You are on page 1of 18

PAJAK PENGHASILAN

Apa itu PPh, Jenis PPh, Subjek PPh & Objek Pajak Penghasilan adalah?

Ingin mengetahui lebih mendalam tentang Pajak penghasilan atau apa itu PPh,
dan apa saja jenis-jenis PPh, kemudian yang termasuk dalam subjek PPh, hingga
berapa besar tarif PPh, objek pajak penghasilan adalah, temukan jawabannya
dalam uraian secara komprehensif mengenai pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang diperoleh wajib pajak ini.

Anda akan dipandu mengenai pemahaman pajak penghasilan ini dari dasarnya,
yakni pengertian dan jenis pajak penghasilan yang ada hingga contoh perhitungan
PPh yang dapat dijadikan panduan untuk menghitunganya.

a. Apa itu PPh atau Pajak Penghasilan?


Definisi Pajak Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas suatu
penghasilan yang diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar negeri.

Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan. UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU


No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan.

1
b. Kategori Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni:

 PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai
serta bukan pegawai maupun pengusaha
 PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan,
hingga objek yang dikenakan PPh itu sendiri

Apa Saja Objek Pajak Penghasilan

Secara garis besar, objek pajak penghasilan di sini dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yang akan mengarah pada jenis-jenis PPh yang menjadi kewajiban wajib
pajak, yakni:

a. Penghasilan sebagai Objek Pajak

Objek PPh dalam UU PPh dirincikan sebagai berikut:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang industri, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,


persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apa pun
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
2
pendidikan, badan sosial termasuk industri, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,
atau permodalan dalam perusahaan pertambangan

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan


sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
17. Penghasilan dari usaha berbasis industri
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
19. Surplus Bank Indonesia.

b. Penghasilan yang Dikenakan PPh Final


Penghasilan yang dapat dikenakan pajak penghasilan bersifat final adalah:

3
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi industri
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan
5. Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.

Subjek pajak penghasilan adalah setiap warga wajib pajak

Siapa Saja Subjek Pajak Penghasilan

Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggungjawab atas pajak
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak maupun bagian
tahun pajak.

Subjek pajak penghasilan artinya orang yang harus membayar pajak penghasilan
dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP).

Status sebagai WP ini ditetapkan dengan cara yang bersangkutan mendaftarkan


diri terlebih dahulu ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Pendaftaran diri sebagai WP dilakukan di KPP tersebut harus sesuai dengan


wilayah domisili yang bersangkutan.

Jenis Subjek PPh


Merujuk pada UU PPh, subjek pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa jenis,
di antaranya:

1. Subjek PPh Orang Pribadi

4
Orang pribadi adalah subjek pajak penghasilan bagi yang mencakup orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Subjek PPh Orang Pribadi (OP) ini terdiri terdiri dari:

a. Subjek PPh OP Dalam Negeri

Subjek PPh OP Dalam Negeri ini berlaku bagi yang telah menerima atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Besar PTKP yang ditetapkan sebesar:

 Rp15.84.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi


 Rp1.320.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin
 Rp15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam 8 ayat (1)
 Rp1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga

b. Subjek PPh OP Luar Negeri

Subjek PPh OP Luar Negeri ini berlaku bagi yang menerima atau memperoleh
penghasilan yang bersumber dari Indonesia maupun melalui bentuk usaha tetap
di Indonesia.

2. Subjek PPh Warisan yang belum terbagi

Apa maksud dari warisan yang belum terbagi ini sebagai subjek pajak?

Masih merujuk pada UU PPh No. 36/2008, yang dimaksud warisan belum terbagi
sebagai subjek pajak PPh di sini agar pengenaan pajak atas penghasilan yang
berasal warisan tersebut tetap dilaksanakan.

“Artinya, warisan yang di tinggalkan oleh subjek pajak dalam negeri ini mengikuti
status pewaris. Katika warisan yang di tinggalkan oleh pewaris tersebut belum

5
dibagikan kepada ahli waris, bisa saja memberikan penghasilan meski pewaris
tersebut telah meninggal.”

Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakannya, warisan


tersebut menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak. Jika warisan itu telah
dibagi, maka kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.

Sedangkan warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi
sebagai subjek pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, maka tidak dianggap
sebagai subjek pajak pengganti.

Kenapa? Karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi dimaksud melekat pada objeknya.

3. Subjek PPh Badan

Badan adalah subjek pajak yang merupakan orang dan/atau modal sebagai satu
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Badan bisa
berupa perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV), perseroan lainnya,
firma, kongsi, koperasi, dan lainnya.

Subjek PPh Badan adalah sebagai subjek pajak penghasilan ini terdiri dari:

 Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.


 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.

4. Subjek PPh Badan Usaha Tetap (BUT)

Subjek PPh BUT adalah subjek pajak penghasilan yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak padan badan dalam negeri.

BUT ini merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh subjek pajak luar
negeri, baik orang pribadi maupun badan, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia.

6
BUT wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan NPWP.
Kemudian menyampaikan SPT sebagai sarana pelaporan besarnya pajak terutang
dalam satu tahun pajak.

Selain itu, pengenaan pajaknya dilaksanakan atas penghasilan kena pajak dengan
menggunakan tarif umum seperti yang berlaku pada subjek pajak badan dalam
negeri.

Apa Saja Jenis Pajak Penghasilan?

Pajak penghasilan ini terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan objek dan
subjek yang dikenakan PPh. Berikut ini adalah jenis-jenis PPh, di antaranya:

a. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 21

Definisi PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa
pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.

1. Objek PPh Pasal 21


Objek pajak penghasilan pasal 21 di antaranya:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa


penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima industri secara
teratur berupa uang industri atau penghasilan sejenisnya
c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan industri yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangon, uang manfaat industri, tunjangan hari tua
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah industri atau upah yang
dibayarkan secara bulanan
e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,
komisi, fee, dan imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan

7
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun.

2. Subjek yang dikenakan PPh 21


Jenis PPh 21 ini dikenakan pada wajib orang pribadi yang menerima penghasilan
seperti penjelasan definisi PPh tersebut.

Kategori subjek yang dikenakan PPh 21 ini seperti pegawai, bukan pegawai,
penerima pensiun maupun pesangon, anggota dewan komisaris, mantan pekerja
dan peserta kegiatan.

3. Subjek Pemotong PPh 21


Namun jenis PPh yang dibebankan atau dikenakan wajib pajak orang pribadi
tersebut tidak dibayarkan sendiri oleh yang bersangkutan.

Akan tetapi jenis PPh 21 ini dipotong atau dipungut oleh perusahan/pemberi kerja
melalui pemotongan pajak PPh Pasal 21.

Pihak pemotong/perusahaan/pemberi kerja kemudian menyetorkan atau


membayarkan PPh 21 yang dipotong dari wajib pajak orang pribadi yang
memperoleh penghasilan kena pajak tersebut ke kas negara.

Berikutnya, sebagai pihak yang dipungut PPh Pasal 21, akan memperoleh bukti
pemotongan PPh Pasal 21 dari pihak yang memotong penghasilan tersebut.

2. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 22

Definisi PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-
badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan
kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.

a. Objek PPh Pasal 22


Objek PPh Pasal 22 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017
adalah:

8
a. Impor barang dan ekspor barang komoditas tambang batubara, mineral
logam, dan mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir
b. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh bendahara
pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga
Pemerintah, dan lembaga-lembaga negara lainnya
c. Pembayaran atas pembelian barang dengan mekanisme uang
persediaan (UP) yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran
d. Pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS) oleh KPA atau pejabat penerbit surat
perintah membayar yang diberi delegasi oleh KPA
e. Pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
f. Penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam negeri oleh badan
usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, yang merupakan industri hulu, industri otomotif, dan industri
farmasi
g. Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal
Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir
umum kendaraan bermotor
h. Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh
produsen atau importir
i. Pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan
industrinya atau ekspornya oleh industri dan eksportir yang bergerak dalam
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan
j. Penjualan barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh wajib
pajak badan.

b. Subjek yang dikenakan PPh 22


Jenis PPh 22 ini dikenakan pada wajib pajak badan-badan usaha tertentu, baik
milik pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor,
impor dan re-impor.

c. Subjek pemotong PPh 22


Subjek yang memotong PPh Pasal 22 ini terbagi menjadi dua kategori utama,
yakni:
9
Pemungut atau yang memotong PPh 22

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh
Pasal 22 impor barang
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai
pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau
Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP)
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah
Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga
yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, yang meliputi:

 PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT


Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia
(Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya
(Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero)
 Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
usahanya.

7. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,


pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari
pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
8. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang
pribadi pemegang izin usaha pertambangan.

10
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh 22 saat
penjualan:

1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri


kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan
hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas;
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang
merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan
industri hilir;
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan
usahanya:

 Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,


dan perikanan;
 Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan.

6. Sesuai dengan PMK No. 90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan


pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

3. Pajak penghasilan Jenis PPh Pasal 23

Definisi jenis PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.

a. Objek Pajak Penghasilanh Pasal 23 adalah (Objek PPh 23)


Objek jenis PPh atau pajak penghasilan pasal 23 ini di antaranya:

1. Dividen

11
2. Bunga
3. Royalti
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada Orang Pribadi
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa tanah dan/atau bangunan
6. Imbalan sehubungan dengan jasa industri, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Khusus untuk objek PPh 23 atau objek pajak penghasilan adalah:

Secara terinci yang tercantum dalam PMK No. 141/PMK.03/2015, khusus untuk
objek PPh 23 Jasa di antaranya:

1. Penilai (appraisal)
2. Aktuaris
3. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan
4. Hukum
5. Arsitektur
6. Perencanaan kota dan arsitektur landscape
7. Perancang (design)
8. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas
bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT)
9. Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak
dan gas bumi (migas)
10. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas)
11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
12. Penebangan hutan
13. Pengolahan limbah
14. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services)
15. Perantara dan/atau keagenan
16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan
Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
17. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
KSEI
18. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara
19.  Mixing film (Mencampur film)

12
20. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder
21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem
komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
22. Pembuatan dan/atau pengelolaan website
23. Internet termasuk sambungannya
24. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi,
dan/atau program
25. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC
dan/atau TV Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
26. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
27. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat
28. Maklon
29. Penyelidikan dan keamanan
30. Penyelenggara kegiatan atau event organizer
31. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media
luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau
jasa periklanan
32. Pembasmian hama
33. Kebersihan atau cleaning service
34. Sedot septic tank ( Tangki septik sedot)
35. Pemeliharaan kolam
36. Katering atau tata boga
37.  Freight forwarding (pengiriman barang)
38. Logistik
39. Pengurusan dokumen
40. Pengepakan
41. Loading dan unloading (memuat tetapi membongkar)
42. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh
lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka penelitian
akademis
43. Pengelolaan parkir

13
44. Penyondiran tanah
45. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan
46. Pembibitan dan/atau penanaman bibit
47. Pemeliharaan tanaman
48. Permanenan
49. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan/atau perhutanan
50. Dekorasi
51. Pencetakan/penerbitan
52. Penerjemahan
53. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15
UU PPh
54. Pelayanan pelabuhan
55. Pengangkutan melalui jalur pipa
56. Pengelolaan penitipan anak
57. Pelatihan dan/atau kursus
58. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM
59. Sertifikasi
60. Survey
61. Tester (penguji)
62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
dibebankan pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

b. Subjek yang dikenakan PPh 23


Jenis PPh Pasal 23 ini dikenakan pada:

 Wajib pajak dalam negeri


 BUT

c. Subjek pemotong PPh 23


Pihak atau subjek yang memungut atau memotong jenis PPh Pasal 23 terbagi
menjadi dua kategori, yakni:

1. Pemotong PPh 23 Bentuk Badan

 Badan pemerintah
 Subjek pajak badan dalam negeri
14
 Penyelenggara kegiatan
 Bentuk usaha tetap
 Atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

2. Pemotong PPh 23 oleh Orang Pribadi

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (hanya memotong PPh Pasal 23 atas sewa
saja) yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh 23.

Harus ada Surat Keputusan Penunjukan (SKP) yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), namun tidak ada format baku yang tersedia, yaitu:

 Akuntan
 Arsitek
 Dokter
 Notaris
 Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat,
pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan.

4. Pajak Penghasilan Jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final

Definisi PPh Pasal 4 ayat (2) atau juga disebut PPh Final adalah pajak penghasilan
yang dikenakan atas beberapa jenis penghasilan yang didapatkan dan
pemotongan pajaknya bersifat final serta tidak dapat dikreditkan dengan pajak
penghasilan terutang.

Istilah ‘Final’ di sini artinya pemotongan pajaknya dilakukan hanya sekali dalam
sebuah masa pajak.

a. Objek PPh Pasal 4 ayat (2)/PPh Final


Objek jenis PPh atau pajak penghasilan pasal 4 ayat )2) atau PPh Final ini
dikenakan pada jenis tertentu dari penghasilan atau pendapatan berupa:

 Penghasilan berupa bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan lainnya


serta diskonto sertifikat Bank Indonesia
 Penghasilan berupa bunga dari obligasi swasta dan obligasi negara
(SUN/Surat Utang Negara)
15
 Penghasilan berupa bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota masing-masing
 Penghasilan berupa hadiah berupa lotre/undian
 Penghasilan dari transaksi saham/dividen dan surat berharga lainnya
 Penghasilan dari transaksi industri perdagangan di bursa
 Penghasilan dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan mitranya yang diterima oleh perusahaan modal
ventura
 Penghasilan dari transaksi atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan
 Penghasilan dari usaha jasa konstruksi
 Penghasilan dari usaha real estate
 Penghasilan dari sewa atas tanah dan/atau bangunan
 Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan
Peraturan Pemerintah

b. Subjek yang dikenakan PPh 4 ayat (2)/PPh Final


Jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final ini dikenakan pada wajib pajak badan
maupun wajib pajak pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka
dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.

c. Subjek pemotong PPh 4 ayat (2)/PPh Final


Pemungutan jenis PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final dilakukan oleh pihak
pemberi penghasilan sehubungan dengan pembayaran untuk objek tertentu.

Pihak pemungut ini terdiri dari wajib pajak badan yang ditunjuk untuk memotong
PPh Pasal 4 ayat (2) dan wajib pajak orang pribadi yang merupakan pemungut PPh
pasal 4 ayat (2) tanpa ditunjuk, di antaranya:

1. Wajib Pajak Badan


Sebagai pemungut, wajib pajak badan ini ditunjuk untuk memotong jenis PPh
Pasal 4 ayat (2), di antaranya:
 Penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk
 Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli

16
 Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota
koperasi orang pribadi
 Penyelenggara undian
 Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk sekali pembayar
dividen
 Pengusaha jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak
2. Wajib Pajak Orang Pribadi
Sebagai pemungut, wajib pajak orang Pribadi tidak ditunjuk untuk memotong
PPh Pasal 4 ayat (2), di antaranya:
 Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan
merupakan pemotong pajak
 Bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat yang
menyetujui tukar menukar untuk objek pajak pengalihan hak atas
tanah/bangunan
Wajib pajak orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong jenis PPh Pasal 4
ayat (2) adalah:
 Akuntan, arsitek, notaris, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) kecuali PPAT
tersebut adalah camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan
bebas
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan, yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri
Alur pemotongan PPh 4 ayat (2)
Pajak yang dipotong, dipungut oleh pihak pemberi penghasilan atau dibayar
sendiri oleh pihak penerima penghasilan, penghitungan pajaknya sudah selesai
dan tidak dapat dikreditkan lagi dalam penghitungan PPh pada SPT Tahunan.
Namun jika WP menerima penghasilan yang merupakan objek pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) dan pemberi penghasilan (pemberi kerja) juga merupakan
pemotong PPh Pasal 4 ayat (2), maka atas penghasilan yang diterima akan
dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) oleh si pihak pemotong tersebut.

17
Apabila WP menerima penghasilan yang merupakan objek jenis PPh Pasal 4 ayat
(2) dan pihak pemberi penghasilan adalah orang pribadi (bukan pemotong), maka
WP tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut.

18

You might also like