You are on page 1of 10

Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No.

2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

Pengaruh Pemberian Mikoriza Dan Komposisi Media Tanam Pada Pembibitan


Kelapa Sawit di Pre Nursery

Effect of mikorizha and granting planting media composition on oil palm nurseries on pre nursery

Fadli Azhari Harahap*, Nini Rahmawati, Rosita Sipayung

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 2015


*Corresponding author: fadliazhari.harahap@yahoo.com

ABSTRACT

The growth of seedlings in the field in very determined by the growth of plants in the nursery.
Planting media is the one factors that affect the growth of plants in the nursery. Therefore, by giving
mikorizha and composition of the planting media is expected can increase the growth of oil palm
nurseries in pre nursery. This research was conducted in screen house af Faculty Agricultural
University of Sumatera Utara with altitude ± 25 meters from sea surface from April-July 2014, used
randomized block design with two factors. The first factor is composition of planting media (sludge
+ ultisol) with four levels (0% + 100%) (S0); (25% +75%) (S1); (50% + 50%) (S2); (75% + 25%)
(S3) and the second factor is mikorizha with three levels 0 (M0); 5 (M1); 10 g/plant (M2). Parameter
observed was plant height, stem diameter, number of leaves, total leaf area, leaf greenes, degree of
infection, root volume, shoof dry weight root dry weight. The result of this research showed that use
of planting media composition significantly effect to plant height parameters 6-12 weeks after
planting, stem diameter 6-12 weeks after planting, number of leaves 6,7,8,10,11 weeks after
planting, total leaf area, green leaf, degree of infection, root volume and plant dry weight.
Mikorizha treatmen is significantly effect the degree of infection parameters. Interaction of
compositition planting media and mikorizha significantly effect on plant height at 6 weeks after
planting and degree infection.
Keywords: mikorizha, sludge, ultisol, palm oil

ABSTRAK

Pertumbuhan bibit di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman selama di pembibitan.
Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman di
pembibitan. Maka dari itu melalui pemberian mikoriza dan komposisi media tanam diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery. Penelitian dilaksakan di rumah
kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter dpl dari
bulan April sampai Juli 2014, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor
perlakuan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam (sludge + ultisol) dengan 4 taraf yaitu
(0% + 100%) (S0); (25% + 75%) (S1); (50% + 50%) (S2); (75% + 25%) (S3) dan faktor kedua yaitu
mikoriza dengan 3 taraf 0 (M0); 5 (M1); 10 g/bibit (M2). Parameter yang diamati adalah tinggi bibit,
diameter batang, jumlah daun, total luas daun, kehijauan daun, derajat infeksi, volume akar, bobot
kering bibit dan bobot kering akar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan komposisi
media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit 6-12 MST, diameter batang 6-12
MST, jumlah daun 6,7,8,10 dan 11 MST, total luas daun, kehijaun daun, derajat infeksi, volume
akar, serta bobot kering bibit. Perlakuan mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter derajat
infeksi. Interaksi komposisi media tanam dengan Mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit
pada 6 MST dan derajat infeksi.
Kata Kunci: mikoriza, sludge, ultisol, kelapa sawit.
1
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan tanaman Pertumbuhan bibit di lapangan sangat


perkebunan yang cukup penting di Indonesia ditentukan oleh pertumbuhan tanaman selama
dan masih memiliki prospek pengembangan di pembibitan. Media tanam merupakan salah
yang cerah. Komoditas kelapa sawit baik satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
berupa bahan mentah maupun hasil olahan tanaman di pembibitan. Erwiyono (2005),
merupakan penyumbang devisa non-migas mengemukakan bahwa media tanam di
terbesar bagi negara. Minyak nabati pembibitan umumnya menggunakan tanah
merupakan produk utama yang dapat lapisan atas (top soil) dengan pertimbangan
dihasilkan dari kelapa sawit. Minyak nabati lapisan tanah tersebut biasanya subur dan
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa gembur. Namun pada kenyataannya
sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau ketersedian tanah top soil yang semakin sulit
Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan didapat maka digunakan pengganti media
minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) tanam sub soil. Pada umumnya tanah sub soil
yang tidak berwarna atau jernih. CPO dan mempunyai nilai kesuburan yang lebih rendah
PKO banyak digunakan sebagai bahan dibandingkan dengan tanah top soil dalam
industri pangan seperti minyak goreng dan kandungan bahan organik dan unsur hara
margarin, industri sabun, industri kosmetik sehingga perlu adanya penambahan unsur
dan sebagai bahan bakar alternatif. Disamping hara dan bahan organik.
itu limbah kelapa sawit dapat pula Untuk memperbaiki sifat fisik dan
dimanfaatkan sebagi pupuk organik dan meningkatkan kandungan unsur hara pada
makanan ternak (Senardi, 2003). tanah sub soil dapat dilakukan penambahan
Menurut Direktorat Jenderal bahan melalui limbah pabrik kelapa sawit
Perkebunan (2013), luas areal perkebunan (sludge). Aplikasi sludge dapat memperbaiki
kelapa sawit Indonesia pada tahun 2011 sifat kimia tanah seperti pH, C organik, Total
adalah sebesar 8.992.824 ha dan semakin N, total dan ketersediaan P, Ca, Mg, bahan
bertambah pada tahun 2012 yaitu sebesar organik dan peningkatan K (Tajudin, 1991).
9.074.621 ha. Produksi kelapa sawit Peningkatan ketersediaan unsur hara
Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar mineral bagi tanaman baik hara makro atau
23.096.541 ton dengan produktivitas 3.526 hara mikro dapat diupayakan melalui
kg/ha dan mengalami kenaikan yang tidak inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskural (FMA)
terlalu signifikan pada tahun 2012 yaitu (Kartika, 2007).
produksi sebesar 23.521.071 ton dan Secara umum dalam simbiosisnya
produktivitas 3.571 kg/ha untuk memenuhi dengan tanaman, FMA membentuk hifa
permintaan dunia yang semakin meningkat. eksternal yang dapat meningkatkan jangkauan
Untuk mendorong pengembangan tanaman untuk menyerap hara terutama P,
produksi kelapa sawit yang baik maka perlu yaitu melalui perbaikan sistem perakaran
adaya pembibitan yang baik pula. Langkah tanaman kelapa sawit. Peranan FMA pada
yang harus ditempuh adalah upaya tanah masam sangat tinggi karena
pengembangan seluruh potensi yang tersedia ketersediaan unsur P merupakan salah satu
antara lain pemanfaatan bibit berkualitas, pembatas bagi pertumbuhan tanaman di tanah
peningkatan sumber daya petani perkebunan, masam (Widiastuti, dkk, 2003).
melakukan pembinaan tentang kemurnian dan
mutu benih. Pembibitan kelapa sawit BAHAN DAN METODE
merupakan hal yang penting untuk
menghasilkan produksi kelapa sawit yang Penelitian dilaksanakan di rumah kasa
produksinya dalam jangka panjang. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Pertumbuhan awal bibit akan menentukan Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter
keberhasilan tanaman (BBPPTP, 2013). di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan
pada bulan April sampai Juli 2014. Bahan
2
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan media tanam sludge 25% +
benih kecambah kelap sawit Tenera (DxP) ultisol 75% (S1) menghasilkan rataan bibit
Simalungaun PPKS Medan, Sludge limbah tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan S0
pabrik kelapa sawit dan sub soil ultisol, Fungi dan S2 namun berbeda nyata dengan
Mikoriza Arbuskular (FMA), Polibag ukuran penggunaan perbandingan media tanam
1 kg (15 cm x 20 cm), Pelepah sawit, paranet sludge 75% + ultisol 25% (S3) dengan rataan
dan bambu. Alat-alat yang digunakan dalam terendah. Dapat Tabel 1.
penelitian ini adalah cangkul, meteran,
ayakan, timbangan elektronik, gembor atau
spayer, kertas label, jangka sorong digital,
form data, kalkulator, alat tulis untuk serta
alat lainnya yang mendukung penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor
perlakuan. Faktor I: Sludge (S) terdiri dari 4
taraf yaitu: S0 (Sludge 0% + Ultisol 100%), S1
(Sludge 25% + Ultisol 75%), S2 (Sludge 50%
+ Ultisol 50%, S3 (Sludge 75% + Ultisol 25%.
Faktor II: FMA (M) terdiri dari 3 taraf yaitu:
M0 = 0 g/bibit, M1 = 5 g/bibit, M2 = 10
g/bibit.
Pelaksanaan penelitian meliputi
persiapan areal pembibitan, persiapan media
tanam, penyediaan bahan tanam, pemberian
FMA, penanaman kecambah kelapa sawit,
pemeliharaan yang meliputi penyiraman,
penyulaman, pemupukan, pengendalian gulma,
pengendalian gejala serangan hama dan
penyakit, pengendalian hama dan penyakit.
Parameter yang diamati adalah tinggi bibit
(cm), diameter batang (mm), jumlah daun
(helai), total luas daun (cm2), kehijauan daun
(unit/0,71 cm2), derajat infeksi (%), volume
akar (ml), berat kering tajuk (g), berat kering
akar (g).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Bibit (cm)

Berdasarkan data pengamatan dan


hasil sidik ragam diketahui bahwa
penggunaan perbandingan media tanam
sludge dan sub soil ultisol berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit pada 6-12 MST, aplikasi
FMA berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
bibit. Sedangkan interaksi antara penggunaan
perbandingan media tanam sludge dan sub
soil ultisol dengan FMA berpengaruh nyata
pada 6 MST. Dari data pengamatan 6 MST –
9 MST (Tabel 1), dapat diketahui penggunaan
3
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

Tabel 1. Rataan tinggi bibit kelapa sawit 6-14 MST (cm)

Minggu Sludge + Ultisol


Mikoriza Rataan
ke- S0 S1 S2 S3
6 MST M0 (0 g) 10,93 ab 10,65ab 10,15ab 5,64 c 9,34
M1 (5 g) 9,91 b 9,74 b 9,90 b 6,56 c 9,03
M2 (10 g) 9,78 b 11,32 a 9,72 b 7,41 c 9,56
Rataan 10,21 10,57 9,92 6,54 9,31
7 MST M0 (0 g) 13,40 13,04 12,40 7,54 11,60
M1 (5 g) 12,67 12,63 12,48 8,31 11,52
M2 (10 g) 12,39 13,85 11,93 9,48 11,91
Rataan 12,82 a 13,18 a 12,27 b 8,44 c 11,68
8 MST M0 (0 g) 16,72 16,87 14,94 10,28 14,70
M1 (5 g) 16,36 15,96 16,27 10,50 14,77
M2 (10 g) 15,70 17,15 15,61 11,89 15,09
Rataan 16,26 a 16,66 a 15,61 b 10,89 c 14,85
9 MST M0 (0 g) 19,79 19,49 18,27 12,78 17,58
M1 (5 g) 19,66 18,85 19,28 13,00 17,70
M2 (10 g) 19,17 20,61 18,89 14,40 18,27
Rataan 19,54 a 19,65 a 18,81 a 13,39 b 17,85
10 MST M0 (0 g) 21,90 21,30 19,56 15,37 19,53
M1 (5 g) 22,16 20,39 20,68 15,52 19,69
M2 (10 g) 21,88 22,21 20,51 16,25 20,21
Rataan 21,98 a 21,30 a 20,25 b 15,71 c 19,81
11 MST M0 (0 g) 22,55 22,37 21,99 16,96 20,97
M1 (5 g) 23,10 21,78 21,52 17,75 21,04
M2 (10 g) 22,94 23,04 21,60 17,80 21,35
Rataan 22,86 a 22,40 a 21,70 a 17,51 b 21,12
12 MST M0 (0 g) 23,96 24,37 24,22 18,00 22,64
M1 (5 g) 23,80 22,90 23,35 19,37 22,35
M2 (10 g) 23,59 24,68 23,12 19,81 22,80
Rataan 23,78 a 23,98 a 23,56 a 19,06 b 22,60
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf
α=5%

Derajat Infeksi (%)

Berdasarkan data pengamatan dan


hasil sidik ragam diketahui bahwa
penggunaan perbandingan media tanam
sludge dan sub soil ultisol berpengaruh nyata
terhadap derajat infeksi akar, aplikasi FMA
berpengaruh nyata terhadap derajat infeksi
akar dan interaksi antara penggunaan
perbandingan media tanam sludge dan sub
soil ultisol dengan FMA berpengaruh nyata
terhadap derajat infeksi akar.

4
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

Tabel 2. Rataan derajat infeksi bibit kelapa sawit (%)

Sludge Ultisol
Mikoriza S0(0:100) S1(25:75) S2(50:50) S3(75:25) Rataan
M0 (0 g) 3,33 e 3,33 e 6,67 e 10,00 e 5,83
M1 (5 g) 65,00 ab 51,67 d 55,00 cd 51,67 d 55,83
M2 (10 g) 70,00 a 60,00 bc 58,33 bc 56,67 cd 61,25
Rataan 46,11 38,33 40,00 39,44 40,97
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf
α=5%.

Berat Kering Tajuk (g)

Berdasarkan data pengamatan dan dapat diketahui penggunaan perbandingan


hasil sidik ragam diketahui bahwa media tanam sludge 25% + ultisol 75% (S1)
penggunaan perbandingan media tanam menghasilkan rataan berat kering tajuk (0,59
sludge dan sub soil ultisol berpengaruh nyata g) yang berbeda tidak nyata dengan S2 dan S0
terhadap bobot kering tajuk, aplikasi FMA namun berbeda nyata dengan penggunaan
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot perbandingan media tanam sludge 75% +
kering tajuk dan interaksi antara penggunaan ultisol 25% (S3) dengan rataan (0,41 g).
perbandingan media tanam sludge dan sub Namun pada perlakuan aplikasi FMA
soil ultisol dengan FMA berpengaruh tidak berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering
nyata pada bobot kering tajuk. Dari data tajuk.
pengamatan akhir penelitian yaitu pada 12
MST (Tabel 3)

Tabel 3. Rataan bobot kering tajuk bibit kelapa sawit (g)

Sludge+ Ultisol
Mikoriza S0(100:0) S1(25:75) S2(50:50) S3(75:25) Rataan
M0 (0 g) 0,61 0,56 0,58 0,38 0,53
M1 (5 g) 0,50 0,57 0,58 0,42 0,52
M2 (10 g) 0,54 0,65 0,60 0,43 0,56
Rataan 0,55 a 0,59 a 0,59 a 0,41 b 0,54
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%

Berat Kering Akar (g)

Berdasarkan data pengamatan dan soil ultisol dengan FMA berpengaruh tidak
hasil sidik ragam diketahui bahwa nyata pada bobot kering akar. Rataan bobot
penggunaan perbandingan media tanam kering akar kelapa sawit pada perlakuan
sludge dan sub soil ultisol berpengaruh tidak penggunaan perbandingan media tanam
nyata terhadap bobot kering akar, aplikasi sludge dengan sub soil ultisol dan FMA dapat
FMA berpengaruh tidak nyata terhadap bobot dilihat pada Tabel 4.
kering akar dan interaksi antara penggunaan
perbandingan media tanam sludge dan sub

5
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

Tabel 4. Rataan Berat kering akar bibit kelapa sawit (g)

Sludge+ Ultisol
Mikoriza S0(100:0) S1(75:25) S2(50:50) S3(25:75) Rataan
M0 (0 g) 0,15 0,15 0,14 0,13 0,14
M1 (5 g) 0,17 0,15 0,14 0,12 0,14
M2 (10 g) 0,18 0,18 0,15 0,11 0,15
Rataan 0,17 0,16 0,14 0,12 0,15

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik sludge dapat dipakai sebagai pengganti
ragam diketahui bahwa komposisi media pupuk, apabila digunakan dalam volume
tanam berpengaruh nyata terhadap parameter besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan
tinggi bibit 6-12 MST, derajat infeksi akar, menurut dosis pemupukan.
serta bobot kering bibit. Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 2
Pada parameter tinggi bibit (Tabel 1) dari sidik ragam diketahui bahwa pemberian
perlakuan komposisi media tanam FMA berpengaruh nyata terhadap parameter
berpengaruh nyata pada 6-12 MST. Pada derajat infeksi akar. Tabel 6 menunjukkan
pengamatan tinggi tanaman terakhir (12 bahwa perlakuan M2 (10 g/ bibit)
MST) diperoleh tinggi tanaman tertinggi pada menghasilkan derajat infeksi tertinggi yakni
perlakuan S1 (sludge 25% + ultisol 75%) 61,25% dan terendah pada M0 (kontrol)
yakni 23,98 cm yang berbeda tidak nyata sebesar 5,83 %. Hal ini menunjukkan FMA
dengan S0 dan S2 namun berbeda nyata yang diberikan pada bibit dapat dengan baik
dengan perlakuan S3 (sludge 75% + ultisol bersimbiosis dengan akar tanaman dengan
25%) dengan rataan terendah 19,06 cm. Ini cara menginfeksi akar tanaman untuk
disebabkan oleh peranan unsur hara dan mempermudah penyerapan unsur hara bagi
bahan organik yang terkandung didalam tanaman. Sesuai dengan pernyataan
sludge, dimana unsur hara dan bahan organik Widiastuti dkk (2003) secara umum dalam
berperan meningkatkan kesuburan tanah dan simbiosisnya dengan tanaman, FMA
meningkatkan pH, serta perbaikan struktur membentuk hifa eksternal yang dapat
tanah. Tajudin (1991) menyatakan bahwa meningkatkan jangkauan tanaman untuk
aplikasi sludge pada tanah sub soil dapat menyerap hara melalui sistem perakaran
memperbaiki sifat kimia tanah seperti pH, C tanaman kelapa sawit. Iskandar (2002)
organik, total N, ketersediaan P, Ca, Mg serta menyatakan prinsip kerja dari mikoriza ini
K serta dapat memperbaiki struktur tanah. adalah menginfeksi sistem perakaran dari
Namun semakin tinggi bahan sludge yang tanaman inang, memproduksi jalinan hifa
diberikan pada campuran media tanam akan secara intensif sehingga tanaman yang
semakin menghambat pertumbuhan dari bibit mengandung mikoriza tersebut akan mampu
kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena meningkatkan kapasitas dalam penyerapan
rendahnya pH pada sludge, sehingga semakin unsur hara.
banyak sludge yang diberikan menjadi Pada parameter derajat infeksi (Tabel 2)
penghambat pertumbuhan bibit yang tidak perlakuan komposisi media tanam sludge dan
sesuai dengan dosis anjuran. Dengan tekstur ultisol berpengaruh nyata. Pada pengamatan
75% sludge dengan pH 3,55. Sianturi (2001) diperoleh derajat infeksi tertinggi pada
menyatakan kemasaman tanah idealnya pH perlakuan S0 (sludge 0% + ultisol 100%)
4,0-6,0. Yang baik adalah pH 5,5 namun yakni 46,11% yang berbeda nyata dengan
boleh juga digunakan pH 6,5-7. Lubis (2007) perlakuan S2, S3 serta S1 (sludge 25% + ultisol
menyatakan sifat fisik tanah yang baik untuk 75%) dengan rataan terendah 38,33%. Namun
kelapa sawit dengan tekstur ringan, dikendaki perlakuan S2 berbeda tidak nyata dengan S3
memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 20- dan S1. Dapat dilihat bahwa dengan
50%. Lubis dan Tobing (1989) menyatakan pemberian sludge pada media tanam dapat
6
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

menurunkan derajat infeksi, diduga pH pada dilakukan di rumah kaca KP4UGM dengan
sludge tidak sesuai dengan pertumbuhan menggunakan inokulum Glomus fasciculatus
mikoriza sehingga menjadi penghambat ternyata peranan FMA dalam menangkal
pertumbuhan mikoriza itu sendiri. Parmer peracunan oleh Al dan konsentrasi H+ yang
(2006) efektivitas mikoriza dipengaruhi oleh tinggi dapat dikatakan sama dengan peranan
faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor pengapuran 8,5 ton/ha. Widiastuti, dkk (2003)
abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar air, menyatakan bahwa secara umum dalam
temperatur, pengolahan tanah dan simbiosisnya dengan tanaman, FMA
pupuk/pestisida). Seperti pada Lampiran 5 membentuk hifa eksternal yang dapat
hasil analisis sludge menunjukkan pH sludge meningkatkan jangkauan tanaman untuk
3,55. menyerap hara terutama P, baik melalui
Berdasarkan hasil pengamatan dan perbaikan sistem perakaran tanaman sawit.
sidik ragam diketahui bahwa interaksi Peranan FMA pada tanah masam sangat
pemberian mikoriza dan komposisi media tinggi karena ketersediaan unsur P merupakan
tanam pada pembibitan kelapa sawit di pre salah satu pembatas bagi pertumbuhan
nursery berpengaruh nyata pada parameter tanaman di tanah masam. Suhardi (2007)
tinggi tanaman 6 MST serta parameter derajat menyatakan unsur P (fosfor) adalah salah satu
infeksi. unsur pembatas pertumbuhan tanaman yang
Interaksi antara mikoriza dengan ditanam di tanah ultisol. Pada umumnya
media tanam menunjukkan bahwa adanya ketersediaan P pada tanah ini sangat rendah.
sinergi antara keduanya dalam meningkatkan Unsur P berguna untuk merangsang
derajat infeksi. Berdasarkan Tabel 2 pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan
menunjukkan bahwa perlakuan S0M2 dengan tanaman muda.
(Sludge 0% + Ultisol 100%) dengan mikoriza Interaksi perlakuan terendah diperoleh
10 g/bibit dengan derajat infeksi tertinggi pada perlakuan tanpa FMA yakni S0M0,
yaitu 70% sedangkan perlakuan terendah S1M0, S2M0 serta S3M0 yang berbeda tidak
S1M0 (Sludge 25% + Ultisol 75%) dengan 0 nyata satu sama lain. Hal ini dikarenakan
g/bibit yaitu 3,33%. Hal ini diduga karena tidak adanya aplikasi FMA yang diberikan
mikoriza yang diberikan dengan dosis 10 pada media tanam dan jelas menurunkan
g/bibit pada media ultisol 100% tanpa derajat infeksi itu sendiri. Namun berdasarkan
menggunakan campuran media sludge Tabel 6 pada perlakuan terendah dengan tidak
berkembang dengan baik, yang berbeda tidak adanya aplikasi FMA dilihat ada derajat
nyata dengan perlakuan S0M1 namun berbeda infeksi walau jumlah yang sangat kecil, hal
nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini ini disebabkan pada tanah ultisol terdapat
membuktikan bahwa media tanah ultisol FMA indegenus yang menginfeksi akar
sesuai dengan syarat tumbuh mikoriza, tanaman.
dimana unsure P (fosfor) pada tanah ultisol Pada parameter bobot kering tajuk
yang sedikit terikat menjadi lebih tersedia (Tabel 3) perlakuan komposisi media tanam
akibat keberadaan mikoriza. Aktivitas FMA sludge dengan sub soil ultisol berpengaruh
pada tanah ultisol cenderung lebih baik nyata. Pada pengamatan diperoleh bobot
disebabkan FMA tersebut lebih aktif. FMA kering tajuk tertinggi pada perlakuan S1
yang diinokulasikan lebih mudah beradaptasi (sludge 25% + ultisol 75%) yakni 0,59 g yang
pada tanah ultisol dan kurang sesuai pada berbeda tidak nyata dengan S2 dan S0 namun
media tanam yang mengandung sludge berbeda nyata dengan perlakuan S3 (sludge
dengan dosis tinggi, dimana pH sludge yang 75% + ultisol 25%) dengan rataan terendah
diaplikasikan 3,55. Santosa (1989) 0,41 g. Pengaruh nyata pada parameter ini
menyatakan pengaruh inoklasi FMA terhadap disebabkan kandungan bahan organik dan
sifat kimia tanah dapat dilihat dari peran FMA unsur hara baik yang terdapat pada media
terhadap tanaman yang tumbuh pada tanah sludge yang ditambahkan sebagai media
bermasalah dengan kandungan Al tinggi dan tanam, dikarenakan sludge dapat dipakai
kemasaman rendah. Pada penelitian yang sebagai pengganti pupuk, namun dianjurkan
7
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

harus sesuai dengan dosis kebutuhan Sawit (TKKS) di Pre Nursery.


tanaman. Jika tidak sesuai dengan kebutuhan Universitas Sumatera Utara.
tanaman dapat menjadi penghambat Badan Penelitian dan Pengembangan
pertumbuhan tanaman. Tajuddin (1991) Pertanian. 2008. Teknologi
sludge dapat digunakan sebagai bahan pupuk BudidayaKelapa Sawit. BPPT,
dilihat dari tingginya kandungan nutrisinya. Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
tipe material limbah kelapa sawit merupakan Perkebunan. 2013. Teknis Pembibitan
sumber nutrisi yang baik. Dapat Kelapa Sawit. BBPPTP, Medan.
meningkatkan kandungan unsur hara pada Buckman, H. O., dan N. C. Brady. 1982. Ilmu
tanah sub soil dan memperbaiki sifat kimia Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta.
tanah seperti pH, C Organik, Total N, total Darmosarkoro, W., Akiyat, Sugiyono, E. S.,
dan ketersedian P , Ca, Mg dan K. Unsur Sutarta. 2008. Pembibitan Kelapa
hara yang terdapat pada media tanam sludge Sawit. PPKS RISPA, Medan.
berupa C organik, N, P, K, Ca dan Mg yang Direktorat Jendral Perkebunan. 2013.
merupakan unsur untuk pertumbuhan Produksi, Produktivitas dan Luas
tanaman. Seperti pada Lampiran 5 hasil Lahan Kelepa Sawit, Jakarta.
analisi sludge menunjukkan kandungan unsur Erwinyono, R. 2005. Alasan Media Tanam
hara pada sludge C organik = 3,15%, N = Tanah di Pembibitan Perlu Dicampur
0,31%, P2O5 = 0,18%, K2O = 0,47%. Pasir dan Pupuk Kandang. Warta
Pusat Penelitian Tanaman Perkebunan
SIMPULAN Indonesia. 21 (3) : 129-135.
Hadi. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit.
Pemberian FMA pada pembibitan kelapa Adicita, Yogyakarta.
sawit di pre nursery berpengaruh nyata Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.
terhadap parameter derajat infeksi akar, Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
menunjukkan bahwa perlakuan M2 (10 g/ Hidayat, T. C., G. Simangunsong., Eka, L.,
bibit) menghasilkan derajat infeksi tertinggi. dan Iman Y. H. 2007. Pemanfaatan
Komposisi media tanam (sludge + ultisol) Berbagai Limbah Pertanian Untuk
pada pembibitan kelapa sawit di pre nursery Pembenahan Media Tanam Bibit
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi Kelapa Sawit, Jurmal Penelitian
bibit 6-12 MST, derajat infeksi akar, serta Kelapa Sawit Vol. 15 (2) PPKS,
bobot kering tajuk. Interaksi pemberian FMA Medan.
dan komposisi media tanam pada pembibitan Hutagalung, R. I. Dan Jalaludin. 1981. Feeds
kelapa sawit di pre nursery berpengaruh nyata for Farm Animals from the Oil Palm.
pada parameter tinggi tanaman 6 MST serta International Conference the Oil Palm
parameter derajat infeksi, S0M2 (Sludge 0% + in Agriculture in the Eighties.
Ultisol 100%) dengan mikoriza 10 g/bibit Iskandar, D. 2002. Pupuk Hayati Mikoriza
dengan derajat infeksi tertinggi. Untuk Pertumbuhan dan Adapsi
Tanaman di Lahan Marginal. PPKS
DAFTAR PUSTAKA RISPA, Medan.
Kartasapoetra, A. G. 1989. Kereusakan Tanah
Abbott, L. K. Dan A. D. Robson. 1982. The Pertanian dan Usaha Untuk
Role of VA Mycorrhizae Fungi in Merehabilitasinya. Bina Aksara,
Agriculture and the Selection of Fungi Jakarta.
for Inoculation. Aust. J. Agric. Res. 33 Karti, P. D. M. H. 2003. Respon
: 389-395. Morfofisiologi Rumput Toleran dan
Amin. 2007. Respon Pertumbuhan Bibit Peka Aluminium Terhadap
Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Mikroorganisme dan Pembenah tanah.
Mikoriza Vesikular Arbuskular Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
(MVA) dan tandan Kososng Kelapa
8
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

Kartika, E. 2007. Pengujian Efektivitas Fungi Terjemahan Diah. R. Lukman dan


Mikoriza Arbuskulab Terhadap Bibit Sumaryono. ITB Press. Bandung.
Kelapa Sawit Pada Media Tanah PMK Srbuskular. Laboratorium Biologi Tanah.
Bekas Hutan dan Bekas Kebun Karet. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Sastrosayono. 2004. Budidaya Kelapa Sawit.
15(3):151-168. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Koedadiri, A. D., W. Darmosarkoro., dan E. Schulzt, Subroto, P. L. G. Vek. 2005. Peranan
S. Sutarta. 1999. Potensi dan Mikoriza Vesikular Arbuskular
Pengelolaan Tanah Ultisol pada Terhadap Planlet Dalam Penyesuaian
Beberapa Wilayah Perkebunan Kelapa Diri Dari Lingkungan Luar. IPB.
Sawit di Indonesia. PPKS RISPA, Bogor.
Medan. Senardi, 2003. Industri Kelapa Sawit.
Lim, C. H., P’ng. T. C. dan Chan, K. W. Agromedia Pustaka. Jakarta.
1991. Nutrient Recyling trough Sianturi, H. S. D. 2001. Budidaya Kelapa
Utilization of Palm Oil Mill Effluent. sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Proceedings PORIM International Sumatera Utara, Medan.
Palm Oil Confrence, Kuala Lumpur. Steenis, C. G. G. J. 1978. Flora, Untuk
Lubis, A. U. 2007. Kelapa Sawit (Elaeis Sekolah di Indonesia. Pradnya
guineensis Jacq.) Di Indonesia. Edisi Paramitha, Jakarta.
2. PPKS RISPA, Medan. Stell, R. G. D. Dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip
Lubis, B. dan P. L. Tobing. 1989. Potensi dan Prosedur Statistika Penterjemah
Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka
Sawit. Bul. Perkebunan. BPP Medan. Umum, Jakarta.
Mahida, U. M. 1984. Pencemaran Air dan Suhardi. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk
Pemanfaatan Limbah Industri. Posfat dan Asam Humat Terhadap
Rajawali, Jakarta. Keragaman Pertumbuhan dan Hasil
Mangoensoekarjo, S., dan H. Semangun. Kedelai Pada Ultisol. Fakultas
2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Pertanian Universitas Bengkulu.
Sawit. Gadjah Mada University Press, Bengkulu.
Yogyakarta. Supriyanto, A. 2001. Aplikasi Wastewater
Parmer, D. 2006. Efektivitas Asam Humik Sludge Untuk Proses Pengomposan
dan Mikoriza Vesikular Arbuskular Serbuk Gergaji. http : // www.mail-
pada Pertumbuhan Bibi Kelapa Sawit archive.com/zoa-biotek@sinergy-
Secara Komersil. KKP3. Jakarta. forumnet. Februari 2013.
Rahmawati, N. 1999. Pemanfaatan Limbah Tajudin, M. M. 1991. Treated POME as
Pabrik Gas Asetelin dan Mikoriza Nutrient Source for Oil Palm.
Vesikular Arbuskular Untuk Proceedings PORIM International
Memperbaiki Sifat Kimia Tanah, Palm Oil Conference, Kuala Lumpur.
Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Tim Penulis PTPN III. 1997. Pemanfaatan
Pada Berbagai Kondisi Kelembaban Tandan Kosong di Pembibitan Kelapa
Tanah Ultisol. Program Pascasarjana Sawit, Medan.
Universitas Sumatera Utara. Medan. Widiastuti, H., E. Guhardja, N. Sukarno, L. K
Rao, N. S. Subha. 1998. Mikroorganisme Darusman, D. H Gunadi, dan S.
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Smith. 2003. Aktivitas Fosfatase dan
Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Produksi Asam Organik di Rhizosfer
Jakarta. Bibit Kelapa Sawit Bermikoriza,
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Menara Perkebunan 71 (2) : 64-74.
Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Winarna dan E. S. Sutarta. 2003.
Yogyakarta. Pertumbuhan danSerapan Hara Bibit
Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Kelapa Sawit Pada Medium Tanam
Fisiologi Tumbuhan. Edisi 4. Sub Soil Tanah Typic Paleudult, Typic
9
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 390 - 399 Desember 2015

Tropopsamment, dan Typic Hapludult.


Warta PPKS Vol. 11 (1). PPKS,
Medan.

10

You might also like