You are on page 1of 8

JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:

Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi


HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

KOMBINASI POSISI KEPALA 30° DAN PASIVE RANGE OF MOTION TERHADAP


SKOR NIHSS PADA PASIEN STROKE
1
Arif Hendra Kusuma, 2Atika Dhiah Anggraeni
1
STIKes Serulingmas Cilacap, 2Univesitas Muhammadiyah Purwokerto

arifsermas@gmail.com

Abstrak

Stroke merupakan penyakit neurologis yang diakibatkan adanya kelainan pada


peredaran darah otak yang dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih. Status neurologis
penderita stroke dapat diukur dengan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS).
Pemeriksaan ini untuk menilai kemajuan hasil perawatan pasien stroke yang terdiri dari 11
komponen. Pemberian posisi kepala 30° disertai dengan passive range of motion (PROM)
merupakan kombinasi tindakan yang berfungsi memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral
dan kemampuan motorik, sehingga penyembuhan pada pasien stroke akan menjadi lebih cepat.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kombinasi posisi kepala 30° dan
PROM terhadap penurunan skor NIHSS pada pasien stroke. Rancangan penelitian ini
menggunakan Quasi experimental dengan pendekatan pretest posttest control group desain.
Sampel berjumlah 14 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok. Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh kombinasi posisi kepala 30° dan PROM terhadap skor NIHSS pada
pasien stroke dengan P value = 0,002 (α<0,05). Saran dari penelitan ini perawat dapat
menerapkan kombinasi posisi kepala 30° dan PROM sebagai intervensi mandiri keperawatan
pada pasien stroke untuk dalam upaya memberikan penyembuhan yang lebih cepat dan
menjadikan salah satu SOP dalam perawatan pasien stroke dirumah sakit.

Kata kunci : NIHSS; passive range of motion; posisi kepala 30°; stroke

PENDAHULUAN dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih


Stroke merupakan penyakit (Dewanto, 2009). Stroke di Indonesia
neurologis yang diakibatkan adanya merupakan penyakit nomor tiga yang
kelainan pada peredaran darah otak yang mematikan setelah jantung dan kanker.

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 30


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

Insiden stroke di Amerika Serikat hemodinamik serebral yang nantinya akan


diperkirakan lebih dari 700.000 tiap tahun meningkatkan hasil perawatan pasien stroke
dan yang meninggal lebih dari 160.000 tiap (Lestari & Satria, 2015).
tahunnya (Sofyan, Sihombing, & Hamra, Posisi kepala ditinggikan berada
2013). diatas aksis vertikal jantung menyebabkan
Penyebab tingginya angka kematian cairan cerebrospinal terdistribusikan
dan kecacatan pada stroke diakibatkan oleh kembali menuju keruang spinal subaraknoid
proses patofisiologis yang terjadi dalam dan memfasilitasi terjadinya aliran balik
jaringan otak. Aliran darah ke otak yang vena (Dewi, 2019). Tindakan pemberian
terganggu dapat berpengaruh terhadap posisi kepala pasien stroke merupakan
hemodinamik serebral. Hemodinamik tindakan sangat penting. Peninggian kepala
serebral dipengaruhi oleh pembuluh darah dapat menurunkan intracranial pressure
serebral/cerebral blood flow (CBF) (Junaidi, (ICP), namun disisi lain juga dapat
2011). meningkatkan ICP dan iskemik serebral
Masalah utama pada stroke iskemik yang menyebabkan gangguan autoregulasi
yaitu gangguan CBF. Proses ini berlanjut serebral (Kusuma & Anggraeni, 2019).
dan dapat menyebabkan terjadinya edema Aktivitas pada pasien stroke dapat
cerebri. Guna mengurangi dampak iskemik, memperbaiki haemodinamik serebral. Salah
maka tindakan memperbaiki CBF dan satu dari tindakan pemberian aktivitas
metabolisme merupakan tindakan yang tersebut adalah passive range of motion
sangat penting dan segera dilakukan (Husna (PROM). Pergerakan pada ekstremitas akan
& Dalhar, 2017). menghasilkan peningkatan aliran darah
Tindakan keperawatan yang dapat bagian sisi yang berlawanan pada motor
dilakukan untuk memfasilitasi peningkatan korteks dan somatosensoris. Proses tersebut
CBF dan memperbaiki metabolisme serebral didasari oleh adanya perubahan aktivitas
diantaranya monitor tanda vital, pemberian actrocyte yang meningkatkan nitris oxide
posisi, aktivitas dan mempertahankan suhu (Hasanah, 2017).
tubuh normal. Tindakan memberi posisi Tindakan pemberian posisi dan
tidur pasien stroke dan aktivitas merupakan aktivitas merupakan tindakan rutin perawat
tindakan mandiri perawat. Posisi kepala dalam melakukan asuhan keperawatan
pasien stroke berpengaruh pada paasien stroke. Pemberian posisi kepala

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 31


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

ditinggikan 30° pada pasien stroke iskemik dan PROM terhadap penurunan skor NIHSS
dan dilakukan PROM secara periodik pada pasien stroke”.
(Hasan, 2018). pemberian posisi kepala pada Tujuan dalam penelitian ini yaitu
pasien stroke iskemik yaitu pertahankan diketahuinya pengaruh kombinasi posisi
posisi tirah baring dua sampai tiga hari, kepala 30° dan PROM terhadap penurunan
posisi anatomis atau pemberian posisi kepala skor NIHSS pada pasien stroke.
ditinggikan 15° sampai 30°. Pemberian
tindakan aktivitas yaitu latohan pergerakan METODE
sendi secara pasif setiap 2 sampai 4 jam. Penelitian ini menggunakan desain
Kedua tindakan tersebut tujuannya untuk Quasi-eksprimental melalui pendekatan
memperbaiki hemodinamik serebral yang pretest-posttest control group desain.
pada akhirnya meningkatkan hasil Penelitian ini membandingkan skor NIHSS
perawatan pasien stroke (Ekacahyaningtyas, sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.
Setyarini, Agustin, & Rizqiea, 2017). Instrument yang digunakan dalam penelitian
Status haemodinamik pada pasien ini yaitu NIHSS yang terdiri dari 11
stroke diukur dengan National Institutes of komponen penilaian. NIHSS tidak saja
Health Stroke Scale (NIHSS) (Black & menilai derajat deficit neurologis pada
Hawks, 2005). NIHSS merupakan suatu pasien stroke, melainkan juga memudahkan
pengkajian yang dilakukan pada pasien komunikasi antara tenaga medis dengan
stroke untuk menilai kemajuan hasil pasien, mengenali kemungkinan adanya
perawatan pasien stroke yang terdiri dari 11 sumbatan pembuluh darah, menentukan
komponen. NIHSS banyak digunakan pada prognosis awal dan komplikasi serta
pusat pelayanan stroke untuk menilai tingkat menetapkan tindakan yang diperlukan.
keparahan dari stroke yang dialami seorang Jumlah sampel dalam penelitian ini
pasien. Perbedaan nilai NIHSS saat masuk sebanyak 14 responden yang dibagi menjadi
dan keluar merupakan indikator kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
keberhasilan perawatan pasien stroke Posisi kepala 30° dan PROM dilakukan 3
(Smeltzer et al., 2008). kali dalam sehari selama 4 hari.
Berdasarkan permasalahan diatas Analisa data pada penelitian ini
maka peneliti tertarik untuk mengambil menggunakan uji dependen t-test untuk
judul “pengaruh kombinasi posisi kepala 30°

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 32


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

melihat perbedaan selisih rata-rata skor HASIL


NIHSS sebelum dan setelah perlakuan. 1. Karakteristik responden

Tabel 1 Distribusi karakteristik responden


Variabel f %
Usia
20-30 tahun 1 7
31-40 tahun 2 14
41-50 tahun 2 14
51-60 tahun 5 36
61-70 tahun 3 22
>71 tahun 1 7
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 57
Perempuan 6 43

Berdasarkan Tabel 1 diatas usia 2. Perbedaan rerata skor NIHSS sebelum


terbanyak yaitu kelompok usia 51-60 tahun dan setelah perlakuan pada kelompok
sebanyak 5 orang (36%). Jenis kelamin laki- intervensi dan kelompok kontrol
laki lebih banyak (57%) dibandingkan
perempuan (43%).

Tabel 2 Perbedaan rerata skor NIHSS sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok
intervensi dan kelompok control
Kelompok Skor NIHSS Mean SD P value
Sebelum 7,00 1,732
Intervensi 0,002
Sesudah 3,71 1,380
Sebelum 7,43 2,070
Kontrol 0,172
Sesudah 6,86 1,864

Berdasarkan tabel diatas diketahui 0,002 (α<0,05), maka didapatkan


bahwa rerata skor NIHSS pada kelompok kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
intervensi sebelum dilakukan perlakuan signifikan antara skor NIHSS sebelum dan
sebesar 7,00 dan rerata skor NIHSS setelah setelah dilakukan perlakuan.
diberikan perlakuan sebesar 3,71. Terlihat Hasil dari kelompok kontrol
selisih rerata skor NIHSS sebelum dan menunjukkan bahwa rerata skor NIHSS
setelah perlakuan sebesar 3,29 dengan p= sebelum perlakuan sebesar 7,43 dan setelah

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 33


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

perlakuan rerata skor NIHSS sebesar 6,86. menyatakan bahwa penderita stroke iskemik
Selisih rerata skor NIHSS sebelum dan lebih banyak laki-laki di RSUP Prof. Dr. R.
setelah perlakuan sebesar 0,57 p= 0,172 D. Kandou. Kejadian ini disebabkan pada
(α>0,05), maka didapatkan kesimpulan usia subur perempuan memiliki hormone
bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara esterogen yang dapat melindungi dari
rerata skor NIHSS sebelum dan setelah penyakit yang disebabkan oleh penyakit
dilakukan perlakuan. jantung dan stroke, namun setelah
menopause perempuan akan memiliki resiko
PEMBAHASAN yang sama dengan laki-laki (Heart, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Hasil penelitian ini terdapat
didapatkan bahwa usia 51-60 terbanyak perbedaan skor NIHSS sebelum dan sesudah
dibandingkan kelompok usia yang lainnya dilakukan kombinasi tindakan posisi kepala
dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak 30° dan PROM dengan selisih skor 3,29.
dibandingkan perempuan. Hasil penelitian Penelitian ini sejalan dengan penelitian
ini sejalan dengan penelitian Delima, Pertami, dkk (2019) yang menyebutkan
Miharja & Ghani (2016) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan nilai saturasi
bahwa proporsi kejadian stroke pada usia oksigen dengan diberikan posisi elevasi 30°
diatas 45 tahun meningkat tajam. Usia diatas (Pertami, Munawaroh, & Rosmala, 2019).
45 tahun lebih beresiko 10,23 kali Penelitian Rahayu (2016) menyebutkan
dibandingkan dengan usia 15-44 tahun bahwa terdapat pengaruh latihan range of
(Delima, Mihardja, & Ghani, 2016). Usia motion terhadap kemampuan motorik pada
merupakan salah satu factor resiko stroke pasien post stroke (K. I. N. Rahayu, 2016).
yang tidak dapat dirubah dan memiliki factor Pemberian posisi kepala 30° yaitu
yang paling kuat. Insiden kejadian stroke mengatur posisi kepala lebih tinggi dari
akan meningkat seiring dengan jantung. Pemberian posisi kepala tersebut
meningkatnya usia seorang tanpa akan memperlancar aliran darah ke otak
memandang jenis kelamin dan suku budaya serta meningkatkan aliran darah otak.
(Patricia, Kembuan, & Tumboimbela, (Pertami et al., 2019). Hal tersebut sesuai
2015). dengan tori menurut Summers, et al (2009)
Hasil penelitian ini juga sejalan yang menunjukkan bahwa memposisikan
dengan (Patricia et al., 2015) yang kepala lebih tinggi akan meningkatkan aliran

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 34


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

darah di otak dan oksigenasi jaringan aspek neurologis yaitu kesadaran, motoric,
serebral yang maksimal. (Summers et al., sensorik dan fungsi luhur (Saudin & Rajin,
2009). 2017).
Latihan PROM akan membuat NIHSS terdiri dari 11 komponen
ransangan yang dapat meningkatkan penilaian yang terdiri dari tingkat kesadaran,
aktivitas dari kimiawi neuromuskuler dan gerakan bola mata, lapang pandang,
muskuler. Kontraksi otot akan terjadi kelemahan pada wajah, motorik tangan,
apabila terdapat rangsangan pada motorik kaki, ataksia, sensori, bahasa,
neuromuskuler terutama pada serat saraf otot disartria, dan tidak ada atensi pada bagian
ekstremitas. ATP yang dihasilkan melalui tubuh tertentu. NIHSS memiliki skor
mekanisme muskulus terutama pada otot maksimum 42 dan skor minimum 0.
polos ekstremitas akan meningkatkan Interpretasi dari NIHSS yaitu: sangat berat;
metabolisme pada metakonderia yang >25, berat; 14-25, sedang; 5-14, dan ringan;
dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai < 5 (Jojang, Runtuwene, & PS, 2016).
energy untuk meningkatkan tonus dan Skor NIHSS yang semakin rendah
kontrasi otot polos ekstremitas (Khonsary, menunjukkan tingkat keparahan stroke
2017). semakin ringan. Pemeriksaan ini dapat untuk
Pemberian posisi kepala 30° disertai memprediksi keluaran jangka panjang dan
dengan PROM merupakan kombinasi jangka pendek pada pasien stroke (M.
tindakan yang berfungsi memaksimalkan Rahayu, Rakhmani, Raisa, & Rahmah,
oksigenasi jaringan serebral dan 2018).
kemampuan motorik, sehingga
penyembuhan pada pasien stroke akan KESIMPULAN
menjadi lebih cepat. Hasil penelitian ini dapat
Indikator dalam mengetahui disimpulkan terdapat perbedaan yang
perbaikan pasien stroke dapat dinilai signifikan skor NIHSS sebelum dan setelah
menggunakan NIHSS. NIHSS merupakan diberikan kombinasi posisi kepala 30° dan
alat penilaian yang sistematis untuk menilai PROM pada pasien stroke dengan nilai P
tingkat keparahan atau berhubungan dengan value 0,002 (α<0,05).
defisit neurologis yang dialami pada
penderita stroke. Pemeriksaan ini meliputi SARAN

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 35


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

Penelitian ini menyarankan agar Posisi Kepala Elevasi 30º. Babul Ilmi
Jurnal Ilmiah Multi Science
perawat dapat menerapkan kombinasi posisi
Kesehatan, 9(2).
kepala 30° dan PROM sebagai intervensi
Hasanah, K. (2017). Penerapan Latihan
mandiri keperawatan pada pasien stroke
Rom Aktif Terhadap Kekuatan Otot
untuk dalam upaya memberikan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik
Di Rsud Krmt Wongsonegoro Kota
penyembuhan yang lebih cepat dan
Semarang. Universitas
menjadikan salah satu SOP dalam perawatan Muhammadiyah Semarang.
pasien stroke dirumah sakit.
Heart, C. (2003). Stroke Foundation (2010)
A Perfect Storm Of Heart Disease
Looming On Our Horizon. Annual
DAFTAR PUSTAKA
Report. Canadian Heart Health
Black, J., & Hawks, J. (2005). Medical- Initiative.
surgical nursing, St. Louis: Elsevier
Saunders. Husna, U., & Dalhar, M. (2017).
Pathophysiology And Management
Delima, D., Mihardja, L. K., & Ghani, L. Of Cerebral Edema. Malang
(2016). Faktor risiko dominan Neurology Journal, 3(2), 94-107.
penderita stroke di Indonesia.
Indonesian Bulletin of Health Jojang, H., Runtuwene, T., & PS, J. M.
Research, 44(1), 20146. (2016). Perbandingan NIHSS Pada
Pasien Stroke Hemoragik Dan Non-
Dewanto, G. (2009). Panduan praktis Hemoragik Yang Rawat Inap Di
Diagnosis dan tata laksana penyakit Bagian Neurologi RSUP Prof. Dr.
saraf. RD Kandou Manado. e-CliniC, 4(1).

Dewi, Y. A., & Mkes, S. K. (2019). Buku Junaidi, I. (2011). Stroke, waspadai
Tht. . Bandung: Departemen Ilmu ancamannya: Penerbit Andi.
Kesehatan THT-KL FKUP/RSHS.
Khonsary, S. A. (2017). Guyton and Hall:
Ekacahyaningtyas, M., Setyarini, D., textbook of medical physiology.
Agustin, W. R., & Rizqiea, N. S. Surgical neurology international, 8
(2017). Posisi Head Up 30° Sebagai .
Upaya Untuk Meningkatkan Saturasi Kusuma, A. H., & Anggraeni, A. D. (2019).
Oksigen Pada Pasien Stroke Pengaruh Posisi Head Up 30 Derajat
Hemoragik Dan Non Hemoragik. Terhadap Nyeri Kepala Pada Pasien
Adi Husada Nursing Journal, 3(2), Cedera Kepala Ringan. Jurnal Ilmu
55-59. Keperawatan dan Kebidanan, 10(2),
417-422.
Hasan, A. K. (2018). Study Kasus Gangguan
Perfusi Jaringan Serebral Dengan Lestari, T., & Satria, A. P. (2015). Analisis
Penurunan kesadaran Pada Klien Praktik Klinik Keperawatan pada
Stroke Hemoragik Setelah Diberikan Pasien Cedera Kepala Sedang

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 36


JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA:
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 12 NO. 01, JUNI 2021
DOI: 10.34305/jikbh.v12i1.251 Creative Commons Atribusi-NonKomersial-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

dengan Post Craniotomy medicalsurgical nursing 10th


Decompression di Ruang High Care edition: Philadelphia: Lipincott
Unit RSUD Abdul Wahab Sjahranie Williams & Wilkins.
Samarinda Tahun 2015.
Sofyan, A. M., Sihombing, I. Y., & Hamra,
Patricia, H., Kembuan, M. A., & Y. (2013). Hubungan umur, jenis
Tumboimbela, M. J. (2015). kelamin, dan hipertensi dengan
Karakteristik Penderita Stroke kejadian stroke. Medula, 1(1).
Iskemik Yang Di Rawat Inap Di
Rsup Prof. Dr. RD Kandou Manado Summers, D., Leonard, A., Wentworth, D.,
Tahun 2012-2013. e-CliniC, 3(1). Saver, J. L., Simpson, J., Spilker, J.
A.,. Mitchell, P. H. (2009).
Pertami, S. B., Munawaroh, S., & Rosmala, Comprehensive overview of nursing
N. W. D. (2019). Pengaruh Elevasi and interdisciplinary care of the
Kepala 30 Derajat Terhadap Saturasi acute ischemic stroke patient: a
Oksigen Dan Kualitas Tidur Pasien scientific statement from the
Stroke. Health Information: Jurnal American Heart Association. Stroke,
Penelitian, 11(2), 134-145. 40(8), 2911-2944.

Rahayu, K. I. N. (2016). Pengaruh


pemberian latihan range of motion
(rom) terhadap kemampuan motorik
pada pasien post stroke di rsud
gambiran. Jurnal keperawatan, 6(2).

Rahayu, M., Rakhmani, A. N., Raisa, N., &


Rahmah, K. A. A. (2018). Hubungan
Mean Arterial Blood Pressure
Dengan Keluaran Pasien Stroke
Trombotik Yang Dinilai Dengan
Skor Nihss. Majalah Kesehatan
FKUB, 5(3), 160-170.

Saudin, D., & Rajin, M. (2017). Metode


Pengkajian Neurologis
Menggunakan National Institute of
Health Stroke Scale (NIHSS) pada
pasien stroke di ruang Instalasi
Gawat Darurat di RSUD DR Iskak
Tulungagung. Jurnal Edunursing,
1(1).

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J.,


Cheever, K., Townsend, M. C., &
Gould, B. (2008). Brunner and
Suddarth’s textbook of

E-ISSN 2623-1204 P-ISSN 2252-9462| 37

You might also like