Professional Documents
Culture Documents
5 Pemeriksaan Elisa Hiv 2b
5 Pemeriksaan Elisa Hiv 2b
IMUNOSEROLOGI
DISUSUN OLEH :
PRA ANALITIK
Tujuan : Untuk mendeteksi antibodi HIV secara kuantitatif dalam serum atau plasma
manusia dengan metode ELISA.
Prinsip : Prinsip metode ELISA untuk pemeriksaan prealbumin ini adalah Protein
prealbumin pada sampel akan berikatan dengan anti-prealbumin yang telah
dicoating pada permukaan polystyrene microtitre wells. Setelah dicuci dengan
cairan washing solution, protein yang tidak berikatan dengan antibody pada
dinding well akan tercuci dan dibuang. Kemudian diberikan antibody ke dua
yang telah dikonjugasi dengan enzim horseradish peroxidase(HRP) yang akan
berikatan dengan prealbumin yang sebelumnya berikatan degan anti
prealbumin pada dinding well dan membentuk kompleks antbodi-antigen-
antibodi. Setelah pencucian yang ke dua untuk membuang antibody yang tidak
berikatan, diberikan chromogenic substrate, tetramethylbenzidine(TMB).
Banyaknya enzim yang terikat akan bergantung pada jumlah prealbumin pada
sampel, sehingga ketika diberikan substrat, enzing akan mengolah substrat
sehingga terjadi perubahan warna pada cariran di dalam well dengan gradasi
warna berbeda beda sesuai dengan konsentrasi prealbumin yang
dikandungnya(Petunjuk kit).
Alat :
1. Centrifuge
2. Tabung vakum
3. ELISA Washer
4. ELISA Reader Multiskan GO
5. Perlengkapan untuk Pengambilan sampel darah (Tourniquet, Swab
Alkohol, Spuit 3cc)
6. Tabung centrifuge
7. Vortex
8. Mikropipet
9. Gelas Ukur
Reagen :
a. Diluent Consentrate 5x
d. Chromogen-Substrate Solution
e. Stop Solution
Sampel :
1. Plasma
2. Serum
Probandus :
1. Nama : Mr.X
2. Umur : Xy
3. TTL : Xxy
4. Alamat : Xyy
ANALITIK
Prosedur :
1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel darah masing-masing tabung 1,5 cc sampel 1 dan 2 dimasukkan ke
dalam tabung yang berisi EDTA untuk diambil plasma darahnya, sementara sampel ke 3
dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifuge tanpa EDTA untuk diambil serumnya.
Selanjutkan dilakukan sentrifugasi ketiga sampel darah tersebut untuk memisahkan
plasma darah dan serum darah dengan sel darah.
Tabung sampel+EDTA 1 dan 2 → sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit. Tabung mikrosentrifuge 3 → dengan mikrosentrifuge kecepatan 3000 rpm selama
10 menit.
2. Pengenceran Diluent Solution 5X → 1X Untuk mendapatkan 10 ml diluent sol 1x= 2 ml
Diluent sol. + 8 ml Aquades.
3. Pengenceran sampel. Siapkan @ 2 tabung eppendorf untuk tiap sampel,
Tabung I = 5 µl Sampel + 495 µl Diluent 1X = 1/100 dilution → sentrifugasi.
Tabung II = 5µl Tabung I + 495 µl Diluent 1X = 1/10000 dilution → sentrifugasi.
Hasil :
Absorbansi
A : 0,000 (-)
B : 0,167 (-)
C : 0,573 (-)
D : 0,000 (-)
E : 0,000 (-)
F : 0,000 (-)
G : 2,069 (+)
H : 0,339 (-)
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat penyebab
AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bersama sel CD4 sehingga dapat merusak
system kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan
penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan
merubahnya menjadi tempat berkembang biak virus HIV baru kemudian merusaknya,
sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk system
kekebalan tubuh. Tampa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
AIDS merupakan hasil infeksi yang berbahaya oleh virus yang disebut HIV. Belum ada
cara penyembuhan yang sempurna atau vaksin yang memadai untuk perlindungan terhadap
AIDS, tapi berbagai cara pengobatan sedang dalam proses percobaan. Cara terbaik untuk
melawan wabah ini adalah mencegah penularan dan penyebaran virusnya. Jalur utama dari
penyebaran atau penularan HIV adalah hubungan seksual dan diketahui hanya terjadi lewat
kontak dengan darah yang terinfeksi, atau mungkin sekresi vagina, atau cervik (leher rahim)
dengan selaput lendir (membran mukosa). Sejumlah kecil kasus telah ditularkan melalui ibu ke
janin atau melalui tranfusi darah atau benda yang berasal dari darah yang terkontaminasi
dengan virus HIV. Jumlah penduduk yang menderita AIDS semakin meningkat dan sebagian
besar penduduk yang telah terinfeksi HIV tidak menunjukan gejala apapun (Waluya, 2001).
Gejala AIDS merupakan hasil kondisi yang umumnya tidak akan terjadi pada individu
dengan sistem kekebalan yang sehat. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang dalam keadaan normal bisa dikendalikan oleh
elemen sistem kekebalan yang dirusak HIV. Infeksi opportunistik umum didapati pada
penderita AIDS. Penderita AIDS juga beresiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma
kaposi, kanker leher rahim dan kanker sistem kekebalan yaitu limfoma.
HIV terbagi atas dua tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Penderita AIDS pada umunya
terifeksi oleh HIV-1 dan HIV-2, perbedaan yang mencolok dari kedua tipe HIV ini adalah
HIV-1 lebih reaktif dari HIV-2. Selain itu, antigen yang reaktif terhadap core protein HIV-1
tidak reaktif terhadap core protein HIV-2, begitupun sebaliknya. Perbedaan lainnya adalah
HIV-1 merupakan tipe yang lebih virulen dan merupakan penginfeksi yang umum pada
penderita AIDS seluruh dunia dibandingkan HIV-2 (Hubah RD, 2014). Diagnosis infeksi oleh
HIV dapat ditegakkan dengan memperhatikan berbagai parameter klinik maupun laboratorik.
Namun setelah terinfeksi oleh virus HIV, seseorang penderita biasanya tetap sehat sehingga
diagnose laboratorium sangat diperlukan (Ratih, 2012). Salah satunya pemeriksaan yaitu
menggunakan metode Elisa. Metode elisa ini digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV
secara dini terutama pada neonates dan seronegatif dengan orang tua riwayat terpapar virus
HIV. Antigen HIV dapat terdeteksi dalam darah pada saat jumlah antigen lebih banyak
daripada antibodi. Oleh sebab itu deteksi antigen hanya dapat dilakukan hanya stadium dini
infeksi dimana belum terbentuk antibodi dalam jumlah banyak ataustadium akhir penyakit
dimana tidak lagi terbentuk antibodi.
Penularan
Seseorang yang positif-HIV asimtomatis dapat menularkan virus. Adanya penyakit
seksual lainnya seperti sifilis dan gonorhoe meningkatkan resiko penularan penyakit HIV
sebanyak seratus kali lebih besar, karena peradangan membantu pemindahan HIV menembus
barier mukosa. Sejak pertama kali HIV ditemukan, aktifitas homoseksual telah dikenal sebagai
faktor resiko utama tertularnya penyakit ini. Resiko ini bertambah dengan bertambahnya
jumlah pertemuan seksual dengan pasangan yang berbeda. Transmisi HIV masuk ke dalam
tubuh manusia melalui 3 cara, yaitu:
1. Secara vertikal yaitu dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak, terjadi selama mengandung
(intrauterine), persalinan (intrapartum) dengan resiko penularan 14% dan menyusui
(postpartum) dengan resiko penularan 11- 29%.
2. Secara transeksual atau kontak seksual (termasuk seks-oral), yaitu pada homoseksual
maupun heteroseksual dengan prevalensi 70-80%.
3. Secara horizontal yaitu antar darah atau produk darah yang terinfeksi saat transfusi darah,
transplantasi organ, tindakan hemodialisis, asas sterilisasi yang kurang diperhatikan pada
pemakaian bersama jarum suntik injecting drugs use (IDU) atau secara bergantian pada
pengguna obat-obat terlarang, pembuatan tato, tindik dan perawatan gigi. (Nasronudin,2014).
https://youtu.be/7nvtMJnOQUs
DAFTAR PUSTAKA