Professional Documents
Culture Documents
Hukum Pengangkutan
Hukum Pengangkutan
Unsur-unsur :
1. Ada sesuatu yang diangkut
2. Ada kendaraan sebagai alat angkut
3. Ada tempat yang dapat dilalui alat angkut
Fungsi pengangkutan
Adalah untuk memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud
untuk meningkatkan daya guna dan nilai.
Artinya, jika barang dipindahkan ke suatu tempat, maka akan lebih terasa manfaatnya.
Moda angkutan :
1. Moda darat
2. Moda laut
3. Moda udara
4. Moda kereta api
Pasal 1365 KUH Perdata : tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tsb.
Jadi, ada perbuatan melawan hukum (aktif / pasif) dari pengangkut yang menimbulkan
kerugian.
Memenuhi unsur2 :
- Adanya perbuatan melawan hukum dari tergugat
- Perbuatan tsb dapat dipersalahkan kepadanya
- Adanya Kerugian yg diderita akibat kesalah tsb
- Adanya hubungan kausal antara kerugian dan perbuatan
Menurut prinsip ini, TERGUGAT (pengangkut) dianggap selalu bersalah kecuali pengangkut
dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah atau dapat mengemukakan hal-hal yang
dapat membebaskannya dari tanggung jawab.
Jadi, ketika akan mengklaim santunan, pemilik barang/penumpang dapat menuntut ganti
rugi tanpa perlu membuktikan bhw itu adalah kesalahan pengangkut.
Untuk membebaskan diri dari tgg jwb nya, pengangkut harus membuktikan itu bukan
kesalahannya.
Menurut prinsip ini, bahwa pihak yang menimbulkan (tergugat / Pengangkut) selalu
bertggjwb tanpa melihat ada atau tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa yang
bersalah.
DKL, prinsip ini memandang kesalahan sebagai suatu yang tidak relevan untuk
dipermasalahkan apakah pada kenyataannya ada atau tidak.
1. Strict liability
Melihat hub kausalitas, org yg benar2 bertggjwb.
2. Absolute liability
Tidak melihat hub. Kausalitas. Tidak mempermasalahkan siapa dan bagaimana
terjadinya kerugian.
Dalam perUUan, prinsip ini tidak diatur, namun tidak berarti prinsip ini tidak boleh digunakan dalam
perjanjian pengangkutan (prinsip kebebasan berkontrak).
Pasal 91 KUHD
Para pengangkut dan juragan kapal harus bertanggung jawab atas semua kerusakan yang
terjadi pada barang-barang dagangan atau barang-barang yang telah diterima untuk diangkut,
kecuali hal itu disebabkan oleh cacat barang itu sendiri, atau oleh keadaan di luar kekuasaan
mereka atau oleh kesalahan atau kelalaian pengirim atau ekspeditur sendiri. (KUHPerd.
1139-71, 1147, 1246, 1367, 1617; KUHD 87 dst., 93, 95, 98, 342 dst., 533, 693.)
Pasal 92 KUHD
Pengangkut atau juragan kapal tidak bertanggung jawab atas kelambatan pengangkutan, bila
hal itu disebabkan oleh keadaan yang memaksa. (KUHPerd.1245; KUHD 87.)
SIFAT HUKUM PERJANJIAN :
1. Konsensuil
Kesepakatan antara pengangkut dan pengirim/penumpang. Walaupun tanpa dokumen.
2. Pelayanan berkala
Perjanjian diantara para pihak tidak bersifat terus-menerus, tapi bersifat temporer (berkala).
Hanya bila pengirim membutuhkan pengangkutan.
3. Pemborongan
Pengangkut = pemborongan pekerjaan. Mengikatkan diri untuk melakukan suatu pekerjaan
dengan menerima suatu harga yang ditentukan.
4. Campuran
Pihak pengangkut wajib mengangkut dan menyimpan barang dengan aman sampai ke
tempat tujuan.
5. Pemberian kuasa
Memberikan kuasa kepada pengangkut (nakhoda).