Professional Documents
Culture Documents
Final Report BatuAtas
Final Report BatuAtas
FINAL 2020
REPORT
PENDUGAAN POTENSI AIR BAWAH PERMUKAAN
(BERBASIS MAGNETOTELLURIC )
KECAMATAN BATUATAS, KABUPATEN BUTON SELATAN,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Laporan ini adalah hasil survey pendugaan potensi sumber air bawah permukaan menggunakan
unit ADMT-200s di Kecamatan Batu Atas, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
Laporan ini kami buat berdasarkan permintaan pemberi kerja untuk kebutuhan sumber air
bawah permukaan atau sumber air bersih penduduk setempat.
Interpretasi data dalam penentuan akuifer ini hasil rekonsiliasi data pengamatan lapangan
dengan data regional yang meliputi kajian terhadap peta geologi, peta geohidrologi (peta
produktivitas akuifer & peta litologi akuifer), peta shuttle radar topographic mission (SRTM) dan
peta pemboran terdekat, serta referensi terkait.
Kegiatan penyelidikan di daerah ini berlangsung baik sesuai dengan jadwal yang direncanakan
dan tidak ada kendala yang berarti, untuk itu Kami ucapkan terimakasih atas kesempatan yang
telah diberikan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
1
DAFTAR ISI
Page- 2
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Nilai tahanan jenis batuan (Lowrie 2007 & Milsom 2003) ................................................ 9
Tabel 2 Tabel Nilai resistivitas sebagian material-material bumi (Telford, 1990) ................................ 10
Tabel 3 Spesifikasi Unit ADMT-200s ................................................................................................................ 12
Tabel 4 Koordinat Rekomendasi Pemboran lokasi Batu Atas ..................................................................... 28
Page- 3
DAFTAR GAMBAR
Page- 4
DAFTAR FOTO
Page- 5
BAB I PENDAHULUAN
Airtanah bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor alam. Geologi dan geomorfologi
sangat menentukan prospek tanah di suatu daerah. Struktur geologi mempengaruhi arah gerakan
airtanah, jenis dan ketebalan akuifer. Stratigrafi dari beberapa lapisan batuan dapat berpengaruh
pada jenis, kedalaman, dan ketebalan akuifer. Sementara itu, permeabilitas dan konsentrasi ion
terlarut dipengaruhi oleh litologi akuifer. Morfologi relief permukaan bumi mempengaruhi
terjadinya dan arah gerakan airtanah. Perubahan topografi permukaan mempengaruhi kedalaman
muka airtanah dan arah gerakan airtanah. Morfogenesis mempengaruhi permeabilitas, porositas,
dan laju infiltrasi.
Kajian regional terhadap aspek-aspek di atas memberikan gambaran potensi akuifer di suatu
daerah. Dalam perkembangannya kajian regional belum cukup untuk menentukan potensi aktual
sehingga diperlukan teknologi tambahan dalam memetakan daerah dan mendapatkan informasi
yang lebih akurat.
ADMT adalah alat khusus studi geofisika yang memberikan gambaran detil vertikal resistivitas
batuan dan akuifer dari hasil data vertikal yang konsisten kearah kedalaman. Instrumen yang
digunakan adalah ADMT-200s dimana hasil nilai resistivitas diperoleh dari pengujian frekuensi
tinggi hingga frekuensi rendah dalam satu pengukuran, frekuensi tinggi akan menghasilkan data
resitivitas pada kedalaman yang dangkal dan frekuensi rendah akan menghasilkan data resistivitas
pada kedalaman yg cukup dalam hingga 200m.
Lokasi survey Kecamatan Batu Atas, Buton Selatan dapat diakses sejauh ±79.9 KM menggunakan
tranportasi laut (perahu) diakses mulai dari Pelabuhan Sulaa menuju Pulau Kadatau, kemudian ke
Pulau Siompu hingga ke Batu Atas selama ± 5 jam.
Page- 6
Gambar 2. Peta Google Lokasi Survey (Kecamatan BatuAtas)
Gambar 3. Peta SRTM menunjukan Lokasi Survey berada dielevasi 20-140 dpl (Kecamatan BatuAtas)
Page- 7
I.3. Tim Pelaksana dan Peralatan
Pelaksanaan survey menggunakan ADMT, dilakukan oleh Tim Pelaksana yang terdiri dari:
1. 1 (satu) orang Ahli Geofisika/Geologi
2. 1 (satu) orang Ahli Geologi/Operator ADMT
3. 1 (satu) orang Asisten
Page- 8
BAB II METODOLOGI INVESTIGASI GEOFISIKA
Alat geofisika yang digunakan dalam pendugaan potensi akuifer menggunakan unit tipe ADMT-
200s yang sudah sukses digunakan negara-negara kesulitan bahan baku air seperti negara di
Benua Afrika, India, Thailand, dan sangat polpuler di China.
Resistivitas adalah karakteristik batuan yang menunjukkan kemampuan batuan tersebut untuk
menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara
dielektrik (Milsom, 2003).
Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Konduksi elektronik yang terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas
sehingga arus listrik yang dialirkan dalam batuan oleh elektron-elektron bebas tersebut;
2. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-porinya terisi oleh
cairan elektrolitik;
3. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik
dimana pada kasus ini terjadi polarisasi saat batuan dialiri arus listrik.
Tabel 1 Tabel Nilai tahanan jenis batuan (Lowrie 2007 & Milsom 2003)
Page- 9
Sifat konduktivitas listrik tanah dan batuan pada permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh jumlah
air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan dalam tanah dan batuan
tersebut. Konduktivitas listik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air,
yakni elektrolit (larutan garam yang terkandung dalam air yang terdiri dari anion dan kation yang
bergerak bebas dalam air). Adanya medan listrik eksternal menyebabkan kation dalam larutan
elektrolit dipercepat menuju kutub negatif sedangkan anion menuju kutub positif. Tentu saja, batuan
berpori atau pun tanah yang terisi air, nilai resistivitas (ρ) listriknya berkurang dengan
bertambahnya kandungan air. Begitu pula sebaliknya, nilai resistivitas listriknya akan bertambah
dengan berkurangnya kandungan air (Telford, 1990).
Air (Udara) 0
Sandstones (Batu Pasir 200 – 8.000
Sand (Pasir) 1 – 1.000
Clay (Lempung) 1 – 100
Ground Water (Air Tanah) 0.5 – 300
Sea Water (Air Asin) 0.2
Dry Gravel (Kerikil Kering) 600 – 10.000
Alluvium (Aluvium) 10 – 800
Gravel (Kerikil) 100 - 600
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik
dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron- elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga
dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat
atau karateristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan
bahan untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin
sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas mempunyai
pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya tergantung
pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut. Sedangkan
resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri (Lowrie, 2007).
Page- 10
batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar
jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin
besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.
Menurut Todd (1980), airtanah adalah air yang terdapat dalam tanah atau batuan, menempati
ruang-ruang antar butir batuan serta berada dalam celah-celah batuan. Berdasarkan daur
hidrologi, airtanah berasal dari air hujan yang bergerak ke bawah melalui zona aerasi yaitu zona
yang berupa pori-pori tanah berisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda.
Air yang melalui zona aerasi ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau oleh
tarikan molekuler di sekitar partikel-partikel tanah. Apabila kapasitas retensi dari tanah pada zona
ini telah dihabiskan, air akan bergerak ke bawah menuju poripori tanah atau batuan yang jenuh air
yang disebut sebagai zona jenuh air (zone of saturation). Air yang terdapat pada zona jenuh air
inilah yang disebut sebagai airtanah (Linsley, 1985). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan
mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan
tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran
airtanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).
Airtanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang disebut sebagai akuifer.
Akuifer merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk
bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa.Pada akuifer, airtanah menempati pori-
pori batuan, retakan ataupun patahan pada suatu batuan. Secara umum airtanah akan mengalir
sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan.
formasi geologi merupakan faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya airtanah. Formasi
geologi adalah formasi batuan atau material lain yang berfungsi menyimpan airtanah dalam jumlah
besar (Asdak, 1995).
Dalam proses pembentukan airtanah, formasi-formasi yang berisi dan memancarkan airtanah
dikenal sebagai akuifer (Linsley, 1985). Airtanah tidak dapat ditemukan di setiap tempat.Ada
tidaknya airtanah tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung airtanah
yang disebut dengan akuifer. Menurut PP No. 43 tahun 2008 akuifer merupakan lapisan batuan
jenuh airtanah yang dapat menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah yang cukup.Artinya dapat
mensuplai suatu sumur atau mata air pada suatu periode tertentu.
Menurut Krussman dan Ridder (1970) bahwa akuifer dapat dikelompokkan menjadi berbagai
macam, yaitu :
a. Akuifer bebas (unconfined aquifer) yaitu lapisan air yang hanya sebagian terisi oleh air dan
berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada akuifer ini disebut dengan water
Page- 11
table (preatik level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan
atmosfer. Airtanah yang berasal dari akuifer bebas pada umumnya ditemukan pada kedalaman
yang relatif dangkal atau kurang dari 40 m. Kasus khusus dari akuifer bebas adalah akuifer
menggantung (perched aquifer) yang terjadi akibat terpisahnya airtanah dari tubuh airtanah
utama oleh suatu formasi batuan kedap air (Kodoatie, 1996)
b. Akuifer tertekan (confined aquifer) yaitu akuifer yang seluruh jumlahnya dibatasi oleh lapisan
kedap air, baik yang atas maupun yang berada di bawah, serta mempunyai tekanan lebih
besar daripada tekanan atmosfer.
c. Akuifer semi tertekan (semi confined aquifer) yaitu akuifer yang seluruhnya jenih air, dimana
bagian atasnya dibatasi dengan lapisan semi lolos air pada bagian bawahnya merupakan
lapisan kedap air.
d. Akuifer semi bebas (semi uncinfined aquifer) yaitu akuifer yang bagian bawahnya merupakan
lapisan kedap air, sednagkan material atasnya merupakan material berbutir halus sehingga
pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian akuifer ini
merupakan peralihan antara akuifer bebas dengan akuifer semi tertekan.
Perekaman resistivitas menggunakan alat ADMT 200s dengan dilakukan dua (2) metode pengukuran
yaitu metode bentangan/elektroda dan metode magnetik dengan spasi 1-2 M. Metode perekaman
dalam survey ini menggunakan mobil phone dengan koneksi via bluetooth dan menggunakan
software AIDU Prospecting dimana spesifikasi unit ADMT sebagai berikut :
model
ADMT-200S
parameter
Measuring range 0-300mv
Depth of detection (depending on geological environment) 0-200m
Measurement mode (smart frequency selection) 40 frequency
Resolution 1 Friction
Repeat error ±3%、±2 words
A/D conversion 16-bit 1Msps
input resistance ≥10MΩ
Power frequency suppression >80dB
data storage Phone storage space or cloud 20G space
Phone or tablet display (5-10.1" touch
Display method
screen)
Connection method Bluetooth 4.0
Instrument power supply DC7.4V 3400mAh lithium battery
Host power consumption 100mA
Operating temperature -10 0C
Host size 18.6×14.8×8cm
Host weight 0.8KG
Page- 12
Gambar 4. Perlengkapan yang digunakan ADMT-200s Elektroda (kiri) dan ADMT-200s +
Sensor Magnetik (kanan)
Berdasarkan prinsip bahwa gelombang elektromagnetik dari frekuensi yang berbeda memiliki skin
depth yang berbeda pada media konduktif, urutan respon elektromagnetik bumi dari frekuensi
tinggi ke frekuensi rendah diukur di permukaan untuk mempelajari perbedaan variasi listrik badan
geologi bawah tanah pada kedalaman yang berbeda dan menentukan genesanya.
koefisien rambat adalah k suatu bilangan kompleks, maka dimana: a disebut koefisien fasa, b
disebut koefisien absorpsi. Arus perpindahan biasanya dapat diabaikan dalam kisaran frekuensi
gelombang elektromagnetik yang diukur dengan seri ADMT probe geofisika medan listrik alami (0,1
Hz ~ 5 KHz), ketika K lebih disederhanakan sebagai:
Page- 13
2. Impedansi gelombang dan resistivitas dan hubungan magnetoelektrik:
impedansi permukaan Z didefinisikan sebagai rasio medan listrik permukaan terhadap komponen
horizontal medan magnet. Dalam kasus tanah homogen, impedansinya tidak bergantung pada
polarisasi medan datang dan terkait dengan resistivitas tanah dan frekuensi medan elektromagnetik:
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa kedalaman penetrasi gelombang elektromagnetik
berhubungan dengan frekuensi dan resistivitas. Semakin rendah frekuensi semakin besar kedalaman
penetrasinya dan begitu sebaliknya
O1
Page- 14
Gambar 6. Metode Pengukuran ADMT menggunakan Elektroda M-N
(O1 = data center), geser sejauh O1, O2, O3 dst.
Dalam hal ini pemrosesan sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan software AIDU
Prospecting, data pengukuran yang sudah selesai bisa langsung diproses menjadi grafik 2D
dan 3D, termasuk pengecekan data datum yang dihasilkan.
Page- 15
Gambar 8. Pengecekan Datum dengan Aplikasi AIDU prospecting
Dari harga tahanan jenis dan ketebalan masing-masing lapisan batuan serta kontras
tahanan jenis yang kemudian dikorelasikan atau dibandingkan dengan data geologi daerah
penyelidikan dan data lainnya maka diperoleh gambaran litologi bawah permukaan,
karena data terbatas sehingga interpretasi menggunakan data singkapan (jika ada), data
pengamatan atau penemuan di lapangan, morfologi, referensi terkait , data geologi
regional, data referensi terdahulu termasuk peta distribusi pemboran air dan peta
geohidrologi regional disekitar lokasi yang meliputi peta produktivitas akuifer dan peta
litologi akuifer.
Page- 16
II.4 Dokumentasi Kegiatan
Kegiatan survey di Kecamatan Batu Atas dilakukan sebanyak 4 (empat) lintasan dengan ADMT-
200s sebagian menggunakan metode magnetik karena tanah berbatu dan tidak bisa ditaCapkan
elektroda.
Page- 17
Foto 2 Lintasan Survey BA-02
Page- 18
Foto 4 Lintasan Survey BA-04
Page- 19
Gambar 10. Peta Lintasan Survey BA03
Page- 20
BAB III POTENSI AKUIFER DILOKASI SURVEY
Page- 21
III.2 Struktur Geologi dan Potensi Akuifer di Lokasi Survey Batu Atas
Penilaian geologi terhadap potensi air tanah dalam (groundwater) didasarkan pada aspek geologi
yaitu morfologi, batuan, dan struktur geologi. Lokasi survey dikategorikan masuk kedalaman
morfologi landai diketinggian 20-140 m DPL, batuan penyusun merupakan batuan batugamping
berongga dan struktur geologi sederhana dengan produktivitas akuifer lokasi survey tergolong
akuifer setempat produktif (gambar 14)
Penilaian akuifer harus didasarkan pada kaidah geologi sehingga berbagai konfigurasi diperlukan
dalam menganalisa keberadaan sistem celah atau zona void, lapisan batuan yang berpotensi
akuifer dan keberadaan lapisan impermeable untuk akuifer tertekan.
Hasil pengukuran nilai resistivitas dengan unit ADMT hanya menunjukan trend resisitivity untuk lapisan
yang diduga akuifer karena alat ADMT ini menggunakan prinsip frekuensi yang cukup sensitif
terhadap lapisan air dan pergerakan air.
Page- 22
Gambar 15. Line BA-01 Gambar 16. Line BA -01 Gambar 17. Line BA-01
Konfigurasi-1 Penampang yang Konfigurasi-2 Penampang yang Konfigurasi-3 Penampang yang menunjukan
menunjukan lapisan batuan dan lapisan menunjukan lapisan batuan dan lapisan lapisan batuan.
zona zenuh air zona zenuh air Batuan kompak/keras dikedalaman 40-81
m.
Tampak air hanya setempat tidak Tampak air hanya setempat tidak
menunjukan lapisan menerus menunjukan menunjukan lapisan menerus
akuifer sistem celah menunjukan akuifer sistem celah
Gambar 15, 16 dan 17 line BA-01 menunjukan nilai resistivitas kondisi terisi air di 5-35 ohm.m
dimana akuifer bebas terdapat di kedalaman 30-40 m yang sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan dan debit sangat sedikit. Akuifer lain diduga dikedalaman lapisan akuifer dalam di
kedalaman 180-200m ( sangat dimungkinkan dipengaruhi intrusi air laut karena elevasi lapisan ini
jauh dibawah permukaan air laut)
Page- 23
Gambar 18. Line BA-02 Gambar 19. Line BA-02 Gambar 20. Line BA-02
Konfigurasi-1 Penampang yang Konfigurasi-2 Penampang yang Konfigurasi-3 Penampang yang menunjukan
menunjukan lapisan batuan dan lapisan menunjukan lapisan batuan dan lapisan lapisan batuan.
zona zenuh air. zona zenuh air Batuan kompak/keras dikedalaman 40-
Tampak air hanya setempat tidak Tampak air hanya setempat tidak 85m
menunjukan lapisan menerus menunjukan menunjukan lapisan menerus
akuifer sistem celah menunjukan akuifer sistem celah
Gambar 18, 19 dan 20 line BA-02 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 4-46 ohm.m
dimana akuifer bebas terdapat di kedalaman 30-40 m yang sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan dengan debit sangat sedikit. Akuifer lain diduga dikedalaman 190-200m. (sangat
dimungkinkan dipengaruhi intrusi air laut karena elevasi lapisan ini jauh dibawah permukaan air
laut)
Page- 24
Gambar 21. Line BA-03 Gambar 22. Line BA-03 Gambar 23. Line BA-03
Konfigurasi-1 Penampang yang Konfigurasi-2 Penampang yang Konfigurasi-3 Penampang yang menunjukan
menunjukan lapisan batuan dan lapisan menunjukan lapisan batuan dan lapisan lapisan batuan.
zona zenuh air zona zenuh air Batuan kompak/keras dikedalaman 43-
79m
Tampak air hanya setempat tidak Tampak air hanya setempat tidak
menunjukan lapisan menerus menunjukan menunjukan lapisan menerus
akuifer sistem celah menunjukan akuifer sistem celah
Gambar 21, 22 dan 23 line BA-03 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 5-30 ohm.m
dimana akuifer bebas terdapat di kedalaman 30-40 m yang sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan dengan debit sangat sedikit. Akuifer lain diduga dikedalaman 190-200m (sangat
dimungkinkan dipengaruhi intrusi air laut karena elevasi lapisan ini jauh dibawah permukaan air
laut).
Page- 25
Gambar 24. Line BA-04 Gambar 25. Line BA-04 Gambar 26. Line BA-04
Konfigurasi-1 Penampang yang Konfigurasi-2 Penampang yang Konfigurasi-3 Penampang yang menunjukan
menunjukan lapisan batuan dan lapisan menunjukan lapisan batuan dan lapisan lapisan batuan.
zona zenuh air zona zenuh air Batuan kompak/keras dikedalaman 110-
Tampak air hanya setempat tidak Tampak air hanya setempat tidak 169m
menunjukan lapisan menerus menunjukan menunjukan lapisan menerus
akuifer sistem celah menunjukan akuifer sistem celah
Gambar 24, 25 dan 26 line BA-04 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 5-30 ohm.m
dimana akuifer bebas terdapat di kedalaman 30-40 m yang sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan dengan debit sangat sedikit. Akuifer lain diduga dikedalaman 190-200m. (sangat
dimungkinkan dipengaruhi intrusi air laut karena elevasi lapisan ini jauh dibawah permukaan air
laut).
Page- 26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran resistivitas menunjukan bahwa lokasi survey memiliki potensi air
tanah bebas berkisar 30-40 m dimana volume air tanahnya sangat dipengaruhi curah hujan
dengan debit sangat sedikit
Akuifer dalam disemua lintasan dilokasi Batu Atas kedalaman akuifer dalam berkisar 190-
200m, melihat elevasi berkisar 10-140m diperkirakan daerah ini bisa saja terkena intrusi.
Harus dilakukan percobaan pemboran sampai dengan kedalaman 200m sampai menembus
batupasir sebagai akuifer yang baik. (sangat dimungkinkan dipengaruhi intrusi air laut
karena elevasi lapisan ini jauh dibawah permukaan air laut).
IV.2 Saran
Berdasarkan kajian regional, pengamatan di lokasi survey dan hasil geolistrik dibawah ini
beberapa saran lokasi pemboran dan uraian yang perlu dilakukan
Gambar 27. Rekomendasi Pemboran pada Line BA-01 (kiri) dan BA-02 (kanan)
Gambar 28. Rekomendasi Pemboran pada Line BA-03 (kiri) dan BA-04 (kanan)
Page- 27
Tabel 4 Koordinat Rekomendasi Pemboran lokasi Batu Atas
Note : Tidak tertutup kemungkinan akuifer ini terintrusi air laut karena jauh dibawah
permukaan air laut
Perijinan diperlukan untuk pemboran air dan pemanfaatanya untuk pemboran dalam.
Page- 28
DAFTAR PUSTAKA
Krussman, G.P. and Ridder, N.A., 1970. Analysis and Evaluation of Pumping Test Data. International
Institude for Land Reclamation and Improvement, Wegeningnen.
Linsley, R.K. 1985. Hidrologi Untuk Insinyur. Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Loke, M.H., 2004. 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys. Penang. Malaysia.
Loke, M.H., Barkers, R.D. 1996, Rapid Least-Square Inversion of Apparent Tahanan jenis
Pseudesection. Geophysics Prospection, 44.
Milsom, John. 2003. Field Geophysics, 3rd Edition. England: John Willey & Sons Ltd.
Reynolds, J.M., 1997. An Intruduction to Applied and Enviromental Geophysics. hlm 418. Jhon Wiley
& Sons Ltd. Chichester.
Soekrisno dan Warsono, 1990, Penyelidikan Hidrogeologi dan Konservasi Air tanah Cekungan
Sukri M, Dasar-dasar Metode Geolistrik, Syiah Kuala, University Press, Januari 2020.
Telford, M. W., Gerdart, L. P., Sheriff, R. E, Keys, D. A. 1990. Applied Geophysics. USA: Cambrige
University Press
Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. New York: John Wiley & Sons.
Page- 29
Page- 30