You are on page 1of 35

Ikhlas

I. Muwashofat

• Mengikhlaskan amal
untuk Allah swt
II. Tujuan Umum
1. Melakukun proses pensucian jiwa peningkatan akhlak dan
prilaku dan memiliki kebiasaan yang islami pada individu dan
masyarakaatnya.
2. Mampu mengontrol diri dengan kebebasan yang dimiliki dan
menjauhi diri dari sikap berlebihan, serta tidak mengumbar
hawa nafsu hanya karena dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan menerapkan hukum islam dan
arahannya pada diri seorang muslim
4. Mendidik pribadi muslim memilki rasa tangggungjawab yang
besar serta kasih sayang kepada manusia, memperhatikan
secara adil konsep berinteraksi dengan manusia, menghormati
harta secara umum dan khusus pola hidup ekonomis dan
mengembangkan harta serta menjaganya.
5. Mendidik pribadi muslim dalam melawan tradisi asing yang
kering dari semangat islam pada dirinya keluarga dan
masyarakat.
I I I. T ujuan Cognitive
1. Memahami hakikat dan
urgensi ikhlas dalam
beramal
2. Mengetahui keutamaan
ikhlas
3. Mengetahui bahaya riya
dalam amal
III. Tujuan Afektif dan
Psikomotorik (Praktik)

1. Senantiasa menghadirkan niat karena


Allah dalam setiap beramal
2. Membersihkan jiwa dari penyakit riya
3. Tidak ingin mendapat pujian dan
sanjungan dari orang lain dalam beramal
4. Bersungguh-sungguh dalam beramal
baik dalam keadaan sendiri maupun
bersama orang lain
5. Membiasakan diri muroqobatullah.
IV. Pilihan Kegiatan
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam
halaqah adalah :
1. Kegiatan Pembuka
– Mengkomunikasikan t ujuan kajian tazkiyah
2. Kegiatan Inti:
– Kajian tentang Ikhlas
– Berdikusi dan tanya jawab seputar tema kajian
( lihat tujuan Kognitif, afektif dan psikomotor)
– Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah
yang terkandung dalam kajian tersebut
3.Kegiatan Penutup:
- Tugas mandiri (kegiatan pendukung)
- Evaluasi
V. Kegiatan-kegiatan Pendukung
(Pilihan) 

1. Membaca wirid ikhlas dari ayat-ayat al-Qur'an


2. Mengumpulkan teman-teman untuk saling mengingatkan
tentang pentingnya ikhlas
3. Berusaha menyiapkan note book untuk menyemangati prilaku
terpuji
4. Meluangkan waktu untuk mengingat bahwa allah maha
mengetahui apa yang ada di dalam hati seseorang
5. Memperbanyak ibadah sunnah,terutama puasa dan qiamullail
6. Berdiskusi dengan teman-teman tentang kiat ikhlas dalam
beramal
7. Istighfar dan bertaubat dari perbuatan riya
8. Berdoa kepada Allah agar diberikan keikhlasan dalam
beramal
VI. Sarana-sarana Evaluasi dan
Mutabaah

1. Mempersiapkan soal-soal untuk


didiskusikan sebegai penegasan batas
pemahamannya dan komitmennya
2. Mengumpulkan informasi tentang
komitmen mutarobbi untuk ikhlasi,pada
ucapan sikap dan prilaku
3. Mengilaj(memperbaiki )sifat riya pada
mutaroobi
VII. Maroji` Tarbiyah Dzatiyah

1. Akhlak muslim Muhammad al-


ghazali
2. Nuzhatl Muttaqin Syarh
Riyadussolihin Mustafa al-Banna
3. As-suluk Al-Ijtima’i Hasan Ayyub
4. Ihyaa ulumuddin abu hamid
alghazali
VIII. MUHTAWA
Penjelasan Rasmul bayan
Ikhlas dalam niyat ,hukum dan keutamaannya:
1.Hukum niya;
– Niyat dalam beramal hukumnya wajib
– Ikhlas dalam niyat syarat diterimanya amal

2.Keutamaan niyat yang ikhlas


– Manusia dibangkitkan dari kuburnya pada hari kiamat dengan niyatnya sewaktu di dunia
– Ikhlas dalam niyat sebanding dengan pahala hijrah
– Seorang mu'min mendapatkan pahala karena niyatnya sekalipun tidak mengerjakan
niyatnya itu karena uzur
– Ditetapkannya pahala karena niyat bukan karena amal semata
– Setiap amalan yang diniyatkan untuk beribadah baginya pahala
– Allah menilai niat yang ada di dalam hati seseorang
– Yang membedakan satu amal dengan yang lainnya adalah niyat
– Saat menunggu untuk melaksanakan amal salih dihitung sebagai amal saleh
– Berniyat melakukan satu kebaikan ditulis satu kebaikan penuh
– Beramal dengan ikhlas menjadi sebab dimudahkannya kesulitan
A. Hukum niyat;
1. Niyat dalam beramal hukumnya wajib

•  Allah swt. berfirman,


( •
• “Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5)
( •
• “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah. Akan tetapi, ketakwaan kamulah yang dapat
mencapainya...” (Al-Hajj: 37)
( •
• “Katakanlah, ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu
atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah mengetahui.’...” (Ali Imran: 29)
Hadits-hadits tentang hukum niat


• Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Segala perbuatan
tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala)
apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk
mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau
untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya
hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’”
(Muttafaq alaihi)
Pelajaran dari Hadits
1. Para ulama sepakat bahwa niat adalah syarat mutlak
agar suatu amal diganjar atau dibalas dengan pahala.
Namun, apakah niat merupakan syarat sahnya suatu
amal atau perbuatan, mereka berbeda pendapat.
- Ulama Syafi’iyah menyebutkan, “Niat adalah syarat
sahnya suatu amal atau perbuatan yang bersifat
‘pengantar’ seperti wudhu, dan yang bersifat ‘tujuan’
seperti shalat.”
- Ulama Hanafiyah menyebutkan, “Niat hanya syarat
sahnya amal atau perbuatan yang bersifat ‘tujuan’, dan
bukan ‘pengantar’.”
2. Niat dilakukan di hati, dan tidak ada keharusan untuk
diucapkan.
3. Ikhlas karena Allah merupakan salah satu syarat
diterimanya amal atau perbuatan.
2. Ikhlas dalam niyat syarat
diterimanya amal

• Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Segala perbuatan
tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan (pahala)
apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah (ke Madinah) untuk
mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah untuk mencari harta dunia atau
untuk seorang perempuan yang hendak dinikahi, maka hijrahnya
hanya untuk itu (tidak mendapatkan pahala di sisi Allah).’”
(Muttafaq alaihi)
B. Keutamaan Niyat
1. Manusia dibangkitkan dari kuburnya pada
hari kiamat dengan niyatnya sewaktu di dunia

Nabi SAW bersdabda:

• Ummul Mukminin, Ummu Abdillah, Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw.


bersabda, "Satu pasukan tentara akan menyerang Ka’bah. Ketika tiba di
suatu tanah lapang, mereka semua dibenamkan (ke tanah).”
• Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa mereka dibinasakan semuanya.
Padahal, di antara mereka terdapat kaum awam (yang tidak mengerti
persoalan) dan orang-orang yang bukan golongan mereka (mereka ikut
karena dipaksa)?” Rasulullah bersabda, “Mereka semua dibinasakan.
Kemudian mereka akan dibangkitkan (pada hari Kiamat) sesuai niat
mereka.” (Muttafaq ‘alaih)
•  
Pelajaran dari Hadits
1. Perhitungan kebaikan dan keburukan didasarkan
pada niat.
2. Peringatan untuk tidak berteman dengan orang-
orang yang tidak baik.
3. Anjuran untuk berteman dengan orang-orang baik.
4. Berita dari Rasulullah tentang perkara-perkara gaib
yang harus dipercaya apa adanya. Kita juga wajib
percaya bahwa perkara-perkara itu akan terjadi
sebagaimana diberitakan karena semua yang
dikatakan Rasulullah adalah wahyu.
2. Ikhlas dalam niyat sebanding
dengan pahala hijrah

• Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tiada hijrah (ke Madinah) setelah
penaklukan kota Mekah. Akan tetapi, (yang ada hanya) jihad dan niat. Jika kamu diajak pergi
berjihad, pergilah.” (Muttafaq ‘alaih)
• Maksudnya hijrah dari mekah, karena Mekah telah menjadi negeri Islam
Pelajaran dari Hadits
1. Jika suatu negara menjadi negara Islam, tidak ada keharusan berhijrah dari negara tersebut.
2. Hijrah tetap wajib bagi seorang muslim yang tinggal di negara kafir yang tidak memberikan
kesempatan baginya untuk melaksanakan ajaran Islam.
3. Seorang muslim harus senantiasa mempunyai niat untuk berjihad, mempersiapkan jihad, dan
memenuhi panggilan jihad ketika genderang jihad telah ditabuh.
( Hijrah dari negeri kafir ke negeri Islam masih tetap berlaku hingga hari kiamat. Sedangkan
keutamaan hijrah dari kota Mekah ke Madinah yang dianjurkan sebelum penaklukan kota Mekah
telah selesai dengan penaklukan kota Mekah, karena Mekah sudah menjadi wilayah Islam).
( Pahala dan kebaikan masih bisa diperoleh dengan jihad dan niat yang baik. Hadits ini juga
merupakan stimulan untuk berniat baik, karena niat yang baik mendapat pahala).
3. Seorang mu'min mendapatkan pahala
karena niyatnya sekalipun tidak
mengerjakan niyatnya itu karena uzur

• Abu Abdillah, Jabir bin Abdillah Al-Anshari r.a. berkata, “Kami bersama Nabi saw. dalam
suatu peperangan (Perang Tabuk), lalu beliau bersabda, ‘Di Madinah ada sejumlah laki-
laki, kalian tidak menempuh perjalanan atau melewati lembah, kecuali mereka bersama
kalian. Mereka tertahan (di rumah) karena sakit.’
• Di dalam riwayat lain disebutkan, ‘Mereka mendapatkan pahala sebagaimana kalian.’”
(Muslim)
• Sedangkan Imam Bukhari meriwayatkannya dari jalur Anas r.a., “Saat kami pulang dari
Perang Tabuk bersama Nabi SAW., beliau bersabda, ‘Ada beberapa kaum di Madinah, kita
tidak melewati lereng gunung atau lembah kecuali mereka selalu bersama kita. Mereka
tertahan oleh uzur (sakit atau usia yang sudah tua).’”
Pelajaran dari Hadits
• Seorang m uslim yang benar-benar bertekad ingin berjihad, namun tidak bisa pergi karena
alasan syar’i, maka ia mendapatkan pahala jihad.
4. Ditetapkannya pahala
karena niyat bukan karena
amal semata
•Abu Yazid, Ma’n bin Yazid bin Al-Akhnas r.a. berkata, “Ayahku mengeluarkan beberapa dinar
untuk disedekahkan. Ia meletakkannya di dekat seorang laki-laki yang berada di masjid. Aku
ambil dinar itu, lalu aku bawa pulang dan kutunjukkan kepada ayah. Ayah berkata, ‘Demi Allah,
aku tidak bermaksud menyedekahkannya kepadamu.’ Aku (Ma’n) melaporkan hal itu kepada
Rasulullah saw. Beliau bersabda, ‘Kamu mendapatkan pahala sesuai yang kamu niatkan,
wahai Yazid. Sedangkan kamu, wahai Ma’n, kamu mendapatkan yang kamu ambil.’” (Bukhari)
Pelajaran dari Hadits
1. Sedekah boleh diberikan kepada anak atau orang tua, sedangkan zakat, tidak
boleh.
2. Pemberian sedekah atau zakat boleh diwakilkan.
(Ma’n, ayah dan kakeknya adalah para sahabat r.a.)
(Aku tidak ingin memberikan dinar itu kepadamu.)
5. Setiap amalan yang diniyatkan
untuk beribadah baginya pahala

Abu Ishaq, Sa’d bin Abi Waqqash Malik bin Uhaib bin Abdi Manaf r.a. (satu dari sepuluh
orang yang dijamin masuk surga) berkata, “Pada tahun Haji Wada’, Rasulullah mengunjungiku
yang sedang sakit parah. Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, sakitku sangat parah. Aku adalah orang
yang kaya, sedangkan ahli warisku hanya seorang anak perempuanku. Apakah aku boleh
menyedekahkan dua per tiga hartaku?’
Rasulullah menjawab, ‘Jangan.’
‘Seperdua?’
‘Jangan.’
‘Sepertiga?’
‘Boleh sepertiga. Sepertiga itu sudah banyak. Lebih baik kamu tinggalkan ahli waris dalam
keadaan kaya daripada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan fakir, dan meminta-minta
kepada orang lain. Jika kamu menginfakkan hartamu untuk mencari ridha Allah, kamu akan
mendapatkan pahalanya, meskipun itu berupa makanan yang kamu berikan kepada istrimu.’
‘Ya Rasulullah, apakah aku di tinggalkan setelah teman-temanku.’
Rasulullah menjawab, ‘Jika kamu ditinggalkan di Mekah, lalu kamu mengerjakan perbuatan
(baik) untuk mencari ridha Allah, derajat dan kemuliaanmu akan ditambah. Semoga engkau
tertinggal (di Mekah), sehingga beberapa kaum bisa mengambil manfaat darimu dan beberapa
kaum yang lain dirugikan oleh keberadaanmu. Ya Allah, lanjutkan hijrah sahabat-sahabatku dan
jangan Engkau kembalikan mereka ke tempat yang mereka tinggalkan. Akan tetapi, orang yang
menderita adalah Sa’d bin Khaulah.’”
Perawi berkata, “Rasulullah saw. memberikan ungkapan belasungkawa kepadanya, karena
ia meninggal dunia di Mekah.” (Muttafaq 'alaih)
Apakah aku ditinggalkan di Mekah sedang teman-temanku berangkat bersamamu ke
Madinah.
• Pelajaran dari Hadits
1. Boleh mengeluhkan sakit yang diderita jika ada
alasan yang dibenarkan, seperti untuk pengobatan
atau minta didoakan oleh orang yang shalih.
2. Boleh mengumpulkan harta dari sumber yang halal
selama kewajiban harta tersebut ditunaikan.
3. Orang yang sakit menjelang mati tidak diperbolehkan
menyedekahkan atau mewasiatkan hartanya lebih
dari sepertiga, kecuali mendapat izin dari ahli waris.
4. Amal seorang muslim akan mendapatkan pahala
sesuai niatnya.
5. Memberikan nafkah kepada keluarga akan
mendapatkan pahala ketika diniatkan untuk mencari
ridha Allah SWT.
6. Allah menilai niat yang ada
di dalam hati seseorang

• Abu Hurairah r.a., Abdurrahman bin Sakhr berkata bahwa
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya, Allah tidak melihat
tubuh dan rupamu. Akan tetapi, Dia melihat hatimu.” (Muslim)
• Pelajaran dari Hadits
1. Pahala suatu amal sesuai dengan niat dan keikhlasan orang
yang melakukannya.
2. Seorang muslim harus memperhatikan kondisi hatinya, dan
membersihkannya dari sifat-sifat yang dibenci Allah SWT.
3. Perbaikan hati harus lebih diutamakan daripada perbaikan amal
atau perbuatan.
7. Yang membedakan satu amal
dengan yang lainnya adalah niyat


• Abu Musa, Abdullah bin Qais Al-Asy’ari r.a. berkata, “Rasulullah pernah ditanya oleh
sebagian sahabatnya tentang seseorang yang berperang karena berani (sifatnya
yang pemberani), seseorang yang berperang karena fanatisme kebangsaan, dan
seseorang yang berperang karena riya’ (agar dipuji orang lain). Manakah di antara
niat tersebut yang termasuk jihad di jalan Allah?” Rasulullah saw. menjawab,
“Barangsiapa yang berperang untuk menegakkan kalimat Allah sebagai kalimat yang
paling tinggi, maka dia berada (berjihad) di jalan Allah.” (Muttafaq 'alaih)
•  Pelajaran dari Hadits
1. Allah akan melihat amal seseorang dari niatnya.
2. Keutamaan orang yang berjihad hanya terbatas bagi mereka yang berjihad untuk
menegakkan kalimat Allah.
3. Orang yang meninggal di medan jihad, diperlakukan layaknya orang yang mati
syahid, tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan, tapi langsung dikubur.
Sedangkan niatnya, diserahkan kepada Allah.

• Abu Bakrah, Nufail bin Al-Harits Ats-Tsaqafi r.a. berkata bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Apabila ada dua muslim bertemu dengan membawa pedang
(berusaha saling membunuh), maka orang yang membunuh dan yang dibunuh
masuk neraka.” Aku (Nufail) berkata, “Ya Rasulullah, si pembunuh (sudah layak
masuk neraka), sedangkan orang yang terbunuh, (mengapa ia juga masuk
neraka)?” Rasulullah menjawab, “Karena ia juga ingin membunuh temannya.”
(Muttafaq ‘alaih)
•  Pelajaran dari Hadits
1. Orang yang bertekad melakukan maksiat, dan sudah berusaha untuk
melakukannya, maka ia mendapat dosa, baik kemaksiatan tersebut sudah ia
lakukan maupun belum. Namun, jika kemaksiatan itu sekadar terlintas di
pikirannya, lintasan kemaksiatan itu tidak terhitung sebagai dosa.
2. Peringatan dari Allah kepada kaum muslimin agar tidak saling membunuh
karena hal itu akan menjadikan kaum muslimin lemah, juga mengundang
kemarahan Allah SWT.
8. Saat menunggu untuk melaksanakan
amal salih dihitung sebagai amal saleh


  •
• Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seorang
laki-laki yang melakukan shalat berjamaah (di masjid) lebih baik dua
puluh derajat dibandingkan dengan shalat yang dilakukannya di pasar
atau di rumah. Sebab, jika seseorang melakukan wudhu dengan baik,
kemudian mendatangi masjid hanya untuk shalat, maka derajatnya
akan ditinggikan satu tingkatan, dan keburukannya diampuni setiap kali
ia melangkahkan kakinya hingga ia masuk masjid. Bila ia telah masuk
masjid, ia diberi pahala sebagaimana orang yang melakukan shalat
(sekalipun dia hanya duduk), selama ia menanti shalat (berjamaah).
Para malaikat pun mendoakan seseorang, selama ia di tempat
shalatnya (ia belum meninggalkan masjid). Para malaikat itu berdoa,
‘Ya Allah, berikan rahmat kepadanya. Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah
terimalah tobatnya.’ (Doa tersebut dibaca oleh para malaikat), selama
ia tidak menyakiti (orang) dan tidak berhadats.” (Muttafaq ‘alaih)
• Pelajaran dari Hadits
1. Makruh melakukan shalat di tengah pasar karena sangat ramai
sehingga sangat besar kemungkinannya tidak khusyu’.
2. Shalat berjamaah di masjid lebih tinggi pahalanya 25, 26, atau
27 derajat daripada shalat sendirian.
3. Ikhlas tetap menjadi kunci pahala dari suatu amal.
4. Shalat adalah ibadah paling utama karena para malaikat berdoa
untuk orang yang sedang shalat.
5. Di antara tugas malaikat adalah berdoa untuk orang-orang
beriman. Allah berfirman, “(Malaikat-malaikat) yang memikul
'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih
memuji Tuhannya. Mereka beriman kepada-Nya dan
memintakan ampun untuk orang-orang yang beriman...” (Al-
Mukmin: 7)
9. Berniyat melakukan satu
kebaikan ditulis satu kebaikan
penuh

• Abul Abbas, Abdillah bin Abbas bin Abdul Muththalib r.a. berkata bahwa Rasulullah
saw. meriwayatkan dari Tuhannya SWT., “Sesungguhnya, Allah mencatat kebaikan
dan keburukan.” Kemudian Allah menjelaskan, “Barangsiapa yang bermaksud
mengerjakan kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, maka Allah yang Mahasuci dan
Mahatinggi mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia bermaksud
untuk melakukan kebaikan lalu dilakukannya, Allah mencatat baginya sepuluh
kebaikan sampai tujuh ratus lipat, bahkan berlipat-lipat. Namun, jika ia bermaksud
untuk melakukan kejelekan, lalu tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu
kebaikan penuh di sisi-Nya. Jika ia bermaksud untuk mengerjakan keburukan lalu
dikerjakan, Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.” (Muttafaq ‘alaih)
(Menyuruh para malaikat-Nya untuk mencatat kebaikan dan kejelekan).
(Karena ia tidak mengerjakan kejelekan).
• Pelajaran dari Hadits
1. Orang yang berniat melakukan kebaikan, ia diberi pahala satu
kebaikan karena tekad melakukan kebaikan adalah awal
kebaikan, dan awal kebaikan adalah kebaikan.
2. Orang yang berniat melakukan keburukan, lalu menjauhi
keburukan tersebut karena takut kepada Allah, ia diberi pahala
satu kebaikan karena niat buruk yang urung dilakukan adalah
suatu kebaikan. Allah berfirman, “...Sesungguhnya, perbuatan-
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk...” (Huud: 114)
10. Beramal dengan ikhlas menjadi
sebab dimudahkannya kesulitan


Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiga orang dari
kaum sebelum kalian berjalan-jalan hingga mereka bermalam di sebuah gua. (Tiba-tiba), sebuah batu besar jatuh dari gunung, dan
menutup pintu gua. Mereka berkata, “Tidak akan ada yang mampu menyelamatkan kita dari batu besar ini, kecuali jika kita berdoa
kepada Allah dengan amal baik kita.”
Orang pertama berkata, “Ya Allah, aku memiliki dua orang tua yang sudah lanjut usia. Aku tidak pernah mendahulukan keluarga
atau budak untuk minum susu (di sore hari) sebelum mereka berdua. Pada suatu hari, aku terlalu jauh mencari pepohonan (kayu
bakar) hingga aku tidak pulang kecuali keduanya sudah tidur. Lalu, aku memerah susu untuk mereka, tapi mereka sudah tidur.
 Aku tidak ingin membangunkan mereka, tapi aku juga tidak ingin memberikan susu itu kepada keluargaku (anak dan istri) atau
budak. Gelas itu tetap di tanganku menanti kedua orang tuaku bangun hingga fajar terbit. Padahal, anak-anak menjerit kelaparan di
kakiku. Keduanya (ayah dan ibu) bangun lalu meminum air susu itu. Ya Allah, jika perbuatanku itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka
singkirkanlah batu ini.” Batu itu pun bergeser, namun mereka belum bisa keluar.
Laki-laki yang lain berkata, “Ya Allah, sesungguhnya, aku mempunyai sepupu wanita yang sangat aku cintai.” Di dalam riwayat
lain disebutkan, “Aku sangat mencintainya, sebagaimana seorang laki-laki mencintai seorang wanita. Aku menginginkan dirinya (ingin
menggaulinya), namun dia selalu menolak. Ketika ia ditimpa paceklik, ia datang meminta bantuan kepadaku. Aku memberinya 120
dinar dengan syarat dia mau menyerahkan dirinya untukku. Dia pun setuju. Ketika aku sudah menguasainya...” Di dalam riwayat lain
disebutkan, “Ketika aku bersiap untuk menggaulinya, ia berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan kamu pecahkan tutup kecuali
dengan cara yang sah.’ Maka aku meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai. Emas (dinar) yang kuberikan
kepadanya tidak aku ambil lagi. Ya Allah, jika perbuatanku itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka berilah kami jalan keluar dari cobaan
ini.” Batu itu pun bergeser, namun mereka belum juga bisa keluar.
 
Laki-laki ketiga berkata, “Ya Allah, aku mempunyai sejumlah buruh. Aku berikan gaji mereka, kecuali satu orang. Ia pergi (begitu
saja) dan tidak mengambil gajinya. Lalu, aku kembangkan gajinya itu, hingga menjadi banyak. Beberapa tahun kemudian, ia datang
kepadaku seraya berkata, ‘Tuan, berikan gajiku (yang dulu).’ Aku berkata, ‘Semua yang kamu lihat: unta, sapi, kambing, dan budak,
adalah gajimu.’
‘Tuan, Anda jangan menghinaku.’
‘Aku tidak menghinamu.’
Lalu ia mengambil seluruhnya. Ia menggiring seluruh ternak itu dan tidak meninggalkan satu pun.
Ya Allah, jika perbuatanku itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka berikan kepada kami jalan keluar dari cobaan ini.” Batu itu pun
bergeser. Dan mereka bertiga bisa keluar.’” (Muttafaq ‘alaih)
Jangan kamu ambil keperawananku kecuali setelah pernikahan.
• Pelajaran dari Hadits
1. Anjuran untuk berdoa di waktu susah dan senang, dengan
menggunakan amal shalih sebagai perantara.
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua, dan mendahulukan mereka
daripada anak dan istri adalah perilaku yang sangat baik.
3. Anjuran untuk menjauhi perkara yang dilarang, terutama ketika mampu
menjauhinya untuk mendapatkan ridha Allah.
4. Memenuhi janji, bisa memegang amanah, dan tidak mempersulit
urusan dalam bisnis adalah perilaku yang sangat baik.
5. Doa yang didasari keikhlasan dan kesungguhan serta menjadikan amal
shalih sebagai pengantar, pasti terkabul.
6. Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat amal shalih.
 

You might also like