You are on page 1of 26

MAKALAH DIAGNOSTIK

SPESIMEN DARAH

Oleh:

Ida Ayu Putu Pradya Kirana Yoga

NIM:

P07124221020

PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

2022
Kata Pengantar

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul "SPESIMEN DARAH" ini dapat tersusun sampai
dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
dapat berguna bagi pembaca dengan mengetahui bagaimana proses pengambilan
spesimen darah dalam kehidupan sehari-hari.Bagi saya sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 3 Mei 2022

Ida Ayu Putu Pradya Kirana Yoga


Absctract

Complications in pregnancy and childbirth can not all births be prevented if


adequate treatment is facilitated by health services as well as time factors and
laboratory examinations are very important for early detection to prevent maternal
death and illness. This study aims to determine the factors associated with
complications of pregnancy and childbirth at Gatak Health Center in 2018. This study
uses a quantitative descriptive research. The sample of this study was 100 respondents
with purposive sampling technique. The results showed that the incidence of post
partum complications in the health center in January to October 2018 obtained the
highest data of normal labor as many as 86 respondents and as many as 15
complications of labor and complete laboratory examination if according to the
Ministry of Health had reached the target of 88%, while additional laboratory tests at
Gatak Health Center, only 45% of pregnant women were given a complete
examination. Background: ANC in accordance with the policy program of antenatal
care services must be according to the standard 14 T, containing Hb examination,
urine protein checks on indications and urine examination on indications reduction.
The level of hemoglobin (Hb) is done to ensure maternal Hb levels were in the top 10.
If the hemoglobin concentration of pregnant mothers are under 10 then will be
impaired fetal development and may lead to the risk of bleeding in the mother during
childbirth later. Urine examination of the reduction is a laboratory test to determine
glucose levels in patients. A urine protein test laboratrium examination to determine
the presence of protein in the urine. Purpose: to know the health conditions in
pregnant women. Methods: Descriptive by describing the course of the process of
community service. Results: Hb and urine examination carried out in third trimester
pregnant women were 28 respondents, which was conducted over two days in the
laboratory UNIMUS health. A total of nine respondents (32.1%).

Keywords: complete examination of laboratories, pregnancy, complications labor


Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................i


ABSTRAK.....................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................... 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah ........................................................... 4

2.2 Serum............................................................6

2.3. Jenis darah ...................................................8

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Antikoagulan EDTA (Etylendiamine Tetraacetic Acid).............................12

3.2 Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit .................................................... 13

3.3 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................... 14

3.4 Pemeriksaan Golongan Darah......................................................................16

3.5 Metode Slide Test.........................................................................................17

3.6 Pemeriksaan Darah Lengkap.........................................................................18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan............................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu target pembangunan. Upaya
penurunan AKI (hamil,melahirkan, dan nifas) sangat dibutuhkan pelayanan antenatal
care yang berkualitas sesuai standar kebijakan Pemerintah, yaitu sekurang-kurangnya
empat kali selama kehamilan, satu kali pada trisemester kedua,dan dua kali pada
trisemester ketiga (Faranti dkk, 2015). Kematian ibu hamil masih menjadi suatu
masalah utama didunia dan di indonesia. Terdapat beberapa indikator yang digunakan
untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka
kematian ibu (Kemenkes RI, 2015). Angka Kematian merupakan jumlah kematian
selama kehamilan atau periode 42 hari setelah berakhirnya kehmailan, akibat semua
sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kematian atau penanganannya, tetapi
bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (Wordl Health Organization, 2014).
Angka Kematian Ibu juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait
dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum,
pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan (Depkes RI, 2012).

Kematian ibu terjadi karena penyebab langsung berupa komplikasi medis


seperti pendarahan,darah tinggi dan sepsis, sementara penyebab tidak langsung dari
aspek non medis seperti sosial budaya, ekonomi,pendidikan dan geografis. Berbagai
upaya sudah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, misalnya penempatan bidan
desa,pembentukan pos bersalin dan puskesmas dengan layanan obstetri dan neonatal
emergensi dasar (Ratnawati dkk, 2015). Badan kesehatan dunia WHO (word Health
Organization) memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan
berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya yang dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin. Oleh karena itu, setiap wanita hamil perlu
disedikitnya empat kali kunjungan antenatal. Setiap kunjungan ibu akan mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan kehamilan terutama tentang tanda bahaya kehamilan
tiap trimester yang dapat memicu terjadinya komplikasi dan mengancam keselamatan
baik ibu maupun janinnya (Sembiring, 2013).

Di Indonesia angka kematian ibu masih relatif tinggi. Menurut survey


demografi dari kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu sebesar
359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan
SDKI tahun 1991 ,yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit
menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium
development goals) ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, pontensi
untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya
diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya (Depkes RI, 2014).
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu diduga sebelumnya, semua
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat
segera dideteksi dan ditangani serta diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat difasilitasi pelayanan kesehatan serta faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Deteksi
faktor risiko pada ibu hamil oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu. Tenaga
kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan adalah
dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan (Rochjati, 2011). Beberapa pendekatan
faktor resiko untuk mencegah kematian maternal sudah dikembangkan di Indonesia.
Faktor risiko yang sudah di kembangkan di Indonesia. Faktor 4 terlalu dan 3 terlambat
merupakan konsep faktor risiko yang sudah dikenal cukup lama di Indonesia. Begitu
juga dengan kartu skor poedji Rochjati telah digunakan secara umum untuk
mendeteksi secara dini faktor resiko
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Apa itu pemeriksaan darah?

2.Bagaimana proses pemeriksaan darah

3. Hal apa saja yang termasuk dalam pemeriksaan darah

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi bagaimana pemeriksaan darah.

2. Untuk mengetahui proses pemeriksaan darah.

3. Untuk mengidentifikasi hal-hal yang berperan dalam proses pemeriksaan darah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah

2.1.1 Definisi Darah

Darah merupakan suatu cairan yang sangat lengkap, karena penting bagi
manusia yang fungsinya mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, sebagai mediator
respons imun terhadap adanya suatu infeksi dan berperan dalam koagulasi (McPlee
dan ganong, 2011).

Darah memiliki beberapa unsure yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan trombosit. Sel-sel ini mempunyai unsure yang terbatas. Sehingga
pembentukannya harus optimal secara konstan untuk mempertahankan jumlah agar
tetap normal dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh ( Price dan Wilson, 2013).

Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam
pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju
paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap
oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui
vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran
pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran
halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung
melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga
mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke
hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

Volume darah dalam keseluruhan rata- ratanya adalah 5 liter. Sekitar 55% nya adalah
cairan, sedangkan 45% terdiri atas sel darah, angka ini dinyatakan dalam nilai
hematokrit atau volume sel darah yang didapatkan berkisar antara 40% sampai 47%.

2.1.2 Komposisi Darah


Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian
dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah
merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain
berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma
darah.

Korpuskula darah terdiri dari:

1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai
sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel
darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan
eritrosit akan menderita penyakit anemia.

2. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.

3. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap.
Orang yang kelebihan leukosit akan menderita penyakit leukimia,sedangkan orang
yang kekurangan leukosit akan menderita penyakit leukopenia.

2.1.3 Fungsi Darah

1. Bekerja sebagai Transport internal menghantarkan berbagai macam substansi untuk


fungsi metabolisme darah

2. Proteksi tubuh terhadap mikroorganisme, merupakan fungsi dari sel darah putih

3. Proteksi terhadap cidera dan perdarahan. Pencegahan perdarahan merupakan


fungsi dari trombosit karena adanya faktor pembekuan, fibrinolitik yang ada pada
plasma.
4. Mempertahankan temperatur tubuh yaitu darah membawa panas dan bersikulasi
keseluruh tubuh. Hasil metabolisme juga menghasilkan energi dalam bentuk panas

2.2 Serum

2.2.1 Definisi serum

Yaitu yang berupa komponen sel darah, juga bukan faktor koagulasi, serum adalah
plasma darah tanpa fibrinogen. Serum terdiri dari semua protein (yang tidak
digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibody, dan hormone
(Khasanah, 2015).

Cara mendapatkan serum yaitu yang pertama memasukkan darah yang sudah beku ke
dalam centrifuge untuk dilakukan pemusingan. Mengatur posisi tabung dalam
centrifuge dengan posisi yang seimbang. Melakukan pemusingan dengan kecepatan
3.000 rpm dalam waktu 10 menit. Mengambil serum yang keluar untuk dilakukan
pemeriksaan ( Pertiwi, 2016). 2.2.2 Cara pembuatan serum

Cara mendapatkan serum adalah sejumlah volume darah dimasukkan ke dalam sebuah
wadah (tabung) lalu biarkan atau disentrifuge, maka selang waktu beberapa menit
kemudian darah tersebut membeku dan selanjutnya mengalami retraksi akibat
terperasnya cairan dari dalam bekuan. Darah biasanya sudah membeku dalam jangka
waktu 10 menit dan retraksi terjadi setengah jam sampi 2 jam, retraksi sempurna
terjadi dalam waktu 24 jam. Cairan yang terperas dari bekuan berwarna kuning muda.
Oleh karena itu proses bekuan darah, fibrinogen diubah menjadi fibrin, maka serum
tidak mengandung fibrinogen lagi tetapi zat lain masih tetap terdapat didalamnya
(Rahayu, 2015 dalam Khasanah )

2.2.3 Penyimpanan serum

Penyimpanan suatu spesimen terutama sampel serum haruslah dismpan dengan


baik agar tidak merusak kandungan yang ada didalam serum. Berikut ini cara
penyimpanan spesimen serum : 1. Sampel darah yang menghasilkan serum harus
dipisahkan antara serum dan darah
2. Serum dimasukkan dalam tabung yang sudah diberi identitas pasien

3. Tabung yang sudah terisi sisa serum ditutup dengan parafilm untuk

kemudian disimpan dalam freezer.

4. Masa simpan serum adalah 1 bulan setelah serum selesai analisa

5. Serum yang sudah lebih dari 1 bulan dan tidak ada complain atau

pengulangan akan dibuang ditempat infeksius (Diliana, 2016).

2.2.4 Kandungan Serum

Didalam darah, serum adalah komponen yang bukan merupakan berupa sel darah,
juga bukan faktor koagulasi, serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum
terdiri dari semua protein ( yang tidak digunakan untuk pembekuanm darah) termasuk
cairan elektrolit, antibody, antigen, hormone dan semua substandi exogenous.
Rumusan umum yaitu: serum- finrinogen- protein faktor koagulasi. Normalnya serum
darah manusia akan tampak bening dan seperti air. Namun, demikian sebenarnya
serum tersebut mengandung berbagai substansi penting yakni :

1. Elektrolis ( Sodium, bicarbonate, kalsium, potassium, dsb)

2. Enzim ( alkali fistase, lipase pancreas, enzim hati, dsb)

3. Bilirubin

4. Kreatinin

5. Nutrient seperti glukosa serta trigleserid (lemak)

6. Asam urat, dsb (Budiono, 2016).

2.3 Jenis Darah

a. Deskripsi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
berbentuk cair dan berwarna merah. Pada orang dewasa muda yang sehat memiliki
darah sekitar 7% dari berat badan atau kira-kira sekita 4-5 liter. Jumlah tersebut
berbeda-beda untuk setiap orang tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung
atau pembuluh darah. Darah merupakan kendaraan atau medium untuk transportasi
berbagai nutrisi ke seluruh tubuh. Darah berfungsi dalam mengangkut oksigen, zat
gizi dan sisa hasil metabolisme dari jantung keseluruh tubuh dan kembali lagi ke
jantung (Winarto, 2014).

Darah utuh (whole blood), yaitu darah yang sama bentuk atau kondisinya seperti
ketika beredar dalam aliran darah (Riswanto, 2013). Darah lengkap (whole blood)
mengandung semua komponen darah secara utuh, baik plasma maupun sel darahnya.
Prediluted adalah darah yang telah diencerkan dengan larutan isoton sel – sel akan
terpisahkan sehingga mereka dapat ditarik melalui aperture satu per satu serta
membuat konduktifitas antara dua probe dan dapatdilakukan penghitungan dengan
metode impedansi untuk analisis darah.

b. Darah Vena

Darah vena adalah darah yang berada di pembuluh darah vena, membawa darah
miskin akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga berdinding tiga
lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah
kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. Untuk mendapatkan sampel darah vena
dilakukan venipuncture yaitu cara pengumpulan darah dengan melakukan tusukan
kedalam pembuluh darah vena. Pada umumnya semua pembuluh vena cukup besar
yang letaknya superficial dapat dipergunakan untuk pengambilan darah, namun vena
mediana cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku) terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar, dan tidak terdapat saraf besar sehingga vena ini
dijadikan pilihan utama karena minimal rasa sakitnya. Apabila tidak memungkinkan,
vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Pengambilan darah
pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median. Terdapat dua cara pengambilan sampel
darah vena, yaitu cara terbuka (menggunakan jarum spuit) dan cara tertutup (jarum
dan tabung vacum/ vacutainer). Pada penelitian ini menggunakan cara terbuka.
Langkah – langkah pada prosedur Venipuncture :

1) Identifikasi pasien; setidaknya dua pengenal (nama lengkap, alamat,

tanggal lahir) jangan melanjutkan prosedur jika ada ketidaksesuaian identifikasi,


Formulir Permintaan pemeriksaan harus tertulis jelas nama pasien, alamat, tanggal
lahir, no identitas, tanggal pengambilan sampel, jenis pemeriksaan yang diperlukan

2) Phlebotomis memperkenalkan diri dan menyampaikan prosedur yang akan


dilakukan

3) Verifikasipuasauntukkeperluanpemeriksaantertentu(kapanterakhir makan, minum)

4) Lakukanhandhygiene,kenakansarungtangan;disarankanuntuktidak menyentuh
pasien tanpa sarung tangan

5) Posisikan pasien supaya nyaman, letakkan lengan pasien lurus diatas meja dengan
telapak tangan menghadap keatas

6) Ikat lengan dengan cukup erat menggunakan tourniquet untuk membendung aliran
darah, kemudian pasien disuruh mengepal dan membuka tangannya beberapa kali
untuk mengisi pembuluh darah

7) Dalam keadaan tangan pasien masih mengepal, ujung telunjuk pemeriksa mencari
lokasi pembuluh darah yang akan ditusuk

8) Bersihkanlokasitersebutdengankapasalkoholdanbiarkankering

9) Peganglahspuitdengantangankanandanujungtelunjukpadapangkal jarum

10) Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri diatas pembuluh darah
supaya pembuluh darah tidak bergerak, kemudian tusukkan jarum dengan sisi miring
menghadap keatas dan membentuk sudut ± 30o

11) Jartm dimasukkan sepanjang pembuluh darah ± 1 - 11⁄2 cm


12)Dengan tangan kiri, pengisap spuit ditarik perlahan-lahan sehingga darah masuk
kedalam spuit, sementara itu kepalan tangan dibuka dan ikatan pembendung
direnggangkan atau dilepas sampai didapat

sejumlah darah yang dikehendaki

13) Letakkan kapas pada tempat tusukan, jarum ditarik kembali

14) Pasangkan plester untuk menutup bekas tusukan pada lengan pasien

15) Alirkan darah yang terambil ke dalam tabung vacutainer EDTA

16)Segera bolak- balikkan vacutainer sesuai rekomendasi produsen

tabung.

c. Susunan Darah

Darah terbentuk dari 2 bagian,yaitu cairan (plasma darah) dan padat. Pada
bagian padat terbagi lagi menjadi beberapa komponen yaitu sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit), dan trombosit (platelet). Setiap sel darah memiliki fungsi
dan peran masing masing:

1) Seldarahmerah(Eritrosit)

Sel darah merah merupakan sel terbanyak, yaitu sekitar 5 juta/mm3 darah.
Bentuknya dalam sirkulasi darah berbentuk biconcave (cekung pada kedua sisinya),
tidak mempunyai inti sel. Inti sel darah ini menghilang saat lahir sebagai suatu proses
pematangan sel yang terjadi pada sumsum tulang merah. Bentuk yang biconcave ini
memungkinkan rasio volume permukaan sel yang paling besar, yang penting untuk
mengikat oksigen (O2) atau CO2 lebih banyak. Oksigen dan CO2 dalam sel darah
merah ini terikat pada Hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah. Fungsi
utama sel darah merah yaitu mengangkut O2 ke jaringan/organ yang membawa
kembali CO2 dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan lewat pernafasan. Eritrosit
diproduksi oleh sumsum tulang merah. Dalam sehari diproduksi sekitar 3,5 juta sel/kg
berat badan. Sel darah merah ini tetap bertahan dan berfungsi selama 90 – 120 hari,
dan kemudian dihancurkan oleh makrofag pada limfa dan hati (Saprini, 2014).

2) Seldarahputih(leukosit)

Sel darah putih atau disebut juga leukosit merupakan unit sistem pertahanan
tubuh yang bergerak aktif. Leukosit sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian
lagi di jaringan limfe. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju
bagian tubuh yang membutuhkannya.

3) SelTrombosit(Platelet)

Trombosit memiliki peranan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada


saat tubuh terluka. Trombosit dapat di temukan dalam darah dan limpha. Sel darah ini
bening dan tidak berwarna dan memiliki siklus hidup hanya 10 hari. Pada kondisi
normal tubuh akan akan memperbaharui persediaan trombosit baru yang di produksi
di sumsum tulang. Saat terjadi luka trombosit memiliki peranan membantu
menyembuhkan luka dalam arti trombosit akan menghentikan perdarahan yang atau
menutup luka agar darah tidak keluar lagi. Bila seseorang tidak memiliki cukup
trombosit di dalam darah, maka tubuh akan kesulitan menggumpalkan dan
menghentikan perdarahan saat terluka,sehingga proses perdarahan menjadi lama.
Pemeriksaan Trombosit biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan darah lengkap.
Umumnya jumlah trombosit Normal dalam darah adalah sekitar 150.000 hingga
400.000 per milimeter kubik. Rentang jumlah trombosit normal pada setiap orang bisa
berbeda. Seseorang dikatakan memiliki jumlah trombosit yang tidak normal jika
kadar trombosit mereka diluar rentang nilai tersebut secara signifikan (Adang
Durachim,2019).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Antikoagulan EDTA (Etylendiamine Tetraacetic Acid)

Pemeriksaan hematologi pada umumnya memerlukan sampel darah yang


ditambah antikoagulan. Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. EDTA mempunyai keunggulan dibandingkan antikoagulan lainnya,
yaitu tidak mempengaruhi sel sel darah, sehingga ideal untuk uji hematologi. EDTA
ada tiga macam yaitu, dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA )
dan tripotassium EDTA (K3EDTA).Na2 EDTA dan K2 EDTA biasanya digunakan
dalam bentuk kering sedangkan K3 EDTA dalam bentuk cair. Dari ketiga EDTA ini
K2 EDTA yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for
Standardization in Hematology ). Perbandingan volume darah dengan antikoagulan
tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil. EDTA kurang dari yang
dibutuhkan menyebabkan hitung trombosit menurun karena terjadi mikrotrombi di
dalam penampung yang dapat menyumbat alat, sedangkan bila berlebihan akan
menyebabkan sel membengkak kemudian disintegrasi, membentuk fragmen dalam
ukuran yang sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat penghitung
elektronik, berakibat peningkatan palsu hitung jumlah trombosit, bila disintegrasi ini
membentuk fragmen dalam ukuran yang berbeda dengan ukuran trombosit akan
menyebabkan penurunan palsu hitung jumlah trombosit.

3.2 Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit

a. Metode pemeriksaan jumlah trombosit

Pemeriksaan hitung trombosit dapat dilakukan dengan metode langsung dan


tidak langsung. Metode langsung dapat dilakukan dengan metode Rees Ecker, metode
Brecher Cronkite, dan metode otomatis. Metode Rees Ecker dapat dilakukan dengan
cara darah diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue), sehingga trombosit
akan tercat terang kebiruan. Trombosit dihitung dengan bilik hitung dibawah
mikroskop, kemungkinan kesalahan metode Rees Ecker 16-25% (Gandasoebrata,
2013). Metode Brecher Cronkite dapat dilakukan dengan cara darah diencerkan
dengan larutan amonium oksalat 1% untuk melisiskan eritrosit, trombosit dihitung
pada bilik hitung menggunakan mikroskop fase kontras. Kemungkinan kesalahan
Brecher Cronkite 8-10% (Dacie, 2010). Hitung trombosit cara tak langsung dilakukan
dengan metode Fonio dan estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi
(SADT). Metode Fonio dilakukan menggunakan darah kapiler dicampur dengan
larutan magnesium sulfat 14% kemudian dibuat SADT dan dilakukan pengecatan
giemsa. Jumlah trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit, jumlah mutlak trombosit
dapat diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit. Cara Fonio lebih kasar daripada
cara langsung. Cara estimasi jumlah trombosit pada SADT, semua hasil hitung
trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa secara langsung harus
dilakukan cross check dengan SADT yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hitung trombosit secara langsung dan estimasi (Gandasoebrata, 2013). b.
Metode otomatis hematology analyzer. Metode otomatis menggunakan hematology
analyzer yang berfungsi untuk pengukuran dan pemeriksaan sel darah dalam sampel
darah. Alat hematology analyzer memiliki beberapa kelebihan yaitu efisiensi waktu,
volume sampel, dan ketepatan hasil. Pemeriksaan dengan hematology analyzer dapat
dilakukan dengan cepat hanya memerlukan waktu sekitar 45 detik. Sampel darah yang
digunakan dapat menggunakan darah perifer dengan jumlah darah yang lebih sedikit.
Hasil yang dikeluarkan alat ini biasanya sudah melalui quality control yang dilakukan
oleh intern laboratorium (Medonic, 2016). Beberapa kekurangan hematology analyzer
antara lain tidak dapat menghitung sel abnormal, misalnya sel-sel yang belum matang
pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis dan sebagainya, dan tidak mampu menghitung
ketika jumlah sel sangat tinggi. Cross check menggunakan sediaan apus darah tepi
sangat berarti. Penggunaan alat hematology analyzer perlu mendapatkan perhatian
khusus dalam hal perawatan. Suhu ruangan harus dilakukan kontrol secara berkala,
reagen harus dalam penyimpanan yang baik, dan sampel dijaga supaya tidak terjadi
aglutinasi. Sampel darah yang digunakan adalah sampel darah yang sudah
ditambahkan antikoagulan. Apabila sampel yang digunakan terdapat darah yang
menggumpal, maka apabila terhisap alat akan merusak alat tersebut

3.3 Pemeriksaan Laboratorium

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa dari 101


responden yang melakukan pemeriksaan Hemaglobin yang diperiksa adalah 98
responden dan yang tidak diperiksa 3 responden hal ini untuk menunjukan apakah ibu
Anemia atau tidak pemeriksaan haemoglobin sangat penting untuk ibu hamil ,
Haematokrit yang diperiksa 69 responden dan yang tidak 32 Responden hal ini
menunjukan ukuran dan warna sel daraj merah yang menyebabkan anemia,
Thrombosit yang diperiksa 67 responden dan yang tidak 34 responden, Eritrosit yang
diperiksa 51 dan yang tidak 50 responden, Leukosit yang diperiksa 39 dan yang tidak
diperiksa 62 responden untuk menunjukan apakah ada infeksi atau tidak, HBSAG
yang diperiksa 39 responden dan tidak 62 responden untuk mendeteksi Virus hepatits
karena penyakit ini menular sehingga petugas kesehatan dan ibu hamil lebih menjaga
keamaan saat persalinan, kemudian pemeriksaan Urinalisa yang diperiksa 21
responden dan yang tidak diperiksa 80 responden untuk mendeteksi apakah ada
infeksi saluran kemih hal ini untuk mencegah kelahiran prematur, Golongan darah
yang diperiksa 73 responden dan yang tidak diperiksa 28 responden hal ini diperlukan
untuk ikompalitas golongan darah yang memerlukan tindakan ada bayi dan untuk ibu
jika memerlukan tranfusi darah, pemeriksaan HIV yang diperiksa adalah 27 responden
dan yang tidak diperiksa 74 responden karena HIV berpotensi menular pada janin hal
ini untuk menentukan proses kelahiran bayi biasanya yang terinfeksi HIV
persalinannya dilakukan dengan operasi caesar, Pemeriksaan Gula darah sewaktu
yang diperiksa 7 responden dan yang tidak diperiksa 97 responden untuk mendeteksi
kemungkinan adanya diabetes Gestational pada ibu hamil , yang terakhir pemeriksaan
infeksi menular seksual yang diperiksa 2 responden dan yang tidak adalah 99
responden untuk mendeteksi apakah ada sifilis atau tidak karena berpotensi untuk
cacat sejak dalam kandungan. Hal ini di dukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh
Ristrini, 2013 yang menyebutkan bahwa upaya peningkatan resiko dini pada ibu hamil
dan didapat yang melakukan pemeriksaan Hematokrit mendapat kategori baik 0,66%
(kategori baik adalah 0,51-1.00) yaitu meliputi hemoglobin yang wajib diperiksa
adapula penelitian Rofi’atun dan Sulastri yang menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan kejadian asfiksia neonatrum di
RSUD Dr. Mowardi Surakarta, dengan -0,127 dan p=0.034. Arah hubungan adalah
negatif yang memiliki makna semakin tinggi kadar HB semakin rendah nilai apgar.
Atau semakin tinggi kadar hemoglobin ibu hamil maka kejadian asfiksia neonatorum
semakin ringan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3.3.1 Komplikasi Post Partum

Berdasarkan data Penelitian menunjukan bahwa ada 101 responden dengan


persalinan normal yang tidak mengalami komplikasi berjumlah 49 responden tanpa
memakai alat bantu proses persalinan normal biasanya berlangsung 24 jam persalinan
ini menunjukan bahwa ibu dan bayi sehat dansiap untuk melakukan persalinan normal,
perdarahan berjumlah 26 responden merupakan kejadian mengancam jiwa hal ini
kehilangan darah 250ml setelah kelahiran pervaginal , Plasenta belom lahir berjumlah
4 responden penatalaksanaan ini dengan cara pemisahan manual oleh tenaga
kesehatan setelah pengeluaran plasenta ini, ibu tetap memiliki resiko untuk terjadinya
infeksi, dan Ketuban pecah dini berjumlah 3 responden pecahnya ketuban sebelum
dimulai tanda-tanda persalinan yang ditandai pembukaan serviks 3cm atau 5cm pada
multipara.

Hal ini didukung oleh penelitian Gede Danu,2016 faktor resiko komplikasi
kehamilan terdapat 27,3% kasus komplikasi yaitu perdarahan pada ibu post partum.
Komplikasi tersebut bisa diketahui jika melakukan mencegahan dini pada saat hamil
contohnya melakukan cek laboratorium lengkap dan ditangani oleh tenaga kesehatan
yang berwenang karena untuk membantu kualitas hidup anak dan ibu dengan
pemeriksaan laboratorium yang tepat dan terarah. Kehamilan resiko tinggi merupakan
kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil serta bayi menjadi sakit atau
meninggal, sebelum persalinan berlangsung. Kehamilan resiko tinggi merupakan
suatu kehamilan yang memiliki resiko yang lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu
hamil maupun bayinya), dapat menyebabkan penyakit atau kececatan atau bahkan
kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Rahayuningsih, 2015).

3.4 Pemeriksaan Golongan Darah

Cara Kerja

Pengambilan darah Vena

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dipasangkan torniquet pada lengan pasien dan lakukan palpasi.

3. Dibersihkan daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%.

4. Ditusuk kulit dengan jarum suntik sampai jarum masuk kedalam lumen vena. 5.
Dilepaskan torniquet/pembendung dan perlahan - lahan ditarik pengisapnya. 6.
Diambil darah sesuai dengan yang di butuhkan.

7. Kemudian sesudah cukup taruh kapas diatas jarum dan cabut spluit.

8. Dimasukan darah kedalam tabung serologi melalui dindingnya.

9. Kemudian darah di bekukan untuk selanjutnya pembuatan serum.

Pembuatan Serum

1. Darah yang sudah di bekukan kemudian di masukan kedalam sentrifugasi. 2.


Kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

3. Serum di pisahkan dari sel – sel darah ketabung yang terpisah.

Pemeriksaan golongan darah.

1. Diteteskan darah vena pada kaca objek di tiga tempat yang berbeda (sisi kanan –
tengah – kiri).

2. Diberi setetes serum golongan darah A pada sisi kanan tetesan darah, serum
golongan darah B pada sisi tengah tetesan darah, dan serum golongan darah O pada
sisi kiri tetesan darah.
3. Diaduk tetesan masing – masing serum dengan darah tersebut

4. Diamati hasilnya setelah 2 – 3 menit, apakah terjadi penggumpalan darah atau

tidak.

Perhitungan pembuatan alkohol 70%. Untuk memperoleh penyajian data yang berarti
dan kesimpulan yang tepat

serta benar maka diperlukan pengolahan data untuk menguji antara dua kelompok
data yang bebas (independen) dalam bentuk uji statistik non parametrik metode uji
Kruskal Wallis.

3. Hasil dan Analisis

Penelitian pemeriksaan golongan darah ABO dengan reagen serum golongan darah
A,B,O metode slide bertujuan untuk menentukan apakah serum golongan darah.

3.5 Metode Slide Test

Metode Slide Test


Tujuan :
•Untuk mengkonfirmasi ulang golongan darahpendonor sebelum ditransfusikan
kepadapasien yang didasarkan pada antibodipendonor
Alat dan Bahan:
Object Glass
Pengaduk
Serum donor
Suspensi sel A 10%
Cara Kerja
•teteskan serum donor ke objek glass (pada 4 tempat masing masing 2 tetes)
•1 tetes suspensi sel A 10%, suspensi sel B 10%, suspensi sel O
10% dan suspensi sel donor 10 % pada masing-masing serum
•Aduk dengan batang pengaduk masing-masingcampuran serum
donor dengan suspensi selA,B,O, donor dan menggoyang-goyangkan
•Amati ada tidaknya aglutinasi secaramakroskopis
3.6 Metode Tube Test
Metode Tube Test
Tujuan : Untuk mengkonfirmasi ulanggolongan darah pendonor sebel
umditransfusikan kepada pasien yang didasarkanpada antibodi pendonor

Alat dan Bahan:


•Tabung reaksi dan rak
•Mikropipet
•Centrifuge
•Serum donor
Cara Kerja
•Empat tabung reaksi diisi serum donor masing-masing 2 tetes
•Tambahkan 1 tetes suspensi sel A 5% (EA) suspensi sel B 5%
(EB), suspensi sel O 5% (EO)dan suspensi sel donor 5% (AC)
•Centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama15 detik
•Amati ada tidaknya aglutinasi secaramakroskopis (sambil menggoyangkan ta
bungperlahan)

Interpretasi Hasil PembacaanGolongan Darah Serum Typing


•Golongan Darah A : Aglutinasi pada sel B karena mempunyai antibody B
•Golongan darah B : Aglutinasi pada sel A karena mempunyai antibody A
•Golongan darah AB : Tidak terjadi karenatidak mempunyai antibody
•Golongan darah O : Aglutinasi pada sel A dansel B karena mempunyai antibod
y A dan B
3.6 Pemeriksaan Darah Lengkap
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus me
mperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik,
yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Pemeriksaan darah lengkap merupakan salah satu jenis tes darah yang rutin
dilakukan dokter ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Tujuannya adalah untuk
mendeteksi kelainan yang mungkin dialami ibu hamil atau janin. Selain pemeriksaan
darah lengkap, pemeriksaan yang juga dilakukan dalam tes darah adalah:

1. Tes golongan darah

Tes golongan darah bertujuan untuk mengetahui golongan darah dan rhesus ibu
hamil, guna mengantisipasi kemungkinan adanya perbedaan rhesusantara ibu hamil
dengan janin. Bila hasil tes darah menunjukkan bahwa Anda memiliki rhesus negatif
dan janin memiliki rhesus positif, ada risiko untuk terjadi inkompatibilitas rhesus.
Kondisi tersebut akan menyebabkan bayi mengalami anemia akibat pecahnya sel
darah (anemia hemolitik) ketika ia lahir. Akibatnya, bayi bisa mengalami penyakit
kuning(jaundice). Jika sebelumnya Anda sudah pernah melakukan cek golongan
darah dan rhesus, pemeriksaan ini tidak diperlukan lagi.

2. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin atau Hb adalah protein kaya zat besi yang ditemukan di dalam sel
darah merah. Hb memungkinkan sel darah merah untuk mendistribusikan oksigen ke
seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh untuk dibuang
melalui paru-paru. Setiap ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan Hb untuk
mendeteksi apakah terdapat penyakit anemia atau kurang darah. Anemia perlu
dicegah dan diobati karena dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin. Anemia juga
dapat meningkatan risiko terjadinya kelahiran prematur, keguguran, berat badan lahir
rendah, dan perdarahan postpartum.

3. Tes gula darah

Tes gula darah adalah bagian dalam pemeriksaan kehamilan rutin. Pemeriksaan
ini penting untuk mendeteksi apakah ibu hamil mengalami diabetes kehamilan
(diabetes gestasional). Ibu hamil lebih berisiko untuk menderita diabetes selama hamil
bila mengalami kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas, memiliki riwayat
diabetes pada kehamilan sebelumnya, atau memiliki riwayat penyakit diabetes
sebelumnya.

4. Skrining penyakit infeksi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat penyakit infeksi


pada ibu hamil. Skrining penyakit infeksi termasuk hepatitis B, sifilis, HIV,
dan TORCH.
DAFTAR PUSTAKA

Akademi Kebidanan Margi Rahayu. (2016). Jurnal kebidanan dan kesehatan. Jurnal

Kebidanan Dan Kesehatan, 6(1), 1–72.

Alviani, E. S., Wijaya, M., & Kurnia, I. (2015). Gambaran Lama Waktu Pelepasan

Plasenta dengan Manajemen Aktif Kala III dan Masase Fundus Setelah

Bayi Lahir. 3, 182– 188.

Amdad, A., Nurdiati, D. S., & Ratnawati, A. T. (2017). Upaya ibu hamil risiko tinggi

untuk mencari layanan persalinan di puskesmas Waruroyom. 3, 67–71.

Aryawati, W. (2016). Pengembangan Model Pencegahan Resiko Tinggi Kehamilan

Dan Persalinan Yang Terencana Dan Antisipatif (Regita) the

Development of Regita Model for Prevention of High Risk Pregnancy

and Childbirth Planned and Anticipatory. Jurnal Kebijakan Kesehatan


Indonesia, 86(2), 86–93.

Rochjati, P. (2011). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Airlangga University Press,

Edisi 2, 43.

Salfariani M, I., & Nasution, S. S. (2012). Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di Rsu

Bunda Thamrin Medan. Jurnal Keperawatan, 1(1), 7–12.

Satriyandari, Y. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan

Postpartum. Journal of Health Studies, 1(1), 49–64.

You might also like