You are on page 1of 18

35

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MERKURI


MENGGUNAKAN Lindernia crustacea, Digitaria radicosaa, DAN
Cyperus rotundus SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

Bonauli Christianoyd Siahaan, Sri Rahayu Utami, Eko Handayanto*


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
* penulis korespondensi: handayanto@ub.ac.id

Abstract
Levels of heavy metals in agricultural land can be reduced and neutralized with an inexpensive
method, known as phytoremediation. The purpose of this study was to learn and know the ability
Lindernia crustaceans, Digitaria radicosa, and Cyperus rotundus as fitoremediator for soil contaminated by
gold mining waste containing mercury and its effects on growth and yield of maize The study was
conducted in a glasshouse with sixteen treatments consisted of three plant accumulators, two soils
contaminated with mercury, and two levels of organic matter application. The parameters measured
were plant height, number of leaves, dry weight, crop N uptake, Hg content, and uptake of Hg.
The results showed that 10% of tailings contaminated soil (T1) contained Hg less than 20% of
tailings contaminated soil (T2). The addition of organic material could assist in providing the
nutrients needed by plants to improve soil fertility, so the potential for increased uptake and could
reduce the content of Hg in tailing contaminated soil. Lindernia crustacea, Digitaria radicosa, and
Cyperus rotundus are potential in reducing mercury concentration in tailing contaminated soils that in
turn improved maize growth.
Keywords: mercury, N uptake, phytoremediation

Pendahuluan menyatakan bahwa ion-ion logam bereaksi


secara spesifik dengan enzim yang pada
Indonesia merupakan salah satu negara yang gilirannya mengganggu proses metabolisme
banyak dijumpai kegiatan penambangan emas pada tanaman. Menurut Subowo et al. (2007)
skala kecil (PESK). Desa Pesanggaran, adanya logam berat dalam tanah pertanian
Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, dapat menurunkan produktivitas pertanian dan
Jawa Timur, merupakan salah satu lokasi PESK kualitas hasil pertanian selain dapat
yang terlah beroperasi secara ilegal sejak tahun membahayakan kesehatan manusia melalui
2009. Amalgamasi merkuri (Hg) merupakan konsumsi pangan yang dihasilkan dari tanah
metode tradisional yang digunakan oleh yang tercemar logam berat tersebut.
penambang PESK untuk mendapatkan emas. Kadar logam berat pada lahan pertanian
Sisa proses tradisional tersebut berupa limbah tersebut dapat dikurangi dan dinetralisir dengan
(berlumpur) yang mengandung merkuri dan metode yang murah, yang dikenal dengan
berbagai logam berat lainnya dibuang di lahan fiitoremediasi (Truu, 2003). Teknologi ini
pertanian sehingga mencemari lahan pertanian. merupakan sebuah inovasi, biaya efektif dan
Keberadaan kegiatan penambangan di alternatif untuk mengelola limbah berbahaya
Desa Pesanggaran dilaporkan oleh Kepala yang ramah lingkungan (EPA, 2001). Bahan
Desa telah menurunkan produksi tanaman kimia yang diserap oleh tanaman disimpan
jagung sampai 70%. Fitter dan Hay (2004) dalam akar, batang, dan daun yang nantinya

http://jtsl.ub.ac.id
36

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

akan diubah menjadi bahan kimia yang kurang tercemar limbah tambang emas di Desa
berbahaya, diubah dalam bentuk gas dan Pasanggaran, Kecamatan Genteng Kabupaten
dilepaskan ke udara dalam proses transpirasi Banyuwangi. Sampel tanah diambil pada
(EPA, 2001: Priyanto dan Prayitno, 2005). kedalam 0-20 cm, dikering-udarakan selama 3
Hasil penelitian Hidayati et al., (2009) hari, kemudian diayak dengan ayakan 2mm.
menunjukkan bahwa ada beberapa spesies Analisis dasar tanah meliputi (1) kandungan N
tanaman di lokasi PESK di Jawa Barat yang total (metode Kjeldahl), P tersedia (Bray-1) dan
mampu mengakumulasi sampai dengan 20 ppm K (NH4OAc), serta kandungan bahan organik
Hg, yakni Lindernia crustacea (kerak nasi), (metode Walkley dan Black), (2) kadar Hg
Digitaria radicosa (jampang pait), Cyperus rotundus dengan menggunakan AAS (Atomic
(rumput teki). Namun demikian, sampai saat ini Absorption Spectrophotometer). Sifat tanah
belum banyak penelitian reklamasi lahan yang tidak terdemar taling adalah pH 6,27, C
tercemar Hg yang menggunakan jenis tanaman organik 0,65%, P tersedia 0,16 ppm, N total
tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) 0,67%, dan K total 0,90%. Sifat kimia tailing
mempelajari dan mengetahui kemampuan adalah pH 8,02, P tersedia 0,04 ppm, N total
Lindernia crustacea (kerak nasi), Digitaria radicosa 0,23%, dan K total 0,11%.
(jampang pait), dan Cyperus rotundus (rumput teki) Tanaman fitoremediator yang digunakan
dalam fitoremediasi tanah yang tercemar oleh adalah Lindernia crustacea (kerak nasi), Digitaria
limbang tambang emas mengandung unsur Hg, radicosa (jampang pait), dan Cyperus rotundus
dan (2) mempelajari pertumbuhan dan (rumput teki) yang dijumpai di daerah sekitar
produksi tanaman jagung pada tanah lokasi tambang rakyat. Perlakuan yang diuji
pascafitoremediasi tersebut. dalam penelitian ini adalah kombinasi antara 4
perlakuan tanaman fitoekstraktor (3 tanaman
fitoekstraktor dan tanpa tanaman
Metode Penelitian fitoekstraktor), 2 tanah tercemar tailing (10%
Waktu dan Tempat Penelitian dan 20%), dan 2 dosis bahan organik (0 dan 10
t ha-1). Enam belas perlakuan (Tabel 1) disusun
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011
dalam rancangan acak kelompok dengan tiga
sampai dengan bulan November 2012 di
ulangan. Kandungan Hg media tanam sebelum
laborarium dan rumah kaca Fakultas Pertanian,
ditanam disajikan pada Tabel 2.
Universitas Brawijaya, Malang. Bahan yang
Masing-masing biji tanaman dari 3
digunakan dalam penelitian adalah tiga species
tanaman di atas, ditanam pada 5 kg tanah
tanaman fitoekstraktors (Lindernia crustacea
tercemar limbah. Bahan organik yang
(kerak nasi), Digitaria radicosa (jampang pait), dan
digunakan adalah kompos produksi UPT
Cyperus rotundus (rumput teki), limbah (tailing)
Kompos FP-UB. Selama percobaan,
penambangan emas skala kecil yang diperoleh
pemberian air dilakukan setiap hari untuk
dari Desa Pasanggaran, Kecamatan Genteng
menjaga kecukupan pasokan air untuk
Kabupaten Banyuwangi, dan bahan organik
pertumbuhan tanaman. Setelah pertumbuhan
(kompos) dari UB kompos. Penelitian
selama 56 hari, tanaman dipanen dan dilakukan
dilaksanakan dalam 2 tahap, yakni (1)
analisis kadar Hg dalam biomas tanaman (tajuk
penggunaaan tanaman Lindernia crustacea (kerak
dan akar) serta tanah dalam pot. Hasil analisis
nasi), Digitaria radicosa (jampang pait), dan Cyperus
statistik digunakan sebagai dasar untuk memilih
rotundus (rumput teki), untuk fitoremediasi tanah
jenis tanaman terbaik (paling tinggi
tercemar limbah tambang emas mengandung
mengakumulasi Hg), untuk fitoremedasi. Sisa
Hg, dan (2) pertumbuhan dan produksi
tanah dalam pot (pascafitoremediasi),
tanaman jagung pada tanah tercemar limbah
kemudian digunakan untuk penanaman
tambang emas pascafitoremediasi Hg.
tanaman jagung (percobaan tahap II). Data
Penelitian 1: Fitoremediasi tanah tercemar kuantitatif yang diperoleh diuji dengan analisis
Hg ragam dengan uji F taraf 5% untuk mengetahui
pengaruh perlakuan.
Sampel tanah yang tercemar limbah tailing
emas diperoleh dari lahan pertanian yang

http://jtsl.ub.ac.id
37

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

Tabel 1. Kombinasi Antar Perlakuan


Perlakuan Deskripsi Kombinasi Perlakuan
Tanah Bahan Organik (BO) Tanaman Fitoekstraktor
T 1 B 0 F0 tercemar Tailing 10% Tanpa BO Tanpa Fitoektraktor
T 1 B 1 F0 tercemar Tailing 10% 10 t BO ha-1 Tanpa Fitoektraktor
T 1 B 0 F2 tercemar Tailing 10% Tanpa BO Digitaria radicosaa
T 1 B 1 F2 tercemar Tailing 10% 10 t BO ha-1 Digitaria radicosaa
T 1 B 0 F1 tercemar Tailing 10% Tanpa BO Lindernia crustacean
T 1 B 1 F1 tercemar Tailing 10% 10 t BO ha-1 Lindernia crustacea
T 1 B 0 F3 tercemar Tailing 10% Tanpa BO Cyperus rotundus
T 1 B 1 F3 tercemar Tailing 10% 10 t BO ha-1 Cyperus rotundus
T 2 B 0 F0 tercemar Tailing 20% Tanpa BO Tanpa Fitoektraktor
T 2 B 1 F0 tercemar Tailing 20% 10 t BO ha-1 Tanpa Fitoektraktor
T 2 B 0 F1 tercemar Tailing 20% Tanpa BO Lindernia crustacean
T 2 B 1 F1 tercemar Tailing 20% 10 t BO ha-1 Lindernia crustacea
T 2 B 0 F2 tercemar Tailing 20% Tanpa BO Digitaria radicosaa
T 2 B 1 F2 tercemar Tailing 20% 10 t BO ha-1 Digitaria radicosaa
T 2 B 0 F3 tercemar Tailing 20% Tanpa BO Cyperus rotundus
T 2 B 1 F3 tercemar Tailing 20% 10 t BO ha-1 Cyperus rotundus

Tabel 2. Data Hasil Analisis Kandungan Hg


No. Tanah Tecemar Limbah /Tailing Kandungan Hg (mg kg-1)
1 10% Tanpa BO 38,01
Dengan 10 t BO ha-1 37,03
2 20% Tanpa BO 75,01
Dengan 10 t BO ha-1 72,02

105°C selama 2 hari. Kandungan Hg dalam


Penelitian 2: Pertumbuhan dan Produksi
tajuk dan akar tanaman jagung diukur dengan
Tanaman Jagung pada tanah
menggunakan AAS (Atomic Absorption
pascafitoremediasi Hg
Spectrophotometer) dengan metode uap
Tanah dalam pot bekas percobaan tahap I dingin. Data kuantitatif yang diperoleh diuji
(tanah pascafitoremediasi), kemudian dengan analisis ragam dengan uji F taraf 5%
digunakan untuk penanaman tanaman jagung untuk mengetahui pengaruh perlakuan
selama 56 hari. Setiap pot diberi pupuk dasar
setara 100g N ha-1, 50g P ha-1 dan 50 kg K ha-1. Hasil dan Pembahasan
Enam belas perlakuan disusun dalam
rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Hg Tanah Pascafitoremediasi
Pada saat panen (56 hari), dilakukan Data pengamatan kandungan Hg dalam tanah
pengamatan yang meliputi, berat basah dan menggunakan rumput dalam 3 bulan setelah
berat kering tanaman jagung, berat dan jumlah tanam menunjukkan bahwa T1(tanah yang
tongkol jagung, berat biji jagung, kandungan tercemar limbah tailing 10%) memiliki
Hg dalam tanaman jagung, dan kandungan Hg kandungan Hg akhir dua kali lebih sedikit
dalam tanah. Pengamatan tinggi tanaman dan dibandingkan dengan T2(tanah yang tercemar
jumlah daun tanaman jagung dilakukan setiap limbah tailing 20%) (Tabel 3). Logam berat
minggu sampai dengan 56 hari setelah tanam (8 yang terkandung dalam tanah meningkat
minggu). Pada saat panen akhir masa vegetatif sejalan dengan penambahan konsentrasi limbah
(umur 8 minggu), akar dipisahkan dari batang tailing, maka sisa kandungan logam berat dalam
dan daun, kemudian dikeringkan pada suhu 75-
http://jtsl.ub.ac.id
38

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

tanah berkurang sejalan dengan daya serap Pada perlakuan F3, tanaman Cyperus rotundus
tanaman pada setiap perlakuan. Hal ini dapat memiliki kandungan Hg lebih tinggi
memberikan dampak positif bagi tanaman yang dibandingkan dengan F1(Lindernia crustacea), dan
tidak toleran terhadap logam berat karena perlakuan F1(Lindernia crustacea) memiliki
tanah tersebut sudah dapat dikatakan cukup kandungan Hg lebih tinggi dibandingkan
aman jika akan dilakukan sistem tanam F2(Digitaria radicosaa). Hal ini dapat terjadi
selanjutnya yaitu jagung. Pada dasarnya, logam karena setiap tanaman memiliki tipe jaringan
berat yang terkandung dalam tanaman semakin yang berbeda sehingga kemampuan dan tingkat
meningkat sejalan dengan pertambahan toleransi penyerapannya juga berbeda sehingga
konsentrasi. Namun, serapan per tanaman kandungan Hg yang terserap juga bervariasi.
semakin menurun sejalan dengan pertambahan Menurut Knox (2000), ketesediaan unsur
konsentrasi. Perlakuan dengan penambahan logam dan penyerapannya oleh tanaman
bahan organik dapat mempengaruhi ditentukan oleh konsentrasi total dan bentuk
pertumbuhan tanaman fitoekstraktor sehingga dari logam tersebut di dalam tanah selain faktor
daya serap tanaman terhadap logam berat juga geokimia pada zona perakaran. Faktor genetik
semakin meningkat. Jika tanaman mendapatkan dan jenis tumbuhan menentukan penyerapan
asupan unsur hara yang cukup maka tanaman logam pada zona perakaran dan akar/tajuk
dapat tumbuh optimal dan kinerja tanaman pada tingkat yang bervariasi. Penyerapan juga
sebagai hiperakumulator dapat meningkat, ditentukan oleh tipe jaringan tanaman dan
sehingga proses penyerapan logam berat lebih perlakuan yang diberikan pada tanah.
cepat dibandingkan tumbuhan normal.

Tabel 3. Perubahan Kandungan Hg Pascafitoremediasi


Perlakuan Kandungan Hg (mg kg-1)
Hg Awal Hg Pascafitoremediasi Hg yang hilang
T1B0F0 38,01 38,01 0
T1B0F1 38,01 33,186 4,824
T1B0F2 38,01 35,954 2,056
T1B0F3 38,01 31,906 6,104
T1B1F0 37,03 37,03 0
T1B1F1 37,03 27,524 9,506
T1B1F2 37,03 27,904 9,126
T1B1F3 37,03 27 10,03
T2B0F0 75,01 75,01 0
T2B0F1 75,01 71,1 3,91
T2B0F2 75,01 73,956 1,054
T2B0F3 75,01 63,096 11,914
T2B1F0 72,002 72,002 0
T2B1F1 72,002 57,5 14,502
T2B1F2 72,002 60,616 11,386
T2B1F3 72,002 54,046 17,956
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1. Hg awal (Kandungan Hg awal) ; Hg akhir (Kandungan
Hg pascafitoremediasi) ; Hg yang terserap (Hg yang terserap/menguap)

Dari hasil analisis Hg pada tanah lainnya sehingga kandungan Hg dalam tanah
pascafitoremediasi dapat diketahui bahwa banyak berkurang. Hal ini sesuai dengan
tanaman Cyperus rotundus lebih toleran terhadap pernyataan dari Maiti dan Jourge. (2004) bahwa
media tailing dan mampu menyerap kandungan setiap tanaman mempunyai kemampuan yang
logam lebih banyak dibandingkan tanaman berbeda bertahan pada berbagai macam tanah

http://jtsl.ub.ac.id
39

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51


51, 2014

terkontaminasi dan menyerap logam. Menurut


Menu Protection Agency), penurunan Hg dalam
Syarif dan Juhaeti (2003), jenis-jenis tumbuhan tanah juga karena disebabkan oleh kemampuan
lainnya yang beradaptasisi dan dominan di lahan Hg sebagai jenis logam berat yang mampu
yang terkontaminasi juga menunjukkan menguap ke atmosfer, dimana polutan Hg dari
kemampuan akumulasi bahan kontaminan dalam tanah yang diserap oleh tanaman
(berupa logam berat maupun bahan toksik lain) fitoekstraktor ditransformasikan dan
yang tinggi pada jaringannya, sehingga dikeluarkan
ikeluarkan dalam bentuk uap cair ke atmosfer
diharapkan berpotensi sebagai tumbuhan dan kemadian diserap oleh daun, proses inilah
hiperakumulator yang dapat dimanfaatkan
dimanfa yang kemudian disebut fitovolatilisasi (Follage
untuk membersihkan kontaminan pada lahan Filtration).
maupun perairan yang tercemar.
Produksi Boimass Tanaman Fitoekstraktor
Pada Tabel 3 terdapat kolom Hg yang
hilang,, dimana kolom tersebut merupakan hasil Produksi biomass tanaman fitoekstraktor dapat
kandungan Hg dari pengurangan Hg awal diukur dari berat kering tanaman. Berat kering
dengan Hg akhir (Hg pasca fitoremediasi). pada tanaman diperoleh dari hasil
Dalam hal ini, kolom Hg yang hilang diduga penimbangan yang dilakukan setelah tanaman
merupakan kandungan Hg yang terserap oleh dioven selama 2x24 jam dengan suhu ±70ºC.
tanaman ataupun yang menguap akibat sinar Penentuan berat kering oven pada tanaman
matahari. Hg yang hilang paling tinggi terdapat yang mengandung Merkuri (Hg) memiliki
pada perlakuan F3(Cyperus
Cyperus rotundus)
rotundus pada semua perlakuan yang berbeda, yaitu suhu oven tidak
tingkatan konsentrasi. Hal ini berarti, pada boleh lebih dari 400C. Hasil pengamatan
perlakuan F3(Cyperus
Cyperus rotundus)
rotundus memiliki perlakuan F2 dan F3 memiliki pengaruh yang
kemampuan untuk meremediasi
remediasi tanah yang nyata terhadap
dap berat kering tanaman rumput
rumput,
tercemar limbah tailing yaitu dengan cara sedangkan pada perlakuan F2 menunjukkan
menyerap unsur-unsur
unsur logam seperti Hg dari pengaruh nyata terhadap berat kering tanaman
bagian akar. Selain itu, menurut Pivetz (2001) (Gambar 1).
yang dipublikasikan oleh EPA (Environmental
(E

Gambar 1. Nilai Berat Kering Rumput


Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

Dari Gambar 1dapat


dapat diketahui bahwa ketiga yang terdapat dalam tanah maka semakin kerdil
tanaman rumput yang ditanam pada tanah yang tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut
tercemar limbah tailing sebanyak 10% memiliki karena kekurangan hara, sehingga dapat
nilai berat kering yang paling besar menyebabkan berat kering tanaman rendah.
dibandingkan dengan tanah yang tercemar Jika konsentrasi tanah yang tercemar limbah
limbah tailing sebanyak 20%. Hal ini tailing semakin tinggi maka kandungan Hg
dikarenakan semakin tinggi konsentrasi tailing semakin tinggi, sehingga dapat menghambat
http://jtsl.ub.ac.id
40

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51


51, 2014

pertumbuhan akar karena tidak


tida mendapatkan meningkat. Tinggi tanaman dan jumlah daun
unsur hara yang dibutuhkan. Hal ini sesuai merupakan bagian dari bobot segar tanaman,
dengan pernyataan Fauziah (2009), bahwa semakin tinggi tanaman dan semakin banyak
kondisi tailing sekitar lubang tanam yang jumlah
mlah daunnya maka bobot segar tanaman
memadat sehingga menyebabkan buruknya akan semakin tinggi dan dapat meningkatkan
sistem tata air yang secara langsung dapat nilai berat kering tanaman. Dari Gambar 1
membawa dampak negatif terhadap fungsi
fung dan dapat diketahui bahwa perlakuan F1 dan F3
perkembangan akar, yang menyebabkan akar memiliki berat kering tanaman lebih besar
tidak dapat berkembang dengan sempurna dan dibandingkan dengan perlakuan F2. Hal ini
fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara dan dapat terjadi karena tanaman Lindernia crustacea
air akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dan tanaman Cyperus rotundus mampu
dapat berkembang dengan normal, dan beradaptasi dengan lingkungan dengan baik,
pertumbuhannya tetap kerdil. sehingga daya serap tanaman terhadap unsur
unsur-
Berat kering
ring tanaman dapat meningkat unsur yang terdapat didalam tanah menjadi
dengan penambahan bahan organik karena optimal, namun dengan bertambahnya
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan konsentrasi tailing dapat menurunkan
tanaman dan menyediakan asupan unsur hara pertumbuhan tanaman sehingga
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan. Semakin mengakibatkan berat kering tanaman semakin
besar konsentrasi Hg maka berat kering rendah. Dengan penambahan organik
tanaman semakin rendah karena
k pertumbuhan diharapkan tanaman mampu tumbuh dengan
tanaman tidak optimal. Dengan penambahan baik dan dapat menghasilkan berat kering yang
bahan organik pada beberapa perlakuan tinggi.
mampu menciptakan kondisi pertumbuhan
yang lebih baik sehingga tanaman memiliki Serapan Hg pada Rumput
mput
berat kering yang lebih besar dibandingkan
Dari hasil
asil analisis sidik ragam (taraf 5%),
dengan yang tanpa penambahan bahan organik.
o
perlakuan yang menggunakan tanaman
Menurut Goldsworthy and Fisher (1992)
fitoekstraktor berpengaruh nyata terhadap nilai
sekitar 90% berat kering tanaman merupakan
serapan Hg. Penyerapan Hg oleh tanaman
hasil dari fotosintesis. Penambahan bahan
rumput terbesar terjadi pada tanaman Cyperus
organik akan menambah unsur hara yang
rotundus sebesar 0,06 ((mg tanaman-1) dan
dibutuhkan oleh tanaman, sehingga penyerapan
tanaman Lindernia crustacea sebesar 0,05 (mg
unsur hara oleh tanaman berjalan baik, yang
yan
tanaman-1) (Gambar 2).
pada akhirnya akan menaikkan proses
fotosintesis. Jika hasil fotosintesis semakin
banyak, maka berat kering tanaman pun akan

Gambar 2. Nilai Serapan Hg pada Tanaman hiperakumulator


Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

http://jtsl.ub.ac.id
41

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

Dari Gambar 5, dapat diketahui bahwa serapan terhadap logam berat dibandingkan dengan
kandungan Hg pada tanaman yang ditanam tanaman-tanaman lainnya.
pada tanah tercemar limbah tailing 20%, dua Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
kali lebih rendah dibandingkan dengan serapan dari Chaney (1995), yang menyatakan bahwa
kandungan Hg tanaman yang ditanam pada sejumlah spesies dari beberapa famili terbukti
tanah tercemar limbah tailing 10%. Hal ini memiliki sifat hipertoleran, yaitu dapat
dapat terjadi karena semakin tinggi konsentrasi mentolelir unsur logam dengan konsentrasi
Hg dalam tanah maka dapat menghambat tinggi pada jaringan akar dan tajuknya, dan sifat
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak hiperakumulator, yang berarti dapat
dapat melakukan proses penyerapan dengan mengakumulasi unsur logam tertentu dengan
optimal. Secara umum pertumbuhan tanaman konsentrasi tinggi pada tajuknya. Akan tetapi,
dapat meningkat dengan pemberian bahan pertumbuhannya akan menurun seiring dengan
organik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kandungan Hg dalam
serapan Hg pada rumput dapat meningkat pula tanah yang tercemar limbah tailing.
pada perlakuan pemberian bahan organik. Menurut Muin (2003), jika logam berat
Serapan Hg tanaman menunjukkan yang terdapat di dalam tanah tinggi, maka bisa
banyaknya unsur Hg per satuan berat kering terjadi penurunan penyerapan oleh tanaman.
tanaman. Serapan Hg dapat meningkat seiring Logam yang diserap dari media oleh sel-sel akar
dengan adanya pertumbuhan tanaman yang akan mengikuti aliran transpirasi yang akan
optimal, tanaman dapat tumbuh optimal salah mencapai daun, sedangkan akumulasi, logam
satu caranya dengan bantuan dari penambahan yang diserap oleh tanaman akan membentuk
bahan organik. Jika tanaman dapat tumbuh mekanisme sel dan akan ikut terserap
dengan optimal maka daya serap tanaman bersamaan dengan air yang dibutuhkan sebagai
terhadap unsur yang ada didalam tanah juga nutrisi (Lasat, 2003).
optimal. Tanaman fitoekstraktor dapat
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
menyerap unsur Hg lebih banyak dengan
Jagung pada tanah pascafitoremediasi Hg
adanya penambahan bahan organik sebab
bahan organik memiliki peranan penting dalam Tinggi Tanaman
membantu proses pertumbuhan tanaman, yaitu
Pengukuran tinggi tanaman jagung dilakukan
dengan menyediakan unsur hara yang
pada 2,4,6,8 dan 10 MST (Minggu Setelah
dibutuhkan oleh setiap tanaman sehingga
Tanam). Tinggi tanaman merupakan parameter
tanaman mendapatkan asupan hara dan
yang diamati secara keseluruhan dengan tujuan
pertumbuhannya tidak terhambat.
untuk mengetahui perbedaan peningkatan
Jika pertumbuhan tanaman baik maka
pertumbuhan pada perkembangan tanaman
daya serap tanaman terhadap kandungan Hg
jagung (Gambar 3). Gambar 6 menunjukkan
dalam tanah yang tercemar limbah tailing baik
bahwa nilai rerata tinggi tanaman jagung pada
dengan konsentrasi rendah maupun
T1(tanah yang tercemar limbah tailing 10%)
konsentrasi tinggi dapat meningkat. Dari hasil
meningkat dibandingkan T2(tanah yang
penelitian, semua tanaman fitoekstraktor dapat
tercemar limbah tailing 20%) karena konsentrasi
menyerap kandungan Hg dalam tanah yang
limbah tailing pada T1 lebih rendah. Hal ini
tercemar limbah tailing dengan nilai yang
menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
bervariasi. Pada Gambar dapat dilihat bahwa,
tailing dapat memberikan pengaruh yang tidak
baik pada T1(tanah yang tercemar limbah tailing
baik pada pertumbuhan tanaman terutama
10%) dan T2(tanah yang tercemar limbah tailing
tinggi tanaman jagung. Kondisi akumulasi
20%), tanaman F3 (Cyperus rotundus) memiliki
logam berat yang berlebihan pada tanah dapat
nilai serapan kandungan Hg paling tinggi
berakibat tidak hanya terhadap kontaminasi
dibandingkan dengan perlakuan F2(Digitaria
lingkungan saja tetapi dapat menyebabkan
radicosaa) dan F1(Lindernia crustacea). Hal ini
meningkatnya kadar logam berat pada hasil
dapat terjadi karena tanaman Cyperus rotundus
tanaman yang dipanen sehingga hal tersebut
merupakan tanaman yang lebih toleran
dapat menurunkan kualitas hasil tanaman.

http://jtsl.ub.ac.id
42

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51


51, 2014

140 150
B0 B0
Tinggi tanaman (cm)

120

Tinggi tanaman (cm)


100 100
f0 f0
80
60 f1 50 f1
40
f2 0 f2
20
0 f3 2 4 6 8 10 f3
2 4 6 8 10 Umur tanaman (minggu)
Umur tanaman (minggu)

T1 T2
Gambar 3. Nilai Rerata Tinggi Tanaman Jagung
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

Tinggi tanaman meningkat seiring dengan lebih rendah dari perlakuan yang menggunakan
adanya penambahan bahan organik. Hal ini tanaman fitoekstraktor karena tanaman
dikarenakan bahan organik mampu membantu tersebut hanya bisa berusaha untuk tetap
menyediakan unsur-unsur
unsur yang dibutuhkan mempertahankan hidupnya karena nutrisi yang
oleh tanaman untuk pertumbuhan. Menurut diperlukan tidak terpenuhi. Berbeda halnya
Harjadi (1989), tersedianya unsur hara dalam dengan tanaman jagung yang ditanam pada
jumlah yang cukup dan seimbang untuk perlakuan F1 (Lindernia
Lindernia crustacea
crustacea), F2 (Digitaria
pertumbuhan tanaman, menyebabkan proses radicosaa), dan F3 (Cyperus
Cyperus rotundus
rotundus) yaitu
pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel perlakuan yang menggunakan tanaman
akan berlangsung cepat yang mengakibatkan fitoekstraktor, memiliki tinggi tanaman yang
beberapa organ tanaman tumbuh cepat. berbeda.
Pertumbuhan tanaman akan terhambat sejalan Nilai rerata tinggi tanaman jagung yang
dengan adanya peningkatan konsentrasi limbah paling baik dan memiliki pertumbuhan
tailing. tanaman yang cepat, jika diurutkan dari nilai
Selain itu, bahan organik memiliki sifat rerata yang tertinggi yaitu tanaman jagung yang
dapat mengkelat jika bertemu dengan logam-
logam ditanam pada perlakuan F3 (Cyperus rotundus),
logam berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan F1 (Lindernia crustacea)) dan yang terakhir adalah
Stevenson (1997), bahwa bahan organik dapat perlakuan F2 (Digitaria
Digitaria radicosa
radicosaa) karena pada
berperan sebagai buffer sehingga dapat tahap fitoremediasi,, perlakuan F3, tanaman
meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara, tersebut memberikan respon positif yaitu
dapat meningkatkan water holding capacity,
capacity mampu menyerap Hg dalam jumlah yang
meningkatkan KTK dan dapat mengkelat cukup banyak sehingga kandungan Hg dalam
logam-logam
logam yang banyak terdapat pada lahan tanah berkurang dan tanaman jagung dapat
bekas tambang. Pada perlakuan kontrol yaitu tumbuh lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan tanpa tanaman fitoekstraktor (F0), perlakuan F1 maupun F2. Hal ini ditunjukkan
tanaman jagung memiliki tinggi tanaman yang pada parameter tinggi tanaman jagung pada

http://jtsl.ub.ac.id
43

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51


51, 2014

perlakuan T1B1F3 yang merupakan perlakuan pernyataan yang sama dengan tinggi tanaman
yang memiliki nilai rerata tinggi tanaman paling yaitu peningkatan konsentrasi tailing dapat
baik. memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan tanaman. Hal ini terlihat dari nilai
Jumlah Daun Tanaman
rerata jumlah daun tertinggi terdapat pada
Pengukuran jumlah daun dilakukan 2 minggu perlakuan tanah yang tercemar tailing 10% (T1),
setelah semai dan perlakuan menunjukan sedangkan rerata terendah pada perlakuan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanah yang tercemar tailing 20% (T2).
(Gambar 4). Dari Gambar 4 dapat dilihat
bahwa parameter jumlah daun memiliki

8
B0 7
B0
Jumlah daun (helai)

Jumlah daun (helai)


6
f0 5 f
4
f1 4 0
2 f
3
0 f2 1
2
f
2 4 6 8 10 f3 1 2
Umur tanaman (minggu) 0
2 4 6 8 10
Umur tanaman (minggu)

T1 T2
Gambar 4.. Nilai Rerata Jumlah Daun pada Tanaman Jagung
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

Pola jumlah daun dan besarnya jumlah daun pertumbuhan organ-organorgan tanaman, salah
sangat tergantung pada tinggi rendahnya satunya yaitu jumlah daun. Pada dasarnya daun
kandungan Hg yang terdapat dalam tanah dan dapat tumbuh semakin banyak seiring dengan
unsur hara yang terkandung didalamnya. Hal adanya unsur hara yang cukup di dalam tanah,
ini sesuai dengan pernyatan Subiksa (2002), jika tanah tersebut kekurangan unsur hara
bahwa keracunan akibat adanya akumulasi maka akan berdampak pada pertumbuhan
logam berat yang berlebih akan dapat organ-organ
organ tanaman seperti jumlah daun.
mengakibatkan penurunan kesehatan tanah Ketersedian unsur hara di dalam tanah sangat
secara bertahap. Jumlah
h daun pada tanaman dibutuhkan karena dapat membantu
jagung meningkat dengan adanya pemanbahan pertumbuhan organ-organorgan tanaman seperti
bahan organik. Hal ini disebabkan karena, tinggi, jumlah daun, pembentukan akar serta
ketersediaan dan serapan tanaman terhadap hasil dari tanaman itu sendiri. Menurut Sudiana
unsur hara dalam tanah dapat membantu (2004), tanah tailing merupakan tanah yang

http://jtsl.ub.ac.id
44

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51


51, 2014

memiliki kandungan hara sangat sanga rendah, menggunakan tanaman fitoekst


fitoekstraktor) memiliki
sehingga pemberian pupuk sangat membantu jumlah daun yang lebih sedikit sebab Hg yang
dalam penyediaan haranya. Hal H ini sesuai terkandung di dalam tanah belum mengalami
dengan pernyataan Sulawati (1981), penurunan. Pembentukan daun melalui proses
menyimpulkan bahwa tanaman jagung yang fotosintesis terbatas sebab ketersediaan hara
menggunakan pupuk NPK dan kompos untuk beradaptasi dengan keadaan
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat lingkungannya kurang sesuai ya yang berdampak
dibandingkan hanya menggunakan pupuk NPK pada pertumbuhan yang tidak optimal..
saja. Ketersediaan dan serapan tanaman
Produksi Biomass Tanaman Jagung
terhadap unsur hara dalam tanah dapat
membantu pertumbuhan organ-organ
organ tanaman, Bobot kering tanaman jagung diperoleh dari
salah satunya yaitu jumlah daun. hasil penimbangan yang dilakukan saat panen
Semakin
emakin banyak jumlah daun yang pada 10 MST, setelah tanaman dioven 2x24
dihasilkan tanaman secara tidak langsung akan dengan suhu ±70ºC. Parameter bobot kering
menghasilkan bobot segar gar tanaman yang digunakan untuk mengetahui nilai serapan N
semakin besar. Jumlah dan bobot segar tanaman setelah dikalikan dengan kadar N
tanaman akan optimal dengan adanya tanaman. Dari hasil uji Duncan taraf 5% semua
ketersediaan yang dibutuhkan oleh tanaman. perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
(Rizqiani et al., 2007). Dari hasil penelitian, baik berat kering tanaman jagung, hal ini dapat
pada T1(tanah yang tercemar limbah tailing terlihat pada Gambar 5.Berat kering pada
10%) dan T2 (tanah yang tercemar limbah tailing perlakuan tanah yang tercemar limbah tailing
20%), perlakuan F3 (Cyperus
Cyperus rotundus)
rotundus memiliki 20% (T2) lebih rendah dibandingkan perlakuan
jumlah daun paling banyak dibandingkan tanah yang tercemar limbah tailing 10% (T1).
dengan perlakuan F2 (Digitaria
Digitaria radicosaa)
radicosa dan F1 Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi
(Lindernia crustacea).
). Hal ini dapat terjadi karena Hg maka dapat mengganggu pproses
pada tahap fitoremediasi iasi, tanaman Cyperus metabolisme tanaman serta menghambat
rotundus merupakan tanaman yang lebih banyak pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
kandungan Hg, sehingga dengan berkurangnya menjadi kerdil dan menghasilkan berat kering
kandungan Hg maka dapat memberikan yang tidak seperti tanaman normal.
potensi tumbuh yang lebih baik untuk tanaman
selanjutnya. Pada perlakuan F0 (tanpa

Gambar 5. Nilai Rerata Berat Kering Tanaman Jagung


Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

Fitter and Hay (1991), menyatakan bahwa bagian atas tanaman yang pada akhirnya akan
logam berat dapat mengganggu proses menurunkan bobot kering tanaman. Perlakuan
metabolisme pada tanaman, sehingga dengan penambahan bahan organik (B1) dan
mengganggu pembentukan sel-sel
sel tanaman dan tanpa bahan organik (B0), diharapkan dapat
jaringan meristem pada akar. Menurunnya menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu
pertumbuhan jaringan pada akar dapat nilai rerata berat kering tanaman yang rendah
mengakibatkan penurunan pertumbuhan terdapat pada perlakuan yang tidak
http://jtsl.ub.ac.id
45

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51


51, 2014

menggunakan penambahan bahan organik, Dwidjoseputro (1994), yang menyatakan bahwa


karena kurangnya pasokan unsur hara dalam pertumbuhan organ-organ organ tanaman seperti
tanah sedangkan nilai rerata berat kering akar, batang, dan daun akan menentukan bobot
tanaman
aman yang tinggi terdapat pada perlakuan kering tanaman. Pada parameter berat kering
yang menggunakan penambahan bahan tanaman jagung, perlakuan F3(Cyperus rotundus)
organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memiliki nilai rerata lebih tinggi dibandingkan
dengan penambahan bahan organik memiliki F1(Lindernia crustacea)) sedangkan F2(Digitaria
berat kering lebih tinggi dibandingkan tanpa radicosaa)) memiliki nilai rerata lebih rendah
penambahan bahan organik untuk semua dibandingkan F1(Lindernia
Lindernia crustacea
crustacea) dan terus
konsentrasi tailing.. Hal ini sesuai dengan sifat menurun seiring meningkatnya konsentrasi Hg.
tailing yang rendah unsur hara, sehingga dapat Hal inii dikarenakan pada tahap fitoremediasi
mengakibatkan penurunan pertumbuhan kandungan Hg banyak terserap pada perlakuan
tanaman. F3(Cyperus rotundus)) sehingga kandungan Hg
Terhambatnya pertumbuhan jagung berkurang dan pada penanaman selanjutnya
dikarenakan adanya cekaman logam berat, tanaman dapat menghasilkan pertumbuhan
sehingga pertumbuhan dan perkembangan yang baik dan hasil berat kering yang didapat
jaringan pada akar menjadi terhambat. tinggi.
gi. Kandungan Hg yang berlebih dapat
Menurunnya jaringan pada akar mengakibatkan menghambat pertumbuhan dan menurunkan
penurunan pertumbuhan bagian atas tanaman produktifitas serta menurunkan nilai berat
dan pada akhirnya akan menurunkan bobot kering suatu tanaman.
kering tanaman (Fitter dan Hay, 2001).
Serapan N Tanaman Jagung
Menurut Sutedjo (2002), unsur hara makro
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bagian-
bagian Hasil
asil perhitungan serapan N dimaksudkan
bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang untuk mengetahui serapan N oleh tanaman
dan daun, dan apabila ketersediaan unsur hara selama pertumbuhan yang diperoleh dari hasil
makro dan mikro tidak lengkap l dapat kali kadar N tanaman dengan berat kering
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil uji Duncan taraf 5%
tanaman. Jika unsur hara yang didapat lebih menunjukkan bahwa perlakuan memberikan
banyak, dapat meningkatkan pertumbuhan sel. pengaruh yang nyata ta terhadap pertumbuhan
Pertumbuhan sel dan jaringan yang baik pada tanaman jagung sehingga pertumbuhan
akar, dapat meningkatkan biomassa tanaman tanaman dipengaruhi oleh jumlah serapan N
sehingga akan meningkatkan berat be kering tanaman. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Gambar 5. Nilai Rerata Serapan N Tanaman Jagung


Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

Perlakuan berpengaruh nyata terhadap serapan tanaman lebih tinggi dibandingkan T2(tanah
N tanaman jagung pada tanah tercemar tailing. yang tercemar limbah tailing 20%). Hal ini
Pada perlakuan T1(tanah yang tercemar limbah menandakan tanaman jagung pada T1
tailing 10%) memiliki nilai rerata serapan
serap N menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik

http://jtsl.ub.ac.id
46

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

dibandingkan T2 karena tingkat konsentrasi bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah


kandungan tailing yang semakin meningkat akan dalam menyediakan unsur hara yang berperan
menyebabkan tanaman lebih sulit beradaptasi untuk menjaga fungsi tanah agar unsur hara
dengan lingkungan yang berdampak pada hasil mudah diserap oleh tanaman.
serapan yang tidak optimal sehingga dapat
Kandungan Hg Pascapanen pada
menghambat pada pertumbuhan tanaman.
Tanaman jagung
Melihat kondisi tailing yang berdampak pada
tanaman jagung yang mengalami Kandungan Hg
penghambatan dalam menyerap unsur N, maka
Data pengamatan kandungan Hg yang terdapat
dapat didukung atau dikendalikan dengan
pada semua perlakuan pasca panen tanaman
pemberian bahan organik dan pupuk.
jagung disajikan pada Tabel 4 dapat dilihat
Penambahan bahan organik dapat
bahwa T1(tanah yang tercemar limbah tailing
meningkatkan daya serap tanaman terhadap
10%) memiliki kandungan Hg akhir (Hg pasca
unsur-unsur yang terdapat di dalam tanah
panen) dua kali lebih sedikit dibandingkan
dibandingkan tanpa penambahan bahan
T2(tanah yang tercemar limbah tailing 20%). Hal
organik. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
ini dapat terjadi karena beberapa logam berat
dengan adanya tambahan hara dapat
sudah terakumulasi dalam tanaman yang
membantu meningkatkan pertumbuhan
memiliki sifat hiperakumulator dan toleran
tanaman seperti tinggi dan jumlah daun,
terhadap pencemaran logam pada tahap
semakin tinggi tanaman jagung maka semakin
fitoremediasi.
banyak pula jumlah daunnya, maka akan
Pada dasarnya, kandungan Hg yang tinggi
semakin tinggi juga serapan N tanaman yang
pada tanah yang tercemar tailing menunjukkan
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
pengaruh terhadap masalah aktivitas
Nursyamsi et al. (2005), bahwa pemberian
pertumbuhan tanaman yang menyebabkan
bahan organik mampu meningkatkan nilai
kerusakan, karena tailing pada umumnya dapat
serapan N pada tanaman jagung. Hal ini berarti
menurunkan tingkat kesuburan tanah dan
bahwa bahan organik yang diaplikasikan efektif
menyebabkan keracunan bagi tanaman,
untuk meningkatkan serapan hara.
sehingga sulit bagi tanaman untuk tumbuh.
Serapan N pada perlakuan F1 lebih tinggi
Menurut Walhi (2006), jumlah tailing yang
dibandingkan dengan perlakuan F2 dan F3
besar dapat merusak tanaman atau komunitas
sehingga memiliki pertumbuhan yang kurang
tanaman melalui proses penyumbatan,
baik. Hal ini dikarenakan adanya
menghambat difusi oksigen ke dalam akar
penghambatan pertumbuhan pada tanaman
tanaman dan menyebabkan tanaman tersebut
jagung yang disebabkan oleh adanya
mati. Namun menurut Maiti dan Jourge.
kandungan Hg pada tanah masih cukup banyak
(2004), setiap tanaman mempunyai
tersedia sehingga berpengaruh terhadap
kemampuan yang berbeda bertahan pada
tanaman dalam menyerap unsur yang
berbagai macam tanah terkontaminasi dan
dibutuhkan. Secara umum, tanaman jagung
menyerap logam.
yang ditanam pada tanah tercemar tailing
Penurunan kandungan Hg yang lebih
kurang toleran terhadap kondisi tanah yang
besar terjadi pada perlakuan penambahan
miskin akan bahan-bahan organik. Melihat
bahan organik. Penambahan bahan organik
kondisi tailing yang berdampak pada tanaman
dapat mempengaruhi daya serap tanaman
jagung yang mengalami penghambatan dalam
terhadap logam berat sehingga reklamasi lahan
menyerap unsur N, maka dapat didukung atau
dapat terjadi. Jika tanaman mendapatkan
dikendalikan dengan pemberian bahan organik
asupan unsur hara yang cukup maka tanaman
dan pupuk. Sesuai dengan pernyataan Yuwono,
dapat tumbuh optimal dan kinerja tanaman
(2006) salah satu upaya untuk meningkatkan
sebagai hiperakumulator dapat meningkat,
kualitas tanah yang menurun khususnya pada
sehingga proses penyerapan logam berat lebih
tanah tailing yaitu dapat dibenahi dengan
cepat dibandingkan tumbuhan normal.
menambahkan bahan organik. Alasan
pemberian bahan organik pada tanah tailing

http://jtsl.ub.ac.id
47

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

Tabel 4. Rerata Kandungan Hg Pasca Panen Jagung


Perlakuan Kandungan Hg (mg kg-1)
Hg Pasca Fitoremediasi Hg Akhir Hg yang hilang
T1B0F0 38,01 36,056 1,954
T1B0F1 33,186 28,046 5,14
T1B0F2 35,954 33,35 2,604
T1B0F3 31,906 21,876 10,03
T1B1F0 37,03 36,504 0,526
T1B1F1 27,524 26,338 1,186
T1B1F2 27,904 27,412 0,492
T1B1F3 27 25,626 1,374
T2B0F0 75,01 61,044 13,966
T2B0F1 71,19 52,91 18,28
T2B0F2 73,956 59,042 14,914
T2B0F3 63,096 46,042 17,054
T2B1F0 72,002 67,21 4,792
T2B1F1 57,5 41,676 15,824
T2B1F2 60,616 45,208 15,408
T2B1F3 54,046 37,464 16,582
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 3.

Logam berat yang terkandung dalam tanaman berperan sebagai buffer sehingga dapat
meningkat sejalan dengan penambahan meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara,
konsentrasi limbah tailing, maka kandungan dapat meningkatkan water holding capacity,
logam berat dalam tanah berkurang sejalan meningkatkan KTK dan dapat mengkelat
dengan daya serap tanaman pada setiap logam-logam yang banyak terdapat pada lahan
perlakuan. Hal ini sesuai dengan data hasil bekas tambang. Kedua, unsur Hg memiliki sifat
penelitian yang tersaji pada Tabel 4, dimana dapat menguap sehingga terjadi penguapan
kandungan Hg yang terdapat pada perlakuan oleh sinar matahari. Hal ini sesuai dengan
F3, F2 dan F1 memiliki nilai rerata lebih rendah pernyataan dari Pivetz (2001) yang
dibandingkan perlakuan control F0 pada tahap dipublikasikan oleh EPA (Environmental
sebelumnya sehingga pada tahap penanaman Protection Agency), bahwa penurunan Hg
jagung, tanaman jagung dapat tumbuh pada dalam tanah juga karena disebabkan oleh
tanah yang terkontaminasi, namun tanaman kemampuan Hg sebagai jenis logam berat yang
tersebut mengalami pertumbuhan yang kurang mampu menguap ke atmosfer, dimana polutan
baik seperti halnya tanaman yang kekurangan Hg dari dalam tanah yang diserap oleh tanaman
hara. fitoekstraktor ditransformasikan dan
Pada tahap pasca panen tanaman jagung, dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke atmosfer
kandungan Hg pada tanah yang tercemar dan kemadian diserap oleh daun, proses inilah
limbah tailing menjadi berkurang. Hal ini yang kemudian disebut fitovolatilisasi (Follage
menandakan bahwa tanaman jagung tidak Filtration).
hanya menyerap hara yang terdapat di dalam
Kandungan Hg pada Tanaman Jagung
tanah tetapi juga menyerap Hg dalam tanah .
Ada 3 kemungkinan Hg dalam tanah pasca Pengamatan terhadap konsentrasi dan
panen tanaman jagung berkurang, pertama akumulasi Hg pada tanaman dipisahkan antara
karena terserap oleh tanaman jagung bersama tajuk, akar, batang dan buah (pipilan). Hal ini
dengan bahan organik karena bahan organik dilakukan untuk mengetahui unsur Hg dalam
memiliki sifat dapat mengkelat dengan unsur tanaman pangan, apakah mampu menyerap
logam. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari polutan (keracunan) dan melakukan translokasi
Stevenson (1997), bahwa bahan organik dapat logam berat ke tanaman yang dipanen atau

http://jtsl.ub.ac.id
48

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51


51, 2014

tidak. Nilai rerata kadar Hg yang terdapat dengan nilai rerata pada smua perlakuan 0 mg
dalam akar tanaman dapat dilihat pada Gambar tanaman-1. Tanaman jagung yang ditanam pada
6. Pada penelitian ini, secara keseluruhan T1(tanah tercemar limbah tailing 10%) memiliki
penyerapan logam Hg oleh tanaman jagung nilai retata kandungan
dungan Hg lebih tinggi
lebih banyak terjadi pada akar dibandingkan dibandingkan T2(tanah yang tercemar limbah
pada tajuk ataupun bagian-bagian
bagian tanaman tailing 20%). Hal ini dapat terjadi karena diduga
lainnya. Kadar Hg yang paling tinggi hanya tanaman jagung memiliki potensi sebagai
tertambat pada bagian akar saja dengan
denga nilai tanaman hiperakumulator sehingga tanaman
rerata yang bervariasi, sedangkan pada bagian jagung tersebut mampu menyerap unsur Hg
tajuk, batang dan biji kadar Hg tidak terdeteksi, dalam tanah.

Gambar 6.
6. Nilai Rerata Kandungan Hg dalam Tanaman Jagung
Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

Selain itu, jika kandungan Hg dalam tanah didalam biomassanya dalam kadar yang luar
masih banyak maka pertumbuhan tanaman biasa tinggi sehingga dapat menurunkan
menjadi terbatas sehingga menyebabkan kandungan Hg dalam tanah yang tercemar
serapan Hg juga terbatas. Unsur Hg yang limbah tailing.. Dari hasil penelitian didapatkan
terserap oleh tanaman tertambat pada bagian bahwa tanaman jagung yang ditanam ppada
akar tanaman jagung namun, pertumbuhannya perlakuan tanpa menggunakan tanaman
tidak sebaikk tanaman jagung yang ditanam pada fitoekstraktor memiliki nilai kandungan Hg
tanah yang tidak terkontaminasi. Menurut yang lebih tinggi dari perlakuan yang
Brown (1995), Dalam menentukan apakah menggunakan tanaman fitoekstraktor. Namun,
tumbuhan tersebut berpotensi sebagai tidak semua tanaman hiperakumulator mampu
akumulator logam berat (dalam hal ini Hg), menyerap kandungan logam dalam jumlah yang
perlu diperhatikan beberapa kriteria. Kriteria besar. Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa
suatu jenis tumbuhan
buhan dapat dolongkan sebagai tanaman yang ditanam pada perlakuan
hiperakumulator adalah : (1) Tahan terhadap F3(Cyperus rotundus)) memiliki kandungan Hg
unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada lebih tinggi dibandingkan dengan F1(Lindernia
jaringan akar dan tajuk; (2) Tingkat laju crustacea),
), namun tanaman yang ditanam pada
penyerapan unsur dari tanah yang tinggi perlakuan F1(Lindernia
Lindernia crustacea
crustacea) memiliki
dibanding tanaman lain; (3) Memiliki kandungan Hg lebih tinggi dibandingkan
kemampuan mentranslok
mentranslokasi dan F2(Digitaria radicosaa).
). Hal ini dapat terjadi
mengakumulasi unsur logam dari akar ke tajuk dikarenakan kemampuan dan tingkat toleransi
dengan laju yang tinggi. Tanaman penyerapan tanaman jagung berbeda sehingga
hiperakumulator seperti yang terdapat pada kandungan Hg yang terserap dalam tanaman
perlakuan F1 (Lindernia
Lindernia crustacea),
crustacea F2 (Digitaria dan yang tersisa didalam tanah juga bervariasi.
radicosaa) dan F3 (Cyperus
Cyperus rotundus)
rotundus memiliki Ketesediaan
sediaan unsur logam dan penyerapannya
kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam oleh tanaman ditentukan oleh konsentrasi total

http://jtsl.ub.ac.id
49

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

dan bentuk dari logam tersebut didalam tanah oleh Stevenson (1997), bahwa bahan organik
selain faktor geokimia pada zona perakaran. dapat berperan sebagai buffer sehingga dapat
Faktor genetik dan jenis tumbuhan meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara,
menentukan penyerapan logam pada zona dapat meningkatkan water holding capacity,
perakaran dan akar/tajuk pada tingkat yang meningkatkan KTK dan dapat mengkelat
bervariasi. Penyerapan juga ditentukan oleh logam-logam yang banyak terdapat pada lahan
tipe jaringan tanaman dan perlakuan yang bekas tambang.
diberikan pada tanah (Knox, 2000). Dari hasil
Serapan Hg pada Tanaman Jagung
penelitian Perlakuan pemberian bahan organik
dan tanpa bahan organik dimaksudkan untuk Pada penelitian ini ditemukan hasil yang
melihat perbandingan tingkat pertumbuhan bervariasi pada serapan Hg tanaman, Hal ini
tanaman jagung. Pemberian bahan organik dapat dilihat pada Gambar 7. Semua perlakuan
dapat meningkatkan produksi biomassa mempengaruhi pertumbuhan tanaman
tanaman, dengan meningkatnya produksi sehingga berdampak pada jumlah serapan Hg
biomassa ini diduga serapan polutan pada per tanaman. Tanaman yang ditanam pada
tanaman akan meningkat. Hal ini sesuai dengan tanah yang tercemar limbah tailing 10%
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa memiliki daya serap lebih tinggi dibandingkan
secara umum pemupukan dapat meningkatkan tanaman yang ditanam pada tanah yang
serapan logam oleh tanaman karena bahan tercemar limbah tailing 20%.
organik memiliki sifat yang dapat mengkelat
terhadap logam berat. Pernyataan ini didukung

T1 T2
0,60 0,60
f0 f0
Serapan Hg

Serapan Hg
(mg/kg)

(mg/kg)

0,40 f1 0,40 f1

0,20 f2 0,20 f2

f3 f3
0,00 0,00
bo b1 bo b1
-0,20 -0,20
Perlakuan Perlakuan

Gambar 1. Nilai Rerata Serapan Hg pada Tanaman Jagung


Keterangan : kode perlakuan sama dengan Tabel 1.

Kandungan Hg dalam tanaman semakin dibandingkan tumbuhan normal. Bahan


meningkat sejalan dengan penambahan organik merupakan organisme yang telah
konsentrasi. Namun, serapan per tanaman mengalami dekomposisi sehingga bermanfaat
semakin menurun sejalan dengan penambahan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping
konsentrasi, serapan Hg tanaman menunjukkan itu bahan organik berfungsi untuk penyediaan
banyaknya unsur Hg per satuan berat kering makanan bagi tanaman. Hasil dekomposisi
tanaman. Serapan tanaman jagung dapat bahan organik menghasilkan senyawa-senyawa
meningkat dengan adanya penambahan bahan sederhana yang langsung dapat dimanfaatkan
organik karena suatu tanaman yang tanaman, serta membentuk senyawa komplek
mendapatkan asupan hara cukup dapat tumbuh yang berfungsi untuk mengurangi sifat racun
optimal dan kinerja tanaman sebagai logam berat (Verloo, 1993). Penanaman
hiperakumulator dapat meningkat, sehingga jagung yang menggunakan perlakuan
proses penyerapan logam berat lebih cepat penambahan tanaman fitoekstraktor dan tanpa

http://jtsl.ub.ac.id
50

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

penambahan tanaman fitoekstraktor memiliki Ucapan Terima Kasih


efektifitas serapan Hg yang berbeda. Hasil
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT.
penelitian menunjukkan bahwa tanaman jagung Indofood Sukses Makmur Tbk. atas biaya penelitian
yang ditanam pada perlakuan F3(Cyperus yang diberikan melalui program Indofood Riset
rotundus) dapat bertahan hidup dan Nugraha Periode 2011-2012.
mengakumulasi lebih banyak Hg dibandingkan
dengan tanaman jagung yang ditanam pada
perlakuan F1(Lindernia crustacea) dan F2(Digitaria Daftar Pustaka
radicosaa), akan tetapi pertumbuhan dan daya Brown, S. L., R. L. Chaney, J. S. Angle and A. J.
serap tanaman akan menurun seiring dengan M. Baker. 1995. Zinc and Cadmium Uptake by
adanya peningkatan kandungan Hg. Menurut Hyperacumulator Thlaspi caerulescens Grown
Muin (2003), jika logam berat yang terdapat di in Nutrient Solution. Soil Sci Soc Am J59:125-
dalam tanah tinggi, maka bisa terjadi 133.
penurunan penyerapan oleh tanaman. Logam Chaney, R. L. 1995. Potential Use of Metal
yang diserap dari media oleh sel-sel akar akan Hyperaccumulators. Mining Environ Manag.
mengikuti aliran transpirasi yang akan Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama.
mencapai daun, sedangkan akumulasi, logam Jakarta.
yang diserap oleh tanaman akan membentuk EPA. 2001. A Citizen’s Guide to Phytoremediation. US
mekanisme sel dan akan ikut terserap Enviroenmental Protection Agency.
bersamaan dengan air yang dibutuhkan sebagai Fauziah, A. B. 2009. Pengaruh Asam Humat dan
nutrisi. (Lasat, 2003). Ketersediaan hayati Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing
logam berat, berarti keterserapannya oleh Dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai
tumbuhan, dikendalikan oleh berbagai faktor Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa
tanah dan biologi ( macam, fase pertumbuhan Noronhae. [skripsi] Departemen Silvikultur
dan fase perkembangan tumbuhan) secara Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
rumit, bahkan ada faktor yang pengaruhnya Fitter, A. H dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. Terjemahan oleh Sri
saling bertentangan. Menurut Verloo (1993) Andani dan E.D. Purbayanti. Universitas
ada kejadian yang penyerapan suatu logam Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
berat oleh tumbuhan dari tanah yang tercemar Fitter, A. H dan R. K. M. Hay. 2004. Fisiologi
berat lebih sedikit daripada penyerapannya dari Lingkungan Tanaman. Terjemahan oleh Sri
tanah yang tercemar ringan. Andani dan E. D. Purbayanti. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Goldsworty, P. R. and N. M. Fisher. 1992. Fisiologi
Kesimpulan Tanaman Budidaya Tanaman Tropik. Gadjah
Tanaman Lindernia crustacea, Digitaria radicosaa, Mada University Press, Yogyakarta.
(Diterjemahkan Oleh Tohari).
dan Cyperus rotundus dapat menurunkan
Harjadi, S.S. 1989. Pengantar Agronomi. Penerbit
kandungan Merkuri (Hg) dalam tanah tercemar Gramedia, Jakarta.
limbah tailing. Kemampuan serapan tanaman Hidayati, N., T. Juhaeti dan F. Syarif. 2009. Mercury
Lindernia crustacea lebih besar dibandingkan and Cyanide Contaminations in Gold Mine
Digitaria radicosaa, dan Cyperus rotundus, namun Environment and Possible Solution of Cleaning
semakin tinggi kandungan Merkuri (Hg) maka Up by Using Phytoextraction. Hayati Journal of
semakin rendah serapan Hg. Perlakuan Biosciences. Vol. 16, No. 3: 88-94.
penambahan bahan organik dapat Knox, A. S., J. Seaman, D. C. Andriano, G.
meningkatkan serapan Merkuri (Hg) pada Pierzyaski. 2000. Chemostabilization of Metals
tanaman fitoekstraktor. Pertumbuhan tanaman in Contaminated Soils. dalam:Wise D. L., D. J.
Transol, E. J. Cichon, U. Stottmeister (ed).
jagung yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan
Bioremidiation of Contaminated Soils. New York:
berat kering) meningkat seiring dengan adanya Marcek Dekker Inc. hlm 811-836.
penurunan kandungan Hg pascafitoremediasi. Lasat, M. M. 2003. The Use of Plants for the
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Removal of Toxic Metals from Contaminated
Merkuri (Hg) pada tanaman jagung banyak Soil. American Association for the
terdapat pada bagian akar tanaman.

http://jtsl.ub.ac.id
51

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 1 No 2: 35-51, 2014

Advancement of Science Environmental Science Sudiana, I. M. 2004. Revegetation of Degraded


and Engineering Fellow. Land using Enterolobium Cyclocarpum
Maiti, R. K. and L. Jourge. 2004. Plant Based Inoculated with Rhizobium, Phosphate
Bioremidiation and Mechanisms Heavy Metal Tolerance Solubizing bacteria, and Mycorrhiza.
of Plants. P. 1-12. Proc. Indian natn Sci Acad. 1. Agrikultura. 15 : 5-9.
Biology. Faculty. Univ. of. De Neuvo Leon. Sulawati, S. 1981. Penilaian Kualitas Semai Pinus
Mexico. Merkusii di Persemaian Sinagrib dan Pasir
Muin, A. 2003. Penggunaan Mikoriza untuk Kadaka KPH Bogor. [skripsi] Jurusan
Menunjang Pembangunan Hutan pada Lahan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Kritis atau Marginal. http://www.hayati- Bogor.
ipb.com/users/PPs702.htm Sutejo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Pemupukan.
Nursyamsi D, Syafuan LO, Purnomi DW. 2005. Rineka Cipta. Jakarta.
Peranan Bahan Organik dan Dolomit Syarif, F. dan T. Juhaeti. 2003. Pertumbuhan,
dalamMemperbaiki Sifat-Sifat Tanah Podsolik Serapan Hara dan Logam Berat Berbagai Jenis
dan Pertumbuhan Jagung (Zea Mays L.). Jurnal Rumput yang Ditanam pada Media Tanah
Penelitaian Pertanian. Tercemar.[Laporan Teknik]. Bogor: Proyek
Pivetz, B. E. 2001. Phytoremediation of Pengkajian dan Pemanfaatan Sumberdaya
Contaminated Soil and Ground Water at Hayati. Pusat Penelitian Biologi. LIPI
Hazardous Waste Sitcs. EPA (United Statcs Truu, J., E. Talpsep, E. Vedler, E. Heinaru, and A.
Environmental Protection Agency), Office of Heinaru. 2003. Enhanced Biodegradation of Oil
Research and Development. Shale Chemical Industry Solid Wastes by
Priyanto, B. dan J. Prayitno. 2002. Fitoremediasi Phytoremediation and Bioaugmentation.
Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan Estonia Academy Publisher.
Pencemaran, Khususnya Logam Berat. Dalam WALHI. 2006. Dampak Lingkungan Hidup
Http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora.htm Operasi Pertambangan Tembaga dan emas
Rizqiani, N. F., E. Ambarwati, W. N. Yuwono. Feeport-Rio Tinto di Papua. 25 Tahun WALHI,
2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta.
Pupuk cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Verloo, M. 1993. Chemical Aspect of Soil Pollution.
Stevenson, F. J. 1997. Humus Chemistry: Genesis, ITC-Gen Publications series No. 4:17-46.
Composition, Reaction. John Willey&son. New Yuwono, N. W. 2009. Membangun Kesuburan
York. Tanah Di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah
Subiksa, I.G.M. 2002. Pemanfaatan Mikoriza Untuk dan Lingkungan, Vol.9, No.2,p: 137-141.
Penanggulangan Lahan Kritis.Dalam
http//rudyct.tripod.com/sem2_012/igm_subiksa.htm.
Subowo, M., S. Widodo dan A. Nugraha. 2007.
Status dan Penyebaran Pb, Cd, dan Pestisida
pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan
Raya. Prosiding. Bidang Kimia dan Bioteknologi
Tanah, Puslittanak, Bogor.

http://jtsl.ub.ac.id
52

halaman ini sengaja dikosongkan

http://jtsl.ub.ac.id

You might also like