You are on page 1of 20

PENGANGGURAN, INFLASI,

DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH

Hermanita
STAIN Jurai Siwo Metro
E-mail : hermanita@gmail.com

Abstract
In the macro economic indicators there are three things that are a
staple of the problem. First, the problem of the deiciency in the use of
factors of production available in the economy. Second, the problem
of inlation. Inlation is an indicator of movements in the prices of
goods and services in General, simultaneously deals with the
ability of purchasing power. Inlation relects price stability, the
lower the value of an inlation the greater tendency towards price
stability. However, the problem of inlation is not only related to the
skyrocketing price of a goods and services. Inlation is also related to
the purchasing power or purchasing power of society. While the
purchasing power depends heavily upon the real wage. Inlation
is actually not too troubled if rising prices coupled with a rise in
real wages. Third, the problem is the ineficient use of the additions
of the factors of production which are in effect from year to year.
This problem causes the unemployed labor and other production
factors must continuously be thought and solved. The problem of
unemployment is becoming a scourge, especially in developing
countries like Indonesia. Developing countries are often faced with
the magnitude of the unemployment igures because of the
narrowness of the ield work and the magnitude of the
population. This problem also causes over time level of prosperity
mesyarakat is always lower than the level of prosperity that they
achieve. Therefore, this paper aims to show the circumstances
that give rise to these issues, forms of the problem, and the bad
consequences of that issue to the overall economy and the

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


individual in the economy.
Key words: Inlation, economy, government, and monetary

ADZKIYA MARET 2016


62
Abstrak
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal yang menjadi pokok
permasalahan. Pertama, masalah ketidakeisienan dalam penggunaan
faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian. Kedua,
masalah inlasi. Inlasi adalah indikator pergerakan harga-
harga barang dan jasa secara umum, secara bersamaan berkaitan
dengan kemampuan daya beli. Inlasi mencerminkan stabilitas
harga, semakin rendah nilai suatu inlasi semakin besar
kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inlasi
tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang
dan jasa. Inlasi juga berkaitan dengan purchasing power atau
daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat
bergantung kepada upah riil. Inlasi sebenarnya tidak terlalu
bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah
riil. Masalah ketiga, adalah ketidakeisienan dalam menggunakan
tambahan-tambahan faktor-faktor produksi yang berlaku dari tahun
ke tahun. Masalah ini menyebabkan pengangguran tenaga kerja
dan faktor-faktor produksi lainnya harus secara terus menerus
diikirkan dan dipecahkan. Masalah pengangguran menjadi momok
khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Negara
berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka
pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Juga masalah ini menyebabkan dari waktu ke
waktu tingkat kemakmuran mesyarakat selalu lebih rendah
daripada tingkat kemakmuran yang mereka capai. Maka dari itu,
tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan keadaan-keadaan yang
menimbulkan masalah- masalah tersebut, bentuk-bentuk dari
masalah tersebut, dan akibat- akibat buruk dari masalah itu kepada
keseluruhan perekonomian dan perorangan dalam perekonomian.
Kata kunci : Inlasi, ekonomi, pemerintah, dan moneter

Pendahuluan
Pengangguran dan inlasi merupakan masalah yang
sering dihadapi di berbagai negara terutama negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Setiap negara menghadapi
masalah yang berbeda-beda, baik masalah dalam negeri
(internal) maupun masalah negara tersebut dengan negara lain
(eksternal) namun masalah utama yang dihadapi oleh setiap
negara adalah masalah pengangguran dan inlasi. Pengangguran
merupakan masalah yang sering dihadapi oleh negara

ADZKIYA MARET 2016


Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
berkembang di mana

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor 1


64
pengangguran terjadi karena kesempatan kerja terbatas,
sehingga kelompok masyarakat yang berstatus sebagai angkatan
kerja terbagi menjadi dua yaitu kelompok bekerja dan tidak
bekerja. Untuk menghadapi masalah tersebut perlu adanya
peran nyata dari pemerintah karena masalah ini tidak dapat
sepenuhnya mengandalkan mekanisme pasar.
Inlasi menurut AP. Lerner adalah kelebihan permintaan
(excess demand) terhadap penyediaan barang-barang dalam
suatu perekonomian secara keseluruhan. 1 Inlasi dan
pengangguran memiliki hubungan berkebalikan jika inlasi tinggi
maka timgkat pengangguran akan rendah dan sebaliknya jika
inlasi rendah maka tingkat pengangguran tinggi.2 Inlasi yang
tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah permintaan lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah penawaran, pada kondisi
ini perusahaan akan menambah jumlah produksinya sehingga
banyak dibutuhkan tenaga kerja dan ini menyebabkan tingkat
pengangguran akan menurun. Sebaliknya jika inlasi rendah
maka tingkat pengganguran tinggi, inlasi yang rendah adalah
suatu kondisi di mana jumlah permintaan sedikit sedangkan
barang yang tersedia banyak, pada kondisi ini perusahaan akan
mengurangi jumlah barang yang diproduksi kemudian
berdampak pada pengurangan pegawai dan menyebabkan
pengangguran akan meningkat.
Dewasa ini banyak negara berkembang yang terjangkit
“wabah” migrasi atau gelombang perpindahan masyarakat
dari pedesaan ke perkotaan. Sebagian besar masyarakat
pedesaan berpikiran bahwa solusi untuk memperbaiki tingkat
perekonomian keluarga adalah dengan bekerja di kota. Hal yang
melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah adanya
ketimpangan yang cukup signiikan antara banyaknya
masyarakat desa yang butuh pekerjaan sementara lapangan
pekerjaan di pedesaan tidak memadai baik dari segi balas jasa
atau upah sampai dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada.
Banyak sekali dampak negatif dari migrasi antara lain dapat
menyebabkan terjadinya stagnasi produktivitas pertanian,
lonjakan pengangguran terbuka dan terselubung baik di kota

maupun di desa.
1
Cornelis Rintuh, Perekonomian Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,1995),

ADZKIYA MARET 2016


Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
h. 24.
2
Ibid., h. 35.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor


66
Pengangguran merupakan masalah ekonomi utama
yang dihadapi setiap masyarakat terutama di negara-negara
berkembang. Masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa
efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk
menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul maka
kebijakan ekonomi perlu di jalankan. Analisa pembahasan ini
bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk-bentuk masalah
pengangguran yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk
kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Di beberapa Negara terutama negara berkembang seperti
Indonesia masalah utama yang di hadapi adalah masalah
penganguran, yang menunjukan bahwa mekanisme pasar tidak
mampu untuk mengatasi masalah ini dan ahli-ahli ekonomi
berpendapat pemerintah perlu menjalankan kebijakan ekonomi
untuk mengatasinya. Tiga bentuk kebijakan pemerintah :
kebijakan iskal, moneter, dan kebijakan segi penawaran. 3 Dengan
demikian
solusiuntukmenyelesaikanpersoalanpengangguranyangdihadapi
suatu negara tergantung pada bentuk kebijakan pemerintah
yang dapat dijalankan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pembahasan
Masalah Pengangguran
Menganggur adalah orang yang masuk dalam angkatan
kerja atau usia produktif (15 sampai 64 tahun) yang sedang
mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Menganggur
tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang
yang tidak mau bekerja tidak dapat dikatakan sebagai
pengangguran. Sebab jika ia mencari pekerjaan (ingin bekerja)
mungkin dengan segera mendapatkannya.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak
ingin bekerja sudah memiliki kecukupan materi misalnya
memiliki deposito yang berjumlah milyaran rupiah sehingga dari
bunga deposito saja seseorang tadi sudah bisa memenuhi
kebutuhan

3
Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,
ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
2000), h. 253.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor


68
hidupnya, bisa juga ibu-ibu yang tidak ingin bekerja disebabkan
lebih ingin mengurus anak dan rumah tangga serta penghasilan
suami yang sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangganya.
Berdasarkan sebab terjadinya pengangguran dapat
dibedakan menjadi:
1. Pengangguran Friksional (Frictional Uneempliyment)
Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai
akibat dari kemampuan memperoleh pekerjaan,
melainkan sebagai akibat dari keinginan untk mecari
kerja yang lebih baik. Di dalam proses mencari kerja
yang lebih baik itu ada kalanya mereka harus
menganggur, namun pengangguran ini tidak serius
karena hanya bersifat sementara saja.
2. Pengangguran Struktural (structural unemployment)
Dikatakan sebagai pengangguran struktural
karena sifatnya yang mendasar. Pencari kerja tidak
mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk
lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam
perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi
dan rumitnya proses produksi dan atau teknologi
produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga
kerja yang semakin tinggi pula. Dilihat dari sifatnya,
pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding
pengangguran friksional. Selain membutuhkan dana
yang besar juga waktu yang cukup lama. Bahkan di
Indonesia pengangguran struktural merupakan masalah
besar dimasa yang akan datang jika tidak ada perbaikan
kualitas SDM.
3. Pengangguran Siklis (cyclical unemployment)
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-
perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pada
waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran
perusahaan-perusahaan harus mengurangi kegiatan
memproduksi. Dalam pelaksanaanya berarti jam kerja
dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan dan
sebagian tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian,
kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan

ADZKIYA MARET 2016


Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah

tingkat pengangguran.
4. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran ini berkaitan erat dengan
luktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama
terjadi di sektor pertanian. Misalnya, di luar musim
tanam dan panen, petani umumnya menganggur, sampai
menunggu musim tanam dan panen beikutnya.4
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dapat pula
digolongkan sebagai berikut:
1. Pengagguran tersembunyi yaitukeadaan pengagguran
yang tidak secara nyata dapat dilihat dan berlaku pada
kegiatan yang jumlah pekerjaan melebihi dari yang
diperlukan.
2. Pengagguran bermusim yaitu pengangguran yang tidak
berlaku sepanjang waktu tetapi hanya terjadi ketika
kegiatan ekonomi yang dijalankan sedang dalam keadaan
tidak sibuk atau sedang tidak menjalankan sembarang
kegiatan.
3. Setengah menganggur (underploymen) yaitu tenaga kerja
yang melakukan kerja-kerja atau jam kerja yang lebih
rendah dari masa kerja yang lazim dilakukan dalam
sehari atau seminggu.5
Dampak Terjadinya Pengangguran
Dampak terjadinya Pengangguran Bagi Perekonomian
Negara dan masyarakat:
1. Dampak bagi perekonomian negara, yaitu:
a. Penurunan pendapatan perkapita.
b. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari
sektor pajak.
c. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah.
2. Bagi Masyarakat, yaitu:
a. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
b. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan,
karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
4
Pratama hardja dan Mandala Manulung, Pengantar Ilmu Ekonomi,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008), h. 379.
5
Tulus T.H Tambunan, Perekonomian Indonesia Beberapa masalah penting,
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor
70
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2001). h. 94.

ADZKIYA MARET 2016


Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah

c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial


dan politik.6
Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi
Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan
berbagai cara untuk mengatasinya yang disesuaikan dengan
jenis pengangguran yang terjadi.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat
dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi
yang kekurangan.
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi
formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang
mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional Untuk mengatasi
pengangguran secara Friksional antara lain dapat digunakan cara-
cara sebagai berikut:
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan
industri-industri baru, terutama yang bersifat padat
karya.
2. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti
home industri.
3. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap
tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
4. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah,
seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA,
dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara
langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari
kalangan swasta.
Cara mengatasi pengangguran musiman jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di

6 Gregory Grossoman, Sistem-Sistem Ekonomi, (Jakarta, Bumi Aksara,


2004), h. 203.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor


72
sektor lain, dan
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk
memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara Mengatasi Pengangguran Siklis Untuk mengatasi
pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara
sebagai berikut :
1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang
dan jasa, dan
2. Meningkatkan daya beli masyarakat.7
Rumus Cara Menghitung Tingkat Pengangguran
Perbandingan diantara jumlah angkatan kerja yang
menganggurdenganangkatankerjakeseluruhannyadisebut tingkat
pengangguran. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada
suatu wilayah bisa didapat dari persentase membagi jumlah
pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.8
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran x 100%
Jumlah Angkatan Kerja
Masalah Inlasi
Inlasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus menerus.9 Ini tidak berarti bahwa
harga- harga berbagai macam barang itu naik dengan dengan
persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan harga
tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan
harga umum barang secara terus menerus selama satu periode
tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun
dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan
inlasi.
Berdasarkan kepada sumber yang penyebabnya, masalah
inlasi dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu:
1. Inlasi tarikan permintaan yaitu inlasi yang terjadi
pada masa perekonomian berkembang dengan pesat.

7
Faisal Bahri, Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan Bagi
Kebangkitan Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 224.
8
Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
h. 255.
9
Sadono sukirno. Makro Ekonomi, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2006),
h. 333.

ADZKIYA MARET 2016


Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah

Menciptakan tingkat pendapatan yang tinngi dan


selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
2. Inlasi desakan biaya yaitu berlaku dalam masa
perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat
penganggura adalah sangat rendah.
3. Inlasi di impor yaitu bersumber dari kenaikan harga-
harga barang yang diimpor.10
Macam-Maam Inlasi
Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya, yaitu:
1. Inlasi Ringan
Inlasi ringan atau inlasi merangkak (creeping
inlation) adalah inlasi yang lajunya kurang dari
10% per tahun, inlasi seperti ini wajar terjadi pada
negara berkembang yang selalu berada dalam proses
pembangunan.
2. Inlasi Sedang
Inlasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar
antara 10% sampai 30% per tahun. Tingkat sedang ini
sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi. Perlu
diingat laju inlasi ini secara nyata dapat dilihat gerak
kenaikan harga. Pendapatan riil masyarakat terutama
masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh,
mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila
dibandingkan dengan kenaikan harga.
3. Inlasi Berat
Inlasi berat adalah inlasi yang lajunya antara 30%
sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.
Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang
memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
4. Inlasi liar (hyperinlation)
Inlasi liar adalah inlasi yang lajunya sudah
melebihi dari 100% per tahun. Inlasi ini terjadi bila
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan
10
Ibid.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor


74
nilai uang terus merosot disebut inlasi yang tidak
terkendali (hyperinlastion).11
Dampak Inlasi
Inlasi merupakan suatu gejala buruk yang dapat
mengganggu kestabilan ekonomi . Ada beberapa masalah yang
akan muncul, apabila terjadinya inlasi:
1. Menurunya Tingkat Kesejahteraan Rakyat
Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya
diukur dengan tingkat daya beli pendapatan yang
diperoleh. Inlasi menyebabkan daya beli pendapatan
makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang
berpenghasilan kecil dan tetap.
2. Makin Buruknya Distribusi Pendapatan
Dampak buruk inlasi terhadap tengkat
kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat
pendapatan lebih tinggi. Tetapi pada kenyataannya,
ketika inlasi mengalami pertumbuhan, banyak
masyarkat yang tidak dapat menaikan tingkat
pendapatanya. Sehingga kekuatan ekonomi mreka akan
menurun
3. Terganggunya Stabilitas ekonomi
Inlasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan
merusak perkiraan masa depan para pelaku ekonomi.
Bagi konsumen yang berpendapatan besar, mereka akan
membeli barang dan jasa dalam jumlah yang besar,
karena mereka berasumsi bahwa harga barang dan jasa
akan naik lagi. Sedangkan konsumen berpenghasilan
kecil, semakin hari akan mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya karena harga semakin
naik.12
Bagi produsen inlasi dapat menguntungkan
bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari pada
kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen
akan terdorong untuk melipat gandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila
inlasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada
11
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 85.
ADZKIYA MARET 2016
Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah
12
Sri Adiningsih, Ekonomi Makro,(Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 48.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor


76
akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan
untuk meneruskan produksinya.
Produsen bisa menghentikan produksinya untuk
sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju
inlasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut
(biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Kebijakan Pemerintah Untk Mengatasi Inlasi dan
Pengangguran
1. Kebijakan Pemerintah
a. Kebijakan untuk mengatasi masalah pengangguran
1). Kebijakan Fiskal
Kebijakan iskal untuk mengatasi masalah
pengangguran dengan mengurangi pajak dan menambah
pengeluaran pemerintah. Pada saat tarif pajak dikurangi,
masyarakat akan cenderung memegang uang yang bisa
digunakan untuk modal dalam berusaha.
2). Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter untuk mengatasi masalah
pengangguran dengan cara menambah penawaran uang,
mengurangi/menurunkan suku bunga dan menyediakan
kredit khusus untuk sektor/ kegiatan tertentu.
3). Kebijakan segi penawaran
Kebijakan segi penawaran dengan cara mendorong
lebih banyak investasi, mengembangkan infrastruktur,
meningkatkan eisiensi administrasi pemerintahan,
memberi subsidi dan menggunakan pajak perusahaaan
dan individu.
b. Kebijakan Untuk Mengatasi Masalah Inlasi
1). Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter untuk mengatasi masalah
inlasi adalah :
a). Politik Pasar Terbuka
Politik pasar terbuka adalah suatu
kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank
sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti
obligasi pemerintah kepada masyarakat (SBI).
dengan demikian maka jumlah uang beredar di
tangan

ADZKIYA MARET 2016


Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah

masyarakat berkurang dan sebagai gantinya


bertambah obligasi pemerintah.
b). Menaikan Tingkat Bunga Diskonto
Dengan menaikan tingkat bunga diskonto
oleh bank sentral maka hal ini akan menyebabkan
keinginan badan-badan kredit seperti bank umum
untuk mengadakan pinjaman guna memenuhi
permintaan masyarakat berkurang, sehingga hal
ini juga mengurangi besarnya pinjaman kredit dari
bank umum berkurang yang kemudian secara
tidak langsung akan mengurangi laju inlasi.
2.) Kebijakan Fiskal
a). Mengurangi Pengeluaran Pemerintah
Dengan melakukan kebijakan iskal melalui
upaya pengeluaran pemerintah maka hal ini juga
dapat mengurangi laju inlasi, karena semakin
sedikit biaya yang dikeluarkan pemerintah akan
menyebabkan jumlah uang beredar yang ada di
masyarakat akan semakin berkurang sehingga
paling tidak laju inlasi dapat ditekan.
b). Menaikan Pajak
terlalu besar akan menyebabkan terjadinya
inlasi, maka dengan menaikan pajak diharapkan
penghasilan seseorang akan berkurang, sehingga
jumlah uang beredar pun ikut berkurang yang
pada akhirnya akan berdampak pada penurunan
laju inlasi.
c). Mengadakan Pinjaman Pemerintah
Upaya mengadakan pinjaman tersebut
sebagian dari gaji pegawai dan buruh dipotong
untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah
selama jangka waktu tertentu, sehingga jumlah
uang beredar yang ada di masyarakat pun juga ikut
berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan
tingkat inlasi.13

13
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, (Jakarta: Raja Graindo, 2006), h. 345.

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor


78
Simpulan
Pengangguran dan inlasi adalah dua masalah ekonomi
utama yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua masalah
ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa efek buruk yang
bersifat ekonomi, politik dan sosial. Pengangguran adalah
keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi oleh segolongan tenaga
kerja, yang telah berupaya mencari pekerjaan, tetapi tidak
memperolehnya. Kemudian pengangguran terbuka yang
dibedakan menjadi empat bagian yaitu pengangguran struktual,
pengangguran siklis, pengangguran friksional, dan
pengangguran musiman. Berdasarkan kepada sumber yang
menyebabkannya, masalah inlasi dibedakan menjadi tiga bentuk,
yaitu : inlasi tarikan permintaan, inlasi desakan biaya dan inlasi
di impor. Secara kontinyu kebijakan pemerintah diperlukan
untuk menjaga kestabilan harga-harga dan mengurangi tingkat
pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan
pemerintah tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu
kebijakan iskal, kebijakan moneter dan kebijakan segi
penawaran. Alat yang digunakan untuk kebijakan iskal adalah
mengubah pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan
gabungan dari keduanya. Kebijakan moneter dijalankan dengan
mempengaruhi penawaran uang dan suku bunga. Sedangkan
kebijakan segi penawaran terutama bertujuan untuk
meningkatkan eisiensi kegiatan ekonomi dan mendorong lebih
banyak investasi yang akan memindahkan kurva penawaran
agregat AS ke kanan atau ke bawah.

DAFTAR PUSTAKA

Cornelis Rintuh, Perekonomian Indonesia,(Yogyakarta:


Liberty,1995).
Faisal Bahri, Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan Bagi
Kebangkitan Indonesia, (Jakarta, Erlangga, 2002).
Gregory Grossoman, Sistem-Sistem Ekonomi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004).
Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2000).

ADZKIYA MARET 2016


Pengangguran, Inlasi, dan Kebijakan Pemerintah

Pratama hardja dan Mandala Manulung, Pengantar Ilmu Ekonomi,


(Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008).
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga,
(Jakarta: PT Raja Graindo Persada,2010).
Sadono sukirno, Makro Ekonomi, (Jakarta: Raja Graindo
Persada, 2006).
Sri Adiningsih, Ekonomi Makro,(Yogyakarta: BPFE,1999).
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011).
Tulus T.H Tambunan, Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah
Penting, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2001).

Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 04 Nomor

You might also like