You are on page 1of 4

HUKUM PENGANGKUTAN

Pengangkutan (Zainal Asikin)


Adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat
ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
ongkos angkutan.

Perjanjian Pengangkutan (R. Subekti)


Adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau
barang dari satu tempat ke tempat yang lain, sedangkan pihak yang satu menyanggupi untuk
membayar ongkos angkutannya.

Unsur-unsur :
1. Ada sesuatu yang diangkut
2. Ada kendaraan sebagai alat angkut
3. Ada tempat yang dapat dilalui alat angkut

Fungsi pengangkutan
Adalah untuk memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud
untuk meningkatkan daya guna dan nilai.

Artinya, jika barang dipindahkan ke suatu tempat, maka akan lebih terasa manfaatnya.

Nilai tsb akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan

Nilai yang dapat diperoleh dari pengangkutan barang :


1. Nilai tempat (place utility)
2. Nilai waktu (time utility)
Kedua nilai tsb akan diperoleh jika barang yang diangkut ke tempat dimana nilainya lebih tinggi
dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya.

Hukum pengangkutan (Zainal Asikin)


Adalah aturan yang mengatur bisnis pengangkutan baik pengangkutan di udara, darat, dan perairan
pedalaman.

Moda angkutan :
1. Moda darat
2. Moda laut
3. Moda udara
4. Moda kereta api

Jadi, para pihak dalam perjanjian :


1. Pengangkut
2. Penumpang / pengirim barang

Pihak2 lain yang terkait dalam pengangkutan :


1. Penerima barang
2. Ekspeditur
3. Agen perjalanan (travel agent)
4. Pengusaha bongkar muat (stevedoring)
5. Pengusaha pergudangan (warehousing)

- Penerima barang (tidak masuk sbg pihak dalam perjanjian)


- Penyedia alat angkut (penyedia kendaraan)
- Ekspeditur (perantara antara pemilik dan pengangkut)

Kewajiban utama pengangkut :


- Menyelenggarakan pengangkutan dari tempat asal ke tempat tujuan.
- Menjaga keselamatan barang / penumpang sampai ke tempat tujuan
Hak pengangkuta :
- Ongkos angkutan.

Prinsip2 tanggung jawab pengangkut :

1. Prinsip tgg jwb berdasarkan unsur kesalahan


Dalam ajaran ini bahwa dalam menentukan tgg jwb pengangkut didasarkan pada pandangan
bahwa yang membuktikan kesalahan pengangkut adalah pihak yang dirugikan atau
penggugat.

Pasal 1365 KUH Perdata : tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tsb.

Jadi, ada perbuatan melawan hukum (aktif / pasif) dari pengangkut yang menimbulkan
kerugian.

Memenuhi unsur2 :
- Adanya perbuatan melawan hukum dari tergugat
- Perbuatan tsb dapat dipersalahkan kepadanya
- Adanya Kerugian yg diderita akibat kesalah tsb
- Adanya hubungan kausal antara kerugian dan perbuatan

Kesalahan  salah atau lalai

Penggugat (pemilik barang/penumpang)  diberikan beban pembuktian  membuktikan


kerugian yang ia derita adalah akibat perbuatan tergugat (pengangkut).

Contoh prinsip tgg jwb berdasarkan kesalahan :


UU penerbangan :
Hilang / rusaknya bagasi kabin, pihak pengangkut tidak bertggjwb, kecuali penumpang dapat
membuktikan bhw kerugian tsb disebabkan tindakan pengangkut/orang yg dipekerjakan.

2. Prinsip tgg jwb berdasarkan praduga

Menurut prinsip ini, TERGUGAT (pengangkut) dianggap selalu bersalah kecuali pengangkut
dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah atau dapat mengemukakan hal-hal yang
dapat membebaskannya dari tanggung jawab.

 Pembalikan beban pembuktian

Contoh prinsip tggjwb berdasarkan praduga :


Musnah, hilang, rusaknya bagasi atau kargo yg terjadi selama dalam pengangkutan udara.
adalah tgg jwb PENGANGKUT, kecuali pengangkut dapat membuktikan sebaliknya.

Membuktikan overmacht atau kesalahan penumpang/pengirim barang.

Jadi, ketika akan mengklaim santunan, pemilik barang/penumpang dapat menuntut ganti
rugi tanpa perlu membuktikan bhw itu adalah kesalahan pengangkut.
Untuk membebaskan diri dari tgg jwb nya, pengangkut harus membuktikan itu bukan
kesalahannya.

3. Prinsip tgg jwb mutlak

Menurut prinsip ini, bahwa pihak yang menimbulkan (tergugat / Pengangkut) selalu
bertggjwb tanpa melihat ada atau tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa yang
bersalah.
DKL, prinsip ini memandang kesalahan sebagai suatu yang tidak relevan untuk
dipermasalahkan apakah pada kenyataannya ada atau tidak.

1. Strict liability
Melihat hub kausalitas, org yg benar2 bertggjwb.
2. Absolute liability
Tidak melihat hub. Kausalitas. Tidak mempermasalahkan siapa dan bagaimana
terjadinya kerugian.

Dalam perUUan, prinsip ini tidak diatur, namun tidak berarti prinsip ini tidak boleh digunakan dalam
perjanjian pengangkutan (prinsip kebebasan berkontrak).

Contoh tgg jwb mutak ;


Pengangkut bertggjwb atas kerugian penumpang yang meninggal, cacat, cedera, luka2
akibat kejadian angkutan udara di dalam pesawat, dan/atau naik/turun pesawat udara.

Pasal 91 KUHD

Para pengangkut dan juragan kapal harus bertanggung jawab atas semua kerusakan yang
terjadi pada barang-barang dagangan atau barang-barang yang telah diterima untuk diangkut,
kecuali hal itu disebabkan oleh cacat barang itu sendiri, atau oleh keadaan di luar kekuasaan
mereka atau oleh kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur sendiri. (KUHPerd.
1139-71, 1147, 1246, 1367, 1617; KUHD 87 dst., 93, 95, 98, 342 dst., 533, 693.)

Pasal 92 KUHD

Pengangkut atau juragan kapal tidak bertanggung jawab atas kelambatan pengangkutan, bila
hal itu disebabkan oleh keadaan yang memaksa. (KUHPerd.1245; KUHD 87.)
SIFAT HUKUM PERJANJIAN :
1. Konsensuil
Kesepakatan antara pengangkut dan pengirim/penumpang. Walaupun tanpa dokumen.
2. Pelayanan berkala
Perjanjian diantara para pihak tidak bersifat terus-menerus, tapi bersifat temporer (berkala).
Hanya bila pengirim membutuhkan pengangkutan.
3. Pemborongan
Pengangkut = pemborongan pekerjaan. Mengikatkan diri untuk melakukan suatu pekerjaan
dengan menerima suatu harga yang ditentukan.
4. Campuran
Pihak pengangkut wajib mengangkut dan menyimpan barang dengan aman sampai ke
tempat tujuan.
5. Pemberian kuasa
Memberikan kuasa kepada pengangkut (nakhoda).

You might also like