You are on page 1of 26

LEMBAR PENGESAHAN

Lembar Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan judul

Masalah Aktivitas

telah diterima dan disahkan dalam praktik klinik mata kuliah Keperawatan
Dasar Di Ruang Unit Stroke pada tanggal 1 April 2022

Trenggalek, 1 April 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Praktik Klinik

Mata Kuliah Keperawatan Dasar Ruang Unit Stroke

Ns. Ixora, S.Kep., M.Kep.

NIP.919830626201901201
LEMBAR KONSULTASI

Nama : AVIVATUL ZHULLAIKHAH

Nim : P17240201020

No. Tanggal Catatan Pembimbing Paraf


LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

NAMA : AVIVATUL ZHULLAIKHAH

NIM : P17240201020

KEMENTRIAN KESEHATAN

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

Website : http:/www.poltekkes-malang.ac.id

Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

NAMA MAHASISWA : AVIVATUL ZHULLAIKHAH

NIM : P17240201020_____________

RUANG : UNIT STROKE____________

MASALAH KESEHATAN : AREA KEPERAWATAN

Pasien dengan gangguan (........) Masalah Oksigenasi


pemenuhan kebutuhan aktivitas. (........) Masalah Cairan dan Elektrolit

(........) Masalah Nutrisi

(........) Masalah Eliminasi

(......) Masalah Aktivitas

(........) Masalah Istirahat Tidur

(........) Masalah Keseimbangan Suhu Tubuh

(........) Masalah Seksual

(........) Masalah Aman Nyaman

(........) Masalah Psikososial

I. DEFINISI KHASUS
Aktivitas merupakan suatu keadaan bergerak bebas dimana
manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah
satu tanda aktivitas seseorang dikatakan baik apabila mampu melakukan
aktivitas secara mandiri seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan dan
muskuloskeletal ( Heriana, 2014). Seseorang dikatakan dapat memenuhi
kebutuhan beraktivitas dengan baik jika ia mampu melakukan mobilisasi
dan mampu memenuhi aktivitas daily live (ADL) nya secara mandiri tanpa
bantuan atau ketergantungan dengan orang lain.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan aktivitas
yaitu :
1. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan
sehari-hari. Olah ragawan biasanya memiliki gaya hidup atau
kebiasaan yang sehat, mulai dari nutrisi yang tercukupi, latihan fisik
yang baik sampai kebutuhan tidur yang teratur. Namun, ada juga olah
ragawan yang tetap mengkonsumsi kopi hingga merokok. Berbagai
gaya hidup ini akan berdampak pada perilaku dan kebiasaan dari
masing-masing olah ragawan itu sendiri.
2. Proses penyakit
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas
seseorang karena dapat mempengaruhi sistem tubuh. Contohnya, orang
yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Contoh, orang yang memiliki kebudayaan berjalan jauh
kemampuan berjalannya lebih kuat daripada, orang yang memiliki
kebudayaan tidak pernah berjalan jauh.
4. Tingkat energi
Energi merupakan sumber untuk melakukan aktivitas. Energi yang
cukup dapat mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas yang
baik. Tidak terkecuali seorang atlet, seorang atlet memerlukan energi
yang baik untuk menjaga kesegaran tubuhnya agar tetap prima.
Kesegaran yang prima diimbangi dengan keterampilan teknik dan
taktik yang baik merupakan faktor pendorong atlet untuk memperoleh
prestasi (Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK Olahraga, 1999
dalam Iswahyudi 2007) .
5. Usia
Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada usia yang berbeda.
Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak
sejalan dengan perkembangan usia. Usia dewasa akan lebih baik pada
kemampuan fungsi alat gerak dari pada orang pada usia lanjut.

Masalah aktivitas adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu


atau lebih ekstremitas secara mandiri (SDKI, 2018). Imobilisasi atau
imobilitas merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak disertai fraktur
pada ekstremitas dan sebagainya.

II. PATOFISIOLOGI
A. SKEMA
Aktivitas

Gaya hidup, proses penyakit,


kebudayaan, tingkat energi, usia

imobilisasi Gangguan pemenuhan ADL

Tidak mampu beraktivitas

Tirah baring lama

Kehilangan daya otot Intoleransi Aktivitas Jaringan kulit tertekan

Perubahan sistem
Penurunan otot
Defisit perawatan integumen kulit
diri
Perubahan sistem Kontriksi pembuluh darah
muskuloskeletal
Sel kulit mati
Gangguan mobilitas
fisik Dekubitus

Kerusakan integritas kulit


B. URAIAN
Aktivitas seseorang dipengaruhi oleh gaya hidup, proses penyakit,
kebudayaan, tingkat energi, dan usia. Jika terjadi gangguan pada salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas maka dapat terjadi
gangguan atau masalah dalam aktivitas seseorang tersebut. Menurut
(Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab dari gangguan yang terjadi. Penyebab utama gangguan
aktivitas aadalah kerusakan otot, gangguan pada skelet, dan gangguan
pada sistem persyarafan. Gangguan pada sistem persayafan dapat
menyebabkan otak kehilangan daya tahannya dan mengakibatkan
penurunan kekuatan otot selain itu dapat menyebabkan perubahan
sistem pada muskuloskeletas yang merakibat terjadi gangguan mobilitas
fisik. Selain itu pasien tidak mampu beraktifitas seperti biasanya dan
mengharuskan pasien tirah baring. Tirah baring dalam waktu yang
cukup lama dapat mengakibatkan intoleransi akticitas dan defisit
perawatan diri. Tirah baring lama juga dapat menyebabkan tertekannya
jaringan kulit yang beresiko terjadi luka dekubitus pada pasien dan
mengakibatkan gangguan pada integritas kulit pasien.

III. ETIOLOGI
Penyebab gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas menurut PPNI (2017),
adalah :
1. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Imobilitas
4. Kelemahan
5. Kerusakan integritas struktur tulang
6. Perubahan metabolisme
7. Ketidakbugaran fisik
8. Penurunan kendali otot
9. Penurunan massa otot
10. Penurunan kekuatan otot
11. Keterlambatan perkembangan
12. Kekakuan sendi
13. Kontraktur
14. Malnutrisi
15. Gangguan musculoskeletal
16. Gangguan neuromuskuler
17. Indeks massa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
18. Efek agen farmakologis
19. Program pembatasan gerak
20. Nyeri
21. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
22. Kecemasan
23. Gangguan kognitif
24. Keengganan melakukan pergerakan
25. Gangguan sensori persepsi

IV. MANIMFESTASI KLINIS


Tanda dan gejala masalah aktivitas menurut PPNI (2017), yaitu :
1. Subjektif
a. Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas
b. Nyeri saat bergerak
c. Enggang melakukan pergerakan
d. Merasa cemas saat bergerak
e. Mengeluh lelah
f. Merasa lemah
g. Dipsnea saat/setelah aktivitas
h. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
2. Objektif
a. Kekuatan otot menurun
b. Rentang gerak (ROM) menurun
c. Sendi kaku
d. Gerakan tidak terkoordinasi
e. Gerakan terbatas
f. Fisik lemah

V. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan diagnosa
medis.
2. Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan
masalah aktivitas adalah mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat, merasa lemas, gambar EKG menunjukan
iskemia, sianosis.(PPNI, 2017), pasien tidak mampu menggereakkan
ekstremitas.
3. Riwayat penyakit sekarang meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan atau gangguan seperti : adanya nyeri, kelemahan otot,
kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya
mobilitas dan imobilitas dan lamanya terjadi gangguan.
4. Riwayat penyakit terdahulu yang mungkin terjadi pada pasien dengan
masalah aktivitas adalah adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kotrasepsi, oral yang lama,
penggunaan obat-obatan anti koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif dan kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga yang biasa terjadi pada pasien dengan
masalah aktivitas adalah ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi, DM, atau adanya riwayat stroke atau generasi terdahulu yang
mana penyakit tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya masalah
aktivitas pada penderita.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Mengalami merasa lemas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,
kelemahan anggota gerak badan.
b. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat latergi, stupor dan koma.
c. Pengkajian Fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual kemampuan
bahasa, lobus frontal dan hemisfer.
d. Pengkajin Saraf cranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
e. Pengkajian sistem motorik
1) Hampir selalu menjadi kelumpuhan atau kelemahan pada salah
satu sisi tubuh.
2) Pengkajiannya meliputi : tangan dan kaki bagian kiri dan kanan
dinilai apakah ada / tidaknya kelemahan, kekuatan dan spasme.
Untuk mengetahui kekuatan dan kemampuan fungsi motorik
perlu diperiksa tentang kemampuan otot dan perlu dilakukan
pemeriksaan derajat kekuatan otot yang dibuat ke dalam enam
derajat (0-5). Derajat ini menunjukan kekuatan otot tersebut
dapat dilihat pada table dibawah ini.

Derajat
Kekuatan Keterangan
Otot
Derajat 5 Kekuatan normal dimana seluruh gerakan dapat
dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari
proses yang dilakukan berulang-ulang tanpa
menimbulkan kelelahan
Derajat 4 Dapat melakukan Range of Motion (ROM)
secara penuh dan dapat melawan tahanan ringan
Derajat 3 Dapat melakukan ROM secara penuh dengan
melawan gaya berat (gravitasi) tetapi tidak dapat
melawan tahanan
Derajat 2 Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat
melakukan ROM secara penuh
Derajat 1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot
bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan
Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali

f. Pengkajian reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang
setelah beberapa hari reflek fisiologis muncul kembali didahului
refleks patologis.
g. Pengkajian sistem sensori
Dapat terjadi hemihipertensi (Fitriani, 2015).

VI. MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
2. Intoleransi aktivitas (D.0056)
3. Kerusakan integritas kulit (D.0129)
4. Defisit perawatan diri (D.0109)

VII. MASALAH KOLABORATIF


Masalah kolaborasi yang kemungkinan muncul pada pasien dengan
masalah aktivitas menurut Ghani, (2015) adalah :
1. Pneumonia
Pnemonia merupakan infeksi yang menyerang salah satu atau
kedua paru-paru, sehingga menyebabkan kantong udara di paru tersebut
meradang dan membengkak.
2. Dekubitus
Dekubitus adalah luka akibat penekanan yang lama pada kulit
karena berbaring terus-menerus.
3. Kontraktur
Kotraktur merupakan hilangnya atau kurang penuhnya lingkup
gerak sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis
jaringan penyokong, otot dan kulit.
4. Thrombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis)
Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam
adalah penggumpalan darah atau bekuan darah pada satu atau lebih
pembuluh darah vena dalam.
5. Atropi
Atrofi adalah kondisi ketika jaringan otot berkurang sehingga
tampak lebih kecil dari biasanya.
6. Inkontinensia urine dan bowl.
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan dan sosial. Sedangkan, Bowel Incontinence adalah
ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar (BAB), sehingga
menyebabkan feses tidak dapat ditahan dari dubur.

Sehingga diperlukan kolaborasi dengan beberapa tim kesehatan seperti


dokter untuk pemberian obat pada pasien, ahli fisioterapi untuk
mengembalikan kekuatan otot pasien, dan ahli gizi untuk mencegah
terjadinya malnutrisi pada pasien.

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) dilakukan untuk memperhatikan
secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemerksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau
menyebar ke permukaan otak.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas. Dilakukan untuk menilai
apakah ada perdarahan ataupun sumbatan aliran darah pada otak yang
memungkinkan dapat menyebabkan masalah pada aktivitas pasien.
4. EEG dilakukan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan
otak.
5. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit,
Eritrosit. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita
anemia. Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila
kadar leukosit diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang
menyerang pasien.
b. Test darah koagulasi
Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time,
partial thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio (INR)
dan agregasi trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur seberapa
cepat darah pasien menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa
menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah. Jika pasien
sebelumnya sudah menerima obat pengencer darah seperti warfarin,
INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam
dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati heparin,
PTT bermanfaat untuk melihat dosis yang diberikan benar atau tidak.
c. Test kimia darah
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam
urat, dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa
menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes dan jantung.
Kedua penyakit ini termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke
(Robinson, 2014).

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (SDKI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI
adalah :
1. Hambatan mobiitas fisik b.d kemelahan kekuatan otot (D.0054)
a. Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri.
b. Penyebab :
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidakbugaran fisik
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan massa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kekakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
11) Gangguan muskuloskeletal
12) Gangguan neuromuskular
13) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keengganan melakukan pergerakan
21) Gangguan sensoripersepsi
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
2) Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
a) Sendi kaku
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerakan terbatas
d) Fisik lemah
e. Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthirtis
6. Ostemalasia
7. Keganasan

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.OO56)


a. Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari
hari.
b. Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Mengeluh lelah
2) Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Dispnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
2) Objektif
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas


c) Gambaran EKG menunjukan iskemia
d) Sianosis
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolik
8) Gangguan muskuloskeletal

3. Risiko kerusakan integritas kulit b.d penurunan mobilitas


(D.0139)
a. Definisi : Beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis, dan/atau
epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).
b. Faktor Risiko
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia initatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrem
7) Faktor mekanis (mis. penekanan, gesekan) atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8) Terapi radiasi
9) Kelembaban
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan hormonal
13) Penekanan pada tonjolan tulang
14) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/
melindungi integritas jaringan
c. Kondisi Klinis Terkait
1) Imobilitas
2) Gagal jantung kongesif
3) Gagal ginjal
4) Diabetes melitus
5) Imunodefisiensi (mis. AIDS)
6) Kateterisasi jantung
Keterangan
1)Dispesifikkan menjadi kulit atau jaringan
2)Kulit hanya terbatas pada dermis dan epidermis, sedangkan
jaringan meliputi tidak hanya kulit tetapi juga mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligamen.

4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D.0109)


a. Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri.
b. Penyebab
1) Gangguan muskuloskeletal
2) Gangguan neuromuskuler
3) Kelemahan
4) Gamgguan psikologis dan/atau psikotik
5) Penurunan motivasi/minat
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Menolak melakukan perawatan diri
2) Objektif
a) Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/
berhias secara mandiri
b) Minat melakukan perawatan diri kurang
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : (tidak tersedia)
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Stroke
2) Cedera medula spinalis
3) Depresi
4) Arthritis reumatoid
5) Retardasi mental
6) Delirium
7) Demensia
8) Gangguan amnestik
9) Skizofrenia dan gangguan psikotik lain

10) Fungsi penilaian terganggu

Keterangan :
Diagnosis ini dispesifikasikan menjadi salah satu atau lebih dari :

2) Mandi
3) Berpakaian
4) Makan
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (SIKI, 2018).

NOC (Nursing Outcome


Diagnosa Keperawatan NIC (Nursing Intervention Classification)
No Classification)

1 Hambatan mobiitas fisik b.d Tujuan : setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (l.05173)
penurunan kekuatan otot keperawatan ...x 24 jam diharapkan Observasi
kemampuan gerak fisik dari tiap
(D.0054)
ekstremitas meningkat, dengan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
kriteria hasil : (L.05042) lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
1. Pergerakan ekstremitas mobilisasi
meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
2. Kekuatan otot meningkat sebelum memulai mobilisasi
3. Rentang gerak (ROM) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
meningkat mobilisasi
4. Kekakuan sendi menurun
5. Kelemahan fisik menurun Terapeutik

5. Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat


bantu (mis.pagar tempat tidur)
6. Fasilitas melakukan pergerakan, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk membatu pasien
dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi

8. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


9. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
10. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan ( mis. Duduk ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi roda, miring kanan, miring kiri)

2 Intoleransi aktivitas b.d Tujuan : setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I. 05178)
kelemahan (D.0056) keperawatan selama ... x 24 jam Observasi
diharapkan toleran aktivitas meningkat, 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kriteria hasil : (L.05047) 3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas

melaksanakan aktivitas sehari- Terapeutik


hari 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
2. Kekuatan tubuh bagian atas dan
bawah meningkat 6. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Keluhan lelah menurun 7. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Tidak terjadi dipsnea saat
8. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
beraktivitas dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
12. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

3 Kerusakan integritas kulit b.d Tujuan : setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
penurunan mobilitas (D.0129) keperawatan selama ... x 24 jam Observasi
diharapkan pasien tidak mengalami 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas
kerusakan pada integritas kulitnya, kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
dengan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Kriteria hasil :
Terapeutik
1. Tidak ada luka dekubitus
2. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
2. Perfusi jaringan meningkat
3. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
3. Tidak adanya jaringan parut tulang, jika perlu
4. Suhu kulit membaik 4. Bersihkan perineal dengan air hangat terutama
selama periode diare
5. Tekstur membaik
5. Gunakan produk berbahan petrolium  atau
minyak pada kulit kering
6. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
7. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering

Edukasi

8. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin,


serum)
9. Anjurkan minum air yang cukup
10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
11. Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
12. Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
4 Defisit perawaran diri b.d Tujuan : setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri ( I.11348)
kelemahan (D.0109) keperawatan selama ... x 24 jam
Observasi
diharapkan pasien dapat melakukan
aktivitas perawatan diri sendiri, dengan 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
sesuai usia
Kriteria hasil : (L.11103)
2. Monitor tingkat kemandirian
1. Pasien mampu mandi dan 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
menggenakan pakaian sendiri diri, berpakaian, berhias, dan makan
2. Pasien mampu makan sendiri
Terapeutik
3. Kemambuat ke toilet
(BAB/BAK) meningkat 4. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
4. Pasien mampu mempertahankan suasana hangat, rileks, privasi)
kebersihan diri 5. Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat
gigi, dan sabun mandi)
6. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
7. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatn diri Jadwalkan
rutinitas perawatan diri Edukasi

Edukasi

9. Anjurkan melakukan perawatan diri secara


konsisten sesuai kemampuan
XI. DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Ghani Azmi, I. (2015). Islamic human resource practices and


organizational performance: some findings in a developing country.
Journal of Islamic Accounting and Business Research, 6(1), 2-18.
2. Fitriani, D. (2015). Modul Tentang Konsep Kebutuhan Aktivitas
Manusia. Tanggerang Selatan: Stikes Widya Darma Husada
Tanggerang.
3. Heriana, P. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Tangerang :
Binarupa Aksara.
4. Hidayat, A.A. (2002). Pengantar dokumentasi proses keperawatan.
Jakarta : EGC.

5. Robinson, Joan. M dan Lyndon Saputra. 2014. Buku Ajar Visual


NursingJilidSatu. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
6. SDKI, P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
7. SIKI, P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
8. SLKI, P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

You might also like