N” umur 42 hari dengan kondisi Marya
sehat
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Marya
kepada ibu, ibu mengerti dan menerima hasil
pemeriksaan.
2. Memijat dan memandikan bayinya, bayi Marya
tampak tenang dan tidak rewel
3. Mengingatkan ibu tentang :
a. Tanda bahaya pada bayi
b. ASI ondemand dan ASI Eksklusif
c. Jadwal imunisasi selanjutnya
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
Sumber : data primer

3. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada Ibu “N” selama masa nifas

Asuhan kebidanan yang diberikan penulis pada Ibu “N” selama masa

nifas yaitu dimulai dari 2 jam postpartum sampai 42 hari masa nifas. Penulis

melakukan pemantuan terhadap perkembangan ibu “N” dimulai dari tanda-tanda

69
vital, proses involusi, pengeluaran lochea, laktasi serta proses adaptasi psikologi

ibu terhadap kondisinya setelah bersalin. Asuhan pada ibu nifas yang diberikan

penulis yaitu sesuai dengan program pemerintah terkait kunjungan ibu nifas (KF),

Perkembangan masa nifas Ibu “I” dapat dilihat dalam tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 8
Hasil Penerapan Asuhan Kebidanan pada Ibu “N” Selama Masa Nifas
di RSUD Bali Mandara dan Kunjungan Rumah
Bulan April – Mei 2019

Hari/tanggal/ Catatan Perkembangan Tanda


Waktu/tempat tangan/nama
1 2 3
Sabtu Menerima pasien dari ruang operasi dengan Bidan M
30 Maret 2019 diagnosa P1001 2 jam post sectio caesarea
Pukul 06.40 S : ibu mengatakan kaki masih belum bisa di Marya
wita gerakan.
RSUD Bali O : Keadaan umum baik, kesadaran Bidan M
Mandara composmentis, tekanan darah : 110/80 mmHg,
(Ruang nadi :80x/menit, pernapasan : 20x/menit, SpO2 :
Pemulihan) 99%, suhu : 36,ºC. Mata: konjungtiva merah Marya
muda, sclera putih, Wajah: tidak pucat, Payudara
tidak ada kelainan da ada pegeluaran kolostrum,
kontraksi uterus baik, TFU : 2 jari bawah pusat, Bidan M
luka operasi tertutup dengan kasa steril tidak ada
perdarahan aktif, pengeluaran : lokia rubra, tidak
ada perdarahan aktif, oksitosin 20 IU dalam RL
sisa 400 cc dengan tetesan 20 tpm, ibu diberikan
drip pentanyl 350 mg + keterolac 60 mg dalam
NS 50 cc per jam dengan menggunakan syringe
pump, urine bag terisi 600 cc warna kuning jernih

70
1 2 3
A : Ibu “N” Umur 23 Tahun P1001 2 jam post Bidan M
section caesarea
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Bidan M
ibu dan keluarga, ibu dan keluarga mengerti
dan menerima hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan ibu untuk puasa 6 jam post Marya
sectio caesarea, ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
3. Berkolaborasi dengan dokter melanjutkan Bidan M
pemeberian :
a. oksitosin 20 IU dalam 500 ml ringer laktat
20 tpm dalam 24 jam
b. drip pentanyl 350mg + ketorolac 60 mg
dalam NS 50 cc per 24 jam menggunakan
syringe pump
4. Memberi KIE kepada ibu tentang : Marya
a. Menilai kontraksi dan masase fundus uteri
b. Memperhatikan luka bekas operasi serta
tanda bahaya
c. Posisi dan mobilisasi paska operasi
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
Sabtu S : Ibu mengeluh nyeri pada luka operasi, merasa Bidan N
30 Maret 2019 Marya
kesemutan pada kaki, Ibu masih menggunakan
10.40 wita
RSUD bali dower cateter . Pola istirahat: ibu sudah dapat
Mandara
beristirahat kurag lebih 1 jam. Psikologis: ibu
(Ruang
Pemulihan) merasa bahagia atas kelahiran bayinya.
O : Keadaan umum baik, kesadaran
Bidan N
composmentis, tekanan darah : 110/80 mmHg,
nadi :84x/menit, pernapasan : 20x/menit, SpO2 :
99%, suhu : 36,4ºC. Mata: konjungtiva merah

71
1 2 3
muda, sclera putih, Wajah: tidak pucat, Payudara Bidan N
Marya
tidak ada kelainan da ada pegeluaran kolostrum,
kontraksi uterus baik, TFU : 2 jari bawah pusat,
luka operasi tertutup dengan kasa steril, tidak
ada perdarahan aktif, pengeluaran : lokia rubra,
tidak ada perdarahan aktif, oksitosin 20 IU dalam
Marya
RL dengan tetesan 20 tpm tersisa 200 cc, ibu
diberikan drip pentanyl 350 mg + keterolac 60
mg dalam NS 50 cc per jam dengan
menggunakan syringe pump, urine bag terisi 800
cc warna kuning jernih, mobilisasi (+)
A : Ibu “N” Umur 23 Tahun P1001 6 jam post
Bidan N
section caesarea
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan ibu, Bidan N
ibu dan keluarga mengerti da menerima hasil
pemeriksaan.
Marya
2. Mengingatkan ibu tentang :
a. Masase fundus uteri
b. Posisi dan mobilisasi paska operasi
c. Tanda bahaya masa nifas
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
3. Berkolaborasi dengan dokter dalam Bidan N
pemberian terapi :
a. oksitosin 20 IU dalam 500 ml ringer laktat
20 tpm dalam 24 jam
b. drip pentanyl 350mg + ketorolac 60 mg
dalam NS 50 cc per 24 jam menggunakan
syringe pump
c. cefadroxil 2 x 500 mg
d. paracetamol 3x500 mg

72
1 2 3
e. SF 1 x 60 mg
Terapi diberikan dan tidak ada reaksi alergi
5. Membimbing ibu menyusui bayi degan Marya
posisi tidur dan menyusui on deman, ibu
dapat menyusui bayi dan bersedia
melakukannya.
Minggu S : Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi Marya
31 Maret 2019
a. Pola nutrisi : ibu sudah makan dan minum. Ibu
Pukul 10.00
Wita makan bubur dan sayur serta minum air putih
RSUD Bali
b. Pola istirahat : Ibu mengatakan istirahat ketika
Mandara
(Ruang bayinya tidur dan bangun ketika menyusui
Pemulihan)
c. Pola eliminasi : Ibu belum BAB dan masih
terpasang dower cateter dan urine bag terisi
500 cc.
d. Psikologis : Ibu dan keluarga sangat senang
dengan kehadiran bayi, dalam merawat bayi
ibu dibantu oleh suami dan mertua.
O : Keadaan umum baik, kesadaran
Bidan “N”
composmentis, tekanan darah : 120/80 mmHg,
nadi :84x/menit, pernapasan : 20x/menit, suhu :
36,4ºC. Mata: konjungtiva merah muda, sclera
putih, Wajah: tidak pucat, Payudara tidak ada
kelainan dan ada pengeluaran kolostrum,
kontraksi uterus baik, TFU : 2 jari bawah pusat,
luka operasi tertutup dengan kasa steril,
pengeluaran : lokia rubra, tidak ada perdarahan
aktif, terpasang infus RL dengan tetesan 20 tpm
dan tersisa 50 ml, urine bag terisi 500 cc warna
kuning jernih, mobilisasi (+)
A : A : Ibu “N” Umur 23 Tahun P1001 1 hari
Bidan “N”
post section caesarea

73
1 2 3
P:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan
Bidan “N”
kepada ibu dan suami, ibu dan suami
mengerti dan menerima hasil pemeriksaan.
2. Melepas infus dan dower cateter, tidak ada Bidan “N”
perdarahan pada luka bekas jarum dan ibu
dapat BAK spontan pukul 11.30 wita
3. Berkolaborasi dengan dokter memberikan
Dokter I
ibu terapi : Bidan “N”
a. cefadroxil 2 x 500 mg
b. paracetamol 3 x 500 mg
c. SF 1 x 60 mg
Ibu bersedia mengkonsumsinya serta tidak
ada reaksi alergi
KF 1 S : Ibu merasa lega sudah kembali ke rumah dan Marya
Selasa tidak ada keluhan. Ibu sudah mengonsumsi obat
2 April 2019 yang diberikan dokter, dilihat dari sisa obat ibu
Pukul 14.50 yang berkurang dari awal pemberian.
wita a. Pola nutrisi : ibu makan teratur 3-4 kali sehari
Rumah Ibu dengan porsi nasi satu piring, sayur, ayam satu
“N” potong, tahu, minum 10-12 gelas.
b. Pola eliminasi : Ibu BAB satu kali sehari dan
BAK 3-4 kali sehari, tidak ada keluhan saat
BAK/BAB.
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan istirahat ketika
bayinya tidur.
d. Psikologis : ibu merasa senang sudah kembali
kerumah. Ibu dan keluarga sangat senang
dengan kehadiran bayi, dalam merawat bayi
ibu dibantu oleh suami dan mertua.

74
1 2 3
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos Marya
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 82
kali/menit, suhu: 36,4ºC, respirasi : 20
kali/menit. Wajah tidak pucat dan tidak oedema,
konjungtiva tidak pucat, payudara tidak
bengkak, bersih dan pengeluaran ASI pada
kedua payudara lancar, kandung kemih tidak
penuh, TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus
baik, luka operasi tertutup dengan kasa steril dan
tidak ada perdarahan, pengeluaran lokia rubra.
A : Ibu “N” umur 23 tahun 3 hari post SC Marya
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan suami Marya
mengenai hasil pemeriksaan, ibu dan suami
mengerti dan menerima hasil pemeriksaan.
2. Mengingatkan ibu tanda bahaya masa nifas, Marya
ibu mengerti dan bersedia ke fasilitas
kesehatan jika ada tanda bahaya.
3. Memberik KIE tentang : Marya
a. Nutrisi yang baik selama masa nifas
b. Personal hygiene selama masa nifas
c. Pola istirahat selama masa nifas
d. KB pasca persalinan
Ibu mengerti da bisa melakukannya
4. Membantu ibu dan mengingatkan ibu untuk Marya
menyusui dengan posisi duduk, ibu sudah
mampu melakukan dengan baik
5. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan
konsumsi terapi yang diberikan oleh dokter,
ibu bersedia.

75
1 2 3
KF 2 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Marya
Sabtu a. pola nutrisi : ibu makan teratur 3-4 kali sehari
6 April 2019 dengan porsi satu nasi piring, sayur, ayam 1
17.30 wita potong, tahu, minum 10-12 gelas.
Rumah Ibu b. Pola eliminasi : Ibu BAB 1 kali sehari dan
“N” BAK 3-4 kali sehari, tidak ada keluhan saat
BAK/BAB.
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan istirahat
ketika bayinya tidur dan bangun ketika
menyusui. Ibu merasa istirahatnya cukup.
d. Psikologis : ibu merasa senang sudah kembali
kerumah. Ibu dan keluarga sangat senang
dengan kehadiran bayi., dalam merawat bayi
ibu dibantu oleh suami dan mertua.
O : keadaan umum baik, kesadaran compos Marya
mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 82
kali/menit, suhu: 36,5ºC, respirasi : 20
kali/menit,Wajah tidak pucat dan tidak oedema,
konjungtiva tidak pucat, payudara tidak
bengkak, bersih dan pengeluaran ASI pada
kedua payudara lancer, TFU pertengan sympisis
– pusat, kontraksi uterus baik, Luka operasi
tertutup dengan baik dan tidak ada perdarahan,
kandung kemih tidak penuh, pengeluaran lokea
sanguinolenta.
A : Ibu “N” umur 23 tahun 7 hari post SC Marya
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan mengenai Marya
hasil pemeriksaan, ibu paham dan menerima
hasil pemeriksaan.

76
1 2 3
2. Mengingatkan ibu tentang : Marya
a. Tanda bahaya nifas
b. Nutrisi yang baik selama masa nifas
a. Personal hygiene selama masa nifas
b. Pola istirahat selama masa nifas
c. Menyusui secara on demand
d. KB paska persalinan
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
Sabtu S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Marya
27 April 2019 a. pola nutrisi : ibu makan teratur 3-4 kali sehari
17.00 Wita dengan porsi nasi satu piring, sayur, ayam 1
Rumah Ibu potong, tahu. Ibu minum 10-12 gelas.
“N” b. Pola eliminasi : Ibu BAB 1 kali sehari dan
BAK 3-4 kali sehari, tidak ada keluhan saat
BAK/BAB.
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan istirahat
ketika bayinya tidur dan bangun ketika
menyusui. Ibu merasa istirahatnya cukup.
d. Psikologis : ibu merasa senang sudah
kembali kerumah. Ibu dan keluarga sangat
senang dengan kehadiran bayi., dalam
merawat bayi ibu dibantu oleh suami dan
mertua.
O : keadaan umum baik, kesadaran compos Marya
mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 82
kali/menit, suhu: 36,6ºC, respirasi : 20
kali/menit,Wajah tidak pucat dan tidak oedema,
konjungtiva tidak pucat, payudara tidak
bengkak, bersih dan pengeluaran ASI pada
kedua payudara lancer, TFU tidak teraba , Luka
operasi sudah kering dan tidak ada perdarahan

77
1 2 3
dan tanda infeksi, kandung kemih tidak penuh,
pengeluaran tidak ada.
A : Ibu “N” umur 23 tahun 28 hari post SC Marya
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan mengenai Marya
hasil pemeriksaan, ibu paham dan menerima
hasil pemeriksaan.
2. Memberikan dukungan kepada ibu untuk
menggunakan alat kontrasepsi, ibu
mengatakan sementara akan menggunakan
MAL dan kondom serta nanti jika sudah
menstruasi akan meggunakan suntik 3 bulan.
Sabtu S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Marya
11 Mei 2019 a. pola nutrisi : ibu makan teratur 3-4 kali sehari
17.00 Wita dengan porsi nasi setengah piring, sayur,
Rumah Ibu ayam 1 potong, tahu, minum 10-12 gelas.
“N” b. Pola eliminasi : Ibu BAB 1 kali sehari dan
BAK 3-4 kali sehari, tidak ada keluhan saat
BAK/BAB.
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan istirahat
ketika bayinya tidur dan bangun ketika
menyusui. Ibu merasa istirahatnya cukup.
d. Psikologis : ibu merasa senang sudah
kembali kerumah. Ibu dan keluarga sangat
senang dengan kehadiran bayi., dalam
merawat bayi ibu dibantu oleh suami dan
mertua.
O : keadaan umum baik, kesadaran compos Marya
mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 82
kali/menit, suhu: 36,5ºC, respirasi : 20
kali/menit,Wajah tidak pucat dan tidak oedema,

78
1 2 3
konjungtiva tidak pucat, payudara tidak
bengkak, bersih dan pengeluaran ASI pada
kedua payudara lancer, TFU tidak teraba , Luka
operasi sudah kering dan tidak ada perdarahan
dan tanda infeksi, kandung kemih tidak penuh,
pengeluaran tidak ada.
A : Ibu “N” umur 23 tahun 42 hari post SC Marya
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan mengenai Marya
hasil pemeriksaan, ibu paham dan menerima
hasil pemeriksaan.
2. Memberikan dukungan kepada ibu untuk
menggunakan alat kontrasepsi, ibu
mengatakan sementara akan menggunakan
MAL dan kondom serta nanti jika sudah
menstruasi aka meggunaka suntik 3 bulan.
3. Mengingatkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan istirahat sehingga
mampu merawat bayi, ibu mengerti dan
bersedia melakukannya
Sumber : data primer dan hasil dokumentasi RSUD Bali Mandara

B. Pembahasan

1. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “N” dari kehamilan trimester

III sampai menjelang persalinan

Ibu “N” mulai diberikan asuhan pada trimester III kehamilan. Selama

kehamilan ibu rutin memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan sebanyak 12

kali. Ibu sudah melakukan kunjungan antenatal pada trimester I sebanyak 1 kali,

trimester II sebanyak 3 kali, dan trimester III sebanyak 8 kali. Menurut Kemenkes

79
RI (2013b) ibu hamil dianjurkan untuk melakukan kunjungan antenatal yang

berkualitas minimal 4 kali, trimester I satu kali sebelum minggu ke-16, trimester II

satu kali antara minggu ke-24-28, dan trimester III dua kali antara minggu 30-32

dan minggu 36-38. Berdasarkan hal tersebut, pemeriksaan antenatal yang dilakukan

ibu “N” sudah sesuai dengan program kunjungan antenatal yang bertujuan untuk

mendeteksi dini akan kemungkinan komplikasi yang terjadi.

Menurut Kemenkes RI (2013b) pemeriksaan yang dilakukan pada

trimester III yaitu pemeriksaan keadaan umum, tekanan darah, suhu tubuh, berat

badan, periksa gejala anemia, edema, tanda bahaya, pemeriksaan fisik obstetric

seperti, tinggi fundus, pemeriksaan obstetri dengan maneuver Leopold, denyut

jantung janin, dan pemeriksaan penunjang kadar Hb. Penerapan asuhan kebidanan

pada ibu “N” ada beberapa hal yang belum sesuai dengan standar yaitu ibu belum

mendapatkan pemeriksaan VDRL dan pemeriksaan Hb pada trimester III belum

dilakukan tetapi dilakukan pemeriksaan Hb menjelang persalinan.

Salah satu komponen penting dalam pelayanan antenatal yaitu tes

laboratorium. Menurut Kemenkes RI (2013) pemeriksaan laboratorium rutin yaitu

golongan darah, haemoglobin, HIV, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis. Ibu

hamil trimester III diharapkan melakukan satu kali pemeriksaan Hb. Ibu melakukan

pemeriksaan Hb sebelumnya saat usia kehamilan 16 minggu 3 hari dengan hasil Hb

10,8g%. Ibu hamil trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan haematokrit

yang cepat karena terjadi ekspansi volume darah yang cepat. Penurunan Hb paling

rendah pada kehamilan 20 minggu kemudian meningkat sedikit sampai hamil

cukup bulan. Ibu hamil dikatakan anemia apabila Hb < 11 gram % pada trimester I

dan III, Hb < 10,5 g% pada trimeter II (Kemenkes RI, 2016). Anemia menyebabkan

80
kehamilan mengalami gangguan karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat

pasokan oksigen. Pada persalinan dampak yang ditimbulkan yaitu persalinan lama

karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi

pada persalinan dan setelahnya. Ibu hamil disarankan melakukan periksa Hb 2 kali

yaitu 1 kali pada trimester I dan 1 kali pada trimester III (Kemenkes RI, 2012). Pada

penerapan asuhan kebidanan ibu “N” tidak melakukan pemeriksaan penunjang

kadar Hb pada trimester III karena saat ingin melakukan pemeriksaan ke puskesmas

pelayanan laboratorium tidak tersedia karena petugas sedang sakit namun

pemeriksaan Hb tetap dilakukan saat dirumah sakit menjelang persalinan.

Ibu “N” belum mendapatkan pemeriksaan VDRL (Veneral Diseases

Research Laboratory) dimana pemeriksaan VDRL ini merupakan program

pemerintah untuk ibu hamil yang bertujuan untuk skrining penyakit sifilis pada ibu

hamil. Penyakit sifilis ditularkan melalui hubungan seksual yang disebabkan oleh

terjadi infeksi treponema pallidum sehingga menimbulkan penyakit sifilis. Ibu “N”

melakukan pemeriksaan laboratoium saat usia kehamilan 16 minggu 3 hari dan

tidak dilakukan pemeriksaan VDRL karena reagen tidak tersedia.

Selama kehamilan ibu “N” mengeluh sakit pinggang. Menurut Kemenkes

RI (2012) kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan tubuh karena cenderung

berat di bagian depan. Untuk menyeimbangkan berat badan maka ibu akan berusaha

untuk berdiri dengan tubuh condong ke belakang, sehingga ibu akan merasakan

nyeri di bagian pinggang. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan sakit

pinggang yaitu melakukan senam hamil, berjalan kaki sekitar satu jam sehari, ketika

berdiri posisi tubuh yaitu tegak lurus dengan bahu di tarik ke belakang, tidur

sebaiknya miring ke kiri karena memungkinkan aliran darah ke arah plasenta

81
berjalan normal. Ibu “N” belum pernah mengikuti senam hamil, senam hamil

merupakan salah satu cara mengatasi nyeri piggang pada kehamilan (Kemenkes RI,

2012). Senam hamil merupakan salah satu asuhan yang penulis berikan ketika

melakukan kunjungan rumah saat kehamilan diharapkan dapat mengatasi sakit

pinggang yang ibu keluhkan.

Ibu “N” saat usia kehamilan 41 minggu didapatkan hasil bahwa kepala

janin belum masuk pintu atas panggul. Menurut Varney (2008) lightening atau

penurunan presentasi bayi dalam pelvis minor pada primigravida terjadi dua

minggu sebelum persalinan yaitu menjelang minggu ke-36. Ibu “N” usia kehamilan

41 minggu kepala janin belum masuk pintu atas panggul kemungkinan besar ada

resiko panggul sempit dimana hasil pemeriksaan tinggi badan ibu 148 cm selain itu

dilihat dari bentuk tubuh atau postur tubuh ibu kecil. Hasil penelitian di RSUD Liun

Kandage Tahuna tahun 2014 ditemukan dari 167 ibu yang dilakukan seksio sesarea

dengan indikasi panggul sempit sebanyak 28 ibu (16,76%) hal ini disebabkan oleh

karena bentuk tubuh atau postur tubuh dan bentuk panggul ibu yang kecil sehingga

tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan normal (Sumelung, et al., 2014).

Penyulit pada masa kehamilan yang dialami ibu “N” adalah

oligihidramnion. Oligohidramnion adalah kondisi ibu hamil yang memiliki terlalu

sedikit air ketuban, indeks AFI (Amniotic Fluid Index) kurang dari 5 sentimeter.

Diagnosis oligohidramnion sebagai tidak adanya kantong cairan dengan kedalaman

2-3 cm, atau volume cairan kurang dari 500 mL. Kejadian oligohidramnion adalah

60,0% pada primigravida (Mohamed, 2015). Ibu “N” usia kehamilan 41 minggu

ibu melakukan pemeriksaan USG di dapatkan AFI 4.07 cm., berdasarkan hasil

tersebut maka ibu didiagonis oligohidramnion dengan nilai AFI dibawah 5 cm. Hal

82
yang harus diperhatikan bidan untuk mendeteksi oligohidramnion yaitu uterusnya

akan tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada setiap

pergerakan janin, DJJ sudah terdengar pada bulan ke lima, dan ketika His ibu akan

merasakan sakit yang lebih. Menurut Patreli et al (2012) hal yang harus di

perhatikan ibu hamil dengan oligohidramnion yaitu gerakan janin berkurang, oleh

sebab itu ibu diberikan pengetahun tentang cara memantau gerakan janin,

sehingga ketika gerakan janin mulai berkurang dapat segera di ketahui dan

ditangani segera.

2. Hasil penerapan asuhan kebidana pada Ibu “N” selama proses persalinan

Proses persalinan ibu “N” berlangsung secara section caesarea pada

tanggal 30 Maret 2019 dengan usia kehamilan 41 minggu 1 hari di Rumah Sakit

Bali Mandara. Usia kehamilan ibu sudah melewati tapsiran persalinan namun

belum ada tanda-tanda persalinan. Menurut penelitian Dewi dan Margareta di RS

WS Makasar Tahun 2004-2005, persentase tertinggi karakteristik ibu dengan

persalinan post date adalah dengan paritas primipara yaitu sebanyak 44,9%.

Kehamilan dan persalinan post date dengan anak pertama resiko meningkat

terutama disebabkan karena ibu belum pernah mengalami kehamilan dan

persalinan. Pada ibu dengan kehamilan pertama 95%, otot polos miometriumnya

dibuat tidak responsif dengan rangsangan alami. Hal ini menyebabkan tidak

terjadinya kontraksi untuk mulainya persalinan sehingga persalinan menjadi

mundur, yang disebut dengan kehamilan post date. Pada kehamilan ini terjadi

penundaan penurunan reseptor oksitosin di miometrium (Cunningham, 2014).

Ibu datang ke VK IGD RSBM pukul 22.00 wita diantar oleh penulis dan

suami dengan membawa surat rujukan dari dokter spesialis kandungan. Ibu dirujuk

83
karena usia kehamilan sudah melewati tapsiran persalinan dan saat dilakukan USG

di dapatkan nilai AFI dibawah 5 cm sehingga didiagnosis oligohidramnion. Saat

sampai di RSBM ibu mengeluh keluar air tidak bisa ditahan saat ke toilet pada pukul

21.50 wita (29 Maret 2019), setelah sampai di VK IGD ibu di anamnesa serta

diberikan informed consent sebelum dilakukan pemeriksaan. Ibu dilakukan periksa

dalam dengan hasil tidak ada pembukaan serviks dan saat dilakukan tes nitrazin

didapatkan hasil kertas lakmus berubah jadi biru, berdasarkan pemeriksaam

tersebut ibu didiagnosis ketuban pecah dini. Menurut Kemenkes RI (2013) ketuban

pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau

dimulainya tanda inpartu, dengan memperhatikan tes nitrazin kertas lakmus

berubah dari merah menjadi biru dan perhatikan bahwa darah, semen, dan infeksi

dapat menyebabkan hasil positif palsu.

Ibu “N” diobservasi di VK RSBM, saat di observasi menggunakan KTG

pukul 01.07 tanggal 30 Maret 2019 ibu mengalami gawat janin dengan hasil DJJ

182x/menit. Menurut Saifuddin AB (2010) gawat janin yaitu denyut jantung janin

kurang dari 100 permenit atau lebih dari 180 permenit, diagnosis lebih pasti jika

disertai air ketuban hijau dan kental/sedikit. Menurut Kemenkes RI (2013b) Gawat

janin terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen sehingga terjadi hipoksia.

Tatalaksana gawat janin yang diberikan sudah sesuai dengan teori yang

dikemukakan Saifuddin (2010) yaitu melakukan resusitasi intrauterine, pasien

dibaringkan miring kiri, sebelumnya ibu sudah dipasang infus dengan jarum 18G

sehingga lanjutkan pemberian infus cairan RL dengan tetesan 125cc/jam, dan

berikan oksigen. Setelah dilakukan resusitasi intrauteri DJJ kembali normal yaitu

158x/menit. Ibu tetap diminta untuk tidur miring kiri dan DJJ di observasi dengan

84
KTG. Tanggal 30 Maret 2019 pukul 03.30 wita saat diobservasi menggunakan

KTG, DJJ 76x/menit, dilakukan resusitasi intrauteri dan observasi KTG. Hasil KTG

: frekuensi dasar 90-100 dpm, moderat 25 dpm, akselerasi: tidak ada, deselerasi ada

jenisnya prolonged, pola disfungsi SPP: ada yaitu unstable baseline, gerakan janin

tidak ada dalam 10 menit. Berdasarkan hasil tersebut ibu disarankan untuk

dilakukan persalinan section caesarea green code.

Indikasi persalinan section caesarea yang direkomendasikan oleh dokter

pada ibu dikarenakan ibu mengalami KPD dengan oligohidramnion disertai gawat

janin, hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang dinyatakan (Oxon dkk, 2010)

yaitu indikasi section caesarea pada janin salah satunya yaitu gawat janin. Ibu “N”

mengalami oligohidramnion karena usia kehamilan melewati tapsiran persalinan

sehingga terjadi penurunan volume air ketuban selain itu disertai dengan ketuban

pecah sehingga volume cairan ketuban semakin berkurang, sehingga menyebabkan

bayi tidak memiliki bantalan pada dinding rahim, karena ruang yang sempit pada

rahim menyebabkan ruang gerak menjadi abnoraml, juga menyebabkan terhentinya

perkembangan paru sehingga terjadi gawat janin. Penanganan pada ibu “N” terjadi

keterlambatan, menurut Kemenkes RI (2013) tatalaksana ketuban pecah dini ketika

usia kehamilan > 34 minggu maka lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila

tidak ada kontraindikasi dan memperhatikan Score Bishop. Pada ibu “N” terjadi

keterlambatan karena ibu dan suami meminta untuk melahirkan pervaginam dan

ditunggu sampai ada pembukaan.

Asuhan kebidanan yang dilakukan adalah melakukan tindakan kolaborasi

dengan dokter untuk persiapan section caesarea meliputi, melakukan tes

85
antibiotika, memberikan ibu antibiotik Cefazolin 2 gram dalam 100 ml NaCl 0,9%,

pemasangan dower cateter, dan melakukan pembersihan pada daerah yang akan

dilakukan pembedahan.

3. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada bayi “N” dari bayi baru lahir

sampai 42 hari

Bayi ibu “N” lahir dengan tindakan section caesarea tanggal 30 Maret

2019 pukul 04.28 wita segera menangis dan gerak aktif dengan berat badan lahir

2790 gram. Menurut Saifuddin (2010), bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dari usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahirnya

2500 gram sampai dengan 4000 gram. Berdasarkan teori tersebut bayi ibu “N”

tergolong dalam keadaan normal.

Asuhan kebidanan yang diberikan di ruang operasi yaitu mengeringkan

dan membedong bayi di dalam incubator serta memindahkan bayi ke ruang

Perinatologi untuk mendapatkan perawatan bayi baru lahir. Perawatan bayi baru

lahir ibu “N” yaitu melakukan perawatan mata dengan memberikan salep mata

Tetracyclyn 1% pada konjungtiva mata bayi, injeksi Vitamin K dengan dosis 1 mg

secara intramuscular pada 1/3 anterolateral paha kiri bayi, dan melakukan

perawatan tali pusat. Bayi juga dipakaikan topi dan dibedong sehingga bayi tetap

hangat dan merasa nyaman. Asuhan yang diberikan sesuai dengan Kemenkes RI

(2016c) tentang pelayanan essensial pada bayi baru lahir sehat yaitu menjaga bayi

tetap hangat, bersihkan jalan napas (bila perlu), potong dan ikat tali pusat, kira-kira

2 menit setelah lahir, segera lakukan Inisiasi Menyusu Dini, diberikan salep mata

antibiotika Tetracyclyn 1% pada kedua mata, Vitamin K1 1 mg secara IM di paha

kiri anterolateral setelah IMD, Hepatitis B0 (HB-0) 0,5 ml secara IM di paha kanan

86
anteroleteral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1. Salep

mata diberikan untuk mencegah infeksi mata paska persalinan. Injeksi Vitamin K

diberikan untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir dan perawatan tali pusat

dilakukan agar terhindar dari risiko infeksi serta menjaga kehangatan bayi agar

tidak terjadi hipotermi. Pada bayi ibu “N” satu jam setelah pemberian Vitamin K

diberikan vaksin Hepatitis B dengan dosis 0,5 ml secara IM pada anterolateral paha

kanan. Pemeriksaan fisik lengkap pada bayi Ibu “N” dilakukan pada asuhan enam

jam pertama dan keseluruhan hasil pemeriksaan bayi dalam batas normal. Pada bayi

Ibu “N” tidak dilakukan IMD karena riwayat saat persalinan terjadi gawat janin

sehingga di perlukan pemantauan pada bayi di ruang perinatalogi. Menurut

Kemenkes RI (2010) tim persalinan harus bekerja sama dengan tim neonatus

memastikan neonatus telah stabil dan dipindahkan ruang perawatan bayi.

Pada bayi ibu “N” dilakukan rawat gabung 6 jam setelah kelahiran dan di

tempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Hal ini sesuai dengan teori

menurut Kemenkes RI (2010) idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama

dengan ibunya sehingga bayi bisa menyusu sesering mungkin. Menurut

Prawirohardjo (2011) rawat gabung bayi baru lahir dengan section caesarea yang

menggunakan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar

misalnya 4-6 jam setelah operasi . Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat

segera disusui. Syarat usia kehamilan > 34 minggu dan berat lahir > 1800 gram,

refleks menelan dan mengisap sudah baik, tidak ada kelainan kongenital dan trauma

lahir. Pada bayi ibu “N” rawat gabung dilakukan 6 jam setelah kelahiran karena

saat hamil terjadi gawat janin sehingga perlu pemantauan.

87
Bayi Ibu “N” mendapatkan imunisasi Bacillus Calmette Guerin BCG dan

Polio 1 pada umur 10 hari. Asuhan ini telah sesuai dengan kemenkes RI (2017)

yang menyatakan jadwal pemberian imunisasi berupa (BCG) dan Polio 1 pada saat

bayi berumur di bawah 2 bulan.

Asuhan yang penulis berikan pada bayi ibu “N” yaitu melakukan

kunjungan neonatal sebanyak 6 kali untuk mencegah, mendeteksi dini dan

melakukan penatalaksanaan terhadap masalah yang mungkin terjadi. Kunjungan

neonatus yang dilakukan sudah sesuai dengan standar. Menurut Kemenkes RI

(2010) asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir hingga periode neonatus

sebanyak tiga kali yaitu kunjungan neonatus pertama (KN 1) dilakukan pada 6-48

jam setelah kelahiran. Kunjungan neonatal kedua (KN2) dilakukan dari 3-7 hari

setelah bayi lahir. Kunjungan neonatal lengkap (KN3) dilakukan saat umur bayi 8-

28 hari. Pada KN 1 dilakukan pada saat bayi umur 6 jam, bayi ibu “N” masih dalam

kondisi normal. Bayi sudah dilakukan perawatan mata dengan memberikan salep

mata Tetracyclyn 1%, perawatan tali pusat, pencegahan infeksi, pemberian Vitamin

K yang diberikan setelah kelahiran bayi. Bayi ibu “N” sudah diberikan imunisasi

HB-0 satu jam setelah pemberian Vitamin K. Penulis menganjurkan ibu dan

keluarga untuk tetap menjaga kehangatan bayi untuk mencegah hipotermi dengan

membedong bayi, serta penulis melakukan pemeriksaan fisik, memastikan

pemenuhan nutrisi bayi yaitu ibu hanya memberikan ASI dan diberikan sesering

mungkin dan kembali mengingatkan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif.

Kunjungan neonatus kedua (KN2) dilakukan pada hari ke-7. Penulis juga

melakukan kunjungan pada hari ketiga karena merupakan hari pertama bayi

dirumah. Asuhan yang diberikan pada bayi sudah sesuai dengan Kemenkes RI

88
(2010) yaitu menjaga kehangatan bayi, memastikan bayi mendapatkan ASI

Eksklusif, mengingatkan ibu pentingnya ASI eksklusif, mengingatkan ibu

perawatan bayi sehari-hari termasuk memandikan bayi. Bayi ibu “N” pada hari

ketiga terjadi penurunan berat badan 90 gram dan pada hari ketujuh terjadi

penurunan berat badan 140 gram. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan 5-

10% berat badannya selama beberapa hari kedepan karena urine, tinja, dan cairan

diekskresi melalui paru-paru dan arena asupan bayi sedikit (Bobak et al.,2005).

Kunjungan neonatus lengkap (KN3) dilakukan pada hari ke 14 untuk

mengetahui bayi sudah memperoleh berat badan semula (Bobak et al., 2005). Berat

badan bayi ibu “N” pada hari ke-14 yaitu 3100 gram, terjadi peningkatan berat

badan sebanyak 310 gram. Penulis juga melakukan kunjungan pada hari ke-28

untuk mengetahui tanda bahaya gejala sakit pada neonatus, dimana hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital serta keterangan ibu mengatakan bayi tidak ada

gejala yang menunjukan bayi sakit. Pada usia 42 hari penulis melakukan kunjungan

dilakukan pemantauan berat badan bayi dan masih dalam batas normal yaitu 4300

gram.

Pada hari ke-28 berat badan bayi ibu “N” 4000 gram, mengalami

peningkatan 1210 gram dari berat lahirnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa

kebutuhan nutrisi bayi sudah terpenuhi dengan baik. Jumlah kenaikan badan bayi

tersebut masih dalam batas normal meskipun belum sesuai dengan Kenaikan Berat

Minimal (KBM) (Kemenkes R.I, 2016). Ibu dan keluarga selalu memperlihatkan

kasih sayangnya kepada bayi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua anggota

keluarga turut serta menjaga dan merawat bayi. Hal tersebut sesuai menurut

Kemenkes RI (2017) ibu dan keluarga dapat melakukan asuhan kepada bayi untuk

89
melatih perkembangan bayi dengan cara sering memeluk dan menimang bayi

dengan penuh kasih sayang, menggantung benda berwarna yang dapat dilihat oleh

bayi, mengajak bayi untuk berbicara, dan mendengarkan musik kepada bayi.

4. Hasil penerapan asuhan kebidanan pada ibu “N” selama masa nifas

Pemantauan yang dilakukan di ruang pemulihan RSUD Bali Mandara

yaitu keadaan umum, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,

kandung kemih dan perdarahan. Ibu post section caesarea dapat miring kanan dan

kiri pada 6 jam pasca operasi, kemudian dapat duduk pada 8 – 12 jam pasca operasi

(bila tidak ada kontraindikasi anastesi) serta berjalan apabila mampu dalam waktu

24 jam pasca operasi (Saifuddin AB, 2010). Ibu “N” sudah bisa miring kanan dan

kiri 6 jam post section caesarea. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi,

membuat nafas dalam, dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal.

Ibu “N” dan bayi dilakukan rawat gabung 6 jam setelah section caesarea.

Menurut Kemenkes RI (2018) pasien dapat rawat gabung dengan bayi dan

memberikan ASI dalam posisi duduk atau tidur, dukung proses menyusui agar

laktasi tetap berlangsung optimal.

Ibu nifas dengan sectio caesarea, pemenuhan nutrisi peroral ibu baru dapat

dilakukan enam jam setelah persalinan. Ibu “N” mulai minum dan makan pukul

10.30 wita. Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetrik yang tindakannya tidak

terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam (Kementerian Kesehatan RI,

2015). Asuhan yang diberikan penulis yaitu mengingatkan masase fundus uteri,

posisi dan mobilisasi paska operasi, tanda bahaya masa nifas serta membimbing ibu

menyusui.

90
Pelayanan nifas yang ibu dapatkan sudah sesuai dengan standar pelayanan

nifas menurut Kemenkes RI (2012) yaitu pelayanan nifas dilakukan sebanyak tiga

kali. Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada enam jam sampai tiga hari

setelah persalinan. Penulis melakukan kunjungan pada tiga hari masa nifas.

Menurut Kemenkes RI (2012) asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-

tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar

dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif, pemberian kapsul

Vitamin A dua kali dengan dosis 2 x 200.000 IU diberikan segera setelah

melahirkan dan 24 jam setelah pemberian pertama, minum tablet darah setiap hari

dan pelayanan KB pascapersalinan. Pada kasus Ibu “I” tidak mendapatkan kapsul

Vitamin A karena standar operasional prosedur dirumah sakit tidak ada pemberian

Vitamin A pada ibu setelah melahirkan. Berdasarkan hal tersebut terjadi

kesenjangan antara teori dengan praktek yang ada di lapangan dimana pemberian

Vitamin A pada ibu setelah bersalin bertujuan untuk meningkatkan kadar darah

merah ibu dan membantu memenuhi kadar Vitamin A pada bayi melalui proses

menyusi karen bayi belum dapat memproduksi Vitamin A. Berdasarkan hal tersebut

penulis memberi KIE kepada ibu terkait pemenuhan nutrisi selama masa nifas salah

satunya mengkonsumi makanan yang mengandung Vitamin A.

Kunjungan nifas kedua (KF 2) menurut Kemenkes RI (2012) diberikan

pada hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan

adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI

eksklusif, minum tablet tambah darah setiap hari dan pelayanan KB paca

persalinan. Penulis melakukukan KN2 pada hari ketujuh dan ke-28. Ibu “N” setelah

91
diberikan KIE tentang pelayanan KB ibu dan suami sepakat menggunakan metode

amenore laktasi dan kondom. Ibu berencana akan menggunakan suntik tiga bulan

setelah menstruasi kembali. Menurut Kemenkes RI (2012) kunjungan nifas lengkap

dilakukan hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan. Pelayanan yang

diberikan seperti kunjungan nifas kedua. Penulis melakukan kunjungan nifas

lengkap (KN 3) pada 42 hari masa nifas.

92
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Asuhan kebidanan kehamilan pada ibu “N” diberikan asuhan pada

trimester III dengan keluhan sakit pinggang. Asuhan yang diberikan untuk

mengatasi sakit pinggang yaitu memberikan KIE cara mengatasi sakit pinggang dan

membimbing senam hamil, sehingga keluhan sakit pinggang ibu bisa berkurang.

Ibu “N” tidak melakukan pemeriksaan kadar Hb pada trimester III karena saat ingin

melakukan pemeriksaan ke puskesmas pelayanan laboratorium tidak tersedia

karena petugas sedang sakit, namun pemeriksaan Hb dilakukan saat di rumah sakit

menjelang persalinan. Pemeriksaan VDRL juga tidak dilakukan karena reagen tidak

tersedia saat ibu melakukan pemeriksaan laboratorium saat usia kehamilan 16

minggu 3 hari. Ibu “N” usia kehamilan 41 minggu presentasi janin belum masuk

pintu atas panggul. Penyulit pada masa kehamilan yang dialami ibu “N” adalah

oligihidramnion, sehingga ibu dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut ke Rumah

Sakit Bali Mandara. Proses ersalinan ibu “N” berlangsung secara section caesarea

dengan usia kehamilan 41 minggu 1 hari dengan indikasi KPD dan oligohidramnion

disertai dengan gawat janin.

Asuhan yang diberikan pada bayi ibu “N” sudah sesuai standar dan tidak

ada masalah pada bayi. Kondisi ibu “N” selama masa nifas tidak ditemukan tanda

bahaya. Proses involusi, perubahan lochea dan laktasi ibu “N” sampai 42 hari

berlangsung normal. Kunjungan nifas sudah sesuai dengan standar. Pada kasus Ibu

“N” tidak mendapatkan Vitamin A karena standar operasional prosedur di rumah

sakit tidak ada pemberian Vitamin A pada ibu setelah melahirkan.

93
B. Saran

1. Bagi institusi kesehatan

Institusi kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan

sesuai dengan standar yang berkaitan dengan asuhan pada kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi.

2. Bagi bidan

Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai standar

serta wewenang dan meningkatkan deteksi dini komplikasi sehingga dapat

mencegah masalah dan komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi

3. Bagi mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan

meningkatkan keterampilan dalam meberikan asuhan kehamilan, persalinan, nifas

dan bayi.

94
DAFTAR PUSTAKA

Baston, H. & Hall, J. 2011 . Midwifery Essential Postnatal, Volume 4. United.


Kingdom.

Bobak. Lowdermilk dan Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : EGC.

Chauhan NS, Namdeo P, Modi JN. 2018. Evidence Based Management of


Oligohydramnios. Medwin Publishers. 3(3)

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Hauth, J. C., Gilstrap, L., & .
Wenstrom, K. D. 2014. William Obstetrics, 24e. McGraw-Hill.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017.
https://www.diskes.baliprov.go.id. diakses tanggal 13 Maret 2018]

JNPK-KR. 2017. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal: Asuhan Esensial,


Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta : JNPK-KR, POGI, IBI, IDAI, USAID.

_______. 2012. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal: Asuhan Esensial,


Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta : JNPK-KR, POGI, IBI, IDAI, USAID.

Kemenkes RI . 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Kemenkes


RI.

_______. 2017. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kemenkes RI.

_______. 2016a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42


Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
Jakarat : Kemenkes RI.

_______. 2016b. Asuhan Kebidanan Kehamilan .Jakarta : Kemenkes RI.

_______. 2016c. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir .Jakarta :
Kemenkes RI.

_______. 2013a. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.Jakarta: Kemenkes RI.

_______. 2013b. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan


Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kemenkes RI.

_______ . 2012. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Kemenkes RI.

95
_______. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Kemenkes RI.
Jakarta : Kemenkes RI.

_______. 2010. Petunjuk Membaca Buku Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kemenkes RI.

Kriebs, J.M., dan Gegor, C.L, 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney Volume
2, Jakarta: EGC.

Lowing,J.G.A.,Lengkong R., Mewengkang M., 2015. Gambaran Ketuban Pecah


Dini di RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado, Jurnal E-Clinic, Volume 3,
Nomor 3.

Lumentut A, Hermie M.M, 2015. Resik Materal dan Luaran Periatal dengan
Oligohidramnion di BLU RSU PROF. DR.R.D.KANDOU MANADO.
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 3(3).

Medforth, J., Battersby, S., Evans, M., Marsh, B., & Walker, A. (2006). Oxford
Handbook of Midwifery. English: Oxford University Press.

Mochtar, R. (2010). Sinopsis obstetri: obstetri fisiologi obstetri patologi. Jakarta:


EGC.

Mohamed,A.H,. 2015. Pregnancy Outcome among Patients with Oligohydramnios


and Suggested Plan of Action. Journal of Nursing and Health Science,
4( 5), pp 65-75

Oxorn H, Wiliam R, Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologis dan Fisiologis


Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika.

Patrelli TS, Gizzo S, Cosmi E. 2012. Maternal hydration therapy improves the
quantity of amniotic fluid and the pregnancy outcome in third-trimester
isolated oligohydramnios: a controlled randomized institutional trial. J
Ultrasound Med. 31(2), pp 239-244.

Prawirohardjo, S. & Wiknjosastro, H. (2011). Ilmu kebidanan, Edisi Keempat.


Jakarta: PT Bina Pustaka Yayasan Sarwono Prawirohardjo.

Puskesmas I Denpasar Selatan. 2019. Profil KIA Puskesmas I Denpasar Selatan


Tahun 2018. Denpasar : Puskesmas I Denpasar Selatan.

Saifuddin, A.B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Yogjakarta
Andi Offset.

96
Sumelung, V., Kundre, R., Karundeng, M., 2014. Faktor-faktor yang berperan
meningkatnya angka kejadian sectio caesarea dirumah sakit
umum daerah Liun Kendage Tahuna. Ejournal keperawatan 2(1) 5.

Varney, H., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.

Wahyuni. 2012. Manfaat Kinesiotapping Untuk Mengurangi Nyeri Punggung


Bawah Pada Kehamilan Trimester Ke-3. Jurnal Kesehatan ISSN 5(2)
119- 129

Yosefa, F., Misrawati., Hasneli Y. 2014. Efektifitas Senam Hamil Terhadap


Penurunan Nyeri Punggung Pada bu Hamil [skripsi]. Riau: Universitas Riau

97
98
99
Lampiran 3

100
Lampiran 4

101
Lampiran 4

102
Lampiran 5

DOKUMENTASI

103

You might also like