Professional Documents
Culture Documents
LK TB Paru
LK TB Paru
Di susun oleh :
Nama : Egis Sugiarti, S. Kep
NPM : 4012220018
Paru-paru terdiri dari sebagian besar alveoli. Pada alveoli terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Paru-paru dibagi dua bagian yaitu :
1) Paru-paru kanan.
Terdiri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dextra superior yang terdiri dari lima
segmen, lobus media yang terdiri dari dua segmen dan lobus inferior yang terdiri
dari tiga segmen.
2) Paru-paru kiri.
Terdiri dari pulmo sinistra lobus superior yang terdiri dari lima segmen dan
lobus inferior yang terdiri dari lima segmen. Tiap segmen terbagi menjadi
belahan yang disebut lobulus. Tiap lobus terdapat sebuah bronkiolus yang
bercabang disebut duktus alveolus yang berakhir pada alveolus
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung
udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut :
8
1) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
inspirasi sedalam-dalamnya.
2) Kapasitas vital paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan
setelah ekspirasi maksimal.
b. Fisiologi paru-paru.
Fisiologi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Adapun
fisiologi pernafasan yaitu :
1) Pernafasan paru-paru (eksterna)
Pernafasan eksterna merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi di paru-paru yaitu oksigen diambil melalui mulut sampai ke alveoli
yang berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmoner, alveoli
memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran diambil oleh
sel darah merah dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh. Di
dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus
membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus
berakhir di mulut dan hidung.
2) Pernafasan jaringan (interna)
Haemoglobin yang banyak mengandung oksigen mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan
mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru.
3. Etiologi Tuberkulosis Paru
Basil tuberkulosis yang sering menyebabkan penyakit adalah Mycobacterium
tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/ m dan
tebal 0.3-0.6 / m.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dingin dan dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es. Bila seseorang terkena bakteri tuberkulosis, sekitar
5% dari mereka yang terkena akan mengembangkan tuberkulosis aktif dalam tempo
satu tahun, sisanya mengalami infeksi tidak aktif. Sistem kekebalan tubuh seseorang
biasanya mengendalikan basilus tuberkle, nodule bulat dihasilkan dari infeksi
bakteri tuberkulosis, dengan membunuhnya atau menempatkannya pada nodule
yang kecil. Meskipun demikian, bakteri dapat tinggal dalam tuberkle secara aktif
selama bertahun-tahun dan kemudian bereaksi dan menyebar. Meskipun tempat
infeksi yang utama dalam paru-paru, mycobacteria ini dapat menyerang bagian
tubuh yang lain.
4. Patofisiologi
Masuknya kuman ke dalam bronchus menyebabkan alveoli mengalami peradangan
yang disebut pneumonitis non spesifik sehingga akan merangsang pembentukan
9
sekret mukus pada bronchus, maka bersihan jalan nafas tidak efektif. Daya tahan
tubuh akan menurun, virulensi kuman meningkat sehingga akan menjadi radang
kronis. Lesi di kelilingi oleh jaringan kolagen, fibroblast dan limfosit. Bagian tengah
lesi akan mengalami nekrosis yang sudah cair yang akan keluar bersama batuk. Bila
lesi ini menembus pleura, maka akan terjadi effusi pleura tuberkulosis. Invasi lesi
kosta dan corpus vertebra, merangsang sel-sel serabut syaraf, nyeri dipersepsikan
sehingga akan mengalami gangguan rasa nyaman : nyeri. Tuberkulosis paru
menyebar melalui udara secara droplet saat penderita bersin atau batuk, apabila
klien batuk tanpa menutup mulut maka akan terjadi risiko tinggi terjadinya
penularan penyakit.
5. Manajemen Medik
a. INH biasa digunakan untuk pasien infeksi dan risiko
tuberkulosis
b. Etambutol harus diberikan bila sistem syaraf pusat atau tak
berkomplikasi
c. Pirazinamed, streptomisin obat ini sekunder diperlukan bila
infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer
d. Agen mukolitik (asetilsisbein) untuk menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret
e. Bronchodilator (choledil) untuk meningkatkan ukuran lumen
percabangan tracheabronchial sehingga menurunkan tekanan terhadap aliran
udara
f. Kortikosteroid (predsnison) berguna untuk keterlibatan luas
dengan hipoksemia dan bila respons mengancam hidup
g. Rujuk ke ahli gizi untuk pemberian komposisi diet.
h. Berikan oksigenase bila klien sesak nafas untuk mencegah
pengeringan membran mukosa, untuk membantu pengenceran sekret.
b. Rasa nyaman
Akumulasi sekret kental dan menetap menimbulkan rasa tidak nyaman pada
klien.
c. Pemenuhan nutrisi
Kebanyakan klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami kesulitan makan
karena adanya proses peradangan pada jaringan paru sehingga sulit untuk
menelan. Adakalanya, saluran antara esophagus dan bronchi menjadi tidak
normal (fistula), menyebabkan batuk parah selama menelan sehingga makanan
dan minuman masuk ke dalam paru-paru. Apabila transpor oksigen dan nutrisi
ke jaringan otak berkurang maka akan merangsang pusat vomiting center yang
akan menyebabkan mual dan muntah sehingga intake nutrisi berkurang.
d. Aktivitas
Klien dengan tuberkulosis paru akan mengalami sesak nafas dan intake nutrisi
yang tidak adekuat akan menyebabkan pembentukan energi menurun sehingga
klien mengalami kelemahan fisik secara menyeluruh yang akhirnya klien tidak
dapat melakukan aktivitas secara penuh.
e. Istirahat tidur
Proses peradangan akan meningkatkan rangsangan cilia sehingga akan
merangsang refleks batuk. Dengan adanya batuk produktif maka keadaan
tersebut akan merangsang susunan saraf simpatis untuk mengaktivasi RAS dan
mengaktifkan ke organ tubuh menyebabkan REM menurun sehingga akan selalu
terjaga.
f. Psikologis
Apabila klien tidak mengetahui tentang penyakit dan prognosis penyakit, maka
akan meningkatkan kecemasan pada klien atau keluarga.
Pada kasus tuberkulosis paru umumnya klien mengeluh batuk terus menerus,
nafsu makan kurang, sesak nafas, demam/suhu tubuh meningkat, dan kehilangan
berat badan.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan memakai rumus PQRST yaitu :
P : Paliatif, yaitu apa yang memperberat keluhan yang dialami klien ?
Pada umumnya klien dibawa ke rumah sakit karena adanya sesak nafas,
nyeri dada, demam, lemah dan penurunan berat badan. Sesak nafas dapat
sedikit diredakan dengan duduk semi fowler.
Q : Quality, yaitu bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien (panas,
pedih)?
Pada klien dengan tuberkulosis paru merasa sakit/nyeri dada sewaktu
bernafas dan batuk. Nyeri itu bagaikan diiris-iris dan tajam, diperberat
dengan batuk, dan nafas yang dalam. Rasa nyeri ini diakibatkan gesekan
pleura yang meradang. (Price & Wilson, 1995, hal. 683).
R : Region, yaitu di manakah gangguan tersebut dirasakan ?
Apakah gangguan tersebut menyebar ke daerah lain ?
Biasanya nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah mencapai ke
pleura.
S : Scale, yaitu seberapa berat keluhan tersebut dirasakan ? bagaimana keluhan
tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya ?
Klien tuberkulosis paru adalah klien payah, sering hiperpireksia maka klien
perlu cukup istirahat, semua kebutuhannya harus ditolong di tempat tidur.
T : Time, yaitu berapa lama keluhan itu dirasakan ? Apakah ada perbedaan
intensitas keluhan misal : menghebat pada malam hari ?
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit dahulu
Dikaji apakah sebelumnya pernah mengalami gangguan seperti batuk-batuk,
sesak nafas, pernah mengalami trauma / pembedahan dada, penggunaan obat-
obatan dan apakah pernah dirawat di rumah sakit?. Pada kasus tuberkulosis paru
banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya penyakit tersebut maka perlu
dikaji hal-hal sebagai berikut : perlu dikaji lingkungan klien di rumah, apakah
ada keluarga yang perokok, cukup ventilasi rumah, adanya polusi berlebih. juga
lingkungan kerja.
2) Riwayat nutrisi
Perlu diketahui kebiasaan makan klien, baik menu dan makanan kesukaannya,
porsi makan, nafsu makan, diet, masalah yang berhubungan dengan makan. Pada
12
klien dengan gangguan saluran pernafasan memiliki riwayat nutrisi yang kurang
karena tidak adekuatnya masukan nutrisi. Dengan demikian zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi sehingga tubuh menjadi lemah dan rentan
terhadap penyakit.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang pernah masih diderita anggota keluarga, penyakit menular,
keturunan, jika ada penyakit yang diturunkan buat genogramnya.
f. Data biologis
1) Aktivitas sehari-hari
a) Pola nutrisi : kebiasaan makan sehari-hari, jam makan,
frekuensi makan, porsi dan jenis makanan yang disukai /tidak disukai, diet,
alergi terhadap makanan. Cairan: jenis minuman, frekuensi, kehilangan
cairan yang berlebihan : vomitus, drainage berlebihan. Asupan makanan :
minum, infus.
b) Pola eliminasi : kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna,
bau, konsistensi, jumlah.
c) Pola istirahat tidur : kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur,
lama tidur, sering bangun waktu tidur, masalah yang berhubungan dengan
tidur.
d) Personal hygiene : kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti
pakaian, gunting kuku, gosok gigi.
2) Penampilan umum
Klien dengan tuberkulosis paru biasanya tampak lemah.
3) Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik kepada klien untuk menentukan masalah
kesehatan, yang meliputi review of system yaitu :
a) Sistem pernafasan
Pada kasus tuberkulosis paru pada umumnya terdapat kesulitan bernafas
yang ditandai dengan adanya pergerakan cuping hidung, adanya sianosis,
retraksi interkostal, penggunaan otot-otot tambahan untuk bernafas, batuk
bersputum, pada perkusi akan didapatkan suara redup, pada auskultasi
terdengar ronchi basah, kering dan nyaring, bila infiltrat diliputi oleh
penebalan pleura suara nafas vesikuler akan lemah, pernafasan sesak
(dispneu).
13
b) Sistem Kardiovaskular
Pada tuberkulosis paru terjadi sianosis pada wajah, leher, dinding dada
bagian bawah termasuk payudara. Sianosis pada wajah, leher, dinding dada
bagian bawah termasuk payudara menunjukkan adanya penyumbatan pada
vena cava yang menyebabkan darah kembali ke vena lainnya di bagian
bawah tubuh, vena pada dinding dada membesar. Juga terjadi takikardi.
Serta kaji tekanan darah /mmHg, nadi reguler/ireguler, palpitasi atau tidak,
konjungtiva pucat atau tidak, peningkatan vena jugularis atau tidak.
c) Sistem Gastrointestinal
Pada sistem ini dapat ditemukan kemungkinan adanya nafsu makan
menurun, mual muntah, penurunan berat badan. Dan juga perlu dikaji
frekuensi bising usus berapa kali/menit, keadaan mulut bersih atau tidak,
BAB berapa kali/hari.
d) Sistem Muskuloskeletal
Kemungkinan dijumpai nyeri otot, otot lemah, kelelahan atau keletihan,
penurunan toleransi terhadap aktivitas. Kaji adakah nyeri otot atau tidak,
kaku otot atau tidak, keadaan ekstremitas atas maupun bawah, bentuk
normal atau tidak, nilai tonus otot, terpasang infus/ tidak.
e) Sistem Genitourinaria
Pada sistem ini kemungkinan kelainan sangat kecil, selama fungsi ginjal
masih baik. Kaji frekuensi BAK berapa kali/hari, kondisi alat genetalia ada
kelainan atau tidak, pola urinaria normal/tidak, nyeri waktu BAK/tidak,
warna urine.
f) Sistem Integumen
1) Kulit
Biasanya pada kulit terjadi sianosis. Kaji suhu berapa derajat, turgor
kulit, tekstur, bersisik atau tidak, adakah luka memar atau tidak, ada lesi
atau tidak.
2) Kuku
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru jari-jarinya tabuh yang
menunjukkan adanya hipoksia. Kaji lekukan kuku normal /tidak, keadaan
kuku rapuh / tidak.
3) Rambut kepala
Keadaan rambut, distribusi rambut merata /tidak, mudah tidak dicabut,
bersih/kotor lebat/jarang, warna rambut.
g) Sistem Neurosensoris
14
i. Analisa data
Masalah
Data Kemungkinan Penyebab
Kesehatan
15
Kemungkinan masalah yang mungkin muncul pada klien tuberkulosis paru menurut
Doenges, dkk. (2000, hal. 240) yaitu :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Kerusakan pertukaran gas
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit
5) Risiko tinggi terjadinya penyebaran/aktivasi ulang
1. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien tuberkulosis
paru adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
adanya sekret
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
fungsi paru
17
2. Perencanaan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan adanya sekret yang kental.
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan
sianosis, tidak ada batuk.
Tabel 2.1
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1 2 3
1 Mandiri
Kaji Penurunan bunyi nafas dapat
bunyi atau kedalaman menyebabkan atelektasis, ronchi dan
pernapasan dan gerakan dada. wheezing menunjukkan akumulasi
sekret
Sputum berdarah kental atau cerah
Cata dapat diakibatkan oleh kerusakan paru
t kemampuan mengeluarkan atau luka bronchial
mukosa/batuk efektif
18
1 2 3
1
Kaji TB paru menyebabkan efek luas pada
dipsnea, takipenea, tak paru dan bagian kecil
normal/menurunya bunyi bronchopnemonia sampai inflamasi
napas, upaya pernafasan, difus lua, nekrosis, efusi pleura dan
terbatasnya ekspansi dinding fibrosis luas
dada, dan kelemahan Akumulasi sekret dapat mengganggu
Eval
19
Tabel 2.3
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
No Intervensi Rasional
1 2 3
1 Mandiri
Pastikan pola diit biasa Membantu dalam mengidentifikasi
pasien, yang disukai atau tidak kebutuhan/kekuatan khusus.
disukai
Awasi masukan dan Berguna dalam mengukur keefektifan
pengeluaran dan berat badan secara nutrisi dan dukungan cairan
periodik
Dorong Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
makan sedikit dan sering dengan kelemahan yang tak perlu/kebutuhan
makanan tinggi kalori dan tinggi energi dari makanan banyak dan
karbohidrat menurunkan iritasi gaster
Auskult
asi bising usus, palpasi/observasi
abdomen
20
Tabel 2.4
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan Kondisi Penyakit
No Intervensi Rasional
1 Mandiri
Diskusikan aspek. Informasi dapat meningkatkan koping
ketidakmampuan dari penyakit, dan membantu menurunkan cemas dan
lamanya penyembuhan, harapan masalah berlebihan.
kesembuhan.
T Batuk efektif memudahkan untuk
ekankan pentingnya melanjutkan pengeluaran sekret dengan baik dan
batuk efektif/latihan pernapasan. benar karena pasien berisiko untuk
kambuh.
T Dapat mencegah kambuhnya
ekankan pentingnya melanjutkan tuberkulosis paru dan komplikasi
evaluasi medik
No Intervensi Rasional
1 Mandiri
Beri penjelasan kepada klien Informasi dapat mengerti tentang
tentang proses penyakit proses penyakit tuberkulosis paru.
tuberkulosis paru dan
penatalaksanaan yang benar
Kolaborasi : Dapat menjadi dorongan untuk
Berikan motivasi terhadap berobat secara teratur dan tuntas
program pengobatan yang teratur
sampai tuntas. Dosis yang tepat akan mengefektifkan
Berikan penjelasan tentang dosis kerja obat
21
pemberian obat