You are on page 1of 13

Penelitian

ASIMILASI NILAI KEKELUARGAAN LINTAS ETNIK

Wanto Rivaie*

Abstract

Indonesian people comprises of a lot of ethnic groups and some of them stay and live together sharing
the same area. As each of the ethnic groups has specific culture and value, this research wanted to know
how the value of family relationship assimilated across the ethnic groups, particularly among Dayaks,
Melayunese, and Javanese transmigrants in Rasau Jaya village, Kubu Raya District, West Kalimantan.
The research conducted in 2010 aimed at identifying, describing, and analyzing the cross ethnic
assimilation process of the family relationship value. To meet the purpose of the research, analysis model
based on Peter Blau’s theory was employed and descriptive naturalistic method was used. The data were
collected by using interview, structured observation, and document study techniques. The result of the
research indicates that cross ethnic assimilation of family relationships value are done through value
transformation and implementation, family union, appropriate moral value, democracy, togetherness,
and solidarity. Various ethnic cultural backgrounds do not hinder the establishment of harmonious life of
the ethnic groups. Based on the findings, the research provides a set of recommendations for the policy
makers and further research.

Keywords: assimilation, family-relationship value, ethnic groups, transformation

Abstrak

Bangsa Indonesia terdiri dari multietnik dan beberapa etnik hidup bersama di satu daerah dengan latar
belakang budaya yang berbeda. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana terjadi asimilasi nilai
kekeluargaan lintas etnik khususnya transformasi nilai kekeluargaan Dayak, Melayu, dan transmigran
Jawa di Desa Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Penelitian yang dilakukan tahun
2010 bertujuan mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan menganalisis proses asimilasi nilai
kekeluargaan lintas etnik tersebut. Model analisis yang digunakan adalah teori Blau dan metode
penelitian ini adalah deskriptif-naturalistik dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara mendalam, pengamatan/observasi terstruktur, dan dokumentasi.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa proses asimilasi nilai-nilai kekeluargaan lintas etnik tersebut,
melalui transformasi dan implementasi nilai, persatuan keluarga, nilai moral yang baik, musyawarah
dan mufakat, kekerabatan dan solidaritas atau murah hati, telah berlangsung, dan terwujud dengan
harmoni tanpa kendala yang berarti. Perbedaan-perbedan latar belakang kebiasaan, adat dan budaya,
serta falsafah masing-masing etnik, tidak menjadikannya sebagai hambatan yang berarti. Kesamaan
pemikiran yang ada, merupakan energi potensial dalam memperkokoh proses asimilasi lintas etnik
antara Dayak, Melayu, dan Jawa. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pembuat kebijakan,
pengguna hasil penelitian ini, serta penelitian lebih lanjut.

Kata-kata Kunci: asimilasi, nilai kekeluargaan, etnik

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah waktu ke waktu. Rasau Jaya sebagai desa transmigran
Proses asimilasi nilai kekeluargaan dalam dari Jawa Timur sejak dibukanya pada tahun 1973
masyarakat multikultur seperti yang ada dan hidup di sampai saat ini belum pernah terjadi konflik dengan
berbagai daerah di Indonesia, mengalami fluktuasi dari kekerasan. Dengan kata lain, desa ini mampu menjaga
dinamika sosial yang akhir akhir ini sering mengalami
* Dosen Pendidikan Sosologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan Barat fragmentasi antarkelompok maupun etnik. Beberapa

93 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011


Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

hal lain yang patut dicatat di sini adalah desa tersebut dipakai sebagai sebuah ukuran atau sebuah tongkat
kini mengalami perubahan yang signifikan terutama pengukur yang paling mendasar untuk mengetahui jarak
dalam hal berdirinya berbagai lembaga pemerintahan, sosial di antara kelompok-kelompok yang hidup dalam
lembaga pendidikan dan lembaga sosial dan masyarakat, dan dengan menggunakan alasan-alasan
keagamaan disamping adanya pembangunan fisik desa yang rasional. Tidak hanya sebatas itu, perkawinan
tersebut yang telah mengalami perubahan secara antaretnik juga merupakan sebuah simbol dari suatu
sangat berarti (Kades, 2010: 15). proses sosial yang menunjukkan adanya sesuatu yang
Masyarakat modern saat ini dibangun dengan mewakili penerimaan dari luar ke dalam kelompok yang
prinsip-prinsip rasionalitas, individualitas dan progre- lebih intim dan suci daripada suatu tempat bekerja atau
sivitas, agar menjadi manusia yang kompetitif. Dengan lingkungan tempat tinggal dari sebuah masyarakat.
demikian, harus meninggalkan nilai-nilai spiritualitas, Tetapi pernikahan itu sendiri adalah lembaga sosial
komunalitas, dan harmoni. Hal itu karena masyarakat yang unik dan mempunyai sanksi hukum untuk pro-
modern sangat mengandalkan kompetisi terhadap kreasi dan kemampuan untuk beranak (childbearing).
siapapun, sehingga manusia satu dengan yang lain Karena identitas ras dan etnis dan perbedaan yang
ibarat serigala dengan serigala homo homini lupus diciptakan kembali dan direproduksi atau ditemukan
(Hobbes, dalam Sofyan S., 2010:11-12), atau meng- kembali dalam proses melahirkan anak. Kehadiran
anggap orang lain sebagai neraka (Sartre, 1936: 89). pasangan yang kawin bisa mewakili tantangan yang
Memandang manusia lain sebagai pesaing, atau unik tentang batas sosial antara kelompok orang tua
sebagai musuh telah diajarkaan sedemikian kuat dalam dengan kelompok sosial yang lain.
masyarakat modern. Tidak adanya perkawinan antara dua kelompok
Ketika seseorang memasuki pendidikan formal etnik dapat mewakili dan mereproduksi adanya
mulai diajarkan menjadi manusia individual dengan penghalang/jarak sosial di antara kelompok yang ada.
diperkenalkan bahwa ada tipe-tipe masyarakat yaitu Menurut Gordon (1964: 61) tentang asimilasi klasik
masyarakat paguyuban dan masyarakat patembayan. dalam kehidupan masyarakat Amerika, ketika sebuah
Paguyuban dianggap perkumpulan yang hanya grup baru mulai untuk menikahi sepenuhnya dan bebas
mengandalkan nilai-nilai emosional dan kekerabatan. dengan kelompok sosial dominan yang asli, maka
Sementara masyarakat patembayan diangap manusia semua bentuk asimilasi sosial budaya akan selalu
rasional yang berkumpul berdasarkan kepentingan mengikuti. Akhirnya, lamanya suatu perpecahan
tertentu. Perkumpulan ini tidak didasari atas rasa antaretnik dan kelompok sosial di antara kelompok akan
emosi, cinta kasih, tetapi atas dasar kepentingan dan secara berangsur menghilang. Tetapi hal ini, oleh
fungsi-fungsi yang sangat rasional. Hal ini dianggap keilmuan modern disalahpahami sebagai paham
sebagai bentuk komunitas terbaik. organisme yang berdasarkan pada Darwinisme sosial.
Dari situ kemudian beralih ke nilai kekeluargaan, Padahal, ini merupakan nilai kekeluargaan, nilai-nilai
dimana lazimnya terjadi berdasarkan ikatan cinta kasih, komunal tempat bersemayamnya solidaritas dan cinta
saling percaya, dan gotong royong, semakin hari sema- kasih antara manusia.
kin menipis, ditiadakan, sehingga filsafat Jawa yang Di Amerika Serikat, sekarang hanya 25% dari
menunjukkan tingginya komitmen sosial yang diung- anak-anak tinggal dalam keluarga dengan orang tua
kapkan dalam kata hikmah ”mangan ora mangan konvensional. Anak-anak menderita, kerusakan terbesar
ngumpul”, merupakan nilai komitmen dan perjuangan berasal dari keluarga berantakan. Semua cerita ini tidak
yang tidak kenal menyerah, justru dianggap sebagai tragis tetapi ketika melihat informasi sebagai agregat,
kepasrahan. Padahal kata-kata itu merupakan kasus ini mencuat ke permukaan. Jumlah anak-anak
terjemahan dari hikmah kenabian bahwa al-muslimu lil yatim terus meningkat. Pada tahun 1960, 17,5% dari
muslimi kal bunyan al-wahid (masyarakat muslim itu anak-anak hidup tanpa ayah. Meskipun peningkatan
seperti sebuah bangunan) saling menopang, saling dalam teknologi kedokteran dan harapan hidup, pada
merasakan suka duka ditanggung dihadapi bersama. tahun 1990, tercatat 36,3% anak yang tinggal jauh dari
Dari sini ukhuwah islamiyah dan solidaritas sosial nenek moyang mereka. Blankenhorn (dalam Syah,
terbangun. 2010: 5) menyebutnya tren “berayah Amerika” dan
Davis (1941), Merton (1941), Kennedy (1944, “masyarakat yatim”. Apa penyebab dari tren yang
1952), Gordon (1964), Lieberson dan Waters (1988), diperkirakan meningkat menjadi 50% di bagian awal
seperti yang ditulis oleh Rossenfeld (2002: 153), abad ke-21? Blankenhorn dalam bukunya “yatim
menyatakan asumsinya bahwa perkawinan adalah Amerika” menelusuri asal-usul kekerasan remaja,
merupakan suatu lembaga sosial dan keagamaan yang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan,

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 94


Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

pelecehan seksual anak, kehamilan remaja dan banyak tersebut sehinggga terwujud proses asimilasi dalam
masalah kejiwaan pada remaja untuk keluarga rusak masyarakat yang multikultur untuk memperkokoh
dan tidak berayah (fatherlessness). Fenomena keluarga integrasi nasional?
rusak dan fatherlessness terkait erat dengan hilangnya Tujuan dan Manfaat Penelitian
nilai kesucian dalam masyarakat. 1. Umum
Berikut ini beberapa konsekuensi lain dari Merujuk pada perumusan masalah penelitian di
sistem keluarga yang berantakan. Branden (dalam bagian terdahulu maka tujuan penelitian ini adalah untuk
Syah, 2010: 6) mengutip Robert Reasoner, mantan menghasilkan gagasan dan pengembangan teori
pengawas sekolah sebuah distrik di California, dalam tentang proses asimilasi nilai kekeluargaan antara etnik
bukunya, “Enam Pilar Harga Diri” memaparkan “lebih Dayak, Melayu, dan Jawa, di desa transmigran Rasau
dari 50 persen siswa telah melihat perubahan adanya Jaya, Kubu Raya Kalimantan Barat.
pemisahan keluarga, perceraian, atau pernikahan 2. Khusus
kembali, di banyak kabupaten, pada sekolah tinggi Secara khusus tujuan penelitian ini diarahkan
tercatat 68 persen tidak hidup dengan dua orang tua pada hal-hal sebagai berikut.
sendiri. Dua puluh empat persen yang lahir di luar nikah a. Mengidentifikasi dan menjelaskan serta mengana-
dan tidak pernah mengenal ayah. Dua puluh empat lisis secara sistematis proses asimilasi nilai keke-
persen dilahirkan bantalan efek residu dari penyalah- luargaan lintas etnik antara masyarakat Melayu,
gunaan obat oleh ibu. Di California, 25 persen terhindar Dayak, dan Jawa, di desa transmigran Jawa Timur
dari pelecehan seksual atau fisik sebelum selesai SMA. Rasau Jaya.
Sedangkan pada tahun 1890, 90 persen dari b. Mengeksplanasi dan menganalisis berbagai kendala
anak-anak, kakek-nenek tinggal di rumah, dan tahun dalam proses asimilasi nilai kekeluargaan lintas
1950 tinggal 40 persen di rumah, hari ini angka itu turun etnik di desa Rasau Jaya.
menjadi 7 persen, sehingga ada jauh lebih sedikit dari c. Mengeksplorasi dan menjelaskan secara mendalam
sistem pendukung. Seperti pada kehidupan emosional tentang upaya kepala desa dan tokoh masyarakat
anak muda, menganggap angka-angka ini. Tiga puluh untuk mengatasi hambatan/kendala proses asimi-
sampai 50 persen akan bunuh diri. Lima belas persen lasi nilai kekeluargaan lintas etnik di desa Rasau
akan membuat usaha serius untuk bunuh diri. Empat Jaya.
puluh satu persen minum banyak setiap dua-tiga Kegunaan atau manfaat penelitian yang dilaku-
minggu. Sepuluh persen dari anak perempuan akan kan oleh penulis meliputi dua macam manfaat, yaitu.
menjadi hamil sebelum menyelesaikan sekolah tinggi. 3. Manfaat Teoretis
Tiga puluh persen anak laki-laki dan perempuan putus Secara teoretis, kajian ini dapat mengembangkan
sekolah pada usia delapan belas tahun (Syah, 2010: gagasan, teori-teori, dan pengembangan model proses
5-6). asimilasi nilai kekeluargaan lintas etnik, antara etnik
Rumusan Masalah Penelitian Dayak, Melayu, dan Jawa di desa transmigran Jawa
Dari uraian pada bagian latar belakang penelitian Timur, Rasau Jaya Kalimantan Barat.
di atas, penelitian ini di arahkan untuk menganalisis 4. Manfaat Praktis
proses asimilasi sebagai berikut. Secara praktis, kajian ini dapat menjadi acuan
1. Bagaimanakah proses asimilasi nilai-nilai kekeluar- para pengambil keputusan, dan para ilmuwan, serta
gaan antara masyarakat Dayak dan Melayu, dengan akademisi yang bergelut dengan asimilasi nilai
warga transmigran Jawa Timur sehingga dapat hidup kekeluargaan lintas etnik, yang hidup dan berkembang
berdampingan secara manusiawi dan damai? di masyarakat Indonesia dan dunia intenasional yang
2. Bagaimanakah upaya menghilangkan kendala- bersifat multikultur. Dengan memahami berbagai unsur
kendala antaretnik sehingga proses asimilasi yang yang memberikan kontribusi dan yang menghambat
telah ada bisa berjalan optimal? terbentuknya asimilasi nilai kekeluargaan diharapkan
3. Bagaimanakah peran tokoh formal dan informal, dapat dilakukan sosialisasi yang efektif dan upaya-
dalam proses transformasi nilai-nilai kekeluargaan upaya lainnya oleh para penentu kebijakan yang saling
untuk memperkecil kendala-kendala lintas etnik terkait, baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

KAJIAN TEORETIS
Dalam bagian ini dipaparkan tentang teori-teori peneliti untuk lebih memahami fenomena dan
asimilasi dan nilai-nilai kekeluargaan sebagai upaya permasalahan dalam penelitian ini.

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 95


Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

Pengertian Asimilasi 2. Pengertian


Istilah asimilasi berasal dari kata Latin, assimi- Nilai, dapat diartikan sebagai sebuah harga. Nilai
lare yang berarti menjadi asimilasi. Dalam bahasa dapat disandarkan pada dua macam standar yaitu
Indonesia, sinonim kata asimilasi adalah “pembauran”. konkret dan abstrak. Standar nilai yang konkret seperti
Asimilasi merupakan proses sosial pada tahap lanjut nilai produk suatu barang dan kesejahteraan. Di sisi
(Gordon, 1964: 132-59; dalam Idi, 2009: 18). lain, nilai berkaitan dengan gagasan/abstrak, seperti
Asimilation/asimilasi, dapat diartikan sebagai nilai kekeluargaan dan kasih sayang. Manusia dalam
“...the reciprocal, involving mutual adjusment between menjalani kehidupan ini diharapkan selalu menggunakan
host and migrant communities. In adition, assimilation akal budi agar dalam mengejar keinginan, kebutuhan
is the processes by which immigrant groups were dan cita-cita hidupnya berpegang dengan nilai-nilai yag
integrated into the dominant white culture” (Abecrombie. berlaku di tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan
et.all,1988: 14). Asimilasi dapat dipahami sebagai pendapat Purwahadiwardoyo (1965: 97) bahwa sumber
pengaruh timbal balik/hubungan timbal balik, termasuk nilai yang menjadi pedoman manusia untuk menjalani
di antaranya suatu proses saling menyesuaikan antara kehidupan sehari-hari, ada dua jenis.
masyarakat tuan rumah/setempat dan masyarakat a. Nilai Ilahiyah, dimaksudkan nilai yang mengandung
pendatang. kebenaran mutlak. Diturunkan melalui para Nabi dan
Lebih lanjut, asimilasi merupakan suatu proses Rasul yang wajib dilaksanakan setiap manusia,
di mana kelompok pendatang (imigran) menyatu ke sebagai suatu perintah Tuhan. Misalnya, membaca
dalam budaya dominan kelompok kulit putih. Dalam dua kalimat syahadat, sholat, puasa, zakat, dan
teori Robert E. Park (1950) (dalam Idi, 2009: 17-18), haji bagi yang mampu,
tentang “race relation cycle” dijelaskan bahwa ...the b. Nilai Insyaniah, dimaksudkan sebagai suatu nilai
social interaction between the host society and new hasil kesepakatan manusia, yang selalu tumbuh dan
immigrants was conceptualized in terms of four stages: berkembang sesuai kebutuhan masyarakat. Nilai-
contacts, competition, accomodation, and assimilation nilai ini akan tumbuh dan berkembang menjadi
Hal ini senada seperti yang dikutip Lemore dari Park tradisi-tradisi dan norma-norma kemasyarakatan
bahwa “ ... racial and etnic contact led to competition, yang dihidupkan secara turun-temurun dari generasi
accomodation, and assimilation, in that order”(Lemore, yang satu ke generasi yang lain.
1983:45) Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa
“Asimilasi terdiri dari empat subproses: akul- dalam kehidupan ini, manusia perlu memperhatikan
turasi, integrasi, amalgamasi/ penggabungan, dan iden- berbagai nilai agar hidupnya memiliki makna. Nilai-nilai
tifikasi, yang masing-masing merupakan aspek budaya, yang perlu dipertimbangkan adalah menyangkut nilai
struktural, biologis, dan psikologis (Gordon, 1981: 84- yang konkret abstrak baik yang bersumber dari Illahi
110). Asimilasi nilai kekeluargaan lintas etnis dimaksud- Rabbi maupun yang bersumber dari hasil kesepakatan
kan untuk menganalisis bagaimana transformasi nilai- manusia sendiri, agar dapat hidup layak sebagaimana
nilai tersebut berlangsung di antara etnik Dayak-Jawa, manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini.
Melayu-Jawa, dan Dayak-Melayu, di Desa Rasau Jaya 3. Pengertian Kekeluargaan
Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Kekeluargaan, terdiri dari kata dasar keluarga
Nilai-Nilai Kekeluargaan yang memiliki makna sebagai berikut.
Nilai-nilai kekeluargaan merupakan sesuatu yang a. Merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya
luhur dan mulia. Sesuatu dikatakan luhur karena terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
memiliki posisi dan harga yang tinggi di masyarakat. b. Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif
Nilai-nilai ini menjadi harapan bagi semua warga untuk tetap dan didasarkan oleh ikatan darah, perkawinan,
membangun masyarakat agar hidup menjadi harmoni dan atau adopsi.
dan damai. Untuk lebih memahami makna yang ter- c. Hubungan anggota keluarga dijiwai oleh suasana
kandung dalam istilah tersebut maka berikut ini akan kasih sayang dan rasa tanggung jawab.
dipaparkan hal-hal yang yang dimaksud. d. Fungsi keluarga adalah merawat, memelihara, dan
1. Nilai Moral dan Norma (NMNr) melindungi anak dalam rangka sosialisasinya, agar
Kehidupan ini dilingkari oleh berbagai nilai, tanpa mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial
nilai-nilai itu manusia kedudukannya sama dengan (Khaeruddin, 2008: 3).
makhluk lain misalnya hewan. Nilai-nilai itu menjadi Dewantara (1962: 380-393) menyatakan, kata
motivasi bagi manusia untuk mencapai kehidupan yang keluarga berasal dari perkataan kawula dan warga.
dicita-citakan. Kawula berarti abdi, yang berkewajiban mengabdikan

96 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011


Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

diri dan menyerahkan segala tenaganya kepada yang seperti dikutip oleh Idi (2009: 40), menunjukkan bahwa
dianggap tuannya. Sebaliknya warga berarti anggota, masyarakat akan terintegrasi/terasimilasi apabila ada
yang berwewenang ikut mengurus, memimpin, dan suatu keadaan yang dalam konteks struktur sosial
menetapkan segala apa yang perlu dilakukan. menunjukkan kecenderungan parameter-parameternya
Dengan demikian, keluarga yaitu kumpulnya saling berinterseksi. Sebaliknya bilamana keadaan
beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan struktur sosial menunjukkan parameter-peremeternya
lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai suatu yang cenderung ke arah konsolidasi, maka integrasi/
gabungan yang khas, pun berkehendak juga bersama- asimilasi suatu masyarakat akan sulit terjadi.
sama memperteguh gabungan itu untuk kemuliaan Model analisis yang digunakan adalah Blau
satu-satunya dan semua anggota. (1977: 98-99), yang menganalisis pengaruh budaya
Dari kata dasar keluarga seperti telah dipaparkan dominan dalam proses asimilasi. Blau lebih jauh mene-
di atas, maka terbentuklah kata kekeluargaan yang gaskan bahwa, dalam hubungan mayoritas dan minori-
artinya: tas, ukuran besar/kecilnya suatu kelompok mengindi-
“ alam keluarga, suasana keluarga” yang dibawa kasikan kemungkinan terjadinya integrasi-asimilasi,
masuk ke suasana pergaulan, di lingkungan tetangga, jika kelompok mayoritas merupakan penduduk asli,
dan lingkungan masyarakat. Sama tetapi tidak serupa, maka asimilasi kelompok etnis mayoritas lebih mungkin
yaitu “sistem Guan Sie” pada masyarakat Mandarin. terjadi. Sebaliknya, jika kelompok mayoritas merupakan
Guan Sie mengutamakan kerabat dekat untuk melaku- migran, maka asimilasi menurut Blau, lebih sulit
kan kerja sama dalam berkarya, namun reward dan terwujud.
punishment dilaksanakan secara konsisten (Dwiarso, Dengan demikian, asimilasi akan lebih mungkin
2008: 374). terjadi di antara kelompok mayoritas (Melayu) dengan
Asimilasi nilai kekeluargaan dalam penelitian ini kelompok minoritas (Jawa). Manakala kelompok minori-
dimaksudkan sebagai instrumen yang sangat strategis tas terjadi pada kelompok transmigran, akan lebih tera-
bagi integrasi berbagai kelompok sosial yang ada di similasi oleh kelompok mayoritas (Melayu atau Dayak).
masyarakat Indonesia yang bersifat plural. Dengan Dalam bahasa lain dapat diungkapkan di sini bahwa
demikian, maka proses transformasi nilai-nilai keke- masyarakat transmigran Jawa Timur akan lebih terasi-
luargaan lintas etnik Dayak-Jawa, Melayu-Jawa, dan milasi oleh masyarakat Melayu atau Dayak, karena
Melayu-Jawa, dapat berlangsung dengan lebih optimal. menurut Blau (1977: 98-99) Melayu atau Dayak adalah
Hadirnya asimilasi nilai kekeluargaan akan merupakan kelompok mayoritas yang memiliki budaya
mampu mengurangi adanya jarak sosial. Terjadinya dominan dan akan mampu mewarnai kehidupan kelom-
saling memahami antaretnik dan berbagai masalah pok minoritas/subordinat yaitu orang-orang transmigran
sosial budaya yang ada di masyarakat akan menghilang yang hidup di Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya,
bersamaan dengan semakin intensifnya proses asimi- Kalimantan Barat. Dengan jumlah yang memang mayo-
lasi nilai kekeluargaan di kalangan berbagai etnik yang ritas dan budayanya telah mengakar pada masyarakat
berbeda. luas tersebut, maka akan mampu memengaruhi sikap
Menurut model teoretik Blau (1977: 98-99) dan perilaku kelompok minoritas tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk menjawab masalah penelitian ini maka Teknik pengumpulan data penelitian menggu-
studi ini akan difokuskan pada analisis tentang asimilasi nakan teknik langsung, yang diperoleh melalui berbagai
nilai-nilai kekeluargaan masyarakat lokal (Dayak dan instrumen penelitian menggunakan wawancara menda-
Melayu) dengan masyarakat pendatang yaitu transmi- lam, pengamatan/observasi terstruktur dan juga doku-
gran dari Jawa Timur. Pendekatan yang digunakan mendokumen yang relevan. Data yang terkumpul diana-
adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lisis dan dideskripsikan serta dihubungkan antara fokus
deskriptif. Rancangan penelitian kualitatif ini digunakan penelitian yang satu dengan yang lain. Di samping itu,
sebagai pendekatan utama, yang meliputi sejumlah data yang memerlukan penyelesaian secara statistik
strategi penelitian yang memiliki sejumlah sifat tertentu, sederhana seperti persentase juga digunakan. Pene-
yang diambil dari serangkaian asumsi yang saling litian ini dimulai sejak Februari hingga November 2010,
berhubungan yang bersifat khas paradigma penelitian di Desa Rasau Jaya Kalimantan Barat.
kualitatif (Mustafa dalam Alwasilah, 2008:26). Analisis dan interpretasi data merupakan kegiat-

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 97


Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

an penelitian yang dimulai dengan perakitan materi- berbagai instrumen dalam penelitian ini akan dideskrip-
materi mentah dan pengambilan suatu tinjauan men- sikan secara detail agar tercapai tujuan yang diinginkan.
dalam atau gambaran total dari proses penelitian secara Data yang dianalisis juga akan dirujuk dengan proses
keseluruhan (Emzir, 2010: 174). aktualisasi nilai-nilai kekeluargaan dalam masing-
Analisis merupakan pengurutan data, penyusu- masing keluarga etnik yang dikaji, agar dapat menjawab
nan data ke dalam pola, kategori, dan satuan deskriptif pertanyaan pada bagian rumusan masalah tersebut di
dasar. Proses analisis melibatkan pertimbangan kata- atas. Dengan kata lain, analisis terfokus untuk men-
kata, nada, konteks, nonverbal, konsistensi internal, jawab masalah yang diajukan di bagian permasalahan.
frekuensi, perluasan, intensitas, kekhususan respons, Untuk mendapatkan suatu hasil analisis dan
dan ide-ide besar. interpretasi yang baik atau valid harus diingat akan
Data yang diperoleh melalui instrumen pengum- adanya faktor-faktor yang sangat mempengaruhi proses
pulan data, akan dianalisis yang bertujuan untuk men- analisis adalah data collection, data reduction, data
dapatkan informasi yang diinginkan. Data tersebut display, dan akhirnya sampai pada suatu konklusi
dideskripsikan. Masing-masing data yang diperoleh dari akurat dan logis.

HASIL PENELITIAN

Dari hasil-hasil pembahasan seperti yang telah pada setiap model yang akan dipaparkan bagian
dipaparkan pada bagian di atas, maka pada bagian ini berikut.
akan dipaparkan tentang temuan penelitian dan Model teoretik yang digunakan dalam meng-
pengembangan-pengembangan dari teori asimilasi yang analisis asimilasi nilai kekeluargaan antara Melayu-
terdahulu. Jawa, Melayu-Dayak dan Dayak-Jawa adalah model
Temuan Penelitian dari Blau ( 1977: 98-99) sebagai berikut.
Dari paparan secara teoretik maupun secara
empiris pada bagian deskripsi data maupun pada   +
bagian pembahasan, maka dapatlah dikemukakan
temuan penelitian sebagai berikut. JAWA TIMUR
1. Model Teoretik Asimilasi Nilai Kekeluargaan dalam MELAYU/DOMINAN MINORITAS
Keluarga Melayu-Jawa. -
Model teoritik dalam penelitian ini dimaksudkan
sebagai suatu alur berpikir yang dilandasi oleh pen-
dapat para ahli di bidang asimilasi nilai kekeluargaan, Gambar 1. Model Teoretik Asimilasi Blau (1977)
di mana teori-teori tersebut digunakan untuk meng-
analisis permasalahan yang terjadi pada asimilasi nilai Menurut model teoritik Blau (1977: 98-99) seperti
kekeluargaan lintas etnik yaitu antara Melayu dengan dikutip oleh Idi (2009: 40), yang terlihat pada gambar
Jawa, Dayak-Jawa Timur, dan Melayu-Dayak. Semen- 1, menunjukkan bahwa masyarakat akan terintegrasi/
tara model empirik dalam penelitian ini dimaksudkan terasimilasi apabila ada suatu keadaan yang dalam
sebagai hasil temuan penelitian di lapangan tentang konteks struktur sosial menunjukkan kecenderungan
asimilasi nilai kekeluargaan lintas etnik yang terjadi parameter-parameternya saling berinterseksi. Sebalik-
pada masing-masing keluarga kawin campur tersebut nya, bilamana keadaan struktur sosial menunjukkan
dibahas pada bagian deskripsi data dan pembahasan parameter-peremeternya yang cenderung ke arah
hasil penelitian. konsolidasi, maka integrasi/asimilasi suatu masyarakat
Dengan demikian dapat diasumsikan disini, akan sulit terjadi.
bahwa model-model yang dipaparkan dimungkinkan Blau menegaskan bahwa dalam hubungan
terdapat perbedaan antara model teoretik dengan model mayoritas dan minoritas, ukuran besar/kecilnya suatu
empirik penelitian. Namun demikian juga sangat di- kelompok mengindikasikan kemungkinan terjadinya
mungkinkan, terjadinya kesamaan antara model teoretik integrasi/asimilasi, jika kelompok mayoritas merupakan
dengan model empirik dari suatu penelitian. penduduk asli, maka asimilasi kelompok etnis mayori-
Terjadinya perbedaan atau persamaan antara tas lebih mungkin terjadi. Sebaliknya, jika kelompok
kedua model tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai mayoritas merupakan migran, maka asimilasi menurut
faktor, di mana hal tersebut akan dibahas secara rinci Blau, lebih sulit terwujud.

98 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011


Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

Dengan demikian, asimilasi akan lebih mung- di Rasau Jaya. Kombinasi sistem perkawinan antara
kin terjadi di antara kelompok mayoritas (Melayu) de- Melayu dan Jawa, dengan sistem menggunakan uang
ngan kelompok minoritas (Jawa), manakala kelompok asap dapur sebagai bantuan calon suami kepada pihak
minoritas terjadi pada kelompok transmigran, akan mempelai calon istri. Hal ini merupakan adat dan
lebih terasimilasi oleh kelompok mayoritas (Melayu kebiasaan warga Melayu yang mirip dengan tradisi etnik
atau Dayak). bangsa Arab yang beragama Islam. Sementara budaya
Dalam bahasa lain dapat diungkapkan di sini Jawa dalam prosesi resepsi perkawinan biasanya pihak
bahwa masyarakat transmigran Jawa Timur akan mempelai perempuan adalah yang membiayai sepenuh-
terasimilasi oleh masyarakat Melayu atau Dayak, nya pesta perkawinan itu. Hal ini sebagai bagian proses
karena menurut Blau (1977: 98-99), Melayu atau Dayak transformasi dan implementasi dari nilai kekerabatan,
adalah merupakan kelompok mayoritas yang memiliki yang intinya menguatkan kembali tali hubungan antar-
budaya dominan dan akan mampu mewarnai kehidupan kerabat dari kedua belah pihak.
kelompok minoritas/subordinat yaitu orang-orang Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah
transmigrasi yang hidup di Rasau Jaya Kabupaten keluarga Dadi menyesuaikan dengan kebiasaan dan
Kubu Raya, di Kalimantan Barat. Dengan jumlah yang adat kehidupan masyarakat Jawa Timur dalam meme-
memang mayoritas dan budayanya telah mengakar cahkan masalah-masalah tentang asimilasi nilai
pada masyarakat luas tersebut, maka akan mampu kekeluargaan lintas etnik tersebut, di mana keluarga
mempengaruhi sikap dan perilaku kelompok minoritas Dadi mengadopsi nilai-nilai kekeluargaan Jawa. Hal ini
tersebut. bisa dimaklumi karena lingkungan sosial keluarga Dadi
2. Model Empirik Hasil Penelitian Asimilasi Nilai yang orang Melayu, hampir sepenuhnya didominasi
Kekeluargaan dalam Keluarga Melayu-Jawa. lingkungan keluarga Jawa. Dengan demikian, keluarga
Dadi hampir sepenuhnya mengadopsi nilai-nilai keke-
  +
luargaan Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
MELAYU JAWA Namun demikian, proses kawin campur/pem-
-
bauran ini dengan seluruh aspek nilai-nilai kekeluarga-
an yang dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari antara
kedua kelompok lintas etnik, sebagaimana telah dipa-
parkan dalam bagian pembahasan, masing-masing
NILAI-NILAI rumpun etnik tersebut didasari oleh falsafah, kebiasaan
KEKELUARGGAAN
KONFORMITAS dan adat yang relatif berbeda satu dengan yang lain,
tetapi masing-masing etnik, memiliki hakikat nilai-nilai
kekeluargaan yang sangat mirip. Dengan demikian,
Gambar 2. Model Empirik Hasil Penelitian Asimilasi proses asimilasi keduanya tidak mengalami hambatan
Nilai Kekeluargaan dan kendala yang berarti.
Temuan penelitian ini juga merupakan bagian dari
Dari data empirik yang merupakan hasil temuan pengembangan teori asimilasi yang terdahulu, yang
di lapangan, pada gambar 2 ternyata dalam keluarga memiliki fokus pembahasan yang relatif berbeda dengan
Dadi-Suti (Melayu-Jawa), hidup dan berkembang pemi- yang dilakukan penulis lain. Sebagai contoh, teori
kiran, sikap dan perilaku yang cenderung mengarah asimilasi yang dijelaskan oleh Gordon (1964); Hirsman
pada kebiasaan, adat Jawa yang dibangun melalui (1983); Yinger (1985); dan Kulczycki dan Lobo (2003:
konformitas. Nilai-nilai kekeluargaan yang konformitas 203), memfokuskan pada tingkatan-tingkatan asimilasi.
ini, dimaksudkan sebagai nilai-nilai yang dibangun Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa
bersama oleh suami-istri, dan juga oleh faktor kebiasa- keluarga Dadi melakukan penyesuaian diri dengan
an, adat, dan lingkungan sosial budaya setempat antara kebiasaan dan adat yang berlaku di Desa Rasau Jaya,
Melayu dan Jawa, di mana keduanya saling memahami, dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai komunikasi
saling menyesuaikan, dan melakukan kompromi- antaranggota keluarga. Berbagai nilai keluarga yang
kompromi yang mengarah pada jalan tengah, rukun, dibangun berorientasi pada pada kehidupan sehari-hari
dan sesuai etika kebijaksanaan (Haryono.P.,1993: 44- yang terjadi di desa tersebut.
46). Untuk itu dalam gambar 2, Jawa diberi label
Sebagai contoh dalam melakukan transformasi mayoritas/dominan/superordinat, yang mengandung
dan penerapan nilai-nilai kekeluargaan, adalah yang makna bahwa dalam transformasi dan implementasi
berkenaan dengan sistem perkawinan yang dilakukan nilai-nilai kekeluargaan di lingkungan keluarga kawin

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 99


Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

campur tersebut adalah cenderung berorientasi pada Barat. Dengan jumlah yang memang mayoritas dan
kebiasaan dan ada orang-orang Jawa, sementara budayanya telah mengakar pada masyarakat luas
kebiasaan dan adat Melayu di dalam keluarga campu- tersebut, maka akan mampu mempengaruhi pengeta-
ran ini menjadi subordinat/minoritas. Alasan yang huan, sikap dan perilaku kelompok minoritas tersebut.
sederhana dan mudah terukur adalah lingkungan 4. Model Empirik Asimilasi Nilai Kekeluargaan dalam
kultural dan sosial di Desa Rasau Jaya, adalah didomi- Keluarga
nasi budaya Jawa.
 
3. Model Teoretik Asimilasi Nilai Kekeluargaan dalam +
JAWA
Keluarga Dayak-Jawa. DAYAK MAYORITAS
MINORITAS L. MIKRO
-

  +
DAYAK JAWA
MAYORITAS MINORITAS
L. MAKRO L.MAKRO ASIMILAS1
- DAYAK-JAWA
KONFORMITAS

Gambar 3. Model Teoritik Asimilasi Blau (1977)


Gambar 4. Model Empirik Hasil Penelitian Asimilasi
Menurut model teoritik Blau (1977: 98-99), Dayak-Jawa (Model Pengembangan).
seperti dikutip oleh Idi (2009: 40), yang terlihat pada
gambar 3, menunjukkan bahwa masyarakat akan terin- Dari data empirik hasil temuan di lapangan,
tegrasi/terasimilasi, apabila ada suatu keadaan yang ternyata dalam keluarga Kusri-Emi (Jawa-Dayak), hidup
dalam konteks struktur sosial menunjukkan kecende- dan berkembang pemikiran, sikap dan perilaku yang
rungan parameter-parameternya saling berinterseksi. cenderung mengarah pada kebiasaan, dan adat Jawa
Sebaliknya bilamana keadaan struktur sosial menunjuk- yang dibangun melalui kompromi-kompromi antara
kan parameter-paremeternya yang cenderung ke arah suami-istri. Nilai-nilai kekeluargaan yang konformitas
konsolidasi, maka integrasi/asimilasi suatu masyarakat ini dimaksudkan sebagai nilai-nilai yang dibangun
akan sulit terjadi. bersama oleh suami-istri, dan juga oleh faktor kebiasa-
Blau menegaskan bahwa dalam hubungan an, adat, dan lingkungan sosial budaya setempat antara
mayoritas (host-level makro) dan minoritas (transmi- Dayak dan Jawa, di mana keduanya saling memahami,
gran-level makro), ukuran besar/kecilnya suatu kelom- saling menyesuaikan, dan melakukan kompromi-
pok mengindikasikan kemungkinan terjadinya integrasi/ kompromi yang mengarah pada jalan tengah, rukun,
asimilasi, jika kelompok mayoritas merupakan pendu- dan sesuai etika kebijaksanaan (Haryono.P., 1993: 44-
duk asli dalam konteks ini warga Dayak, maka asimilasi 46).
kelompok etnik mayoritas ke dalam etnik minoritas Sebagai contoh dalam melakukan transformasi
(transmigran-Jawa) lebih mungkin terjadi. Sebaliknya, dan penerapan nilai-nilai kekeluargaan adalah yang
jika kelompok mayoritas merupakan migran, maka berke-naan dengan sistem perkawinan yang dilakukan
asimilasi menurut Blau, lebih sulit terwujud. di Rasau Jaya merupakan kombinasi sistem perkawi-
Dengan demikian, asimilasi akan lebih mungkin nan antara Melayu, Dayak dan Jawa, dengan sistem
terjadi di antara kelompok mayoritas (Dayak) dengan menggunakan uang asap dapur sebagai bantuan calon
kelompok minoritas (Jawa), manakala kelompok mino- suami kepada pihak mempelai calon istri. Hal ini
ritas terjadi pada kelompok transmigran, maka akan merupakan adat dan kebiasaan warga Melayu yang
lebih memungkinkan terjadinya asimilasi dengan kelom- masuk dalam tradisi perkawinan Jawa-Dayak.
pok mayoritas (Dayak). Sementara budaya Jawa dalam prosesi resepsi
Dalam bahasa lain dapat diungkapkan di sini perkawinan biasanya pihak mempelai perempuan,
bahwa masyarakat transmigran Jawa Timur akan adalah yang membiayai sepenuhnya pesta perkawinan
terasimilasi oleh masyarakat Dayak, karena menurut itu. Hal ini sebagai bagian proses transformasi dan
Blau (1977: 98-99), Dayak adalah merupakan kelompok implementasi dari nilai kekerabatan, yang intinya
mayoritas/superordinat yang memiliki budaya dominan menguatkan kembali tali hubungan antarkerabat dari
dan akan mampu mewarnai kehidupan kelompok minori- kedua belah pihak.
tas/subordinat yaitu orang-orang transmigrasi yang Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah
hidup di Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan keluarga Emi menyesuaikan dengan kebiasaan dan

100 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011
Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

adat kehidupan masyarakat Jawa Timur dalam keluarga kawin campur tersebut, adalah cenderung ber-
memecahkan masalah-masalah tentang asimilasi nilai orientasi pada kebiasaan dan adat orang-orang Jawa.
kekeluargaan lintas etnik tersebut, di mana keluarga Sementara itu, kebiasaan dan adat Melayu di dalam
Emi mengadopsi nilai-nilai kekeluargaan Jawa. Hal ini keluarga campuran ini mengunakan label subordinat/
bisa dimaklumi karena lingkungan sosial keluarga Emi minoritas. Alasannya adalah sederhana dan mudah
yang orang Dayak, hampir sepenuhnya didominasi terukur, yaitu lingkungan kultural dan sosial di Desa
lingkungan keluarga Jawa yaitu Kusri. Dengan demi- Rasau Jaya, adalah didominasi budaya Jawa Timur.
kian, keluarga Emi hampir sepenuhnya mengadopsi 5. Model Teoretik Asimilasi Nilai Kekeluargaan dalam
nilai-nilai kekeluargaan Jawa dalam kehidupan sehari- Keluargaan Dayak-Melayu
hari.
Namun demikian, proses kawin campur/pem-  

bauran ini dengan seluruh aspek nilai-nilai kekeluar-
gaan yang dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari DAYAK MELAYU
antara kedua kelompok lintas etnik, sebagaimana telah MAYORITAS MAYORITAS
dipaparkan dalam bagian pembahasan, masing-masing + 
rumpun etnik tersebut didasari oleh falsafah, kebiasaan
dan adat yang relatif berbeda satu dengan yang lain,
tetapi masing-masing etnik, memiliki persepsi dan
Gambar 5. Model Teoretik Asimilasi Peter Blau
pemahaman terhadap hakikat nilai-nilai kekeluargaan
(1977)
yang sangat mirip satu dengan yang lain. Dengan
demikian, proses asimilasi keduanya tidak mengalami Menurut model teoretik Blau (1977: 98-99),
hambatan dan kendala yang berarti. seperti dikutip oleh Idi (2008: 40), yang terlihat pada
Temuan penelitian ini juga merupakan bagian dari gambar 5, menunjukkan bahwa masyarakat akan terin-
pengembangan teori asimilasi yang terdahulu, yang tegrasi/terasimilasi, apabila ada suatu keadaan yang
memiliki fokus pembahasan yang relatif berbeda dengan dalam konteks struktur sosial menunjukkan kecende-
yang dilakukan penulis lain. Sebagai contoh, teori rungan parameter-parameternya saling berinterseksi.
asimilasi yang dijelaskan oleh Gordon (1964); Hirsman Sebaliknya bilamana keadaan struktur sosial menunjuk-
(1983); Yinger (1985); dan Kulczycki dan Lobo (2003: kan parameter-peremeternya yang cenderung ke arah
203), memfokuskan pada tingkatan-tingkatan asimilasi, konsolidasi, maka integrasi/asimilasi suatu masyarakat
di antaranya mengkaji pengaruh tempat kelahiran, akan sulit terjadi.
bagian dari keturunan Arab yang berasimilasi, dan ting- Blau menegaskan bahwa, dalam hubungan
kat penguasaan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi mayoritas (host-Melayu) dan mayoritas (host-Dayak),
yang memungkinkan imigran Arab, mampu bergaul ukuran besar/kecilnya suatu kelompok mengindikasi-
dengan host/etnik tuan rumah (warga Amerika). kan kemungkinan terjadinya integrasi/asimilasi. Jika
Sementara itu, penelitian ini hanya memfokuskan kelompok mayoritas keduanya merupakan penduduk
pada nilai-nilai kekeluargaan etnik Melayu, Dayak, dan asli dalam konteks ini warga Melayu-Dayak, maka
Jawa, yang belum pernah menjadi kajian peneliti asimilasi kelompok etnis mayoritas/Dayak ke dalam
lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan penelitian etnis yang sama-sama mayoritas/Melayu, masing-
ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelum- masing etnik memiliki tingkat kemungkinan yang relatif
nya. sama.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa ke- Berdasar pada gambar 5, keduanya memilki
luarga Ela melakukan penyesuaian diri dengan kebiasa- kemungkinan yang relatif sama untuk saling berasmilasi
an dan adat yang berlaku di Desa Rasau Jaya, dengan dari Melayu ke Dayak, atau sebaliknya dari Dayak ke
menggunakan bahasa Jawa sebagai komunikasi antar- Melayu berdasarkan besarnya saiz yang berimbang,
anggota keluarga, dan juga belajar dengan tetangga dan keduanya sama-sama penduduk asli yang masing-
orang Jawa. Berbagai nilai keluarga yang dibangun masing memiliki pengaruh budaya dominan yang relatif
berorientasi pada kehidupan sehari-hari yang terjadi di luas. Dengan kata lain, semakin berimbangnya besar-
desa Jawa yaitu desa transmigrasi tersebut. an saiz suatu etnik, maka akan menghasilkan tingkat
Untuk itu dalam gambar 4, Jawa Timur diberi label asimilasi yang relatif berimbang pula.
mayoritas/dominan/superordinate dalam tataran mikro, 6. Model Empirik Asimilasi Nilai Kekeluargaan dalam
yang mengandung makna bahwa dalam transformasi Keluarga Dayak- Melayu (Dayak Minoritas-Melayu
dan implementasi nilai-nilai kekeluargaan di lingkungan Mayoritas).

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 101
Asimilasi Nilai Kekeluargaan...
  +  aturan setempat (proses pembauran); (6) adanya unsur
DAYAK MELAYU perasaan persaudaraan antar sesama warga, baik di
MINORITAS
MAYORITAS antara sesama etnis Arab maupun Jawa; dan (7) rasa
‐ 
saling menghormati & menghargai.
Dari temuan penelitian di atas dapat digambarkan
dalam bentuk tabulasi tingkat asimilasi nilai kekeluar-
ASIMILASI
gaan lintas etnik yang terjadi di desa Rasau Jaya. Tabel
DAYAK-MELAYU
1, menggambarkan tentang tingkatan-tingkatan proses
asimilasi lintas etnik yang terjadi antara Dayak-Jawa,
Melayu-Jawa, dan Dayak Melayu selama masa permu-
Gambar 6. Model Empirik Hasil Penelitian Asimilasi kiman warga trans Jawa Timur mulai tahun 1973-2010,
Nilai Kekeluargan Dayak-Melayu yang dapat dipaparkan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Tingkat Asimilasi Lintas Etnis di Rasau Jaya


Dari data empiris hasil temuan di lapangan,
Menurut Kriteria Gordon (1964).
ternyata dalam keluarga Pura-Nurti (Dayak-Melayu),
telah hidup dan berkembang pemikiran, sikap dan peri- No. Jenis Pengertian Bentuk
laku yang cenderung mengarah pada kebiasaan, dan 1. Akulturasi Perubahan yang terjadi Partisipasi
pada masing-masing seseorang dalam
adat Melayu yang berdasar nilai Islam, yang dibangun pasangan baik sebagian pekerjaan,
atau keseluruhan. bahasa, sistem
melalui cara-cara kompromi-kompromi, dan persuasif perkawinan,
peralatan hidup,
antara suami-istri. Nilai-nilai kekeluargaan yang konfor- dan kepercayaan.
mitas ini, dimaksudkan sebagai nilai-nilai yang 2. Sruktural Partisipasi seseorang Partisipasi
dalam ekonomi, seseorang dalam
dibangun bersama oleh suami-istri, dan juga oleh faktor pendidikan dan sosial ekonomi dan
kemasyarakatan. pendidikan
kebiasaan, adat, dan lingkungan sosial budaya setem- asosiasi sosial
pat antara Dayak dan Melayu, di mana keduanya saling kemasyarakatan.
3. Amalgamasi Penyatuan dua lebih etnik Membangun
memahami, saling menyesuaikan, dan melakukan secara pisik rumah tangga,
Saling kasih
kompromi-kompromi yang mengarah pada kebiasaan, mengasihi,
adat, dan nilai-nilai Islam. melakukan kawin
campur.
Sebagai contoh dalam melakukan transformasi 4. Identifikasi Rasa Senasib
Kebangsaan/kedaerahan sebangsa anak
dan penerapan nilai-nilai kekeluargaan, adalah yang bangsa setanah
air menjalani
berkenaan dengan sistem perkawinan yang dilakukan hidup
Pak Pura dalam mengawini Nurti, adalah mengikuti
sistem perkawinan Melayu, dengan sistem mengguna- Sumber: Hasil analisis data penelitian tingkatan Asimilasi Lintas
Etnik menurut kriteria Gordon (Wanto Rivaie, 2011: 255).
kan uang asap dapur sebagai bantuan calon suami
kepada pihak mempelai calon istri. Hal ini merupakan
Pada Tabel 2, temuan penelitian mengindikasikan
adat dan kebiasaan warga Melayu yang masuk dalam
bahwa transformasi nilai-nilai kekeluargaan lintas etnik
tradisi perkawinan Dayak-Melayu.
yang terjadi di Desa Rasau Jaya berdasarkan kriteria
Dengan demikian, keluarga Pua-Nurti hampir
Dewantara, trasformasi nilai-nilai dimaksud berlang-
sepenuhnya mengadopsi nilai-nilai kekeluargaan Islam
sung melalui pembinaan rasa persatuan dalam bentuk
dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang dianut
kegiatan cinta kasih yang murni dan menghambakan
dan dipraktikkan dalam masyarakat Melayu di Rasau
diri. NMNr, dalam bentuk kegiatan membina aturan,
Jaya.
disiplin, musyawarah mufakat diwujudkan dalam bentuk
Hal ini diperkuat oleh temuan penelitian relevan
terdahulu (Sukmana, 2003: 115), yaitu warga etnis Arab kegiatan keterbukaan, persamaan hak, dan saling
dan Jawa di Kampung Embong Arab adalah (1) adanya menghargai; kekerabatan dalam bentuk intensitas hu-
kedekatan antara tokoh masyarakat, baik tokoh dari bungan kerabat istri-suami, tidak membedakan dalam
etnis Arab maupun tokoh dari etnis Jawa; (2) adanya membina hubungan kerabat suami-isteri, dan rasa
kesamaan agama (relatif beragama Islam); (3) adanya solidaritas dalam bentuk kegiatan membina saling
proses perkawinan campuran antara warga etnis Arab membantu, partisipasi aktif dalam pemecahan masalah,
dan Jawa; (4) adanya kekompakan dan kegotong- dan berbagi rasa dalam suka dan duka. Hal-hal tersebut
royongan; (5) kesadaran etnis Arab untuk mengikuti dapat dipaparkan dalam Tabel 2 berikut ini.

102 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011
Asimilasi Nilai Kekeluargaan...
g Kegiatan
Tabel 2. Transformasi Nilai Kekeluargaan Lintas No.
3.
Jenis
Musyawarah
Pengertian
Kesejahteraan
Bentuk
Keterbukaan,
Etnis di Rasau Jaya Menurut Kriteria Dewantara bersama da- persamaan hak,
lam keluarga saling menghargai
(1962). 4. Kekerabatan Hubungan dari Intensitas hubungan
keturunan nenek kerabat istri/suami
No. Jenis Pengertian Bentuk Kegiatan moyang yang
sama
1. Nilai Perpaduan untuk Rasa persatuan,
5. Solidaritas Kemurahan hati Saling membantu,
Persatuan kemuliaan Cinta kasih murni,
antar sesama berbagi rasa,
keluarga menghambakan diri,
Anggota krluarga berpartisipasi
2. NMNr Pedoman bagi Membina aturan,
memecah
perilaku bersama disiplin, nilai-nilai,
kan masalah
aturan berdasar cinta
kasih dalam Sumber: (Rivaie, 2011:256).
keluarga.

KESIMPULAN

Dalam bagian ini, paparan hasil penelitian akan kekeluargaan, namun kesadaran masyarakat tergolong
difokuskan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan cukup menggembirakan dengan dilakukan berbagai
penelitian, baik yang menyangkut pertanyaan yang kegiatan untuk membangun hubungan sosial lintas etnis
bersifat umum dan permasalahan yang bersifat khusus. yang lebih manusiawi, yaitu melalui kegiatan PKK,
Selanjutnya, pada bagian berikutnya akan dipaparkan arisan warga, koperasi desa, olah raga dan seni rakyat,
tentang rekomendasi sebagai upaya memberikan serta majelis ta’lim.
masukan tentang pengembangan untuk pengkajian Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas,
asimilasi nilai kekeluargaan lintas etnik di masa men- tentang asimilasi nilai-nilai kekeluargaan lintas etnik,
datang. beberapa rekomendasi akan dipaparkan pada bagian
Berdasarkan data temuan penelitian, yang telah berikut.
dipaparkan pada bagian deskripsi data dan pemba- Proses asimilasi nilai kekeluargaan antara
hasan hasil penelitian terdahulu, maka dapat ditarik Dayak-Jawa, Melayu-Jawa, dan Dayak-Melayu, telah
beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut. terbukti dapat melakukan pembinaan nilai persatuan,
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa proses NMNr, musyawarah-mufakat, kekerabatan, dan solida-
asimilasi nilai-nilai kekeluargaan, Dayak-Jawa, Melayu- ritas, hal ini diharapkan dapat dipertahankan dan
Jawa, dan Dayak-Melayu, dilakukan melalui trans- dioptimalkan di masa mendatang, untuk memperkokoh
formasi dan pembinaan, persatuan keluarga, nilai moral persatuan dan integrasi kelompok-kelompok masyara-
dan norma, musyawarah dan mufakat, kekerabatan dan kat yang plural dan multikultur.
solidaritas atau kemurahan hati, sehingga menghasil- Kendala-kendala asimilasi dan nilai-nilai keke-
kan tingkat asimilasi akulturasi, struktural dan amal- luargaan yang telah berhasil diatasi oleh keluarga kawin
gamasi di Desa Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya campur, sebaiknya di masa mendatang dapat diantisi-
Kalimantan Barat. pasi oleh mereka yang melakukan perkawinan lintas
Proses transformasi dan implementasi nilai-nilai etnik. Dengan demikian, asimilasi nilai kekeluargaan
kekeluargaan dalam asimilasi lintas etnik, dilakukan yang menjadi fokus pembinaan dalam keluarga mereka
dengan cara kompromistis dan persuasif antara suami- akan dapat berjalan lebih optimal.
istri, antara orang tua dan anak-anak, dan juga antara Bahwa kepala desa dan tokoh masyarakat
anak dengan anak serta kerabat. Dalam proses trans- belum secara formal merencanakan asimilasi nilai
formasi nilai-nilai kekeluargaan lintas etnis tersebut, kekeluargaan lintas etnik. Hal ini dapat disubstitusikan
ternyata mereka mengalami kendala-kendala antara lain melalui berbagai bentuk kegiatan kelompok masyarakat
keterbukaan dalam menyatakan pendapat yang belum yang sudah ada, untuk lebih diintensifkan sehingga
optimal, kesalahpahaman suami istri, pengaruh negatif dapat menikmati aktivitas-aktivitas sosial dan budaya
lingkungan teman sebaya, kepercayaan pada dukun yang tersedia di lingkungan hidup mereka, untuk lebih
untuk mengobati penyakit, penguasaan bahasa Jawa mengenal satu sama lain dan mendekatkan hubungan
kromo, bantuan kepada kerabat, dan jarak tempat ting- sosial di antara mereka sehingga kelompok-kelompok
gal kerabat yang relatif jauh. masayarakat yang ada akan terjalin hubungan yang
Upaya mengatasi kendala oleh kepala desa dan lebih erat dan lebih bermakna serta manusiawi.
tokoh masyarakat, secara tidak langsung dilakukan Penelitian ini memberikan implikasi berupa bagi
bersama masyarakat. Secara formal, tidak ada program pembuat kebijakan, hasil penelitian ini mengindikasikan
khusus untuk mengoptimalisasikan asimilasi nilai bahwa masih terdapat adanya kendala-kendala, berupa

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 103
Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

pemikiran-pemikiran kalangan orang-orang tua (khusus- dalam lingkup yang terbatas pula. Penerapan hasil-hasil
nya warga Dayak), bahwa mereka masih berharap agar penelitian yang tidak sesuai dengan karakteristik subjek
anak-anak mereka bisa kawin dengan orang-orang dan materi penelitian dapat menghasilkan hasil analisis
Dayak yang sesuku misalnya Dayak Kenyah, seku- yang kurang akurat dan dapat menyimpang dari konteks
rang-kurangnya sepupu dua atau tiga kali. Faktor lain permasalahan yang menjadi fokus analisis.
yang bisa menjadi kendala juga berupa pernyataan- Untuk peneliti berikutnya, perlu lebih memahami
pernyataan kalangan tertentu (elit partai), yang meng- aspek-aspek kemasyarakatan yang lebih luas, untuk
atasnamakan etniknya dengan memunculkan label membuka tabir berbagai masalah-masalah yang menye-
anak daerah dan bukan anak daerah. Dua hal ini menjadi babkan adanya hubungan-hubungan sosial yang ada
tugas pemerintah daerah bersama DPRD, untuk bisa menjadi tidak harmonis dan munculnya konflik horizon-
menghilangkan image yang bisa berdampak negatif tal dikalangan pada berbagai kelompok. Misalnya
terhadap proses asimilasi lintas etnik di masa depan. mengkaji lebih jauh tentang asimilasi pada komunitas-
Kendala-kendala tersebut, bisa menjadi sekat- komunitas lokal, maupun komunitas partai politik, dan
sekat yang semakin tebal dan bersifat laten, yang komunitas kegamaan di tingkat lokal, sejauhmana
sewaktu-waktu dapat muncul ke permukaan menjadi proses asimilasinya hak-hak politik, keagamaan, dan
konflik sosial, sesuai dengan temperatur dan suhu poli- semacamnya, karena materi kajian ini juga seringkali
tik yang sengaja digulirkan oleh oknum-oknum tertentu, menjadi maslah-masalah yang serius sehingga muncul
untuk mengambil keuntungan pribadi atau kelompok. konflik horizontal antara berbagai kalangan masyarakat,
Sedangkan bagi pengguna hasil penelitian, baik yang bisa mengancam integrasi nasional. Kajian-kajian
kalangan akademisi maupun masyarakat luas, peneli- dalam hal ini, dimungkinkan akan dapat memberikan
tian ini sifatnya masih terbatas, baik dari jumlah sampel sumbangan yang sangat berharga bagi pengembangan,
maupun lingkup materinya, yaitu mengkhususkan diri dan pengayaan ilmu kemasyarakatan yang sedang
pada nilai-nilai kekeluargaan. Dengan demikian, hasil- mengalami perubahan-perubahan besar yang sedang
hasil penelitian ini dimungkinkan dapat diterapkan terjadi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abecrombie,N.,et.al. (1986) Sovereign individual and Gordon, M.M. (1981). Toward a general theory of racial
capitalism. London: Allen & Urwin. and ethnic group relations. London: Harvard
Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknya kualitatif. Jakarta: University Press.
Pustaka Jaya. Haryono,P. (1993). Kultur Cina dan Jawa. Jakarta:
Blau, P.M. (1977). Inaquality and heterogeneity: A Pustaka Sinar Harapan.
primitive theory of social structure. New York and Idi, A. (2009). Asimilasi Cina Melayu di Bangka.
London: The Free Press. And Mc. Millan Pub. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Dewantara, K.H. (1962). Pendidikan keluarga. Kades. (2010). Monografi desa. Rasau Jaya.
Yogyakarta: Taman Siswa Press. Khaeruddin,H.S.S. (2008). Sosiologi keluarga.
Dewantara, K. H. (1962). Hidup keluarga sebagai sendi Yogyakarta: Liberty.
persatuan.Yogyakarta: Taman Siswa Press. Kulczycki, A. & Lobo, A. P. (2002).Patterns,
Dewantara, K.H. (1962). Pengaruh keluarga terhadap determinants, and implications of intermarriage
hidup tumbuhnya budi-pekerti. Yogyakarta: among Arab Americans. Journal of Marriage and
Taman Siswa Press. Family, January V. 64, p.202-210. New York:
Dewantara, K.H. (1962). Keluarga sebagai pusat Stanford University.
pendidikan. Yogyakarta: Taman Siswa Press. Lemore, Mc.S.D. (1983). Racial and ethnic relations in
Dwiarso,K.P. (2008). Taman siswa untuk nation and America. London: Allyn and Bacon.
character building. Yogyakarta:Taman Siswa Mulyana, D. (2006). Metodologi penelitian kualitatif
Press. (Paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu
Emzir, M. (2010). Metode penelitian pendidikan sosial lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.
kualitatif dan kuantitatif. Jakarta: Radjawali. Purwahadiwardoyo.(1965). Pendidikan nilai untuk
Gordon, M.M. (1964). Asimilation in American life, the membangun karakter. Yogyakarta: Taman
role of race, religion, and national origins. New Siswa.
York: Free Press. Rivaie, W. (2011). Asimilasi nilai kekeluargaan lintas

104 Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011
Asimilasi Nilai Kekeluargaan...

etnis. Disertasi. Bandung: UPI Bandung. Tidak The Modern Library.


diterbitkan. Sauri S. & Herlan F., (2010). Meretas pendidikan nilai.
Rosenfeld, M.J. (2002). Measures of assimilation in the Bandung: Arfino Raya.
marriage market: Mexican Americans (1970– Sukmana, O. (2003). Proses asimilasi sosial dalam
1990). Journal of Marriage and Family, February komunitas masyarakat bauran etnis Arab-Jawa
V. 64, No. 152, p.152-162.. New York: Stanford (Studi di kampung Embong Arab, kota Malang).
University. 24 Juni. Malang: Lembaga Penelitian Malang.
Sarjono.M.A. (1992). Paham Jawa. Jakarta: Swadaya Syah, K. (2010). Family values. Journal of Marriage
Sartre, J.P.(1936). Being and nothingness. New York: and Family,V. 10, p. 3-5.

Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI - Vol. 6, No.1, Juni 2011 105

You might also like