Professional Documents
Culture Documents
I. Muwashofat
• Mengikhlaskan amal
untuk Allah swt
II. Tujuan Umum
1. Melakukun proses pensucian jiwa peningkatan akhlak dan
prilaku dan memiliki kebiasaan yang islami pada individu dan
masyarakaatnya.
2. Mampu mengontrol diri dengan kebebasan yang dimiliki dan
menjauhi diri dari sikap berlebihan, serta tidak mengumbar
hawa nafsu hanya karena dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan menerapkan hukum islam dan
arahannya pada diri seorang muslim
4. Mendidik pribadi muslim memilki rasa tangggungjawab yang
besar serta kasih sayang kepada manusia, memperhatikan
secara adil konsep berinteraksi dengan manusia, menghormati
harta secara umum dan khusus pola hidup ekonomis dan
mengembangkan harta serta menjaganya.
5. Mendidik pribadi muslim dalam melawan tradisi asing yang
kering dari semangat islam pada dirinya keluarga dan
masyarakat.
I I I. T ujuan Cognitive
1. Memahami hakikat dan
urgensi ikhlas dalam
beramal
2. Mengetahui keutamaan
ikhlas
3. Mengetahui bahaya riya
dalam amal
III. Tujuan Afektif dan
Psikomotorik (Praktik)
•
• Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Segala perbuatan
tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala)
apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk
mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau
untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya
hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’”
(Muttafaq alaihi)
Pelajaran dari Hadits
1. Para ulama sepakat bahwa niat adalah syarat mutlak
agar suatu amal diganjar atau dibalas dengan pahala.
Namun, apakah niat merupakan syarat sahnya suatu
amal atau perbuatan, mereka berbeda pendapat.
- Ulama Syafi’iyah menyebutkan, “Niat adalah syarat
sahnya suatu amal atau perbuatan yang bersifat
‘pengantar’ seperti wudhu, dan yang bersifat ‘tujuan’
seperti shalat.”
- Ulama Hanafiyah menyebutkan, “Niat hanya syarat
sahnya amal atau perbuatan yang bersifat ‘tujuan’, dan
bukan ‘pengantar’.”
2. Niat dilakukan di hati, dan tidak ada keharusan untuk
diucapkan.
3. Ikhlas karena Allah merupakan salah satu syarat
diterimanya amal atau perbuatan.
2. Ikhlas dalam niyat syarat
diterimanya amal
•
• Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Segala perbuatan
tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala)
apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk
mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau
untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya
hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’”
(Muttafaq alaihi)
B. Keutamaan Niyat
1. Manusia dibangkitkan dari kuburnya pada
hari kiamat dengan niyatnya sewaktu di dunia
•
• Abu Musa, Abdullah bin Qais Al-Asy’ari r.a. berkata, “Rasulullah pernah ditanya oleh
sebagian sahabatnya tentang seseorang yang berperang karena berani (sifatnya
yang pemberani), seseorang yang berperang karena fanatisme kebangsaan, dan
seseorang yang berperang karena riya’ (agar dipuji orang lain). Manakah di antara
niat tersebut yang termasuk jihad di jalan Allah?” Rasulullah saw. menjawab,
“Barangsiapa yang berperang untuk menegakkan kalimat Allah sebagai kalimat yang
paling tinggi, maka dia berada (berjihad) di jalan Allah.” (Muttafaq 'alaih)
• Pelajaran dari Hadits
1. Allah akan melihat amal seseorang dari niatnya.
2. Keutamaan orang yang berjihad hanya terbatas bagi mereka yang berjihad untuk
menegakkan kalimat Allah.
3. Orang yang meninggal di medan jihad, diperlakukan layaknya orang yang mati
syahid, tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan, tapi langsung dikubur.
Sedangkan niatnya, diserahkan kepada Allah.
•
• Abu Bakrah, Nufail bin Al-Harits Ats-Tsaqafi r.a. berkata bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Apabila ada dua muslim bertemu dengan membawa pedang
(berusaha saling membunuh), maka orang yang membunuh dan yang dibunuh
masuk neraka.” Aku (Nufail) berkata, “Ya Rasulullah, si pembunuh (sudah layak
masuk neraka), sedangkan orang yang terbunuh, (mengapa ia juga masuk
neraka)?” Rasulullah menjawab, “Karena ia juga ingin membunuh temannya.”
(Muttafaq ‘alaih)
• Pelajaran dari Hadits
1. Orang yang bertekad melakukan maksiat, dan sudah berusaha untuk
melakukannya, maka ia mendapat dosa, baik kemaksiatan tersebut sudah ia
lakukan maupun belum. Namun, jika kemaksiatan itu sekadar terlintas di
pikirannya, lintasan kemaksiatan itu tidak terhitung sebagai dosa.
2. Peringatan dari Allah kepada kaum muslimin agar tidak saling membunuh
karena hal itu akan menjadikan kaum muslimin lemah, juga mengundang
kemarahan Allah SWT.
8. Saat menunggu untuk melaksanakan
amal salih dihitung sebagai amal saleh
•
•
• Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seorang
laki-laki yang melakukan shalat berjamaah (di masjid) lebih baik dua
puluh derajat dibandingkan dengan shalat yang dilakukannya di pasar
atau di rumah. Sebab, jika seseorang melakukan wudhu dengan baik,
kemudian mendatangi masjid hanya untuk shalat, maka derajatnya
akan ditinggikan satu tingkatan, dan keburukannya diampuni setiap kali
ia melangkahkan kakinya hingga ia masuk masjid. Bila ia telah masuk
masjid, ia diberi pahala sebagaimana orang yang melakukan shalat
(sekalipun dia hanya duduk), selama ia menanti shalat (berjamaah).
Para malaikat pun mendoakan seseorang, selama ia di tempat
shalatnya (ia belum meninggalkan masjid). Para malaikat itu berdoa,
‘Ya Allah, berikan rahmat kepadanya. Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah
terimalah tobatnya.’ (Doa tersebut dibaca oleh para malaikat), selama
ia tidak menyakiti (orang) dan tidak berhadats.” (Muttafaq ‘alaih)
• Pelajaran dari Hadits
1. Makruh melakukan shalat di tengah pasar karena sangat ramai
sehingga sangat besar kemungkinannya tidak khusyu’.
2. Shalat berjamaah di masjid lebih tinggi pahalanya 25, 26, atau
27 derajat daripada shalat sendirian.
3. Ikhlas tetap menjadi kunci pahala dari suatu amal.
4. Shalat adalah ibadah paling utama karena para malaikat berdoa
untuk orang yang sedang shalat.
5. Di antara tugas malaikat adalah berdoa untuk orang-orang
beriman. Allah berfirman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul
'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih
memuji Tuhannya. Mereka beriman kepada-Nya dan
memintakan ampun untuk orang-orang yang beriman...” (Al-
Mukmin: 7)
9. Berniyat melakukan satu
kebaikan ditulis satu kebaikan
penuh
•
• Abul Abbas, Abdillah bin Abbas bin Abdul Muththalib r.a. berkata bahwa Rasulullah
saw. meriwayatkan dari Tuhannya SWT., “Sesungguhnya, Allah mencatat kebaikan
dan keburukan.” Kemudian Allah menjelaskan, “Barangsiapa yang bermaksud
mengerjakan kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, maka Allah yang Mahasuci dan
Mahatinggi mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia bermaksud
untuk melakukan kebaikan lalu dilakukannya, Allah mencatat baginya sepuluh
kebaikan sampai tujuh ratus lipat, bahkan berlipat-lipat. Namun, jika ia bermaksud
untuk melakukan kejelekan, lalu tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu
kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia bermaksud untuk mengerjakan keburukan lalu
dikerjakan, Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.” (Muttafaq ‘alaih)
(Menyuruh para malaikat-Nya untuk mencatat kebaikan dan kejelekan).
(Karena ia tidak mengerjakan kejelekan).
• Pelajaran dari Hadits
1. Orang yang berniat melakukan kebaikan, ia diberi pahala satu
kebaikan karena tekad melakukan kebaikan adalah awal
kebaikan, dan awal kebaikan adalah kebaikan.
2. Orang yang berniat melakukan keburukan, lalu menjauhi
keburukan tersebut karena takut kepada Allah, ia diberi pahala
satu kebaikan karena niat buruk yang urung dilakukan adalah
suatu kebaikan. Allah berfirman, “...Sesungguhnya, perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk...” (Huud: 114)
10. Beramal dengan ikhlas menjadi
sebab dimudahkannya kesulitan
•
Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiga orang dari
kaum sebelum kalian berjalan-jalan hingga mereka bermalam di sebuah gua. (Tiba-tiba), sebuah batu besar jatuh dari gunung, dan
menutup pintu gua. Mereka berkata, “Tidak akan ada yang mampu menyelamatkan kita dari batu besar ini, kecuali jika kita berdoa
kepada Allah dengan amal baik kita.”
Orang pertama berkata, “Ya Allah, aku memiliki dua orang tua yang sudah lanjut usia. Aku tidak pernah mendahulukan keluarga
atau budak untuk minum susu (di sore hari) sebelum mereka berdua. Pada suatu hari, aku terlalu jauh mencari pepohonan (kayu
bakar) hingga aku tidak pulang kecuali keduanya sudah tidur. Lalu, aku memerah susu untuk mereka, tapi mereka sudah tidur.
Aku tidak ingin membangunkan mereka, tapi aku juga tidak ingin memberikan susu itu kepada keluargaku (anak dan istri) atau
budak. Gelas itu tetap di tanganku menanti kedua orang tuaku bangun hingga fajar terbit. Padahal, anak-anak menjerit kelaparan di
kakiku. Keduanya (ayah dan ibu) bangun lalu meminum air susu itu. Ya Allah, jika perbuatanku itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka
singkirkanlah batu ini.” Batu itu pun bergeser, namun mereka belum bisa keluar.
Laki-laki yang lain berkata, “Ya Allah, sesungguhnya, aku mempunyai sepupu wanita yang sangat aku cintai.” Di dalam riwayat
lain disebutkan, “Aku sangat mencintainya, sebagaimana seorang laki-laki mencintai seorang wanita. Aku menginginkan dirinya (ingin
menggaulinya), namun dia selalu menolak. Ketika ia ditimpa paceklik, ia datang meminta bantuan kepadaku. Aku memberinya 120
dinar dengan syarat dia mau menyerahkan dirinya untukku. Dia pun setuju. Ketika aku sudah menguasainya...” Di dalam riwayat lain
disebutkan, “Ketika aku bersiap untuk menggaulinya, ia berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan kamu pecahkan tutup kecuali
dengan cara yang sah.’ Maka aku meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai. Emas (dinar) yang kuberikan
kepadanya tidak aku ambil lagi. Ya Allah, jika perbuatanku itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka berilah kami jalan keluar dari cobaan
ini.” Batu itu pun bergeser, namun mereka belum juga bisa keluar.
Laki-laki ketiga berkata, “Ya Allah, aku mempunyai sejumlah buruh. Aku berikan gaji mereka, kecuali satu orang. Ia pergi (begitu
saja) dan tidak mengambil gajinya. Lalu, aku kembangkan gajinya itu, hingga menjadi banyak. Beberapa tahun kemudian, ia datang
kepadaku seraya berkata, ‘Tuan, berikan gajiku (yang dulu).’ Aku berkata, ‘Semua yang kamu lihat: unta, sapi, kambing, dan budak,
adalah gajimu.’
‘Tuan, Anda jangan menghinaku.’
‘Aku tidak menghinamu.’
Lalu ia mengambil seluruhnya. Ia menggiring seluruh ternak itu dan tidak meninggalkan satu pun.
Ya Allah, jika perbuatanku itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka berikan kepada kami jalan keluar dari cobaan ini.” Batu itu pun
bergeser. Dan mereka bertiga bisa keluar.’” (Muttafaq ‘alaih)
Jangan kamu ambil keperawananku kecuali setelah pernikahan.
• Pelajaran dari Hadits
1. Anjuran untuk berdoa di waktu susah dan senang, dengan
menggunakan amal shalih sebagai perantara.
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua, dan mendahulukan mereka
daripada anak dan istri adalah perilaku yang sangat baik.
3. Anjuran untuk menjauhi perkara yang dilarang, terutama ketika mampu
menjauhinya untuk mendapatkan ridha Allah.
4. Memenuhi janji, bisa memegang amanah, dan tidak mempersulit
urusan dalam bisnis adalah perilaku yang sangat baik.
5. Doa yang didasari keikhlasan dan kesungguhan serta menjadikan amal
shalih sebagai pengantar, pasti terkabul.
6. Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat amal shalih.