You are on page 1of 3

Nama : Abelia Djafar

Kelas : 1A Kebidanan

Nim : 751540121001

Tugas 11 Bahasa Indonesia

1. Gorontalo dilanda banjir

Gorontalo Dilanda Banjir Akibat Luapan Sungai

Bencana alam banjir melanda 13 desa yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Gorontalo,
Provinsi Gorontalo. Kejadian ini dipicu oleh hujan lebat sehingga debit air beberapa sungai meluap
pada Jumat malam 1 Oktober 2021 pukul 20.56 waktu setempat. Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Gorontalo memonitor sekitar tiga jam setelah banjir, genangan berangsur-
angsur surut. Fenomena ini disebabkan empat sungai tidak mampu menampung debit air hujan, yaitu
Sungai Bulota, Biyonga, Uwabu dan Marisa. Kondisi tersebut menyebabkan 13 desa yang tersebar di
empat kecamatan terdampak. Wilayah desa atau kelurahan yang terdampak yaitu Kelurahan
Hunggaluwa, Tenilo, Hutuo, Kayubulan dan Bolihuanga di Kecamatan Limboto. Kemudian di
Kecamatan Limboto Barat, desa terdampak di Yosonegoro, Tunggulo dan Haya-haya, sedangkan di
Telaga dan Pulubala wilayah terdampak antara lain Desa Ulapato B, Dulamayo, Ulupato A, Talumelito
dan Tuladenggi. Sebanyak 2.300 warga terdampak di empat kecamatan tersebut. Dampak lain, BPBD
Kabupaten Gorontalo juga mencatat jembatan rusak sebanyak 4 unit. Saat banjir terjadi, tinggi muka
air berkisar 20 hingga 50 cm. Berdasarkan data kejadian BNPB, sepanjang kurun waktu lima tahun
(2015-2020) sebanyak 20 kejadian bencana banjir terjadi di Kabupaten Gorontalo. Jumlah korban
meninggal dan hilang berjumlah lima jiwa pada periode waktu tersebut.

2. Musim kemarau tiba

Kurang lebih sepekan terakhir, hujan turun di sejumlah wilayah Pulau Jawa dengan intensitas
beragam, mulai Hujan di bulan Juni kemudian membawa banyak pertanyaan, karena sebelumnya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat memprediksi musim kemarau tahun
ini di mulai pada April lalu. Perkiraan itu didasarkan pada prediksi waktu terjadinya fenomena
peralihan angin monsun, dari monsun barat ke monsun timur, pada akhir Maret 2021. "BMKG
memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun
Australia akan mulai aktif. Karena itu, musim kemarau 2021 diprediksi akan mulai terjadi pada April
2021," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dikutip dari Kompas.com, (27/3/2021). Lalu, apa yang
menyebabkan hujan masih turun, meski saat kemarau? Penjelasan BMKG.... Kepala Bidang Analisis
Variabilitas Iklim BMKG Supari menyebut, hujan tidak hanya masih turun di Pulau Jawa, namun di
banyak wilayah Indonesia barat dan tengah. Setidaknya ada 2 hal yang mendasari hujan di bulan Juni
ini. "Data aliran udara lembab menunjukkan bahwa sumber uap air yang menjadi sumber kejadian
hujan ini dari Samudera Hindia, dan diduga terkait dengan gejala IOD negatif yang saat ini
berkembang di Indian Ocean," kata Supari saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/6/2021). Alasan
selanjutnya adalah adanya gangguan gelombang atmosfer yang terjadi secara bersamaan. "Secara
bersamaan, sedang terjadi gangguan gelombang atmosfer yaitu equatorial rossby wave yang juga
berkontribusi meningkatkan potensi hujan di wilayah Indonesia," ujar dia. Diperkirakan hingga akhir
Juni....Ketika ditanya hingga kapan hujan ini akan terjadi, Supari menyebut semua tergantung dari
masa berlangsung kedua alasan yang melatarbelakanginya. "Untuk sebab aliran udara lembab, itu
bisa bertahan lama fenomenanya sehingga dapat menyebabkan kondisi hujan di atas normal
beberapa dasarian," ucap Supari. "Sedangkan untuk sebab gangguan gelombang atmosfer umumnya
hanya berkisar satu mingguan," lanjut dia. Di akhir penjelasannya, Supari memperkirakan hujan
semacam yang terjadi sekarang masih akan terus berlangsung hingga akhir bulan ini. "Dengan
mempertimbangkan hal tersebut, maka diperkirakan hingga akhir Juni masih terjadi hujan-hujan
seperti itu," pungkas dia.

3. Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan
membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti
kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

4. Penurunan pajak bumi bangunan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan keringanan pajak yakni Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2). Pemprov DKI memberikan keringanan pokok piutang PBB-P2
untuk tahun Pajak 2013 sampai dengan tahun pajak 2020 ditetapkan sebesar 10 persen. Pemberian
keringanan sebagaimana dimaksud ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pokok
piutang PBB-P2 pada periode bulan Agustus 2021 sampai dengan bulan September 2021. Selain
memberikan keringanan pokok piutang PBB-P2, Pemprov DKI memberikan keringanan PBB-P2 untuk
tahun pajak 2021 dengan ketentuan keringanan sebesar 20 persen diberikan kepada wajib pajak yang
melakukan pembayaran PBB-P2 tahun pajak 2021 di bulan Agustus 2021. Lalu keringanan sebesar 15
persen diberikan kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran PBB-P2 tahun pajak 2021 di bulan
September. Keringanan dapat diberikan apabila objek PBB-P2 yang akan diberikan keringanan tidak
memiliki tunggakan.

You might also like