Professional Documents
Culture Documents
Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan
Apa itu PPh, Jenis PPh, Subjek PPh & Objek Pajak Penghasilan adalah?
Ingin mengetahui lebih mendalam tentang Pajak penghasilan atau apa itu PPh,
dan apa saja jenis-jenis PPh, kemudian yang termasuk dalam subjek PPh, hingga
berapa besar tarif PPh, objek pajak penghasilan adalah, temukan jawabannya
dalam uraian secara komprehensif mengenai pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang diperoleh wajib pajak ini.
Anda akan dipandu mengenai pemahaman pajak penghasilan ini dari dasarnya,
yakni pengertian dan jenis pajak penghasilan yang ada hingga contoh perhitungan
PPh yang dapat dijadikan panduan untuk menghitunganya.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan. UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:
1
b. Kategori Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni:
PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai
serta bukan pegawai maupun pengusaha
PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan,
hingga objek yang dikenakan PPh itu sendiri
Secara garis besar, objek pajak penghasilan di sini dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yang akan mengarah pada jenis-jenis PPh yang menjadi kewajiban wajib
pajak, yakni:
3
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi industri
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggungjawab atas pajak
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak maupun bagian
tahun pajak.
Subjek pajak penghasilan artinya orang yang harus membayar pajak penghasilan
dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).
4
Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang mencakup orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar Indonesia.
Subjek PPh OP Dalam Negeri ini berlaku bagi yang telah menerima atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).
Subjek PPh OP Luar Negeri ini berlaku bagi yang menerima atau memperoleh
penghasilan yang bersumber dari Indonesia maupun melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia.
Apa maksud dari warisan yang belum terbagi ini sebagai subjek pajak?
Masih merujuk pada UU PPh No. 36/2008, yang dimaksud warisan belum terbagi
sebagai subjek pajak PPh di sini agar pengenaan pajak atas penghasilan yang
berasal warisan tersebut tetap dilaksanakan.
“Artinya, warisan yang di tinggalkan oleh subjek pajak dalam negeri ini mengikuti
status pewaris. Katika warisan yang di tinggalkan oleh pewaris tersebut belum
5
dibagikan kepada ahli waris, bisa saja memberikan penghasilan meski pewaris
tersebut telah meninggal.”
Sedangkan warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi
sebagai subjek pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, maka tidak dianggap
sebagai subjek pajak pengganti.
Kenapa? Karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi dimaksud melekat pada objeknya.
Badan adalah subjek pajak yang merupakan orang dan/atau modal sebagai satu
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Badan bisa
berupa perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV), perseroan lainnya,
firma, kongsi, koperasi, dan lainnya.
Subjek PPh Badan adalah sebagai subjek pajak penghasilan ini terdiri dari:
Subjek PPh BUT adalah subjek pajak penghasilan yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak padan badan dalam negeri.
BUT ini merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh subjek pajak luar
negeri, baik orang pribadi maupun badan, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia.
6
BUT wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan NPWP.
Kemudian menyampaikan SPT sebagai sarana pelaporan besarnya pajak terutang
dalam satu tahun pajak.
Selain itu, pengenaan pajaknya dilaksanakan atas penghasilan kena pajak dengan
menggunakan tarif umum seperti yang berlaku pada subjek pajak badan dalam
negeri.
Pajak penghasilan ini terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan objek dan
subjek yang dikenakan PPh. Berikut ini adalah jenis-jenis PPh, di antaranya:
Definisi PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa
pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
7
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun.
Kategori subjek yang dikenakan PPh 21 ini seperti pegawai, bukan pegawai,
penerima pensiun maupun pesangon, anggota dewan komisaris, mantan pekerja
dan peserta kegiatan.
Akan tetapi jenis PPh 21 ini dipotong atau dipungut oleh perusahan/pemberi kerja
melalui pemotongan pajak PPh Pasal 21.
Berikutnya, sebagai pihak yang dipungut PPh Pasal 21, akan memperoleh bukti
pemotongan PPh Pasal 21 dari pihak yang memotong penghasilan tersebut.
Definisi PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-
badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan
kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.
8
a. Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir
b. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara
pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya
c. Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang
persediaan (UP) yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran
d. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit surat
perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA
e. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
f. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, yang merupakan industri hulu, industri otomotif, dan industri
farmasi
g. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor
h. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh
produsen atau importir
i. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan
industrinya atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
j. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib
pajak badan.
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh
Pasal 22 impor barang
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP)
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga
yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:
10
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh 22 saat
penjualan:
Definisi jenis PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.
1. Dividen
11
2. Bunga
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada Orang Pribadi
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa tanah dan/atau bangunan
6. Imbalan sehubungan dengan jasa industri, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Secara terinci yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015, khusus untuk
objek PPh 23 Jasa di antaranya:
1. Penilai (appraisal)
2. Aktuaris
3. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
4. Hukum
5. Arsitektur
6. Perencanaan kota dan arsitektur landscape
7. Perancang (design)
8. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas
bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT)
9. Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak
dan gas bumi (migas)
10. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas)
11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
12. Penebangan hutan
13. Pengolahan limbah
14. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services)
15. Perantara dan/atau keagenan
16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan
Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
17. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI
18. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
19. Mixing film (Mencampur film)
12
20. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder
21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem
komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
22. Pembuatan dan/atau pengelolaan website
23. Internet termasuk sambungannya
24. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi,
dan/atau program
25. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC
dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
26. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
27. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat
28. Maklon
29. Penyelidikan dan keamanan
30. Penyelenggara kegiatan atau event organizer
31. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media
luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau
jasa periklanan
32. Pembasmian hama
33. Kebersihan atau cleaning service
34. Sedot septic tank ( Tangki septik sedot)
35. Pemeliharaan kolam
36. Katering atau tata boga
37. Freight forwarding (pengiriman barang)
38. Logistik
39. Pengurusan dokumen
40. Pengepakan
41. Loading dan unloading (memuat tetapi membongkar)
42. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh
lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka penelitian
akademis
43. Pengelolaan parkir
13
44. Penyondiran tanah
45. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan
46. Pembibitan dan/atau penanaman bibit
47. Pemeliharaan tanaman
48. Permanenan
49. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan/atau perhutanan
50. Dekorasi
51. Pencetakan/penerbitan
52. Penerjemahan
53. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15
UU PPh
54. Pelayanan pelabuhan
55. Pengangkutan melalui jalur pipa
56. Pengelolaan penitipan anak
57. Pelatihan dan/atau kursus
58. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM
59. Sertifikasi
60. Survey
61. Tester (penguji)
62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Badan pemerintah
Subjek pajak badan dalam negeri
14
Penyelenggara kegiatan
Bentuk usaha tetap
Atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (hanya memotong PPh Pasal 23 atas sewa
saja) yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh 23.
Harus ada Surat Keputusan Penunjukan (SKP) yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), namun tidak ada format baku yang tersedia, yaitu:
Akuntan
Arsitek
Dokter
Notaris
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat,
pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan.
4. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final
Definisi PPh Pasal 4 ayat (2) atau juga disebut PPh Final adalah pajak penghasilan
yang dikenakan atas beberapa jenis penghasilan yang didapatkan dan
pemotongan pajaknya bersifat final serta tidak dapat dikreditkan dengan pajak
penghasilan terutang.
Istilah ‘Final’ di sini artinya pemotongan pajaknya dilakukan hanya sekali dalam
sebuah masa pajak.
Pihak pemungut ini terdiri dari wajib pajak badan yang ditunjuk untuk memotong
PPh Pasal 4 ayat (2) dan wajib pajak orang pribadi yang merupakan pemungut PPh
pasal 4 ayat (2) tanpa ditunjuk, di antaranya:
16
Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota
koperasi orang pribadi
Penyelenggara undian
Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar
dividen
Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak
2. Wajib Pajak Orang Pribadi
Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong
PPh Pasal 4 ayat (2), di antaranya:
Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan
merupakan pemotong pajak
Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang
menyetujui tukar menukar untuk objek pajak pengalihan hak atas
tanah/bangunan
Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh Pasal 4
ayat (2) adalah:
Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) kecuali PPAT
tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan
bebas
Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan, yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri
Alur pemotongan PPh 4 ayat (2)
Pajak yang dipotong, dipungut oleh pihak pemberi penghasilan atau dibayar
sendiri oleh pihak penerima penghasilan, penghitungan pajaknya sudah selesai
dan tidak dapat dikreditkan lagi dalam penghitungan PPh pada SPT Tahunan.
Namun jika WP menerima penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) dan pemberi penghasilan (pemberi kerja) juga merupakan
pemotong PPh Pasal 4 ayat (2), maka atas penghasilan yang diterima akan
dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) oleh si pihak pemotong tersebut.
17
Apabila WP menerima penghasilan yang merupakan objek jenis PPh Pasal 4 ayat
(2) dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi (bukan pemotong), maka
WP tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut.
18