You are on page 1of 6

Patofisiologi

Pada tahap awal terjadi inisiasi karena ada inisiator yang memulai
pertumbuhan sel yang abnormal. Inisiator ini dibawa oleh zat
karsinogenik, bersamaan dengan atau setelah inisiasi, terjadi proses
promosi yang dipicu oleh promotor sehingga terbentuk sel yang
polimorfis dan anaplastik. Selanjutnya terjadi progresi yang ditandai
dengan invasi sel-sel ganas ke membran basalis. [1,2,5,6,8]
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik
pada sel-sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat
menginduksi terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalah proto-
onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang
berperan dalam perbaikan DNA. [1,2,5,6,8]
Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat bermutasi menjadi
onkogen yang produknya dapat menyebabkan transformasi neoplastik,
sedangkan gen supresor tumor adalah gen yang dapat menekan
proliferasi sel (antionkogen). Normalnya, kedua gen ini bekerja secara
sinergis sehingga proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun,
jika terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi
inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan
proliferasi tanpa henti. [1,2,5,6,8]
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang
mengatur apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika
terjadi kerusakan. Gen yang mengatur apoptosis membuat suatu sel
mengalami kematian yang terprogram, sehingga sel tidak dapat
melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini
mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan seharusnya
sudah mati menjadi tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi
regenerasinya, sehingga proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu,
gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA dalam memperbaiki
kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal
menjadi sel kanker. [1,2,5,6,8]
Karsinoma biasanya mengenai daerah tonsil. Daerah ini meluas
dari trigonum retromolar termasuk arkus tonsila posterior dan anterior
demikian juga dengan fosa tonsilarnya sendiri. Tumor yang meluas ke
inferior ke dasar lidah dan ke superior pada palatum mole. [1,2,5,6,8]

Gambar 2.25. Skema Patofisiologi Terjadinya Keganasan

Karsinoma tonsil dapat muncul pada fossa tonsilaris, juga umumnya meluas
ke struktur yang berdekatan. Karsinoma biasanya meluas sepanjang sulkus
glosotonsilar melibatkan basis lidah dalam tingkatan yang bermacam-
macam. Sebagai tambahan, perluasan biasanya pada bagian superior yang
melibatkan palatum mole ataupun nasofaring. Fosa tonsilaris di bagian
lateral dibatasi oleh otot konstriktor superior, yang kemungkinan dapat
menjadi tempat penyebaran karsinoma. Namun, ketika otot konstriktor
sudah terlewati, kanker mendapat akses ke ruangan parafaring. Dapat
melibatkan otot pterigoid ataupun mandibula. Perluasan superior ke ruangan
parafaring dapat menyebabkan terlibatnya basis kranii, dan perluasan
inferior dapat menyebabkan terlibatnya bagian lateral leher. Akhirnya,
perluasan dalam ruangan parafaring dapat melibatkan arteri karotis
Metastasis ke kelenjar limfe regional sangat umum terjadi. Metastase leher
tampak pada kira-kira 65% pasien. Kebanyakan metastase kelenjar limfe ke
level II dan sedikit perluasan ke level III. Perluasan ke level I atau level IV
terjadi pada kira-kira 10%. Karsinoma tonsil dapat juga bermetastase ke
kelenjar limfe retrofaringeal. Metastase jauh dari karsinoma tonsil ini juga
dapat terjadi walaupun tidak umum terjadi, biasanya organ-organ jauh yang
paling sering terlibat adalah paru, diikuti oleh liver kemudian tulang.9

Etiologi
Unsur-unsur penyebab kanker (onkogen) dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok besar yaitu energi radiasi, senyawa kimia dan virus.
o Energi Radiasi
Sinar ultraviolet, sinar X dan sinar gamma merupakan unsur
mutagenik dan karsinogenik. Radiasi dari ultraviolet dapat
menyebabkan terbentuknya dimmer pirimidin. Kerusakan pada
DNA diperkirakan menjadi mekanisme dasar timbulnya
karsinogenitas akibat energi radiasi. Selain itu, sinar radiasi
menyebabkan terbentuknya radikal bebas didalam jaringan.
Radikal bebas yang terbentuk dapat berinteraksi dengan DNA
dan makromolekul lainnya sehingga terjadi kerusakan
molekular. [1,2,5,6,8]
o Senyawa Kimia
Sejumlah besar senyawa kimia bersifat karsinogenik. Kontak
dengan senyawa kimia dapat terjadi akibat pekerjaan
seseorang, makanan, atau gaya hidup. Adanya interaksi
senyawa kimia karsinogen dengan DNA dapat mengakibatkan
kerusakan pada DNA. Kerusakan ini ada yang masih dapat
diperbaiki dan ada yang tidak. Kerusakan pada DNA yang
tidak dapat diperbaiki dianggap sebagai penyebab timbulnya
proses karsinogenesis.[1,2,5,6,8]
o Virus
Virus onkogenik mengandung DNA atau RNA sebagai
genomnya. Adanya infeksi virus pada suatu sel dapat
mengakibatkan transformasi maligna, hanya saja bagaimana
protein virus dapat menyebabkan transformasi masih belum
diketahui secara pasti. [1,2,5,6,8]

o Perokok
Aktivasi Glutation S-transferase (GST) menjadi rusak sehingga
mengurangi kapasitas detoksikasi karsinogen tembakau.
Merokok, panas yang ditimbulkan, kandungan bahan, dan pupa
merupakan faktor yang mengiritasi. Semakin tinggi kandungan
tar maka resikonya menjadi meningkat. [1,2,5,6,8]
o Peminum alkohol
Alkohol mengandung karsinogen atau prokarsinogen, termasuk
kontaminan dari nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol
dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan oleh sitokrom
P450 menjadi asetaldehid yang bersifat karsinogen. Enzim
metabolisme karsinogen berperan pada individu tertentu.
Alkohol dehidrogenase mengoksidasi etanol menjadi
asetaldehid yang sitotoksik dan menghasikan radikal bebas
serta basa DNA hidroksilasi. [1,2,5,6,8]
o Pemakan sirih
Menyebabkan iritasi dari kontak langsung bahan karsinogen
dengan membran mukosa. [1,2,5,6,8]
o Iritasi lokal
Iritasi yang berulang pada daerah tonsil dapat meningkatkan
resiko terkena karsinoma tonsil dikarenakan infeksi yang terus
menerus didaerah tersebut.[1,2,5,6,8]
o Suka minum panas
Menyebabkan iritasi dengan membran mukosa. [1,2,5,6,8]
o Infeksi
Kebanyakan disebabkan oleh Candida albicans dan virus.
[1,2,5,6,8]

o Higienis mulut yang kurang dijaga


Dengan minimnya higiene mulut maka akan menyebabkan
resiko infeksi yang lebih tinggi karena kuman atau bakteri yang
ada disana, keadaan gigi geligi yang rusak juga dapat
menyebabkan faktor resiko karena gigi geligi yang rusak dapat
menjadi sumber infeksi. [1,2,5,6,8]
o Defisiensi nutrisi atau besi
Kurangnya diet buah dan sayuran dapat menyebabkan
karsinoma tonsil karena pada buah dan sayuran didapatkan
antioksidan yang mengikat molekul berbahaya penyebab
mutasi gen sehingga mencegah terjadinya kanker. [1,2,5,6,8]
o Paparan radiasi
Dengan adanya paparan radiasi dapat menyebabkan mutasi gen
sehingga lebih meningkatkan resiko terkena karsinoma tonsil.
[1,2,5,6,8]

o Yang terbaru adalah adanya pengaruh virus Epstein-Barr


(EBV) dan HPV (Human Papilloma Virus ). [1,2,5,6,8]

1. Adams, George, dkk. 1997. BOEIS BUKU AJAR PENYAKIT THT edisi 6.
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
2. Ballenger JJ. Otorhinolaryngology. 1996. Head and Neck Surgery 15th.
Philadelphia : Williams & Wilkins
3. Carlos,Luiz Junqueira .2007.Histologi Dasar edisi 10. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC
4. Faiz O, Moffat D. 2004. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga
5. Mulyarjo, Kentjono Widodo Ario, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Edisi
III. Surabaya : RS Dr. Soetomo FK Universitas Airlangga
6. Roezin, averdi dan marlinda adham. 2010. Buku ajar ilmu kesehatan THT
Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
7. Snell, Richard S. 2006. Buku Anantomi Klinik Edisi VI. Jakarta: EGC
8. W. Desen. 2007. Tumor kepala dan leher Buku ajar onkologiklinis Edisi II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
9. Kokot, Niela. Malignant Tonsil Tumor Surgery. 1 August 2012.
www.emedicine.medscape.com

You might also like