You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

Diajukan untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Di susun oleh :
Nama : Egis Sugiarti, S. Kep
NPM : 4012220018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN KE-17
TAHUN AKADEMIK 2022
7

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis, akut atau sub akut yang
disebabkan oleh basilus tuberkulosis (Martin, 1998, hal. 257).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob gram
positif, bakteri asam lemak, mycobacterium tuberkulosis (Nazirudin, 1998, hal. 34).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri asam lemak, basilus tuberkulosis, dan
mycobacterium tuberkulosis.

2. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru


a. Anatomi paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga
dada, bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus dan pada mediastinum
depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura dibagi dua
yaitu :
1) Pleura Visceral yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
2) Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antaras kedua pleura terdapat kavum pleura yang hampa udara sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat surfaktan yang
berguna untuk meminyaki permukaan pleura untuk mencegah gesekan antara
dinding dada dan paru-paru sewaktu bernafas.

Paru-paru terdiri dari sebagian besar alveoli. Pada alveoli terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Paru-paru dibagi dua bagian yaitu :
1) Paru-paru kanan.
Terdiri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dextra superior yang terdiri dari lima
segmen, lobus media yang terdiri dari dua segmen dan lobus inferior yang terdiri
dari tiga segmen.
2) Paru-paru kiri.
Terdiri dari pulmo sinistra lobus superior yang terdiri dari lima segmen dan
lobus inferior yang terdiri dari lima segmen. Tiap segmen terbagi menjadi
belahan yang disebut lobulus. Tiap lobus terdapat sebuah bronkiolus yang
bercabang disebut duktus alveolus yang berakhir pada alveolus
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung
udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut :
8

1) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
inspirasi sedalam-dalamnya.
2) Kapasitas vital paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan
setelah ekspirasi maksimal.
b. Fisiologi paru-paru.
Fisiologi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Adapun
fisiologi pernafasan yaitu :
1) Pernafasan paru-paru (eksterna)
Pernafasan eksterna merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi di paru-paru yaitu oksigen diambil melalui mulut sampai ke alveoli
yang berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmoner, alveoli
memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran diambil oleh
sel darah merah dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh. Di
dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus
berakhir di mulut dan hidung.
2) Pernafasan jaringan (interna)
Haemoglobin yang banyak mengandung oksigen mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru.
3. Etiologi Tuberkulosis Paru
Basil tuberkulosis yang sering menyebabkan penyakit adalah Mycobacterium
tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/ m dan
tebal 0.3-0.6 / m.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dingin dan dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es. Bila seseorang terkena bakteri tuberkulosis, sekitar
5% dari mereka yang terkena akan mengembangkan tuberkulosis aktif dalam tempo
satu tahun, sisanya mengalami infeksi tidak aktif. Sistem kekebalan tubuh seseorang
biasanya mengendalikan basilus tuberkle, nodule bulat dihasilkan dari infeksi
bakteri tuberkulosis, dengan membunuhnya atau menempatkannya pada nodule
yang kecil. Meskipun demikian, bakteri dapat tinggal dalam tuberkle secara aktif
selama bertahun-tahun dan kemudian bereaksi dan menyebar. Meskipun tempat
infeksi yang utama dalam paru-paru, mycobacteria ini dapat menyerang bagian
tubuh yang lain.
4. Patofisiologi
Masuknya kuman ke dalam bronchus menyebabkan alveoli mengalami peradangan
yang disebut pneumonitis non spesifik sehingga akan merangsang pembentukan
9

sekret mukus pada bronchus, maka bersihan jalan nafas tidak efektif. Daya tahan
tubuh akan menurun, virulensi kuman meningkat sehingga akan menjadi radang
kronis. Lesi di kelilingi oleh jaringan kolagen, fibroblast dan limfosit. Bagian tengah
lesi akan mengalami nekrosis yang sudah cair yang akan keluar bersama batuk. Bila
lesi ini menembus pleura, maka akan terjadi effusi pleura tuberkulosis. Invasi lesi
kosta dan corpus vertebra, merangsang sel-sel serabut syaraf, nyeri dipersepsikan
sehingga akan mengalami gangguan rasa nyaman : nyeri. Tuberkulosis paru
menyebar melalui udara secara droplet saat penderita bersin atau batuk, apabila
klien batuk tanpa menutup mulut maka akan terjadi risiko tinggi terjadinya
penularan penyakit.
5. Manajemen Medik
a. INH biasa digunakan untuk pasien infeksi dan risiko
tuberkulosis
b. Etambutol harus diberikan bila sistem syaraf pusat atau tak
berkomplikasi
c. Pirazinamed, streptomisin obat ini sekunder diperlukan bila
infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer
d. Agen mukolitik (asetilsisbein) untuk menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret
e. Bronchodilator (choledil) untuk meningkatkan ukuran lumen
percabangan tracheabronchial sehingga menurunkan tekanan terhadap aliran
udara
f. Kortikosteroid (predsnison) berguna untuk keterlibatan luas
dengan hipoksemia dan bila respons mengancam hidup
g. Rujuk ke ahli gizi untuk pemberian komposisi diet.
h. Berikan oksigenase bila klien sesak nafas untuk mencegah
pengeringan membran mukosa, untuk membantu pengenceran sekret.

6. Dampak Penyakit Tuberkulosis Paru Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia


a. Kebutuhan oksigen
Dengan adanya kerusakan jaringan pada daerah paru oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosis maka difusi gas di alveoli akan terganggu. Selain
itu juga sekret menumpuk di saluran nafas sehingga asupan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida tidak efektif. Karena kurang efektifnya jalan nafas
tersebut maka kebutuhan oksigen kurang adekuat. Sebagai kompensasi tidak
adekuatnya suplai oksigen, maka terjadi peningkatan frekuensi pernafasan
sehingga klien mengeluh sesak.
10

b. Rasa nyaman
Akumulasi sekret kental dan menetap menimbulkan rasa tidak nyaman pada
klien.
c. Pemenuhan nutrisi
Kebanyakan klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami kesulitan makan
karena adanya proses peradangan pada jaringan paru sehingga sulit untuk
menelan. Adakalanya, saluran antara esophagus dan bronchi menjadi tidak
normal (fistula), menyebabkan batuk parah selama menelan sehingga makanan
dan minuman masuk ke dalam paru-paru. Apabila transpor oksigen dan nutrisi
ke jaringan otak berkurang maka akan merangsang pusat vomiting center yang
akan menyebabkan mual dan muntah sehingga intake nutrisi berkurang.
d. Aktivitas
Klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami sesak nafas dan intake nutrisi
yang tidak adekuat akan menyebabkan pembentukan energi menurun sehingga
klien mengalami kelemahan fisik secara menyeluruh yang akhirnya klien tidak
dapat melakukan aktivitas secara penuh.
e. Istirahat tidur
Proses peradangan akan meningkatkan rangsangan cilia sehingga akan
merangsang refleks batuk. Dengan adanya batuk produktif maka keadaan
tersebut akan merangsang susunan saraf simpatis untuk mengaktivasi RAS dan
mengaktifkan ke organ tubuh menyebabkan REM menurun sehingga akan selalu
terjaga.
f. Psikologis
Apabila klien tidak mengetahui tentang penyakit dan prognosis penyakit, maka
akan meningkatkan kecemasan pada klien atau keluarga.

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Tuberkulosis Paru
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan
klien dalam keluarga, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, nomor rekam medik, alamat.
2) Identitas orang tua atau penanggung jawab meliputi: nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
b. Keluhan utama
11

Pada kasus tuberkulosis paru umumnya klien mengeluh batuk terus menerus,
nafsu makan kurang, sesak nafas, demam/suhu tubuh meningkat, dan kehilangan
berat badan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan memakai rumus PQRST yaitu :
P : Paliatif, yaitu apa yang memperberat keluhan yang dialami klien ?
Pada umumnya klien dibawa ke rumah sakit karena adanya sesak nafas,
nyeri dada, demam, lemah dan penurunan berat badan. Sesak nafas dapat
sedikit diredakan dengan duduk semi fowler.
Q : Quality, yaitu bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien (panas,
pedih)?
Pada klien dengan tuberkulosis paru merasa sakit/nyeri dada sewaktu
bernafas dan batuk. Nyeri itu bagaikan diiris-iris dan tajam, diperberat
dengan batuk, dan nafas yang dalam. Rasa nyeri ini diakibatkan gesekan
pleura yang meradang. (Price & Wilson, 1995, hal. 683).
R : Region, yaitu di manakah gangguan tersebut dirasakan ?
Apakah gangguan tersebut menyebar ke daerah lain ?
Biasanya nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah mencapai ke
pleura.
S : Scale, yaitu seberapa berat keluhan tersebut dirasakan ? bagaimana keluhan
tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya ?
Klien tuberkulosis paru adalah klien payah, sering hiperpireksia maka klien
perlu cukup istirahat, semua kebutuhannya harus ditolong di tempat tidur.
T : Time, yaitu berapa lama keluhan itu dirasakan ? Apakah ada perbedaan
intensitas keluhan misal : menghebat pada malam hari ?
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah sebelumnya pernah mengalami gangguan seperti batuk-batuk,
sesak nafas, pernah mengalami trauma / pembedahan dada, penggunaan obat-
obatan dan apakah pernah dirawat di rumah sakit?. Pada kasus tuberkulosis paru
banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya penyakit tersebut maka perlu
dikaji hal-hal sebagai berikut : perlu dikaji lingkungan klien di rumah, apakah
ada keluarga yang perokok, cukup ventilasi rumah, adanya polusi berlebih. juga
lingkungan kerja.
2) Riwayat nutrisi
Perlu diketahui kebiasaan makan klien, baik menu dan makanan kesukaannya,
porsi makan, nafsu makan, diet, masalah yang berhubungan dengan makan. Pada
12

klien dengan gangguan saluran pernafasan memiliki riwayat nutrisi yang kurang
karena tidak adekuatnya masukan nutrisi. Dengan demikian zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi sehingga tubuh menjadi lemah dan rentan
terhadap penyakit.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang pernah masih diderita anggota keluarga, penyakit menular,
keturunan, jika ada penyakit yang diturunkan buat genogramnya.

f. Data biologis
1) Aktivitas sehari-hari
a) Pola nutrisi : kebiasaan makan sehari-hari, jam makan,
frekuensi makan, porsi dan jenis makanan yang disukai /tidak disukai, diet,
alergi terhadap makanan. Cairan: jenis minuman, frekuensi, kehilangan
cairan yang berlebihan : vomitus, drainage berlebihan. Asupan makanan :
minum, infus.
b) Pola eliminasi : kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna,
bau, konsistensi, jumlah.
c) Pola istirahat tidur : kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur,
lama tidur, sering bangun waktu tidur, masalah yang berhubungan dengan
tidur.
d) Personal hygiene : kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti
pakaian, gunting kuku, gosok gigi.
2) Penampilan umum
Klien dengan tuberkulosis paru biasanya tampak lemah.
3) Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik kepada klien untuk menentukan masalah
kesehatan, yang meliputi review of system yaitu :
a) Sistem pernafasan
Pada kasus tuberkulosis paru pada umumnya terdapat kesulitan bernafas
yang ditandai dengan adanya pergerakan cuping hidung, adanya sianosis,
retraksi interkostal, penggunaan otot-otot tambahan untuk bernafas, batuk
bersputum, pada perkusi akan didapatkan suara redup, pada auskultasi
terdengar ronchi basah, kering dan nyaring, bila infiltrat diliputi oleh
penebalan pleura suara nafas vesikuler akan lemah, pernafasan sesak
(dispneu).
13

b) Sistem Kardiovaskular
Pada tuberkulosis paru terjadi sianosis pada wajah, leher, dinding dada
bagian bawah termasuk payudara. Sianosis pada wajah, leher, dinding dada
bagian bawah termasuk payudara menunjukkan adanya penyumbatan pada
vena cava yang menyebabkan darah kembali ke vena lainnya di bagian
bawah tubuh, vena pada dinding dada membesar. Juga terjadi takikardi.
Serta kaji tekanan darah /mmHg, nadi reguler/ireguler, palpitasi atau tidak,
konjungtiva pucat atau tidak, peningkatan vena jugularis atau tidak.
c) Sistem Gastrointestinal
Pada sistem ini dapat ditemukan kemungkinan adanya nafsu makan
menurun, mual muntah, penurunan berat badan. Dan juga perlu dikaji
frekuensi bising usus berapa kali/menit, keadaan mulut bersih atau tidak,
BAB berapa kali/hari.
d) Sistem Muskuloskeletal
Kemungkinan dijumpai nyeri otot, otot lemah, kelelahan atau keletihan,
penurunan toleransi terhadap aktivitas. Kaji adakah nyeri otot atau tidak,
kaku otot atau tidak, keadaan ekstremitas atas maupun bawah, bentuk
normal atau tidak, nilai tonus otot, terpasang infus/ tidak.
e) Sistem Genitourinaria
Pada sistem ini kemungkinan kelainan sangat kecil, selama fungsi ginjal
masih baik. Kaji frekuensi BAK berapa kali/hari, kondisi alat genetalia ada
kelainan atau tidak, pola urinaria normal/tidak, nyeri waktu BAK/tidak,
warna urine.
f) Sistem Integumen
1) Kulit
Biasanya pada kulit terjadi sianosis. Kaji suhu berapa derajat, turgor
kulit, tekstur, bersisik atau tidak, adakah luka memar atau tidak, ada lesi
atau tidak.
2) Kuku
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru jari-jarinya tabuh yang
menunjukkan adanya hipoksia. Kaji lekukan kuku normal /tidak, keadaan
kuku rapuh / tidak.
3) Rambut kepala
Keadaan rambut, distribusi rambut merata /tidak, mudah tidak dicabut,
bersih/kotor lebat/jarang, warna rambut.
g) Sistem Neurosensoris
14

Pada gangguan sistem pernafasan kemungkinan mengeluh pusing,


kesadaran komposmentis, kemungkinan ditemukan terjadinya penurunan
kesadaran. Kaji adanya tremor, gangguan bicara /tidak, penglihatan klien,
nilai GCS (Glasgow Coma Scale ), fungsi saraf cranial.
h) Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening , apakah
mempunyai penyakit diabetes.
g. Aspek Psiko, Sosial, Spiritual
1) Aspek psikologis
Dampak psikologis dari klien mungkin dihadapkan rasa nyeri, perubahan
tingkah laku dan cemas akibat timbulnya sesak nafas dan ketidaktahuan klien
terhadap penyakitnya.
2) Aspek sosial
Aspek sosial meliputi :
a. Pola interaksi
b. Lingkungan rumah.
3) Aspek spiritual
Aspek spiritual yaitu tentang keyakinan nilai-nilai ketuhanan yang dianut,
keyakinan dan harapan akan kesembuhan /kesehatannya.
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Radiologi
2) Sputum.
Untuk menemukan kuman BTA
3) Tes Tuberkulin
Yaitu untuk menentukan diagnosa tuberkulosis terutama pada anak-anak, yang
biasa digunakan adalah tes Mantoux.

i. Analisa data
Masalah
Data Kemungkinan Penyebab
Kesehatan
15

(1) (2) (3)


Data subjektif : Peradangan paru Bersihan jalan
- Klien mengeluh lemas  nafas tidak
- Klien meneluh sesak produksi mukus meningkat efektif
nafas 
Data objektif : penumpukan sekresi mukus pada jalan nafas
- Frekuensi nafas 
>20x/mnt nafas tidak efektif
- Adanya ronchi, 
meongi dan stridor batuk-batuk
- Adanya sekret kental

Data subjektif : Mycobacterium tuberkulosis masuk ke bronchus Kerusakan


- Klien mengeluh sesak  pertukaran gas
nafas Peradangan kronis
- Klien mengeluh lemah 
Data objektif : Lesi primer mengalami pengapuran menjadi
- Penurunan saturasi rongga-rongga serta jaringan nekrotik
oksigen 
- Dispneu saat Elastisitas recoil paru menurun
beraktivitas 
- Bernafas dengan bibir Kolaps alveoli
dimonyongkan dengan 
fase ekspirasi yang Difusi O2 terganggu
lama
- Adanya sekret kental
Data subjektif : Invasi mycobacterium TBC dalam tubuh Ketidakseimbang
- Klien mengatakan  an nutrisi kurang
cepat kenyang kalau meningkatkan aktivitas seluler dari kebutuhan
makan 
- Klien mengatakan peningkatan metabolisme berlebih
tidak ada nafsu makan 
- Klien mengeluh lemas pemecahan lemak, protein, karbohidrat
Data objektif : 
- Sering batuk BB menurun
- Produksi sputum
kental
- Berat badan di bawah
10-20% ideal.
- Tonus otot jelek
Data subjektif : Kurang informasi yang adekuat tentang penyakit Kurang
- Klien mengatakan  pengetahuan
kurang memahami Kuman mycobacterium menyebar secara droplet mengenai kondisi
tentang penyakitnya  dan pencegahan
- Klien mengatakan
16

informasi tentang Klien batuk/bersin tanpa menutup mulut penyakit


penyakitnya kurang 
lengkap risiko terjadinya penularan penyakit
Data objektif :
- Klien bertanya tentang
penyakitnya
- Klien batuk tanpa
menutup mulut
Data subjektif : kurang informasi mengenai proses penyakit Risiko tinggi
- Klien mengeluh tidak  terjadinya
bisa mengeluarkan Kuman dormant muncul lagi sebagai infeksi penyebaran/
sekret  aktivasi ulang
Data objektif : tuberkulosis post primer
- Malnutrisi 
- Kerusakan jaringan invasi ke daerah parenkim paru
/adanya infeksi 
tambahan granuloma menyebar menghancurkan jaringan
sekitar

kekambuhan penyakit

Kemungkinan masalah yang mungkin muncul pada klien tuberkulosis paru menurut
Doenges, dkk. (2000, hal. 240) yaitu :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Kerusakan pertukaran gas
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit
5) Risiko tinggi terjadinya penyebaran/aktivasi ulang
1. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien tuberkulosis
paru adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
adanya sekret
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
fungsi paru
17

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit.
5) Risiko tinggi terjadi penyebaran/aktivasi ulang penyakit
berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga dan klien tentang
pencegahan penyakit tuberkulosis paru.

2. Perencanaan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan adanya sekret yang kental.
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan
sianosis, tidak ada batuk.

Tabel 2.1
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

No. Intervensi Rasional

1 2 3
1 Mandiri
 Kaji Penurunan bunyi nafas dapat
bunyi atau kedalaman menyebabkan atelektasis, ronchi dan
pernapasan dan gerakan dada. wheezing menunjukkan akumulasi
sekret
Sputum berdarah kental atau cerah
 Cata dapat diakibatkan oleh kerusakan paru
t kemampuan mengeluarkan atau luka bronchial
mukosa/batuk efektif
18

 Beri Posisi membantu memaksimalkan


kan posisi fowler atau semi ekspansi paru dan menurunkan upaya
fowler tinggi pernafasan
Mencegah obstruksi/aspirasi
 Bers
ihkan sekret dari mulut dan Membantu pengenceran sekret
trakea
 Pert
ahankan masuknya cairan
sedikitnya sebanyak 250
ml/hari kecuali kontraindikasi
2 Kolaborasi

 Beri Mukolitik untuk menurunkan batuk,


kan obat sesuai dengan indikasi ekspektoran untuk membantu
mukolitik, ekspektoran, memobilisasi sekret, bronkodilator
bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan
analgetik diberikan untuk menurunkan
ketidaknyamanan

b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi paru


Tujuan : Pertukaran gas lancar
Kriteria : Adanya perbaikan ventilasi dan oksigenase jaringan yang adekuat,
bebas dari segala distres pernafasan
Tabel 2.2
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas

No. Intervensi Rasional

1 2 3
1
 Kaji TB paru menyebabkan efek luas pada
dipsnea, takipenea, tak paru dan bagian kecil
normal/menurunya bunyi bronchopnemonia sampai inflamasi
napas, upaya pernafasan, difus lua, nekrosis, efusi pleura dan
terbatasnya ekspansi dinding fibrosis luas
dada, dan kelemahan Akumulasi sekret dapat mengganggu
 Eval
19

uasi perubahan tingkat oksigenase organ vital dan jaringan


kesadaran. Catat sianosis dan
perubahan nada warna kulit,
Membuat tahanan melawan udara luar.
mukosa dan kuku.
 Dor
ong untuk bernafas melalui
bibir selama ekshalasi

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan nafsu makan, mual dan muntah
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat badan
lebih lanjut

Tabel 2.3
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh

No Intervensi Rasional

1 2 3
1 Mandiri
 Pastikan pola diit biasa Membantu dalam mengidentifikasi
pasien, yang disukai atau tidak kebutuhan/kekuatan khusus.
disukai
 Awasi masukan dan Berguna dalam mengukur keefektifan
pengeluaran dan berat badan secara nutrisi dan dukungan cairan
periodik
 Dorong Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
makan sedikit dan sering dengan kelemahan yang tak perlu/kebutuhan
makanan tinggi kalori dan tinggi energi dari makanan banyak dan
karbohidrat menurunkan iritasi gaster
 Auskult
asi bising usus, palpasi/observasi
abdomen
20

d) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit berhubungan


dengan kurangnya informasi penyakit.

Tabel 2.4
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan Kondisi Penyakit

No Intervensi Rasional

1 Mandiri
 Diskusikan aspek. Informasi dapat meningkatkan koping
ketidakmampuan dari penyakit, dan membantu menurunkan cemas dan
lamanya penyembuhan, harapan masalah berlebihan.
kesembuhan.
 T Batuk efektif memudahkan untuk
ekankan pentingnya melanjutkan pengeluaran sekret dengan baik dan
batuk efektif/latihan pernapasan. benar karena pasien berisiko untuk
kambuh.
 T Dapat mencegah kambuhnya
ekankan pentingnya melanjutkan tuberkulosis paru dan komplikasi
evaluasi medik

e) Risiko tinggi terjadi penyebaran/aktivasi ulang penyakit berhubungan dengan


kurang pengetahuan keluarga dan klien tentang pencegahan penyakit tuberkulosis
paru.
Tabel 2.5
Perencanaan Diagnosa Keperawatan risiko Tinggi Penyebaran/Aktivasi Ulang

No Intervensi Rasional

1 Mandiri
 Beri penjelasan kepada klien Informasi dapat mengerti tentang
tentang proses penyakit proses penyakit tuberkulosis paru.
tuberkulosis paru dan
penatalaksanaan yang benar
Kolaborasi : Dapat menjadi dorongan untuk
 Berikan motivasi terhadap berobat secara teratur dan tuntas
program pengobatan yang teratur
sampai tuntas. Dosis yang tepat akan mengefektifkan
 Berikan penjelasan tentang dosis kerja obat
21

pemberian obat

You might also like