Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Levels of heavy metals in agricultural land can be reduced and neutralized with an inexpensive
method, known as phytoremediation. The purpose of this study was to learn and know the ability
Lindernia crustaceans, Digitaria radicosa, and Cyperus rotundus as fitoremediator for soil contaminated by
gold mining waste containing mercury and its effects on growth and yield of maize The study was
conducted in a glasshouse with sixteen treatments consisted of three plant accumulators, two soils
contaminated with mercury, and two levels of organic matter application. The parameters measured
were plant height, number of leaves, dry weight, crop N uptake, Hg content, and uptake of Hg.
The results showed that 10% of tailings contaminated soil (T1) contained Hg less than 20% of
tailings contaminated soil (T2). The addition of organic material could assist in providing the
nutrients needed by plants to improve soil fertility, so the potential for increased uptake and could
reduce the content of Hg in tailing contaminated soil. Lindernia crustacea, Digitaria radicosa, and
Cyperus rotundus are potential in reducing mercury concentration in tailing contaminated soils that in
turn improved maize growth.
Keywords: mercury, N uptake, phytoremediation
http://jtsl.ub.ac.id
36
akan diubah menjadi bahan kimia yang kurang tercemar limbah tambang emas di Desa
berbahaya, diubah dalam bentuk gas dan Pasanggaran, Kecamatan Genteng Kabupaten
dilepaskan ke udara dalam proses transpirasi Banyuwangi. Sampel tanah diambil pada
(EPA, 2001: Priyanto dan Prayitno, 2005). kedalam 0-20 cm, dikering-udarakan selama 3
Hasil penelitian Hidayati et al., (2009) hari, kemudian diayak dengan ayakan 2mm.
menunjukkan bahwa ada beberapa spesies Analisis dasar tanah meliputi (1) kandungan N
tanaman di lokasi PESK di Jawa Barat yang total (metode Kjeldahl), P tersedia (Bray-1) dan
mampu mengakumulasi sampai dengan 20 ppm K (NH4OAc), serta kandungan bahan organik
Hg, yakni Lindernia crustacea (kerak nasi), (metode Walkley dan Black), (2) kadar Hg
Digitaria radicosa (jampang pait), Cyperus rotundus dengan menggunakan AAS (Atomic
(rumput teki). Namun demikian, sampai saat ini Absorption Spectrophotometer). Sifat tanah
belum banyak penelitian reklamasi lahan yang tidak terdemar taling adalah pH 6,27, C
tercemar Hg yang menggunakan jenis tanaman organik 0,65%, P tersedia 0,16 ppm, N total
tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) 0,67%, dan K total 0,90%. Sifat kimia tailing
mempelajari dan mengetahui kemampuan adalah pH 8,02, P tersedia 0,04 ppm, N total
Lindernia crustacea (kerak nasi), Digitaria radicosa 0,23%, dan K total 0,11%.
(jampang pait), dan Cyperus rotundus (rumput teki) Tanaman fitoremediator yang digunakan
dalam fitoremediasi tanah yang tercemar oleh adalah Lindernia crustacea (kerak nasi), Digitaria
limbang tambang emas mengandung unsur Hg, radicosa (jampang pait), dan Cyperus rotundus
dan (2) mempelajari pertumbuhan dan (rumput teki) yang dijumpai di daerah sekitar
produksi tanaman jagung pada tanah lokasi tambang rakyat. Perlakuan yang diuji
pascafitoremediasi tersebut. dalam penelitian ini adalah kombinasi antara 4
perlakuan tanaman fitoekstraktor (3 tanaman
fitoekstraktor dan tanpa tanaman
Metode Penelitian fitoekstraktor), 2 tanah tercemar tailing (10%
Waktu dan Tempat Penelitian dan 20%), dan 2 dosis bahan organik (0 dan 10
t ha-1). Enam belas perlakuan (Tabel 1) disusun
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011
dalam rancangan acak kelompok dengan tiga
sampai dengan bulan November 2012 di
ulangan. Kandungan Hg media tanam sebelum
laborarium dan rumah kaca Fakultas Pertanian,
ditanam disajikan pada Tabel 2.
Universitas Brawijaya, Malang. Bahan yang
Masing-masing biji tanaman dari 3
digunakan dalam penelitian adalah tiga species
tanaman di atas, ditanam pada 5 kg tanah
tanaman fitoekstraktors (Lindernia crustacea
tercemar limbah. Bahan organik yang
(kerak nasi), Digitaria radicosa (jampang pait), dan
digunakan adalah kompos produksi UPT
Cyperus rotundus (rumput teki), limbah (tailing)
Kompos FP-UB. Selama percobaan,
penambangan emas skala kecil yang diperoleh
pemberian air dilakukan setiap hari untuk
dari Desa Pasanggaran, Kecamatan Genteng
menjaga kecukupan pasokan air untuk
Kabupaten Banyuwangi, dan bahan organik
pertumbuhan tanaman. Setelah pertumbuhan
(kompos) dari UB kompos. Penelitian
selama 56 hari, tanaman dipanen dan dilakukan
dilaksanakan dalam 2 tahap, yakni (1)
analisis kadar Hg dalam biomas tanaman (tajuk
penggunaaan tanaman Lindernia crustacea (kerak
dan akar) serta tanah dalam pot. Hasil analisis
nasi), Digitaria radicosa (jampang pait), dan Cyperus
statistik digunakan sebagai dasar untuk memilih
rotundus (rumput teki), untuk fitoremediasi tanah
jenis tanaman terbaik (paling tinggi
tercemar limbah tambang emas mengandung
mengakumulasi Hg), untuk fitoremedasi. Sisa
Hg, dan (2) pertumbuhan dan produksi
tanah dalam pot (pascafitoremediasi),
tanaman jagung pada tanah tercemar limbah
kemudian digunakan untuk penanaman
tambang emas pascafitoremediasi Hg.
tanaman jagung (percobaan tahap II). Data
Penelitian 1: Fitoremediasi tanah tercemar kuantitatif yang diperoleh diuji dengan analisis
Hg ragam dengan uji F taraf 5% untuk mengetahui
pengaruh perlakuan.
Sampel tanah yang tercemar limbah tailing
emas diperoleh dari lahan pertanian yang
http://jtsl.ub.ac.id
37
tanah berkurang sejalan dengan daya serap Pada perlakuan F3, tanaman Cyperus rotundus
tanaman pada setiap perlakuan. Hal ini dapat memiliki kandungan Hg lebih tinggi
memberikan dampak positif bagi tanaman yang dibandingkan dengan F1(Lindernia crustacea), dan
tidak toleran terhadap logam berat karena perlakuan F1(Lindernia crustacea) memiliki
tanah tersebut sudah dapat dikatakan cukup kandungan Hg lebih tinggi dibandingkan
aman jika akan dilakukan sistem tanam F2(Digitaria radicosaa). Hal ini dapat terjadi
selanjutnya yaitu jagung. Pada dasarnya, logam karena setiap tanaman memiliki tipe jaringan
berat yang terkandung dalam tanaman semakin yang berbeda sehingga kemampuan dan tingkat
meningkat sejalan dengan pertambahan toleransi penyerapannya juga berbeda sehingga
konsentrasi. Namun, serapan per tanaman kandungan Hg yang terserap juga bervariasi.
semakin menurun sejalan dengan pertambahan Menurut Knox (2000), ketesediaan unsur
konsentrasi. Perlakuan dengan penambahan logam dan penyerapannya oleh tanaman
bahan organik dapat mempengaruhi ditentukan oleh konsentrasi total dan bentuk
pertumbuhan tanaman fitoekstraktor sehingga dari logam tersebut di dalam tanah selain faktor
daya serap tanaman terhadap logam berat juga geokimia pada zona perakaran. Faktor genetik
semakin meningkat. Jika tanaman mendapatkan dan jenis tumbuhan menentukan penyerapan
asupan unsur hara yang cukup maka tanaman logam pada zona perakaran dan akar/tajuk
dapat tumbuh optimal dan kinerja tanaman pada tingkat yang bervariasi. Penyerapan juga
sebagai hiperakumulator dapat meningkat, ditentukan oleh tipe jaringan tanaman dan
sehingga proses penyerapan logam berat lebih perlakuan yang diberikan pada tanah.
cepat dibandingkan tumbuhan normal.
Dari hasil analisis Hg pada tanah lainnya sehingga kandungan Hg dalam tanah
pascafitoremediasi dapat diketahui bahwa banyak berkurang. Hal ini sesuai dengan
tanaman Cyperus rotundus lebih toleran terhadap pernyataan dari Maiti dan Jourge. (2004) bahwa
media tailing dan mampu menyerap kandungan setiap tanaman mempunyai kemampuan yang
logam lebih banyak dibandingkan tanaman berbeda bertahan pada berbagai macam tanah
http://jtsl.ub.ac.id
39
http://jtsl.ub.ac.id
41
Dari Gambar 5, dapat diketahui bahwa serapan terhadap logam berat dibandingkan dengan
kandungan Hg pada tanaman yang ditanam tanaman-tanaman lainnya.
pada tanah tercemar limbah tailing 20%, dua Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
kali lebih rendah dibandingkan dengan serapan dari Chaney (1995), yang menyatakan bahwa
kandungan Hg tanaman yang ditanam pada sejumlah spesies dari beberapa famili terbukti
tanah tercemar limbah tailing 10%. Hal ini memiliki sifat hipertoleran, yaitu dapat
dapat terjadi karena semakin tinggi konsentrasi mentolelir unsur logam dengan konsentrasi
Hg dalam tanah maka dapat menghambat tinggi pada jaringan akar dan tajuknya, dan sifat
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak hiperakumulator, yang berarti dapat
dapat melakukan proses penyerapan dengan mengakumulasi unsur logam tertentu dengan
optimal. Secara umum pertumbuhan tanaman konsentrasi tinggi pada tajuknya. Akan tetapi,
dapat meningkat dengan pemberian bahan pertumbuhannya akan menurun seiring dengan
organik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kandungan Hg dalam
serapan Hg pada rumput dapat meningkat pula tanah yang tercemar limbah tailing.
pada perlakuan pemberian bahan organik. Menurut Muin (2003), jika logam berat
Serapan Hg tanaman menunjukkan yang terdapat di dalam tanah tinggi, maka bisa
banyaknya unsur Hg per satuan berat kering terjadi penurunan penyerapan oleh tanaman.
tanaman. Serapan Hg dapat meningkat seiring Logam yang diserap dari media oleh sel-sel akar
dengan adanya pertumbuhan tanaman yang akan mengikuti aliran transpirasi yang akan
optimal, tanaman dapat tumbuh optimal salah mencapai daun, sedangkan akumulasi, logam
satu caranya dengan bantuan dari penambahan yang diserap oleh tanaman akan membentuk
bahan organik. Jika tanaman dapat tumbuh mekanisme sel dan akan ikut terserap
dengan optimal maka daya serap tanaman bersamaan dengan air yang dibutuhkan sebagai
terhadap unsur yang ada didalam tanah juga nutrisi (Lasat, 2003).
optimal. Tanaman fitoekstraktor dapat
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
menyerap unsur Hg lebih banyak dengan
Jagung pada tanah pascafitoremediasi Hg
adanya penambahan bahan organik sebab
bahan organik memiliki peranan penting dalam Tinggi Tanaman
membantu proses pertumbuhan tanaman, yaitu
Pengukuran tinggi tanaman jagung dilakukan
dengan menyediakan unsur hara yang
pada 2,4,6,8 dan 10 MST (Minggu Setelah
dibutuhkan oleh setiap tanaman sehingga
Tanam). Tinggi tanaman merupakan parameter
tanaman mendapatkan asupan hara dan
yang diamati secara keseluruhan dengan tujuan
pertumbuhannya tidak terhambat.
untuk mengetahui perbedaan peningkatan
Jika pertumbuhan tanaman baik maka
pertumbuhan pada perkembangan tanaman
daya serap tanaman terhadap kandungan Hg
jagung (Gambar 3). Gambar 6 menunjukkan
dalam tanah yang tercemar limbah tailing baik
bahwa nilai rerata tinggi tanaman jagung pada
dengan konsentrasi rendah maupun
T1(tanah yang tercemar limbah tailing 10%)
konsentrasi tinggi dapat meningkat. Dari hasil
meningkat dibandingkan T2(tanah yang
penelitian, semua tanaman fitoekstraktor dapat
tercemar limbah tailing 20%) karena konsentrasi
menyerap kandungan Hg dalam tanah yang
limbah tailing pada T1 lebih rendah. Hal ini
tercemar limbah tailing dengan nilai yang
menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
bervariasi. Pada Gambar dapat dilihat bahwa,
tailing dapat memberikan pengaruh yang tidak
baik pada T1(tanah yang tercemar limbah tailing
baik pada pertumbuhan tanaman terutama
10%) dan T2(tanah yang tercemar limbah tailing
tinggi tanaman jagung. Kondisi akumulasi
20%), tanaman F3 (Cyperus rotundus) memiliki
logam berat yang berlebihan pada tanah dapat
nilai serapan kandungan Hg paling tinggi
berakibat tidak hanya terhadap kontaminasi
dibandingkan dengan perlakuan F2(Digitaria
lingkungan saja tetapi dapat menyebabkan
radicosaa) dan F1(Lindernia crustacea). Hal ini
meningkatnya kadar logam berat pada hasil
dapat terjadi karena tanaman Cyperus rotundus
tanaman yang dipanen sehingga hal tersebut
merupakan tanaman yang lebih toleran
dapat menurunkan kualitas hasil tanaman.
http://jtsl.ub.ac.id
42
140 150
B0 B0
Tinggi tanaman (cm)
120
T1 T2
Gambar 3. Nilai Rerata Tinggi Tanaman Jagung
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.
Tinggi tanaman meningkat seiring dengan lebih rendah dari perlakuan yang menggunakan
adanya penambahan bahan organik. Hal ini tanaman fitoekstraktor karena tanaman
dikarenakan bahan organik mampu membantu tersebut hanya bisa berusaha untuk tetap
menyediakan unsur-unsur
unsur yang dibutuhkan mempertahankan hidupnya karena nutrisi yang
oleh tanaman untuk pertumbuhan. Menurut diperlukan tidak terpenuhi. Berbeda halnya
Harjadi (1989), tersedianya unsur hara dalam dengan tanaman jagung yang ditanam pada
jumlah yang cukup dan seimbang untuk perlakuan F1 (Lindernia
Lindernia crustacea
crustacea), F2 (Digitaria
pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses radicosaa), dan F3 (Cyperus
Cyperus rotundus
rotundus) yaitu
pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel perlakuan yang menggunakan tanaman
akan berlangsung cepat yang mengakibatkan fitoekstraktor, memiliki tinggi tanaman yang
beberapa organ tanaman tumbuh cepat. berbeda.
Pertumbuhan tanaman akan terhambat sejalan Nilai rerata tinggi tanaman jagung yang
dengan adanya peningkatan konsentrasi limbah paling baik dan memiliki pertumbuhan
tailing. tanaman yang cepat, jika diurutkan dari nilai
Selain itu, bahan organik memiliki sifat rerata yang tertinggi yaitu tanaman jagung yang
dapat mengkelat jika bertemu dengan logam-
logam ditanam pada perlakuan F3 (Cyperus rotundus),
logam berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan F1 (Lindernia crustacea)) dan yang terakhir adalah
Stevenson (1997), bahwa bahan organik dapat perlakuan F2 (Digitaria
Digitaria radicosa
radicosaa) karena pada
berperan sebagai buffer sehingga dapat tahap fitoremediasi,, perlakuan F3, tanaman
meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara, tersebut memberikan respon positif yaitu
dapat meningkatkan water holding capacity,
capacity mampu menyerap Hg dalam jumlah yang
meningkatkan KTK dan dapat mengkelat cukup banyak sehingga kandungan Hg dalam
logam-logam
logam yang banyak terdapat pada lahan tanah berkurang dan tanaman jagung dapat
bekas tambang. Pada perlakuan kontrol yaitu tumbuh lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan tanpa tanaman fitoekstraktor (F0), perlakuan F1 maupun F2. Hal ini ditunjukkan
tanaman jagung memiliki tinggi tanaman yang pada parameter tinggi tanaman jagung pada
http://jtsl.ub.ac.id
43
perlakuan T1B1F3 yang merupakan perlakuan pernyataan yang sama dengan tinggi tanaman
yang memiliki nilai rerata tinggi tanaman paling yaitu peningkatan konsentrasi tailing dapat
baik. memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan tanaman. Hal ini terlihat dari nilai
Jumlah Daun Tanaman
rerata jumlah daun tertinggi terdapat pada
Pengukuran jumlah daun dilakukan 2 minggu perlakuan tanah yang tercemar tailing 10% (T1),
setelah semai dan perlakuan menunjukan sedangkan rerata terendah pada perlakuan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanah yang tercemar tailing 20% (T2).
(Gambar 4). Dari Gambar 4 dapat dilihat
bahwa parameter jumlah daun memiliki
8
B0 7
B0
Jumlah daun (helai)
T1 T2
Gambar 4.. Nilai Rerata Jumlah Daun pada Tanaman Jagung
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.
Pola jumlah daun dan besarnya jumlah daun pertumbuhan organ-organorgan tanaman, salah
sangat tergantung pada tinggi rendahnya satunya yaitu jumlah daun. Pada dasarnya daun
kandungan Hg yang terdapat dalam tanah dan dapat tumbuh semakin banyak seiring dengan
unsur hara yang terkandung didalamnya. Hal adanya unsur hara yang cukup di dalam tanah,
ini sesuai dengan pernyatan Subiksa (2002), jika tanah tersebut kekurangan unsur hara
bahwa keracunan akibat adanya akumulasi maka akan berdampak pada pertumbuhan
logam berat yang berlebih akan dapat organ-organ
organ tanaman seperti jumlah daun.
mengakibatkan penurunan kesehatan tanah Ketersedian unsur hara di dalam tanah sangat
secara bertahap. Jumlah
h daun pada tanaman dibutuhkan karena dapat membantu
jagung meningkat dengan adanya pemanbahan pertumbuhan organ-organorgan tanaman seperti
bahan organik. Hal ini disebabkan karena, tinggi, jumlah daun, pembentukan akar serta
ketersediaan dan serapan tanaman terhadap hasil dari tanaman itu sendiri. Menurut Sudiana
unsur hara dalam tanah dapat membantu (2004), tanah tailing merupakan tanah yang
http://jtsl.ub.ac.id
44
Fitter and Hay (1991), menyatakan bahwa bagian atas tanaman yang pada akhirnya akan
logam berat dapat mengganggu proses menurunkan bobot kering tanaman. Perlakuan
metabolisme pada tanaman, sehingga dengan penambahan bahan organik (B1) dan
mengganggu pembentukan sel-sel
sel tanaman dan tanpa bahan organik (B0), diharapkan dapat
jaringan meristem pada akar. Menurunnya menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu
pertumbuhan jaringan pada akar dapat nilai rerata berat kering tanaman yang rendah
mengakibatkan penurunan pertumbuhan terdapat pada perlakuan yang tidak
http://jtsl.ub.ac.id
45
Perlakuan berpengaruh nyata terhadap serapan tanaman lebih tinggi dibandingkan T2(tanah
N tanaman jagung pada tanah tercemar tailing. yang tercemar limbah tailing 20%). Hal ini
Pada perlakuan T1(tanah yang tercemar limbah menandakan tanaman jagung pada T1
tailing 10%) memiliki nilai rerata serapan
serap N menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik
http://jtsl.ub.ac.id
46
http://jtsl.ub.ac.id
47
Logam berat yang terkandung dalam tanaman berperan sebagai buffer sehingga dapat
meningkat sejalan dengan penambahan meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara,
konsentrasi limbah tailing, maka kandungan dapat meningkatkan water holding capacity,
logam berat dalam tanah berkurang sejalan meningkatkan KTK dan dapat mengkelat
dengan daya serap tanaman pada setiap logam-logam yang banyak terdapat pada lahan
perlakuan. Hal ini sesuai dengan data hasil bekas tambang. Kedua, unsur Hg memiliki sifat
penelitian yang tersaji pada Tabel 4, dimana dapat menguap sehingga terjadi penguapan
kandungan Hg yang terdapat pada perlakuan oleh sinar matahari. Hal ini sesuai dengan
F3, F2 dan F1 memiliki nilai rerata lebih rendah pernyataan dari Pivetz (2001) yang
dibandingkan perlakuan control F0 pada tahap dipublikasikan oleh EPA (Environmental
sebelumnya sehingga pada tahap penanaman Protection Agency), bahwa penurunan Hg
jagung, tanaman jagung dapat tumbuh pada dalam tanah juga karena disebabkan oleh
tanah yang terkontaminasi, namun tanaman kemampuan Hg sebagai jenis logam berat yang
tersebut mengalami pertumbuhan yang kurang mampu menguap ke atmosfer, dimana polutan
baik seperti halnya tanaman yang kekurangan Hg dari dalam tanah yang diserap oleh tanaman
hara. fitoekstraktor ditransformasikan dan
Pada tahap pasca panen tanaman jagung, dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke atmosfer
kandungan Hg pada tanah yang tercemar dan kemadian diserap oleh daun, proses inilah
limbah tailing menjadi berkurang. Hal ini yang kemudian disebut fitovolatilisasi (Follage
menandakan bahwa tanaman jagung tidak Filtration).
hanya menyerap hara yang terdapat di dalam
Kandungan Hg pada Tanaman Jagung
tanah tetapi juga menyerap Hg dalam tanah .
Ada 3 kemungkinan Hg dalam tanah pasca Pengamatan terhadap konsentrasi dan
panen tanaman jagung berkurang, pertama akumulasi Hg pada tanaman dipisahkan antara
karena terserap oleh tanaman jagung bersama tajuk, akar, batang dan buah (pipilan). Hal ini
dengan bahan organik karena bahan organik dilakukan untuk mengetahui unsur Hg dalam
memiliki sifat dapat mengkelat dengan unsur tanaman pangan, apakah mampu menyerap
logam. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari polutan (keracunan) dan melakukan translokasi
Stevenson (1997), bahwa bahan organik dapat logam berat ke tanaman yang dipanen atau
http://jtsl.ub.ac.id
48
tidak. Nilai rerata kadar Hg yang terdapat dengan nilai rerata pada smua perlakuan 0 mg
dalam akar tanaman dapat dilihat pada Gambar tanaman-1. Tanaman jagung yang ditanam pada
6. Pada penelitian ini, secara keseluruhan T1(tanah tercemar limbah tailing 10%) memiliki
penyerapan logam Hg oleh tanaman jagung nilai retata kandungan
dungan Hg lebih tinggi
lebih banyak terjadi pada akar dibandingkan dibandingkan T2(tanah yang tercemar limbah
pada tajuk ataupun bagian-bagian
bagian tanaman tailing 20%). Hal ini dapat terjadi karena diduga
lainnya. Kadar Hg yang paling tinggi hanya tanaman jagung memiliki potensi sebagai
tertambat pada bagian akar saja dengan
denga nilai tanaman hiperakumulator sehingga tanaman
rerata yang bervariasi, sedangkan pada bagian jagung tersebut mampu menyerap unsur Hg
tajuk, batang dan biji kadar Hg tidak terdeteksi, dalam tanah.
Gambar 6.
6. Nilai Rerata Kandungan Hg dalam Tanaman Jagung
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.
Selain itu, jika kandungan Hg dalam tanah didalam biomassanya dalam kadar yang luar
masih banyak maka pertumbuhan tanaman biasa tinggi sehingga dapat menurunkan
menjadi terbatas sehingga menyebabkan kandungan Hg dalam tanah yang tercemar
serapan Hg juga terbatas. Unsur Hg yang limbah tailing.. Dari hasil penelitian didapatkan
terserap oleh tanaman tertambat pada bagian bahwa tanaman jagung yang ditanam ppada
akar tanaman jagung namun, pertumbuhannya perlakuan tanpa menggunakan tanaman
tidak sebaikk tanaman jagung yang ditanam pada fitoekstraktor memiliki nilai kandungan Hg
tanah yang tidak terkontaminasi. Menurut yang lebih tinggi dari perlakuan yang
Brown (1995), Dalam menentukan apakah menggunakan tanaman fitoekstraktor. Namun,
tumbuhan tersebut berpotensi sebagai tidak semua tanaman hiperakumulator mampu
akumulator logam berat (dalam hal ini Hg), menyerap kandungan logam dalam jumlah yang
perlu diperhatikan beberapa kriteria. Kriteria besar. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa
suatu jenis tumbuhan
buhan dapat dolongkan sebagai tanaman yang ditanam pada perlakuan
hiperakumulator adalah : (1) Tahan terhadap F3(Cyperus rotundus)) memiliki kandungan Hg
unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada lebih tinggi dibandingkan dengan F1(Lindernia
jaringan akar dan tajuk; (2) Tingkat laju crustacea),
), namun tanaman yang ditanam pada
penyerapan unsur dari tanah yang tinggi perlakuan F1(Lindernia
Lindernia crustacea
crustacea) memiliki
dibanding tanaman lain; (3) Memiliki kandungan Hg lebih tinggi dibandingkan
kemampuan mentranslok
mentranslokasi dan F2(Digitaria radicosaa).
). Hal ini dapat terjadi
mengakumulasi unsur logam dari akar ke tajuk dikarenakan kemampuan dan tingkat toleransi
dengan laju yang tinggi. Tanaman penyerapan tanaman jagung berbeda sehingga
hiperakumulator seperti yang terdapat pada kandungan Hg yang terserap dalam tanaman
perlakuan F1 (Lindernia
Lindernia crustacea),
crustacea F2 (Digitaria dan yang tersisa didalam tanah juga bervariasi.
radicosaa) dan F3 (Cyperus
Cyperus rotundus)
rotundus memiliki Ketesediaan
sediaan unsur logam dan penyerapannya
kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam oleh tanaman ditentukan oleh konsentrasi total
http://jtsl.ub.ac.id
49
dan bentuk dari logam tersebut didalam tanah oleh Stevenson (1997), bahwa bahan organik
selain faktor geokimia pada zona perakaran. dapat berperan sebagai buffer sehingga dapat
Faktor genetik dan jenis tumbuhan meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara,
menentukan penyerapan logam pada zona dapat meningkatkan water holding capacity,
perakaran dan akar/tajuk pada tingkat yang meningkatkan KTK dan dapat mengkelat
bervariasi. Penyerapan juga ditentukan oleh logam-logam yang banyak terdapat pada lahan
tipe jaringan tanaman dan perlakuan yang bekas tambang.
diberikan pada tanah (Knox, 2000). Dari hasil
Serapan Hg pada Tanaman Jagung
penelitian Perlakuan pemberian bahan organik
dan tanpa bahan organik dimaksudkan untuk Pada penelitian ini ditemukan hasil yang
melihat perbandingan tingkat pertumbuhan bervariasi pada serapan Hg tanaman, Hal ini
tanaman jagung. Pemberian bahan organik dapat dilihat pada Gambar 7. Semua perlakuan
dapat meningkatkan produksi biomassa mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tanaman, dengan meningkatnya produksi sehingga berdampak pada jumlah serapan Hg
biomassa ini diduga serapan polutan pada per tanaman. Tanaman yang ditanam pada
tanaman akan meningkat. Hal ini sesuai dengan tanah yang tercemar limbah tailing 10%
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa memiliki daya serap lebih tinggi dibandingkan
secara umum pemupukan dapat meningkatkan tanaman yang ditanam pada tanah yang
serapan logam oleh tanaman karena bahan tercemar limbah tailing 20%.
organik memiliki sifat yang dapat mengkelat
terhadap logam berat. Pernyataan ini didukung
T1 T2
0,60 0,60
f0 f0
Serapan Hg
Serapan Hg
(mg/kg)
(mg/kg)
0,40 f1 0,40 f1
0,20 f2 0,20 f2
f3 f3
0,00 0,00
bo b1 bo b1
-0,20 -0,20
Perlakuan Perlakuan
http://jtsl.ub.ac.id
50
http://jtsl.ub.ac.id
51
http://jtsl.ub.ac.id
52
http://jtsl.ub.ac.id