Professional Documents
Culture Documents
Materi 1 Strategi
Materi 1 Strategi
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangun
kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka
perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
(Sumber: Hanafiah, Nanang, dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT. Refika Aditama. Halaman 26.)
2. Fungsi Motivasi
Berikut ini merupakan beberapa fungsi dari motivasi, diantaranya:
1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta
didik.
2) Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik.
3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian
tujuan pembelajaran.
4) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih
bermakna.
(Sumber: Hanafiah, Nanang, dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT. Refika Aditama. Halaman 26.)
3. Beberapa Pendapat Tentang Motivasi
a. James O. Whittaker
James O. Whittaker memberikan pengertian secara umum mengenai
penggunaan istilah “motivation” di bidang psikologi. Ia mengatakan,
bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan
atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai
tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.
Apa yang dikemukakan oleh Whittaker mengenai motivasi di atas,
berlaku umum, baik pada manusia maupun hewan.
b. Pendapat Thorndike
Thorndike yang terkenal dengan pandangannya tentang belajar sebagai
proses “trial and error” ia mengatakan, bahwa belajar dengan “trial and
error” itu dimulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong
keaktifan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan anak dalam belajar
diperlukan motivasi.
Dari eksperimentasinya, ia menyimpulkan tiga hukum belajar :
1) Law of readiness,
2) Law of exercise, dan
3) Law of effect.
Di antara ketiga hukum tersebut yang dipandang sebagai paling
penting adalah “law of effect”.
Dalam hubungannya dengan “law of effect” dalam belajar, ternyata
Thorndike menekankan pentingnya motivasi di dalam belajar.
c. Pendapat Ghuthrie
Sama halnya dengan Thorndike, Ghuthrie pun membangun teori
asosiasi tentang belajar. Mengenai motivasi dalam belajar, ternyata
Ghuthrie mempunyai pandangan yang agak berbeda dengan Thorndike.
Ghuthrie memandang motivasi dan reward sebagai hal yang kurang
penting dalam belajar.
Menurut Ghuthrie, motivasi hanyalah menimbulkan variasi respons
pada individu, dan bila dihubungkan dengan hasil belajar, motivasi
tersebut bukan instrumental dalam belajar.
d. Pendapat Clifford T. Morgen
Morgan menjelaskan istilah mitivasi dalam hubungannya dengan
psikologi pada umumnya. Menurut Morgan, motivasi bertalian dengan
tiga hal yang sekaligus berhubungan dengan aspek-aspek dari motivasi.
Ketiga hal tersebut adalah : keadaan yang mendorong tingkah laku
(motivating states), tingkah laku yang didorong oleh kedaan tersebut
(motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goals or ends
of such behavior).
Motivasi terjadi dengan siklus antara motif, tingkah laku instrumental
dan tujuan.
Dari empat pendapat di atas mengenai motivasi, ternyata tidak ada
perbedaan prinsipil mengenai pengertian motivasi yang mereka
kemukakan. Dalam kaitannya dengan proses belajar, ada perbedaan
pendapat antara Thorndike dan Ghuthrie mengenai fungsi atau kegunaan
motivasi. Apabila Thorndike menekankan pentingnya motivasi dalam
belajar, maka Ghuthrie memandang, bahwa motivasi adalah bukan
instrumen dalam belajar, melainkan hanya penyebab variasi reaksi.
(Sumber: Soemanto, Wasty. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Halaman 205 – 206)
4. Hal-Hal yang dapat Mempengaruhi Motivasi dalam Belajar
Belajar dapat dipengaruhi oleh motivasi yang instrinsik artinya dapat dibentuk
di dalam diri individu, adanya suatu kebutuhan ini dapat berkembang menjadi
suatu perhatian atau suatu dorongan. Guru dapat merangsang perhatian dan
dorongan itu dengan banyak cara.
a) Kemasakan
Untuk dapat mempengaruhi motivasi anak, harus diperhatikan
kemasakan anak. Tidak bijaksana untuk merangsang aktivitas-aktivitas
sebelum individu masak secara fisik, psikis, dan sosial. Karena apabila
tidak memperhatikan kemasakan ini, akan berakibat frustasi. Dan
frustasi emosi dapat mengurangi kapasitas belajar.
b) Usaha yang bertujuan, goal dan ideal
Apabila mata pelajaran telah disesuaikan dengan bijaksana pada
kapasitas anak dan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya,
usaha yang bertujuan dapat dicapai dengan motivasi yang tidak
banyak.
Motif mempunyai tujuan atau goal. Makin terang goalnya makin kuat
perbuatan itu di dorong. Tiap usaha untuk membuat goal itu lebih kuat
adalah suatu langkah menuju ke motivasi yang efektif.
c) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
Apabila tujuan atau goal sudah terang dan pelajar selalu diberi tahu
tentang kemajuannya maka dorongan untuk usaha makin besar.
Kemajuan perlu diberitahukan, karena dengan mendapatkan kemajuan
ini anak akan merasa puas. Sesuai dengan “law of effect” dari
Thorndike kepuasan ini akan membawa pada usaha yang lebih besar,
sebaliknya apabila murid mengalami kegagalan, untuk kepentingan
belajar selanjutnya, hendaknya jangan selalu diingatkan sehubungan
dengan Law of Effect dikatakan bahwa hal-hal yang menyenangkan
akan selalu diulang-ulang. Pengulangan berkali-kali adalah syarat
belajar.
d) Penghargaan dan hukuman
Penghargaan adalah motivasi yang positif. Penghargaan dapat
menimbulkan inisiatif, energy, kompetisi, ekorasi pribadi, dan abilita-
abilita kreatif. Penghargaan ini dapat berupa material: pemberian-
pemberian uang dan lain-lain barang berharga. Sedang yang berupa
yang lain : sosial, kedudukan, promosi. Yang berupa spiritual adalah
pujian.
Hukuman adalah motivasi yang negatif. Hukuman didasarkan atas rasa
takut. Takut adalah motif yang kuat. Ini dapat menghilangkan inisiatif.
Ada kemungkinan yang dapat terjadi hambatan total. Hukuman
merupakan motivasi yang paling tua digunakan dalam pendidikan.
Seperti penghargaan, hukuman ini dapat berupa material, sosial
spiritual dan fisik. Pada umumnya hukuman yang paling berat adalah
hukuman yang mewujudkan kehilangan status.
Hukuman yang berat dapat menghilangkan spirit orang, menyebabkan
anak tertekan. Dan harus diperhatikan bahwa orang yang patuh karena
takut, akan lekas tidak patuh apabila takutnya hilang, apabila orang
telah berani menghadapi konsekuensinya.
Hukuman ini dapat pula menghilangkan moral dan aspek pribadi. Jadi
kalau kita bandingkan antara penghargaan memang lebih baik daripada
hukuman. Tetapi walaupun demikian bagi orang-orang tertentu
mungkin itu perlu, asal diperhatikan, bahwa hukuman itu tidak
merusak jiwa orang dan bertujuan memperbaiki.
e) Partisipasi
Salah satu dari dinamika anak ialah keinginan berstatus, keinginan
untuk ambil bagian dalam aktivitas-aktivitas untuk berpartisipasi.
Partisipasi ini dapat menimbulkan kreativitas, inisiatif dan memberi
kesempatan terwujudnya ide-ide. Maka perlulah untuk memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk berpartisipasi pada segala
kegiatan.
f) Perhatian
Integrasi terletak ditengah-tengah antara motif dan sikap. Insentif
adalah rangsang terhadap perhatian sebelum terbentuk dan menjadi
motif. Ini dapat ditimbulkan dengan beberapa cara antara lain dengan
alat peraga. Alat peraga ini misalnya gambar hidup, radio, televisi, dan
laboratorium. Hal ini adalah cara mempengaruhi motivasi anak dalam
belajar. Tentang cara yang mana baik tergantung pada anak yang
belajar dan seluruh kondisi belajar. Motivasi yang terbaik ialah apabila
seluruh kepribadian orang yang belajar dapat ditimbulkan.
(Sumber: Mustaqim dan Abdul Wahib. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT Rineka Cipta. Halaman 75 – 77).
5. Cara Membangkitkan Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar.
Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat tumbuh dan
berkembang. Berikut ini merupakan beberapa cara untuk membangkitkan
motivasi belajar, diantaranya:
a. Memberikan hadiah
b. Memberikan pujian
c. Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik
d. Suasana lingkungan sekolah yang sehat
e. Belajar menggunakan multimedia
f. Guru yang kompeten dan humoris
(Sumber: Hanafiah, Nanang, dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT. Refika Aditama. Halaman 28.)
DAFTAR RUJUKAN
Hanafiah, Nanang, dkk. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Mustaqim dan Abdul Wahib. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Soemanto, Wasty. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syafni, Elgi, dkk. 2013. Masalah Belajar Siswa dan Penanganannya. Jurnal. Padang:
BK FIP UNP. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor. Halaman 15 - 19
(Online).
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2013. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.