Professional Documents
Culture Documents
Makalah ini disusun sebagai salah satu penilaian tugas kelompok pada Mata Ajar
DISUSUN OLEH :
(Kelompok 6)
Pembimbing :
Ns. Ulfah Nuraini Karim, SKep, MKep
UNIVERSITAS BINAWAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Palliatif Pada Pasien Gagal Jantung ini dengan tepat pada waktunya. Tak lupa
pula shalawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Semoga dengan makalah ini khusunya kelompok kami dan pembacanya mendapatkan syafaat
dari beliau di akhir zaman. Dengan Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Palliatif oleh
dosen Ns. Ulfah Nuraini Karim, SKep, MKep. Pembuatan makalah ini, kami mendapat
referensi dari website dan jurnal yang tersedia. Harapan kami semoga makalah yang tersusun
ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
sehingga pembaca dapat menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah menjadi lebih baik lagi.
Jakarta,
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................5
B. RUANG LINGKUP........................................................................................................3
1. Obyek...........................................................................................................................3
2. Subyek.........................................................................................................................3
C. TUJUAN.........................................................................................................................3
1. Tujuan Umum..............................................................................................................4
2. Tujuan Khusus.............................................................................................................4
I. Peran Perawat............................................................................................................12
2. Konsep Penyakit............................................................................................................14
A. Kasus.............................................................................................................................25
B. Pengkajian.....................................................................................................................25
C. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................33
D. Intervensi Keperawatan.................................................................................................33
E. Implementasi Keperawatan...........................................................................................36
F. Evaluasi Keperawatan...................................................................................................38
4
A. Kesimpulan....................................................................................................................40
B. Saran..............................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................42
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUANG LINGKUP
1. Obyek
Topik pembahasan pada kelompok kami mengenai Gagal Jantung dalam
konsep palliative care.
8
2. Subyek
Populasi Pasien dengan Gagal Jantung.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan Palliative Care pada
Tn. S yang menderita Gagal Jantung yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa di harapkan dapat membuat pengkajian dengan pasien gagal
jantung.
2) Mahasiswa diharapkan dapat membuat analisa data tentang asuhan
keperawatan palliative care dengan gagal jantung.
3) Mahasiswa diharapkan dapat membuat diagnose keperawatan dengan
pasien gagal jantung.
4) Mahasiswa diharapkan dapat membuat intervensi asuhan keperawatan
dengan pasien gagal jantung.
5) Mahasiswa diharapkan dapat membuat evaluasi asuhan keperawatan
dengan pasien gagal jantung.
6) Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui mengenai konsep palliative care.
7) Mahasiwa diharapkan dapat mengetahui mengenai konsep penyakit gagal
jantung.
9
BAB II
TINJAUAN KASUS
10
membuat keputusan yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka
(Palliative Care Australia, 2014).
11
keluarga. Becker (2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar dalam
memberikan perawatan paliatif meliputi :
1) Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga.
Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghargai dan
menghormati keinginan pasien dan keluarga. Berkonsultasi dengan
keluarga mengenai rencana perawatan harus menghormati pasien yang
sedang sakit dimulai dari awal diagnosa sampai pada tahap pengobatan.
Sesuai dengan prinsip menghormati, informasi tentang perawatan paliatif
harus tersedia dan keluarga dapat memilih untuk memulai rujukan untuk
program perawatan paliatif. Kebutuhan keluarga juga harus diperhatikan
baik selama sakit dan setelah kematian pasien untuk mempersiapkan
kemampuannya dalam menghadapai cobaan hidup.
2) Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif
yang pantas.
Petugas kesehatan harus memberikan kesempatan kepada terapi untuk
mengurangi rasa sakit dan gejala fisik lainnya, sehinngga memungkinkan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi tersebut mencakup
pendidikan, konseling keluarga, dukungan teman sebaya, terapi music,
dukungan spiritual untuk keluarga dan serta perawatan menjelang
kematian.
3) Mendukung pemberi perawatan (caregiver)
Pelayanan perawatan yang professional harus didukung oleh tim
perawatan paliatif, rekan kerja dan institusi untuk penanganan proses
berduka dan kematian. Dukungan dari institusi seperti konseling rutin
dengan ahli psikologi.
12
4) Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif.
Peraturan, keuangan, dan pengetahuan sering menjadi hambatan keluarga
untuk mendapatkan kesempatan untuk layanan perawatan paliatif.
Pendidikan tenaga professional dan masyarakat dapat mendorong
kesadaran perlunya nilai dan perawatan paliatif sehingga hal ini
diupayakan untuk mengatasi hambatan dalam memberikan perawatan
paliatif. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kesadaran akan
kebutuhan perawatan dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk
mempersiapkan serta memperbaiki hambtan secara ekonomi.
5) Pengembangan perawatan paliatif melalui penelitian dan pendidikan.
Penelitian klinis mengenai efektivitas dan manfaat dari intervensi
perawatan paliatif dan model penyediaan layanan harus dipromosikan.
Selain itu, informasi tentang perawatan paliatif yang sudah tersedia harus
efeketif disebarkan ke dalam pendidikan dan praktek klinis
(Becker,2009)
13
(Zhukovsky,2019)
14
Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil dan
tidak menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang berkaitan
dengan makna kehidupan. Sering juga berfungsi sebagai orang
yang dipercaya sekaligus sebagai sumber dukungan terkait tradisi
keagamaan, pengorganisasian ritual keagamaan dan sakramen
yang berarti bagi pasien palliative. Sehingga konselor spiritual
perlu dilatih dalam perawatan akhir kehidupan (AAFP,2011).
15
Menurut pamela (2005) fokus dari tim perawatan paliatif adalah
dukungan tim, perawatan berkualitas, dan memastikan kesinambungan
perawatan untuk pasien dan keluarga dari rumah sakit ke rawat jalan, dan
kunjungan rumah. Dalam memberikan perawatan paliatif, tim paliatif memiliki
standar yaitu harus mencakup mekanisme untuk memastikan transisi yang baik
dalam masa perawatan pasien, menyediakan minimal satu orang yang
konsisten dalam mengasuh pasien, menyediakan tenaga kesehatan yang ahli
dan menyediakan perawatan paliatif 24 jam sehari atau 365 hari dalam
setahun.
I. Peran Perawat
Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan
untuk keluarga di seluruh penyakit penderita kanker, mengelola gejala
(Mackenzie & Mac Callam, 2009), menyediakan perawatan yang cukup dan
membantu dalam proses berkabung saat pasien meninggal (Davies, 2003).
Menurut Matzo & Sherman ( 2014) peran perawat paliatif meliputi :
1) Praktik di klinik
Perawat memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi
nyeri beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat
berkolaborasi dengan tim professional lainnya dalam mengembangkan
dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif. Perawat
mengidentifikasi pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan
dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit dapat dipraktekkan
sesuai dengan aturan di rumah sakit.
2) Pendidik
Perawat memahami filosofi yang komplek, etik dan diskusi dalam
membantu pasien dan keluarga di dalam penatalaksanaan pasien di klinik
sehingga semua tim perawatan dapat mencapai hasil yang baik. Perawat
menunjukkan dasar keilmuannya yang meliputi mengatasi nyeri
neuropatik, potensi jika terjadi konflik peran dengan profesi lainnya
18
seperti farmasi, sesuai dengan pedoman dari tim perawatan paliatif maka
memberikan perawatan yang khusus dalam menggunakan oabt-oabtan
intravena untuk mengatasi nyeri neuropati yang disulit diatasi.
3) Peneliti
Perawat menghasilkan pengetahuan dari hasil sebuah penelitian dan
terbukti dalam praktek. Perawat menyelidiki dengan strategi penelitian
terpadu dalam pelayanan paliatif misalnya penggunaan obat-obatan
intravena dalam mengatasi nyeri neuropati.
4) Kolaborator
Perawat melakukan pengkajian untuk mengkaji bio-psiko-sosial-
spiritual serta intervensinya. Perawat membangun hubungan kolaborasi
dengan profesi lainnya dengan mengidentifikasi sumber dan kesempatan
bekerja. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam
pelayanan, dokter dan perawat berkerjasama dengan pasien dan keluarga,
tim professional dan tenaga professional lainnya dalam rangka
mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.
5) Konsultan
Perawat berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter, tim perawatan
paliatif, dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Dengan
mempertahankan kehadiran yang konsisten dengan pasien dan keluarga
dengan tim perawatan paliatif lainnya, perawat membantu meminimalkan
konfllik dalam pengambilan keputusan.
19
2. Konsep Penyakit
20
dan 90% dari kematian dini terjadi di negara yang berpenghasilan rendah dan
menengah (Pusdatin Kemenkes RI,2014).
Gagal jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung
disebabkan oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dana tau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik) (Nurarif, a. h 2015).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
21
meningkatkan hipertrofi serabut jantung.
3) Peradangan dan penyakit degenerative
Peradangan pada otot jantung miokarditis, endocarditis penyakit infeksi
pada endokard atau katup jantung, reumatik yaitu kondisi dengan disertai
nyeri dan kaku pada musculoskeletal.
4) Faktor sistemik
Saat meningkatnya laju metabolism (demam tiroktosikosis) meningkatnya
kebutuhan oksigen jaringan (hipoksia, anemia), asidosis metabolic dan
abnormal elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas otot jantung.
5) Penyakit jantung lain
Seperti gangguan aliran darah melalui jantung (stenosis atau penyempitan
semiunar dan katup alveonar), peningkatan afterload mendadak hipertensi
maligna.
(Dewi,2018)
22
menimbulkan resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan kelebihan volume
cairan.
Pada ventrikel kiri gagal memompa darah dari paru – paru, akan
menimbulkan tekanan sirulasi paru, karena tekanan tersebut maka cairan akan
terdorong ke paru/alveoli, yang menyebabkan dyspnea, batuk (terjadi
resistensi gangguan pertukran gas) dan suplai oksigen menurun menimbulkan
sesak napas, kelelahan, kelemahan yang akan menimbulkan intoleransi
aktivitas.
23
D. Klasifikasi Gagal Jantung
Menurut nugroho dkk (2016), klasifikasi menurut derajat sakitnya
adalah :
1. Derajat 1 : Tanpa keluhan masih bisa melakukan aktivitas sehari hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak nafas.
2. Derajat 2 : Ringan aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktifitas dihentikan.
3. Derajat 3 : Sedang aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau
sesak nafas, tetapi keluhan, akan hilang jika aktivitas dihentikan.
4. Derajat 4 : Berat, tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari,
bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika
melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan.
Menurut Nugroho dkk (2016), klasifikasi menurut lokasi terjadinya
adalah :
a. Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.
Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan
terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi meliputi
dispnea, batuk, mudah lelah, anoreksia, keringat dingin, dan
paroxysmal nocturnal dyspnea, ronki basah paru dibagian basal.
24
E. Manifestasi Klinik Gagal Jantung
Menurut Smeltzer & Bare (2013), tanda dan gejala gagal jantung
dibedakan menurut gagal jantung dibedakan menurut gagal jantung kiri dan
menurut gagal jantung kanan.
1. Kongesti pulmona
2. Dispnea atau sulit bernafas
3. Dispnea saat beraktifitas
4. Ortopnea
5. Paroksimal Nortural Dispnea (PND) atau mendadak terbangun karena
dispnea dipicu oleh timbulnya edema paru intertisial
6. Batuk
7. Sputum berbusa
8. Krekles pada kedua paru
9. Oliguria dan nokturia
10. Gangguan pencernaan
11. Pusing
12. Sakit kepala konfusi
13. Gelisah, ansietas
14. Kulit pucat atau dingin
15. Takikardia
25
11. Efusipleura
1. Menurunnya berat badan lebih dari sama dengan 4,5 kg dalam 5 hari
pengobatan. Diagnosa gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria
major dan 2 kriteria minor.
26
D. Pemeriksaan darah lengkap, urea, kreatini, albumin, elektrolit, gula darah,
enzim hati dan INR (merupakan pemeriksaan awal pada pasien gagal
jantung)
E. B-type natriuretic peptides (BNP dan NT-pro BNP)
Diperiksa fase akut dapat diterima sebagai prediktif negative untuk
mengeksklusi gagal jantung.
F. Ekokardiografi
Untuk evaluasi kelainan structural dan fungsional dari jantung yang
berkaitan dengan gagal jantung.
G. Pencitraan echo/dopler
Untuk evaluasi dan memonitor fungsi sitolik ventrikel kiri dan kanan secara
regional dan global, fungsi diastolic, struktur dan fungsi vascular, kelainan
perikard, komplikasi mekanis dari infark akut, adanya disinkroni, juga
dapat menilai semi kuatitatif, non invasif, tekanan pengisian dari ventrikel
kanan dan kiri, stroke volume dan tekanan arteri pulmonalis, yang dengan
demikian bisa menentukan strategi pengobatan.
27
3) Pembatasan asupan garam dan alkohol
Pembatasan asupan garam, alkohol, dan pembatasan cairan perlu
dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal jantung
kongestif.
4) Olahraga
Penderita gagal jantung dianjurkan untuk berolahraga karena
mempunyai otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal
dan juga terhadap sensitifitas terhadap insulin meskipun efek terhadap
kelangsungan hidup belum dapat dibuktikan.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Angiostensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACE-I)
ACE-I harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomik
dan fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40% kecuali ada kontraindikasi
ACE-I memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi
perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan
meningkatkan angka kelangsungan hidup (kelas rekomendasi I,
tingkatkan bukti A)
2) Penyekat reseptor ß
Penyekat ß harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40% . penyekat ß
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi
perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan
menurunkan mortalitas.
3) Angiotensin receptor blockers (ARB)
ARB direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi
ventrikel kiri <40% yang tetap simtomatik walaupun sudah diberikan
ACE-I dan penyekat ß dosis optima, kecuali terdapat kontraindikasi,
dan juga mendapat antagonis aldosterone. Terapi dengan ARB dapat
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi angka
perawatan rumah saki karena perburukan gagal jantung.
4) Angiotensin receptor – neprilysin inhibitor (ARNI) =
Sacubitril/Valsartan
Angiotensin receptor-neprilysin inhibitor (ARNI) yang merupakan
kombinasi sacubitril sebagai pengganti ACE-I/ ARB, penyekat ß, dan
28
MRA. Sacubitril merupakan penghambatan enzim nefrilisin yang akan
menyebabkan memperbaiki remodeling miokard, diuresis, dan
natriuresis serta mengurangi vasokonstriksi, retensi cairan dan garam.
5) Ivabradine
Ivabradine bekerja memperlambat laju jantung melalui penghambatan
kanal if di nodus sinus, dan hanya digunakan untuk pasien dengan
irama sinus. Ivabradine menurunkan mortalitas dan perawatan rumah
sakit akibat gagal jantung pada pasien gagal jantung dengan fraksi
ejeksi yang menurun (LVEF <35%, irama sinus, dan denyut nadi > 70
kali/menit ) yang pernah mengalami rwat inap dalam 12 bulan terakhir
berdasarkan hasil studi SHIFT.
6) Hydralazine dan isosorbide dinitrate (H-ISDN)
Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri <40%
kombinasi H-ISDN digunakan sebagai alternative jika pasien intoleran
terhadap ACE-I/ARB/ARNI (kelas rekomendasi Ila, tingkatan bukti B)
7) Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda
klinis atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti B).
tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia
(kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu haus
diatur sesuai dosis yangserendah mungkin, yaitu hars diatur sesuai
kebutuhan pasien untuk menghindari dehidrasi atau retensi.
29
BAB III
ANALISA MASALAH
A. Kasus
Tn. S berumur 60 tahun dirawat di Rumah Sakit Margono Soekarjo dengan diagnosa
medis Gagal Jantung dan sudah dirawat di RS selama 1 minggu. Klien sudah pernah
di rawat di RS. Dari hasil pengkajain klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
menjalar sampai punggung sejak 3 hari yang lalu. Klien merasa sangat cemas
terhadap kondisinya sekarang karena penyakit yang bertambah parah dan kondisinya
semakin lemah. Klien mengatakan merasakan cemas karena penyakitnya yang
bertambah parah. Klien merasa takut menghadapi kematian. Klien mengatakan ada
anggota keluarganya yang menderita penyakit keturunan yaitu hipertensi.
B. Pengkajian
a. Data identitas
a) Identitas Klien
Nama : Tn.S
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sidomukti
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMK
Pekerjaan : Buruh
Status : Menikah
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Tanggal masuk : 20 September 2020
Diagnosa medis : Gagal Jantung
b) Identitas Penangung Jawab
Nama : Ny.T
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sidomukti
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
30
Hubungan dengan klien : Istri
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama :
Klien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri menjalar ke punggung sejak 3
hari yang lalu. Nyeri bertambah apabila dibuat aktivitas dan berkurang bila
saat istirahat.
P : Nyeri karena penyakit.
Q : Seperti ditusuk-tusuk.
R : Nyeri dada sebelah kiri tembus sampai punggung.
S : Skala 7
T : Nyeri bertambah apabila sedang beraktivitas.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien Tn.S umur 60 tahun datang ke RS pada tanggal 20 September 2020
dengan keluhan dada nyeri sebelah kiri menjalar ke punggung, pusing,
keringat dingin menyebabkan klien dan keluarga khawatir dengan kondisi
klien saat ini. Klien sangat cemas dengan kondisinya saat ini yang tak
kunjung sembuh. Dan sekarang klien dirawat di RS MARGONO
SOEKARJO dengan diagnose Gagal Jantung.
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Klien pernah menderita penyakit Hipertensi 1tahun yang lalu dan belum
pernah dirawat di Rumah Sakit. Klien tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap obat ataupun makanan dank lien sudah melakukan imunisasi
lengkap. Klien mengkonsumsi obat-obatan : cefotaxime 2 x 1 gr, ranitidine
2 x 1 ampul (iv), furosemide 2 x 2 tablet, ketorolac 2 x 1 ampul (iv).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan dari orang tua ada yang menderita penyakit Hipertensi
yaitu dari Ayah. Klien memiliki empat orang anak, satu laki-laki dan tiga
orang perempuan.
e) Riwayat Psikososial
a. Bahasa
Bahasa yang digunakan Klien menggunakan Bahasa Indonesia dan
Jawa.
b. Persepsi
31
Persepsi klien tentang penyakitnya Klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya karena tidak kkunjung sembuh dan semakin parah.
c. Konsep diri :
1) Body image
Klien menerima kondisinya saat ini dan bersyukur kepada Tuhan
karena telah diberi umur panjang.
2) Ideal diri
Klien berkeinginan agar anak-anaknya menjadi orang yang sukses
dan memiliki pekerjaan yang layak.
3) Harga diri
Klien merasa dihargai dan dihormati oleh keluarganya.
4) Peran diri
Klien berperan sebagai seorang Ayah.
5) Personal identity
Klien adalah seorang laki-laki sekaligus Ayah yang memiliki
empat orang anak.
d. Keadaan emosi
Keadaan emosi klien labil, klien terkadang merasa cemas karena
kondisinya.
e. Perhatian terhadap orang lain atau lawan bicara
Klien merespon lawan bicaranya.
f. Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, klien selalu
menceritakan setiap kejadian kepada keluarganya.
g. Hubungan dengan saudara
Hubungan klien dengan saudara baik-baik saja.
h. Kegemaran atau Hobby
Klien memiliki Hobby membaca koran.
c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Kesadaran klien composmetis.
b) Tanda-tanda Vital : TD = 150/100 mmHg, N = 105 x/menit, RR = 28
x/menit, S = 37°C.
32
c) Kepala : Kulit kepala tampak bersih, hitam sedikit beruban, tidak ada nyeri
tekan pada kepala, tiadak ada massa atau benjolan, rambut mudah rontok.
d) Muka : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan pada dahi, tidak
ada nyeri tekan.
e) Mata : Pada palpebral tidak Nampak ada oedem, sclera tidak icterus,
conjungtiva berwarna merah muda, pupil isokor, tidak ada nyeri tekan pada
bola mata, tidak ada peningkatan tekanan intra okuler.
f) Hidung : bentuk simetris, tidak ada deviasi pada seputum, tidak ada
peradangan atau lesi, mukosa hidung tampak lembab, tidak ada rasa nyeri
tekan pada sinus maxillaris, etmoidalis, dan frontalis, Tidak ada massa atau
benjolan.
g) Telinga : bentuk sejajar, tidak ada serumen, tidak ada peradangan atau lesi,
tidak ada nyeri tekan pada tragus dan pinna, tidak ada nyeri tekan pada
mastoid.
h) Mulut : Gusi berwarna merah dan tidak ada peradangan, lindah tampak
kotor, membran mukosa bibir kering, pucat.
i) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran pada
kelenjar limfe, tidak ada bendungan pada vena jugularis, tidak ada
peradangan atau lesi, tidak ada kelenjar atau massa.
j) Dada : bentuk simetris, tidak ada edema dan lesi, adanya nyeri tekan pada
dada.
k) Paru-paru
I : Tidak ada lesi, menggunakan otot bantu pernapasan.
Pe : Terdengar suara sonor
Pa : Tidak ada oedema paru dan terdengar vocal vomitus
Au : Tidak ada suara nafas tambahan, RR : 22 x/menit.
l) Jantung
I : Tidak tampak ictus cordis, tidak nampak dextro cordia.
Au : Terdengar S1 dan S2 melemah, bunyi jantung murmur.
Pe : bunyi dullnes pada ICS 2 – 7.
Pa : ada nyeri tekan, Terjadi pembesaran jantung
m) Abdomen
I : Tidak ada lesi, tidak ada oedema dan datar, bentuk simetris.
33
Au : Bising usus 6 x/menit.
Pe : Terdengar bunyi timpani pada kuadran kiri atas, bawah, sisi kanan
atas bunyi pekak.
Pa : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan hati, lympa tidak teraba.
n) Ektermitas
Atas
I : Bentuk simetris, tidak ada atrofi atau oedema, tampak fleksi
pada sendi kiri dan kanan, kuku tampak kotor.
Pa : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bunyi
krepitasi.
Bawah
I : Bentuk simetris, tidak adapembekakan.
Pa : Tidak ada massa atau benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada bunyi krepitasi
o) Genetalia : tidak ada lesi dan berjenis kelamin laki-laki.
d. Pola Fungsional
a) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan
komposisi nasi, sayur, dan lauk pauk. Pasien minum 8 gelas
perhari air putih. Klien mengatakan memiliki makanan pantangan
yang tinggi garam.
Saat dikaji : Klien makan 3x sehari dengan makanan
tambahan yang banyak mengandung kalium dan makanan yang
tidak tinggi garam, minum 5 – 6 gelas perhari jenis air putih.
b) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi berbentuk keras berwarna kuning. BAK 5 – 6 x perhari
berwarna kuning dan berbau tidak sedap.
Saat dikaji : Klien sudah BAB 1 x dalam 3 hari dengan
konsistensi lembek. BAK 4 – 5 x perhari berwarna coklat dan
berbau khas.
c) Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Klien tidak suka olahraga.
34
Saat dikaji : Klien tidak mampu melakukan aktifitas dan
merasa nyeri pada bagian dada.
d) Pola Istirahat
Sebelum sakit : Klien mengatakan biasa tidur malam pada jam
21.00 dan bangun pada jam 05.00 tidak mudah terbangun dan
istirahat tidur siang pada jam 14.00 dan bangun pada jam 15.00.
Saat dikaji : Klien terkadang tidur malam pada jam 23.00
dan bangun pada jam 05.00, dan klien sulit tidur karena cemas dan
takut.
e) Personal Hygine
Sebelum sakit : Klien mandi 2x sehari pagi dan sore, gosok
gigi dan keramas.
Saat dikaji : Klien mandi 2x sehari diseka ditempat tidur.
f) Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : Klien tidak merasa gelisah, klien merasa
nyaman di dekat keluarga dan teman-temannya.
Saat dikaji : Klien tidak nyaman saat di RS dan tampak
gelisah dan khawatir terhadap kesehatanya.
g) Kebutuhan Berpakaian
Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian rapi dan mandiri, tanpa
bantuan orang lain. Klien mmengganti pakaian 2x sehari setelah
mandi.
Saat dikaji : Klien selama di RS berpakaian dibantu oleh
keluarga atau perawat.
h) Kebutuhan Berkomunikasi
Sebelum sakit : Klien dapat berkomunikasi dengan lancar
menggunakan bahasa jawa atau bahasa Indonesia.
Saat dikaji : Klien berbicara seperlunya saja.
i) Kebutuhan Bekerja
Sebelum sakit : Klien dapat melakukan kegiatan rutin seperti
biasanya .
Saat dikaji : Klien tidak dapat bekerja dan tidak dapat
melakukan kegiatan.
35
j) Kebutuhan Rekreasi
Sebelum sakit : Klien tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk
rekreasi, pasien hanya berkunjung ke rumah saudara-saudaranya.
Saat dikaji : Klien tidak dapat melihat keluar.
k) Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit : Klien senang mendapat informasi dari TV atau
Radio.
Saat dikaji : Klien belum tahu banyak tentang penyakit
yang dideritanya.
l) Pola Spiritual
Sebelum sakit : Klien menjalankan shalat lima waktu dan
menjalankan ibadah sesuai ajaran yang dianutnya.
Saat dikaji : Klien belum bisa menjalankan ibadah dengan
kondisi sekarang ini Tn.S, klien merasa hidupnya tidak lama lagi
dan juga klien merasa tidak berdaya.
e. Analisa Data
36
ancaman pada kematiannya
2. Ds : Distress spiritual Kondisi penyakit
- Klien mempertanyakan makna kronis
atau tujuan
- Klien menyatakan hidupnya
tidak lama lagi.
- Klien merasa tidak berdaya.
- Klien tidak dapat menerima
keadaan.
Do :
- Tidak mampu beribadah
- Menolak berinteraksi dengan
orang terdekat atau pemimpin
spiritual
- Tidak mampu berkreativitas
- Koping tidak efektif
- Tidak berminat pada alam atau
literatur spiritual.
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
37
Setalah dilakukan 2 x 24 jam tentang tindakan
tindakan jam diharapkan diagnosa, prognosis dan
ansietas , (kematian) pasien 4. Kaji tingkat ansietas
teratasi dengan kriteria hasil : dan reaksi fisik pada
1. Menunjukkan tingkat ansietas.
fleksibilitas peran 5. Keamanan dan rasa
2. Keluarga. menunjukkan takut
fleksibilitas peran para 6. Instruksikan
anggotanya kemampuan klien untuk
3. Melibatkan anggota menggunakan tekhnik
keluarga dalam membuat relaksasi
keputusan 7. Dukung keterlibatan
4. Mengekspresikan keluarga dengan cara
perasaan dan kebebasan yang tepat
emosional
5. Menunjukkan strategi
penurunan ansietas
2. Distress spiritual b.d Tujuan : Dukungan Spiritual
Kondisi penyakit Setelah dilakukan tindakan Observasi
kronis keperawatan 2 x 24 jam 1. Identifikasi perasaan
diharapkan Distress spritual khawatir, kesepian dan
dapat teratasi dengan kriteria ketidakberdayaan
hasil : 2. Identifikasi pandangan
1. Menunjukkan tentang hubungan
fleksibilitas peran antara spiritual dan
2. Keluarga kesehatan
menunjukkan 3. Identifikasi harapan dan
fleksibilitas peran kekuatan pasien
para anggotanya 4. Identifikasi ketaatan
3. Melibatkan anggota dalam beragama
keluarga dalam Terapeutik
membuat keputusan 1. Berikan kesempatan
4. Mengekspresikan mengekspresikan
38
perasaan dan perasaan tentang
kebebasan emosional penyakit dan kematian
5. Menunjukkan strategi 2. Berikan kesempatan
penurunan ansietas mengekspresikan dan
meredakan marah
secara tepat
3. Yakinkah bahwa
perawat bersedia
mendukung selama
masa ketidakberdayaan
4. Sediakan privasi dan
waktu tenang untuk
aktivitas
5. Diskusikan keyakinan
tentang makna dan
tujuan hidup, jika perlu
6. Fasilitasi melakukan
kegiatan ibadah
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi
dengan keluarga,
teman, dan/atau orang
lain
2. Anjurkan berpartisipasi
dalam kelompok
pendukung
3. Ajarkan metode
relaksasi, meditasi, dan
imajinasi terbimbing
Kolaborasi
1. Atur kunjungan dengan
rohaniawan (mis.
Ustadz, pendeta, romo,
39
biksu)
E. Implementasi Keperawatan
40
5. Menemani klien untuk mendukung
keamanan dan rasa takut
6. Menginstruksikan kemampuan klien untuk
menggunakan relaksasi tekhnik
keterlibatan
7. Mendukung keluarga dengan cara yang
tepat
2. Senin, 21 September 2020 1. Mendukungan spiritual
2. Mendukungan keyakinan
3. Mempromosi koping
4. Mendukungan pelaksanaan ibadah
F. Evaluasi Keperawatan
41
bermakna
- Klien mengatakan menderita dan tidak
berdaya
- Klien mengatakan hidupnya kurang
tenang
- Klien mengatakan bingung dan
mempertanyakan tujuan hidupnya
O:
- Klien tampak tidak mampu beribadah
- Klien tampak menolak berinteraksi
dengan orang terdekat atau pemimpin
spiritual.
- Klien tampak koping tidak efektif
A: Masalah belum teratasi
P: Intrvensi dilanjutkan
42
- Klien mengatakan sudah tidak bingung
dengan tujuan hidupnya
O:
- Klien sudah mampu beribadah.
- Klien tampak berinteraksi dengan orang
terdekat atau pemimpin spiritual
A : Masalah belum teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
43
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
10. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
45
11. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
12. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
13. Asmoro, D. A. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure
(CHF) dengan Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi Oksigen Di
Ruang ICU PKU Muhammadiyah Gombong.
14. Zhukovsky D (2019). Primer of Palliative Care. American Association of Hospice and
Palliative Medicine. ISBN 9781889296081
15. Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Nursing Diagnoses
Definitions dan Classification 10th Edition. Oxford : Mosby Elsevier.
46