You are on page 1of 14

MAKALAH

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

DISUSUN OLEH :
 AHMAD IRWANTO LIE (2161201210)
 ANA NOPRIANA (2161201211)
 DELLA PUSPITA (2161201214)
 JERRY SUSANTO (2161201221)
 MHD KHOIRUDDIN HARAHAP (2161201225)
 MONALISA (2161201226)
 SITI SALWA KURNIA PUTRI (2161201238)

BS-2-21

DOSEN PEMBIMBING :

ISMA DESWITA, S.E., M.M

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS

INSTITUT BISNIS DAN TEKNOLOGI PELITA INDONESIA 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang mana telah
memberikan rahmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah perekonomian indonesia yang berjudul KERENTANAN TERHADAP
KRISIS EKONOMI. Sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih kapada
Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan tugas ini dan telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.

Penulis menyadari berbagai kelemahan makalah ini. Penulis sangat


memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini,
terutama Bapak/Ibu dosen untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya.

Riau , 12 maret
2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................1

DARTAR ISI......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................5

2.1 Jenis- Jenis Krisis Ekonomi...........................................................................6

2.2 Penyebab Krisis Ekonomi.............................................................................8

2.3 Dampak Yang Terjadi Dari Adanya Krisis Ekonomi......................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................

3.1 Kesimpulan......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dua dekade terakhir ini Indonesia sudah dua kali di terpa krisis
ekonomi besar. Pertama, krisis keuangan Asia yang muncul sekitar pertengahan
tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada pertengahan tahun 1998, dan kedua,
krisis ekonomi global yang terjadi dan mempengaruhi banyak Negara, termasuk
Indonesia, selama periode 20008-2009. Walaupun dampak dari krisis ekonomi
kedua itu terhadap perekonomian Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan
akibat dari krisis keuangan Asia 1997-1998 tersebut, ekonomi Indonesia tetap
mengalami suatu goncangan yang mengakibatkan laju pertumbuhan ekonomi
nasional pada tahun 2009, walaupun tetap positif, tetapi lebih rendah dari yang di
harapkan.

Hal ini sempat mengkhawatirkan semua kalangan masyarakat di tanah air,


khususnya pemerintah dan pelaku bisnis dengan mengingat pengalaman buruk
selama krisis 1997-1998. Suatu hal yang jelas dan dapat dijadikan suatu pelajaran
penting dari pengalaman dua kali terkena krisis ekonomi tersebut adalah, ternyata
Indonesia sangat rentan terhadap setiap tipe atau bentuk goncangan ekonomi, baik
yang menurut sumbernya berasal dari dalam negri (misalnya krisis keuangan Asia
1997-1998 tersebut) atau dari sumber-sumber eksternal aeperti krisis ekonomi
global 2008-2009 yang berasal dari suatu krisis keuangan besar di AS. Oleh karena
itu, baik pemerintah pusat (di tingkat nasional) maupun pemerintah daerah (di
tingkat provinsi) memerlukan suatu sistem pendeteksi dini krisis ekonomi dan
sistem memonitor kerentanan ekonomi, khususnya di tingkat provinsi atau
kabupaten/kota terhadap suatu krisis ekonomi,. Jadi, diperlukan sejumlah indikator
yang dapat di monitor secara terus-menerus untuk melihat tingkat kerentanan suatu
wilayah terhadap krisis ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Membahas kerentanan terhadap krisis ekonomi

2. Jenis – jenis krisis ekonomi

3
3. Penyebab krisis ekonomi

4. Dampak yang terjadi dari adanya krisis ekonomi

1.3 Tujuan

Agar mahasiswa mengetahui pengertian,jenis, penyebab, serta dampak apa saja


yang mempengaruhi kerentanan terhadap krisis ekonomi. Kita juga bisa belajar
lebih mendalam tentang kondisi perekonomian Indonesia dari tahun-ketahun.

4
BAB II

PEMBAHASAN

 Pembahasan Krisis Ekonomi

1. Ekonomi Indonesia semakin terbuka dibandingkan, pada awal


pemerintahan Orde Baru (1996). Terutama sejak reformasi ekonomi di
sejumlah bidang (khususnya perdagangan dan keuangan) secara besar-
besaran yang dimulai pada tahun 1999 (sebagai respons langsung
pemerintah terhadap krisis keuangan Asia tahun 1997-1998 dan atas
desakan IMF yang datang membantu Indonesia waktu itu) menuju
liberalisasi dalam sektor-sektor perdagangan (barang dan jasa), perbankan,
dan investasi (langsung/tetap/jangka panjang, maupun tidak langsung/tidak
tetap/jangka pendek/investasi portofolio), perekonomian Indonesia semakin
terintegrasi dengan ekonomi dunia. Konsekuensi langsungnya adalah
ekonomi Indonesia menjadi semakin rentan dibandingkan sebelumnya
terhadap setiap goncangan-goncangan ekonomi dunia seperti yang terjadi
pada tahun 2008-2009 tersebut. Krisis ekonomi global itu telah
menyebabkan merosotnya permintaan dunia terhadap sejumlah komoditi,
termasuk beberapa yang juga di produksi dan diekspor oleh Indonesia.

2. Indonesia masih tetap bergantung pada ekspor dari banyak komoditi


primer, yaitu pertambangan dan pertanian. Konsekuensinya, setiap ketidak
stabilan permintaan dunia terhadap komoditi-komoditi tersebut atau
goncangan harga-harga dunia dari komoditi-komoditi itu, khususnya
pertanian (termasuk perkebunan) akan menjadi sebuah goncangan serius
bagi perekonomian Indonesia.

3. Indonesia semakin tergantung pada impor dari sejumlah produk makanan


yang penting, termasuk beras, gandum, jagung, daging, sayur-sayuran,
5
buah-buahan dan minyak. Akibatnya adalah kenaikan atau ketidak stabilan
dari harga-harga produk makanan tersebut di pasar internasional, atau gagal
panen dari produk-produk tersebut di Negara-negara asal, jelas akan
mempunyai suatu efek negatif yang signifikan tidak hanya terhadap
pengeluaran konsumsi minimum rumah tangga tetapi juga akan
mengancam keamanan pangan didalam negri yang bisa berujung pada
kerusuhan social dan kejatuhan kabinet yang sedang berkuasa

4. Semakin banyak tenaga kerja Indonesia (TKI), termasuk wanita, yang


bekerja di luar negri. Bahkan semakin banyak desa di tanah air dimana
kehidupan masyarakatnya atau pembangunan ekonominya sangat
tergantung pada pengiriman uang dari TKI di luar negri. Konsekuensinya,
pada saat Negara-negara tuan rumah dimana TKI bekerja mengalami suatu
krisis ekonomi, yang memaksa banyak TKI bekerja (dan biasannya
sebagian dari mereka pulang ke kampung halaman), maka jumlah uang
yang rutin dikirim ke Indonesia juga akan berkurang, dan ini artinya akan
banyak desa di Indonesia mengalami kemiskinan.

2.1 Jenis -jenis krisis ekonomi

Secara umum, krisis ekonomi dapat mengambil beragam bentuk. Saya akan
mencoba membahas lima diantaranya, yakni:

1. Krisis mata uang

2. Krisis perbankan

3. Gelembung aset

4. Krisis neraca pembayaran

5. Krisis utang

a. Krisis mata uang

Krisis mata uang dianggap sebagai bagian dari krisis keuangan. Krisis mata
uang terjadi ketika nilai tukar sebuah mata uang terhadap mata uang lainnya
jatuh. Dengan kata lain, itu adalah depresiasi mata uang, hanya saja
berlangsung parah.
6
Krisis mata uang mungkin akibat hiperinflasi. Daya beli mata uang domestik
terhadap barang dan jasa merosot. Orang lagi tidak percaya dengan mata uang
domestik. Mereka menjual mata uang domestik dan menukarnya dengan mata
uang yang lebih stabil seperti dolar AS. Sebagai hasilnya, nilai tukar mata uang
domestik terhadap dolar AS jatuh.

Krisis mata uang mungkin juga terjadi karena aktivitas spekulasi. Spekulan
menyerang mata uang lemah, terutama negara dengan fundamental ekonomi
yang lemah. Target biasanya adalah negara yang:

 Mengadopsi sistem nilai tukar tetap.


 Menjalankan defisit ganda (defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan)
cadangan devisa kecil.

b. Krisis perbankan

Krisis biasanya berawal dari bank run, yakni ketika penabung tiba-tiba
menarik simpanan mereka dari bank. Kepanikan semacam itu mungkin karena
mereka tidak percaya terhadap daya beli mata uang domestik sebagaimana
selama hiperinflasi. Atau, mereka tidak percaya lagi pada bank karena masalah
insolvent.

Selama hiperinflasi, daya beli mata uang jatuh. Orang lebih suka memegang
uang tunai karena dapat menggunakannya sewaktu-waktu. Itu memicu
penarikan masif simpanan di bank.

Bank kesulitan untuk membayar kembali simpanan. Mereka biasanya


hanya menyisihkan sebagian kecil simpanan sebagai cadangan. Sisanya,
mereka pinjamkan ke rumah tangga atau bisnis. Bank, tentu saja tidak dapat
menarik tiba-tiba pinjaman mereka.

Penarikan simpanan secara tiba-tiba membuat bank bangkrut. Itu


memicu kepanikan, tidak hanya di antara penabung tetapi juga bank lainnya.
Bank-bank biasanya saling terhubung misalnya melalui pinjaman antar bank.
Situasi semacam itu kemudian mengarah pada kepanikan perbankan dan krisis
sistemik

c. Gelembung aset

7
Krisis biasanya terjadi ketika gelembung aset tiba-tiba pecah. Aset dapat
mengambil beragam bentuk seperti saham atau real estate. Signifikansi efeknya
tergantung pada seberapa besar uang yang diinvestasikan ke aset-aset tersebut.
Semakin besar uang yang diinvestasikan semakin parah efeknya.

Gelembung aset berlangsung ketika harga aset terus melonjak secara cepat,
jauh melebihi fundamentalnya. Harga sudah tidak lagi masuk akal dan jauh
melebihi nilai wajarnya. Salah satu penyebabnya adalah aktivitas spekulasi.

Spekulan berusaha mengambil keuntungan dari kenaikan harga dalam


jangka pendek. Mereka membeli aset hanya berdasarkan harapan bahwa
mereka nantinya dapat menjualnya kembali dengan harga yang lebih tinggi.
Pembelian membuat harga semakin meroket.
Karena telah melebihi fundamentalnya, harga tiba-tiba jatuh. Itu memicu
kepanikan, tidak hanya di kalangan spekulan tetapi investor jangka panjang
lainnya. Rumah tangga kehilangan sebagian kekayaan mereka, begitu juga
dengan bisnis.

d. Krisis neraca pembayaran

Krisis ini terjadi ketika suatu negara tidak mampu membayar impor atau
melayani pembayaran utang luar negerinya. Kejatuhan nilai tukar biasanya
akan menyertai krisis.

Salah satu sumber penyebab krisis neraca pembayaran adalah aliran modal
jangka pendek (atau kita sebut sebagai hot money). Investasi asing mengalir ke
perekonomian domestik untuk mengambil keuntungan dari pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Orang asing memburu aset-aset seperti saham dan
obligasi.

Sementara yang lain lebih berorientasi jangka panjang. Mereka berinvestasi


langsung dengan membangun fasilitas produksi atau akuisis perusahaan
domestik.

Jika kondisi perekonomian melemah (misalnya kontraksi), itu mendorong


investasi asing jangka pendek keluar dari pasar domestik. Arus keluar modal
menghasilkan depresiasi mata uang yang tajam.
Pemerintah mencoba mengintervensi nilai tukar menggunakan
cadangan devisa. Tapi, itu mungkin tidak berhasil karena arus modal keluar
yang masif.
8
Pemerintah kemudian mengambil opsi lainnya, misalnya dengan menaikkan
suku bunga. Harapannya kenaikan suku bunga mencegah penurunan lebih
lanjut dalam nilai mata uang. Tapi, kenaikan suku bunga yang tajam pada
akhirnya hanya akan semakin menekan perekonomian domestik dan
mengurangi kepercayaan investor.

e. krisis utang

Krisis utang muncul ketika risiko gagal bayar meningkat. Utang melonjak
karena pemerintah menjalankan defisit anggaran yang semakin tinggi dari
tahun ke tahun.
Pada saat yang sama, kemampuan untuk meningkatkan pendapatan pajak
terbatas.
Tingginya utang membuat kemampuan pemerintah untuk membayar bunga dan
pokok jatuh.
Kepercayaan investor terhadap kesinambungan perekonomian domestik
merosot.
Krisis utang Eropa sejak 2010 adalah contohnya. Beberapa negara anggota
zona euro Yunani dan Spanyol tidak dapat membayar kembali utang mereka.
Mereka kemudian terpaksa meminta bantuan pihak ketiga seperti Bank Sentral
Eropa (ECB) dan International Monetary Fund (IMF).
Kreditur tersebut memaksa pemerintah untuk menerapkan kebijakan
penghematan dan disiplin fiskal. Mereka harus mengurangi tingkat defisit
anggarannya melalui kenaikan pajak dan penurunan pengeluaran pemerintah.

2.2 Penyebab Timbulnya Krisis

Aliran teori ekonomi dimana para penganut Ekonomi Klasik dengan


berbagai versinya menilai bahwa krisis ekonomi disebabkan oleh pada bekerjanya
mekanisme pasar, karena itu untuk memperoleh hasil terbaik pasar sebaiknya tidak
dicampur tangani Pemerintah (pengaturan pasar yang minimal). Sebaliknya aliran
Keynesian dengan berbagai versinya, mengatakan bahwa krisis ekonomi disebabkan
karena pasar tidak stabil, mempunyai gerak konjungtur naik-turun, karena itu
untuk hasil yang lebih baik Pemerintah sebaiknya melakukan intervensi di pasar
memalui kebijakan-kebijakannya.
Dewasa ini pandangan-pandangan mengenai sebab timbulnya krisis yang
beraneka ragam tersebut, mungkin dapat digolongkan menjadi dua kelompok;
pertama yang mengatakan bahwa sebab utamanya adalah :
9
1. Masalah internal ekonomi nasional, terutama lemahnya lembaga
keuangan (perbankan). (Paul Krugman, ahli ekonomi dari Stanford
University)
2. Bahwa krisis ini timbul dari perubahan sentimen pasar, masalah
eksternal, yang diperkuat dengan contagion effects. (Jeffrey Sachs, ahli
ekonomi dari Harvard University). Soedradjad Djiwandono
(Gurubesar tetap Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia)
menemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya krisis di Indonesia, yaitu :
a. Krisis itu disebabkan oleh unsur eksternal, yaitu perubahan
sentimen pasar uang secara cepat yang menimbulkan panik
finansial. Panik finansial ini dengan proses penularan
(contagion) menjadi krisis.
Krisis di Indonesia merupakan kombinasi dari adanya gejolak
eksternal melalui dampak penularan (contagion) pada pasar finansial
dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai kelemahan
struktural, yaitu sistim perbankan dan sektor riilnya. Dalam
perkembangannya krisis ekonomi menjalar ke krisis sosial-politik
karena kelemahan pada sistim sosial-politik Indonesia.
b. Krisis timbul karena adanya kelemahan struktural di dalam
perekonomian nasional, dalam sistim keuangan atau perbankan dan
praktek kapitalisme kroni atau kapitalisme ‘ersatz’. Proses
terjadinya dimulai dengan adanya gejolak yang berdampak
penularan pada pasar uang yang dihadapi Pemerintah dengan
mengandalkan kebijaksan moneter yang berlaku saat itu (suatu
pengambangan mata uang terkendali dengan penetapan batas
ambang jual-beli valuta BI serta depresiasi merayap setiap tahunnya
). Pelaksanaan kebijakan ini melalui pelebaran rentang jual- beli BI
dan intervensi pasar pada waktu kurs di pasar uang ‘spot’
melampaui yang ditentukan. Akan tetapi sebagai dampak sampingan
dari kebijakan moneter yang menyertai langkah intervensi pasar
ternyata suku bunga yang meningkat telah memberatkan bank-bank
yang kurang sehat, bahkan pada putaran selanjutnya bank yang
sehatpun menderita dari penciutan likuiditas dalam perekonomian.
Dalam proses ini, gejolak yang melanda pasar uang dengan dampak
penularan ini pada akhirnya mengungkap kelemahan perbankan
nasional. Sektor perbankan Indonesia yang memang lemah tersebut
10
kemudian mengalami ‘distress’, yang secara cepat berubah menjadi
krisis, karena turunnya kepercayaan masyarakat (deposan) yang
kemudian melakukan penarikan dana secara bersama dan besar-
besaran pada banyak bank.
Masalahnya menjadi sistemik, menyangkut banyak bank dan
sistim perbankan. Pemilik dana melakukan tindakan penyelamatan
dana mereka dengan memindahkannya pada bank yang dalam
persepsi mereka aman. Ini dikenal dengan istilah ‘flight to safety’
dan ‘flight to quality’. Setelah perbankan mengalami krisis, secara
cepat kemudian masalahnya menjalar ke sektor riil dalam
perekonomian (karena kredit kepada nasabah, termasuk untuk
perusahaan-perusahaan banyak yang dihentikan atau suku bunganya
ditingkatkan sangat tinggi) dan akhirnya terjadi krisis ekonomi
(produksi dan perdagangan terganggu, kemudian lumpuh).

c. Lemahnya sektor riil dari perekonomian nasional, antara lain karena


praktek kapitalisme ‘ersatz’ yang penuh dengan KKN dengan
masalah yang melekat padanya.

Setelah itu, dengan cepat krisis menjalar menjadi krisis sosial


dan politik, mungkin budaya, juga karena kelemahan struktural pada
kehidupan sosial-politik serta lemahnya berbagai nilai budaya di
masyarakat. Dengan demikian ternyata dampak penularan krisis itu
tidak hanya bekerja secara geografis, menjalar dari Thailand ke
Indonesia dan negara-negara lain di Asia. Akan tetapi juga dari
kehidupan ekonomi ke kehidupan sosial dan politik di dalam suatu
negara, karena kelemahan

11
struktural yang terkandung di dalamnya. Lemahnya struktur sosial-
politik ini merupakan akibat dari penekanan pendekatan keamanan
dengan penciptaan kestabilan sosial-politik secara dipaksakan dalam
era kepemimpinan Orde Baru. Kestabilan ini dicapai melalui cara-
cara represi, menghilangkan semua unsur yang berpotensi menjadi
pesaing dari penguasa dengan cara apapun, bahkan yang melanggar
hak azasi. Kita melihat bahwa selama ini semua organisasi, sosial,
profesi, fungsional, apalagi politik, selalu mengalami ‘pembinaan’
atau ‘digarap’ dengan berbagai cara untuk tidak vokal, tidak
menyuarakan sesuatu yang berbeda dari penguasa. Di dalam
kehidupan politik tidak dikenal oposisis. Semua ini dikatakan tidak
sesuai dengan kepribadian Indonesia. Kestabilan yang tercapai
dengan rekayasa ini merupakan kestabilan semu, dan tidak tahan
lama.

d. Sikap hidup yang ‘lebih besar pasak dari tiang’ serta sikap hidup
yang tertutup dan mendasarkan diri atas ‘tribalism’ (Prof. Arif
Budiman).

Gejolak pasar uang yang dahsyat mengungkap borok lemahnya


sistim perbankan dan menimbulkan krisis perbankan nasional. Krisis
perbankan mengungkap borok kapitalisme ersatz dan menimbulkan krisis
ekonomi. Akhirnya, krisis ekonomi mengungkap borok lemahnya sistim
sosial-politik dan menimbulkan krisis sosial-politik serta kepemimpinan
nasional.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

T.H Tambuna, Tulus. 2011. Perekonomian Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi dan


Perubahan Struktur Ekonomi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. Jakarta:
Grasindo.
2001
Bappenas. Pendahuluan Laporan Infrastruktur, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana.
Oktober 2002
Djiwandono Soedradjad. Krisis dan Pembaharuan Ekonomi-Moneter. 2000
Erani Yustika Ahmad. Perekonomian Indonesia: Satu Dekade Pascakrisis Ekonomi.
Unibraw.
Februari 2007.
https://cerdasco.com/krisis-ekonomi/

11

You might also like