Professional Documents
Culture Documents
ARTIKEL ILMIAH
Oleh :
HENDRA HERDIANA
NIM 1226013
ABSTRACT
Indonesia is the country with the largest acreage of palm oil in the world, amounting to 34.18 per
cent of world palm acreage but ranks second in terms of world production. Achievement of the
average production of palm Indonesia in 2004-2008 stood at 75.54 million tonnes of fresh fruit
bunches (FFB) or 40.26 percent of the total world production of palm oil (Fauzi, 2012). The purpose
of this study is (1) To determine how the image characteristics and oil palm farming in the village
Suka Maju. (2) To analyze the effect on the income characteristics of oil palm farmers in the village
Suka Maju. The research was implemented in March to June 2016 data collection methods used in
this study were interviews, questionnaires and direct observations by the respondent. The study
results showed that net revenue Based on the results of the oil palm farmers in the village Suka Maju
acquired during the year amounted to Rp 660 495 030 ha / year with an average income of Rp
12,950,883 ha / year. The characteristic feature of most large farmers age of farmers kelpa age
group 32-42 years of oil that is by 49% with a total of 25 farmers, farmers' education level is
dominated by farmers who are graduated from high school (SLTA) with 45% with the number of 23
farmers, experience farming oil palm growers are the largest that is 16-20 years by 63% the number
of 32 farmers, from the data table 5.4 it can be seen that the land area of 2-5 hectares with the
highest number of respondents 26 people (51%) it can be concluded that the land area palm oil
farmers have calculated quite spacious. Based on the results of multiple linear regression analysis,
characteristic together or simultaneous real effect terhada pendapatn oil palm farmers. However, a
partial or each land area only variable that significantly.
1
kelapasawit Indonesia tahun 2004-2008 bawahstandar.Kondisi demikian, disebabkan
tercatat sebesar 75,54juta ton tandan buah banyak faktor, mulai dari kealpaan
segar(TBS) atau 40,26 persen dari total menggunakan bibit hingga minimnya
produksi kelapa sawit dunia. Perkembangan perawatan serta lemahnya manajemen
luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia perkebunan. Persoalan produksi yang sedikit
pada empat decade terakhir ini meningkat dan kualitas yang rendah ini ditambah pula
cukup pesat, yaitu dari 133,30 ribu ha pada denganpersoalan lainnya yakni harga yang
tahun 1970 menjadi 7,51 juta ha tahun 2009 diterima petani tidak memiliki posisi tawar
atau meningkat rata-rata 11,12% per tahun. (bargaining position) yang tinggi di pabrik-
Jika dilihat dari status pengusahaanya maka pabrik kelapa sawit (DionicaPutri 2013)
rata-rata pertumbuhan per tahun pasca krisis
ekonomi di Indonesia (antara tahun 1998 - Salah satu daerah yang merupakan daerah
2009) yaitu Pekebunan Rakyat sebesar perkebunan kelapasawit di Propinsi Riau
11,83%, Perkebunan Besar Negara 1,89%, dan Kabupaten Rokan Hulu adalah Kecamatan
Perkebunan Besar Swastasebesar 8,34% Tambusai. Menurut data laporan profil Desa
(Fauzi, 2012). Suka Maju Tahun 2014, Kecamatan Tambusai
Dari total luasan perkebunan kelapasawit di sendiri terdiri atas dua belas desa, yang mana
Riau yang terbesar adalah milik perkebunan salah satu desanya adalah Desa Suka Maju
rakyat yang mencapai 53 persen, menyusul dengan luas wilayah 13,00 Km2 (8,68 %) dari
perkebunan perusahaan besar swasta 40,9 luas Kecamatan Tambusai dan berpenduduk
persen dan sisanya 6,1 persen merupakan sekitar 4.256 jiwa yang terdiridari 1060
perkebunan yang dikelola perusahan besar kepalakeluarga (KK). Sebagian besar
negara. Meskipun luasan perkebunan petani masyarakat di Desa Suka Maju bekerja
rakyat yang terluas, akan tetapi dari segi hasil padasektor perkebunan, dimana kelapasawit
produksi, baik dari segi kuantitas dan kualitas, merupakan komoditas utama di
perkebunan kelapa sawit petani swadaya tetap daerahtersebut.
saja kalah jika dibanding hasil produksi Petani yang ada di Desa Suka Maju yaitu
perusahaan besar negara dan perusahaan petani swadaya yang mana dalam menjalankan
swasta. Produksi perkebunan petani rakyat usaha taninya secara mandiri, tanpa bantuan
rata-rata hanya 11,4 ton per hektare per tahun. dari perusahaan maka di sinimereka memiliki
Artinya, tidak sampai satu ton per hektarenya karakteristik yang berbeda-beda dalam
dalam setiap bulan.Hampir seluruh produksi menjalankan usaha taninya dan hasil produksi
TBS petani swadaya mempunyai rendemen di kelapa sawitnya dijual ke toke.
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
TINJAUAN PUSTAKA dicapai dan kemauan yang dikembangkan.
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
Karakteristik perubahan sikap dan perilaku hidup sehat.
Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat- Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang memudahkan sesorang atau masyarakat untuk
ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan menyerap informasi dan
pola tindakan terhadap lingkungannya mengimplementasikannya dalam perilaku dan
(Mislini, 2006).Ciri-ciri atau sifat-sifat yang gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal
dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor kesehatan. Pendidikan formal membentuk
atau unsur-unsur yang melekat pada diri nilai bagi seseorang terutama dalam menerima
seseorang dapat dikatakan sebagai hal baru (Suhardjo, 2007).
karakteristik petani. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan
masyarakat sangat penting bagi kesiapan
Tingkat Pendidikan bangsa menghadapi tantangan global di masa
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
yang ditetapkan berdasarkan tingkat akan memudahkan sesorang atau masyarakat
2
untuk menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan Pengalaman Petani
gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal Pengalaman petani merupakan suatu
kesehatan. Tingkat pendidikan formal pengetahuan petani yang diperoleh melalui
membentuk nilai(Suhardjo, 2007). rutinitas kegiatannya sehari-hari atau peristiwa
yang pernah dialaminya.Pengalaman yang
Umur Petani dimiliki merupakan salah satu faktor yang
Rata rata petani Indonesia yang cenderung tua dapat membantu memecahkan masalah yang
dan sangat berpengaruh pada produktivitas dihadapi dalam usahataninya.Pengalaman
sektor pertanian Indonesia Petani berusia tua seseorang seringkali disebut sebagai guru yang
biasanya cenderung sangat konservatif baik, dimana dalam mempersepsi terhadap
(memelihara) menyikapi perubahan terhadap sesuatu obyek biasanya didasarkan atas
inovasi teknologi.Berbeda halnya dengan pengalamannya.Pengalaman berusahatani
petani yang berusia muda.(Soekartawi (1999). tidak terlepas dari pengalaman yang pernah
Umur petani adalah salah satu faktor yang dia alami.Jika petani mempunyai pengalaman
berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam yang relatif berhasil dalam mengusahakan
melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat usahataninya, biasanya mempunyai
dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana lebih baik, dibandingkan dengan petani yang
dengan kondisi umur yang masih produktif kurang berpengalaman.Namun jika petani
maka kemungkinan besar seseorang dapat selalu mengalami kegagalan dalam
bekerja dengan baik dan maksimal mengusahakan usahatani tertentu, maka dapat
(Hasyim,2006). menimbulkan rasa enggan untuk
Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke mengusahakan usahatani tersebut. Dan bila ia
atas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit harus melaksanakan usahatani tersebut karena
untuk diberikan pengertian yang dapat ada sesuatu tekanan, maka dalam
mengubah cara berfikir, cara kerja, dan cara mengusahakannya cenderung seadanya.
hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap Dengan demikian pengalaman petani dalam
adanya teknologi baru dan inovasi, semakin berusahatani merupakan salah satu faktor yang
muda umur petani, maka semakin tinggi mempengaruhi tingkat adopsi inovasi
semangatnya mengetahui hal baru, sehingga pertanian (Syafruddin, 2003).
dengan demikian mereka berusaha untuk cepat
melakukan adopsi walaupun sebenarnya Pendapatan
mereka masih belum berpengalaman soal Pendapatan memiliki pengertian yang
adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994). bermacam-macam tergantung dari sisi mana
untuk meninjau pengertian pendapatan
Luas Lahan tersebut, pendapatan adalah merupakan hasil
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan yang di peroleh dari kegitan-kegiatan
atau cocok untuk dijadikan lahan usaha tani perusahaan dalam suatu priode pendapatan
untuk memproduksi tanaman pertanian timbul dari peristiwa ekonomi antara lain
maupun hewan ternak. Lahan pertanian penjualan barang, penjualan jasa, penggunaan
merupakan salah satu sumber daya utama pada aktiva perusahaan oleh pihak lain yang
usaha pertanian. menghasilkan bunga, royaliti dan divenden.
Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang Pendapatan merupakan jumlah yang di
merupakan pabriknya hasil pertanian yang bebankan kepada langganan atas barang dan
mempunyai kontribusi yang cukup besar jasa yang di jual, dan merupakan unsur yang
terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi paling penting dalam sebuah perusahaan,
dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh karena pendapatan akan dapat menentukan
luas sempitnya lahan yang digunakan ( maju-mundurnya suatu perusahaan. Oleh
Mubiyarto, 1989). karena itu perusahaan harus berusaha
3
semaksimal mungkin untuk memperoleh satuan harga pertukaran yang berlaku.
pendapatan yang di harapkanya.Pendapatan Pendapatan diakui setelah kejadian penting
pada dasarnya di peroleh dari hasil penjualan atau setelah proses penjualan pada dasarnya
produk atau jasa yang di berikan. telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya
Pendapatan (revenue) dapat mendefinisikan pendapatan diakui pada saat penjualan( Eldon
secara umum sebagai hasil dari suatu S. Hendriksen 2000)
perusahaan.Hal itu biasanya diukur dalam
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani dan Usaha petani dan luas lahan petani (tabel 1) karakter
Perkebunan Kelapa Sawit ini merupakan beberapa aspek yang
Untuk melihat karakteristi petani mempengaruhi pendapatan petani kelapa sawit
kelapa sawit dapat diketahui dengan melihat antara lain umur, pendidikan, pengalaman, dan
umur petani, tingkat pendidikan, pengalam curahan jam kerja.
5
pemanenan kelapa sawit, untuk lebih jelas
Biaya Pupuk, Herbisida, dan Tenaga Kerja mengenai jumlah biaya produksi kelapa sawit
Biaya pupuk, herbisida dan tenaga dapat di lihat pada tabel 2 dibawah ini :
kerja ini dikeluarkan untuk pemeliharaan dan
Tabel 2. Rincian Tabel Biaya Produksi Petani Kelapa Sawit di Desa Suka Maju.
No Total Total Total Total
Resp Biaya Pupuk Biaya Herbisida Biaya Tenaga Kerja Biaya Produksi
(Rp//ha/Tahun) (Rp/ha/Tahun) (Rp/ha/Tahun)
6
45 2.070.000 156.000 4.610.000 6.836.000
46 1.260.000 150.000 4.850.000 6.260.000
47 1.500.000 150.000 4.100.000 5.750.000
48 1.470.000 160.000 3.860.000 5.490.000
49 1.500.000 150.000 3.860.000 5.510.000
50 2.400.000 150.000 4.370.000 6.920.000
51 2.070.000 156.000 4.370.000 6.596.000
7
20 16.800 18.480.000 5.430.000 13.050.000
21 14.400 15.840.000 5.000.000 10.840.000
22 15.600 17.160.000 5.490.000 11.670.000
23 15.600 17.160.000 6.140.000 11.020.000
24 16.800 18.480.000 5.720.000 12.760.000
25 14.400 15.840.000 4.940.000 10.900.000
26 20.571 22.62.8571 6.064.286 16.564.286
27 21.600 23.760.000 7.310.000 16.450.000
28 134.400 15.840.000 4.940.000 10.900.000
29 16.800 18.480.000 6.060.000 12.420.000
30 16.800 18.480.000 5.750.000 12.730.000
31 16.800 18.480.000 6.183.333 12.296.667
32 18.000 19.800.000 6.620.000 13.180.000
33 14.400 15.840.000 5.240.000 10.600.000
34 18.000 19.800.000 5.996.000 13.804.000
35 14.400 15.840.000 4.940.000 10.900.000
36 21.600 23.760.000 7.290.000 16.470.000
37 19.200 21.120.000 6.200.000 14.920.000
38 22.500 24.750.000 6.890.000 17.860.000
39 14.400 15.840.000 4.940.000 10.900.000
40 15.600 17.160.000 5.180.000 11.980.000
41 21.000 23.100.000 6.590.000 16.510.000
42 19.200 21.000.000 6.236.000 14.764.000
43 15.600 17.160.000 5.510.000 11.650.000
44 16.364 18.000.000 7.133.636 10.866.364
45 19.200 21.000.000 6.836.000 14.164.000
46 20.400 22.440.000 7.070.000 15.370.000
47 16.800 18.480.000 5.750.000 12.730.000
48 15.600 17.160.000 5.490.000 11.670.000
49 15.600 17.160.000 5.510.000 11.650.000
50 18.000 19.800.000 6.920.000 12.880.000
51 18.000 19.800.000 6.596.000 13.204.000
Jumlah 999.368 1.109.918.571 308.863.541 660.495.030
Rata-rata 19.595 21.763.109 6056.148 12.950.883
Sumber: Analisis Data 2016
Produksi adalah hasil yang diproleh dalam oleh petani kelapa sawit Rp 1.109.918.571
satu kali panen. Berdasarkan hasil penelitian ha/tahun dengan rata-rata Rp 21.763.109
terhadap petani kelapa nsawit di Desa Suka ha/tahun.
Maju selama setahun diperoleh produksi Pendapatan adalah selisih antara
sebesar 999.368 Kg/ha/tahun dengan rata-rata penerimaan dengan biaya produksi.
19.595 Kg/ha/tahun. Berdasarkan hasil penelitian terhadap petani
kelapa sawit di Desa Suka Maju selama
Penerimaan adalah hasil perkalian setahun diperoleh pendapatan sebesar Rp
antara jumlah produksi kelapa sawit dengan 660.495.030 ha/tahun dengan rata-rata
harga kelapa sawit yang berlaku dengan harga pendapatan sebesar Rp 12.950.883 ha/tahun.
rata-rata Rp1100/kg jadi hasil yang diterima
Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan aplikasi SPSS v.18 maka dapat
hasil analisis regresi linier pada tabel berikut:
Tabel.5.4. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Karakteristik Terhadap Pendapatan Petani
Kelapa Sawit di Desa Suka Maju
Variabel Koefisien Regresi t-Hitung Signifikan
8
Konstan(a) -1,671E7 -,743 ,461
:5 Umur 454781,313 1,039 ,304
:6 Pendidikan 1364261,904 1,197 ,237
:7 Pengalaman -1492661,489 -1,465 ,150
:8 Luas Lahan 1,480E7 13,120 ,000
R = 0,939
6
4 = 0,881
SE = 1,652E7
F-Hitung = 85,334
N = 51
Sumber: Analisis Data 2016 Umur, Pendidikan, Pengalaman Luas lahan )
mempunyai hubungan yang sangat kuat
Dari tabel 5.4. maka model analisis dengan pendapatan petani kelapa sawit di
pendapatan petani kelapa sawit di Desa Suka Desa Suka Maju. Sedangkan koefisien
Maju dengan persamaan sebagai berikut: determinan (46 ) adalah sebesar 0,881, hal ini
Y= -1,671E7 + 454781,313 :5 + berarti bahwa 88,1 persen pendapatan petani
1364261,904 :6 + -1492661,489 :7 + kelapa sawit dapat di jelaskan oleh variasi
1,480E7 :8 + 1,652E7 faktor yang digunakan dalam model.
Dari hasil model regresi linier di proleh sedangkan sisanya 11,9 persen dapat di
nilai koefisien kolerasi (R) sebesar 0,939, hal pengaruhi oleh faktor lain di luar model.
ini menunjukan bahwa variabel independen (
Pengujian Secara Parsial (Uji t) Jika nilai t hitung > nilai t tabel berarti
Uji t adalah uji yang digunakan untuk H0 ditolak dan Ha diterima. berarti
pengaruh masing-masing variabel terhadap menyatakan bahwa ada pengaruh yang
pendapatan petani kelapa sawit, Jika tingkat signifikan antara variabel karakteristik
signifikan < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha terhadap pendapatan . Sedangkan jika nilai t
diterima. berarti menyatakan bahwa ada hitung < nilai t tabel berarti H0 diterima dan
pengaruh yang signifikan antara variabel Ha ditolak, berarti menyatakan bahwa tidak
karakteristik terhadap pendapatan. Sedangkan adanya pengaruh yang signifikan antara
jika tingkat signifikan > 0,05 berarti H0 variabel karakteristik terhadap pendapatan.
diterima dan Ha ditolak, berarti menyatakan Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada Tabel
bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan berikut ini :
antara variabel karakteristik terhadap
pendapatan.
Tabel.5. Pengaruh Masing-Masing Variabel Bebas Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit
di Desa Suka Maju
Variabel Koefisien Regresi t-Hitung Sig
Konstan(a) -1,671E7 -,743 ,461
:5 Umur 454781,313 1,039 ,304
:6 Pendidikan 1364261,904 1,197 ,237
:7 Pengalaman -1492661,489 -1,465 ,150
:8 Luas Lahan 1,480E7 13,120 ,000
Sumber: Analisis Data 2016 dapat disimpulkan bahwa variabel umur (X1)
Pengujian Terhadap Variabel Umur (X1) tidak memiliki kontribusi terhadap variabel
Nilai signifikan variabel umur (X1) adalah pendapatan, nilai t negatif menunjukan bahwa
0,304 atau lebih besar dari 0,05, hal ini berarti umur memiliki hubungan yang berlawanan
H0 diterima dan Ha ditolak, varianel umur arah dengan pendapatan, jadi dapat
(X1) mempunyai nilai t hitung yakni 1,039 disimpulkan bahwa umur tidak berpengaruh
dengan t tabel 1,675, jadi t hitung < t tabel signifikan terhadap pendapatan. Nilai
9
koefisien regresinya yaitu sebesar 454781,313 memiliki hubungan yang berlawanan arah
yang berarti peningkatan umur 1 dengan pendapatan, jadi dapat disimpulkan
satuan/tingkatan maka akan meningkatkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh
pendapatan petani kelapa sawit sebesar signifikan terhadap pendapatan. Nilai
454781,313 satuan/tingkat dengan asumsi koefisien regresinya yaitu sebesar -
faktor lain adalah tetap. Peningkatan umur 1492661,489 yang berarti peningkatan
akan menambah pendapatan dan hasil pengalaman 1 satuan/tingkatan maka akan
produksi petani kelapa sawit. Karena meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit
berdasarkan pengetahuan dan ketekunan sebesar -1492661,489 satuan/tingkat dengan
dalam mengelola perkebunan kelapa sawit, asumsi faktor lain adalah tetap. peningkatan
juga umur yang produktivitas sehingga bisa pendapatan yang negatif pada faktor
meningkatkan pendapatan. pengalaman kemungkinan hal ini disebabkan
oleh karena pengalaman petani yang semakin
Pengujian Terhadap Variabel Pendidikan lama dalam berusahatani kelapa sawit sudah
(X2) merasa nyaman dengan teknik mengelola
Nilai signifikan variabel pendidikan perkebunan kelapa sawit yang di lakukanya
(X2) adalah 0,304 atau lebih besar dari 0,05, selama ini, menyebabkan mereka enggan
hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak, untuk mengadopsi inovasi yang dapat
varianel pendidikan (X2) mempunyai nilai t meningkatkan pendapatan produksi kelapa
hitung yakni 1,197 dengan t tabel 1,675, jadi t sawit dan juga kurangnya modal untuk
hitung < t tabel dapat disimpulkan bahwa menerapkan inovasi-inovasi yang yang mereka
variabel pendidikan (X2) tidak memiliki miliki.
kontribusi terhadap variabel pendapatan, nilai t
negatif menunjukan bahwa pendidikan Pengujian Terhadap Variabel Luas Lahan
memiliki hubungan yang berlawanan arah (X4)
dengan pendapatan, jadi dapat disimpulkan Nilai signifikan variabel pengalaman
bahwa pendidikan tidak berpengaruh adalah 0,000 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini
signifikan terhadap pendapatan. Nilai berarti H0 ditolak dan Ha diterima, varianel
koefisien regresinya yaitu sebesar Luas lahan (X4) mempunyai nilai t hitung
1364261,904 yang berarti peningkatan yakni 13,120 dengan t tabel 1,675, jadi t
pengalaman 1 satuan/tingkatan maka akan hitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit variabel Luas lahan (X4) memiliki kontribusi
sebesar 1364261,904 satuan/tingkat dengan terhadap pendapatan, nilai t positif menjukan
asumsi faktor lain adalah tetap. Peningkatan bahwa variabel Luas lahan mempunyai
pendidikan akan menambah pengetahuan dan hubungan yang searah dengan pendapatan,
mudah menirima inovasi-inovasi baru dan jadi dapat disimpulkan bahwa Luas lahan
diaplikasikan ke dalam perkebunan kelapa memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sawit. sehingga meningkatkan pendapatan dan pendapatan. Nilai koefisien regresinya yaitu
produksi petani kelapa sawit. sebesar 1,480E7 yang berarti peningkatan
Luas lahan 1 satuan/tingkatan maka akan
Pengujian Terhadap Variabel Pengalaman meningkatkan pendapatan petani kelapa sawit
(X3) sebesar 1,480E7 satuan/tingkat dengan asumsi
Nilai signifikan variabel pengalaman faktor lain adalah tetap. . semakin luas lahan
(X3) adalah 0,150 atau lebih besar dari 0,05, yang petani miliki makan akan menambah
hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak, pendapatan petani serta dengan perawatan
varianel pengalaman (X3) mempunyai nilai t yang teratur.
hitung yakni -1,465dengan t tabel 1,675, jadi t
Uji F
hitung < t tabel dapat disimpulkan bahwa
variabel pengalaman (X3) tidak memiliki Uji f digunakan untuk mengetahui
kontribusi terhadap variabel pendapatan, nilai t apakah variabel bebas yang digunakan secara
negatif menunjukan bahwa pengalaman bersama-sama bepengaruh nyata terhadap
10
pndapatan petani kelapa sawit di Desa Suka Tabel berikut ini :
Maju. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada
Tabel.6. Analisis Variasi Hubungan Karakteristik Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit
di Desa Suka Maju
Sum Of Mean
Model R df f Sig.
Squares Square
1 Regression 9,318E16 4 2,330E16 85,334 ,000a
Residual 1,256E16 46 2,730E14
Total 1,057E17 50
Sumber: Analisis Data 2016
Dari tabel diperoleh nilai F hitung sebesar menunjukan bahwa secara bersama-sama
85,334 dengan nilai probabilitas (sig) adalah (simultan) Umur, Pendidikan, Pengalaman dan
0,000. Nilai F hitung (85,334) > F tabel (2,56), Luas lahan berpengaruh signifikan terhadap
dan nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas pendapatan petani kelapa sawit di Desa Suka
0,05 atau nilai 0,000 < 0,05, berarti H0 ditolak Maju.
dan Ha diterima. Hal ini
KESIMPULAN DAN SARAN terhada pendapatn petani kelapa sawit.
Namun secara parsial atau masing-masing
Kesimpulan hanya variabel Luas lahan yang
berpengaruh secara signifikan. Dan variabel
Berdasarkan hasil analisis maka
pengalaman memiliki hasil yang negatif
peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai
terhadap pendapatan petani kelapa sawit di
berikut :
Desa Suka Maju.
1. Gambaran karakteristik dan usaha tani Saran
kelapa sawit di Desa Suka Maju dapat Adapun saran dlam penelitian ini
dideskripsikan sebagai berikut: adalah sebagai berikut :
a. Umur petani yang paling besar dari 1. Kepada petani sebaiknya
golongan umur petani kelpa sawit yaitu meningkatkan input produksi yaitu
32-42 tahun sebesar 49% dengan memupuk membersihkan lahan dari
jumlah 25 petani. gulma yang mengakibatkan penurunan
b. Tingkat Pendidikan petani didominasi produksi.
oleh petani yang merupakan tamatan 2. Kepada petani dan masyarakat sekitar
sekolah menengah atas (SMA) dengan agar memperbaiki jalan di darah kebun
45% dengan jumlah 23 petani. pertanian demi klancaran pengangkutan
c. pengalaman berusahatani petani kelapa TBS tanpa terkendala dengan jalan
sawit yang terbesar yaitu 16-20 tahun yang rusak.
sebesar 63% dengan jumlah 32 petani. 3. Kepada generasi muda agar turut serta
d. Luas lahan tertinggi yaitu 2-5 Ha dalam mengelola perkebunan kelapa
dengan jumlah responden 26 petani sawit sebagai penerus generasi.
(51%) 4. Kepada pemerintah agar lebih
2. Berdasarkan hasil analisis regresi linier diperhatikan harga TBS agar bisa
berganda, karakteristik ( Umur, Pendidikan, mensejahterakan rakyat terutama
Pengalaman, Luas lahan ). secara bersama- dibidang perkrbunan kelapa sawit di
sama atau simultan berpengaruh nyata Desa Suka Maju.
DAFTAR PUSTAKA Chan, Syafruddin, 2003. Relationship
Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Anonim. 2012. Usia Utama
Produktif.http://www.google.com.artikel.
diakses pada tanggal 22 april 2016.
11
Chaplin. 2004. Kamus lengkap psikologis.
Jakarta Herman Subagio, 2011Hubungan
Karakteristik Petani Dengan Usahatani Cabai
Departemen Pertanian R.I., 2007. Program Sebagai Dampak Dari Pembelajaran Fma
dan Kegiatan Departemen Pertanian. (Studi Kasus Di Desa Sunju Kecamatan
Departemen Pertanian R.I. Marawola Provinsi Sulawesi Tengah): Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Dewi Nur Asih, 2009.Analisis Karakteristik Tengah
Dan Tingkat Pendapatan Usahatani Bawang
Merah Di Sulawesi Tengah :Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Kartasapoetra A.G. (1994). Teknologi
UniversitasTadulako penyuluhan pertanian.Jakarta :BumiAksara
Dionica Putri, 2013. Analisis Kelayakan
Finansial Kelapa Sawit Rakyat(Studi Kasus: Mislini, 2006. Analisis Jaringan Komunikasi
Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten pada Kelompok Swadaya Masyarakat. Kasus
Rokan Hilir Provinsi Riau)Program Studi KSM di Desa Taman Sari Kabupaten Bogor,
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Provinsi Jawa Barat. [tesis], Bogor; Program
Sumatera Utara Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Moser, A.T. 2012. Mengerakan dan
Disbun. 2014. Artikel.Luas Perkebunan Sawit membangun pertanian. Rineka Cipta, Jakarata
di Riau Capai 2,3JutaHektar.
https://www.riau.go.id/c-2031diaksestanggal Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi
21 desember 2015 Pertanian. LP3ES, Jakarta
Eldon S. Hendriksen, Michel F Van Brade, Ratna P.Z. 2008. Prospek pengembangan
2000 Teori Akuntansi, jilid sat.Batam: kelapa sawit perkebunan rakyat ( studi
Interaksara kasus di KUD - P3RSU Aek Nabar
Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhan
Fauzi, Yan. 2012. Kelapa Sawit. Penebar Batu ). Akultas Pertanian,Universitas Sumatra
swadaya. Jakarta Utara.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Sulistiyo, joko. 2012. Hari Jago SPSS 17.
Methonds for Busines and Management, Cakrawala. Yogyakarta
MacMillan Publishing Company, New York.
Suhardjo, 2007. Pangan Gizi dan Pertanian.
Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian Penerbit Universitas Indonesia.
Bidang Sosial. Yogyakarta:Gajah
MadaUniversity Press Sumarsono. 2009. Ekonomi Manajemen SDM,
ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hasan, Iswandhie., 2000. Analisis Produksi
Kopi di Desa Mbenti Kecamatan Minyambow Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori dan
Kabupaten Manokwari. Program Studi Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Agrobisnis. Diakses dari
www.papuaweb.org/unipa/dlib- Soekartawi,1999. Analisis Usaha Tani. UI
s123/hasan/s1.pdf pada tanggal 05-12-2008. Pres, Jakarta
Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani.
Hasyim,H.2006.Analisis Hubungan PenebarSwadaya. Jakarta
Karakteristik Petani Kopi Terhadap
Pendapatan (StudiKasus: Desa Dolok Seribu Tetty Wijayanti . 2010. Analisis Sosial
Kecamatan Paguran Kabupaten Ekonomi Usahatani Kelapa Sawit Di Desa
TapanuliUtara). Jurnal Komunikasi Suliliran Baru Kecamatan Pasir
Penelitian. Lembaga Penelitia. USU. Medan. Belengkong Kabupaten Paser. Program
12
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman Samarinda
Wijaya, T. (2009). Analisis data penelitian
mengunakan SPSS. Universitas Antma Jaya,
Yogyakarta.
13