Professional Documents
Culture Documents
Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Nanoemulsi Gel Vitamin E (Alfa Tokoferol) Sebagai
Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Nanoemulsi Gel Vitamin E (Alfa Tokoferol) Sebagai
SKRIPSI
OLEH:
NITA TIRMIARA
NIM 131501125
SKRIPSI
2
Universitas Sumatera Utara
3
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Pujidan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Tokoferol) sebagai Skin Anti-Aging”.Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
Sumatera Utara.
yaitu dalam bentuk sediaan nanoemulsi gel. Penelitian ini bertujuan untuk
stabilitas sediaan selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar serta untuk
dan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar serta memiliki
aktivitas anti-aging yang lebih baik. Diharapkan sediaan nanoemulsi gel ini dapat
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si.,
Apt., dan BapakProf. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan skripsi ini berlangsung.
iv
Universitas Sumatera Utara
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Nazliniwaty,
M.Si., Apt. dan Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
M.S.,Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan serta Bapak dan Ibu
staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama
perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan
tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Alm. Drs. Musran, M.Kes.,
Apt., Ibunda Arina, S.Pd dan Abangda Dian Musara, S.Farm., Apt serta adik -
adikku Fakhri Temasmi, Baihaqi Bayakku, dan Ipak Sinantin yang tiada hentinya
bagi kesuksesan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Mifza
Nurul Anisha Hakim serta teman-teman STF stambuk 2013 yang selalu
penelitian.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
Nita Tirmiara
NIM 131501125
v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.
Nita Tirmiara
NIM 131501125
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN NANOEMULSI GEL
VITAMIN E (ALFA TOKOFEROL) SEBAGAI
SKIN ANTI-AGING
ABSTRAK
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION ANDEVALUATION OF VITAMIN E (ALFA
TOCOPHEROL) NANOEMULSION GEL AS
SKIN ANTI-AGING
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.3Anti-aging ........................................................................... 10
2.3Sukarelawan ......................................................................... 24
x
Universitas Sumatera Utara
3.6 Evaluasi Mutu terhadap Sediaan......................................... 30
xi
Universitas Sumatera Utara
4.2.8 Hasil Pengukuran Tegangan Permukaan .................. 46
LAMPIRAN. ........................................................................................... 71
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.6 Data pengukuran bobot jenis nanoemulsi gel dan emulsi gel .... 42
4.13 Data uji iritasi sediaan emulsi gel terhadap sukarelawan ........... 47
xiii
Universitas Sumatera Utara
4.16 Hasil pengukuran melanin pada kulit wajah .............................. 56
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel pada awal pembuatan ... 34
3.12 Hasil Pengukuran kadar air pada alat skin analyzer ................... 50
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
berlalunya waktu. Menjadi tua merupakan proses normal yang terjadi pada setiap
manusia, namun akan menjadi masalah apabila terjadi lebih cepat dari waktunya
mencegah atau memperlambat efek penuaan sehingga terlihat segar, lebih cantik,
dan awet muda. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini
mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi
untuk kulit antara lain melindungi tubuh dan kulit dari berbagai kerusakan yang
stabilitas termodinamik dan lebih menarik dalam hal penampilan fisik karena
penampilannya yang jernih dan transparan tidak seperti emulsi biasa. Selain itu
pada kulit juga dapat mengurangi penyebab penuaan dalam tubuh atau lebih
sediaan nanoemulsi ditemukan lebih efektif dari sediaan emulsi (Anisha, 2017).
tentang formulasi dan evaluasi sediaan nanoemulsi gel yang mengandung vitamin
dalam sediaan nanoemulsi gel dan stabil dalam penyimpanan pada suhu
kamar.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit sebelah luar. Lapisan epidermis terdiri
atas lima lapisan, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan
paling luar di permukaan kulit, stratum lusidum yang terdapat langsung di bawah
lapisan korneum, stratum granulosum terdiri atas sel-sel bergranula yang lama
kelamaan akan mati, kemudian terdorong ke atas menjadi bagian lapisan tanduk,
stratum spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar, dan stratum basale
membelah diri untuk membentuk sel-sel kulit baru, menggantikan sel-sel mati
pada lapisan korneum dan lapisan ini terdapat pigmen melanin. Pigmen inilah
yang menentukan warna kulit seseorang dan melindungi jaringan kulit dari bahaya
epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat (Achroni, 2012). Pada
lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk struktur
jaringan saraf dan sitem pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak.
Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit
longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar,
dengan inti terdesak dipinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel
ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi
karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis
Fungsi kulit adalah sebagai sawar utama antara tubuh dan lingkungan
hidup yang terdiri atas berbagai macam agen, baik fisik maupun kimia seperti
tekanan, tarikan, goresan, kelembaban, panas, dingin, zat kimia, jasad renik, dan
lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit. Radiasi solar
adalah agen fisik utama yang dapat membahayakan kulit kita. Kerusakan kulit
tersebut terjadi akibat adanya komponen sinar ultraviolet dari sinar matahari yang
Ada dua macam komponen sinar ultraviolet yang mencapai bumi, yaitu
UVA (320-400 nm) dan UVB (290-320 nm). UVB merupakan komponen yang
mempunyai daya rusak tinggi pada kulit, sedangkan UVA lebih condong dapat
merusak kulit dengan bantuan fotosinsitizer kimia baik alami maupun sintesis
Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh semua
makhluk hidup. Penuaan dapat terjadi pada semua bagian tubuh, mulai dari
pembuluh darah, organ tubuh serta kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Proses
penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya bisa terjadi saat umur kita
memasuki usia 20–30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 –
(Noormindhawati, 2013).
keringat kulit, yang lalu diikuti dengan kelembaban dan kekenyalan kulit menurun
kekenyalan kulit menurun. Biasanya bukan hanya garis tawa yang merupakan
tanda alami dari penuaan yang terlihat tetapi garis-garis lain seperti di sekitar
sudut mata, kerut antara hidung dan bibir bagian atas yang disebabkan serat elastis
menjadi kerut/keriput. Pada orang yang mengalami penuaan dini akan lebih
2011).
yang paling banyak terpapar sinar matahari sehingga kulit pada bagian ini mudah
menjadi kering, kasar dan mengkerut. Perubahan yang timbul akan bervariasi
pada setiap individu. Kulit yang terus menerus terpapar sinar matahari dan dalam
Penuaan kulit pada orang tua (bukan karena pemaparan sinar matahari)
adalah berbeda struktur internalnya dibandingkan dengan kulit yang terkena sinar
a. Perubahan internal
hidup, frekuensi dan durasi terkena sinar matahari, jenis sediaan perawatan kulit
wajah. Sedangkan pada intrinsic aging, yang mempengaruhi adalah faktor genetik
b. Perubahan eksternal
perubahan yang jelas pada permukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi:
1. Kulit Kering
Dengan bertambahnya usia, kulit akan menjadi lebih kering. Kulit kering
sebaseus pada seluruh permukaan kulit terutama wajah. Penurunan ini terjadi pada
Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kita
mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen
dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak (Bogadenta, 2012).
Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit kering
visual maupun dari dalam. Perubahan disebabkan oleh karena sebagian sel-sel
telah lambat bekerja. Kulit akan membentuk garis-garis yang halus, yang
kemudian akan menjadi lengkungan dan menyambung terus menerus dan pada
bertambahnya usia, pori-pori tumbuh lebih besar karena penumpukan sel kulit
pengelupasan kulit secara teratur. Namun jika sering terkena sinar matahari secara
berkurangnya fungsi kulit sebagai pelindung dari radiasi sinar matahari. Selain itu
kulit yang terkena sinar matahari akan mengalami proliferasi melanosit sehingga
menggelapnya warna kulit karena terjadi penumpukan melanin yang tidak teratur
dalam sel epidermis. Melanin dihasilkan oleh melanosit di lapisan bawah kulit dan
4. Keriput
elastin pada kulit, sehingga kulit terlihat mengendur dan kehilangan elastisitasnya.
penuaan kulit pada orang dewasa adalah hasil akumulasi sinar ultraviolet pada
saat masa remaja, sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang
akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan
(Darmawan, 2013).
Keriput dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah,
terutama pada bagian dahi, area di sekitar mata serta mulut, dapat juga timbul
pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki. Timbulnya keriput merupakan
hasil dari menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan oleh
dimensi dari dermis dan perubahan lain akibat faktor eksternal dan internal (Barel,
dkk., 2009).
2.3 Anti-aging
Anti-aging atau anti penuaan adalah bentuk sediaan atau produk yang
dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014). Dalam
hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya
penampilan tetapi juga dapat memperbaiki struktur dasar kulit yang rusak,
kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat
merusak jaringan kulit. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan
dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam
lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput.
Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-
antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi
salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
melawan radikal bebas. Vitamin E memiliki banyak manfaat untuk kulit antara
lain, melindungi tubuh dan kulit dari berbagai kerusakan yang disebabkan oleh
kulit dan mengurangi kondisi kulit yang kering (Salvador dan Chisvert, 2007).
2.5 Nanoemulsi
merupakan dispersi minyak air yang distabilkan oleh lapisan film dari surfaktan
yang lebih besar dan bebas energi. Nanoemulsi tidak menunjukkan masalah dalam
bervariasi seperti krim, gel cairan, spray, foam. Selain itu, nanoemulsi juga tidak
toksik, dan tidak mengiritasi, oleh karena itu dapat diaplikasikan dengan mudah
melalui kulit maupun membran mukosa (Shah, et al., 2010). Nanoemulsi juga
mensolubilisasikan zat aktif yang bersifat hidrofob, serta memiliki efisiensi dan
penetrasi yang cepat pada sebagian obat (Devarjan dan Ravichandran, 2011).
Jenis dan konsentrasi surfaktan dalam fase air dipilih untuk memberikan
stabilitas yang baik untuk mencegah koalesen. Surfaktan non ionik umumnya
ekor hidrokarbon sehingga penetrasi minyak pada bagian ekor menjadi lebih besar
tersebut diperoleh dari peralatan mekanik ataupun potensi kimiawi yang terdapat
dalam komponen (Solans, 2005). Menurut Gupta, et al., (2010), emulsi akan
terbentuk secara spontan pada penambahan minyak dan surfaktan ke dalam air
Sistem yang terbentuk secara spontan merupakan sistem yang stabil secara
termodinamika.
teknik khusus. Nanoemulsi ini dapat dibuat dengan teknis mekanikal yang
berbeda. Salah satu metode pembuatan nanoemulsi adalah teknik energi tinggi
ukuran globul yang kecil dengan adanya surfaktan atau campuran surfaktan
dapat berubah yang nantinya akan mempengaruhi ukuran globul nanoemulsi yang
sangat penting dalam stabilitas fisik sistem tersebut (Gupta, et al., 2010).
jika nanoemulsi yang dibuat memiliki viskositas yang tinggi. Ukuran droplet yang
adalah bahan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka fase dispersi
agar dapat terdispersi dalam medium dispersi, kurangnya surfaktan akan membuat
ukuran droplet menjadi lebih besar karena terjadinya koalesens (Gupta et al.,
2010).
a. High-shear stirring
Alat yang digunakan dalam high-shear stirring adalah alat yang memiliki
sistem rotor-stator, salah satunya adalah mixer. Penurunan ukuran droplet terjadi
yang akan dibuat sangat kental, efisiensi dari sistem high-shear stirring akan
menurun dan ukuran droplet emulsi yang dihasilkan dapat mencapai lebih dari
b. Emulsifikasi ultrasonik
nanoemulsi (kavitasi) akibat dari pelepasan sejumlah energi secara lokal (Gupta,
et al., 2010).
mempengaruhi besar ukuran droplet tergantung dari desain alat, viskositas, dan
d. Mikrofluidisasi
antar cairan yang tidak saling campur di dalam microchannels yang bertekanan
e. Emulsifikasi membran
Pada sistem ini, pembentukan droplet terjadi dengan cara ekstrusi atau
pendorongan keluar fase dispersi melalui pori atau microchannels pada membran.
Ukuran droplet yang terbentuk bergantung pada ukuran pori yang terdapat pada
emulsi yang terjadi karena adanya perubahan komposisi dan suhu (Koroleva dan
Yurtov, 2012).
dapat merubah afinitas air dan minyak berdasarkan suhu. Surfaktan nonionik
ethoxylated akan bersifat lipofob (larut dalam air) di suhu rendah karena adanya
hidrasi dari gugus polar, dan akan membentuk lapisan Monolayer dan
yang memicu terjadinya perubahan nilai HLB pada sistem pada suhu yang tetap.
Metode EIP juga sering disebut dengan metode phase inversion composition
(PIC) atau terkadang disebut dengan metode titrasi. Nanoemulsi O/W akan
terbentuk ketika jumlah air yang ditambahkan telah melebihi batas titik perubahan
c. Nanoemulsifikasi spontan
tidak boleh mengiritasi dan sensitif terhadap kulit khususnya. Minyak merupakan
kasus, penggunaan surfaktan saja tidak cukup mampu mengurangi tegangan antar
dapat menurunkan tegangan antar muka minyak dengan air, juga dapat
sehingga penetrasi minyak pada bagian ekor menjadi lebih besar (Gupta et al,
2010).
lipofil dan hidrofil surfaktan sehingga harga HLB berisi informasi keseimbangan
hidrofil-lipofil yang dihasilkan dari ukuran dan kekuatan gugus hidrofil dan
lipofil. Griffin telah mengemukakan skala ukuran HLB surfaktan. Dari skala
golongan surfaktan. Makin tinggi harga HLB suatu surfaktan maka akan bersifat
Emulsi gel merupakan salah satu sistem penghantaran bagi obat yang
bersifat hidrofobik. Dimana dalam sistem ini menggunakan kombinasi antara gel
dan emulsi. Gelling agent yang terdapat dalam system emulsi ini memungkinkan
pembentuk gel pada fase air mengubah emulsi sederhana menjadi emulgel.
Sistem minyak dalam air dalam emulgel digunakan untuk menjerat obat lipofilik
sedangkan obat hidrofilik dikemas pada sistem air dalam minyak (Haneefa, et al.,
2013).
yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu
diantaranya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Sistem dibuat
stabil dengan adanya suatu zat pengemulsi. Baik fase terdispers atau fase kontinu
bisa berkisar dalam konsistensi dari suatu cairan sampai suatu massa setengah
padat (semisolid). Diameter partikel dari fase terdispersi umumnya berkisar dari
0,1-10 μm, walaupun partikel sekecil 0,01 μm dan sebesar 100 μm bukan tidak
2.7.1 Vitamin E
Secara fisik vitamin E larut dalam lemak. Vitamin ini tidak dapat disintesa
oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan dan suplemen. Di alam
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan. Alfa tokoferol dapat berbentuk
padat pada suhu dingin. Golongan alfa tokoferol tidak stabil terhadap udara dan
cahaya (Ditjen POM, 2014). Gambar rumus bangun Vitamin E (alfa tokoferol)
Minyak zaitun adalah minyak lemak yang diperoleh dari buah masak Olea
europaea Linne (Familia Oleaceae). Berbentuk minyak kuning pucat atau kuning
kehijauan terang; bau dan rasa khas. Minyak zaitun memiliki bobot jenis antara
Tanaman zaitun berasal dari Timur Tengah dan banyak tumbuh di Asia.
Buah dan minyak hasil ektraksinya memiliki kegunaan sebagai obat dan makanan.
Secara luas tanaman zaitun banyak digunakan sebagai pelembut, laksatif, sedatif,
dan tonik. Minyak yang berasal dari buah zaitun dikenal dengan minyak zaitun.
Selain digunakan sebagai antikanker, minyak zaitun juga dapat digunakan sebagai
2.7.3 Tween 80
toksisitas rendah sehingga dapat digunakan untuk penggunaan oral dan parenteral.
Tween 80 berbentuk cairan berwarna kuning dan berbau khas lemah. Tween 80
memiliki bobot jenis 1,08g/cm3 dan nilai HLB 15. Tween 80 larut dalam etanol
dan air. Selain itu, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati. Dalam
pembasah, dan agen pensuspensi atau pendispersi. Dosis tween 80 yang dapat
Gambar 2.5.
berbau, putih atau hampir tidak berwarna, berbentuk krital hablur, serbuk
higroskopis. Sorbitol dengan empat bentuk kristal plimorf dan sebuah kristal
amorf diketahui terdapat sedikit perbedaan pada karakteristik fisik, misalnya titik
leleh. Sorbitol tersedia dalam berbagai macam tingkat dan bentuk polimorf seperti
granul, serpihan atau butiran yang lebih dapat mengurangi caking daripada bentuk
serbuk. Sorbitol mempunyai bau yang sedap, rasa menyegarkan dan rasa yang
manis serta memiliki lebih kurang 50-60% dari tingkat kemanisan sukrosa (Rowe,
et al., 2009). Gambar rumus bangun Sorbitol dapat dilihat pada Gambar 2.6.
ditunjukkan pada pH antara 4-8. Bahan ini secara luas digunakan sebagai bahan
larut dalam aseton, eter, dan minyak; mudah larut dalam etanol dan metanol;
sangat sedikit larut dalam air. Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum
terutama dalam kosmetika biasanya digunakan sebagai bahan pengawet. Bahan ini
Efektifitas pengawet ini pada rentang pH 4-8. Dalam sediaan topikal, konsentrasi
yang umum digunakan adalah 0,02-0,3%. Bahan ini larut dalam air panas 800C
(1:30), etanol 95%, eter (1:10), dan metanol (Rowe, et al., 2009).
Karbomer atau yang biasa disebut dengan karbopol merupakan salah satu
konsentrasi berkisar antara 0,5 – 2%. Bahan ini merupakan bahan yang
higroskopik, berwarna putih, bersifat asam (pH 2,7 – 3,5 dalam 0,5% b/v air, dan
pH 2,5 – 3 dalam 1% b/v dispersi air). Karbopol 940 merupakan grade yang
skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot
(noda), wrinkle (keriput), kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini.
mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter
yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi
lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal
dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer
menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo,
2012).
METODE PENELITIAN
formulasi sediaan nanoemulsi, nanoemulsi gel dan emulsi gel, evaluasi sediaan
permukaan, penentuan ukuran partikel, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan
3.1 Alat
skin analyzer (Aram), lumpang dan alu, dan alat-alat gelas laboratorium.
3.2 Bahan
zaitun, tween 80, sorbitol, metil paraben, propil paraben, karbopol 940, TEA, aqua
destilata, span 80, propilen glikol, Gliserin, CMC Na, dapar pH asam 4,01 (Hanna
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan anti-aging sediaan
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi saat pengujian
Tabel 3.1 Persentase komposisi bahan nanoemulsi pada penelitian Anisha (2017)
Formula I Formula II Formula III
Bahan
(gram) (gram) (gram)
Minyak Zaitun Ekstra Murni 5 5 5
Tween 80 24 25 26
Sorbitol 36 35 34
Metil Paraben 0,1 0,1 0,1
Propil paraben 0,02 0,02 0,02
Aquadest ad 100 100 100
Keterangan :
F1 : Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (24 %), konsentrasi Sorbitol (36%)
F2 : Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (25 %), konsentrasi Sorbitol (35%)
F3 : Nanoemulsi konsentrasi Tween 80 (26 %), konsentrasi Sorbitol (34%)
Tabel 3.2 Persentase komposisi bahan dalam nanoemulsi yang telah dimodifikasi
untuk mendapatkan formulasi yang tepat dalam membentuk sediaan yang stabil.
penggunaan surfaktan dan kosurfaktan yang tepat yaitu 36:24 dimana membentuk
spontan. Sistem emulsi terdiri fase minyak dan fase air. Teknik emulsifikasi
spontan dilakukan dengan menambahkan fase minyak ke dalam fase air melalui
penetesan (tetes demi tetes). Pada saat penetesan, fase air diaduk dengan
basis gel yang transparan. Kemudian ditetesi sedikit demi sedikit TEA untuk
menetralkan basis gel, juga untuk meningkatkan kekentalan dari gel itu sendiri.
dilakukan pembuatan sediaan dengan perbandingan basis gel dan nanoemulsi 1:1,
1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Kemudian di dapat perbandingan yang paling sesuai dari
tampilan fisik dan kekentalannya yaitu pada perbandingan 1:4 yaitu masih
dalam sorbitol.
3. Fase air : dimasukkan metil paraben dan propil paraben dalam aqua
kedalam larutan metil paraben dan propil paraben. Fase air diaduk secara
yang kental berwarna putih dan selanjutnya fase air diaduk dengan
rpm selama ±8 jam pada suhu kamar hingga homogen dan terbentuk
selama 60 menit.
anti-aging terhadap sediaan nanoemulsi gel. Pembuatan emulsi gel, emulsi dan
dihomogenkan di dalam lumpang. Dalam hal ini, emulsi yang dibuat memiliki
komposisi yang berbeda dari komposisi nanoemulsi dan cara pembuatannya juga
fase minyak dan fase air memiliki suhu yang cukup tinggi yaitu 600C.
dengan perbandingan sama banyak 1:1 (Preeti dan Gnanaranjan, 2013). Prosedur
dalam lumpang dalam suhu ruang dan terbentuk masssa gel (massa 1)
3. Fase air: dicampurkan metil paraben, propil paraben, propilen glikol, yang
dimasukkan Tween 80 yang telah ditimbang kedalam fase air dan diaduk
lumpang sambil digerus cepat hingga terbentuk massa emulsi yang kental
(massa 2)
terhadap warna, bau, bentuk, dan pemisahan fase selama 12 minggu dengan
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam pH (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH terebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu
Penentuan bobot jenis sediaan dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat
Piknometer pada suhu kamar. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang (A
g). Kemudian diisi dengan air sampai penuh dan ditimbang (A1 g). Air
diisikan dalam piknometer sampai penuh dan ditimbang (A2 g). Bobot jenis diukur
Bobot jenis =
dalam beaker glass 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai. Pengukuran ini
Brookfield DV-E. Penentuan viskositas sediaan dilakukan pada suhu kamar pada
(Lachman, 1994).
dengan cara memanaskan cincin tersebut pada nyala api bunsen selama 10 – 15
detik. Gantung cincin tersebut pada pengait kemudian set posisi jarum pada nol.
sampel. Angka yang ditunjukkan saat cincin lepas dicatat sebagai nilai tegangan
Analyzer pada suhu kamar. Penentuan partikel dari masing masing formula
nanoemulsi gel dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada awal setelah pembuatan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan nanoemulsi gel yang stabil dengan
ukuran partikel yang paling kecil dan sediaan emulsi gel dengan maksud untuk
mengetahui bahwa sediaan yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau
tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera
timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit dan iritasi
sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan dan
uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di
tempat lain, misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga.
Setelah dibiarkan selama 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan,
penelitian ini dilakukan dengan mengoleskan sediaan nanoemulsi gel dan emulsi
gel pada bagian belakang daun telinga sebelah kanan dan sebelah kiri.
orang yaitu: 6 sukarelawan untuk nanoemulsi gel (pemakaian pada wajah bagian
Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah
ditandai yang meliputi kadar air (moisture), pori (pore), noda (melanin) dan
sebanyak 2 kali yaitu pagi dan malam selama 30 menit setiap hari. Perubahan
Product and Service Solution) 21. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
36 : 24. Nanoemulsi gel vitamin E dengan variasi konsentrasi 1%, 3%, dan 5%
menghasilkan sediaan yang berwarna kuning transparan dan berbau khas, dapat
dilihat pada Gambar 4.1. Formulasi sediaan nanoemulsi gel ini terdiri dari
Vitamin E, minyak zaitun, Tween 80, sorbitol, metil paraben, propil paraben,
karbopol 940, TEA, dan akuades. Vitamin E pada formulasi ini digunakan sebagai
bahan anti-aging. Minyak zaitun digunakan sebagai fase minyak dan pelarut
kosurfaktan pada sediaan nanoemulsi gel. Pada penelitian ini dihasilkan sediaan
emulsi gel yang berwarna putih dan berbau khas, dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Pada formulasi ini fase minyak terdiri dari vitamin E, minyak zaitun, dan Span 80,
sedangkan fase air terdiri dari metil paraben, propil paraben, propilen glikol,
Tween 80, gliserin, dan fase gel terdiri dari karbopol 940, TEA dan akuades.
Vitamin E dalam formulasi ini berfungsi sebagai bahan anti-aging, Minyak zaitun
sebagai pelarut vitamin E, Karbopol 940 sebagai basis gel, CMC Na sebagai
F1 F2 F3 F4
Nanoemulsi gel Nanoemulsi gel Nanoemulsi gel Emulsi gel
vitamin E 1 % vitamin E 3 % vitamin E 5 % vitamin E 5 %
Gambar 4.1 Sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel pada awal pembuatan
F1 F2 F3 F4
Nanoemulsi gel Nanoemulsi gel Nanoemulsi gel Emulsi gel
vitamin E 1 % vitamin E 3 % vitamin E 5 % vitamin E 5 %
Gambar 4.2 Sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel setelah 12 minggu
penyimpanan
nanoemulsi gel dan emulsi gel disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan
warna, bau, bentuk, pembentukan creaming dan pemisahan fase. Hasil evaluasi
stabilitas sediaan nanoemulsi gel dapat dilihat pada tabel 4.1 dan sediaan emulsi
Keterangan:
F1 : Nanoemulsi gel vitamin E konsentrasi 1%
F2 : Nanoemulsi gel vitamin E konsentrasi 3%
F3 : Nanoemulsi gel vitamin E konsentrasi 5%
J : Jernih Kr : Keruh
- : Tidak terdapat K : Kuning
+ : Terdapat Kh : Khas
disimpan pada suhu kamar bentuknya tetap jernih, warna dan baunya tidak
berubah sejak awal pengamatan hingga penyimpanan selama 12 minggu. Hal ini
Organoleptis
Lama
Pemisahan
penyimpanan Warna Bau Bentuk Creaming
Fase
(minggu)
F4 F4 F4 F4 F4
0 Putih Kh Kental - -
1 Putih Kh Kental - -
2 Putih Kh Kental - -
3 Putih Kh Kental - -
4 Putih Kh Kental - -
5 Putih Kh Kental - -
6 Putih Kh Kental - -
7 Putih Kh Kental - -
8 Putih Kh Encer - -
9 Putih Kh Encer - -
10 Putih Te Encer - -
11 Putih Te Encer - -
12 Putih Te Encer + -
Keterangan:
F4 : Emulsi gel vitamin E konsentrasi 5%
- : Tidak terdapat Kh : Khas
+ : Terdapat Te : Tengik
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa emulsi gel yang disimpan pada suhu kamar
berwarna putih hingga minggu ke-12, tetapi terdapat perubahan bau pada minggu
ke-10, perubahan fase menjadi encer pada minggu ke-8, dan creaming pada
minggu ke-12. Hal ini menunjukkan sediaan emulsi gel relatif kurang stabil jika
dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan dapat diamati dengan
dan emulsi gel. Uji sentrifugasi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat
jam (Lachman, 1994). Data hasil uji sentrifigasi nanoemulsi gel dapat dilihat pada
F4
nanoemulsi gel F1, F2, dan F3 ini stabil selama satu tahun karna adanya pengaruh
menunjukkan formula emulsi gel ini tidak stabil dalam satu tahun.
kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka
sediaan dapat dikatakan homogen (Ditjen POM, 1979). Data hasil uji homogenitas
emulsi gel dan nanoemulsi gel dapat dilihat pada gambar 4.4
Emulsi gel F1 F2 F3
Gambar 4.4 Hasil uji homogenitas emulsi gel dan nanoemulsi gel
Pada sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel yang diformulasikan tidak
bahwa sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel vitamin E adalah homogen.
pH nanoemulsi gel dan emulsi gel dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.5
dan perubahan pH emulsi gel dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.6
7
pH
6.5
5.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (minggu)
Tabel 4.5 Data pengukuran pH emulsi gel pada penyimpanan selama 12 minggu
waktu (minggu)
Formula
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
F4 7,0 6,9 6,8 6,8 6,6 6,5 6,4 6,3 6,1 6,1 6,0 5,9 5,9
Wa ktu (minggu)
Pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa selama penyimpanan
semua formula dari sediaan baik nanoemulsi gel maupun emulsi gel yang
pH, namun pH sediaan masih sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7,0 sehingga
aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).
selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar menurut Rowe, Sheskey dan
Quin (2009), pada Tween mengandung ester asam oleat dari tween 80 sensitif
terhadap oksidasi. Sehingga reaksi oksidasi yang terjadi pada ester asam oleat dari
dapat terjadi, dan reaksi oksidasi yang terjadi tersebut akan menurunkan pH dari
sedikt biru metilen ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi
F1 F2 F3 Emulsi
gel
Gambar 4.7 Tipe emulsi sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel
menunjukkan bahwa biru metilen terdispersi merata dalam sediaan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tipe dari sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel adalah
minyak dalam air (m/a). Hal ini disebabkan sebagaian besar dari komponen yang
terdapat komponen yang bersifat hidrofob, tipe nanoemulsi gel dan emulsi gel
menggunakan Piknometer pada suhu kamar. Data hasil penentuan bobot jenis
nanoemulsi gel dan emulsi gel dapat dilihat pada Tabel 4.6
nanoemulsi gel yaitu F1 adalah 1,1403 gram/ml, F2 adalah 1,1385 gram/ml, dan
F3 adalah 1,1308 gram/ml. Terjadi peningkatan bobot jenis yang cukup besar
pada F3 bila dibandingkan dengan F1 dan F2. Sedangkan bobot jenis emulsi gel
Brookfield DV-E dengan nomor spindle yang sesuai pada suhu kamar pada
Data hasil uji viskositas dan grafik perubahan viskositas nanoemulsi gel
dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.8. Perubahan viskositas emulsi gel
2500
Viskositas (cP)
2000
1500
1000
500
0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (minggu)
Berdasarkan hasil uji viskositas pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 disimpulkan
Berdasarkan hasil uji viskositas pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.9
penyimpanan.
pengukuran tegangan permukaan Nanoemulsi gel dan emulsi gel dapat dilihat
Tabel 4.9 Data pengukuran tegangan permukaan nanoemulsi gel dan emulsi gel
diperoleh tegangan permukaan antara 61,41 dyne/cm sampai 65,98 dyne/cm dan
nanoemulsi gel yang rendah dihasilkan karena adanya surfaktan dan kosurfaktan
nanoemulsi gel makin baik bila nanoemulsi gel tersebut tegangan permukaannya
CORDOUAN Technologies Particle Size Analyzer pada suhu kamar. Data hasil
penentuan distribusi dan rata-rata ukuran partikel serta grafik perubahan ukuran
partikel nanoemulsi gel dapat dilihat pada Tabel 4.10, Tabel 4.11 dan Gambar
4.10.
ukuran partikel yang lebih kecil bila dibandingkan dengan F1 dan F2 dan seiring
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan nanoemulsi gel yang stabil dengan
ukuran partikel yang paling kecil dan emulsi gel vitamin E dengan maksud untuk
mengetahui bahwa sediaan yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau
tidak. Pada uji iritasi ini dilakukan untuk sediaan nanoemulsi gel vitamin E 5%
Data hasil uji iritasi terhadap sukarelawan pada sediaan nanoemulsi gel
dan emulsi gel dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13.
Sukarelawan
Pernyataan
1 2 3 4 5 6
Kemerahan - - - - - -
Gatal - - - - - -
Pengkasaran Kulit - - - - - -
Tabel 4.13 Data uji iritasi sediaan emulsi gel terhadap sukarelawan
Sukarelawan
Pernyataan
1 2 3 4 5 6
Kemerahan - - - - - -
Gatal - - - - - -
Pengkasaran Kulit - - - - - -
Berdasarkan hasil uji iritasi terhadap sukarelawan yang dilakukan pada
sediaan nanoemulsi gel dan emulsi gel dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan 4.13
tidak terlihat adanya reaksi iritasi seperti kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada
kulit oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa formula nanoemulsi gel dan emulsi
gel tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat dikatakan bahwa keseluruhan
parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), besar pori (pore),
mempunyai tujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh sediaan nanoemulsi gel
vitamin E 5% dan sediaan emulsi gel vitamin E 5% dalam memulihkan kulit yang
mengalami penuaan dini. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging
Kolmogorov-smirnov lalu dilanjutkan dengan uji Two Way Anova dilakukan untuk
terhadap sukarelawan . pengujian Two Way Anova dilakukan untuk melihat efek
sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai tebesar dari kedua formula.
Pengujian ini dilakukan dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4.
Kadar air diukur pada bagian wajah sukarelawan dan diukur menggunakan
skin analyzer Aram. Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
Tabel 4.13 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Gambar 4.12 Hasil pengukuran kadar air pada alat skin analyzer
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.13 dan Gambar 4.11 dapat
dilihat terjadinya kenaikan kadar air pada masing-masing formula untuk tiap
minggunya. Pada kedua formula terlihat nanoemulsi gel dan emulsi gel sama-
sama menaikkan kadar air pada kulit wajah sukarelawan, namun sediaan
nanoemulsi gel lebih banyak menaikkan kadar air pada kulit wajah dibandingkan
sediaan emulsi gel. Hal ini dikarenakan sediaan mengandung vitamin E yang
kekeringan dan membantu memberikan pelembab natural pada kulit (IOM, 2000)
dan ukuran partikel nanoemulsi gel lebih kecil sehingga mudah terpenetrasi
kedalam kulit.
Tranggono, Iswari dan Latifah (2007), vitamin E sebagai pelembab yang dapat
Hasil analisis statistik dari pengukuran kadar air menunjukkan adanya perbedaan
gel dan emulsi gel setiap minggu selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah
air yang signifikan (p ≤ 0,05) antara emulsi gel dengan nanoemulsi gel.
Teknologi nanoemulsi gel ini juga merupakan metode yang efektif untuk
pelepasan vitamin E dan minyak zaitun sebagai bahan aktif dikarenakan ukuran
droplet yang kecil, nanoemulsi gel dapat dengan mudah berpenetrasi melewati
lapisan kulit dan dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif, sehingga aktivitas
kerja minyak zaitun dalam meningkatkan kadar air dalam kulit menjadi lebih
efektif.
skin analyzer yang sama. pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara
otomatis analisa besar pori ikut terbaca. Data hasil pengukuran pori (pore) pada
kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 3.14 dan Gambar 4.13
Tabel 4.14 Hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan
Keterangan:
*Perawatan intensif, **Perawatan intensif, ***Membutuhkan perawatan,
****Baik(20-40), *****Baik (< 20)
30
20
10
Gambar
0 4.13 Grafik hasil pengukuran pori (Pore) selama 4 minggu
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Berdasarkan hasil pengukuran pori seperti yang terlihat pada Tabel 4.14
dan Gambar 4.13 menunjukkan bahwa pada formula nanoemulsi gel terjadi
perubahan kondisi pori kulit dari kondisi pori yang besar (rata-rata 34,5) menjadi
sedikit kecil (rata-rata 23,8) setelah 4 minggu pemakaian sediaan nanoemulsi gel.
Sedangkan hasil pengukuran pori untuk sediaan emulsi gel dapat dilihat bahwa
terjadi perubahan kondisi pori kulit dari kondisi pori yang besar (rata-rata 35,2)
emulsi gel.
Hasil analisis statistik dari pengukuran pori menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian sediaan nanoemulsi gel dan
emulsi gel setiap minggu selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4
pori yang signifikan (p ≤ 0,05) antara emulsi gel dengan nanoemulsi gel.
Semakin kecil ukuran pori-pori pada kulit menunjukkan semakin halus kulit
kulit tersebut. Menurut Mulyawan dan Suriana (2013); Dreyfuss (2015), pori-pori
dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan
sehingga penumpukan sel kulit mati (kotoran) dapat memicu timbulnya jerawat
Vitamin E yang terdapat pada minyak zaitun dapat melepaskan sel kulit mati dan
merangsang pembentukan sel baru serta dapat menangkap radikal bebas yang
analyzer. Data hasil pengukuran noda (melanin) pada kulit wajah sukarelawan
Keterangan:
*Perawatan intensif, **Perawatan intensif, ***membutuhkan perawatan (41),
****Baik(24-40), *****Baik (<18)
F3 (Nanoemulsi gel) Emulsi gel
45
Jumlah Rata-Rata Noda
40
35
30
25
20
15
10
5
Gambar
0 4.15 Grafik hasil pengukuran noda (Melanin) selama 4 minggu
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Berdasarkan hasil pengukuran noda kulit seperti yang terlihat pada Tabel
4.15 dan Gambar 4.13 menunjukkan bahwa pada formula nanoemulsi gel terjadi
perubahan kondisi noda kulit dari kondisi banyak noda (rata-rata 39,2) menjadi
gel. Sedangkan pada formula emulsi gel terjadi perubahan kondisi kulit dari
Hasil analisis statistik dari pengukuran noda menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian sediaan nanoemulsi gel dan
emulsi gel setiap minggu selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4
disebut melanin. Jumlah melanin dalam keratinosit dalam kulit menentukan warna
matahari yang merugikan. Sebaliknya, sinar matahari yang berlebihan juga dapat
Keriput atau kerutan pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur
(Wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 3.17 dan Gambar
3.17
Keterangan:
*Perawatan intensif, **Perawatan intensif, ***Membutuhkan perawatan (26-40) ,
****Baik(11-25), ***** Baik (<10)
35
Jumlah Rata-rata keriput
30
25
20
15
10
0
0 1 2 3 4
Waktu (minggu)
Tabel 4.16 dan Gambar 4.17 menunjukkan bahwa pada formula nanoemulsi gel
terjadi perubahan kondisi kerutan atau keriput pada kulit dari kondisi berkeriput
pemakaian sediaan. Sedangkan pada formula emulsi gel terjadi perubahan kondisi
kerutan atau keriput pada kulit dari kondisi berkeriput (rata-rata 28,2) dan menjadi
tak berkeriput (rata-rata 18,7) setelah 4 minggu pemakaian sediaan emulsi gel.
Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari
merupakan penyusun lapisan dermis juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
Seiring bertambahnya usia, kolagen kulit mulai pecah dan kaku sehingga kulit
(Noormindhawati, 2013).
5.1 Kesimpulan
aktivitas anti-aging yang lebih baik daripada sediaan emulsi gel vitamin E
5%.
5.2 Saran
Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik & Sehat Ada di Sini. Jogjakarta:
Javalitera. Halaman 13-17, 89, 95-96.
Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Halaman 1 - 10.
Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science
and Technology. Edisi Ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman
473, 514, 774-775.
Bentley, V. (2006). Siasat Jitu Awet Muda. Jakarta: Erlangga. Halaman 14.
Burns, T., Breathnach, S., Cox, N., dan Griffiths, C. (2004). Rook’s Textbook of
Dermatology. London: Blackwell Science Ltd. Halaman 47.
Diba, R.F., Yasni, S., Yuliani, S. (2004). Nanoemulsifikasi spontan Ekstrak Jintan
Hitam Dan Karakteristik Produk Enkapsulasinya. J. Teknol Dan Industri
Pangan. 25(2): 135.
Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT
Alex Media Komputindo. Halaman 60, 171-173.
Fitzpatrick, T.B., Eisen, A.Z., Wolff, K., Freedberg, I.M., dan Austen, K.F.
(1983). Dermatology in General Medicine. Chicago: Mc Graw-Hill Inc.
Halaman 8-9.
Gadhave, A. D., (2014). Nanoemulsions: Formation, Stabilityand Applications,
IJRSAT, 2(3), 38-4353 Schultz, S., Wagner, G., Urban, K., and Ulrich, J.,
2004, High- Pressure Homogenization as a Process for Emulsion
Formation, Chem. Eng. Technol., 27 (4): 361-368.
Gupta, P.K., Pandit, J.K., Kumar, A., Swaroop, P., and Gupta S. (2010).
Pharmaceutical Nanothecnology Novel Nanoemulsion-High Energy
Emulsifying Preparation, Evaluation, and Aplication the Pharmacy
Research. . Ph. Res., 3 : 117-138.
Gullota, A., Saberi, A. H., Nicoli, M. C., and McClements, D. J., (2014).
Nanoemulsion-Based Delivery Systems for Polyunsaturated (ω-3) Oils:
Formation Using a Spontaneous Emulsification Method, J. Agric. Food
Chem., 62, 1720-1725.
Haneefa, K.P.M., Easo, S., Hafsa, P.V., Mohanta, G.P., dan Nayar, C. (2013).
Emulgel : An Advanced Review. Journal of Pharmaceutical Sciences
and Research. 5(12): 255.
Kligman, A.M. (1986). Aging and the Skin. Tokyo: Fujishoin. Halaman 63.
Lachman, L., Lieberman, Herbert, A., Kanig, Joseph, L. (1994). Teori dan
Praktek Industri Farmasi 1. Edisi III. Terjemahan dari The Theory and
Practise of Industrial Pharmacy, oleh Suyatmi,Siti. Jakarta. UI Press.
Halaman 1081-1083.
Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammaranta, A. (1999). Farmasi Fisik Jilid II
(Joshita Djajadisastra, Penerjemah). Jakarta: UI-Press. Halaman 925, 939-
941, 983-984, 1014, 1082, 1100-1101, 1144-1145.
Mikhania, C.E. (2016). Pengaruh Variasi Konsentrasi Minyak Zaitun (Olive Oil)
terhadap Kelembutan Sabun Cair. Jurnal Ilmiah Kesehatan Akademi
Farmasi Jember (1) : 19-22.
Myers D. (2006). Surfactant Science and Technology. 3th Edition. New Jersey:
John Wiley and Sons Inc. Halaman 186-189.
Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Halaman 21-22.
Panjaitan, D.T., Budi, P., dan Leenawaty, L. (2008). Peranan Karotenoid Alami
Dalam Menangkal Radikal Bebas di Dalam Tubuh. e-USU Repository.
Halaman 80.
Putra, S.R. (2012). Optimalkan Kesehatan Wajah dan Kulit dengan Bengkoang.
Jogjakarta: Diva Press. Halaman 7 - 17.
Shakeel, F., Baboota, S., Ahuja, A., Ali, J., Aqil, M., and Shafiq, S. (2008).
Stability evaluation of celecoxib nanoemulsion containing tween 80. Thai
Journal Pharm. Sci. 32, 49.
Neraca Analitik
2. Bahan
Vitamin E Tween 80
Lampiran 1. (Lanjutan) Minyak Zaitun
Vitamin E
Aqua destilata
Ditimbang Ditimbang
Dilarutkan ke dalam minyak Dilarutkan metil paraben
Zaitun yang telah ditimbang dan propil paraben dalam
kedalam gleas beaker aqua destilata, kemudian
Diaduk homogen dipanaskan di atas
waterbath hingga larut
sempurna
Didinginkan larutan, ke-
mudian ke dalam larutan
ditambahkan tween 80
Diaduk campuran,
kemudian ditambahkan
sorbitol dan diaduk
secara manual dengan
batang pengaduk hingga
terbentuk masa kental
berwarna putih
Diaduk massa kental de-
ngan magnetic stirrer pa-
da 3000-4000 rpm
Fase minyak
Fase air
Nanoemulsi Vitamin E
Karbopol 940
Ditimbang
Ditambahkan dengan
sejumlah aquadest hingga
terdispersi seluruhnya Nanoemulsi Vitamin E
Dihomogenkan dalam
lumpang hingga membentuk
basis gel yang transparan
Ditetesi sedikit demi sedikit
TEA untuk menetralkan
basis gel
Dihomgenkan kembali
didalam lumpang
Basis gel
CMC Na
Na
Dipanaskan lumpang
dan transparan
Ditimbang Ditimbang
Dilarutkan dalam minyak zaitun
Dicampurkan dengan span 80 Dicampurkan Aqua desti-
yang telah ditimbang ke da- lata, metil paraben, propil
lam gleas beaker paraben, dan propilen gli-
Diaduk homogen dan dipanas kol yang telah ditimbang
kan pada 600C ke dalam gelas beaker
dan
diaduk homogen
Ditambahkan tween 80 ke
dalam fase air dan diaduk
` homogen
Ditambahkan gliserin ke-
dalam fase air
Fase minyak Dipanaskan fase air pada
600C hingga larut
Fase air
Emulsi Vitamin E
Karbopol 940
Ditimbang
Ditambahkan dengan
sejumlah aquadest hingga
terdispersi seluruhnya Emulsi Vitamin E
Dihomogenkan dalam
lumpang hingga membentuk
basis gel yang transparan
Ditetesi sedikit demi sedikit
TEA untuk menetralkan
basis gel
Dihomgenkan kembali
didalam lumpang
Basis gel
Tests of Normality
F Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
K
Nanoemulsi Gel ,096 30 ,200* ,972 30 ,581
aVitamin E 5%
d ,115 30 ,200* ,961 30 ,335
a
rEmulsi Gel Vitamin E
A
5%
i
r
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
M
nanoemulsi gel ,084 30 ,200* ,963 30 ,374
eVitamin E 5%
l ,086 30 ,200* ,955 30 ,225
a
Emulsi Gel
n
Vitamin E 5%
i
n
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Formula Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk