You are on page 1of 8

Berdasarkan Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 11/SE/M/2019 tentang Petunjuk

Teknis Biaya Penyelenggaran Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi,


kegiatan SMKK mencakup 9 item, yaitu:

1. Penyiapan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)


2. Sosialisasi, promosi dan pelatihan
3. Alat pelindung kerja (APK) dan alat pelindung diri (APD)
4. Asuransi dan perizinan
5. Personel K3 Konstruksi
6. Fasilitas, sarana, prasarana dan alat kesehatan
7. Rambu-rambu yang diperlukan
8. Konsultansi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi
9. Lain-lain terkait pengendalian risiko Keselamatan Konstruksi
APK meliputi:

 Jaring pengaman (safety net)


 Tali keselamatan (life line)
 Penahan jatuh (safetydeck)
 Pagar pengaman (guard railing)
 Pembatas area (restricted area)
 Pelindung jatuh (fall arrester)
 Perlengkapan keselamatan bencana
APD meliputi:

 Helm pelindung (safety helmet)


 Pelindung mata (googles, spectacles)

 Tameng muka (face shield)


 Masker selam (breathing apparatus)
 Pelindung telinga (ear plug, ear muff)
 Pelindung pernafasan dan mulut (masker)
 Sarung tangan (safety gloves)
 Sepatu keselamatan (safety shoes)
 Sepatu keselamatan (rubber safety shoes and toe cap)
 Penunjang seluruh tubuh (full body harness)
Pengertian K3 adalah upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental, dan sosial pada tingkat tertinggi untuk semua jenis
pekerjaan, mencegah masalah kesehatan akibat pekerjaan, dan melindungi
pekerja dari risiko kerja. K3 berperan untuk menjamin setiap tenaga kerja
mendapat perlindungan kesehatan dan keselamatan selama bekerja, menjamin
setiap sumber produksi layak dan aman digunakan sehingga mengurangi resiko
kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
Nah, K3 sendiri mencakup semua hal yang bisa memproteksi dan
menyejahterakan para pekerja. Mulai dari Undang-undang kesehatan,
ketenagakerjaan dan keselamatan kerja, Manajemen K3,
Pembuatan Standar Operasional Prosedur, perbaikan alat produksi secara
berkala, pembuatan rambu-rambu peringatan, asuransi, pemeriksaan kesehatan
rutin, pengawasan leader di lapangan dan lain sebagainya.
Konsep K3 dirancang untuk memberikan jaminan agar aktivitas kerja di
perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, K3 memiliki
banyak fungsi, baik bagi perusahaan maupun karyawan, yaitu:
 Sebagai pedoman dalam mengidentifikasi serta menilai risiko dan
bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
 Sebagai referensi dalam memberikan saran tentang perencanaan,
proses pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi
pekerjaan.
 Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para
pekerja di lingkungan kerja.
 Sebagai dasar dalam memberikan saran tentang informasi, pendidikan,
dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung
kerja;
 Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan
program pengendalian bahaya.
 Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah dan
program pengendalian bahaya.
 Sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaan
dan tindakan darurat lainnya.
Tujuan K3
Secara umum, adanya kewajiban menyelenggarakan K3 di dalam sebuah
perusahaan bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
aktivitas di tempat kerja serta melindungi semua sumber produksi agar dapat
digunakan secara efektif.
Di samping itu, pelaksanaan K3 juga memiliki beberapa tujuan khusus seperti
poin-poin di bawah ini;
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
 Mencegah timbulnya beragam penyakit akibat kerja, baik itu dalam
bentuk fisik, psikis, infeksi, keracunan atatu penularan.
 Meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan perlindungan terhadap
para pekerja baik selama ataupun setelah masa kerja.
 Membantu para pekerja agar optimal dalam bekerja.
 Menciptakan sistem kerja yang aman.
 Memastikan bahwa kondisi alat kerja aman, nyaman dan layak untuk
digunakan.
 Mencegah kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja.
 Melakukan pengendalian terhadap resiko-resiko yang ada di
lingkungan kerja.
 Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban lingkungan kerja
dan lingkungan disekitarnya.
Prosedur K3
Dalam implementasinya, K3 dilaksanakan melalui prosedur tertentu yang harus
diikuti oleh perusahaan dan karyawan. Prosedur ini berlaku secara umum oleh
semua jenis perusahaan, baik kantor, pabrik, tambang, maupun lainnya.
Prosedur K3 adalah proses kegiatan yang wajib diikuti atau ditaati setiap pekerja
demi menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja sehingga pekerjaan bisa
dilaksanakan hingga selesai. Untuk memastikan prosedur K3 dijalankan dengan
baik, perusahaan menunjuk seseorang sebagai pengawas.
Tujuan Ditetapkannya Prosedur K3 Adalah Untuk:
 Memudahkan pekerja dalam mengikuti arahan K3 untuk menghindari
hal yang tidak diinginkan;
 Menjamin pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan
tertib;
 Menginformasikan secara cepat kepada pihak lain yang terkait jika
terjadi masalah saat bekerja;
 Melaporkan kejadian langsung yang mencurigakan di lokasi kerja;
 Memastikan setiap pekerja memahami pentingnya K3 dan mengikuti
prosedur yang sudah ditetapkan
 Menjamin setiap perlengkapan dan peralatan kerja (alat pelindung
diri/APD) dapat digunakan dengan baik dan efektif;
Bagi perusahaan, prosedur K3 sangat penting untuk mengurangi kerugian akibat
kecelakaan kerja dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Peningkatan
produktivitas akan tercapai jika perusahaan bisa menciptakan lingkungan kerja
yang aman, nyaman, dan efektif.

 Contoh Prosedur K3 Sederhana

1. Mengikuti apel dan mengisi absensi.


2. Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri
(APD) dan penggunaan alat-alat yang dipimpin pengawas K3.
3. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-
alat yang akan digunakan tidak rusak atau cacat sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan atau memengaruhi kesehatan pekerja.
4. Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas
K3 dan pengawas memastikan APD sudah digunakan secara benar.
5. Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan
digunakan dalam bekerja.
6. Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai
mekanisme kerja untuk menghindari kecerobohan pekerja.
7. Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.
Selain pekerja, pengawas K3 pun harus mengikuti prosedur yang ditetapkan
untuknya setelah para pekerja memulai pekerjaannya, yaitu;
1. Melakukan pengecekan ulang untuk mengetahui apakah pekerja
melakukan pekerjaan sesuai prosedur K3 atau tidak;
2. Melakukan patroli keamanan untuk memastikan keamanan pekerja
dan melakukan penertiban sesuai peraturan perusahaan;
3. Melakukan pendataan kejadian di lapangan, termasuk mencatat
apakah ada kecelakaan yang terjadi saat pekerjaan berlangsung atau
tidak.
Jenis Bahaya Dalam K3
Sebelum membahas mengenai contoh-contoh bahaya yang termasuk dalam K3,
perlu diketahui beberapa istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan
kerja.
 HAZARD  (berkaitan dengan sumber bahaya) adalah suatu keadaan
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, penyakit, dan
kerusakan, atau menghambat pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya.
 DANGER  (berkaitan dengan tingkat bahaya) adalah peluang bahaya
yang sudah terlihat atau kondisi bahaya sudah ada, tetapi masih dapat
dicegah dengan berbagai tindakan.
 RISK adalah perkiraan tingkat keparahan yang akan timbul jika terjadi
bahaya dalam siklus tertentu.
 INCIDENT  adalah munculnya kejadian bahaya atau kejadian yang tidak
diinginkan.
 ACCIDENT adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban atau
kerugian (manusia ataupun benda).
Tanpa melihat jenis perusahaannya, bahaya K3 dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu
jenis kimia, fisika, dan proyek/pekerjaan. Berikut pengertian masing-masing jenis
tersebut berikut contoh-contohnya.
1. Bahaya Jenis Kimia
Yang dimaksud bahaya jenis kimia adalah bahaya yang timbul akibat menghirup
atau terjadi kontak antara dengan bahan kimia berbahaya, seperti abu sisa
pembakaran kimia, uap bahan kimia, dan gas bahan kimia.
2. Bahaya Jenis Fisika
Bahaya jenis fisika adalah bahaya yang timbul akibat kondisi fisik lingkungan kerja,
misalnya temperatur udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, ruangan yang
sangat bising, atau kondisi udara yang tidak normal. Keadaan ini dapat
mengakibatkan suhu tubuh menjadi tidak normal atau pendengaran rusak.
3. Bahaya Jenis Proyek/Pekerjaan
Bahaya yang terkait dengan proyek atau pekerjaan dapat ditimbulkan dari
kurangnya pencahayaan, aktivitas pengangkutan barang, dan bahaya yang bisa
ditimbulkan dari penggunaan peralatan. Bahaya ini bisa mengakibatkan pekerja
mengalami kerusakan penglihatan atau terluka.
Pemerintah telah menetapkan K3 sebagai hal yang wajib diperhatikan para
pengusaha dan pekerja melalui peraturan legal. Namun, pelaksanaan K3 tidak
boleh dijadikan sebagai beban, tetapi harus bisa menjadi budaya dan bagian dari
aktivitas sehari-hari

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)


KONSTRUKSI 
Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan kontruksi, maka
penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat tentang
keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada
pekerjaan konstruksi.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum (SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum) adalah bagian dari
sistem manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka
pengendalian risiko K3 pada setiap pekerjaan konstruksi bidang Pekerjaan Umum.
Tujuan SMK3 konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dapat diterapkan secara
konsisten untuk:

1. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja


yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi;
2. dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja; dan
3. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk
mendorong produktifitas.

 SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, meliputi:


1. Kebijakan K3
Kebijakan yang ditetapkan harus mememenuhi ketentuan:

1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit


akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3;
2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundangundangan dan
persyaratan lain yang terkait dengan K3; dan
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.

Kebijakan harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu dan
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan konstruksi. Kebijakan K3 harus ditinjau
ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai
dengan perubahan yang terjadi.
Organisasi K3 dibentuk dengan Penanggungjawab K3 membawahi bidang-bidang
yang terintegrasi dengan struktur organisasi Perusahaan.
 2. Perencanaan K3
Penyusunan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian
Risiko K3 dan Penanggung Jawab terhadap kegiatan-kegiatan konstruksi yang
dilakukan.
Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya yang dipergunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan SMK3.
Sasaran umum adalah pencapaian Nihil Kecelakaan Kerja yang Fatal (Zero Fatal
Accidents) pada pekerjaan Konstruksi.
Sasaran khusus yang disusun secara rinci guna terciptanya sasaran umum dengan
pelaksanaan Program-program.
Program K3 yang disusun harus mencantumkan sumber daya yang dipergunakan,
jangka waktu, indikator pencapaian, monitoring dan penanggungjawab serta
biaya yang dianggarkan.
 3. Pengendalian Operasional
Pengendalian operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus
mencakup seluruh upaya pengendalian, antara lain:

1. Menunjuk Penanggung Jawab Kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam


Struktur Organisasi K3 beserta Uraian Tugas;
2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan;
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja;
4. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko;
5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan; dan
6. Penyesuaian kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3.

 4. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3


Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan
yang dilaksanakan pada Pengendalian Operasional.
 5. Tinjauan Ulang Kinerja K3.
Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 selanjutnya diklasifikasikan dengan
kategori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur Sasaran dan Program K3. Hal-hal yang
tidak sesuai, termasuk bilamana terjadi kecelakaan kerja dilakukan peninjauan
ulang untuk diambil tindakan perbaikan.

You might also like