Professional Documents
Culture Documents
NewSKRIPSI Siti Rizka Herdiana (170711037)
NewSKRIPSI Siti Rizka Herdiana (170711037)
SKRIPSI
Oleh:
170711037
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Cirebon
Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA
170711037
Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA
NIM: 170711037
Pembimbing 1 Pembimbing 2,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Kabupaten Cirebon
NIM : 170711037
Menyetujui,
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
NIM : 170711037
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan yang lain atau di perguruan tinggi
lain. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Segala puji dan puji sukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
semua umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lanjut
Usia Di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon” dengan baik.
Lantunan sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para
pengikutnya yang telah membawa umat Islam ke arah kebaikan dan kedamaian.
Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini, walaupun sesungguhnya masih banyak dijumpai kekurangan
dalampenulisannya.
Skripsi ini di susun guna memenuhi dan melengkapi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S1) jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan,
semangat dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik, maka pada pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnyakepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon Bapak Prof. Dr. H. Sanusi Uwes,
M.Pd.
2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon Bapak
Uus Husni Mahmud, S.Kp., M.Si
3. Ketua Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Cirebon Bapak Asep Novi Taufiq Firdaus, M.Kep, Ners
4. Seluruh pegawai dan staff di lingkungan Universitas Muhammadiyah Cirebon
5. Kedua orangtua tercinta yang senantiasa melantunkan doa dan memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Suamiku tercinta yang senantiasa melantunkan doa-doanya dan memberikan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulis skripsi ini.
7. Adik dan kakak yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi
viii
kepada penulis untuk segera merampungkan pendidikan S-1
8. Serta semua pihak yang turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kepada semua pihak yang telah membantu, penulis tidak dapat membalas
apa-apa kecuali untaian terimakasih yang tulus serta iringan doa semoga kita
senantiasa dirahmati oleh Allah SWT. Akhir kata penulis menyadari atas
kekurangan dan keterbatasan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan
untuk perbaikan dan kesempurnaan dari hasil yang didapat. Akhirnya, hanya
kepada Allah penulis berdoa, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan
mendapat ridho-Nya, Aamiin Yarabbal’alamin.
ix
DAFTAR ISI
x
3.3 Teknik Sampling ...............................................................................22
3.4 Lokasi Penelitian...............................................................................23
3.5 Waktu Penelitian ...............................................................................23
3.6 Variabel .............................................................................................23
3.7 Definisi Operasional Variabel ..........................................................23
3.8 Sumber Data .....................................................................................25
3.9 Teknik Pengumpulan Data................................................................25
3.10 Uji Coba Instrumen ...........................................................................25
3.11 Analisis Data .....................................................................................27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................29
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................29
4.1.1 Karakteristik Lanjut usia .............................................................. 29
4.1.2 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian........................................ 30
4.1.3 Analisis Data ................................................................................ 31
4.2 Pembahasan ......................................................................................35
BAB V PENUTUP.................................................................................................37
5.1 Kesimpulan .......................................................................................37
5.2 Saran .................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................38
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
2008) menyatakan bahwa kesejahterahaan yang terjadi pada lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut (BPS, 2020) data hasil
20,04 juta orang atau terdapat sekitar 8,05% dari total penduduk di Indonesia.
Persentase untuk penduduk usia lebih dari 60 tahun sebesar 8,05%, usia lebih dari
70 tahun sebesar 3,15%, dan usia lebih dari 80 tahun sebesar 0,85%.
terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun
psikologis. Masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia adalah
masalah tersebut, maka kondisi itu dapat mengganggu kegiatan sehari-hari lansia.
masalah kesehatan jiwa adalah hal yang penting dalam upaya mendorong lansia
terjadi pada usia 55-64 tahun sebanyak 8%, usia 65-74 tahun sebanyak 10% dan
pada usia lebih dari 75 tahun sebanyak 13% dari jumlah seluruh penduduk
1
Indonesia. Stanley (2006) menyatakan kecemasan merupakan masalah psikologis
fisik dan psikis, menurunnya penghasilan akibat pensiun, serta kesepian akibat
ditinggal oleh pasangan, keluarga atau teman seusia. Menurut (Hawari, 2011)
menyatakan bahwa tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh yang mengalami
gangguan kecemasan yaitu cemas, khawatir, firasat buruk, takut dan mudah
kegiatan sehari-hari. Menurut (Flint, 1999) kecemasan yang dialami lansia dapat
hipotensi, dan agitasi. Obat akan berdampak kurang baik bila dikonsumsi terus-
menerus terutama pada lanjut usia yang telah mengalami penurunan fungsi tubuh.
terapi non farmakologi merupakan intervensi yang cocok untuk lanjut usia yang
tidak ingin menggunakan terapi obat untuk kecemasan, salah satu contoh terapi
daridalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, sehingga
2
masalah fisik. Terapi tertawa dapat dilakukan setiap hari, tidak memerlukan
batuk- batuk dan flu kronis, gangguan pencernaan, insomnia, berbagai alergi,
asma, gangguan haid, sakit kepala, sakit perut dan bahkan kanker. Juga telah jelas
dalam melakukan terapi tertawa apabila orang tersebut tertawa dengan lepas yang
dapat dilihat dari ekspresi wajah yang ditunjukkan, disertai dengan adanya
gerakan otot perut, otot dada, otot bahu dan peningkatan frekuensi pernafasan.
Terapi tertawa dapat di lakukan secara individu dan berkelompok, terapi ini akan
yang juga disebut morfin tubuh ke dalam sirkulasi darah, sehingga menimbulkan
sensasi nyaman, rileks, dan sehat. Menurut (Potter & Perry dalam Haruyama,
merupakan pusat pengatur emosi yang kemudian akan menekan produksi hormon
diteliti oleh ( Ika Istirokah, dkk, 2017), didapatkan ada pengaruh pemberian terapi
3
tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada penderita hipertensi dengan
persentase 86,5% dibanding dengan yang tidak diberi terapi tertawa. Berdasarkan
lansia ada 2 orang lansia mengatakan bahwa dirinya merasa takut dan gelisah bila
ditinggal sendiri dan terkadang juga sering terbangun dari tidur pada malam hari
dan mudah marah pada keluarga maupun tetangganya karena merasa orang
disekitarnya tidak peduli dan juga kadang mengalami mimpi buruk. Dua lansia
terapi obat anti kecemasan yaitu trazadone hcl. Berdasarkan uraian diatas peneliti
Kabupaten Cirebon.
adalah, adakah pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan lanjut usia
4
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
sebagai berikut:
datang.
1.4.2.2 Acuan bagi ilmu keperawatan dalam memberi terapi non farmakologi
5
mandiri.
secara mandiri.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
psikologisnya semakin menurun. Menurut Potter & Perry (2005a) usia 65-75
tahun disebut dengan masa dewasa tua (lansia). Lanjut usia adalah >65-70 tahun
yang dibagi 3 batas umur, yaitu 70-75 tahun, 75-80 tahun, > 80 tahun (Efendi dan
(middleage) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90
dimulai dari masa bayi, remaja, dewasa, kemudian menjadi tua. Menurut Bintang
Mara Setiawan (2013: 16) “setiap masa yang dilalui adalah tahap- tahap yang
saling memiliki hubungan dan tidak dapat diulang kembali”. Selanjutnya Desmita
(2007: 233) menjelaskan “suatu perkembangan pada manusia tidak hanya berhenti
menyenangkan, namun yang pasti menjadi tua tidak terelakkan, karena merupakan
7
Jauh sebelumnya, Elizabeth B. Hurlock (1980) juga menyatakan usia tua
periode seseorang yang telah beranjak dari periode yang produktif. Seperti yang
kita ketahui bahwa perkembangan manusia dari fase dewasa menjadi lansia
memilki ciri-ciri, yaitu kekuatan fisik dan kesehatan menurun, terjadinya masa
alamiah disertai perubahan kemunduran fungsi dan kemampuan sistem yang ada
dalam tubuh sehingga terjadi penyakit degeneratif. Proses menua adalah proses
gerakan lambat dan tubuh tidak proporsional. Menurut penelitian (Azizah, 2011)
secara progresif organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berjalannya waktu.
tahan tubuh.
8
2.1.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
adalah:
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Perubahan sel yang terjadi pada lansia berdampak pada fungsi sistem
tubuh. Perubahan yang terjadi terkait keadaan sel pada lansia yaitu, jumlah sel
berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intra seluler
menurun.
b. Sistem Kardiovaskuler
dan curah jantung akan menurun, selain itu penurunan curah jantung, berkurang
c. Sistem Respirasi
peregangan toraks.
d. Sistem Neurologis
9
fungsi. Perubahan dapat mempengaruhi tidak terkoordinasinya sistem motoric.
e. Sistem Muskuloskeletal
tulang, tulang pada lansia mengalami penurunan cairan sehingga mudah rapuh,
f. Sistem Pencernaan
gigi, penurunan indra pengecap (80%), terjadi iritasi selaput lendir, menurunnya
g. Sistem Urinaria
Sistem urinaria terjadi pada lansia yaitu ginjal mengecil, aliran darah ke
ginjal menurun 50%, otot melemah, dan pembesaran prostat laki-laki kurang lebih
h. Sistem Reproduksi
perubahanstruktur.
i. Sistem Indera
10
Hilangnya kemampuan pendengaran telinga. Lansia mengalami penurunan fungsi
2. Perubahan Kognitif
daya membayangkan.
3. Perubahan Psikososial
Pensiun menyebabkan stres psikososial pada lansia. Saat lanjut usia wajib
pensiun bervariasi. Pegawai negeri sipil mungkin pensiun pada usia 65 tahun,
industri swasta biasanya antara usia 62-70 tahun, dan untuk pegaawai federal tidak
11
dipensiunkan sampai usia 70tahun (Potter&Perry, 2005a). Menurut Nugroho
dibagi menjadi 4 tipe, sikap, penampilan, perilaku, dan geografi (Potter & Perry,
2005). Isolasi perilaku terjadi akibat tidak diterimanya lansia oleh sesama lansia.
Hal ini menyebabkan lansia menarik diri dari aktivitas sosial (Potter & Perry,
2005).
4. Perubahan Psikologis
terjadi pada lansia berhubungan dengan mental dan keadaan fungsional efektif.
Masalah psikologis yang dialami oleh lansia adalah stres. Stres adalah reaksi
tubuh terhadap sesuatu yang menimbulkan ketegangan emosi. Lansia cemas kadar
bahwa kecemasan (anxiety) berasal dari Bahasa Latin angustus yaitu kaku, dan
ango yang berarti mencekik. Kecemasan adalah rasa takut tapi kurang spesifik,
12
merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan
bernapas.
1. Prilaku yang terdiri dari gelisah, tegang, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat,
3. Afektif terdiri dari mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, takut,
Spilberger (Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 53), yaitu.
a. Trait anxiety, adanya rasa khawatir dan terancam menghinggapi diri seseorang.
b. State anxiety, kondisi emosional pada diri individu dengan adanyarasa tegang
Adler dan Rodman (M. NurGhufron & Rini Risnawita S, 2014: 145-
146), bahwa terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu.
13
a. Pengalaman Negatif pada Masalalu
Sebab utama timbulnya rasa cemas pada masa kanak-kanak, yaitu timbulnya
mendatang.
a. Ansietas ringan
b. Ansietas sedang
c. Ansietas berat
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
d. Tingkat panik
a. Pembelaan, usaha yang dilakukan untuk mencari alasan yang masuk akal bagi
b. Proyeksi, menimpakan sesuatu yang terasa dalam diri kepada orang lain,
14
terutama tindakan, pikiran atau dorongan yang tidak masuk akal sehingga dapat
c. Identifikasi, turut merasa sebagian dari tindakan yang dicapai oleh orang lain.
(Muhammad, 2011), tertawa dibagi menjadi dua yaitu satu set gerakan dan produk
suara. Terapi tawa adalah terapi untuk mencapai kegembiraan di dalam hati yang
dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, senyuman yang menghias
wajah, suara hati yang lepas dan bergembira, peredaran darah yang lancar
1. Langkah Pertama
2. Langkah Kedua
berirama sesuai gerakan tangan. Peserta mengirup udara sebanyak mungkin dan
15
3. Langkah Ketiga
pingang arah kanan dan kiri, gerakan di lakukan masing- masing 5 kali.
keatas dalam waktu 2-3 detik diturunkan kembali, kepala didongakan keatas.
Peserta menghubungkan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari sehingga
dengan tertawa.
melepas anak panah), digerakkan secara cepat dalam tiga gerakan sambil
16
berteriak ae..ae..ae.. kemudian peserta tertawa dengan merentangkan kedua
Tawa milk shake dilakukan peserta memegang dua gelas, satu gelas berisi susu
dan satu gelas kosong. Koordinator memberi instruksi mentuangkan susu dari
gelas yang satu ke gelas yang lain sambil mengucapkan ae.. dan kembali
dituang kegelas yang awal sambil mengucapkan ae.. peserta tertawa sambil
tertawa lepas tetapi tanpa suara, saling memandang satu sama lain dan
semua bertemu di tengah- tengah dan melambaikan tangan pada peserta lain.
17
menjulurkan lidah semaksimal mungkin, membuka mata seperti melotot, dan
peserta tertawa saling berpandangan dan berjabat tangan, kembali lagi posisi
semula.
lengan dan berlutut diikuti dengan tawa. Muatan dari tawa saling memaafkan
serotonin, yaitu sejenis morfin tubuh dan melatonin. Ketiga zat ini merupakan zat
baik otak sehingga bisa merasa lebih senang. Adapun manfaat tertawa adalah
sekresi ACTH dan kadar kortisol darah. Sekresi ACTH yang menurun
18
mengakibatkan rasa nyaman & rileks (Simanungkalit & Pasaribu, 2007; Kataria,
2004:181). Saat tertawa akan terjadi rangsangan efektif sebagian besar otot mulut.
Saat mulut terbuka dan tertutup, ada suatu dorangan mengisap udara yang cukup,
dalam jumlah yang lebih banyak. Jumlah oksigen yang cukup dalam sistem
2.2 Hipotesis
yang menyatakan suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih
Terapi Tawa
Lansia
Tingkat
Kecemasan
Faktor yang
mempengaruhi
tingkat kecemasan:
1. Usia
2. Jeniskelamin
3. Penyakit
4. Ligkungan
5. Kelelahan
6. Stress
19
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
: diteliti
: tidak diteliti
: diteliti
: tidak diteliti
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian deskriptif kualitaif
Tabel 3.1
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Keterangan
21
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri obyek atau subyek yang
Keterangan
N : Jumlah Populasi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus slovin diperoleh 133 lansia di Desa
dalam populasi itu. Hal ini dilakukan karena populasi dianggap homogen
22
(Sugiyono, 2011: 82).
Kabupaten Cirebon.
3.6 Variabel
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel juga merupakan konsep
dari berbagai level abstrak yang di definisikan sebagai suatu fasilitas untuk
pengukuran dan manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini
diamati atau diukur yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dari sesuatu yang
23
Tabel 3.2
Definisi operasional pengaruh terapi tertawa terhadap
tingkat stress pada penderita hipertensi
Variabel
Dependen:
Tingkat Keadaan 1. Marah Kuisioner Interval Tidak
Kecemasan emosional 2. Gelisah dan pernah =
negatif yang tertekan 0
ditandai 3. Tidak Hampir
dengan mampu tidak
adanya mengontrol pernah =
firasat emosi 1-2kali
somatik 4. Mampu Kadang-
ketegangan, mengontrol kadang =
seperti hati rasa mudah 3-4 kali
berdetak tersinggung Hampir
kencang, 5. Merasakan sering =
berkeringat, kesulitan 5-6 kali
kesulitan 6. Mampu Sangat
bernapas mengatasi sering > 6
masalah kali
7. Tidak
mampu
menyelesaik
an masalah
8. Semua yang
terjadi
sesuai
harapan
24
3.8 Sumber Data
2002:107) dalam skripsi Amalia (2015:29). Sumber data dalam penelitian ini
adalah:
3.8.1 Data Primer yang diperoleh langsung dari objek melalui pengamatan.
Cirebon.
3.8.2 Data Sekunder yang diperoleh dari berkas dokumen, diantaranya adalah:
Cirebon.
yang ditentukan dalam penelitian. Proses pengumpulan data dilakukan melalui tes
penelitian ini digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas yang diberikan
2.10.1 Validitas
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011:121). Apabila rxy > rtabel maka soal
25
tersebut valid. Validitas tes soal pilihan ganda didapatkan rumus korelasi product
Tabel 3.3
Koefisien Korelasi
Validitas Kriteria
0,81 <rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,61 <rxy≤ 0,80 Tinggi
0,41 <rxy≤0,60 Cukup
0,21 <rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 <rxy≤ 0,20 Sangat Rendah
2.10.2 Reliabilitas
keterandaan adalah datanya benar sesuai dengan kenyataan, beberapa kali diambil,
hasil tetap sama. Apabila Rkr 20 > rtabel maka yang diujikan reliabel. Uji
2011:132). Interpretasi derajat reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.3 (Arikunto,
2009).
Tabel 3.4
Kriteria Reliabilitas
Reliabilitas Kriteria
0,81 <rxy≤ 1,00 sangat tinggi
0,61 <rxy≤ 0,80 Tinggi
0,41 <rxy≤0,60 Cukup
0,21 <rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 <rxy≤ 0,20 Sangat Rendah
26
3.11 Analisis Data
data berdasarkan variabel dari seluruh sampel, menyajikan data tiap variabel, dan
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui normal atau tidaknya data
apabila Dmax < KStabel maka data terdistribusi normal. Berikut adalah rumus uji
Keterangan:
menguji kesamaan beberapa sampel, yakni seragam tidaknya varian sisampel yang
diterima jika c2 hitung < ctabel, taraf signifikan 5% derajat (dk). Uji homogenitas
atau uji kesamaan dua varians berbeda menggunakan uji Bartlett dengan rumus
sebagai berikut:
B = (log 2). Σ
27
3.11.3 Etika Penelitian
responden/pasrtisipan.
jawaban dari responden murni hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan
dan tujuan penelitian, antara lain hak untuk mendapat perlakukan yang sama
28
BAB IV
1. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Pengelompokan Jenis Kelamin Lanjut Usia
pada Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 58 43,6
2 Perempuan 75 56,4
Jumlah 133 100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa lanjut usia pada Desa
dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 75 orang. Hal ini berarti bahwa,
lanjut usia perempuan merupakan lanjut usia yang dominan mengalami kecemasan
2. Usia
lansia dibagi 4 klasifikasi, yaitu lansia usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun,
lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua
29
Tabel 4.2
Pengelompokan Usia Lanjut Usia
pada Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon
Persentase
No. Kategori Usia Jumlah (orang)
(%)
1 Elderly 64-74 tahun 87
2 Old 75-90 tahun 46
Jumlah 133 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar lanjut
sebanyak 87 lanjut usia atau 65,4% dan lanjut usia yang berusia 75-90 tahun
1. Uji Validitas
Apabila rxy > rtabel maka soal tersebut valid. Validitas tes soal pilihan
ganda didapatkan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2002:148). Hasil uji
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Validitas
No Variabel Item Pertanyaan
rxy Kriteria
Pre1 0,598 Cukup
Pre2 0,666 Tinggi
Pre3 0,734 Tinggi
Pre4 0,708 Tinggi
Pre5 0,696 Tinggi
1 Pre test
Pre6 0,602 Tinggi
Pre7 0,779 Tinggi
Pre8 0,801 Tinggi
Pre9 0,645 Tinggi
Pre10 0,695 Tinggi
Po1 0,345 Rendah
2 Post test
Po2 0,644 Tinggi
30
Po3 0,554 Cukup
Po4 0,551 Cukup
Po5 0,674 Tinggi
Po6 0,687 Tinggi
Po7 0,639 Tinggi
Po8 0,789 Tinggi
Po9 0,667 Tinggi
Po10 0,757 Tinggi
2. Uji Reliabilitas
keterandaan adalah datanya benar sesuai dengan kenyataan, beberapa kali diambil,
Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Variabel Cronbach Alpha Keterangan
1 Pretest 0,877 Tinggi
2 Postest 0,833 Tinggi
Tabel 4.5
Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum Terapi Tertawa
Jumlah (orang)
No. Perasaan
0 1 2 3 4
1 Seberapa sering Anda marah 1 10 48 74
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
2 Seberapa sering Anda marah 9 43 81
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
31
3 Seberapa sering Anda merasa 1 14 39 79
gugup dan tertekan?
4 Sebarapa sering Anda merasa 3 10 49 71
yakin akan kemampuan Anda
untuk menangani masalah pribadi
Anda?
5 Seberapa sering Anda merasa 7 50 76
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
6 Seberapa sering Anda merasa 1 6 51 75
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
7 Seberapa sering Anda dapat 3 67 29 34
mengontrol gangguan dalam hidup
Anda?
8 Seberapa sering Anda merasa 4 68 26 35
bahagia terhadap semua halyang
telah Anda lakukan?
9 Seberapa sering Anda merasa 5 61 25 42
marah karena hal-hal di luar
kehendak Anda?
10 Sebarapa sering Anda merasa 2 64 39 28
anyak kesulitan sehingga Anda
tidak dapat mengatasinya?
Rata-Rata 0 3 32 40 60
Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa sebelum diberikannya terapi tertawa
rata-rata 60 lansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon sangat sering (>6 kali)
mengalami kecemasan.
Tingkat kecemasan pada lanjut usia setelah diberikan terapi tertawa di Desa
32
Tabel 4.6
Tingkat Kecemasan Lansia Setelah Terapi Tertawa
Jumlah (orang)
No. Perasaan
0 1 2 3 4
33
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rata-rata 54 lansia Desa Kertasura,
Lanjut Usia
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh terapi tawa terhadap tingkat
yang sudah didapatkan dari responden mengenai tingkat kecemasan sebelum dan setelah
Tabel 4.7
Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa
Terhadap Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia
Minimum Maximum Mean Std. Deviation P Value
Pretest 1 4 3,47 0,669 0,000
Postest 0 4 1,56 0,856
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh rata-rata pretest 3,47 dan posttest 1,56. Tingkat
kecemasan terendah pada saat pretest adalah 1 (hampir tidak pernah) dan tingkat
kecemasan terberat adalah 4 (sangat sering. Sedangkan pada saat post test, tingkat
(sangat sering). Untuk nilai p=0,000 lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa pemberian
terapi tertawa berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan lanjut usia di Desa
34
4.2 Pembahasan
menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia seringkali (>6 kali) mengalami
Hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat kecemasan lansia Desa
seseorang terhadap masalah yang dihadapinya. Apabila penyesuaian dirinya baik maka
masalah pun dapat segera diatasi dan tentunya masalah kecemasan pun dapat
berkurang. Selain itu latihan untuk mengontrol wajah yang tepat dengan cara
berlatih tertawa pada saat mengalami masalah psikologis merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan (Ruspawan dan
lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa terjadi karena keadaan psikis
merasa senang dengan terapi yang diberikan oleh peneliti dan menganggap ini hal
yang baru sehingga responden menjadi senang dan antusias maka terapi dapat
35
mengungkapkan perasaan gembira dan senang dari dalam hati yang dikeluarkan
melalui mulut dalam bentuk suara tawa, sehingga membantu mengatasi masalah
kesehatan baik masalah psikologis maupun masalah fisik. Terapi tertawa dapat
dilakukan setiap hari, tidak memerlukan biaya, dan bisa dilakukan dimana saja.
yang juga disebut morfin tubuh ke dalam sirkulasi darah, sehingga menimbulkan
sensasi nyaman, rileks, dan sehat. Menurut (Potter & Perry dalam Haruyama,
2011) menyatakan bahwa, hormon ini akan mempengaruhi sistem limbik yang
merupakan pusat pengatur emosi yang kemudian akan menekan produksi hormon
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sebagian besar lanjut usia seringkali (>6 kali) mengalami kecemasan. Setelah
5.2 Saran
tertawa sebagai suatu alternatif bagi lanjut usia, melanjutkan pemberian terapi
menjelaskan cara pengisian instrumen dengan jelas dan benar serta membacakan
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Prayitno. 2002. Gangguan Pola Tidur P ada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol. 21 No. 1.
Purwanto & Zulaekhah. 2007. Pengaruh Pelatihan Teknik Relaksasi Religius
Untuk Mengurangi Gangguan Insomnia.
Rohmawati. 2013. Anxiety, Asupan Makan dan Status Gizi Lansia di Jember.
Ruspawan, I. D. M. & Wulandari, N. M. D. 2011. Pengaruh Pemberian
TerapiTertawa terhadap Tingkat Kecemasan Lanjut Usia di PSTW Wana
Seraya Denpasar. Jurnal Skala Husada 1 (9).
Saputra. 2014. Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Tingkat Stres
PsikologiDalamMenyusunSkripsiMahasiswaPsikdiStikesNgudiWaluyoUn
garan.
Sari, I. N. 2014. Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Kejadian
Insomnia pada Usia Lanjut Di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Simanungkalit & Pasaribu. 2007. Terapi Tawa: Efektif Menagkal Stres
danMembantu Mengobati Kanker, Darah Tinggi, Sakit Kepala,
Gangguan Syaraf, Maag dan lain-lain. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Stanley, et al. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Subakti.
Stanley, et al. 2008. Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiun.
39
Lampian 1
ho...ho...Ha..Ha...Ha...
dihembuskan pelan-pelan.
kemudian memutar ke arah kiri dan ditahan beberapa saat, lalu kemabali ke
4. Tawa bersemangat: angkat kedua tangan di udara dan kepala agak mendongak
5. Tawa penghargaan: bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk danibu jari
6. Tawa satu meter: gerakkan satu tangan di sepanjang bentangan lengan tangan
yang lain (seperti merentangkan busur atau melepaskan anak panah). Gerakkan
kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua lengan dan sedikit
7. Tawa milk shake (sebuah variasi): berpura-pura memegang dua gelas susu atau
kopi dan sesuai aba-aba koordinator tuangkan susu dari satu gelas ke gelas lain
mendaras Aee... setelah itu semua orang tertawa sambil berpura-pura minum susu (4
kali).
8. Tawa hening tanpa suara : bukalah mulut lebar lebar dan tertawalah tanpa
lucu.
10. Tawa mengayun : berdirilah dengan lingkaran dan bergerak ke tengah sambil
mendarasAee..Ooo....Uuuu...
11. Tawa singa : julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan
12. Tawa ponsel : berpura-puralah memegang sebuah HP dan coba untuk tertawa
sambil membuat berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan
13. Tawa bantahan : anggota dibagi menjadi dua bagian yang bersaing dengan
pegang kedua cuping telinga dan tertawa sambil menggelengkan kepala (ala
india) atau angkat kedua telapak tangan kemudian tertawa seolah minta maaf.
15. Tawa bertahap : dimulai dengan tersenyum, perlahan ditambahakn tawa kecil
dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu paraa nggota secara bertaha
berhenti.
16. Tawa dari hati ke hati : mendekat dan berpegangan tanganlah serta tertawa.
Peserta bisa saling berjabat tangan atau memeluk apapun yang terasa nyaman.
Petunjuk Pengisian
0. Tidak pernah = 0
dengan cara mencentang pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai
Lembar Konsultasi/Bimbingan
NIM : 170711037
KEGIATAN KONSULTASI
Saran TTD
No Hari/tanggal Materi Konsultasi
Pembimbing Pembimbing
1 Jumat,18
Juni 2021
2 Senin, 5 Juli
2021
3 Jumat, 16 Juli
2021
4 Minggu, 18
Juli 2021
5 Senin, 19 Juli
2021
6 Sabtu, 24 Juli
2021
10