You are on page 1of 9

Rekonsiliasi Fiskal

A. Rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal


Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda
dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai dengan
ketentuan pajak. Rekonsilisasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan
penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut
perpajakan (fiskal). Laporan keuangan komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi
dan keadaan finansial dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan
untuk menghitung pajak. Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan
prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan
penghasilan dan biaya.
Jika suatu entitas (Wajib Pajak) harus menyusun dua laporan keuangan yang berbeda,
maka disamping terdapat pemborosan waktu, tenaga, dan uang juga akan terjadi tidak
tercapainya tujuan menghindari manipulasi pajak. Menurut Bambang Kesit (2001), untuk
mengatasi masalah tersebut digunakan beberapa pendekatan dalam penyusunan laporan
keuangan fiskal, yaitu:

1. Laporan keuangan fiskal disusun secara beriringan dengan laporan keuangan komersial.
2. Laporan keuangan fiskal ekstrakomtabel dengan laporan keuangan bisnis.
3. Laporan keuangan fiskal disusun dengan menyisipkan ketentuan-ketentuan pajak dalam
laporang keuangan bisnis.

Untuk menjembatani adanya perbedaan tujuan kepentingan laporan keuangan


komersial dengan laporan keuangan fiskal serta tercapainya tujuan efisiensi maka lebih
dimungkinkan untuk menetapkan pendekatan yang kedua. Perusahaan hanya
menyelenggarakan pembukuan menurut akuntansi komersial, tetapi apabila akan menyusun
laporan keuangan fiskal barulah menyusun rokonsiliasi terhadap laporan keuangan komersial
tersebut.

B. Beda Permanen dan Temporer


Perbedaan penghasilan dan biaya/pengeluaran menurut akuntansi dan menurut fiskal
dapat dikelompokkan menjadi beda tetap/ permanent (permanent differences) dan beda
waktu/sementara (timing differences).
1.     Beda Tetap/ Permanen
Adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban berdasarkan ketentuan
perpajakan yang berlaku dengan Standar Akuntansi Keuangan yang bersifat permanen.
Artinya penghasilan atau biaya yang demikian tidak akan diakui untuk selamanya dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak. Contoh: pemberian kenikmatan/ natura
kepada karyawan, sumbangan, biaya jamuan makan,pendapatan bunga, pembayaran
dividen.
Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya
menurut akuntansi dengan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang
diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya.
Beda tetap dengan laba kena pajak menurut fiskal (taxable income).
Beda tetap biasanya timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-hal
berikut dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak:
a. Penghasilan yang telah dikenakan PPh final (pasal 4 ayat 2 UU PPh)
b. Penghasilan yang bukan Objek pajak (pasal 4 ayat 3 UU PPh)
c. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta pengeluaran yang sifat
pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran (pasal 9 ayat 1 UU
PPh).
Beda Tetap (Permanen) terdiri dari:
a. Beda Tetap Penghasilan
1.     Penerimaan menurut PSAK merupakan penghasilan tetapi menurut Undang –
Undang Pajak Penghasilan (PPh) bukan penghasilan. Contoh: Dividen atau bagian
laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam
negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat :
 Dividen berasal dari cadangan laba ditahan
 bagian perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Milik Daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal disetor dan harus mempunyai
usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut.
2.      Penerimaan yang menurut SAK bukan merupakan penghasilan tetapi menurut UU
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan penghasilan. Contohnya: penerimaan hibah
atau bantuan dari pihak-pihak yang ada hubungan istimewa.
3.      Penghasilan yang dikenakan pemungutan pajak bersifat final.
b.   Beda Tetap Biaya
Pengeluaran yang menurut PSAK merupakan beban tetapi menurut UU PPh tidak
boleh dikurangi penghasilan bruto.
 Biaya yang tidak ada hubungan langsung untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, .
 Biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh
Final
 Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh .
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang – undangan dibidang
perpajakan.
 Kerugian karena penjualan/pengalihan aktiva dan/atau hak yang dimiliki yang
tidak dipergunakan dalam kegiatan usaha dan dalam rangka mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
 PPh Pasal 21 dan 26 yang ditanggung oleh pemberi penghasilan kecuali dalam
menghitungnya menggunakan metode groos up.
c.   Beda Tetap yang disebabkan tidak dipenuhi syarat-syarat khusus
Yaitu suatu penghasilan atau biaya baru akan diakui berbeda sepanjang tidak
memenuhi syarat – syarat pengakuannya dalam ketentuan perpajakan. Namun jika
memenuhi ketentuan perpajakan maka perbedaan yang timbul dalam pengakuan
menurut fiskal akan menjadi hilang dan pengakuannya akan sama dengan pengakuan
menurut prinsip akuntansi. contoh:
1. Biaya perjalanan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya
perjalanan pegawai perusahaan untuk kepentingan perusahaan yang dilengkapi
dengan bukti – bukti yang sah, misal: surat tugas, tiket, kwitansi hotel, atau
pembayaran ke biro perjalanan. Uang saku dalam perjalanan dinas merupakan
objek PPh Pasal 21 dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
2. Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya
promosi yang didukung bukti pemuatan iklan, pembuatan barang – barang promosi
harus dibedakan dengan sumbangan.
3. Biaya Entertaiment yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya
entertainment yang benar dikeluarkan ada hubungannya dengan kegiatan usaha
Wajib Pajak dan dibuatkan daftar normative (dilampirkan di SPT Tahunan PPh).
Isi daftar normatif meliputi: Nomor urut, Tanggal, Nama Tempat, Alamat, Jenis
dan Jumlah Entaiment yang diberikan, serta Nama, Posisi, Nama Perusahaan dan
Jenis Usaha Relasi yang dijamu.
4. Biaya penelitian dan pengembangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto adalah usaha yang dilakuakan di Indonesia.
5. Kerugian piutang usaha kecuali Bank dan Sewa Guna Usaha (SGU), piutang yang
dapat dihapuskan adalah piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih dan
dibuatkan daftar normative (dilampirkan di SPT Tahunan PPh).
6. Beda Tetap yang disebabkan praktek – praktek akuntansi yang tidak sehat:
 Keperluan pribadi pemilik atau pemegang saham dan keluargannya yang dibayar
perusahaan dan dibukukan sebagai beban usaha.
 Keperluan pribadi pegawai perusahaan yang dibayar perusahaan dan dibukukan
sebagai beban usaha.
2.      Beda Waktu / Sementara
Adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban tertentu menurut Standar Akuntansi
Keuangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Perbedaan ini menyebabkan
pergeseran pengakuan pendapatan atau beban antara satu tahun pajak ke tahun pajak
lainnya. Contoh : penyusutan aktiva tetap, pengakuan terhadap piutang dan persediaan.
Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan yang dipakai antara pajak dengan
akuntansi dalam hal:
1.      Akrual dan realisasi
2.      Penyusutan dan amortisasi
3.      Penilaian persediaan
4.      Kompensasi kerugian fiskal
Contoh Beda Waktu/Sementara:
1. penyusutan/amortisasi
2. penilaian persediaan
3. Rugi laba selisih Kurs
4. Rugi laba atas penyertaan saham
5. Kerugian piutang kecuali bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan utnuk
usaha asuransi, cadangan reklamasi usaha pertambangan.
6. Tagihan atau hutang dalam valuta asing
7. Harta berwujud dan tidak berwujud
8. Biaya pendirian dan perluasan usaha
9. Biaya sebelum produksi komersial
10. Biaya dibayar dimuka jangka panjang
11. Pencadangan kewajiban bersyarat atau cadangan lain
12. Pengakuan pengahasilan dan biaya atas proyek jangka panjang
13. Hak penambangan dan hak pengusaha hutan.

C. Koreksi Positif dan Negatif


Dengan adanya beda waktu dan beda tetap laporan keuangan komersial harus dikoreksi
terlebih dahulu untuk menghitung penghasilan kena pajaknya. Koreksi ini disebut
koreksi fiskal yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1) Koreksi Positif    
Koreksi positif yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan kena pajak secara
fiskal bertambah, yang selanjutnya berdampak memperbesar nilai pajak penghasilan
yang terutang.
Koreksi Positif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal bertambah. Koreksi positif
biasannya dilakukan akibat adanya:
 Beban yang tidak diakui oleh pajak (non-deductible expense)
 Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal
 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal
 Penyesuaian fiskal positif lainnya
2)    Koreksi Negatif
Koreksi negatif yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penghasilan kena pajak secara
fiskal menjadi berkurang yang selanjutnya berdampak memperkecil penghasilan kena
pajak.
Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya:
 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
 Penghasilan yang dikenakan PPh final
 Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
 Penyesuaian fiskal negatif

CONTOH

Data Laporan Rugi Laba PT.Empat Sekawan untuk tahun 2008 adalah :
01. Penjualan Rp. 3.000.000.000
02. Diskon Penjualan Rp. 100.000.000
03. Retur Penjualan Rp. 45.000.000
04. Pembelian Rp. 2.000.000.000
05. Biaya Angkut Masuk Rp. 23.000.000
06. Diskon Pembelian Rp. 70.000.000
07. Retur Pembelian Rp. 55.000.000
08. Beban Gaji dan Tunjangan Rp. 190.000.000
09. Uang Lembur Rp. 10.000.000
10. Uang Penggantian Pengobatan Rp. 17.000.000
11. Baju Seragam Rp. 12.900.000
12. Beban Umum & Administrasi Rp. 32.500.000
13. Beban Penjualan Rp. 16.400.000
14. Beban Kendaraan Rp. 12.800.000
15. Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp. 21.600.000
16. Penyusutan Gedung Kantor Rp.30.000.000
17. Penyusutan Peralatan Rp.8.000.000
18. Penyusutan Kendaraan Rp.30.000.000
19. Penyusutan Inventaris R.10.000.000
20. Bea Meterai Rp. 1.800.000
21. Pajak Reklame Rp.11.600.000
22. Beban Bunga Rp. 8.300.000, sudah sesuai dengan fiskal
23. Beban Promosi Rp. 27.500.000
24. Upah Borongan Rp. 5.400.000
25. Penghasilan Bunga Deposito Rp. 14.000.000 bruto, tariff 20% Final
26. Penghasilan Deviden Rp. 17.000.000,neto, tariff 15% Tidak Final (penyertaan saham
20%)

Informasi Tambahan :
a. Persediaan awal sebesar Rp. 167.000.000, komersial sesuai dengan fiscal
b. Persediaan akhir barang dagangan (komersial) sebesar Rp. 152.000.000 termasuk
didalamnya barang rusak sebesar Rp. 8.500.000
c. Beban Gaji dan Tunjangan, termasuk didalamnya pemberian sembako kepada karyawan
seharga Rp. 12.500.000
d. Baju seragam terdiri dari seragam pegawai kantor Rp. 8.000.000 sisanya seragam
satpam.
e. Beban Penjualan meliputi beban penjualan dalam rangka survey pasar sebesar Rp. Rp.
13.000.000, sedangkan sisanya adalah biaya pembuatan kartu undangan pernikahan
kepala bagian.
f. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat dibayar adalah sebesar Rp. 15.000.000
g. Gedung Kantor diperoleh seharga Rp.900.000.000 umur 30 tahun sedangkan fiskal
kelompok bangunan permanent.
h. Peralatan dibeli tanggal 1 Mei 2007 seharga Rp. 65.000.000 dengan nilai sisa sebesar Rp.
5.000.000 umur ekonomis 5 tahun dengan menggunakan metode garis lurus. Fiskal
menggunakan saldo menurun, kel. 2
i. Kendaraan dan Inventaris masing-masing dibeli dengan harga Rp. 120.000.000 dan Rp.
40.000.000 pada tanggal 1 Januari 2007. Keduanya sama-sama menggunakan metode
saldo menurun dengan umur ekonomis yang sama pula, yaitu 8 tahun. Sedangkan untuk
kepentingan fiskal dilaporkan dengan menggunakan garis lurus dengan ketentuan
kendaraan, aktiva kel.2 dan inventaris aktiva, kel.1.
j. Pada tanggal 22 Januari 2008 diterima STP PPh pasal 25 untuk bulan Oktober,
Nopember dan Desember sebesar Rp. 24.000.000 dengan sanksi admimintrasi sebesar
Rp. 960.000. PPh pasal 25 bulan Januari s/d September 2007 sudah dibayar lunas.
k. PPh pasal 22 dan PPh pasal 23 masing-masing sebesar Rp. 5.000.000 dan Rp. 3.000.000.
Diminta :
1. Buatlah Rekonsiliasi Fiskal untuk PT Empat Sekawan tahun 2008
2. Hitunglah PPh Kurang/Lebih Bayar ( PPh pasal 29 )
3. Hitunglah PPh Pasal 25/bulan untuk tahun 2009

KUNCI JAWABAN REKONSILIASI FISKAL

 KOMERS  NEGATI
DESKRIPSI IAL  POSITIF F  FISKAL

              
3,000,000, 3,000,000,0
Penjualan 000 00
            
100,000,00          
Diskon Penjualan 0 100,000,000
                          
Retur Penjualan 45,000,000 45,000,000
              
2,855,000, 2,855,000,0
Penjualan Neto 000 00

            
167,000,00          
Persediaan awal 0 167,000,000
              
2,000,000, 2,000,000,0
Pembelian 000 00
                          
Diskon Pembelian 70,000,000 70,000,000
                          
Retur Pembelian 55,000,000 55,000,000
                
1,875,000, 1,875,000,0
000 00
Biaya angkut                           
masuk 23,000,000 23,000,000
                
1,898,000, 1,898,000,0
Pembelian neto 000 00
              
Barang Tersedia 2,065,000, 2,065,000,0
untuk dijual 000 00
            
152,000,00                   
Persediaan akhir 0 8,500,000 143,500,000
                  
Harga Pokok 1,913,000, 1,921,500,0
Penjualan 000 00
           
        
942,000,00
933,500,000
LABA KOTOR 0

Beban Operasional
                         
Beban Gaji & 190,000,00 12,500,00
177,500,000
Tunjangan 0 0
                            
Uang lembur 10,000,000 10,000,000
Uang Penggantian                             
Pengobatan 17,000,000 17,000,000
                                          
Baju Seragam 12,900,000 8,000,000 12,900,000
Beban Umum dan                            
Administrasi 32,500,000 32,500,000
                                          
Beban Penjualan 16,400,000 3,400,000 13,000,000
                            
Beban Kendaraan 12,800,000 12,800,000
Cad.Piutang Tak                                           
Tertagih 21,600,000 6,600,000 15,000,000
       
           
Penyusutan Gedung                15,000,00
45,000,000
Kantor 30,000,000 0
Penyusutan                                          
Peralatan 8,000,000 5,541,666 13,541,666
            
            
Penyusutan                15,000,00
15,000,000
Kendaraan 30,000,000 0
Penyusutan                             
Inventaris 10,000,000 10,000,000
                                
Bea Meterai 1,800,000 1,800,000
                              
Pajak Reklame 11,600,000 11,600,000
                              
Beban Bunga 8,300,000 8,300,000
                           
Beban Promosi 27,500,000 27,500,000
                              
Upah Borongan 5,400,000 5,400,000
           
         
445,800,00
428,841,666
Total Biaya 0
           
         
445,800,00
428,841,666
Total Biaya 0
           
        
496,200,00
504,658,334
Penghasilan Usaha 0

Penghasilan luar
usaha :
       
                        
                14,000,00
      -
Penghasilan Bunga 14,000,000 0
Penghasilan                             
Dividen 17,000,000 17,000,000
Total Penghasilan                             
luar usaha 31,000,000 17,000,000
PKP       521,658,334
527,200,00
0

Pembulatan   521,658,000

 koreksi positif bukan menjumlahkan antara angka nominal yang ada di kolom komersial
dengan angka nominal di kolom positif.
 Koreksi negative bukan mengurangi antara angka nominal yang ada di dalam kolom
komersial dengan angka nominal di kolom negatif.

You might also like