You are on page 1of 2

Kajian Dhuha

“Akhlak Mulia rasulullah SAW”

Nama : Tania Safitri

NPM : 2110070100131

Prodi : Pendidikan Dokter

Alkisah, Rasulullah SAW pernah ditanya, “Perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan
manusia ke dalam surga?” Beliau menjawab, “Bertakwa kepada Allah dan berbudi pekerti yang
baik” (HR Tirmidzi).

Hal ini berarti pentingnya akhlak mulia bagi seorang mukmin semata-mata demi mendatangkan
ridha dan cinta Allah SWT serta meraih cinta dari hamba Allah lainnya di alam fana ini.
Sebagaimana Allah mencintai orang-orang yang bertakwa dan menebarkan kebaikan dalam
kehidupan sehari-hari.

Diutusnya Rasulullah SAW ke muka bumi membawa risalah paling utama, yakni innama bu’its
tu li utamima makarimal akhlaq, yang intinya untuk perbaikan akhlak manusia. Oleh karena itu,
pengurus takmir masjid, khatib, mubaligh, dan dai sebagai pewaris ajaran Nabi Muhammad
SAW mengemban misi penting menerjemahkan akhlak sebagai perilaku sehari- hari
sebagaimana risalah kenabian. Peran itu sangat penting digembleng melalui masjid, pesantren,
dan perguruan Islam untuk melakukan gerakan perbaikan etika, akhlak, dan moral guna
menyelamatkan bangsa dari bahaya kehancuran.

Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru
disebut akhlak kalau memenuhi beberapa syarat. Pertama, perbuatan itu dilakukan secara
berulang-ulang. Bila dilakukan sesekali saja, tidak dapat disebut akhlak. Kedua, perbuatan itu
timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dulu sehingga benar-benar telah
menjadi suatu kebiasaan.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam sehingga setiap aspek dari ajaran
agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut
akhlakul karimah. Hal ini antara lain tercantum dalam hadis Rasulullah SAW, Sesungguhnya
saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR Ahmad, Baihaki, dan Malik). Pada
riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang
yang paling baik akhlaknya (HR Tirmizi).
Akhlak Nabi SAW disebut dengan akhlak Islam karena bersumber dari Alquran dan Alquran
datang dari Allah SWT. Karena itu, akhlak Islam berbeda dengan akhlak ciptaan manusia
(wad’iyah). Ayat Alquran paling sarat memuji Nabi Muhammad SAW adalah ayat berbunyi,
“Wa innaka la’ala khuluqin `azhim”, yang artinya sesungguhnya engkau (hai Muhammad)
memiliki akhlak yang sangat agung.
Kata khuluqberarti akhlak secara linguistik mempunyai akar kata yang sama dengan khalqyang
berarti ciptaan. Nabi Muhammad SAW adalah manusia sempurna dalam segala aspek, baik
lahiriah maupun batiniah.
Kesempurnaan lahiriah beliau sering kita dengar dari riwayat para sahabat yang melaporkan
tentang sifat-sifat beliau. Hindun bin Abi Halah, misalnya, mendeskripsikan sifat-sifat lahiriah
beliau bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia yang sangat anggun, yang
wajahnya bercahaya bagaikan bulan purnama pada saat sempurnanya. Badannya tinggi sedang.
Akhlak Nabi Muhammad SAW adalah cerminan Alquran. Bahkan, beliau sendiri adalah Alquran
hidup yang hadir di tengah-tengah umat manusia. Membaca dan menghayati akhlak beliau
berarti membaca dan menghayati isi kandungan Alquran. Itulah mengapa Siti Aisyah berkata
akhlak Nabi adalah Alquran.

You might also like