Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun
Rambutan Sumatera Utara
Weed Control Management of Palm Oil Based on ISPO and RSPO Criteria in Rambutan Plantation
North Sumatera
ABSTRACT
This research took place at Rambutan Plantation North Sumatera from February until June 2016.
The aim of this activity was to increase knowledge, creativity and ability to work directly on the cultivation
of palm oil especially on weed control. Observations made include in the circle and path way dominant weed
with observation parameters consisting of species, frequency, density and dry weight. Another observation
was the performance assessment of weed control based on ISPO and RSPO criteria. The data of the
dominant weed was analyzed using summed dominance ratio (SDR), while other observations were analyzed
descriptively. The weeds on the circle and path way at the Rambutan Plantation were Melastoma
malabathticum, Ottochloa nodosa, Colocasia sp., Clidemia hirta and Displazium esculentum. In an
integrated manner, weed control was done manually, chemically, culturally, biologically and mechanically.
Weed control has been managed in accordance with the terms and criteria of ISPO and RSPO regarding the
maintenance of palm oil.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Rambutan Sumatera Utara dari Februari sampai Juni 2016.
Tujuan kegiatan ini adalah menambah pemahaman, meningkatkan keterampilan dan kemampuan bekerja
secara langsung mengenai budidaya kelapa sawit khususnya pada pengendalian gulma kelapa sawit.
Pengamatan yang dilakukan meliputi gulma dominan di piringan dan pasar pikul dengan parameter
pengamatan yang terdiri atas spesies, frekuensi, kerapatan dan bobot kering. Pengamatan lain adalah
pengkajian kinerja pengendalian gulma berdasarkan kriteria ISPO dan RSPO. Data gulma dominan
dianalisis dengan menggunakan analisis nisbah jumlah dominansi (NJD), sedangkan pengamatan lain
dianalisis secara deskriptif. Gulma pada piringan dan pasar pikul di kebun Rambutan adalah Melastoma
malabathricum, Ottochloa nodosa, Colocasia sp., Clidemia hirta dan Displazium esculentum. Pengendalian
gulma yang dilakukan secara terpadu yaitu manual, kimiawi, kultur teknis, hayati dan mekanis.
Pengendalian gulma dikelola sesuai dengan ketentuan dan kriteria ISPO dan RSPO tentang pemeliharaan
kelapa sawit.
sawit dan 1 671.13 ha (26.36%) untuk karet. Luas digunakan adalah 9.09 m x 7.692 m sehingga
areal tanaman menghasilkan (TM) adalah sebesar populasi tanaman per ha yaitu 143 tanaman.
3.774,68 ha sedangkan untuk areal tanaman belum Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya
menghasilkan (TBM) seluas 2 272.05 ha. perbedaan jumlah tanaman yang disebabkan jarak
Tanaman kelapa sawit di kebun Rambutan terdiri tanaman yang berbeda dan serangan hama dan
atas tahun tanam 2014, 2013, 2012, 2011, 2008, penyakit. Jumlah tanaman sebenarnya di lapangan
2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 1998, sekitar 109–120 tanaman. Produksi buah sawit
1997, 1996, 1995, 1994 dan 1993. Tanam ulang selama tahun 2011 sampai tahun 2015 mengalami
dan konversi dari karet ke kelapa sawit akan penurunan. Hal ini terjadi karena adanya tanaman
dilakukan juga pada Juni 2016. kelapa sawit yang sudah masuk dalam tanaman
Varietas tanaman kelapa sawit yang tua yang mengakibatkan penurunan produktivitas
ditanam di kebun Rambutan adalah Tenera (Dura dan adanya tanaman ulang yang menyebabkan
x Pisifera). Kebun Rambutan tidak melakukan luas TM menurun. Data produksi lima tahun
kegiatan pembibitan sendiri. Jarak tanam yang terakhir Kebun Rambutan disajikan pada Tabel 1.
adalah Colocasia sp. dengan NJD 10.06 %. 8.60%. Gulma yang paling dominan pada blok
Gulma yang paling dominan pada blok tahun tahun tanam 2014 adalah Ottochloa nodosa
tanam 2011 adalah Ottochloa nodosa.dengan NJD dengan NJD 23.76%
Gulma golongan rumput yang jumlahnya 2006 dengan jumlah 10.56%. Jumlah gulma
tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2014 golongan daun lebar yang tertinggi terdapat pada
dengan jumlah 43.33%. Jumlah gulma golongan blok tahun tanam 2006 dengan jumlah 71.92%.
teki yang tertinggi terdapat pada blok tahun tanam
Hasil dari analisis vegetasi pada Tabel 3 yang terparah dan diawasi oleh mandor
menunjukkan bahwa gulma yang paling dominan pemeliharaan. Ukuran piringan pada TBM I 100
pada blok tahun tanam 1994 adalah Clidemia cm, TBM II 125 cm, TBM III 175 cm dan pada
hirta dengan NJD 22.56%. Gulma yang paling TM 200 cm. Rotasi pemeliharaan piringan
dominan pada blok tahun tanam 2006 adalah dilakukan 1–2 bulan sekali tergantung pada
Clidemia hirta dengan NJD 18.06 %. Gulma yang kebutuhan. Dongkel anak kayu merupakan
paling dominan pada blok tahun tanam 2011 kegiatan mencabut gulma kayu dan anakan sawit
adalah Ottochloa nodosa dengan NJD 10.73%. dari areal. DAK dilakukan dengan norma 1.5 HK
Gulma yang paling dominan pada blok tahun ha-1. DAK dilakukan 4 rotasi setahun dengan
tanam 2014 adalah Mimosa pudica dengan NJD menggunakan cangkul kemudian di tumpuk pada
13.28%. tumpukan pelepah. Kegiatan DAK diawasi oleh
Gulma golongan rumput yang jumlahnya satu mandor yang bertugas untuk menjaga kualitas
tertinggi terdapat pada blok tahun 2011 dengan pekerjaan dan membuat laporan kepada asisten
jumlah 29.89%. Jumlah gulma golongan teki yang Afdeling.
tertinggi terdapat pada blok tahun tanam 2006 Pengendalian Gulma Kimiawi. Alat yang
dengan jumlah 8.83%. Jumlah gulma golongan digunakan pada pengendalian gulma secara
daun lebar yang tertinggi terdapat pada blok tahun kimiawi di kebun Rambutan adalah knapsack
tanam 1994 dengan jumlah 80.75%.Hasil analisis sprayer, yaitu alat semprot dengan sistem pompa
vegetasi (Tabel 2 dan Tabel 3) dapat diketahui yang memiliki kapasitas 15 liter. Nozel yang
bahwa gulma yang ada di kebun Rambutan digunakan yaitu nozel merah, biru, dan kuning.
tepatnya di Afdeling 1 cukup bervariasi, dapat Nozel merah memiliki lebar semprot 2 m, nozel
dinyatakan bahwa gulma yang mendominasi biru 1.5 m dan nozel kuning 0.5 m. Adapun jenis
adalah gulma golongan daun lebar. herbisida yang digunakan oleh kebun Rambutan
diantaranya jenis herbisida kontak, herbisida
Teknik Pengendalian Gulma Terpadu sistemik dan herbisida pra tumbuh yang bersifat
selektif. Jenis herbisida yang digunakan berbeda-
Terkait dengan pengendalian OPT beda disesuaikan dengan jenis gulma yang akan
termasuk gulma, harus mengacu pada peraturan dikendalikan, jenis glyphosate dengan dosis 400
perundangan yang berlaku yaitu Undang-Undang ml ha-1 digunakan untuk mengendalikan gulma
No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, Ageratum conyzoides (babandotan), Ottochloa
menyebutkan bahwa perlindungan tanaman harus nodosa (rumput kawatan) dan Mikania micrantha
dilakukan dengan sistem pengendalian hama (sembung rambat) yang banyak terdapat pada
terpadu (PHT). Perkebunan kelapa sawit harus piringan, sedangkan campuran jenis paraquat
menerapkan komponen pengendalian gulma dosis 1L ha-1 dicampur dengan methyl metsulfuron
terpadu dengan memberdayakan seluruh dosis 20 g ha-1 dapat mengendalikan gulma jenis
komponen pengendalian, meliputi cara kultur Displasium esculentum (pakis), Caladium sp
teknis, biologi, preventif dan pengendalian (lompongan) dan anak kayu yang terdapat di
kimiawi secara selektif dan spesifik dengan gawangan. Rotasi pengendalian gulma secara
memperhatikan kelestarian lingkungan (Rambe et kimiawi dilakukan tiga kali setahun dan norma
al., 2010). kerja 10 knapsack HK-1.
Pengendalian Gulma Manual. Pengendalian Gulma Kultur Teknis.
Pengendalian gulma secara manual di kebun Metode pengendalian gulma secara kultur teknis
Rambutan meliputi menggaruk piringan, merupakan tindakan atau cara pengendalian
menggaruk gawangan, dan dongkel anak kayu gulma dengan memerhatikan segi ekologis atau
(DAK). Menggaruk piringan merupakan kegiatan keadaan lingkungan tanaman budidaya dengan
membersihkan segala sesuatu yang ada dalam gulma. Tujuan dari metode ini yaitu menciptakan
piringan atau biasa disebut dengan babat merah lingkungan yang menguntungkan bagi
(W0). Tujuannya adalah agar tanamn dapat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat
menyerap hara secara maksimal, memudahkan bersaing dengan gulma, selain itu tindakan yang
kegiatan pemupukan dan mempermudah diterapkan tersebut dapat mengurangi atau
pengutipan brondolan saat panen. Sistem kerja menekan pertumbuhan gulma sampai taraf rendah
yang digunakan dalam pembukaan piringan secara sehingga tidak menjadi tumbuhan pesaing bagi
manual adalah membagi tenaga kerja per tanaman budidaya dan produktivitas tanaman
mandoran. Setiap mandor memiliki anggota yang budidaya tetap maksimal. Metode pengendalian
berbeda-beda tergantung dari jumlah tenaga kultur teknis kebun Rambutan dilakukan pada saat
pemeliharaan yang tersedia. Kegiatan ini biasanya penanaman awal dengan cara penanaman
dilaksanakan per blok yang dimulai dengan blok dilakukan dengan jarak tanam yang optimal dan
menanam kacangan sebagai tanaman penutup Mencatat semua pemakaian limbah B3 dan
tanah. Hal tersebut bertujuan untuk menyimpan di TPS yang tersedia.
meningkatkanan kepadatan tanaman sehingga
mengurangi laju pertumbuhan gulma. KESIMPULAN
Pengendaalian Gulma Mekanis.
Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan Hasil dari analisis vegetasi, gulma
dengan cara merusak fisik atau bagian gulma dominan pada pasar pikul dan piringan di kebun
sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat dan Rambutan adalah Melastoma malabathricum,
akhirnya mati. Metode pengendalian ini memiliki Ottochloa nodosa, Colocasia sp., Clidemia hirta
prinsip yang sama dengan pengendalian gulma dan Displazium esculentum. Perbedaan
manual, hanya saja menggunakan bantuan mesin pertumbuhan gulma setiap tahun tanam terjadi
untuk pengendaliannya. Kebun rambutan karena perbedaan penutup kanopi yang
memakai mesin babat untuk mengendalikan mengakibatkan perbedaan intensitas cahaya,
gulma sekitar pemukiman masyarakat, jalan semakin banyak cahaya yang lolos maka semakin
utama menuju kantor-kantor Afdeling dan fasilitas banyak gulma yang tumbuh, karena gulma
kebun seperti taman bermain dan lapangan sepak membutuhkan cahaya untuk pertumbuhannya.
bola untuk menjaga estetika. Teknik pengendalian gulma di kebun Rambutan
dilakukan dengan metode pengendalian gulma
ISPO dan RSPO terpadu, yaitu teknik pengendalian manual,
kimiawi, kultur teknis dan mekanis.
Pengelola kebun memastikan bahwa Pengelola kebun melakukan pengendalian
pengendalian gulma dikelola sesuai dengan gulma sesuai kriteria ISPO. Indikator yang
ketentuan yang berlaku dan pemanfaatan bahan menjadi acuan implementasi ISPO salah satunya
kimia secara efektif dan efisien agar tidak adalah ISPO 2.17, yaitu menerapkan sistem
berdampak buruk bagi lingkungan sesuai kriteria pengendalian hama terpadu (PHT) sesuai
ISPO dan RSPO tentang pemeliharaan kelapa pedoman teknis. Indikator yang menjadi acuan
sawit. Indikator yang menjadi acuan implementasi implementasi RSPO diantaranya pada RSPO 4.5,
ISPO diantaranya pada ISPO 2.17 Pengelola yaitu gulma yang berkembang cepat dikendalikan
perkebunan harus menerapkan sistem secara efektif dengan menerapkan teknik
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sesuai pengendalian hama terpadu (PHT) yang memadai,
Pedoman Teknis yang memadai dan diaplikasikan dan diaplikasikan dengan baik oleh Afdeling I
dengan baik oleh PTPN III Afdeling I kebun kebun Rambutan.
Rambutan dan membuat prinsip yang harus sesuai Melalui kegiatan penelitian ini
yaitu pengendalian gulma dilakukan secara pengetahuan penulis mengenai pengendalian
terpadu yaitu memadukan berbagai teknis gulma di perkebunan kelapa sawit bertambah,
pengendalian dan menerapkan sistem peringatan selain itu pemahaman proses kerja nyata,
dini atau early warning system (EWS) secara kemampuan teknis lapangan, kemampuan
berkala. manajerial dan analisis kegiatan penulis juga
Indikator yang menjadi acuan meningkat.
implementasi RSPO diantaranya pada RSPO 4.5
yaitu gulma yang berkembang cepat dikendalikan DAFTAR PUSTAKA
secara efektif dengan menerapkan teknik
pengendalian hama terpadu (PHT) yang memadai [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.
dan diaplikasikan dengan baik oleh PTPN III 2014. Pengelolaan Gulma pada
Afdeling I kebun Rambutan dan membuat prinsip Perkebunan Kelapa Sawit.[internet]
yang harus sesuai yaitu dengan membuat program [diunduh 2015 Desember 03] tersedia
dan rencana kerja pengendalian gulma dan pada http://www.ditjenbun.deptan.go.id.
melakukan kegiatan pengendalian. Memastikan
seluruh program tersebut tertuang didalam [Permentan] Peraturan Menteri Pertanian
rencana kerja kebun.Membuat rencana training Republik Indonesia. 2015. Sistem
PHT dan mendokumentasikan hasilnya. Membuat Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan
daftar bahan kimia yang digunakan di Afdeling Indonesia (Indonesian Sustainable Palm
serta izin atas semua bahan kimia yang digunakan. Oil Certification System/ISPO).
Mendata karyawan penyemprot dan BHL dan Kementerian Pertanian Republik
melakukan sosialisasi tentang penggunaan bahan Indonesia, Jakarta.
kimia.Memasang label dan simbol di tempat
penyimpanan B3 (bahan berbahaya beracun).
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Pengelolaannya. Yogyakarta (ID): Graha
Hilir. Jakarta(ID): Penebar Swadaya. Ilmu.
Rambe, T.D., Lasiman, P., Sudharto, P.S., Sukamto, H. 2008. 58 Kiat Meningkatkan
Caliman, J.P. 2010. Pengelolaan Gulma Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit.
Pada Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.
Smart Tbk. Jakarta.
Sukman, Y., Yakup. 1991. Gulma dan Teknik
Rianti, N., Salbiah, D., Khoiri, M.A. 2015. Pengendaliannya. Jakarta(ID): Rajawali
Pengendalian gulma pada kebun kelapa Press.
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) K2I dan
kebun masyarakat di Desa Bangko Kiri Tjitrosoedirdjo, S., Utomo I., Wiroatmodjo J.
Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.
Rokan Hilir Provinsi Riau. Jom Faperta. Jakarta(ID): Gramedia.
2 (1).
Yuniarko, Y. 2009. Pengelolaan gulma pada
Rukmana H.R., Saputra U.S. 1999. Gulma dan perkebunan kelapa sawit (Elaeis
Teknik Pengendalian. Yogyakarta(ID): guineensis Jacq.) tanaman menghasilkan
Kanisius. di PT. Jambi Agro Wijaya, Bakrie
Sumatera Plantation, Sarolangun, Jambi.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.