You are on page 1of 8

Bul.

Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate,
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate,
Kotawaringin Timur, Central Kalimantan

Saut Mangasi Hutabarat dan Heni Purnamawati*

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp.& Faks. 62-251-8629353 e-mailagronipb@indo.net.id
*Penulis untuk korespondensi: heni_purnama@yahoo.com

Disetujui 18 Januari 2016/ Published online 25 Januari 2016

ABSTRACT

The aims of this internship is to identify and understand the specific management of harvesting oil
palm plantations. The author can make observations include the calculation of the density of the harvest, the
harvest energy needs, the quality of the harvest work, violations and penalties harvest, harvest criteria and
the quality of the harvest area. Observations indicate harvesting management less well in the SBHEfield. The
results showed the number of labor in the field is higher than the harvest labor requirements. The quality of
the harvest work in field is still substandard. Harvesters cut less mature fruit is higher than the standard
tolerance field and harvesting of ripe fruits was lower by 79% than the standard minimum of the garden that
is 85%. The need for supervision harvesting and giving understanding to the harvester so that the quality in
accordance with company standards. Penalties can increase the sense of responsibility of harvesting on their
area.

Keyword: fruit bunch, harvest density, harvest labor

ABSTRAK

Magang bertujuan untuk mengetahui dan memahami secara khusus manajemen pemanenan
perkebunan kelapa sawit. Pengamatan yang dilakukan meliputi perhitungan angka kerapatan panen,
kebutuhan tenaga panen, kualitas pekerjaan panen, pelanggaran dan denda panen, kriteria panen dan mutu
hanca panen. Hasil pengamatan menunjukkan manajemen pemanenan di kebun SBHE kurang baik. Hasil
pengamatan menunjukkan jumlah tenaga kerja di lapangan lebih tinggi dari kebutuhan tenaga kerja panen.
Kualitas pekerjaan panen masih di bawah standar kebun. Pemanen memotong buah kurang matang lebih
tinggi dari toleransi standar kebun dan pemanen memotong buah matang lebih rendah yaitu 79% dari
standar minimal kebun yaitu 85%. Perlu adanya pengawasan pemanenan dan pemberian pemahaman
kepada pemanen sehingga kualitas sesuai dengan standar perusahaan. Pemberlakuan denda dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab pemanen terhadap hancaknya.

Kata kunci : brondolan, kerapatan panen, tenaga kerja panen

Manajemen Panen Kelapa... 79


Bul. Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

PENDAHULUAN Berdasarkan Direktorat Jenderal


Perkebunan (2014) ekspor minyak kelapa sawit
Sub sektor perkebunan merupakan (palm oil) mengalami peningkatan baik volume
andalan pembangunan pertanian Indonesia. maupun nilainya. Nilai ekspor kelapa sawit
Komoditas perkebunan di Indonesia dapat meningkat pada tiga tahun terakhir yaitu: tahun
meningkatkan taraf hidup petani, menambah 2011 sebesar 16 436 202 ton, tahun 2012 sebesar
devisa negara, menciptakan lapangan pekerjaan, 18 850 836 ton, dan tahun 2013 mencapai 20 577
dan melestarikan sumber daya alam. Kelapa sawit 967 ton. Nilai tersebut setara dengan US$ 15 838
merupakan salah satu komoditi perkebunan. 850. Tujuan dari kegiatan magang secara umum
Produk kelapa sawit dapat digunakan sebagai yaitu meningkatkan kemampuan, menambah
minyak goreng, bahan kosmetika dan farmasi pengalaman, dan memperluas wawasan bagi
serta bahan non makanan (sabun, deterjen, tinta mahasiswa dalam proses kerja secara nyata.
cetak) (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah
Kebutuhan minyak nabati dan lemak untuk mempelajari pemanenan secara teknis
dunia terus meningkat sebagai akibat maupun pengelolaan.
pertumbuhan penduduk (Pahan, 2007). Kelapa
sawit disebut sumber minyak nabati utama karena BAHAN DAN METODE
tanaman kelapa sawit merupakan sosok tanaman
yang cukup tangguh, terutama bila terjadi Kegiatan magang dilaksanakan selama
perubahan musim. Minyak kelapa sawit memiliki empat bulan dimulai dari tanggal 11 Februari
keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati sampai 11 Juni 2013. Magang berlokasi di Sungai
lainnya, yaitu tingkat efisiensi minyak sawit tinggi Bahaur Estate (SBHE), Desa Pundu, Kecamatan
sehingga mampu menempatkan CPO menjadi Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur,
sumber minyak nabati termurah, penggunaannya Kalimantan Tengah.
sangat luas, diantaranya minyak goreng dan Metode yang dilakukan adalah kerja
margarin, produktivitas minyak sawit tinggi yaitu praktik langsung di kebun. Kegiatan yang
3.2 ton ha-1. Oleh karena itu, perlu dilakukan dilakukan adalah seluruh jenis pekerjaan di
usaha untuk meningkatkan produktivitas kelapa lapangan dan dikantor pada seluruh level
sawit. manajerial yang diijinkan mulai dari karyawan
Panen adalah kegiatan memotong buah harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan
masak, memungut brondolan dan sistem pendamping asisten.
pengangkutannya dari pokok ke tempat Metode yang digunakan pada kegiatan
pengumpulan hasil (TPH) hingga ke pabrik. magang adalah metode langsung dan tidak
Manajemen panen dan pengolahan hasil langsung. Metode langsung yang dilakukan
merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budi adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan
daya kelapa sawit di lapangan yang berkaitan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun,
dengan kualitas minyak sawit. Oleh karena itu, wawancara, dan diskusi dengan mandor maupun
pengelolaan panen yang baik harus dilakukan dengan para staf. Metode tidak langsung
untuk mendapatkan produksi dengan kualitas dan dilakukan melalui studi dokumentasi kebun (arsip
kuantitas yang baik pula. Faktor-faktor yang kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan).
menentukan keberhasilan pemanenan adalah Pengumpulan data dan informasi dengan
persiapan panen, kriteria matang panen, angka mengumpulkan data primer dan data sekunder.
kerapatan panen, sistem, dan rotasi panen, Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi
ramalan produksi, kebutuhan tenaga kerja dan lokasi kebun, luas areal, kondisi iklim, kondisi
angkutan panen, basis,dan premi panen (Lubis, lahan, produktivitas, struktur organisasi
2008). perusahaan, rekomendasi pelaksanaan teknis budi
Persiapan panen, pemanenan dan daya dan informasi-informasi penting lainnya
penentuan jumlah tenaga kerja panen hingga yang dibutuhkan. Data ini diperoleh melalui arsip,
pengangkutan tandan buah segar ke pabrik informasi dari kantor dan studi literatur.
menjadi hal penting yang harus diperhatikan Pengumpulan data primer dilakukan
karena berhubungan dengan pencapaian melalui pengamatan lapangan terhadap semua
produktivitas dan tingkat rendemen minyak yang kegiatan yang berlangsung di perkebunan.Data
berkualitas serta mengurangi kehilangan produksi pengamatan lapangan dipusatkan pada
panen. Salah satu sumber kehilangan hasil adalah perencanaan kegiatan panen yaitu perhitungan
terdapat buah mentah yang terpanen, buah masak angka kerapatan panen (AKP), kebutuhan tenaga
tinggal di pokok (tidak dipanen), brondolan tidak panen, kualitas pekerjaan panen, pelanggaran dan
dikutip, buah busuk, dan buah abnormal.

80 S.M. Hutabarat dan Heni Purnamawati


Bul. Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

denda panen, kriteria panen, dan mutu hanca dan 4. Pelanggaran dan Denda Panen
kehilangan produksi. Pelanggaran panen di dapat dengan
Peubah yang diamati pada kegiatan melakukan pengamatan terhadap sepuluh
magang dengan aspek perencanaan panen orang pemanen dengan luas hanca panen 1 ha.
tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan
1. Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) mengamati 7 kriteria pekerjaan panen meliputi
dan taksasi produksi potong buah mentah, brondolan tidak dikutip,
Pengamatan dilakukan pada blok contoh yang brondolan banyak sampah/alas karung,
akan dipanen keesokan hari dan diamati gagang panjang lebih dari 3 cm, pelepah
sebanyak 3 kali. Pengambilan contoh sengkleh, buah busuk, dan over prunning.
dilakukan dengan mengambil 2.5% tanaman 5. Kriteria Panen
dari populasi/blok. Metode dalam memilih Pengamatan dilakukan pada 2 kemandoran
tanaman contoh adalah dengan mengambil panen dengan mengikuti 10 pemanen secara
tanaman di beberapa pasar di tepi kanan blok, acak. Jumlah tandan bertandan matang yang
di tengah blok, dan di tepi kiri blok sehingga diamati adalah 15 tanaman/pemanen sehingga
benar-benar mewakili kondisi blok contoh. jumlah keseluruhan 150 tanaman. Pengamatan
Data diperoleh dari jumlah tanaman contoh terhadap tingkat kematangan TBS yang siap
dan jumlah tandan yang siap dipanen besok. dipanen, kriteria diamati berdasarkan jumlah
Angka kerapatan panen dapat diperoleh berondolan yang jatuh ke tanah.
dengan rumus: 6. Mutu Hanca dan Kehilangan Produksi
Pengamatan dilakukan dengan cara
KP = ΣTM x 100% mengamati brondolan tertinggal, buah matang
ΣTC tertinggal. Pengamatan dilakukan dengan
Keterangan: mengikuti pemanenan secara langsung dan
KP = kerapatan panen mengamati 5 tenaga panen pada 2
TM = jumlah tandan matang yang diamati
TC = jumlah tandan contoh yang diamati kemandoran.
Data sekunder diperoleh dari laporan
Taksasi memilki hubungan dengan AKP pengelolaan (bulanan, triwulan, semesteran,
karena data taksasi diperoleh dengan tahunan) yang tersedia di kantor kebun. Data
mengalikan jumlah tandan per blok contoh sekunder yang mendukung pelaksanaan teknis
yang siap dipanen besok dengan bobot panen meliputi lokasi kebun, luas areal, kondisi
janjang rata-rata (BTR) yang umum sesuai iklim, kondisi lahan, produktivitas, struktur
dengan umur tanaman pada blok yang organisasi perusahaan, rekomendasi pelaksanaan
diamati. teknis budi daya dan informasi-informasi penting
2. Kebutuhan Tenaga Panen lainnya yang dibutuhkan.
Pengamatan terhadap kebutuhan tenaga panen
pada satu divisi. Data diperoleh dari data HASIL DAN PEMBAHASAN
kantordivisi dan wawancara dengan mandor
dan asisten kebun. Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP) dan
3. Kualitas Pekerjaan Panen Taksasi Produksi
Pengamatan kualitas pekerjaan panen didapat
dengan melakukan pengamatan kualitatif Kegiatan penentuan AKP dinamakan
terhadap sepuluh orang pemanen pada suatu taksasi produksi, kegiatan ini dilakukan sehari
kemandoran. Pelaksanaan pengamatan sebelum dilaksanakan panen pada blok yang akan
dilakukan dengan mengamati cara pemanenan dipanen. Tujuan dari penentuan AKP adalah
yang dilakukan kesepuluh tenaga panen mengetahui banyaknya tandan yang akan dipanen
terhada 9 pokok panen dalam 2 pasar pikul pada hari esok, jumlah pemanen yang diperlukan
atau setara 1 ha. Kriteria pengamatan kualitas dan menentukan kebutuhuan jumlah unit
pekerjaan panen meliputi : panen semua TBS transportasi (truk). Pengamatan AKP umumnya
masak, peletakan TBS di piringan, potong dengan mengambil sampel 10% dari jumlah
rapat gagang TBS, Buah mentah tidak tanaman yang ada dalam blok.
ditinggal/diperam, antrian TBS teratur di Penulis melakukan pengamatan terhadap
TPH, pengutipan semua brondolan, tumpukan jumlah tandan layak panen pada Blok C008,
brondolan sendiri, dan tumpukan pelepah C009, C010, dan C011 sehari sebelum blok-blok
bukan di pasar rintis. tersebut dipanen pada tanggal 16 Mei 2013. Hasil
perhitungan AKP pada keempat blok tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.

Manajemen Panen Kelapa... 81


Bul. Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

Tabel 1. Hasil taksasi harian dan hasil aktual panen kelapa sawit di kebun SBHE
Pokok Jumlah janjang Estimasi Jumlah tanaman Hasil aktual
Blok AKP (%)
diperiksa matang janjang panen produktif janjang panen
C-008 114 17 14.9 576 3870 521
C-009 120 20 16.6 616 3712 607
C-010 105 18 17 664 3906 687
C-011 123 26 21 825 3930 765
Total janjang 2 681 2580

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa dibutuhkan agar tiap pemanen dapat mencapai
hasil estimasi jika dibandingkan dengan hasil basis sehingga mendapatkan premi basis panen.
aktual jumlah janjang hanya memiliki selisih 6 Premi basis panen yang didapat bermanfaat untuk
janjang atau 0.26%.Toleransi selisih antara hasil meningkatkan kesejahteraan hidup tenaga panen
aktual dengan taksasi harian yang berlaku di sehingga tenaga panen memiliki loyalitas terhadap
SBHE adalah 5%, dengan begitu taksasi yang perusahaan. Tenaga panen yang digunakan juga
dilakukan penulis dapat dikatakan sesuai. tergantung kategori musim panen. Pada saat low
Perhitungan AKP dan taksasi juga dapat crop kondisi panen normal tenaga kerja yang
mempengaruhi rotasi panen. Apabila didapatkan digunakan kurang dari 23 tenaga panen,
hasil perhitungan AKP yang rendah maka akan sedangkan saat peak crop digunakan tenaga panen
dilakukan penambahan luas areal panen dari seksi yang lebih banyak. Jumlah tenaga kerja panen di
yang lain agar mendapatkan target produksi. lapangan juga perlu mempertimbangkan
Penambahan areal panen akan menyebabkan penyebaran kebutuhan dalam setahun.
rotasi panen bertambah cepat.
Kualitas pekerjaan Panen
Kebutuhan Tenaga Kerja
Penulis telah melakukan pengamatan
Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi kualitatif terhadap sepuluh orang pemanen pada
panen dapat direncanakan tiap harinya satu kemandoran di Divisi III. Pelaksanaan
berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari pengamatan dilakukan dengan mengamati cara
sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan pemanenan yang dilakukan kesepuluh tenaga
mengenai taksasi harian yang dilakukan penulis panen terhadap 9 pokok panen dalam 2 pasar
dapat dilihat pada Tabel 6, dari hasil pengamatan pikul atau setara 1 ha. Hasil pengamatan kualitas
tersebut dapat diketahui kebutuhan tenaga panen pekerjaan panen dapat dilihat pada Tabel 3.
pada seksiB di blok C008, C009, C010, dan C011
yang akan dipanen keesokan harinya. Berikut Tabel 3. Kualitas Pekerjaan Potong Buah
adalah perhitungan kebutuhan tenaga panen pada Tenaga kerja
seksi B. No Kriteria Pengamatan
panen (%)
1 Panen Semua TBS Masak 100
Tabel 2. Kebutuhan tenaga kerja panen seksi B 2 Peletakan TBS di Piringan 100
Kapasitas Tenaga 3 Potong rapat gagang TBS 100
Populasi Kerapatan 4 Buah mentah tidakdiperam 100
Blok panen panen
tanaman panen (%) 5 Antrian TBS teratur di TPH 100
(janjang) (orang)
C-008 3870 14.9 110 5 6 Pengutipan Semua Brondolan 20
C-009 3712 16.6 110 6 7 Tumpukan Brondolan Sendiri 100
C-010 3906 17.0 110 6 8 Tumpukan pelepah bukan di pasar rintis 100
C-011 3930 21.0 110 7
Hasil kriteria tersebut menunjukkan
Kebutuhan untuk Seksi F adalah 24 orang, bahwa semua pemanen memenuhi kriteria
namun pada kenyataan lapangan, tenaga pemanen pengamatan kecuali kriteria pengutipan semua
yang dipakai hingga 30 orang tenaga panen. Hal brondolan. Kesepuluh pemanen yang diamati,
ini menunjukkan bahwa pada divisi tersebut membuktikan hanya ada 20% pemanen yang
jumlah tenaga panen yang disediakan lebih dari melakukan pengutipan bersih semua brondolan.
yang dibutuhkan dan kondisi ini dapat menambah Para pemanen yang tidak mengutip bersih semua
biaya produksi yang seharusnya dapat ditekan brondolan umumnya hanya meninggalkan 1-5
dengan mengurangi jumlah tenaga pemanen. Pada brondolan dari tiap pokok panen, yang tersangkut
saat low crop perlu dilakukan pengurangan di ketiak pelepah, tercecer di piringan, atau pasar
pemanen kurang dari jumlah pemanen yang pikul. Kurangnya kesadaran pemanen terhadap

82 S.M. Hutabarat dan Heni Purnamawati


Bul. Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

pengutipan bersih brondolan menjadi penyebab denda untuk setiap kesalahan yang dilakukan.
masalah tersebut karena pemanen menganggap Ketentuan denda telah diatur oleh perusahaan
kehilangan 1-5 brondolan tidak akan menjadi yang ditetapkan dalam IOM (Intern Office Memo)
masalah. Berdasarkan standar perusahaan premi dan sangsi panen. Denda akan langsung
toleransi bagi brondolan tidak dikutip adalah 30 diberikan oleh mandor panen. Setiap kesalahan
butir ha-1. Hasil kualitas pekerjaan terhadap yang dilakukan tenaga panen juga akan
tenaga panen menunjukkan bahwa, brondolan berdampak pada mandor panen dan Mandor I.
yang tidak dikutip pemanen masih berada di Tenaga panen melakukan kesalahan dalam
bawah batas maksimum toleransi brondolan tidak pekerjaan potong buah karena kurangnya
dikutip. kesadaran atau tanggung jawab dalam pekerjaan.
Pencegahan terhadap kesalahan berulang yang
Pelanggaran Pemanen dan Denda Panen dilakukan tenaga panen, dapat dilakukan dengan
mengingatkan kewajiban mereka dan kesalahan-
Penulis telah melakukan pengamatan kesalahan pekerjaan potong buah yang tidak boleh
kualitatif terhadap sepuluh orang pemanen dengan dilakukan. Peringatan disampaikan oleh mandor
luas hanca panen 1 ha. Pelaksanaan pengamatan panen pada setiap apel pagi saat tenaga panen
dilakukan dengan mengamati 7 kriteria pekerjaan akan memulai pekerjaan potong buah.
panen meliputi: potong buah mentah, brondolan
tidak dikutip, brondolan banyak sampah/alas Kriteria Panen
karung, gagang panjang lebih dari 3cm, pelepah
sengkleh, buah busuk, dan over prunning. Hasil Standar kematangan buah adalah
pengamatan kualitas pekerjaan panen dapat dilihat ketentuan TBS yang dipanen berdasarkan pada
pada Tabel 4. jumlah brondolan lepas. Kriteria matang panen
ditentukan pada saat kandungan asam lemak
Tabel 4. Pelanggaran pemanen dalam pemenuhan bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA)
basis panen minimal (Fauzi et al., 2002). Kriteria matang
Pelanggaran panen ditetapkan berdasarkan kebijakan
No Kriteria pengamatan
pemanen (%) perusahaan yang diterapkan pada pekerjaan
1 Potong buah mentah 10 potong buah di lapangan dan proses grading di
2 Brondolan tidak dikutip 80 pabrik kelapa sawit.
3 Brondolan banyak sampah 20 Secara umum untuk lingkup perusahaan
4 Ganggang panjang lebih dari 3 cm 20 menggunakan 2 kriteria panen yaitu kriteria layak
5 Pelepah sengkleh 20 potong dan kriteria matang panen. Kriteria layak
6 Buah busuk 20
potong untuk kondisi potong buah di lapangan
7 Over pruning 40
sedangkan kriteria matang panen untuk kondisi
grading buah di PKS. Pemotongan buah yang
Hasil pengamatan menunjukkan 10%
dilakukan di lapangan pada saat 5 berondolan
pemanen melakukan potong buah mentah.
jatuh alami di piringan, saat di PKS menunjukkan
Berdasarkan standar perusahaan tidak ada
hasil mutu buah mentah 0%, kurang matang <8%,
toleransi bagi pemanen untuk melakukan potong
matang 85%, lewat matang <7%, dan janjang
buah mentah. Terdapat 80% pemanen tidak
kosong 0% sesuai dengan kriteria matang PKS
mengutip keseluruhan berondolan di pokok,
yang menggunakan 2 brondolan kg-1. Hal ini
piringan, pasar pikul, atau TPH dengan sisa 5
terjadi karena diestimasikan dalam pengangkutan
brondolan secara rata-rata pada pokok panen dan
buah, mulai dari saat buah dipotong di lapangan
sedikitnya terdapat rata-rata 1 brondolan pada
hingga buah tiba di PKS jumlah brondolan akan
setiap pokok panen yang tidak dikutip bersih,
bertambah sehingga buah akan memenuhi kriteria
kemudian dapat dilihat bahwa 20 % yang
matang panen yang berlaku di PKS. Kriteria
melakukan kesalahan pekerjaan potong buah
panen di lapangan tidak sama dengan kriteria
mengenai berondolan/alas karung banyak sampah,
panen di PKS karena jika disamakan yang terjadi
ganggang panjang lebih dari 3 cm rata-rata,
adalah jumlah brondolan menjadi lebih banyak
pelepah sengkleh (bukan sengkleh alami), buah
begitu juga buah over ripe. Kriteria di lapangan
busuk, dan over pruning dilakukan oleh 40%
diberlakukan untuk lebih memudahkan
pemanen pada setiap kriteria kesalahan tersebut
pelaksanaan dan pemahaman pekerjaan potong
dan setidaknya terdapat minimal 1 pokok panen
buah oleh pemanen.
pada setiap pelanggaran pemanenan. Setiap
Jika pemanenan dilakukan dalam keadaan
pelanggaran pekerjaan potong buah yang
buah belum matang, selain kadar ALB rendah,
dilakukan oleh tenaga panen akan mendapatkan
rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

Manajemen Panen Kelapa... 83


Bul. Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

Apabila pemanenan buah dilakukan dalam buah yang dipanen mentah, 14 % dipanen dengan
keadaan lewat matang, maka minyak yang kondisi kurang matang. Pemanen memotong buah
dihasilkan mengandung ALB dalam persentase kurang matang karena memotong buah < 5
tinggi yaitu lebih dari 5%. Berdasarkan hal brondolan yang jatuh alami di piringan. Jika di
tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi lapangan menyesuaikan dengan ketentuan di PKS
dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS maka brondolan akan menjadi banyak, karena
tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, pemanen akan menunda memotong buah yang
termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan layak potong hingga jumlah brondolan sesuai
(Fauzi et al., 2008). Tingkat kematangan tandan dengan banyaknya brondol yang harus lepas Kg-1
atau dikenal sebagai fraksi itu ditentukan TBS.
berdasarkan kriteria jumlah buah lepas yang dapat Pendapatan pemanen yang dihitung
dilihat pada Tabel 5. berdasarkan banyak janjang yang dipanen dan
pemenuhan basis janjang, juga menjadi penyebab
Tabel 5. Hasil fraksi buah pemanen Blok C7 di pemanen cenderung memotong buah kurang
kebun SBHE, pada tanggal 16 mei 2013 matang untuk mencapai basis. Pemanen yang
No Tingkat Persentase (%) Standar kurang paham tentang kriteria potong buah
kematangan kebun (%) dengan ketentuan 5 brondolan jatuh alami di
1 Mentah 0 0 piringan, sering memanen buah kurang dari 5
2 Kurang matang 15.5 <8 brondolan yang jatuh di piringan. Kecenderungan
3 Matang 77.2 85 pemanen memotong buah kurang matang dapat
4 Lewat matang 6.5 <7 dicegah dengan memberi peringatan tiap hari
5 Janjang kosong 1 0 mengenai ketentuan kriteria layak potong buah
yaitu 5 brondolan yang jatuh alami di
Grading buah adalah kegiatan piringan.Peringatan disampaikan oleh mandor
menggolongkan buah berdasarkan tingkat panen pada saat apel pagi dan apel sore dan
kematangan sesuai dengan standar yang telah penerapan denda dan sangsi secara konsisten.
ditentukan perusahaan, hasil grading akan Persentase tandan yang masuk kriteria
dijadikan salah satu acuan untuk perbaikan mutu matang 79% matang. Nilai persentase tandan yang
panen. Grading Buah (TBS) dilakukan minimal matang belum memenuhi standar kriteria panen
10% dari total estimasi taksasi produksi pada hari tandan yang ideal yaitu 85% (kriteria grading di
pelaksanaan panen (Pedoman Teknis BGA). PKS). Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Persentase hasil pengamatan dapat diketahui pemanen yang memotong buah kurang
dengan acuan BJR blok yang digunakan untuk matang.Kriteria lewat matang mencapai 6.5%
menghitung jumlah brondolan dalam menentukan lewat matang, nilai presentase ini masih di bawah
kriteria kematangan. Kriteria mentah ditunjukkan batas maksimal kelonggaran lewat matang <7% di
dengan tidak adanya brondolan yang terlepas pada PKS. Lewat matang dapat juga terjadi karena
TBS, kriteria kurang matang ditandai dengan pusingan yangtinggi akibat seksi panen yang tidak
adanya brondolan kurang dari 32 brondol untuk selesai pada hari tersebut. Seksi panen bisa tidak
blok C8 dan 34 brondol untuk blok C7, kriteria selesai disebabkan angka kerapatan panen (AKP)
matang ditunjukkan dengan adanya 32 brondolan tinggi dan tenaga kerja panen yang kurang. Selain
untuk blok C7 dan 34 brondolan untuk blok C8 itu, adanya pemanen yang kurang bertanggung
hingga 75% brondol permukaan lepas, lebih dari jawab meninggalkan buah saat memanen buah,
itu buah masuk kriteria lewat matang dan janjang karena mereka telah memperkirakan buah yang
kosong. Hasil pengamatan pada Blok C7 disajikan dapat dipanen jumlahnya tidak akan mencapai
Tabel 5 dan Blok C8 pada Tabel 6. basis janjang. Lewat matang yang disebabkan
kurang bertanggung jawabnya pemanen pada
Tabel 6. Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok C8 hancanya, dapat diantisipasi dengan pemeriksaan
No Tingkat Persentase (%) Standar hanca yang teliti oleh mandor panen terhadap
kematangan kebun (%) pemanen yang outputnya tidak maksimal, dan
1 Mentah 0 0 menerapkan denda bagi pemanen yang
2 Kurang matang 12 <8 mengeluarkan buah lewat matang yang terlalu
3 Matang 81.3 85
banyak yaitu lebih dari 7% jumlah janjang yang
4 Lewat matang 6.6 <7
5 Janjang kosong 0 0
dipanen di TPH kecuali janjang kosong karena
terserang penyakit. Pemberlakuan denda ini dapat
Hasil pengamatan di lapangan mutu buah meningkatkan rasa tanggung jawab dari pemanen
padablok C7 dan C8 diketahui bahwa tidak ada terhadap hancanya.

84 S.M. Hutabarat dan Heni Purnamawati


Bul. Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

Kualitas Hancak Panen Penulis dapat melakukan pengamatan meliputi


perhitungan angka kerapatan panen, kebutuhan
Kualitas yang harus dicapai oleh kebun tenaga panen, kualitas pekerjaan panen,
dalam pemanenan terdiri atas mutu buah dan mutu pelanggaran dan denda panen, kriteria panen dan
hancak. Mutu buah yang dihasilkan dalam mutu hanca panen. Hasil pengamatan
kegiatan pemotongan TBS akan berpengaruh menunjukkan manajemen pemanenan di kebun
terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. SBHE kurang baik. Hasil pengamatan
Kehilangan produksi tercermin pada mutu hancak menunjukkan jumlah tenaga kerja di lapangan
dalam pengecekan setelah pemanenan.Kualitas lebih tinggi dari kebutuhan tenaga kerja panen.
hancak panen menunjukkan kehilangan produksi Kualitas pekerjaan panen masih di bawah standar
dalam kegiatan pemanenan. Menurut Miranda kebun. Pemanen memotong buah kurang matang
(2009) penyebab terjadinya kehilangan produksi lebih tinggi dari toleransi standar kebun dan
dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni faktor pemanen memotong buah matang lebih rendah
kondisi tanaman, faktor manusia, serta faktor yaitu 79% dari standar minimal kebun yaitu 85%.
lahan. Kegiatan pengecekan mutu hancak
pemanen dilakukan oleh penulis setiap harinya DAFTAR PUSTAKA
dalam 7 hari dengan melakukan pemeriksaan
terhadap lima pemanen. Sistem pemeriksaan [BGA] Bumitama Gunajaya Agro. 2010.
hancak yang dilakukan oleh mandor adalah Pedoman Teknis Agronomis Kelapa
mengambil 100 pokok sampel setiap pemanen. Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jakarta
Data pengamatan mutu hancak dapat dilihat pada (ID): BGA Group Plantations.
Tabel 7.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.
Tabel 7. Hasil pengamatan mutu hancak di Divisi 2014. Statistik Perkebunan Indonesia:
III Kebun SBHE 2012-2014 Kelapa Sawit. Jakarta (ID):
Brondolan tinggal Tandan Sekretariat Ditjen Perkebunan.
Pemanen matang tidak
Piringan Pelepah Gawangan [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budi
dipanen
1 34 1.0 2.0 0 Daya Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS.
2 26 2.0 0.0 0
3 36 1.0 2.0 0 Fauzi, Y, Widyastuti, Y.E, Satyawibawa, I.,
4 29 3.0 0.0 0 Hartono, R. 2008. Kelapa Sawit : Budi
5 22 1.0 0.0 0 daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah
Rata-rata 29.4 1.6 0.8 0 Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta
Brondolan (ID): Penebar Swadaya.
0.3
pokok-1
Jalaluddin, Toni, J. 2005. Pemanfaatan kaolin
Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 7) sebagai bahan baku pembuatan
nilai brondolan tinggal yang tidak terkutip sebesar aluminium sulfat dengan metode
0.3 brondolan pokok-1 dan tandan matang tidak absorps. Jurnal Sistem Teknik Industri.
dipanen sebesar 0%. Hasil tersebut menunjukkan Vol.5.
bahwa kualitas hancak panen pada Divisi III
Kebun Sungai Bahaur untuk tandan matang tidak Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis
dipanen sudah tercapai sedangkan brondolan guineensis Jacq.) di Indonesa. Medan
tinggal belum mencapai target maksimum, akan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
tetapi nilai brondolan tinggal tidak terkutip masih
di bawah ketetapan pemanen untuk mendapatkan Lubis, R.E, Widanarko, A. 2011. Buku Pintar
sanksi yaitu lebih dari 2 brondolan pokok-1. Target Kelapa Sawit. Edisi 1. Jakarta (ID):
yang belum mencapai maksimum disebabkan oleh Agomedia Pustaka.
angka kerapatan panen yang tinggi sehingga
pemanen lebih fokus pada penyelesaian hancak Mangoensoekarjo, S., Semangun, H. 2005.
panen dan kurang ketelitian pemanen. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
KESIMPULAN University Press.

Pelaksanaan magang sesuai dengan tujuan


magang khususnya dalam aspek pemanenan.

Manajemen Panen Kelapa... 85


Bul. Agrohorti 4(1): 79-86 (2016)

Nurmalisa, M. 2011. Pengelolaan panen tanaman Sastrosayono, S. 2005. Budi Daya Kelapa Sawit.
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Tangerang (ID): Agomedia Pustaka.
Sungai Bahaur Estate, PT Bumitama
Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Setyamidjaja, D. 2006.Kelapa Sawit, Teknik Budi
Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor Daya, Panen, dan Pengolahan.
(ID): Institut Pertanian Bogor. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Pahan, I. 2013. Manajemen Agribisnis dari Hulu Sunarko. 2010. Budi daya dan pengelolaan Kebun
Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan.
Swadaya. Edisi II. Jakarta Selatan (ID): Agomedia
Pustaka.
Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap
Pengelolahan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit.. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

86 S.M. Hutabarat dan Heni Purnamawati

You might also like