You are on page 1of 5

LEMBAR KERJA LABORATORIUM

IMUNOSEROLOGI

“PEMERIKSAAN CD4 HIV”

DISUSUN OLEH :

1. OLIVIA MARDHANI PUTRI 20119034


2. SALWIA 20119046
3. TARISA PRICELLA R. 20119052
4. NAWANG PRIMA ILMIAFEE 20118056

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN


KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATA KEDIRI
Jl. KH Wachid Hasyim No. 65 Kediri
LEMBAR KERJA

Topik : “ PEMERIKSAAN CD4 PADA HIV/AIDS ”

Sumber : https://youtu.be/1eWA_sPSHno (YouTube)

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/231826/MjMxODI2 (Jurnal)

PRA ANALITIK

Tujuan : Untuk mengetahui jumlah CD4 yang berhubungan dengan stadium HIV

Prinsip : Sampel darah (wholeblood) dimasukkan ke dalam reagen (catridge) CD4, lalu

penutup reagen (catridge) CD4 dibuka dan reagen (catridge) CD4 dimasukkan

ke dalam alat. Reagen kering yang ditempelkan dalam cartridge tes Alere Pima

CD4 mengandung CD3 dan CD4 penanda deteksi. Setelah cartridge

dimasukkan ke dalam Analyser, reagen akan dilarutkan ke dalam sampel

darah. Pada saat ini sampel berinteraksi dengan CD3 dan CD4 antibodi

monoklonal spesifik masing-masing dan diberi label dengan pewarna

fluorescent yang berbeda. Hasil pemeriksaan akan keluar dalam bentuk angka.

Alat :

1. Alat pemeriksaan CD4 (Alere Pima TM CD4)

2. Mikropipet

3. Mikrotipe

Reagen : Reagen (Catridge) CD4

Sampel : Wholeblood
ANALITIK

Prosedur :

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan dan diletakan diatas meja kerja.
2. Reagen dan sampel dikondisikan dalam suhu ruang.
3. Nyalaka PIMA Analyser dengan menekan tombol power ON di belakang Pima Analyser
(± 5 detik)
4. Layar akan menampilkan “Run test press OK”. Klik Ok pada keyboard. Lalu pintu slot
cartridge akan terbuka dan layar akan menampilkan “Insert new cartridge”
5. Sampel darah (wholeblood) dipipet ke dalam pipa kapiler reagen (catridge) CD4.
6. Dimasukan cartridge hingga terdengar “klik” dan pima analyser akan secara otomatis
menarik cartridge kedalam mesin.
7. Kemudian masukan nama operator dan nama sampel
8. Hasil ditunggu hasilnya selama ± 20 menit. setelah proses selesai, cartridge dikeluarkan.
Hasil analisis diprint dengan menekan tombol OK.

Hasil :

Rata-rata sel limfosit CD4 yang diukur dengan CD4 PIMA Alere adalah 226,32 ±
172,09 sedangkan nilai rata-rata sel limfosit CD4 yang diukur dengan flowcytometry sebagai
standar baku emas adalah 232,07 ± 162,51 dengan nilai p > 0.05. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa tidak ada perbedaaan yang bermakna antara hasil perhitungan sel limfosit CD4 dengan
PIMA dan flowcytometry sehingga alat PIMA dapat digunakan untuk menggantikan
pengukuran CD4 dengan metode flowcytometri.

Interpretasi Hasil :
Kesimpulan :

Kadar CD4 sebelum dan enam bulan sesudah terapi ARV pada pasien HIV-AIDS
untuk kombinasi regimen tenofovir, lamivudine dan efavirenz, sedangkan untuk kombinasi
yang lainnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Diskusi :

Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi
masalah global yang melanda dunia sehingga diperlukan perhatian yang serius. Human
Immunodeficiency Virus(HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang
mengakibatkan kondisi tubuh menjadi lemah . Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini
merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS).

Pemeriksaan CD4 adalah pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa jumlah sel CD4 di
dalam darah. Rentang nilai normal CD4 pada individu dewasa sehat antara 500-1.600 sel/mm3.
Metode pemeriksaan ini mudah dan dapat menggambarkan fungsi sistem imun kita secara garis
besar. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi nilai CD4 antara lain olah raga dan penggunaan
obat antiretroviral (ARV). Kedua aktivitas ini akan meningkatkan nilai CD4. Bila pemeriksaan
dilakukan pada orang yang kurang istirahat dan merokok maka bisa didapati nilai CD4 yang
menurun.

Pemeriksaan CD4 merupakan pemeriksaan yang disarankan dilakukan ketika seorang


ODHA akan mengonsumsi obat antiretroviral. Nilai CD4 pada saat itu akan menjadi titik nol
atau baseline sekaligus menilai status imunitas pada ODHA. Semakin rendah nilai CD4, maka
status imunitas ODHA akan semakin buruk pula. Nilai CD4 pada saat ini akan membantu para
klinisi untuk memberikan edukasi yang tepat pada ODHA. Dengan adanya nilai baseline,
respons terhadap pengobatan dapat dievaluasi dengan baik sehingga membantu para klinisi
untuk memberikan pengobatan yang tepat pada penderita.

Menurut rekomendasi dari Panel on Antiretroviral Guidelines for Adults and


Adolescents, interval pemeriksaan CD4 sebaiknya dilakukan tiap 3-6 bulan sekali selama 2
tahun pertama pengobatan. Setelah itu dilanjutkan 1 kali pemeriksaan CD4 tiap tahun atau bila
didapatkan indikasi seperti adanya kegagalan pengobatan maupun indikasi klinis lainnya.
Menunda waktu pemeriksaan CD4 juga disarankan bila saat waktu pemeriksaan ODHA baru
saja sembuh dari infeksi atau sakit lainnya. Hal ini karena memertimbangkan hasil CD4 yang
akan muncul lebih rendah, dan tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya saat stabil.
Antiretroviral merupakan terapi yang memiliki tujuan utama yaitu untuk menekan
jumlah virus (viral load),sehingga akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi
kematian akibat infeksi oportunistik. Seperti yang sudah diketahui, HIV menginfeksi sel limfosit
T-helper melalui reseptor permukaan CD4 (Cluster of differentiation4). CD4 merupakan rantai
tunggal sebagai penanda status kesehatan sistem imun. CD4 akan berikatan dengan Major
Histocompatibility Complex (MHC) II membentuk ikatan selanjutnya akan berikatan dengan
virus HIV, sehingga materi ribonucleic acid (RNA) virus akan masuk ke dalam sel limfosit T-
helper. Virus HIV mampu mengubah RNA menjadi deoxyribonucleic acid (DNA) sehingga sel
limfosit T-helper menjadi rusak yang berakibat turunnya CD4 dan sistem imun menjadi lemah.
Maka pemeriksaan CD4 dapat digunakan untuk menentukan pasien yang memerlukan
pengobatan profilaksis infeksi oportunistik (IO) dan terapi antiretroviral. Keberhasilan
pengobatan pada pasien HIV dinilai dari tiga hal, yaitu keberhasilan klinis, keberhasilan
imunologis, dan keberhasilan virologis. Keberhasilan klinis adalah terjadinya perubahan klinis
pasien HIV seperti peningkatan berat badan atau perbaikan infeksi oportunistik setelah
pemberian antiretroviral, keberhasilan imunologis adalah terjadinya perubahan jumlah limfosit
CD4 menuju perbaikan, yaitu naik lebih tinggi dibandingkan awal pengobatan setelah
pemberian antiretroviral, dan keberhasilan virologis adalah menurunnya jumlah virus dalam
darah setelah pemberian antiretroviral.

You might also like