You are on page 1of 8

SIMULASI KOMUNIKASI DENGAN PASIEN YANG MENGALAMI GANGGAUN

PENGLIHATAN

OLEH :

KELOMPOK 13

1. LIDIA AGUSTINA TOKAN


2. MAKRIS ELISAM KOLIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN KUPANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


Pengertian Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan dan kebutaan datang dari segala macam latar belakang. Banyak
yang lanjut usia, beberapa masih muda. Mereka mungkin olahragawan dan wanita, tukang
kebun, petani, pemain catur, guru, juru ketik, musisi, pengacara, ibu rumah tangga,
pemrogram komputer, fisioterapi, pekerja sosial. Gangguan penglihatan dapat terjadi baik
karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun
kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di
tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak (Dewi, 2014). Meskipun
seorang klien mempunyai masalah dalam penglihatan, mereka memiliki banyak kemampuan
dan dapat mencapai banyak hal meskipun gangguan penglihatan atau kebutaan, tapi ada
kalanya mereka akan membutuhkan bantuan dari orang lain.

Kemampuan individu untuk melihat dimungkinkan oleh organ yang disebut mata.
Sistem ini terdiri atas organ-organ yang menerima dan memfokuskan cahaya yang masuk ke
dalam mata, sel-sel reseptor penglihatan yang menangkap bayangan, yang disebut
fotoreseptor dan serabut saraf (nervus optikus) yang membawa input sensori dari
fotoreseptor menuju ke otak untuk dipersepsi oleh otak. Gangguan penglihatan dapat terjadi
baik karena kerusakan organ, misal kornea, lensa mata, kekeruhan humor vitreus, maupun
kerusakan kornea serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di
tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan
penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat
kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat tergantung
pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus
mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat
mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.
Sebagai contoh, ketika melakukan orientasi ruang perawatan, klien harus mendapat
keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan, misalnya dengan
menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa langkah posisi tempat tidur dari
pintu, letak kamar mandi dan sebagainya.
Tehnik - Tehknik Berkomunikasi

Berikut adalah tehnik-tehnik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien


yang mengalami gangguan penglihatan (Nugroho, 2006):

a. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan
parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda
berada didekatnya.
b. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda.
c. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda
memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
d. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien.
e. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus
komunikasi.
f. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya.
g. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan
yang baru.

Ciri – Ciri Berkomunikasi Pada Orang Buta

1. Bahasa isyarat taktil. Contohnya : alfabet manual yang ditempelkan pada tangan orang
yang mengalami buta.
2. Tadoma.
Todoma adalah metode komunikasi yang dilakukan oleh orang buta dengan membaca
bibir lawan bicaranya menggunakan indra perabanya. Mereka akan meletakkan tangan
mereka pada bibir, rahang, atau leher orang yang berbicara untuk merasakan getaran dan
pergerakan rahang pada tangannya.

3. Print on palm.
Metode ini digunakan dengan menuliskan bentuk huruf yang dimaksud pada telapak
tangan orang yang buta. Misalnya mengatakan makan, maka akan dieja dengan
menuliskan huruf m hingga n satu per satu di atas telapak tangan.
4. Huruf braile.
Huruf braile diakses orang dengan buta melalui indra perabanya sehingga pesan atau
informasi bisa dipahami.
SIMULASI

Seorang pasien bernama Tn. Makris berumur 50 tahun beragama Kristen, tinggal di Labat
RT 21 RW 09 dengan masalah gangguan pada mata sehingga sulit dalam melakukan aktivitas
sehari hari

Fase orientasi

Perawat : “Selamat pagi Pak.”

Pasien : “Selamat pagi Sus.”

Perawat : “Perkenalkan saya perawat Lidia Tokan, bapak bisa memanggil saya
perawat Lidia. disini saya akan bertugas dari jam 08.00 – 11.00.
Apakah bapak ada pertanyaan ?”

Pasien : “Iya, baik sus. Tidak ada sus.”

Perawat : “Tujuan saya datang kesini untuk membantu bapak untuk aktivitas sehari

hari ya pak.”

Pasien : “Baik sus.”

Fase Kerja

Perawat : “Baik bapak disini saya akan membantu bapak dalam melakukan
aktifitas seperti makan, mimun dan lain-lain.”

Pasien : “baik sus.”


Perawat : “Baik pak saya ijin mempersiapkan alatnya. (sambil mempersiapkan
alat). Disini saya sudah siapkan piring, sendok, gelas, dan garpu.”

Pasien : “Baik sus, apakah kita bisa mulai sekarang ?”

Perawat : “Iyaa bisa pak, sebelumnya saya ingin bertanya, apakah selama bapak
mengalami kebutaan, bapak bisa melakukan aktifitas sendiri atau
dibantu keluarga ?”

Pasien : “Maaf sus, untuk kegiatan sehari-hari , saya dibantu saudara laki-laki.
Jadi kadang-kadang saya juga salah dan keliru dalam melakukan
aktivitas.”

Perawat : “Baik pak, sekarang saya akan membantu bapak yah supaya bapak bisa
melakukannya sendiri dengan baik.”

Pasien : “Baik sus.”

Perawat : “Baik bapak, yang pertama ini piring coba dipegang pak (sambil
memberikan piring ke tangan pasien) selama 5 menit yah pak biar bisa
membantu mengingatnya pak.”

Pasien : “Baik sus, sudah sus saya sudah bisa mengingatnya.”

Perawat : “Iya pak, yang kedua ini sendok yah pak (sambil memberikan sendok ke
tangan pasien) selama 5 menit yah pak biar bisa diingat.”

Pasien : “Baik sus, sudah sus saya sudah bisa mengingatnya.”

Perawat : “Iya pak, yang ketiga ini gelas yah pak (sambil memberikan gelas ke
tangan pasien) selama 5 menit yah biar bisa diingat.”

Pasien : “Baik sus, sudah sus saya sudah bisa mengingatnya.”

Perawat : “Iya pak, yang keempat ini garpu yah pak (sambil memberikan garpu ke
tangan pasien) selama 5 menit yah pak biar bisa diingat.”

Pasien : “Baik sus, sudah sus saya sudah bisa mengingatnya.”


Perawat : “Apakah bapak bisa membedakan ke 4 benda tersebut.”

Pasien : “Bisa sus, bisakah saya mencobanya kembali.”

Perawat : “Bisa pak, dipersilakan.”

Pasien : “(berjalan menuju meja yang disimpan piring, sendok, gelas dan garpu
sambil memegang) ini piring berbentuk bulat dan cekung, ini sendok
panjang dan bagian depannya berbentuk cekung, ini gelas berbentuk
bulat tabung dan ini garpu seperti snedok tetapi di bagian depannya
sedikit runcing, memiliki sela-sela dan memanjang.”

Perawat : “Baik, terima kasih pak sudah mengingatnya, semoga cepat pulih yah
pak.”

Pasien : “Baik terima kasih sus, sudah mau membantu saya dalam mengenal
lingkungan saya dan peralatan makan.”

Perawat : “Iya sama - sama pak. Sudah kewajiban kami pak.”

Pasien : “Baik sus.”

Fase terminasi

Perawat : “Baik pak, setalah kita lakukan pengenalan alat makan dan minum.
Apakah bapa sudah lebih baik dalam mngenal dan mngingat alat
tersebut ?

Pasien : “Iya sudah sus, dengan bgini saya bisa mengenal alat - alat yang sudah
sus ajarkan.”

Perwat : “Apakah setelah pengenalan sampai di rumah bapak bisa melakukannya


sendiri.”
Pasien : “Iya sus, mudah mudahan kedepannya saya bisa lebih mudah melatih
diri saya untuk lebih mengenal alat - alat disekitar saya.”

Perawat : “Baik pak, terima kasih sudah mau melakukan pengenalan alat makan
dan minum dengan saya semoga dapat membantu bapak kedepannya.”

Pasien : “Terima kasih sus.”

Perawat : “Sama - sama pak saya permisi dulu ya pak.”

Pasien : “Baik sus.”

You might also like