You are on page 1of 11

MEMAHAMI MACAM-MACAM PUASA

MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia

Dosen Pembina
Sripit Widiastuti, S.Pd., M.Pd.

Oleh
Jamilatul Khasanah NIM. 19101120018
Reynata Eka Putra Prasetya NIM. 19101120009
Adi Saputra NIM. 19101120010
Ryo Fani Saputra NIM. 19101120076
Alvinda Khoiru Zain NIM. 19101120019

UNISVERSITAS ISLAM BALITAR


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
JANUARI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puasa bagi orang-orang islam memiliki makna yang amat
penting dalam kehidupannya. Puasa dapat menghantarkannya dalam
puncak kehidupan rohaniah yang paling tinggi dan yang paling mulia
di sisi Allah SWT. Karena dengan berpuasa orang-orang islam, yang
mengerjakannya diharapkan menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Konsep puasa dalam pemaikaian istilah seringkali dimaknai
dalam pengertian sempit sebagai proses menahan lapar dan haus serta
yang membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan.
Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk
melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim
terhadap umat lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam
konteks ini, interaksi social dapat digambarkan pada konsepsi lapar
dan haus yang dampaknya akan memberikan kemungkinan adanya
tenggang rasa antar umat manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Makalah ini memiliki tiga rumusan masalah. Ketiga rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut .
a. Bagaimana hokum setiap macam-macam puasa?
b. Bagaimana dalil yang mendasari puasa nazar?
c. Bagaimana pengaruh puasa terhadap Tuhan-Nya?
1.3 Tujuan penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dengan tiga tujuan. Adapun ketiga tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Menjelaskan hokum macam – macam puasa.
b. Menjelaskan dalil yang terkandung dalam puasa nazar.
c. Memaparkan pengaruh puasa terhadap Tuhan-Nya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hukum setiap macam-macam puasa
Kita akan membicarakan tentang pembagian puasa dari segi puasa
halal maupun puasa haram. Yang demikian itu karena puasa itu terkadang
bisa wajib, terkadang sunnah,terkadang makruh dan terkadang juga haram.
A. Puasa wajib
Puasa jenis ini terdiri dari tiga macam yaitu puasa yang diwajibkan
karena waktu tertentu yakni puasa pada bulan Ramadhan, puasa yang
diwajibkan karena suatu sebab (‘illat) yakni puasa kafarat, yang ketiga
puasa yang diwajibkan karena seseorang mewajibkan puasa kepada
dirinya sendiri yakni puasa nadzar.
Puasa lazim, menurut mazhab hanafi ada dua macam :
1. Puasa fardhu
Terdiri atas dua macam yaitu :
a. Fardhu mua’ayan ( yang ditentukan ) seperti puasa
ramadhan yang harus ditentukan tepat pada waktunya.
b. Fardhu Ghairu Mua’ayyan (tidak ditentukan) seperti puasa
ramadhan yang ditentukan dengan qada’ karena ada suatu
udzur dan puasa kafarat. Meskipun demikian, puasa ghairu
mu’ayyan yang disebutkan terkahir ini ( kafarat ) bukan
secara keyakinan. Oleh karena itu, orang yang tidak
melakukannya tidak dipandang kafir.
2. Puasa wajib
Puasa wajib juga terdiri atas dua macam :
a. Wajib Mua’ayyan seperti puasa nadzar yang ditentukan.
b. Wajib Ghairu Mu’ayyan seperti puasa nazar yang tidak
ditentukan dan mengqada’ puasa nafilah yang batal.
B. Puasa sunnah
Puasa sunnah adalah ibadah puasa yang terdiri anjuran untuk
dilaksanakan dan bila dikerjakan akan mendapat pahala dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapat siksa atau dosa. Jenis – jenis puasa sunnah
yaitu :
1. Puasa 10 hari dibulan dzulhijah utamanya hari arafah.
Puasa sepuluh hari di bulan dzulhijah dapat dilakukan
selain hari ‘idul Adha dan hari tasrik dan diutamakan pada hari
arafah Puasa arafah adalah puasa yang dikerjakan ketika jamaah
haji berkumpul dipadang arafah sebagai puncak ibadah pada
tanggal 9 dzulhijah bagi yang tidak berhaji sangat dianjurkan untuk
melaksanakaannya.
2. 6 hari dibulan syawal
Enam hari dibulan syawal lebih utama pada tanggal 2-7 syawal
secara berurutan namun bila tidak mampu maka dapat dilakukan
selama masih bulan syawal selain tanggal 1 karena merupakan hari
raya yang diharamkan padanya berpuasa.
3. Puasa diwaktu perang fisabiliillah
Pada saat perang jihad di jalan Allah kaum muslimin di sunahkan
untuk melaksanakan ibadah puasa agar perjuangan tersebut tetap
dalam koridor mencari keridhoaan Allah swt bukan karena
mengharap balasan keduniaan.
4. Puasa dibulan sya’ban
Puasa bulan sya’ban adalah puasa untuk persiapan menghadapi
bulan ramadhan yang sering dilakukan nabi saw.
5. Puasa pada petengahan bulan
Puasa disetiap pertengahan bulan hijriyah ketika bulan mendekati
purnama hingga sempurna purnamanya yaitu pada tanggal 13, 14
dan 15 hijriyah.
6. Puasa senin kamis
Puasa pada hari senin dan kamis adalah salah satu puasa
yang selalu diamalkan nabi saw berdasarkan hadist dari abu
khurairah berikut ini.
Dari abu khurairah, bahwa nabi saw bersabda : “di
tempatkan amal-amal (umat ku) pada setiap hari senin dan kamis
maka aku senang ditempatkan (disetorkan) amalku sedang aku
nerpuasa” (H.r Ahmad dan Tirmidzi).
7. Puasa bujangan karena takut zina
Bagi para pemuda yang sudah berkeinginan untuk menikah
namun belum mampuh untuk memberikan nafkah maka sangat di
anjurkan untuk berpuasa agar dapat menyalurkan syahwatnya
kepada prilaku yang positif.
8. Puasa nabi Daus a.s
Puasa yang biasa dilakukan nabi Daud as adalah puasa
selang sehari diamana sehari berpuasa dan sehari berbuka.
9. Puasa bulan muharam utamanya tanggal 10 asyura
Disunahkan juga untuk berpuasa sunah dibulan Muharam
namun lebih ditekankan untuk berpuasa pada tanggal 10 nya.
C. Puasa yang diharamkan
Puasa yang diharamkan adalah puasa yang oelh nash-nash syar’I
dilarang secara mutlak untuk dikerjakan. Berikut adalah puasa-puasa yang
diharamkan :
1. Puasa Wisol (terus menerus)
Allah telah menciptakan manusia dan mengtahui dengan
persis kekuatan dayatahan manusia karena itu melarang untuk
puasa bersambung terus menerus.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw.
melarang puasa sambung. Kemudian salah seorang sahabat
bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah baginda sendiri melakukan
puasa wishal? Beliau bersabda: Siapa di antara kalian yang seperti
aku? Sesungguhnya di malam hari aku diberi makan dan minum
oleh Tuhanku. Ketika mereka enggan menghentikan puasa
sambung, beliau sengaja membiarkannya sehari sampai beberapa
hari. Kemudian pada hari berikutnya, mereka melihat bulan (tanda
masuk bulan Ramadan). Rasulullah saw. lantas bersabda: Kalau
bulan itu tertunda datangnya, niscaya akan aku tambah lagi
berpuasa sambung buat kalian sebagai pelajaran bagi mereka,
karena mereka enggan berhenti puasa sambung. (Hr. Muslim).
2. Puasa dua Hari raya
Pada hari raya idul Adha atau pun idul fitri dilarang untuk
berpuasa karena merupakan hari bergembiranya semua kaum
muslimin.
3. Puasa Hari Tasrik
Hari tasrik adalah hari penyembelihan kurban selama 3 hari
dari tanggal 11 s/d 13 dzulhijah.
Dari Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari-hari
tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir
kepada Allah 'Azza wa Jalla." (Riwayat Muslim).
4. Puasa sunah seorang istri yang tidak mendapat izin suaminya.
Seorang istri yang gemar melakukan puasa sunah manakala
suami ada dirumah bila tidak mendapat izin suami untuk berpuasa
maka akan berdosa sesuai hadis.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak diperbolehkan
bagi seorang perempuan berpuasa di saat suaminya di rumah,
kecuali dengan seizinnya." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut
riwayat Muslim. Abu Dawud menambahkan: "Kecuali pada bulan
Ramadhan."
D. Puasa Makruh

Puasa makruh adalah puasa yang sangat dianjurkan untuk ditinggalkan


karena berpotensi akan mendatangkan keburukan, puasa makruh antara
lain :

1. Puasa yang diragukan


Bila meragukan apakah sudah tiba bulan puasa atau belum
maka sebaiknya ditinggalkan sebagaiamana hadist rasulullah saw
dalam suatu lafal dikatakan:
Bulan itu 29 malam karena itu janganlah kalian berpuasa
sehingga kalian melihat bulan dan kemudian jika awan menutupi
kalian maka sempurnakanlah bialngan (bulan sya’ban) itu 30
hari (H.r. Bukhori).
2. Puasa Khusus Hari Jum’at
Rasulullah saw melarang untuk berpuasa khusus hari
jum’at tanpa didahului puasa pada hari kamis atau di ikuti pada
hari Jum’atnya.
3. Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan
Bila sebelumnya tidak berpuasa kemudian satu atau dua
hari menjelang Ramadhan berpuasa maka hal itu termasuk
perkara yang terlarang sebagaimana hadis.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata Rasulullah saw.
bersabda: Janganlah engkau berpuasa satu atau dua hari sebelum
Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka baginya
silakan berpuasa. (Shahih Muslim No.1812).
2.2 Dalil yang mendasari puasa Nazar
Nadzar adalah perbuatan seorang yang mewajibkan pada
dirinya suatu amalan, dimana di dalam syariat amalan tersebut
hukum asalnya tidak wajib. Tapi menjadi wajib karena dia
nadzarkan.
Seperti orang yang bernadzar untuk berpuasa atau bernadzar
untuk bersedekah yang hukum asalnya tidak wajib. Jika ada orang
mengatakan: “Saya bernadzar akan puasa Kamis, pekan depan”.
Hukum asal puasa Kamis adalah sunnah namun ketika dinadzarkan,
maka menjadi wajib.
Demikian pula orang yang mengatakan: “Saya bernadzar
untuk bersedekah ketika saya kembali dari kota Mekah”.
Bersedekah itu hukumnya sunnah. Namun ketika dijadikan sebagai
amalan dalam nadzar, maka hukumnya menjadi wajib. Sehingga dia
wajib menunaikan nadzar tersebut. Ini ditunjukkan oleh firman
Allah subhanahu wata’ala,

‫يُوفُونَ بِالنَّ ْذ ِر َويَخَ افُونَ يَوْ ًما َكانَ َشرُّ هُ ُم ْست َِطيرًا‬

Mereka menunaikan nadzar dan takut akan“


suatu hari yang azabnya merata di mana-mana”
(QS. al Insan: 7)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

ِ ‫ َذ َر َأ ْن يَع‬gَ‫َم ْن نَ َذ َر َأ ْن ي ُِطي َع هَّللا َ فَ ْلي ُِط ْعهُ َم ْن نَ َذ َر َأ ْن يُ ِطي َع هَّللا َ فَ ْلي ُِط ْعهُ َو َم ْن ن‬
‫يَهُ فَاَل‬g‫ْص‬
ِ ‫يَ ْع‬
‫صه‬

“Barangsiapa yang bernadzar untuk mentaati Allah, maka hendaklah ia


mentaati Allah dan barangsiapa yang bernadzar untuk durhaka kepada Allah,
maka janganlah ia melakukannya” (HR. Bukhari dari Aisyah).

Ayat dan hadits ini menunjukkan bahwa menunaikan nadzar pada perkara
ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala hukumnya wajib. Namun jika perkara
tersebut adalah berkaitan dengan perkara yang dilarang oleh Allah, maka tidak
boleh ditunaikan.

Nadzar ini adalah salah satu jenis ibadah. Sehingga tidak boleh seorang
bernadzar kepada selain Allah subhanahu wata’ala. Nadzar hanya diberikan dan
dilakukan untuk Allah subhanahu wata’ala. Siapa yang bernazar kepada selain
Allah, kepada patung, berhala, sungai, laut, batu, dan lain sebagainya, maka orang
tersebut telah melakukan kesyirikan menduakan Allah. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda,

ِ ‫َم ْن نَ َذ َر َأ ْن ي ُِطي َع هَّللا َ فَ ْلي ُِط ْعهُ َو َم ْن نَ َذ َر َأ ْن يَ ْع‬


ِ ‫صيَهُ فَاَل يَ ْع‬
‫صه‬
“Barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepada Allah, maka
janganlah ia lakukan” (HR. Bukhari dari Aisyah).

2.3 Pengaruh puasa sunnah terhadap yang Kuasa

Setiap kewajiban memiliki satu sunnah yang mempertahankan keberadaannya


serta menyempurnakan kekurangannya. Shalat lima waktu misalnya, memiliki
shalat-shalat sunah baik sebelum maupun sesudahnya. Demikian juga dengan
zakat, yang memiliki shadaqah sunah. Haji merupakan hal yang wajib dikerjakan
sekali seumur hidup, sedangkan selebihnya adalah sunnah. Puasa wajib dikerjakan
pada bulan ramadhan sedangkan puasa sunnah banyak sekali, diantaranya ; puasa
sunnah yang tidak pasti, seperti puasa bagi orang yang tidak mampu menikah.
Puasa sunnah yang ditentukan misalnya; puasa enam hari dibulan syawal karena
barang siapa yang mengerjakan puasa ini setelah ramadhan, maka seakan akan dia
telah berpuasa sepanjang tahun.

A. Diantara pengaruh puasa sunnah adalah :


1. Puasa sunnah dapat dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan
diri kepada Rabb-Nya, karena membiasakan diri berpuasa setelah
bulan Ramadhan merupakan tanda diterimanya amal perbuatan. Hal
ini karena Allah SWT jika menerima amal seorang muslim maka Dia
akan berikan petunjuk kepadanya untuk mengerjakan amal shalih
setelahnya.
2. Puasa Ramadhan yang akan dikerjakan dengan penuh keimanan dan
mengharapkan pahala, akan mengharuskan pemberian ampunan atas
dosa-dosa sebelumnya. Orang –orang yang berpuasa akan
mendapatkan pahala pada hari Raya Idul Fitri, Karena hal itu
merupakan hari pemberian pahala. Puasa setelah Ramadhan
merupakan bentuk rasa syukur terhadap nikmat ini, bagi hubungan
seorang muslim dengan Rabb-Nya.
3. Puasa sunnah merupakan janji seorang muslim untuk Rabb-Nya,
bahwa muslim ketaatan itu akan terus berlangsung dan bahwasannya
kehidupan ini secara keseluruhan adalah ibadah. Dengan demikian
puasa itu tidak berakhir dengan berakhirnya bulan Ramadhan, tetapi
puasa itu tetap disyari’atkan sepanjanng tahun.
4. Puasa sunnah menjadi penyebab timbulnya kecintaan Allah SWT
terhadap hamba-Nya serta pengabulan doanya, pengahpusan
kesalahan – kesalahannya, pelipat gandaan kebaikan-kebaikannya,
peninggi derajatnya, serta keberuntunganya mendapatkan kenikmatan
surga.

You might also like