You are on page 1of 10
‘ai INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA Indonesian institute of Certified Public Accountants PERATURAN ASOSIASI NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN DAN SANKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA UMUM INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa Institut Akuntan Publik Indonesia merupakan Asosiasi Profesi Akuntan Publik Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan Akuntan Publik yang berintegritas, berkualitas dan —berkompetensi berstandar internasional, mendorong pertumbuhan dan independensi profesi yang sehat dan kondusif bagi profesi Alcuntan Publik, menjaga martabat profesi Akuntan Publik dan kepercayaan publik, melindungi kepentingan public dan Akuntan Publik, serta mendorong terwujudnya good governance di Indonesia; b. Bahwa untuk melaksanakan tujuan tersebut Institut Akuntan Publik Indonesia melakukan kegiatan disiplin dan investigasi serta reviu mutu terhadap anggotanya untuk memberikan keyakinan bahwa anggota asosiasi sudah mematuhi Kode Etik dan Standar Profesional dalam memberikan jasa Akuntan Publik; c. Bahwa setiap anggota Institut Akuntan Publik Indonesia harus memenuhi Kode Etik Profesi Akuntan Publik, Standar Profesional Akuntan Publik, Standar Pengendalian Mutu dan standar profesional lainnya, dalam memberikan jasa asurans atau jasa lainnya sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik; d. Bahwa setiap anggota Institut Akuntan Publik Indonesia harus mematuhi ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar Institut Akuntan Publik Indonesia dan Anggaran Rumah Tangga Institut Akuntan Publik Indonesia; (Office 8 Building 12" floor, Unit 12 12 3, Suleman Central Business District (SCBD) Lot 28 21. Senopati Raya No. 8, Jakarta 12190, INDONESTA Telp. (021) 29333151, 72795445 - 46 (Hunting), 08111707261 - 65 Fax : (021) 29333154 - 55, 72795441, 72795449 Website : wwrwlaplorid Email: info@iap.otid ¢. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 79 ayat (7) dan Pasal 82 ayat (11) Anggaran Rumah Tangga Institut Akunian Publik Indonesia, Dewan Pengurus perlu membuat Peraturan Asosiasi tentang Disiplin dan Sanksi; Mengingat ‘1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5690); 3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2011 tentang Penetapan Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik; 4. Anggaran Dasar Institut Akuntan Publik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 91 dan Tambahan Berita Negara Nomor 57 Tahun 2010); 5. Anggaran Rumah Tangga Institut Akuntan Publik Indonesia; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN ASOSIASI NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG DISIPLIN DAN SANKSI. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Institut Akuntan Publik Indonesia yang selanjutnya disebut Institut, adalah Asosiasi Profesi Akuntan Publik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Akuntan Publik; 2. Anggaran Dasar adalah anggaran dasar Institut Akuntan Publik Indonesia beserta perubahannya dari waktu ke waktu; 3. Anggaran Rumah Tangga adalah anggaran rumah tangga Institut Alcuntan Publik Indonesia beserta perubahannya dari waktu ke waktu; 4. Dewan Pengurus adalah organ Institut yang bertanggung jawab atas kepengurusan untuk kepentingan dan tujuan Institut, serta mewakili Institut baik di dalam maupun di luar pengadilan; 10. 11, 12, 13. 14, 15. 16. 17. 18. Ne Ketua Umum adalah Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Dewan Pengawas adalah organ Institut yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Dewan Pengurus Institut dalam menjalankan kegiatan kepengurusan, serta menangani keberatan Anggota; Dewan Reviu Mutu yang selanjutnya disingkat DRM” adalah Dewan Reviu Mutu sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Komite Disiplin dan Investigasi yang selanjutnya disingkat "KDI” adalah Komite Disiplin dan Investigasi sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Komite Keanggotaan dan Advokasi adalah Komite Keanggotaan dan Advokasi sebagaimana dimaksud pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Anggota adalah anggota Institut sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik; Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disingkat “KAP” adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik; Kode Etik Profesi Akuntan Publik, yang untuk selanjutnya dalam peraturan ini disebut “Kode Etik’, adalah acuan etika dan perilaku yang ditetapkan oleh Institut yang wajib dipatuhi oleh Anggot Standar Profesional Akuntan Publik, yang untuk selanjutnya disebut “SPAP”, adalah acuan yang ditetapkan oleh Institut sebagai ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik dalam pemberian Jasanya; Sanksi adalah sanksi yang dikenakan kepada Anggota yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap keputusan Rapat Umum Anggota/Rapat Umum Anggota Luar Biasa, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik, SPAP, dan/atau peraturan Institut lainnya yang berlaku; Keberatan adalah upaya Anggota yang tidak setuju atas putusan sanksi yang ditetapkan oleh KDI, ditujukan kepada Dewan Pengawas; Pelaksana Reviu Mutu yang selanjutnya disingkat “PRM” adalah manajemen penuh waktu Institut yang bertugas membantu DRM sebagai pelaksana reviu mutu di lapangan; Divisi Disiplin dan Investigasi yang selanjutnya disingkat “DDI” adalah satuan tugas di manajemen Institut yang bertugas membantu KDI dalam menjalankan fungsinya. a (2) (3) (4) (5) (6) (7) (1) (2) (3) BABII KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 2 Kewajiban keanggotaan terdiri dari kewajiban administrasi dan kewajiban profesi. Kewajiban administrasi yang wajib dipenuhi sebagai Anggota adalah sebagai berikut: a, membayar iuran tahunan yang ditetapkan oleh Institut; b. mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) sejumlah satuan kredit tertentu yang ditetapkan oleh Institut (khusus untuk Anggota CPA Pemegang Izin Akuntan Publik dan CPA Selain Pemegang Izin Akuntan Publik); ¢. mematuhi kewajiban-kewajiban keanggotaan lain yang diatur dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan peraturan Institut. Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikenakan sanksi administrasi. Kewajiban profesi yang wajib dipatuhi oleh Anggota CPA Pemegang Izin Akuntan Publik dalam rangka pemberian jasa profesionalnya adalah sebagai berikut: melaksanakan pekerjaan profesi sebagai Akuntan Publik secara professional sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau ketentuan hukum lainnya terkait profesi yang berlaku; b. mengikuti standar profesional akuntan publik; ¢. mematuhi kode etik profesi akuntan publik; d. mematuhi kewajiban-kewajiban profesi lainnya yang diatur dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan peraturan Institut. Pelanggaran terhadap kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dikenakan sanksi profesi. Sanksi profesi dibedakan antara sanksi terkait pengaduan dan sanksi terkait hasil reviu mutu. Tata cara pengenaan sanksi atas keterlambatan pembayaran iuran tahunan mengikuti ketentuan dalam peraturan yang berlaku. BAB Ill SANKSI ADMINISTRASI Pasal 3 Bentuk sanksi administrasi yang dapat dikenakan adalah sebagai berikut: a. Peringatan tertulis; b. Pembekuan sebagai Anggota; ¢. Pemberhentian sebagai Anggota. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditetapkan secara berurutan. Pengenaan kewajiban lain dapat diberikan pada sanksi peringatan tertulis atau sanksi pembekuan, berupa: a. rekomendasi pencabutan sertifikat CPA yang disampaikan kepada Dewan Sertifikasi sekaligus penurunan status keanggotaan; q (2) (3) qy (2) b. . mengikuti tambahan PPL dengan jumlah SKP dalam jangka waktu tertentu; c. sanksi lain yang ditentukan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan peraturan Institut. BABIV SANKSI PROFESI TERKAIT PENGADUAN Pasal 4 Bentuk sanksi profesi yang dapat dikenakan adalah sebagai berikut: a. Peringatan tertulis; b. Pembekuan sebagai Anggota; c. Pemberhentian sebagai Anggota. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak harus ditetapkan secara berurutan, melainkan tergantung berat atau ringannya pelanggaran yang dilakukan. Pengenaan kewajiban lain dapat diberikan pada sanksi peringatan tertulis atau sanksi pembekuan, berupa: a. memperbaiki sistem pengendalian mutu; b. tidak melakukan pemberian jasa untuk suatu bidang jasa tertentu atau pada sektor industri tertentu, dalam jangka waktu tertentu; ¢. rekomendasi pencabutan sertifikat CPA yang disampaikan kepada Dewan Sertifikasi sekaligus penurunan status keanggotaan; d. mengikuti tambahan PPL dengan jumlah SKP dalam jangka waktu tertentu; e. sanksi lain yang ditentukan dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan peraturan Institut. BABV SANKSI PROFESI TERKAIT HASIL REVIU MUTU Pasal 5 Terkait hasil reviu mutu yang dilakukan terhadap Anggota, DRM dapat mengusulkan sanksi profesi kepada KDI. Sanksi profesi diberikan apabila DRM telah melakukan upaya pembinaan, Anggota yang direviu tidak dapat memperbaiki praktik pemberian jasa profesinya, yang ditandai antara lain dengan kondisi-kondisi berikut ini: a. tidak terdapat itikad baik, niat dan kemampuan dari Anggota untuk memperbaiki diri; b. secara signifikan, Anggota tidak mematuhi standar profesional akuntan publik, kode etik profesi akuntan publik, dan peraturan lainnya yang relevan dengan profesi; c. Anggota belum mengimplementasikan sistem pengendalian mutu yang diwajibkan dalam standar profesi secara memadai. (1) Anggota dinilai_memiliki itikad baik, niat dan kemampuan untuk memperbaiki diri apabila DRM dapat melihat secara jelas semua kondisi berikut ini: a. bersikap kooperatif selama proses reviu mutu berlangsung. Sikap yang tidak kooperatif diuraikan dalam ayat (6); b. melakukan secara signifikan hal yang direkomendasikan oleh DRM untuk perbaikan praktik Anggota dalam pemberian jasa asurans atau jasa profesi lainnya; ¢. Anggota tidak mengulangi kesalahan/pelanggaran terhadap standar profesi yang sama/mirip dengan pelanggaran/kesalahan pada periode-periode sebelumnya, yang mengakibatkan Anggota tersebut menerima sanksi dari regulator atau Institut; 4. menunjukkan perbaikan yang berarti/signifikan, yang dapat diperlihatkan kepada DRM, pada pelaksanaan reviu mutu berikutnya, seperti misalnya: i, tidak mengulangi pelanggaran terhadap standar profesi yang sama/mirip dengan yang ditemukan dalam pelaksanaan reviu sebelumnya; ii, berkurangnya jumlah pelanggaran terhadap standar profesi dalam pelaksanaan reviu berikutnya; iii, perbaikan lainnya. (3) Anggota dinilai mematuhi standar profesi dan peraturan lain yang relevan dengan profesi apabila tidak ditemukan pelaksanaan perikatan di bawah standar (substandard engagement), yang ditandai dengan dipenuhinya seluruh kriteria di bawah ini secara signifikan: a. setiap jasa asurans atau jasa profesi lainnya didukung secara memadai oleh kertas kerja atau dokumentasi atas pekerjaan yang dilakukan, yang menjadi dasar bagi laporan yang diterbitkan; b. _laporan yang diterbitkan sesuai dengan kondisinya; (4) Anggota dinilai sudah merancang dan mengimplementasikan sistem pengendalian mutu (quality assurance) secara memadai apabila semua kriteria di bawah ini dilakukan /dipenuhi secara signifikan: a, SPM dan manual/pedoman audit sudah tersedia secara tertulis, dalam bentuk hardcopy atau softcopy; b. desain SPM dan manual/pedoman audit sudah sesuai dengan standar profesi atau peraturan lain yang relevan secara signifikan; ¢. SPM dan manual/pedoman audit dimplementasikan dalam pelaksanaan pemberian jasa asurans atau jasa profesi lainnya, yang dapat dilihat dalam kertas kerja. Pasal 6 Pasal 7 Anggota/KAP dianggap tidak memiliki sikap kooperatif apabila: a. tidak memberikan tanggapan atas permintaan data, laporan, kertas kerja dan dokumen lain yang diminta oleh PRM dalam rangka pelaksanaan reviu mutu; Q) 2) (3) @) 6) © (7) (8) (9) b. . tidak bersedia memperlihatkan, meminjamkan atau memberikan Salinan kertas kerja, laporan dan dokumen lain yang diminta oleh PRM; c. tidak memberikan keterangan yang diperlukan; 4. memberikan keterangan, kertas kerja dan dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; ¢. tidak memenuhi panggilan; f. tidak membayar kontribusi biaya reviu mutu seperti yang sudah disepakati bersama dalam surat perintah kerja; g. tidak melakukan hal yang direkomendasikan oleh DRM/PRM dalam jangka waktu yang disepakati; h, menolak untuk dilakukan reviu mutu tanpa alasan yang jelas dan dapat diterima oleh DRM; i, menolak menandatangani dokumen terkait reviu mutu di bawah ini tanpa alasan/bukti pendukung yang jelas dan dapat diterima oleh DRM: i, daftar temuan reviu mutu; Surat Perjanjian Kerja (SPK); ili, daftar hadir acara closing conference. j. tindakan lain yang dinilai oleh DRM sebagai tindakan menghindar atau menghambat kelancaran pelaksanaan reviu mutu. BAB VI KRITERIA PENGENAAN SANKSI Pasal 8 Sanksi peringatan tertulis dikenakan terhadap pelanggaran ringan. Sanksi peringatan tertulis atas pelanggaran yang sama dikenakan maksimum 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 2 (dua) tahun berturut-turut. Sanksi peringatan berikutnya adalah sanksi pembekuan sebagai Anggota. Sanksi pembekuan dikenakan terhadap pelanggaran berat. Sanksi pembekuan sebagai Anggota diberikan paling banyak 2 (dua) kali. Sanksi pembekuan berikutnya adalah sanksi pemberhentian sebagai Anggota. Lamanya sanksi pembekuan sebagai Anggota adalah paling lama 2 (dua) tahun. Anggota yang mendapat sanksi pembekuan akan kehilangan seluruh haknya sebagai Anggota selama masa pembekuan. Seluruh kewajibannya sebagai Anggota tetap berlaku. Sanksi pemberhentian sebagai Anggota dikenakan terhadap pelanggaran sangat berat, termasuk pelanggaran terhadap pakta integritas. Kriteria berat ringannya pelanggaran ditentukan oleh KDI berdasarkan jenis dan bobot pelanggaran. Pedoman untuk menentukan kategori pelanggaran ringan atau pelanggaran berat sesuai pada Lampiran dalam peraturan ini. y) 2) 3) 4) a (2) (3) (4) Pasal 9 Sanksi peringatan tertulis dikenakan untuk pelanggaran ringan seperti: a. Anggota belum memiliki rancangan dan __belum/tidak mengimplementasikan sistem pengendalian mutu (quality assurance) secara memadai, meskipun upaya pembinaan telah dilakukan oleh DRM atau regulator; b. hasil reviu mutu menunjukkan bahwa masih terdapat pelanggaran yang signifikan terhadap standar profesi dan peraturan-peraturan lain yang relevan dengan profesi, meskipun upaya pembinaan telah dilakukan oleh DRM atau regulator; c. _Pelanggaran ringan lainnya yang ditentukan oleh KDI. Sanksi pembekuan sebagai Anggota dapat diberikan untuk pelanggaran berat seperti: a, tidak terdapat itikad baik, niat dan kemampuan dari Anggota untuk memperbaiki diri, meskipun upaya pembinaan sudah dilakukan oleh Institut atau regulator; b, Anggota belum mematuhi standar profesi dan peraturan-peraturan lain yang relevan dengan profesi, secara signifikan, meskipun upaya pembinaan telah dilakukan oleh Institut atau regulator; ¢. hasil reviu mutu menunjukkan bahwa masih terdapat pelanggaran yang bersifat menyeluruh terhadap standar profesi dan peraturan- peraturan lain yang relevan dengan profesi, meskipun upaya pembinaan telah dilakukan oleh Institut atau regulator; 4. _pelanggaran berat lainnya yang ditentukan oleh KDI. Lamanya sanksi pembekuan sebagai Anggota adalah 1 (satu) bulan sampai dengan 24 (dua puluh empat) bulan, tergantung ringan atau beratnya pelanggaran yang dilakukan. Sanksi pemberhentian ‘sebagai Anggota dapat diberikan untuk pelanggaran yang sangat berat seperti: a, telah dikenakan sanksi pembekuan sebagai Anggota sebanyak 2 (dua) kali; b. _pelanggaran sangat berat lainnya yang ditentukan oleh KDI. BAB VII MEKANISME PENETAPAN SANKSI Pasal 10 Proses pengenaan sanksi kepada Anggota dilakukan berdasarkan prinsip faimess, transparan dan bertanggungjawab. Sanksi ditetapkan oleh KDI setelah pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah mufakat dalam suatu rapat pengambilan keputusan sanksi. Rapat dipimpin oleh Ketua KDI. Apabila Ketua KDI berhalangan hadir, maka rapat dipimpin oleh salah satu Anggota KDI yang ditunjuk oleh Ketua KDI. Rapat pengambilan keputusan sah apabila dihadiri oleh setengah ditambah 1 (satu) anggota KDI. 6) (6) (7) (8) (1) (2) (3) (4) (5) (6) q) (2) Dalam hal musyawarah tidak dapat dilakukan, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan pemungutan suara (voting), yang bisa diulang jika pemungutan suara menghasilkan jumlah suara yang berimbang. Jika tetap terjadi suara yang berimbang, Ketua KDI dapat menentukan keputusan mana yang akan diambil. Hak suara setiap anggota KDI dapat dikuasakan kepada anggota KDI yang lain. Namun, setiap anggota KDI hanya dapat menerima 1 (satu) kuasa dari anggota KDI yang lain. Dalam hal atau situasi/kondisi mendesak, pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sirkuler, apabila disetujui oleh semua anggota KDI. Pengambilan keputusan secara sirkuler, sebagaimana yang dimaksud di atas, sah apabila mayoritas anggota KDI menyetujui keputusan. BAB VIII PENYAMPAIAN SANKSI Pasal 11 Sanksi disampaikan ke Anggota yang bersangkutan melalui Dewan Pengurus. Institut dapat memberitahukan sanksi yang dikenakan terhadap Anggota kepada institusi yang berfungsi melakukan pembinaan dan pengawasan akuntan publik pada kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang keuangan. Apabila diminta, KDI dapat mengirim surat kepada pengadu mengenai sanksi keanggotaan (tanpa menyebutkan jenis sanksinya) yang dikenakan kepada Anggota. Sanksi yang disampaikan kepada institusi yang berfungsi melakukan pembinaan dan pengawasan akuntan publik pada kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sanksi pembekuan sebagai Anggota dan sanksi pemberhentian sebagai Anggota. Surat keputusan penetapan sanksi ditandatangani oleh sekurang- Kurangnya 3 (tiga) orang KDI termasuk Ketua KDI dan salinannya disampaikan kepada Dewan Pengurus, Komite Keanggotaan dan Advokasi, serta arsip DDI. Setelah jangka waktu pengenaan sanksi berakhir, maka secara otomatis Anggota dipulihkan statusnya seperti sebelum dikenakan sanksi. BAB IX KEBERATAN ATAS SANKSI Pasal 12 Jika Anggota keberatan dengan sanksi yang dikeluarkan oleh KDI, maka Anggota tersebut dapat mengajukan keberatan kepada Dewan Pengawas. Pengaturan dan tata cara pengajuan keberatan diatur dalam peraturan Institut tersendiri. \ BABX PENUTUP Pasal 13 (1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur selanjutnya oleh Dewan Pengurus. : (2) Dengan berlakunya peraturan ini, maka semua ketentuan yang bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku. (3) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Agustus 2018 KETUA UMUM DEWAN PENGURUS INSTITUT AKUNT: IBLIK INDONESIA, TARKOSUNARYO

You might also like