You are on page 1of 4

MATERI EVALUASI BANKEU PARPOL

S.D NOPEMBER 2021

Mendasarkan pada :
1. PERMENDAGRI No. 36 Tahun 2018 tentang Tata Cara Penghitungan,
Penganggaran dalam APBD, dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan
Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik
sebagaimana telah diubah dengan PERMENDAGRI No.78 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas PERMENDAGRI Nomor 36 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, dan Tertib Administrasi Pengajuan,
Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan
Partai Politik; dan
2. Keputusan Bupati Jepara Nomor 210/96 Tahun 2021 tentang Bantuan Keuangan
kepada Partai Politik yang Mendapat Kursi di DPRD Kabupaten Jepara Hasil
Pemilu Tahun 2019 Tahun Anggaran 2021

DATA REALISASI PENCAIRAN DANA BANTUAN KEUANGAN


KEPADA PARTAI POLITIK TA. 2021 S.D 22 NOPEMBER 2021
Besarnya Realisasi
Sisa
No Nama Parpol Bantuan Bantuan
(Rp.) (Rp.) Tanggal (Rp.)
1 2 3 4 6 7
1 Perindo 39.114.420 39.114.420 30-6-2021 0,00
2 NasDem 144.434.580 144.434.580 30-6-2021 0,00
3 PKS 60.130.140 60.130.140 30-6-2021 0,00
4 PDI P 206.330.670 206.330.000 16-7-2021 670,00
5 Demokrat 93.857.040 93.857.040 16-7-2021 0,00
6 Gerindra 118.410.150 118.410.150 21-7-2021 0,00
7 PKB 140.203.620 140.203.620 5-8-2021 0,00
8 PAN 37.809.630 37.809.630 30-8-2021 0,00
9 Golkar 102.809.400 102.809.400 8-9-2021 0,00
10 Hanura 20.774.160 20.774.160 22-9-2021 0,00
11 Berkarya 34.845.030 0 - 34.845.030,00
12 PPP 218.950.350 0 - 218.950.350,00
  JUMLAH 1.217.669.190 963.873.140   253.796.050,00
Kesimpulan :
- 10 Partai yang sudah mencairkan
- 2 partai yang belum mencairkan

Terkait Usulan Kenaikan nilai bantuan per suara

Menindaklanjuti Surat dari 2 parpol :


1. Partai PKB tertanggal 4 September 2020; dan
2. Partai NasDem tertanggal 7 September 2020 perihal Permohonan Kenaikan
Bantuan Keuangan Parpol bahwa Partai Politik mengajukan kenaikan Banpol yang
semula sebesar Rp.1.830,- per suara sah menjadi Rp.5.000,-
Bahwa Mendasarkan pada PERMENDAGRI No. 36 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Penghitungan, Penganggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan
Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik pada pasal : 5, 6, 7, 8, dan 9, serta
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Bahwa sesuai dengan mekanisme untuk pengajuan kenaikan Anggaran Banpol
tidak memungkinkan dilaksanakan pada APBD TA.2021 karena belum
teranggarkan dalam RKPD dan PPAS 2021;
2. Capaian program prioritas RPJMD 2017 – 2022 masih terdapat beberapa capaian
program prioritas yang belum memenuhi target;
3. Kondisi kemampuan keuangan daerah dengan adanya pandemi covid-19 ini
mengakibatkan turunnya Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan transfer pada
Tahun 2021, sehingga potensi keuangan yang ada perlu diprioritaskan untuk
Belanja Wajib sesuai dengan program prioritas daerah;
4. Nilai per suara sah bantuan keuangan parpol di Jepara sudah melebihi batas
minimal per suara sah yaitu sebesar Rp.1.830,- per suara sah dari Rp.1.500,- per
suara sah; dan
5. Dari sisi indeks kemahalan, bahwa laju inflasi saat ini berdasarkan BPS Tahun
2018 angkanya menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Nasional dan
Jawa Tengah).
Memperhatikan hal-hal tersebut maka permohonan usulan kenaikan anggaran bantuan
keuangan partai politik dalam RAPBD TA.2021 tidak dapat dikabulkan.
Sebagai bahan pertimbagan Besaran Bantuan Keuangan Parpol di Kabupaten sekitar antara
lain :
KAB. GROBOGAN Rp 2.000
KAB. B L O R A Rp 1.781
KAB. REMBANG Rp 2.873
KAB. PATI Rp 1.593
KAB. KUDUS Rp 2.550
KAB. JEPARA Rp 1.830
KAB. DEMAK Rp 1.879
KAB. SEMARANG Rp 2.029,48
KOTA SEMARANG Rp 3.000
Saat ini besaran bantuan keuangan parpol di Kabupaten Jepara sebesar
Rp.1.830,- telah memenuhi batas minimal Rp.1.500,- yaitu per suara sah.

Jika Parpol di Kabupaten Jepara bermaksud mohon kenaikan nilai Banparpol, maka
mekanisme Pengajuan kenaikan Bantuan Keuangan Parpol adalah sbb :
1. Permohonan pengajuan kenaikan banpol dari Partai Politik kepada Bupati.
2. Pembahasan pengajuan kenaikan banpol oleh eksekutif dengan memperhatikan
beberapa hal, antara lain :
a. Pelaksanaan/ capaian propgram prioritas daerah yang tertuang dalam RPJMD.
b. Kondisi kemampuan keuangan daerah, setelah terpenuhinya :
i. Belanja urusan wajib dan mengikat
ii. Belanja yang telah diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan, dan
iii. Standar pelayanan minimal terkait pelayanan dasar masyarakat.
c. Nilai per suara sah bantuan keuangan parpol pada tahun anggaran sebelumnya.
d. Indeks kemahalan.
3. Anggaran kenaikan banpol tersebut tertuang dalam dokumen perencanaan/ RKPD
dan atau dokumen penganggaran PPAS dan RAPBD dan selanjutnya juga disepakati
oleh legeslatif.
4. Bupati mengajukan surat permohonan kenaikan bantuan keuangan Parpol kepada
Gubernur Jawa Tengah dengan tembusan kepada Kepala Bakesbangpol Provinsi
Jawa Tengah dengan dilampiri bukti mengenai dialokasikannya Bantuan Keuangan
Parpol dalam dokumen perencanaan dan/ dokumen penganggaran.
5. Tim Provinsi akan menindaklanjuti surat permohonan dengan melakukan Desk
dengan Tim Kabupaten (BAPPEDA, BPKAD, Bagian Hukum Setda dan Bakesbangpol
Kabupaten Jepara).
Tito menyebut, anggaran parpol bertujuan agar operasional partai dapat berjalan baik dan
lebih sehat.

"Untuk survive-nya operasionalnya parpol. Kami menggunakan prinsip programs follow


money. Moneynya sudah disiapkan, otomatis program dengan output sasaran di 2020 kami
akan kerjakan berdasarkan anggaran-anggaran ini," ucapnya.

 Indonesia Coruption Watch (ICW) mendukung penambahan dana partai politik oleh
pemerintah. Wakil Koordinator ICW Ade Irawan beralasan, lewat suntikan negara, partai kader
bisa fokus memperbaiki bangsa dan jauh dari tujuan memperkaya diri.

"Jadi (dengan penambahan dana parpol) negara mendorong memastikan agar kompetisi di


partai didasarkan kualitas, orang (kader) yang partai yang dinominasikan untuk dipilih untuk
pejabat publik adalah orang yang punya kualitas adalah orang pilihan," papar Ade di Gedung
Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Rabu (27/12/2017).

Ade berpandangan, dengan dana Parpol saat ini, upaya para kader untuk korupsi sangat
tinggi. Terlihat dari masuknya kader yang awalnya nonpartai namun memiliki modal, bisa
diusung menjadi calon sebagai kepala daerah.

"Kalau seperti ini partai dibajak, dibajak siapa orang yang punya uang. Jadi konsekuensinya
partai ketika mencalonkan baik kepala daerah anggota legislatif bukan kader yang punya
kemampuan tapi yang punya uang," Ade menjelaskan.

Menurut Darmin, angka tersebut masih dalam kemampuan APBN. Sehingga kenaikan dana
parpol tersebut masih terhitung aman bagi APBN. "Ya artinya itu bukan, itu tidak di luar
jangkauan APBN. Itu di dalam jangkauan. (Masih aman?) Ya," kata dia.

Dia mengungkapkan kenaikan parpol merupakan sebuah pilihan. Kenaikan ini diharapkan bisa
dipahami oleh masyarakat. "Memang apapun itu, itu soal pilihan. Pilihan itu adalah tidak bisa
diukur di satu titik waktu. Itu soal pilihan saja," tandas.

JK: Lebih Baik Dana Naik daripada Parpol Main Proyek

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan, naiknya dana bantuan untuk partai
politik membenani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia menyatakan hal
tersebut menanggapi naiknya dana parpol 10 kali lipat.

"Ya pasti, ya namanya di APBN, pasti membebani APBN," kata pria yang akrab disapa JK itu
di kantornya, Jakarta, Selasa (29/9/2017).

Kenaikan besaran dana parpol tertuang dalam Surat Menteri Keuangan Nomor
277/MK.02/2017 pada 29 Maret 2017. Kebijakan itu diikuti dengan revisi PP Nomor 5 Tahun
2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol.

Meski demikian, masih kata dia, ini lebih baik dilakukan. Daripada partai-partai itu mengejar
proyek dan merugikan keuangan negara.

"Tapi lebih berbahaya kalau partai-partai itu ingin kerja proyek dan lebih menyulitkan kan,"
jelas JK.

Karena itu, lanjut dia, dana parpol akan diaudit. Batasan-batasan pemanfaatan dana tersebut
akan ditentukan, berikut mekanisme dan prosedurnya.

"Ya tentu ada prosedurnya, ada batasan-batasannya (setiap partai)," kata JK.

Namun, JK tidak bisa memastikan apakah kenaikan dana parpol sudah sesuai kebutuhan. Ia


menilai hal itu hanya bisa dilihat dari kaca mata masing-masing partai.
"Soal cukup, itu tergantung masing-masing. Ada yang cukup, ada yang tidak," pungkas JK.

Politikus PSI ini menyampaikan, konteks kalimat yang disampaikan mengenai kenaikan dana


banpol itu untuk menanggapi rekomendasi kebijakan dari KPK dan LIPI. Yakni untuk
memperkuat demokrasi dan menekan korupsi oleh para pejabat publik dari partai politik.

"Rekomendasi KPK dan LIPI bahwa partai politik harus memiliki keuangan yang sehat untuk
beroperasi, dengan demikian potensi korupsi politik dapat ditekan," ucap William.

Menurut dia, DKI Jakarta masih dalam kondisi pandemi dan kesulitan ekonomi. Untuk
pembahasan tersebut menjadi tidak relevan.

"Itu perlu masalah timing saja, pantas atau tidak? Karena melihat konteks yang tidak relevan,
maka pada Pandangan umum itu PSI tidak mendorong kenaikan dana Banpol. Malah kami
menegaskan untuk memangkas kegiatan-kegiatan yang tidak relevan seperti kenaikan RKT
ratusan miliar yang sempat diusulkan," jelasnya.

Wakil Ketua DPR itu menilai seharusnya kenaikan bantuan dana parpol sekitar Rp 5.000 per
suara. Jika bantuan dana parpol sebesar itu, dia menilai akan membantu partai politik dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.

"Kalau Rp 5.000, itu lebih signifikan dampaknya," ujarnya.

Menurut dia, jika penambahan dana bantuan parpol sebesar Rp 5.000 per suara merupakan
usulan yang wajar karena di Indonesia parpol tidak diperbolehkan untuk berbisnis.

"Di Indonesia parpol tidak boleh punya bisnis, enggak boleh punya bengkel, jadi wajar negara
memberikan bantuan," tandas Fadli.

You might also like