Professional Documents
Culture Documents
Aritmia Dan Gangguan Hambatan Konduksi Revisi
Aritmia Dan Gangguan Hambatan Konduksi Revisi
Disusun Oleh :
Andy Setiawn
Dendi
Dewi
Febri
Nurma
1. Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga
termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi. Aritmia jantung (heart arrhythmia)
menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia
jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung
yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis
aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam
nyawa. Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi
dengan HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia- kurang dari 60
per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari
100 per menit) (Hanafi, 2001).
2. Klasifikasi
Aritmia dikelompokkan menurut sumber depolarisasi :
a) Aritmia supraventrikular berasal dari atrium atau disekitar nodus atrioventrikular
(AV)
b) Aritmia Ventrikular berasal dari ventrikel.
a) HR = 100-150x/menit
b) Gelombang P : normal, setiap gelombang P selalu diikuti QRS dan T
c) PR : normal (0,12-0,20)
d) Gelombang QRS : normal (0,06-0,12)
e) Irama : regular dan semua gelombang sama
Sinus takikardia biasanya tidak menghasilkan manifestasi atau gejala klinis yang
nyata, kecuali kadang palpitasi, namun jika denyut jantung sangat cepat hal ini akan
mengurangi curah jantung. Diantara denyut yang cepat ini, terdapat sedikit waktu untuk
kontraksi atrial dan pengisian ventrikel. Klien mungkin akan mengalami hipotensi dan
angina pektoralis (nyeri dada).
150 kali permenit , oleh karena itu selalu tempatkan Atrial Flutter sebagai differential
diagnosis bila menemui SVT dengan heart rate mencapai 150 kali permenit.
Karakteristik
b. Kardiomiopati
a. Medikasi/obat-obatan seperti digitalis dan obat anti aritmia, obat-obat anti aritmia
bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung. Dosis yang
berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot jantung sehingga terjadi gangguan
irama jantung.
b. Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh lainnya)
Penyebab utama VF adalah infark miokard akut, blok AV total dengan respon
ventrikel yang lambat,gangguan elektrolit (hipokalemia dan hiperkalemia),asidosis
berat,hipoksia,gangguan nuurologik dan sengatan listrik yang berulang.
Menurut faktor penyebab, TdP dibagi atas TdP kongenital (sejak lahir) dan TdP
didapat yang dihubungkan dengan gangguan elektrolit (hipokalemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia), obat-obatan, bahan kimia lain, gangguan endokrin,
dan penyakit jantung.
Atrium mengalami depolarisasi secara spontan dengan cepat dan tidak beraturan
(dengan kecepatan 300 kali/menit), menghantarkan impuls listrik terus menerus ke
nodus AV. Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh sifat refrakter dari nodus AV
(biasanya sampai 200 kali/menit) dan terjadi tanpa diduga,menyebabkan timbulnya
respons ventrikel yang sangat iregular.
Depolarisasi atrium terjadi sangat cepat akibat sirkuit re-entri makro yang bergerak
berlawanan arah jarum jam mengelilingi atrium kanan. Depolarisasi atrium terjadi
dengan kecepatan 300/menit, konduksi ke ventrikel terbatas pada tiap depolarisasi
kedua, ketiga, atau keempat, karena sifat refrakter dari nodus AV.
Ventrikel takikardi disebabkan oleh infark miokard, iskemia, jantung coroner, pada
pasien dengan ventrikel takikardi lebih banyak disebabkan oleh arteri coroner. Arteri
coroner merupakan pembuluh darah yang bertugas memberi nutrisi pada jantung. Jika
terjadi infark pada arteri coroner yang memperdarahi SA node di atrium
menyebabkan kematian sel otot jantung menimbulkan gangguan pada repolarisasi dan
depolarisasi sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan di lepasnya berbagai
enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur- jalur
hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi
atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia.
Aktivitas listrik pada fibrilasi ventrikel ditandai oleh depolarisasi sel yang tidak
beraturan melalui otot jantung ventrikel.Berkurangnya depolarisasi yang
terkoordinasi mencegah terjadinya kontraksi yang efektif dari otot jantung dan
pengeluaran darah dari jantung.Pada pemeriksaan EKG tidak ditemukan kompleks
QRS walaupun jarak amplitudo yang melebar pada aktivitas listrik ditemukan, dari
gelombang sinus di ventrikel menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel yang
mungkin sulit dibedakan dengan asistol.Aritmia ini dipertahankan oleh adanya jalur
masuk yang berulang-ulang karena bagian dari otot jantung mengalami depolarisasi
secara konstan.Fibrilasi ventrikel dimulai ketika daerah pada miokard memiliki
bagian refraksi dan bagian konduksi pada jalur masuk.Adanya kombinasi ini
menghasilkan irama sendiri.
Fibrilasi ventrikel terjadi pada situasi klinis yang bervariasi, namun lebih sering
dihubungkan dengan penyakit jantung koroner (PJK) dan sebagai kondisi
terminal.Fibrilasi ventrikel dapat disebabkan oleh iskemia atau infark miokard akut
(merefleksikan instabilitas elektrik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
biokimiawi pada miokard), dan atau dapat pula disebabkan oleh skar infark yang
kronik.Takikardia Ventrikel monomorfik dan polimorfik dapat memburuk menjadi
fibrilasi ventrikel yang menyebabkan kematian.Namun di luar konteks iskemia
miokard akut, fibrilasi ventrikel lebih jarang terjadi dibandingkan dengan Takikardi
ventrikel sebagai kejadian primer.Fibrilasi ventrikel kemungkinan merupakan aritmia
dasar pada mayoritas pasien dengan kematian jantung mendadak.Akumulasi kalsium
intraseluler, aktivitas radikal bebas, gangguan metabolik, dan modulasi autonom
memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan fibrilasi ventrikel pada iskemik.
Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses impuls normal di
dalam jantung, yaitu:
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung.Ia terletak di atas krista
terminalis, dibawah pembukaan vena cava superior di dalam atrium kanan
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial untuk
menyebabkan sinkronisasi kontraksi atrial.Impuls tiba ke nodus atrioventrikular
(AV) yang terletak di septum interatrial dibawah pembukaan sinus koronaria.
Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui serabut atrioventrikular (His) yang
turun ke dalam septum interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2 cabang
kanan dan kiri yang menghantar serabut Purkinje untuk tetap didalam
subendokardium dari ventrikel.Posisi serabut Purkinje menentukan kontraksi
ventrikel yang hampir sinkron.
Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium akan
dilepaskan ke dalam sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung memiliki
banyak sekali protein kontraktil, yaitu aktin dan miosin.
Nodus atrioventrikular (AVN) merupakan bagian dari sistem konduksi jantung yang
memungkinkan impuls listrik yang akan dikirim dari node sinus melalui jaringan
atrium (intra-atrium fasikula) ke ventrikel. node ini terdiri dari 3 bagian :atrionodal
(zona transisi), nodal (compact portion), dan nodal-his (penetrating his-bundle).
Nodal portion menyebabkan konduksi melambat. VN disuplai oleh arteri koroner
kanan (90%) atau dengan arteri sirkumfleksa (10%) dan dipersarafi oleh serabut
simpatis dan parasimpatis. Ini menerima impuls anterior melalui serat intra-atrium di
septum dan posterior melalui krista terminalis. Impuls tiba di AVN ditransmisikan ke
ventrikel dalam rasio 1 : 1. Setibanya impuls lebih cepat,
Sistem His-Purkinje terdiri dari 2 bundel dari serat Purkinje (bundel kiri dan kanan)
yang mengalirkan impuls listrik untuk memungkinkan aktivasi ventrikel yang cepat.
Sistem His-Purkinje bisa juga menjadi lokasi terjadinya AV. AV block derajat I dan
II tipe 1 biasanya melibatkan penundaan di tingkat AVN, sedangkan derajat II tipe 2
umumnya melibatkan penyumbatan pada berkas his atau daerah yang lebih rendah
dari sistem konduksi. AV block derajat III melibatkan gangguan konduksi di AV
node atau sistem His-Purkinje.
Dalam kebanyakan kasus blok AV komplit, irama yang timbul berasal dari ventrikel,
dengan kompleks QRS lebar dengan kecepatan yang rendah antara 30-40 denyut /
menit. Sebuah lokasi anatomi yang lebih tinggi menghasilkan irama pacemaker lebih
cepat (40-60 kali / menit di daerah berkas His), dan durasi QRS sempit.
5. Manifestasi Klinis
1) Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2) Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
3) Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
6) Palpitasi
7) Pingsan
b) Sinus Takikardi
Sinus takikardi adalah irama sinus dengan kecepatan denyut jantung
>100x/menit. Terdapat 2 jenis sinus takikardi, yaitu fisiologis dan non fisiologis. Sinus
takikardi fisiologis menggambarkan keadaan normal atau merupakan respon stress
fisiologis(aktivitas fisik, rasa cemas), kondisi patologis (demam, tirotoksikosis, anemia,
hipovolemia), atau stress farmakologis untuk menjaga curah jantung tetap stabil.
Sedangkan sinus takikardi non fisiologis terjadi akibat gangguan pada sistem vagal,
simpatik, atau pada nodus SA sendiri.
d) Atrial Flutter
Atrial flutter dapat disebabkan karena adanya perlukaan pada jantung akibat
penyakit jantung atau prosedur operasi jantung. Namun atrial flutter dapat pula terjadi
pada pasien tanpa gangguan jantung. Kondisi ini disebut sebagai Lone Atrial Flutter .
Pada atrial flutter impuls listrik tidak dimulai dari nodus SA melainkan dari atrium
kanan dan melibatkan sirkuit besar yang meliputi daerah dekat katup trikuspid. Hal ini
akan menyebabkan atrium berdenyut cepat dan memacu ventrikel untuk berdenyut cepat
pula. Atrial flutter pada umumnya terjadi pada penderita penyakit jantung, seperti
penyakit jantung kongestif, penyakit katup rematik, penyakit jantung kongenital atau
kondisi medis lainnya, seperti emfisema paru dan hipertensi. Resiko terjadinya atrial
flutter akan meningkat padapasien post operasi jantung akibat terbentuknya perlukaan
pada bagian atrium.
e) Atrial Ekstrasistol
Atrial ekstrasistol sering muncul pada jantung normal, namun pada umumnya
berhubungan dengan penyakit jantung struktural dan frekuensinya meningkat seiring
pertambahan usia. Pada gambaran EKG ditandai dengan adanya gelombang P yang
timbul sebelum gelombang P pada sinus normal muncul. Pada APC yang terjadi terlalu
dini dapat menyebabkan pemanjangan interval PR dan beberapa dapat pula tidak
dikonduksikan ke ventrikel sehingga denyut menjadi tidak teratur.
f) Ventrikel Takikardi
Ventrikel takikardi adalah ventrikel ekstrasistol yang timbul ≥ 4x berturut-turut.
Merupakan salah satu aritmia lethal (berbahaya) karena mudah berkembang menjadi
ventrikel fibrilasi dan dapat menyebabkan henti jantung (cardiac arrest).21
Ventrikel takikardi disebabkan oleh keadaan yang mengganggu sistem konduksi
jantung, seperti kekurangan pasokan O2 akibat gangguan pada pembuluh darah koroner,
kardiomiopati,sarcoidosis, gagal jantung, dan keracunan digitalis.Diagnosis ditegakkan
jika ditemukan denyut jantung 150-210x/menit dan ditemukan gejala berupa sakit
kepala, kepala terasa ringan, kehilangan kesadaran, dan henti jantung yang muncul
secara tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya.
h) Ventrikel Ekstrasistol
Ventrikel Ekstrasistol adalah gangguan irama berupa timbulnya denyut jantung
prematur yang berasal dari 1 atau lebih fokus di ventrikel. Merupakan kelainan irama
jantung yang paling sering ditemukan. Ventrikel ekstrasistol dapat disebabkan oleh
iskemia miokard, infark miokard akut, gagal jantung, sindrom QT memanjang, prolaps
katup mitral, cerebrovascular accident, keracunan digitalis, hipokalemia, miokarditis,
kardiomiopati. Namun dapat juga timbul pada jantung yang normal. Gambaran EKG
menunjukkan komples QRS lebar dan bizzare serta tidak didahului dengan gelombang
P.
Ketiga keadaan di atas dapat menimbulkan aktivitas ektopik dan reentry yang
n) Sepsis
Pada sepsis dapat terjadi penurunan tekanan darah ( tekanan darah sistolik <
90mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik >40mmHg) yang disertai dengan tanda
kegagalan sirkulasi walaupun telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau
Keadaan tersebut disebut sebagai syok septik. Pada fase awal syok septik terjadi proses
hipovolemi berat dan hipotensi arterial yang akan merangsang aktivasi sistem simpatis
sebagai kompensasi dari vasodilatasi sistemik. Takikardi pada syok septik dianggap
Cummins RO. ACLS : Principles and Practice. American Heart Association, 2003
: 57-70, 89-134.
Danielle Karen Widjaja. 2016. “Gambaran Gangguan Irama Jantung yang Disebabkan Karena
Hipertiroid”. Makalah https://www.scribd.com/document/372657585/Danielle-Karen-Widjaja-
22010113130175-Lap-kti-Bab2-1. diakses tanggal 11 Maret 2022.
Dharma,surya. 2009. Pedoman praktis sistematika interpretasi EKG.
EGC : Jakarta.
Digby G, Machaalany J, Malik P, Methot M, Simpson CS, Redfearn D, et al. Multifactorial QT
interval prolonga-tion. Cardiology Journal. 2009;16(2): 184-8.
Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta
https://whitecoathunter.com/pasien-aritmia/
http://www.academia.edu/30239173/Makalah_ARITMIA_Fiks
Khan SS, Gheorghiade M, Dunn JD, Pezalla E, Fonarow GC, (2008). Report: Managed care
interventions for improving outcomes in acute heart failure syndromes. The American
Journal of Managed Care. 14:S273-S286
Olgin J, Zipes DP. Specific Arrhytmias: Diagnosis and treatment. In: Bonow RO, Man DL, Zipes
DP, Libby P, editors. Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular
Medicine (Ninth Edition). Philadelphia: Elsevier Saunders, 2012.
Philadelphia: ECG
Smeltzer, S.C.& Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth (Terjemahan).Edisi 8.Jakarta :EGC.