You are on page 1of 37

Perancangan Turbin Screw

untuk Pembangkit Listrik Mikrohidro Dengan Head Rendah

Encu Saefudin, Tarsisius Kristyadi dan Tri Sigit Purwanto


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional
Jl. PKH. Mustapha No. 23, Bandung 40124
encu@itenas.ac.id

Abstract
Di Indonesia terdapat sungai yang relatif banyak yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga
listrik. Sekitar 50 % sungai di Indonesia tergolong mempunyai head yang rendah. Turbin screw (turbin
ulir) merupakan turbin air yang cocok untuk aliran sungai dengan head rendah. . Salah satu jenis turbin
yang belum dikenal secara luas pemanfaatannya adalah turbin screw. Pemanfaatan air sungai dengan
head rendah untuk pembangkit listrik memerlukan teknologi/jenis turbin khusus tidak bisa
menggunakan turbin pelton, Kaplan atau Franciss. Prinsip kerja screw turbin ini didasari oleh sistem
pompa screw yang berfungsi mengangkat air dari sungai menuju ke permukaan. Screw turbin pada
dasarnya merupakan kebalikan dari pompa ulir (screw pump). Air yang mempunyai head tertentu
(rendah) akan mampu memutar turbine screw yang dihubungkan dengan generator untuk
menghasilkan listrik. Dalam penelitian sebelumnya telah dikembangkan prototype turbin screw untuk
pembangkit listrik skala kecil dalam skala laboratorium dan telah diuji serta menghasilkan energi
listrik. Penelitian ini mengkaji perancangan turbin ulir untuk pembangkit listrik mikrohidro. Turbin
ulir dirancang dalam bentuk prorotype dengan skala yang disesuaikan dengan lapangan. Parameter
perancangan meliputi kecepatan aliran air lebar sungai, tinggi aliran air dan head sungai yang
diperoleh dari pengukuran suatu sungai (saluran irigasi sekunder) Ciherang Bandung Selatan. Dari
hasil rancang bangun diperoleh beberapa parameter yang menetukan kinerja turbin yaitu dimensi
turbin berupa diameter turbin, poros turbin, panjang turbin, pitch turbin, dan komponen pendukungnya
seperti : poros turbin, tiga buah poros penghubung, kopling universal, roda gigi, puli, v-belt, bantalan,
baut dan lain-lainnya . Hasil dari perancangan turbin untuk harga d/Do=0,3, diperoleh dimensi turbin
screw sebagai berikut: Head Turbin 1,05 m, Kapasitas aliran 0,3302 m3/s, Panjang turbin 1,831 m,
Jarak Pitch, 0,512 m, Sudut peletakan turbin (α) 350 , Diameter inner turbin (Di) 0,2179 m, Diameter
luar turbin (Do) 0,7266 m, Tinggi sudu turbin 0,2544 m, Jumlah sudu turbin (Z) 2 buah, Jumlah cycle
3,5 dan Sudut screw turbin (β) : 260

Kata Kunci: turbin screw, head rendah, poros, pembangkit listrik, mikrohidro

1. Pendahuluan
Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang cukup besar terutama energi air. Potensi
energi air dapat dimanfaatkan dengan baik jika mempunyai debit dan head yang cukup tinggi. Potensi
tersebut sudah banyak dimanfaatkan baik oleh PLN dan pihak swasta.

Energi listrik merupakan energi yang sangat penting yang diperlukan untuk memenuhi berbagai
keperluan dalam kehidupan. Di Indonesia sumber energi listrik dihasilkan melalui berbagai pembangkit
listrik diantaranya adalah PLTA, PLTU, PLTP, PLTG, dan PLTD. PLTD, PLTU, dan PLTG
memerlukan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin berkurang, juga harganya yang relatif
mahal, sedangkan PLTP dan PLTA hanya dapat dibangun pada daerah-daerah tertentu sehingga untuk
mencapai pengguna diperlukan sistem transmisi yang relatif panjang. Sebagai mana diketahui bahwa
penyebaran penduduk Indonesia terutama di Jawa barat tidak merata. Sebagian penduduk Jawa Barat
tinggal di daerah terpencil yang jauh dari fasilitas listrik. Dengan demikian perlu dicarikan solusi
masalah penyediaan listrik untuk daerah terpencil tersebut. Aspek lain yang ditinjau adalah kebijakan
pemerintah dalam memanfaatkan energi baru terbarukan, dimana saat pemerintah memberikan insentif
bagi masyarakat yang memanfaatkan energi baru terbarukan.

Mesin | 138
Selain potensi air tersebut di atas, di Jawa Barat juga masih terdapat potensi energi air yang terdapat di
sungai yang mempunyai head rendah potensi ini belum bisa dimanfaatkan secara optimal karena
keterbatasan teknologi turbin. Untuk head dan debit yang sedang sampai tinggi saat ini terdapat turbin
pelton, francis, kaplan, dan crossflow. sedangkan untuk head yang rendah, masih sulit untuk
dikembangkan, padahal kita mempunyai potensi yang sangat besar

Penelitian ini didasari atas keterbatasan penyediaan energi listrik di daerah terpencil, padahal sekitar
daerah tersebut terdapat sumber energi air yang cukup walaupun mempunyai head rendah. Sehingga
perlu dikembangkan usaha memanfaatkan potensi energi air dengan head rendah untuk pembangkit
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Salah satu daerah yang dijadikan Studi atau penelitian adalah
Sungai Cisangkuy-Ciherang di daerah Banjaran Jawa Barat. Sungai tersebut mempunyai debit cukup
besar dengan head yang rendah. Sehingga pada penelitian ini dikaji pemanfaatan sungai Cisangkuy-
Ciherang untuk pembangkit listrik mikrohidro yang akan digunakan untuk masyarakat sekitar.

Untuk dapat mengkonversi energi air tersebut di atas diperlukan turbin khusus yang disebut turbin ulir
(screw turbine). Prinsip kerja screw turbine ini didasari atas sistem pompa screw yang berfungsi
mengangkat air dari sungai menuju ke permukaan. Screw turbin pada dasarnya merupakan kebalikan
dari pompa ulir (screw pump). Air yang mempunyai head tertentu walaupun kecil mampu memutar
turbine screw yang akan dihubungkan dengan generator untuk menghasilkan listrik.

Sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah membangun pembangkit
listrik mikrohidro (skala kecil) dengan menggunakan turbin ulir. Jika diuraikan maka tujuan penelitian
ini adalah seperti berikut:
1. Mendapatkan optimasi dimensi turbin ulir untuk sistem pembangkit listrik mikrohidro.
2. Mendapatkan sistem pembangkit listrik mikrohidro dengan turbin ulir yang sesuai untuk
daerah terpencil.

Kontribusi dari hasil penelitian ini adalah :


1. Penelitian ini akan membantu memecahkan masalah distribusi sumber energi listrik ke daerah
terpencil. Karena daerah-daerah terpencil terutama daerah pedesaan dan pegunungan dapat
memanfaatkan sumber energi air sungai untuk pembangkit listrik didaerah masing-masing.
2. Penelitian ini akan membantu memecahkan masalah kelangkaan sumber energi minyak dengan
menggantikannya dengan sumber energi yang bisa diperbaharui. Melalui sistem pembangkit
listrik mikrohidro dengan turbin ulir yang merupakan sistem pembangkit listrik menggunakan
sumber energi yang dapat diperbaharui atau ketersediaannya terus menerus yang selama ini
belum dimanfaatkan secara optimum.

Hasil/luaran target dari penelitian ini adalah suatu sistem pembangkit listrik mikrohidro dengan
menggunakan turbin ulir.
Urgensi (Keutamaan) Penelitian adalah :
1 Pengembangan sumber energi alternatif perlu dilakukan untuk mengatasi berkurangnya energi
minyak. Salah satu sumber energi yang layak untuk dikembangkan adalah sumber energi yang
berasal dari air sungai pada daerah dengan head yang rendah.
2 Dibutuhkan cara tertentu untuk memanfaatkan energi air sungai pada head rendah, yaitu
dengan turbin yang mempunyai kemampuan membangkitkan energi pada head rendah.
Penentuan dimensi turbin merupakan hal yang sangat menentukan terhadap prestasi
turbin ulir, sehingga pada penelitian ini akan dilakukan optimasi.

2. Studi Pustaka
Pada dasarnya perancangan tipe turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sama
seperti perancangan tipe turbin PLTA konvensional. Dasar perancangan (pemilihan) tipe turbin sebagai
penggerak generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah harus mengetahui
besaran debit air (m3/detik), head (meter), dan besarnya kecepatan putar turbin (n). Kecepatan putaran
turbin didapat dengan mengetahui kecepatan air yang masuk sudu-sudu turbin,

Mesin | 139
Nilai kecepatan spesifik dapat diperoleh dengan menggunakan grafik kecepatan spesifik dibawah ini
setelah diketahui besar nilai head, putaran turbin, dan kapasitas air. Setelah mengetahui kecepatan
spesifik tersebut dapat ditentukan jenis turbin yang akan digunakan. Apakah akan digunakan turbin
propeller, pelton, crossflow atau yang lainnya. Penentuan jenis turbin untuk PLTMH juga dapat secara
langsung melalui grafik dibawah berikut setelah diketahui nilai kecepatan spesifik dari perhitungan.

Gambar 1 Grafik Pemilihan turbin untuk PLTMH

Selain dengan mengunakan grafik, kecepatan spesifik dapat pula ditentukan dengan menggunakan
persamaan seperti berikut di bawah ini. Dengan mengubah kecepatan linear menjadi kecepatan
sentrifugal (keliling) pada poros turbin tersebut, yang disebut dengan kecepatan keliling dengan
persamaan :
U1 = Dx π x n (1)
Dimana : U1 = Kecepatan keliling (m/s)
D = Diameter roda turbin (m)
n = putaran turbin (rpm)

Dalam pemilihan kecepatan putaran sedapatnya ditentukan setinggi mungkin, karena dengan kecepatan
putar yang tinggi akan didapat momen puntir (kopel) yang kecil, poros yang kecil. Kecepatan keliling
(U1) meningkat dengan membesarnya putaran. Putaran selanjutnya yang sangat penting untuk diketahui
dalam merencanakan turbin adalah menentukan kecepatan spesifik (nq) yang akan sangat menentukan
dalam perencannan tipe turbin yang akan digunakan dalam PLTMH. Besar kecepatan spesifik (nq)
dapat diperoleh dengan rumus :

nq = n . min-1 (2)

dimana : n = jumlah putaran (rpm)


V = Kapasitas air (m3/detik)
H = Head/tinggi air jatuh (m)

Menurut Ritz-Atro Pumpwerksbau (gambar 2), prinsip kerja turbin ulir Archimedean hydrodynamic
adalah pembalikan dari pompa Archimedean dimana turbin ini memanfaatkan energi aliran air menjadi
energi mekanik. Rentang output daya adalah berkisar dari 1 – 250 kW, debit aliran berkisar dari 100 –
5000 l/s, dan kemiringan berkisar dari 22° – 36°.

Turbin Ulir (Screw Turbine) adalah salah satu turbin yang termasuk dalam turbin reaksi, dimana energi
yang berasal dari energi mekanik yang terdapat pada air dan perubaan tekanan yang terjadi pada sudu
mengakibatkan sudu ulir berputar dan memutar poros dan juga turbin ini dapat beroperasi pada daerah
yang memiliki head yang sangat rendah. Pada penggunaannya turbin screw ini posisi sudunya

Mesin | 140
tergantung dari kondisi head yang ada di lapangan. Turbin screw bekerja pada head rendah dengan
ketinggian air jatuh antara 2 – 10 m. Sudut untuk penentuan head turbin berada antara 30o - 60o

Gambar 2 Susunan turbin screw

Beberapa keunggulan turbin screw dibandingkan dengan jenis turbin air lainnya yaitu:
a. Baik dikembang pada daerah yang memiliki sumber air dengan debit yang cukup besar
(sungai) namun hanya memiliki head yang rendah.
b. Tidak memerlukan sistem kontrol yang sangat rumit seperti turbin lainnya.
c. Tekanan air yang terjadi pada tidak merusak ekologi dalam hal ini dampak terhadap makhluk
hidup air contohnya (ikan).
d. Tidak membutuhkan draft tube, sehingga dapat mengurangi pengeluaran untuk penggalian
pemasangan draft tube.
e. Memiliki efisiensi relatif tinggi, dengan variasi debit yang besar dan sangat baik untuk debit
air yang kecil.
f. Tidak memerlukan jaring-jaring halus sebagai pencegah masuknya puing-puing ke dalam
turbin, sehingga dapat mengurangi biaya perawatan.

Untuk menaikkan putaran dari poros turbin sebesar 30 rpm menjadi 1500 rpm pada generator,
digunakan tiga tingkat sistem transmisi, yaitu dua tingkat dengan sabuk-v dan satu tingkat dengan roda
gigi lurus, yang dilengkapi dengan 3 buah poros penghubung yang ditumpu dengan bantalan gelinding.
Untuk menyambung poros turbin pada kemiringan 350 dengan poros transmisi (penghubung) pada
posisi horizontal (kemiringan = 00), digunakan kopling universal joint.

3. Metodologi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan rancangan protitipe skala lapangan pembangkit
listrik mikrohidro dengan menggunakan turbin screw. Dari tujuan tersebut terdapat 3 tahapan
(milestone) yang akan dicapai :
1. Pemilihan lokasi yang tepat untuk penempatan turbin screw terutama di wilayah Jawa Barat.
2. Optimasi dimensi turbin screw.
3. Menetukan dimensi komponen utama sistem transmisi.

Oleh karena itu tahapan penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu, penyiapan lokasi, perancangan dimensi
turbin dan perhitungan dimensi komponen utama sistem transmisi,

Penelitian akan dilakukan di lapangan dan di Laboratorium dan menggunakan peralatan serta fasilitas
yang tersedia. Sedangkan sebagian komponen utama dibuat secara mandiri dan mengambil yang sudah

Mesin | 141
tersedia di pasaran dengan menyesuaikan kapasitasnya. Diagram alir perancangan turbin screw,
diperlihatkan pada gambar 3.

Mulai A B

Studi Literatur Efisiensi Turbin Screw tidak

Data Pendukung Potensi Daya Turbin Yang Dihasilkan


(H=1,05m & Q=1000 Lpm)
Ya

Penentuan Generator
Optimalisasi Turbin
Screw (dengan 2 Blade)
Perhitungan Transmisi Daya

Diameter Turbin
Screw Perhitungan Poros Penghubung

Diameter Poros
Turbin Spesifikasi
Teknis Turbin

Panjang Turbin

Dokumentasi Hasil
Dalam Bentuk Gambar
Pitch Turbin Teknik

Banyaknya Ulir
Selesai

A B

Gambar 3. Diagram alir perancangan Gambar 4. Skematis sistem turbin screw


turbin screw

4. Hasil dan Pembahasan


Hasil dari perancangan diperoleh dimensi turbin screw adalah sebagai berikut: Head Turbin 1,05 m,
Kapasitas aliran 0,3302 m3/s, Panjang turbin 1,831 m, Jarak Pitch, 0,512 m, Sudut peletakan turbin (α)
350 , Diameter inner turbin (Di) 0,2179 m, Diameter luar turbin (Do) 0,7266 m, Tinggi sudu turbin
0,2544 m, Jumlah sudu turbin (Z) 2 buah, Jumlah cycle 3,5 dan Sudut screw turbin (β) : 260, efisiensi
turbin 0,7875.

Sedangkan dari perancangan sistem transmisi diperoleh sebagai berikut : Roda Gigi Besar :
Diameter Jarak Bagi 315 mm, Diameter Lubang 60 mm, Tebal 30 mm, Modul 5, Jumlah Gigi 63,
Material S 45 C. Roda Gigi Kecil : Diameter Jarak Bagi 75 mm; Tebal 30 mm, Modul 5, Jumlah Gigi
15, Material S 45 C. Puli tipe A dan B 2 jalur, Diameter tipe A 9 in dan 3 in, Diameter tipe B 12 in dan
3 in, Material puli besi cor. Sabuk-v tipe A 47 dan B 61, Panjang Sabuk A 1194 mm, Panjang Sabuk B
1549 mm, Material sabuk Rubber. Semua bantalan yang digunakan untuk menumpu poros adalah jenis
bantalan gelinding. Untuk menyambung poros turbin dengan poros penghubung pada sistem transmisi
yang tidak segaris digunakan kopling universal

Salah satu kelebihan dari turbin screw adalah bahwa head turbin screw bisa diatur dengan mudah dengan
cara mengatur kemiringan turbin. Untuk mengetahui karakteristik turbin yang dibuat nantinya perlu
dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan dengan variasi debit dan head yang berbeda-beda. Parameter
yang diukur adalah daya dan efisiensi turbin.

Dalam perancangan optimasi dimensi turbin untuk Head Turbin 1,05 m, Kapasitas aliran 0,3302 m3/s,
digunakan perbandingan d/D=0,3, hal ini dilakukan untuk menghindari dimensi poros turbin (diameter
inner turbin) yang terlalu besar yang nantinya terkedala pada pembuatannya.

Mesin | 142
Dalam perancangan sistem transmisi, digunakan kopling universal joint untuk menyambung poros
turbin yang miring sebear 35⁰ dengan poros penghubung dengan posisi horizontal (sumbu kedua poros
tidak segaris), hal ini dilakukan untuk memudahkan pembuatan dan perakitan sistem transmisi termasuk
frame.

Pada sistem transmisi digunakan tiga tahap inkrisi putaran, tahap pertama menggunaka roda gigi
sedangkan pada tahap kedua dan ketiga menggunakan sistem sabuk puli-v, hal ini dilakukan karena
putaran poros turbin yang hanya 30 rpm harus dinaikkan menjadi 1500 rpm pada poros generator. Pada
inkrisi tahap pertama digunakan roda gigi, karena dengan putaran sangat rendah torsi yang terjadi sangat
besar. Sedangkan pada tingkat dua dan tiga digunakan puli sabuk-v, karena putarannya relatif besar dan
torsi yang terjadi menjadi lebih kecil.

5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Dimensi turbin screw hasil perancangan adalah sebagai berikut: Head Turbin 1,05 m, Kapasitas
aliran 0,3302 m3/s, Panjang turbin 1,831 m, Jarak Pitch, 0,512 m, Sudut peletakan turbin (α) 350 ,
Diameter inner turbin (Di) 0,2179 m, Diameter luar turbin (Do) 0,7266 m, Tinggi sudu turbin
0,2544 m, Jumlah sudu turbin (Z) 2 buah, Jumlah cycle 3,5 dan Sudut screw turbin (β) : 260,
efisiensi turbin 0,7875.
2. Dimensi sistem transmisi hasil diperoleh sebagai berikut : Roda Gigi Besar : Diameter Jarak Bagi
315 mm, Diameter Lubang 60 mm, Tebal 30 mm, Modul 5, Jumlah Gigi 63, Material S 45 C. Roda
Gigi Kecil : Diameter Jarak Bagi 75 mm, Tebal 30 mm, Modul 5, Jumlah Gigi 15, Material S 45
C. Puli tipe A dan B 2 jalur, Diameter tipe A 9 in dan 3 in, Diameter tipe B 12 in dan 3 in, Material
puli besi cor. Sabuk-v tipe A 47 dan B 61, Panjang Sabuk A 1194 mm, Panjang Sabuk B 1549
mm, Material sabuk-v Rubber.
3. Salah satu kelebihan dari turbin screw adalah bahwa head turbin screw bisa diatur dengan mudah
dengan cara mengatur kemiringan turbin.

Daftar Pustaka
[1] Jagdish, L., 1975, Hydraulic Machines, Chand & Company LTD, New Delhi.
[2] Khurmi R.S., Gupta J.K., 2005, A Textbook of Machine Design, Chand (s) & Co. Ltd, India.
[3] Munson, B. R., Young, D. F., Okiishi, T. H., 2005, Mekanika Fluida Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
[4] Nick Bard Hydro Services, 2007, Rivert Dart Country Park Archimedes Screw System
Performance Assessment, UK.
[5] Rorres, C., 1998, The Turn of the Screw: Optimal Design of An Archimedes Screw, Journal of
Hydraulic Engineering, Philadelphia
[6] Havendri, A. dan Arnif, I. ( 2010). “Kaji Eksperimental Penentuan Sudut Ulir Optimum pada
Turbin Ulir untuk Data Perancangan Turbin Ulir pada Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh)
dengan Head Rendah.” Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke-9, Palembang.
[7] Leclerc, M., (2007), A New Turbine Low Head Profitable Harnessing of Verry Low Head
Applications, MJ2 Technologies, France.
[8] Sularso & K. Suga, 2008, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya
Paramita; Jakarta.

Mesin | 143
Perbandingan Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) dengan Real
Time Streaming Protocol (RTSP) menggunakan Video Streaming

Fathur Rachman Adji1*, Hendri Maja Saputra2*


1
Teknik Elektronika, Politeknik Caltex Riau,
Jl. Umban Sari Atas No. 1, Pekanbaru, Indonesia
2
Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(Puslit Telimek, Gd. 20), Jl. Cisitu, No.21/154D, Bandung, Indonesia
Email : fathur14te@mahasiswa.pcr.ac.id, hendri.maja@gmail.com

Abstract
Paper ini membahas perbandingan Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) dengan Real Time Streaming
Protocol (RTSP) mengggunakan Video Streaming. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak VLC
Media Player sebagai penampil output dari video streaming. Perbandingan dilakukan untuk mengetahui
jenis protokol yang lebih cepat dalam pengiriman dan penerimaan data untuk menjalankan video
streaming. Kecepatan transfer berupa pengiriman dan penerimaan data ditampilkan pada software
NetWorx. Pada proses pengujian, IP Address dari PC pengirim dilihat pada ipconfig command prompt
PC. Pada VLC pengirim dilakukan pemilihan video dan konfigurasi protocol untuk memilih HTTP atau
RTSP, sedangkan pada VLC penerima dimasukkan IP address sesuai dengan yang dimiliki oleh PC
pengirim. Pada saat video streaming berjalan, aplikasi NetWorx dijalankan untuk mengetahui kecepatan
pengiriman dan penerimaan data. Masing-masing protokol menghasilkan kecepatan transfer yang
berbeda tergantung dari pada kecepatan internet yang digunakan. Pada pengujian ini, protokol RTSP
lebih bagus dibanding protokol HTTP karena delay yang dihasilkan lebih kecil yaitu berkisar 2 detik jika
dibandingkan dengan protocol HTTP yang memiliki delay sampai 5 detik.

Keywords : HTTP, RTSP, IP Address, VLC Media Player, NetWorx.

1. Pendahuluan
Media streaming merupakan teknologi yang memungkinkan distribusi data audio, video dan multimedia
secara real - time melalui internet. Salah satu kategori dari media streaming yaitu video streaming.
Video streaming merupakan pengiriman media digital berupa video, suara dan data agar dapat diterima
secara terus - menerus. Menurut Lippens [1], diawal tahun 2000 terjadi kenaikan drastis pada bandwidth
jaringan internet. Bersamaan dengan pengompresian media yang lebih baik dan sistem komputer pribadi
yang lebih kuat, pengiriman media menjadi mungkin terjadi. Video streaming dirancang agar pengguna
bisa melakukan siaran langsung dari suatu perangkat. Melalui aplikasi, pengguna bisa menjadi penyiar
instant dan dapat berbagi informasi yang bisa ditonton oleh orang lain. Video streaming dapat
memberikan informasi yang cepat secara real time saat kejadian berlangsung, serta dapat dimanfaatkan
sebagai sarana edukasi. Menurut Li [2], selama tahun 1990 sampai 2000, perhatian peneliti sebagian
besar difokuskan pada desain dan implementasi protokol streaming baru, seperti desain Real-Time
Transport Protocol (RTP) khusus untuk media streaming. Pengaturan awal protokol dimasukkan ke
pemutar media, yang digunakan untuk menerima video streaming dari streaming server melalui internet.

Pada Penelitian Yang [3], ada 3 metode utama penyampaian multimedia yaitu tradisional streaming,
progresif download dan adaptif streaming. Tradisional streaming yaitu protokol yang menetapkan sesi
antara penyedia layanan dan client. Media dikirim sebagai aliran paket lanjutan melalui UDP atau
TCP/IP. Protokol RTP (Real Time Transport Protocol) dan RTSP (Real Time Streaming Protocol)
sering digunakan untuk mengimplementasikan layanan tersebut. Progresif download yaitu teknik
mentransfer data antara server dan client dari standar server web HTTP. Adaptive Streaming yaitu
teknik yang mendeteksi ketersediaan bandwidth pengguna dan kapasitas CPU untuk menyesuaikan
kualitas video yang dimiliki pengguna, sehingga ini memberikan kualitas terbaik yang dapat diberikan

Mesin | 144
kepada pengguna. Dibutuhkan encoder untuk menyediakan video ini (tergantung berapa encoder
digunakan) dan dapat digunakan dalam Content Delivery Network (CDN) untuk memberikan
peningkatan skalabilitas. Menurut Kesavan [4], progressive download menggunakan protokol HTTP
untuk streaming konten, dimana pemutaran media dimulai sebelum menerima seluruh stream.

Penggunaan video streaming menjadi sangat populer dan banyak digunakan di internet. Penggunaan
teknologi streaming pada internet broadcasting memungkinkan sebuah televisi melakukan siarannya
menggunakan jalur internet. Ada 2 jenis layanan yang dapat disediakan yaitu On - Demand dan Live
Broadcasting. On-Demand merupakan siaran yang telah direkam sebelumnya, sedangkan Live
Broadcasting menyiarkan suatu file yang saat itu juga kegiatannya sedang berlangsung, seperti
dijelaskan Yamato [5]. Berdasarkan penelitian Roverso [6], pada tradisional RTSP/RTP model,
pengguna menggunakan RTSP untuk memberi isyarat protokol untuk memainkan stream dari streaming
server. Pada saat menjalankan streaming, buffering biasa terjadi. Buffering penting untuk video stream
ketika data ditransmisikan melalui internet, termasuk streaming berbasis Web, seperti dijelaskan
Biernackia [7].

Dalam video streaming, biasanya terdapat delay dalam pemutaran video. Menurut Bailey [8], delay
antara perekaman dan pemutaran pada halaman web bervariasi, berdasarkan kualitas video. Pada
kualitas tinggi, delay mencapai 2 detik sedangkan pada kualitas rendah, delay mencapai 1,5 detik. Live
stream melalui server RTSP dengan caching RTP dinonaktifkan dan tanpa mengubahnya ke aliran
FlashVideo akan menyebabkan delay 2 detik. Menurut Bhamidipati [9], VLC Media Player merupakan
perangkat lunak open source yang dirilis oleh GNU General Public License. VLC Media Player
mendukung beberapa format file termasuk MPEG, AVI, MKV dan beberapa format encoding seperti
H.264, DIV3, MPEG-4. VLC juga bisa sebagai streaming server dan dapat menampung protokol seperti
HTTP, UDP, RTP, RTSP. Menurut Nur [10], Dalam proses video streaming, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu kompresi, continous media distribution services, Quality of Services (QoS),
streaming server, mekanisme sinkronisasi dan protokol untuk media streaming.

Penelitian ini membahas tentang perbandingan protokol Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) dengan
protokol Real Time Streaming Protocol (RTSP). Hasil tampilan dari masing – masing protokol akan
dibandingkan berdasarkan kecepatan transfer dan kualitas video yang dihasilkan. Delay yang dihasilkan
dari masing – masing protokol, diharapkan memiliki nilai yang tidak terlalu besar.

2. Metode
Pada penelitian ini, VLC Media Player digunakan sebagai perangkat lunak pemutar video streaming.
Penelitian ini membahas perbandingan hasil output video streaming dari protokol HTTP dengan
protokol RTSP berdasarkan kecepatan transfer dan kualitas gambar yang dihasilkan.

Adapun tahapan konfigurasi pada VLC dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 8.

a. Pengaturan pada PC pengirim

Jalankan VLC Pada File -> Add


Media Player -> untuk memilih Klik Stream
Pemilihan
klik Media -> video yang akan pada pilihan ->
protokol
klik Open sambungkan -> Next.
Capture Device. Open.

Gambar 1. Tahapan konfigurasi

Mesin | 146
Klik Next.
Pada Transcoding Options Pada Option Setup -> tidak VLC anda sudah menjadi
-> tidak men-ceklis meng-ceklis Stream all Streamer dan dapat
Activate Transcoding elementary streams -> berbagi stream dengan PC
dengan Profile video Stream. lainnya.
berupa : Video – H.264 +
MP3 (MP4) -> Next.

Gambar 2. Konfigurasi selanjutnya

b. Pemilihan protokol
Pada Destination
Pada Path, masukkan
Setup -> klik HTTP
Pada Port, isi dengan nama yang
dan men-ceklis
kode 8080. diinginkan. Contoh :
Display Locally ->
/fathur
Add.
Gambar 3. Pengaturan protokol HTTP

Pada Destination Pada Path, masukkan


Setup -> klik RTSP Pada Port, isi dengan nama yang
dan men-ceklis kode 8554. diinginkan. Contoh :
Display Locally -> Add /fathur.sdp
Gambar 4. Pengaturan protokol RTSP

c. Pengaturan pada PC penerima

Pada Network, URL yang


Jalankan VLC Media Player -> Klik
dimasukkan yaitu :
Media -> Klik Open Network
jenisprotokol://ip
Stream.
address.kodeprotokol/pathprotokol

Gambar 5. Tahapan pertama pada PC penerima

http://192.168.100.1 Pada Destination


9:8080/fathur Pada Source -> Setup -> Klik HTTP
Next. dan ceklis Display
Klik Stream.
Locally -> Next.
Gambar 6. Konfigurasi protokol HTTP

Pada Destination
rtsp://192.168.100.19:8
554/fathur.sdp Pada Source -> Setup -> Klik RTSP
Meng-klik Stream.
Next. dan ceklis Display
Locally -> Next.
Gambar 7. Konfigurasi protokol RTSP

Pada Transcoding Options, Pada Option Setup, ceklis


tidak men-ceklis Activate Stream all elementary
Transcoding -> Next. streams -> Stream.

Mesin | 147
Gambar 8. Pilihan untuk memulai video streaming

d. Rumus PPI (Pixel per Inch)


Menurut Johan F [11], terdapat rumus untuk mencari pixel per inch suatu video, yaitu :

(1)

Dimana a yaitu banyaknya piksel pada panjang layar (pixels), b yaitu banyaknya piksel
pada lebar layar (pixels) dan c yaitu diagonal layar (inch).

3. Hasil dan Pembahasan


Pada Gambar 9, menampilkan video stream dari protokol Hyper Text Transfer Protocol (HTTP) yang
di setting dari VLC Media Player. Perbedaan terlihat pada waktu yang ditampilkan. Video pengirim
menunjukkan detik ke 00:42, sedangkan video penerima menunjukkan detik ke 00:37, sehingga terdapat
waktu tunda (delay) sebesar 5 detik.

(a) (b)

Gambar 9. Stream HTTP: (a) pengirim; (b) penerima

Pada Gambar 3 menampilkan video sumber dari protokol RTSP (Real Time Streaming Protocol) yang
di setting dari VLC Media Player. Perbedaan terlihat pada waktu yang ditampilkan. Video pengirim
menunjukkan detik ke 00:29, sedangkan video penerima menunjukkan detik ke 00:27, sehingga terdapat
waktu tunda (delay) sebesar 2 detik.

(a) (b)

Gambar 10. Stream RTSP: (a) pengirim; (b) penerima

Selain dari hasil visual pada VLC untuk waktu tunda (delay), didapatkan pula grafik kecepatan transfer
pengiriman dan penerimaan data menggunakan aplikasi NetWorx versi 5.5.5 64 bit. Hasil dari
kecepatan tersebut dapat secara jelas dilihat pada Gambar 11.

Mesin | 148
(a)

(b)

Gambar 11. Kecepatan transfer: (a) HTTP; (b) RTSP

Tabel 1 merupakan perbandingan protokol HTTP dengan protokol RTSP berdasarkan kecepatan
transfer dan kualitas gambar. Jika dilihat, kecepatan download kedua protokol berbeda, dimana protokol
HTTP sebesar 350 kbps, sedangkan protokol RTSP sebesar 290 kbps. Kecepatan transfer data kedua
protokol terukur kecil, dimana protokol HTTP 18 kbps dan protokol RTSP 2 kbps.

Tabel 1. Perbandingan kecepatan transfer dan kualitas gambar


Kecepatan (max)
No. Protokol Kualitas Gambar
Upload Download
1. HTTP 18 kbps 350 kbps 111,935 ppi
2. RTSP 2 kbps 290 kbps 111,935 ppi

Kualitas gambar yang dihasilkan sebesar 111,935 ppi (Pixel per Inch) untuk kedua protokol, sehingga
dapat dikatakan bahwa video pengirim dan penerima memiliki kualitas gambar yang sama. Perhitungan
kualitas gambar tersebut diperoleh berdasarkan persamaan (1), dengan nilai panjang piksel dikali lebar
piksel yaitu 1366 x 768 dan besar layar yang digunakan yaitu 14 inch.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian perbandingan protokol HTTP dan protokol RTSP, kedua protokol
menghasilkan kualitas gambar yang sama. Protokol RTSP lebih baik dibanding dengan protokol HTTP
karena memiliki delay yang lebih kecil yaitu 2 detik dibanding protokol HTTP yaitu 5 detik. Selain itu,
upload (pengiriman) dan download (penerimaan) data pada Protokol RTSP lebih cepat yaitu 2 kbps
(pengiriman) dan 290 kbps (penerimaan), sedangkan protokol HTTP sebesar 18 kbps (pengiriman) dan
350 kbps (penerimaan).

Ucapan Terima Kasih

Mesin | 149
Terima kasih kepada Dr. Eng. Budi Prawara dan Prof. Dr. Eng. Estiko Rijanto yang telah mengizinkan
kami untuk kerja praktek di Pusat Penelitian Teknik Tenaga Listrik & Mekatronik Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Terima kasih pula kepada pada anggota Kelompok Penelitian (Keltian)
Mekatronik dan teman - teman yang telah membantu mencari referensi dan menyelesaikan paper ini.

Daftar Pustaka
[1] A. F. Lippens, "A Review of HTTP Live Streaming," pp. 3-30, 2010.
[2] B. Li, Z. Wang, J. Liu and W. Zhu, "Two Decades of Internet Video Streaming : A
Retrospective View," ACM Transactions on Multimedia Computing, Communications and
Applications, vol. IX, no. 33, pp. 2-20, 2013.
[3] G. J. Yang, B. W. Choi and J. H. Kim, "Implementation of HTTP Live Streaming for an IP
Camera using an Open Source Multimedia Converter," International Journal of Software
Engineering and Its Applications, pp. 1-12, 2014.
[4] S. Kesavan and J. Jayakumar, "Network Performance Analysis of Cloud Based Multimedia
Streaming Service," International Journal of New Computer Architectures and their
Applications, pp. 2-11, 2014.
[5] E. W. Yamato, "ANALISA PERFORMANSI JARINGAN LAN (LOCAL AREA NETWORK )
IPTV," vol. 1, no. 25, 2014.
[6] R. Roverso, S. El - Ansary and S. Haridi, "Smooth Cache : HTTP - Live Streaming Goes Peer -
to - Peer," pp. 2-14.
[7] A. Biernackia, F. Metzgerb and K. Tutschkub, "On the Influence of Network Impariments on
Youtube Video Streaming," JOURNAL OF TELECOMMUNICATIONS AND INFORMATION
TECHNOLOGY, pp. 1-8, 2012.
[8] J. M. Bailey, "Live Video Streaming from Android - Enabled Devices to Web Browsers,"
University of South Florida, Florida, 2011.
[9] V. D. Bhamidipati and S. Kilari, "Effect of Delay/ Delay Variable on QoE in Video Streaming,"
Blekinge Institute of Technology, Karlskrona, 2010.
[10] I. Nur, "Studi Kualitas Video Streaming menggunakan VLC dan Helix Streaming Server pada
Jaringan TestBed IPv6 dan Tunelling 6to4 berdasarkan Paramater Bit Rate dan Frame Rate,"
Universitas Indonesia, Depok, 2008.
[11] J. F., "Rumus Menghitung Kerapatan Pixel (PPI)," ilmugrafis.org, 19 October 2012. [Online].
Available: http://www.ilmugrafis.org/rumus-menghitung-ppi.php. [Accessed 21 November
2016].

Mesin | 150
Pengaruh Ketebalan Adhesive Pada Single Lap Joint
Terhadap Kekuatan

Ali
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional
Jl. PKH. Mustapha No. 23, Bandung 40124
ali@itenas.ac.id

Abstrak
Penggunaan sambungan perekat (adhesive) telah secara dramatis meningkat maka Sambungan
adhesive digunakan secara ekstensif untuk mengikat logam dan komposit atau bahan material
lainnya. Sebagai contoh penggunaan sambungan adhesive pada Industri pesawat terbang untuk
menggantikan paku keling. Keuntungan dari Sambungan adhesive yaitu mampu menyambung dua
buah komponen dengan material yang berbeda, mampu menyambung komponen yang tipis dan
mampu menyambung komponen yang memiliki tingkat sensitifitas terhadap panas dan elektrokimia.
Dilihat dari geometri yang sederhana dan pengaplikasiannya yang lebih luas maka sambungan
adhesive yang sering digunakan untuk studi penelitian yaitu sambungan single lap joints. Penulis
menggunakan software ANSYS untuk pemodelan sambungan adhesive tersebut. Pemodelan elemen
hingga dilakukan dengan data 1060 Allumunium Alloy dengan E = 6,9E+10 Pa, v = 0.3 dan adhesive
dengan E = 2.415GPa, v= 0.39, analisis dilakukan dengan variasi ketebalan adhesive yaitu 0,8 mm,
1, mm dan 1,2 mm, dengan pemberian gaya tarik sebesar 1000 N maka didapatkan bahwa semakin
besar variasi ketebalan adhesive maka nilai tegangan yang terjadi semakin besar. Hasil tegangan
geser maksimum terjadi pada posisi luar bidang kontak pada adhesive serta tegangan geser
minimumnya terjadi pada adherend nya. Nilai error antara teoritik dengan Ansys untuk posisi luar
bidang kontak maksimum adalah 10,8 % untuk tebal 1,2 mm dengan tegangan geser hasil teoritik
adalah 6,6 MPa.

Kata kunci: Lap Joint, adhesive, tarik

1. Pendahuluan
Keuntungan sambungan perekat dibandingkan dengan teknik penyambungan lainnya, ikatan perekat
dapat mendistribusikan beban di daerah yang lebih luas, mengurangi konsentrasi tegangan,
meningkatkan kelelahan dan ketahanan korosi dari sendi pengikat, dan memberikan penghematan
berat ke seluruh struktur dan kemampuan untuk menggabung material yang berbeda. Sambungan ini
telah banyak digunakan di otomotif, kedirgantaraan, industri kemasan elektronik dll.

Sehingga dengan meningkatnya penggunaan sambungan ini mendorong berbagai ilmuwan untuk
mengembangkan suatu sambungan yang lebih maju dibandingkan dengan sambungan yang telah ada
sebelumnya sehingga didapat keuntungan dari setiap sambungan. Dimana sambungan yang dinginkan
adalah sambungan yang memiliki kekuatan sambungan yang lebih baik atau distribusi bebannya lebih
merata.

Jenis – jenis sambungan adhesive, seperti : single lap, double lap, scarf, bevel, step, butt strap, double
butt strap, tubular lap dan sebagainya. Dilihat dari geometri yang sederhana dan pengaplikasiannya
yang lebih luas maka studi penelitian yang sering digunakan pada sambungan adhesive ini adalah tipe
sambungan single lap joints.

Tulisan ini menampilkan suatu cara analisis tegangan dengan bantuan komputer berperangkat lunak
yang memiliki struktur data analisis metode elemen hingga (FEM). Paket awal perangkat lunak
ANSYS ini digunakan untuk menghitung tegangan yang terjadi antara logam induk dengan material

Mesin | 151
pengisi. Sedangkan paket perangkat lunak ANSYS ini akan diaplikasikan dalam penelitian ini guna
mendapatkan distribusi tegangan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat memperoleh Pemodelan sambungan adhesive dengan metode
single lap joints akibat variasi ketebalan adhesive. Serta distribusi tegangan dari suatu single lap joint
terhadap variasi ketebalan adhesive. Dalam paper oleh Mohamed Bak [3], variasi ketebalan
mempengaruhi sifat mekanik dari perekat.

Secara umum tegangan dapat didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Permasalahan mekanika
tegangan biasanya diasumsikan terbagi merata sepanjang luas penampang melintang.
F
 ....................................................................................................................(1)
A
Pada umumnya tegangan geser adalah tegangan yang searah dengan arah gaya F sehingga didapatkan
persamaan.
F
 
A ......................................................................................................................(2)
Regangan geser adalah tegangan geser pada daerah elastik sehingga hukum Hooke untuk tegangan
geser menjadi :
 xy   .G .......................................................................................................(3)
Metode Elemen Hingga

Metode Elemen Hingga merupakan cara yang sangat baik untuk menentukan tegangan dan defleksi
dalam konstruksi yang sangat sulit diselesaikan secara analitik. Dengan menggunakan metode elemen
hingga, suatu masalah yang memiliki jumlah derajat kebebasan tak berhingga dapat diubah menjadi
suatu masalah dengan derajat kebebasan tertentu, sehingga proses pemecahannya akan lebih
sederhana. Bayangkan saja bila ada masalah perhitungan tegangan dan perpindahan dari struktur
seperti gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Model struktur elemen hingga

Adhesive
Adhesive adalah suatu unsur yang mengikat material dengan menggunakan cara pemasangan antar
permukaan material. Kekuatan suatu sambungan adhesive tergantung berdasarkan pemasangan dari
adhesive kepada permukaan material (adherent). Ada banyak keuntungan penggunaan adhesive yang
dibandingkan ke metoda pengikat lain diantaranya :
 Luas Permukaan pada sambungan adhesive, gaya yang diberikan terbagi oleh luas permukaan
sehingga dihasilkan sambungan yang kuat.
 Biaya Proses produksi yang diperlukan rendah bila dibandingkan dengan metode sambungan
pada umumnya, sehingga sambungan adhesive dapat sangat hemat.
 Tidak memerlukan suhu yang tinggi bila dibandingkan dengan sambungan las. Sambungan
adhesive dapat digunakan pada suhu ruang

Mesin | 152
 Dapat digunakan pada sebagian besar jenis material
 Sambungan adhesive lebih mudah penggunaannya bila dibandingkan dengan sambungan baut
dan sambungan paku keling yang diperlukan proses untuk pelubangan
 Sambungan adhesive dapat digunakan pada material yang relative tipis dan lunak.

Gambar 2 Adhesive bonding

Berbagai jenis lap joint yang biasa digunakan.

(a) (b)

Gambar 3 Berbagai jenis lap joint (a) dan Macam pembebanan (b) yang biasa dipergunakan [4]

Macam-macam pembebanan digambarkan pada gambar 3 b. Pembebanan tensile, cleavage dan


torsion memerlukan dua adherend yang tebal dan kaku. Pembebanan peel setidaknya memerlukan
satu adherend yang tipis. Sedangkan pembebanan tensile-shear merupakan pembebanan yang biasa
terjadi pada suatu sambungan adhesive.

2. Metodologi
Pada penelitian ini, dibahas mengenai sambungan lap joint yang mengalami pembebanan di kedua
ujung batangnya. Metoda penelitian ini dilakukan guna mencari tegangan yang terjadi dengan jalan
teoritik, dan simulasi dengan ANSYS. Data – data yang dipakai pada permodelan untuk melakukan
analisis tegangan pada single lap joint akibat variasi ketebalan adhesive adalah sebagai berikut :

Mesin | 153
Gambar 4 Spesimen uji pada single lap joint

Tabel I Properties dari adherendd dan adhesive yang di dapat pada software

Material / Data Engineering Alumunium 1060 Alloy Epoxy adhesive


E (Pa) 6,9E+10 2,415E+09
ν 0.30 0.39
Density 2700 1100
Tensile Yield Strength (Pa) 2,7574E+07 -
Tensile Ultimate Strength (Pa) 6,8936E+07 2,8E+07

3. Hasil dan Pembahasan


Dari hasil teoritik benda uji yang digunakan dan diperoleh hasil tegangan geser pada single lap joint
dengan variasi ketebalan adhesive yang berbeda.

Mencari tegangan geser pada daerah adhesive[5] untuk variasi luas adhesive
G.P. cosh C . x CP cosh Cx
  G.  
b.t .ta.C .E . sinh( CL / 2) 2.b sinh( CL / 2) ................................(4)
1/ 2
C
 2.G 
 t .ta.E 
.......................................................................................................(5)
 
teori ansys
error  x 100 %

teori
Maka dari hasil perhitungan didapat nilai tegangan geser pada jarak sambungan seperti pada tabel 2 di
bawah.

Tabel II Nilai tegangan geser terhadap jarak sambungan


Nilai Tegangan geser N/mm2
Jarak X (mm)
ketebalan
-5 -4 -2 2 4 5
0,8 mm 4.6 3.76 1.9 1.9 3.76 4.6
1 mm 5.7 4.6 2.3 2.3 4.6 5.7
1,2 mm 6.6 5.29 2.65 2.65 5.29 6.6

Mesin | 154
Maka untuk simulasi menggunakan ansys dengan ketebalan 0,8 mm adalah sebagai berikut, yang
mana tegangan minimum pada adherend.

Gambar 5 Hasil simulasi dengan Ansys untuk tebal 0,8 mm

Tabel III dibawah ini memperlihatkan besarnya distribusi tegangan geser untuk setiap jarak perekat
pada bidang kontak terhadap ketebal. Posisi jarak 5 dan -5 berarti posisi luar adhesive dan jarak 2
serta -2 posisi didalam bidang kontak.

Tabel III Nilai tegangan geser terhadap jarak sambungan berdasarkan ansys
Nilai Tegangan geser N/mm2
Jarak X (mm)
ketebalan
-5 -4 -2 2 4 5
0,8 mm 4.24 3.73 3.22 3.22 3.73 4.24
1 mm 5.21 4.71 4.20 4.20 4.71 5.21
1,2 mm 5.89 5.20 4.51 4.51 5.20 5.89

Tabel IV ini memperlihatkan penyimpangan antara perhitungan manual dengan Ansys untuk setiap
posisi jarak terhapad ketebalan adhesive.

Tabel IV Nilai error


Nilai Error (%)
Jarak X (mm)
ketebalan
-5 -4 -2 2 4 5
0,8 mm 7.8 0.8 41 41 0.8 7.8
1 mm 8.6 2.4 45.2 45.2 2.4 8.6
1,2 mm 10.8 1.7 41.2 41.2 1.7 10.8

Mesin | 155
4. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian dari material adhesive yaitu Epoxy dengan σu = 2,8E+07 dan material
adherend Yaitu Allumunium 1060 Alloy dengan σy = 2,7574E+07 dan σu = 6,8936E+07 maka
didapat tegangan geser maksimum yang terjadi pada adhesive dan harga tegangan geser minimum
yang terjadi pada Adherend. Disini bahwa ketebalan sangat berpengaruh terhadap besarnya tegangan
geser,

Dari setiap ketebalan, semakin besar jarak x dari titik pusat maka nilai tegangan gesernya semakin
besar dikarenakan nilai x berpengaruh pada hasil tegangan gesernya mengakibatkan grafik yang
dihasilkan meningkat. Serta semakin besar tebal adhesive akan menghasilkan tegangan geser yang
besar. Eror yang terjadi antara perhitungan dengan ansys pada sisi luar memanjang besarnya 10,8 %
terjadi pada tebal 1,2 mm dengan tegangan geser hasil teoritik adalah 6,61E+06 Pa.
Besarnya tegangan geser yang terjadi di tengah-tengah sambungan untuk adhesive memiliki
harga yang minimum serta semakin tebal harganya juga meningkat.

Daftar Notasi
τ = Tegangan geser/ Shear Stress [Pa]
G = Modulus geser/ Shear modulus adhesive [[Pa]
γ = Regangan geser/ Shear strain
P = Beban [N]
C = Konstanta
b = Lebar plat [mm]
t = Ketebalan plat Adherend [mm]
ta = Ketebalan Adhesive [mm]
E = Modulus Elastisitas [Pa]
L = Luas kontak adhesive [mm2]
x = jarak/ Distance [mm]

Daftar Pustaka
[1] ANSYS /standard manual, version 13.0
[2] Dieter, George E. 1993. Metalurgi Mekanik. Alih bahasa oleh Sriati Djaprie. Edisi ketiga.
Jakarta:Erlangga.
[3] Bak, Mohamed, 2012, Effect Of Adhesive Thickness Area Of Single Lap Joints In Composite
Laminate Using Acoustic Emission Technique And Fea, NDTNET,45
[4] Joseph E. Shigley, Charles R. Mischke, Richard G. Budynas “Mechanical Engineering Design,
Seventh Edition”.
[5] Dorn, Lutz. 1994. Adhesive Bonding - Terms and Definitions,. Technische Universität, Berlin:
TALAT Lecture.

Mesin | 156
Aplikasi Untuk Menyelesaikan Masalah Rute Kendaraan Dengan
Menggunakan Algoritma Clark Wright Savings

Mira Musrini dan Rispianda


Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional
Jl. PKH. Mustapha No. 23, Bandung 40124
mmb0036@gmail.com, rispianda@itenas.ac.id

Abstract
Untuk menjaga kelangsungan sebuah bisnis, maka sebuah perusahaan harus melakukan produksi
berupa barang yang siap pakai dan memasarkan produk tersebut. Setelah tahap pemasaran selesai,
perusahaan tersebut biasanya akan mendapatkan konsumen. Tahap berikutnya adalah mengirimkan
kepada distributor-distributor, kemudian pada akhirnya distributor akan mengirimkan barang-barang
tersebut pada konsumen-konsumen akhir.

Contoh pengiriman barang-barang yang mini market seperti ke k-mart, indomart, yomart dari
distributor air minum, roti, snack. Contoh yang lain adalah pengiriman barang dari toko online ke
pada konsumen-konsumen yang tersebar di seluruh kota. Target dan tujuan dari penelitian ini adalah
membuat suatu prototype aplikasi yang menghasilkan rute yang paling terbaik dari satu konsumen ke
konsumen lain. Diharapkan dengan ditemukannya rute terbaik ini, maka biaya distribusi dapat
ditekan. Algoritma Clark Wright Savings merupakan metode heuristik yang dapat digunakan untuk
mengkonstruksikan rute dengan sekumpulan rute pada setiap langkah ditukar untuk mendapatkan
sekumpulan rute yang lebih baik. Adapun data sebagai masukkan dari Algoritma Clark Wright
Savings adalah data asumsi yang diambil dari kasus distribusi PT Pos Indonesia.

Key words : Clark Wright Savings, rute terbaik, merchant, depot

1. Pendahuluan
Pada teknis pelaksanaan pendistribusian barang, pihak distributor menggunakan kendaraan-kendaraan
pengangkut barang dengan ukuran kendaraan yang berbeda-beda. Dalam melakukan pendistribusian
barang, sebuah kendaraan pendistribusi barang tidak hanya melayani satu konsumen akhir saja.
Namun harus melayani beberapa konsumen sekaligus dalam melakukan sebuah perjalanan
pendistribusian barang.

Wilayah-wilayah konsumen akhir yang berbeda menyebabkan suatu kendaraan pendistribusi barang
harus menentukan rute perjalanan yang akan dilaluinya sebelum melakukan perjalanan pendistribusian
barang. Penentuan rute yang akan diambil harus sesuai dengan jarak terbaik antar konsumen satu
dengan konsumen yang lainnya.[3]

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat suatu prototype aplikasi yang dapat menghasilkan rute
terbaik (optimasi rute) dari jalur distribusi, untuk membantu driver dalam merencanakan perjalanan.
Prototype ini akan dijalankan pada Sistem Operasi Android (tablet atau smartphone).
Target dari penelitian ini, adalah prototype ini dapat diterapkan pada bisnis-bisnis yang menggunakan
delivery di sekitar kota Bandung. Contoh bisnis yang demikian adalah restaurant yang melayani
delivery pada konsumen.

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh banyak restaurant yang bermuculan dan melayani delivery
pada konsumen atau juga dapat dimanfaatkan oleh toko online yang harus melalukan delivery produk
mereka pada konsumen. Penelitian ini penting untuk mendukung bisnis-bisnis tersebut.

Mesin | 157
2. Landasan Teori
Algoritma Clarke-Wright Savings (Clarke-Wright Savings Method) atau disebut juga sebagai Saving
Heuristic diperkenalkan pada tahun 1964 oleh Clarke dan Wright. Metode ini merupakan metode
heuristik yang cukup sering digunakan untuk mengonstruksikan rute dimana sekumpulan rute pada
setiap langkah ditukar untuk mendapatkan sekumpulan rute yang lebih baik, dan metode ini digunakan
untuk mengatasi permasalahan yang cukup besar, dalam hal ini adalah jumlah rute yang banyak. Inti
dari metode ini adalah melakukan perhitungan penghematan yang diukur dari seberapa banyak dapat
dilakukan pengurangan jarak tempuh dan waktu yang digunakan dengan mengaitkan node-node yang
ada dan menjadikannya sebuah rute berdasarkan nilai saving yang terbesar yaitu jarak tempuh antara
source node dan node tujuan.[1],[3]

Gambar 1: Flowchart Pengelolaan Data Algoritma Clarke & Wright Savings [2],[4]

Algoritma Clark Wright Savings dapat dilihat seperti pada gambar 1.


Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan rute dengan menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut:
1.Langkah 1
Inisialisasi data jarak, data jumlah permintaan, data waktu pelayanan, kecepatan rata-rata
kendaraan dan kapasitas kendaraan sebagai input yang dibutuhkan, lanjut ke langkah 2.

Mesin | 158
2. Langkah 2
Buat matriks jarak antar depot ke konsumen dan antar konsumen ke konsumen, lanjut ke langkah
3.
3. Langkah 3
Hitung nilai savings menggunakan persamaan
S(i,j) = a(i,0) + a(j,0) – a(i,j) ………………………………………..persamaan(6)
dimana,
S(i,j) = saving matriks konsumen i ke konsumen j
WTi = waktu tempuh dari pabrik ke konsumen i
WTj = waktu tempuh dari pabrik ke konsumen j
WTij = waktu tempuh dari konsumen i ke konsumen j untuk setiap pelanggan untuk mengetahui
nilai penghematan, lanjut ke langkah 4.
4. Langkah 4
Urutkan pasangan pelanggan berdasarkan nilai savings matriks jarak dari nilai savings matriks
terbesar hingga yang terkecil, lanjut ke langkah 5.
5. Langkah 5
Pembentukan tur pertama (t=1), lanjut ke langkah 6.
6. Langkah 6
Tentukan pelanggan pertama yang ditugaskan pada tur dengan cara memilih kombinasi pelanggan
dengan nilai savings terbesar, lanjut ke langkah 7.
7. Langkah 7
Hitung banyaknya jumlah permintaan dari konsumen yang telah terpilih. Apabila jumlah
permintaan masih memenuhi kapasitas kendaraan sebesar maka lanjut ke langkah 8. Apabila
jumlah permintaan melebihi kapasitas kendaraan maka dilanjutkan ke langkah 11.
8. Langkah 8
Hitung total jarak, waktu perjalanan, dan total waktu berdasarkan pelanggan yang telah terpilih,
lanjut ke langkah 9.
9. Langkah 9.
Apabila total waktu ≤ 8 jam maka pelanggan tersebut terpilih untuk ditugaskan pada tur kemudian
lanjut ke langkah 10. Apabila waktu > 8 jam maka dilanjutkan ke langkah 11.
10. Langkah 10
Pilih pelanggan selanjutnya yang akan ditugaskan berdasarkan kombinasi pelanggan terakhir yang
terpilih dengan nilai savings terbesar, kembali ke langkah 7.
11. Langkah 11
Hapus pelanggan terakhir yang terpilih, lanjut ke langkah 12.
12. Langkah 12
Masukkan pelanggan yang terpilih sebelumnya untuk ditugaskan kedalam tur maka tur (t) telah
terbentuk. Apabila masih ada pelanggan yang belum terpilih maka lanjut ke langkah 13. Apabila
semua pelanggan telah ditugaskan maka proses pengerjaan Algoritma Clarke & Wright Savings
telah selesai.
13. Langkah 13
Pembentukan tur baru (t = t+1), lanjut ke langkah 6. [2],[4]

Mesin | 159
3. Perancangan Sistem

LOAD MAP

DEFINE DEPOTS

DEFINE
MERCHANTS

<<inc
GET DISTANCE AND lu de>>
DURATION
LAUNCH CWS

USER DELETE MERCHANT

Gambar 2: Diagram Use Case

Pada use case yang terdapat pada Gambar 2 terdapat aktor user dan aktor sistem, serta beberapa
fungsionalitas dari user dan sistem, berikut adalah deskripsi dari masing-masing fungsionalitas yang
terdapat pada use case diagram pada Gambar 2:
- Fungsionalitas Load Map, pada fungsionalitas ini sistem menampilkan map melalui google API.
- Fungsionalitas Define Depot, fungsionalitas ini digunakan user untuk menentukan depot atau bisa
di sebut titik awal perjalanan untuk mengantarkan barang.
- Fungsionalitas Define Merchant, pada fungsionalitas ini digunakan user menetukan beberapa
merchant atau pelanggan yang akan dikunjungi atau yang akan diantarkan barangnnya. Merupakan
node-node yang akan nantinya dilewati.
- Fungsionalitas Get Distance Duration, pada fungsionalitas ini sistem yang bekerja. Setelah data
yang di dapat dari fungsionalitas define depot dan define merchant. Sistem akan mengirimkan
kordinat node-node yang sudah kita tandai ke google API dan google API akan memberi data jarak
dan waktu untuk di olah datanya di dalam algoritman.
- Fungsionalitas Launch CWS, pada fungsionalitas ini user akan memilih pengurutata rute yang
optimal menggunakan algoritma Clarke-wright saving. Pada setelah sistem melakukan pengurutan
akan muncul urutan rute menurus algoritma tersebut.
- Fungsionalitas Launch SI, pada fungsionalitas ini user akan memilih pengurutata rute yang
optimal menggunakan algoritma Sequential insertion. Pada setelah sistem melakukan pengurutan
akan muncul urutan rute menurus algoritma tersebut.
- Fungsionalitas Remove Merchant, pada fungsionalitas ini user dapat menghapus pelanggan atau
merchant yang sudah dipilih.

4. Implementasi
-Fungsionalitas Load Map
Tampilan awal aplikasi saat menunggu masuk aplikasi sistem akan meminta (request) kepada Google
Map API agar dapat menampilkan map pada aplikasi ini. Untuk tampilan dapat dilihat pada Gambar
4.

Mesin | 160
Gambar 4: tampilan masuk aplikasi

- Fungsionalitas Define Depot


Halaman utama merupakan tampilan awal saat membuka aplikasi. Dihalaman ini user dapat
menetukan posisi depot atau bisa dibilang titik awal pemberangkatan untuk mendistribusikan barang
dan memasukan jumlah kapasitas kendaraan. Untuk tampilan dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5: Tampilan define depot

-Fungsionalitas Define Merchant


Pada halaman define merchant, user dapat menetukan pelanggan – pelanggan mana saja yang akan
dikunjungi dan memasukan jumlah permintaan pelanggan. Dapat dilihat pada gambar 12. Berikut
perancangan layout untuk konten home yang di jelaskan pada Gambar 6

Gambar 6 Tampilan pengujian define merchant

Mesin | 161
- Pengujian Fungsionalitas Get DistanceDuration
Pada saat semua data sudah selesai dimasukkan ke dalam aplikasi, lalu sistem akan meminta (request)
kepada google map API untuk data nilai jarak dan waktu tempuh.

Gambar 7 Tampilan pengujian get distance duration

-Pengujian Fungsionalitas Launch CWS (Clark Wright Savings)


Halaman launch CWS menunjukan hasil dari pemrosesan algoritma Clarke Wright Savings. Tampilan
dapat dilihat pada gambar 8

Gambar 8: tampilan hasil launch CWS

4. Kesimpulan dan saran


- Algoritma Clark Wright Savings ( CWS) , ditemukan pada tahun 1964, dan ternyata masih relevan
untuk diterapkan pada aplikasi penentuan rute terpendek untuk smartphone. Di mana aplikasi tersebut
berbasis android , dan menggunakan fitur Google API dan fitur JASON.
-Tahap penelitian ini sampai pada pengujian, dan rencana pengujian adalah mengambil data sample
dari PT POS atau dari toko online lain, kemudian hasil keluaran dari aplikasi ini kemudian
dibandingkan dengan perhitungan secara manual.

Saran pengembangan aplikasi berbasis Android dengan menggunakan algoritma CWS dengan
memperhitungkan faktor kemacetan.

Daftar Pustaka
[1] Robert E.C., Chandra.2010. Rancang Bangun Aplikasi Penentuan Rute Dan Penjadwalan
Distribusi Barang Dengan Metode Clarke-Wright Saving Heuristic (Studi Kasus Ud. Abc). Jurnal
Sekolah Tinggi Manajemen Komputer & Teknik Komputer Surabaya.
[2] Mira Musrini, Ivan Avianto, 2013 Implementasi Algoritma Clarke And Wright Savings Dan
Algoritma Sequential Insertion Untuk Optimasi Rute. Penelitian mandiri
[3] Rinaldi Munir.2010.Graf Bagian I bahan kuliah struktur disktrit.P359

Mesin | 162
[4] Lita Octora.2013. Pembentukan Rute Distribusi Menggunakan Algoritma Clarke&Wright
Savings dan Algoritma Sequential Insertion (Studi Kasus di PT. Panca Lestari Primamulya).
Laporan Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional Bandung.

Mesin | 163
Analisis Strategi Teknologi PLTS Fotovoltaik di Indonesia terhadap
Nilai Equivalensi dan Pemanfaatan Perwilayah

Sahlan
Program S1 Teknik Mesin, STT-PLN
sahlan_1956@yahoo,com

Abstrak
Nilai eqivalensi dan pemanfaatan perwilayah dalam fokus Analisis Strategi Teknologi PLTS
Fotovoltaik di Indonesia adalah suatu bentuk analisis optimasi potensi enersi PLTS berdasarkan hasil
keluaran model MARKAL dengan mengambil dua kasus yaitu kasus dasar (BASE CASE) dan kasus
biaya investasi PLTS bervariasi (PVCOST). Kasus dasar merupakan kasus dimana semua kondisi
diambil berdasarkan kondisi tahun 2000 hingga tahun 2016. apabila pertumbuhan konsumsi tenaga
listrik rata-rata diasumsikan tetap, pada tahun 2030 Jawa diperkirakan membutuhkan PLTS sebesar
12,16 GW. Akan tetapi pemanfaatan PLTS sebesar 12,16 GW pada kasus dasar dan 46,65 GW pada
kasus PVCOST di Jawa dan 16,85 GW pada kasus PVCOST di Sumatra dapat dikatakan tidak rasional
mengingat masih ada sumber energi setempat yang dapat dimanfaatkan seperti mini/mikrohidro dan
panas bumi yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Abstract
The equivalence value and utilization by region in the focus of the Technology Strategy Analysis
Photovoltaic solar power in Indonesia is a form of solar power energy potential optimization analysis
based on the results of the model output MARKAL by taking two cases: the base case (BASE CASE)
and the case of investment costs vary PLTS (PVCOST). The base case is a case where all conditions
are taken based on the conditions from 2000 to 2016 when growth in electricity consumption is assumed
to remain average, in 2030 Java is expected to require PLTS of 12.16 GW. But the use of solar power
at 12.16 GW by-case basis and 46.65 GW in the case PVCOST in Java and 16.85 GW in the case
PVCOST in Sumatra can be said to be irrational considering there are still local energy sources that
can be used like a mini / micro-hydro and geothermal has not been used optimally.

Kata Kunci: Strategi Teknologi, Nilai Eqivalensi, model MARKAL

1. Pendahuluan
Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, seperti tenaga air (termasuk minihidro), panas
bumi, biomasa, angin dan surya (matahari) yang bersih dan ramah lingkungan, tetapi pemanfaatannya
belum optimal. Belum optimalnya pemanfaatan energi terbarukan disebabkan biaya pembangkitan
pembangkit listrik energi terbarukan, seperti tenaga surya, tidak dapat bersaing dengan biaya
pembangkitan pembangkit listrik berbahan bakar energi fosil (bahan bakar minyak, gas bumi, dan
batubara).

Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber energi surya yang
berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah
Indonesia. Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum dimanfaatkan secara optimal,
sedangkan di sisi lain ada sebagian wilayah Indonesia yang belum terlistriki karena tidak terjangkau
oleh jaringan listrik PLN, sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang
modular dan mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan sebagai salah
satu pembangkit listrik alternatif. Sayangnya biaya pembangkitan PLTS masih lebih mahal apabila
dibandingkan dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik tenaga konvensional, karena sampai saat
ini piranti utama untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik (modul fotovoltaik) masih
merupakan piranti yang didatangkan dari luar negeri.
Walaupun pemanfaatan PLTS belum optimal, tetapi sudah cukup banyak dimanfaatkan pada perumahan
atau sering disebut Solar Home System (SHS), pompa air, televisi, komunikasi, dan lemari pendingin

Mesin | 167
di PUSKESMAS di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di wilayah terpencil yang jauh dari jaringan
listrik PLN. PLTS merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena tidak melepaskan polutan
seperti halnya pembangkitan listrik berbahan bakar fosil.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah menetapkan Peraturan Menteri ESDM No. 19
Tahun 2016 tentang Pemberlian Tenaga Listrik dari Pembangkit LIstrik Tenaga Surya Fotovoltaik oleh
PT. PLN. Dalam peraturan tersebut mengatur Penugasan Pembelian Tenaga Listrik dari PLTS
Fotovoltaik kepada PT. PLN (Persero), Ketentuan Penggunaan Barang dan/atau Jasa Dalam Negeri
dalam Pembangunan PLTS Fotovoltaik dan Standar PLTS Fotovoltaik, Harga Pembelian Tenaga Listri
dari PLTS Fotovoltaik dan Kuota Kapasitas serta Pelaksanaan Pembelian Tenaga Listrik dari PLTS
Fotovoltaik.

Untuk mendapatkan gambaran potensi penerapan PLTS di Indonesia terhadap kendala penerapan PLTS
di Indonesia dengan mempertimbangkan berbagai variasi biaya investasi, dilakukan penelitian
mengenai “Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia”. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak dan biaya investasi PLTS yang bervariasi. Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan pembangkit listrik alternatif terutama di daerah
terpencil.

2. Analisis Eqivalensi Strategi Teknologi PLTS


Strategi Teknologi dengan analisis eqivalensi Potensi PLTS dianalisis berdasarkan hasil keluaran model
MARKAL dengan mengambil dua kasus yaitu kasus dasar (BASE CASE) dan kasus biaya investasi
PLTS bervariasi (PVCOST). Kasus dasar merupakan kasus dimana semua kondisi diambil berdasarkan
kondisi tahun 2000. Sedangkan pada kasus biaya investasi PLTS bervariasi, biaya investasi PLTS
diasumsikan berdasarkan pada penelitian Amerika Serikat, dimana pada penelitian tersebut biaya
investasi PLTS dimasa mendatang diperkirakan akan terus menurun.

Asumsi yang diperkirakan sama pada kedua kasus tersebut adalah harga minyak mentah sebesar 28
US$/barrel, kapasitas pelabuhan penerima batubara di Pulau Jawa terbatas, pertumbuhan tenaga listrik
sebesar 7% per tahun, biaya operasi dan pemeliharaan tetap (FIXOM) sebesar 1% dari biaya investasi,
dan kurun waktu penelitian mulai tahun 2000 sampai dengan 2030.

Asumsi yang berbeda dari kedua kasus tersebut adalah biaya investasi PLTS. Biaya investasi PLTS
pada kasus dasar diasumsikan sebesar 5.830 US$/kW pada tahun 2000, 3.190 US$/kW pada tahun 2005,
dan 1.650 US$/kW pada tahun 2010 sampai akhir periode. Sedangkan biaya investasi PLTS pada kasus
PVCOST pada tahun 2000, 2005, dan 2010 diasumsikan sama dengan kasus dasar yaitu 1.650 US$/kW,
kemudian biaya investasi ini menurun menjadi 1.430 US$/kW pada tahun 2015, 1.210 US$/kW pada
tahun 2020, 1.089 US$/kW pada tahun 2025, dan 968 US$/kW pada tahun 2030.

Optimisasi potensi PLTS dengan menggunakan model MARKAL pada kedua kasus tersebut,
dipertimbangkan berdasarkan biaya sistem penyediaan energi yang rendah dan dampak penggunaan
energi terhadap lingkungan yang minimal. Hasil keluaran model MARKAL yang diperlukan untuk
menganalisis perbedaan potensi PLTS di Indonesia pada kasus dasar dan PVCOST adalah kapasitas dan
produksi listrik dari PLTS, total system cost, dan total emisi CO2.

Analisis Potensi Energi Surya Indonesia mempunyai intensitas radiasi yang berpotensi untuk
membangkitkan energi listrik, dengan rata-rata daya radiasi matahari di Indonesia sebesar 1000
Watt/m2.

Nusa Tenggara Barat dan Papua mempunyai intensitas radiasi matahari paling tinggi di seluruh wilayah
Indonesia, sedangkan Bogor mempunyai intensitas radiasi matahari paling rendah di seluruh wilayah
Indonesia. Dalam penelitian potensi PLTS di Indonesia ini, semua wilayah baik yang mempunyai
intensitas radiasi matahari paling tinggi maupun paling rendah dipertimbangkan.

Mesin | 168
Secara umum biaya pembangkitan PLTS lebih mahal dibandingkan dengan biaya pembangkitan
pembangkit listrik tenaga fosil, pembangkit listrik tenaga air, minihidro, dan panas bumi. Tetapi seiring
dengan adanya penelitian dari Amerika yang menyatakan bahwa biaya investasi PLTS di masa datang
akan menurun, sehingga dengan dihapuskannya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) secara bertahap
dimungkinkan PLTS dapat dipertimbangkan sebagai pembangkit listrik alternatif.

Pada tahun 2002, masih banyak daerah terpencil dan pedesaan yang tidak dilewati jaringan listrik PLN,
sehingga hanya pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang dimanfaatkan di daerah tersebut. Dengan
makin sulitnya memperoleh kesinambungan pasokan minyak solar, menyebabkan beberapa wilayah di
Indonesia memanfaatkan PLTS untuk subsitusi PLTD. Pemanfaatan PLTS khusus untuk daerah
pedesaan yang kebutuhan listriknya rendah, mengingat di daerah ini listrik diutamakan untuk
penerangan. Selain untuk penerangan ada beberapa wilayah yang memanfaatkan PLTS sebagai
sumberdaya listrik untuk telekomunikasi, lampu suar, lemari pendingin (Puskesmas), dan pompa air.
Pada tahun tersebut, total kapasitas terpasang PLTS di wilayah Indonesia hampir mencapai 3 MWp.

3. Analisis Pemanfaatan PLTS per Wilayah


Dalam Strategi Teknologi yang terkait dengan regulasi Peraturan Menteri ESDM No. 19 Tahun 2016
tentang Pemberlian Tenaga Listrik dari Pembangkit LIstrik Tenaga Surya Fotovoltaik oleh PT. PLN
maka secara hitungan diatas kertas dapat terealisasi. Dari analisis data diatas, pada tahun 2002 total
kapasitas terpasang PLTS di wilayah Indonesia hampir mencapai 3 MWp, seiring dengan adanya
Bantuan Presiden (melalui BPPT) pada tahun 1996 tentang pemanfaatan PLTS di 15 provinsi di
Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan distribusi listrik
nasional (PLN) dengan kapasitas 50 Wp per rumah tangga dengan total unit sebanyak 3.430.
Selanjutnya, pemerintah mencetuskan Program Listrik Sejuta Rumah, khususnya untuk 9 provinsi di
Kawasan Timur Indonesia yang sampai saat ini telah terpasang sebanyak 37.800 unit. Kemudian
ditambah dengan kapasitas terpasang PLTS yang diterapkan melalui DJLPE, Pemerintah Daerah,
Departemen Kesehatan, dan Badan Pemerintah lainnya. Sayangnya pemanfaatan PLTS ini tidak dapat
berkembang, bahkan sebagian PLTS yang terpasang telah rusak dan belum diperbaiki karena banyak
mengalami kendala teknis dan ekonomi seperti tingginya biaya investasi dan perawatan

Sejalan dengan penurunan biaya investasi PLTS seperti prospek pemanfaatan PLTS di kemudian hari
akan semakin terbuka, terutama di daerah yang pasokan listriknya terbatas dan tidak terjangkau listrik
PLN. Perkiraan kapasitas dan produksi listrik PLTS di beberapa wilayah pada kasus dasar dan kasus
penurunan biaya investasi PLTS ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1: Kapasitas Dan Produksi Listrik PLTS pada Kasus Dasar dan PVCOST

Sesuai hasil model MARKAL dengan biaya investasi sebesar 1.650 US$/kW, pada tahun 2010 Nusa
Tenggara sudah dapat memanfaatkan PLTS untuk memenuhi kebutuhan listriknya, pada tahun 2015
selain Nusa Tenggara, Maluku juga dapat memanfaatkan PLTS untuk memenuhi kebutuhan listriknya.
Hal tersebut sangat tepat karena kedua wilayah tersebut mempunyai potensi intensitas radiasi matahari
yang tinggi sekitar 5,7 kWh per m2, kondisi geografis yang terdiri dari beberapa kepulauan yang
menyebabkan penduduknya tersebar, pasokan listrik terbatas, adanya kebijakan pemerintah daerah
untuk memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan sumber energi
setempat dan terbarukan, serta mengembangkan tenaga listrik yang modular yang dapat diinstalasi di
lokasi yang sulit tanpa membutuhkan jaringan transmisi dan distribusi.

Mesin | 169
Pada Tabel 1 terlihat bahwa apabila biaya investasi PLTS tetap sebesar 1.650 US$/kW, pada tahun
2010, dan 2016 sebesar 1.700 US$/kW maka PLTS selain dapat diinstalasi di Maluku dan Nusa
Tenggara juga dapat diinstalasi di pedalaman Kalimantan, relatif lebih murah dan efisien bila
menggunakana PLTD.

PLTS sangat berpotensi untuk diterapkan di Maluku karena Maluku mempunyai kondisi geografi yang
terdiri dari kepulauan. Hal tersebut yang menyebabkan produksi listrik PLTS di Maluku meningkat
dengan laju pertumbuhan rata-rata 6,24% per tahun, yaitu dari 0,09 PJ pada tahun 2015 menjadi 0,32
PJ pada tahun 2030. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur menggunakan PLTD untuk
memenuhi beban puncaknya, tetapi PLTD di wilayah ini umumnya sudah tua sehingga produksi
listriknya semakin menurun, sehingga pada tahun 2010, PLTS sudah mulai berperan di kedua wilayah
Nusa Tenggara dengan total produksi listrik sebesar 0,03 PJ (kasus dasar dan PVCOST) dan meningkat
menjadi 0,08 PJ (kasus dasar) dan 0,52 PJ (PVCOST) pada tahun 2030. PLTS di wilayah ini tidak
mampu bersaing dengan PLTA dan PLTU Batubara 7 MW dan hanya menggantikan kapasitas PLTD
yang semakin berkurang.

Hampir 96% dari kapasitas terpasang PLTD berada di luar Jawa, tetapi sebagian besar PLTD tersebut
telah berusia cukup tua, misalnya PLTD di Kalimantan Timur dan Riau telah beroperasi selama 15
sampai 25 tahun yang menyebabkan produksi listriknya semakin menurun, kondisi ini merupakan salah
satu faktor bagi meningkatnya peran PLTS.

Di wilayah Kalimantan, dalam rangka memeratakan pembangunan, pemerintah daerah Kalimantan


telah melakukan optimasi penyediaan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah terpencil dan
terisolir dengan memanfaatkan PLTS melalui dana APBN dan APBD. PLTS di Kalimantan dapat
menunjang PLTD yang digunakan untuk memenuhi beban puncak, khusus di Kalimantan Barat,
pemanfaatan PLTS akan bersaing dengan PLTA. Produksi listrik PLTS di Kalimantan pada tahun 2020
adalah 1,01 PJ (kasus dasar) dan 3,32 PJ (PVCOST) dan pada tahun 2030 meningkat menjadi 4,88 PJ
(kasus dasar) dan 12,68 PJ (PVCOST). Berlainan dengan Kalimantan Barat, PLTS di Kalimantan
Timur akan dapat bersaing dengan PLTU Batubara 100 MW dengan catatan setelah biaya investasi
PLTS lebih rendah dari 1.650 US$/kW, sedangkan di Kalimantan Tengah PLTS mulai berperan pada
tahun 2030.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan listrik di Sumatra dan umur PLTD yang terpasang sudah
mencapai lebih dari 15 tahun, memungkinkan pada tahun 2025 wilayah Sumatra juga memerlukan
pemanfaatan PLTS untuk menunjang pasokan listrik di wilayah tersebut, khususnya di daerah terpencil
dan di daerah yang terisolasi. Produksi listrik dari PLTS pada tahun 2025 sebesar sebesar 17,58 PJ
(kasus dasar), sedangkan pada PVCOST, pada tahun 2020 PLTS sudah mulai berperan dengan produksi
listrik sebesar 0,67 PJ dan meningkat menjadi 128,65 PJ pada tahun 2030. Meningkatnya peran PLTS
di Sumatra ditunjang dari umur PLTD di wilayah ini sudah tua, serta adanya rencana strategis
pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan memanfaatkan sumber energi setempat
seperti mini/mikrohidro dan energi surya sejak tahun 2005.

Seperti halnya di wilayah Sumatra, di Jawa pertumbuhan konsumsi tenaga listrik rata-rata dari tahun
1999 sampai dengan tahun 2003 mencapai 7% per tahun, apabila pertumbuhan konsumsi tenaga listrik
rata-rata diasumsikan tetap, pada tahun 2030 Jawa diperkirakan membutuhkan PLTS sebesar 12,16 GW.
Hal tersebut dipicu dengan terbatasnya pasokan gas bumi, BBM, dan batubara pada pembangkit listrik,
mengingat gas bumi lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan bahan bakar di
sektor industri, sedangkan BBM lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di sektor
transportasi. Selain itu, untuk meningkatkan pemakaian batubara harus ditunjang pengembangan
pelabuhan penerima batubara di Jawa. Pengembangan pelabuhan penerima batubara di Jawa
memerlukan lahan sangat luas dengan biaya investasi yang relatif besar. Akan tetapi pemanfaatan PLTS
sebesar 12,16 GW pada kasus dasar dan 46,65 GW pada kasus PVCOST di Jawa dan 16,85 GW pada
kasus PVCOST di Sumatra dapat dikatakan tidak rasional mengingat masih ada sumber energi setempat

Mesin | 170
yang dapat dimanfaatkan seperti mini/mikrohidro dan panas bumi yang belum dimanfaatkan secara
optimal.

4. Kesimpulan
Dalam Strategi teknologi yang terkait dengan Peraturan Menteri ESDM No. 19 Tahun 2016 tentang
Pemberlian Tenaga Listrik dari Pembangkit LIstrik Tenaga Surya Fotovoltaik oleh PT. PLN,
berdasarkan hasil keluaran model MARKAL, Potensi Energi Surya Indonesia mempunyai intensitas
radiasi yang berpotensi untuk membangkitkan energi listrik, dengan rata-rata daya radiasi matahari di
Indonesia sebesar 1000 Watt/m2. Dan dari analisis Pemanfaatan PLTS per Wilayah menunjukkan
bahwa apabila biaya investasi PLTS tetap sebesar 1.650 US$/kW, pada tahun 2010, dan 2017 sebesar
1.700 US$/kW maka PLTS selain dapat diinstalasi di Maluku dan Nusa Tenggara juga dapat diinstalasi
di pedalaman Kalimantan, relatif lebih murah dan efisien bila menggunakana PLTD. Eqivalensi Secara
umum biaya pembangkitan PLTS lebih mahal dibandingkan dengan biaya pembangkitan pembangkit
listrik tenaga fosil, pembangkit listrik tenaga air, minihidro, dan panas bumi. Tetapi seiring dengan
adanya penelitian dari Amerika yang menyatakan bahwa biaya investasi PLTS di masa datang akan
menurun, sehingga dengan dihapuskannya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) secara bertahap
dimungkinkan PLTS dapat dipertimbangkan sebagai pembangkit listrik alternatif.

Daftar Pustaka
[1] Peraturan Menteri ESDM No. 19 Tahun 2016 tentang Pemberlian Tenaga Listrik dari Pembangkit
LIstrik Tenaga Surya Fotovoltaik oleh PT. PLN.
[2] "IEA-ETSAP". Retrieved 29 September 2014.
[3] Jump up^ MARKAL vs TIMES iea-etsap.org
[4] BPPT. Out put model MARKAL, 2015
[5] Fitriana, I., Evaluation of Socio-Economic Aspects Of Solar Home System Programme
Implementation In Indonesia, 2003

Mesin | 171
Analisis Tegangan Struktur Alat Bantu Pengujian Aileron
Pesawat Terbang Komersil

Tito Shantika[1], Usep Ali[2], Adhi zimetra P[1]


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional [1]
PT. Dirgantara Indonesia[2]
Jl. PHH. Mustapha No. 23, Bandung 40124
tshantika@itenas.ac.id

Abstract
Pengujian sistem mekanik pada pesawat terbang sebelum terbang (gounded test) diperlukan untuk
memastikan mekanisme kendali dari pesawat bekerja dengan baik. salah satu pengujian sistem
kendali pesawat yaitu uji statik mekanisme aileron pada pesawat komersial tipe Y di PT.X. Proses
pengujian tersebut diperlukan suatu Alat uji bantu untuk mendukung dalam prose pengujian. Alat
bantu uji pada aileron pesawat diperlukan suatu analisis kekuatan pada struktur, sehingga dengan
analisis tersebut diketahui kekuatan sehingga alat bantu uji tersebut aman digunakan. Dalam analisis
tegangan akan dilakukan dengan pendekatan secara teoritik dan dengan menggunakan perangkat
lunak CATIA P3 V5. Analisis dengan perangkat lunak akan dilakukan dengan beberapa jumlah
elemen dan node yang akan disimulasikan, sehingga didapatkan perbandingan hasil tegangan dari
beberapa pendekatan tersebut. Hasil perhitungan pendekatan teoritik didapatkan besar tegangan 137
MPa dengan safety factor sebesar 2,6. Sedangkan dari hasil simulasi didapatkan tegangan terjadi
yang paling besar yaitu 41,5 MPa dengan safety factor sebesar 8.6.

Key words : analisis tegangan, alat uji aileron, pengujian pesawat

1. Pendahuluan
Proses pengujian pada pesawat terbang harus dilakukan sebelum suatu pengujian tersebut lulus dalam
tahapan uji. Salah satu pengujian yaitu pengujian pada mekanisme kendali pesawat yang harus diuji
sistem mekanik pada pesawat tersebut. Pengujian sistem kendali peliputi sistem gerak yang terdapat
pada sayap pesawat salah satunya mekanisme gerak aileron. Pada pengujian airleron pesawat
diperlukan suatu alat beban uji dimana gerak aileron diuji kemampuannya menerima beban sebesar
200 kg. Beban tersebut diperoleh dari beban maksimum yang telah ditentukan dari perhitungan
analisis dari penelitian lainnya. Dalam proses pengujian tersebut diperlukan perancangan suatu
struktur alat pengujian terlebih dahulu. Sehingga penelitian akan membahas mengenai analisis
tegangan struktur alat bantu pengujian aileron untuk pesawat Komersil yang terdapat pada perusahaan
X dengan menggunakan perangkat lunak catia P3 V5 R6 2015. Dalam perancangan akan mempunyai
beberapa batasan yaitu Beban pada struktur sebesar 100 kg, material yang digunakan
EN1029:S355J2H square hollow 50mm x 50mm dengan tegangan ijinnya 355 Mpa, tinggi alat bantu
yang digunakan mempunyai tinggi 3000mm dan panjang 2800 mm.

Alat bantu uji ini direncanakan mempunyai safety factor minimal 2, hal tersebut sudah cukup
memadai untuk pembebanan statik. Vinoth Kumar at all (2015) mendesain rangka pesawat dengan
menggunakan perangkat lunak Nastran/Patran menghasilkan safety factor sebesar 1.76 [1], nilai
tersebut telah cukup untuk mendapatkan jaminan kekuatan pada pesawat, sehingga jika alat bantu uji
ini dirancang dengan safety factor sebesar lebih dari 2 maka dinilai sudah cukup baik.

Mekanisme aileron pada pesawat


Sistem kontrol Aileron adalah untuk memberikan lateral (roll) kontrol dari pesawat pesawat yang
mengontrol gerakan pada sumbu longitudinal. Sistem kontrol aileron didesain untuk kabel dekat loop
dan dapat dioperasikan dari kiri atau kanan kemudi. Operasi maksimum kontrol aileron defleksi

Mesin | 172
permukaan sebesar ± 20 derajat. Jika seorang pilot ingin melakukan roll atau bank atau berguling
kekanan, maka yang dilakukan oleh pilot adalah: menggerakan stick control atau tuas kemudi ke arah
kanan, sehingga secara mekanik akan terjadi suatu pergerakan di mana aileron sebelah kanan akan
bergerak naik dan aileron kiri bergerak turun. Pada wing kanan dimana aileron up akan terjadi
pengurangan lift (gaya angkat) hal ini dikarenakan aileron yang naik menyebabkan kecepatan aliran
udara di permukaan atas wing berkurang (karena idealnya aliran udara di atas airfoil lebih cepat
daripada di permukaan bawah, sehingga timbul Lift) sehingga sayap kanan kehilangan lift (gaya
angkatnya) yang menyebabkan wing kanan turun. Sedangkan pada wing sebelah kiri, aileron yang
turun menyebabkan tekanan udara terakumulasi dan mengakibatkan wing kiri naik. Begitu juga
sebaliknya jika pilot menginginkan pesawatnya melakukan roll ke sebelah kiri.[4]

Gambar 1. Layout sistem kendali pesawat terbang[4]

Analisis menggunakan Finite Element Methode (FEA)


Penggunaan perangkat lunak telah banyak digunakan untuk beberapa aplikasi di bidang teknik mesin.
Salah satu penelitian yang telah dilakukan yaitu simulasi dengan Finite Element Methode pada roda
gigi. Chetan (2016) melakukan studi mengenai roda gigi helikal menggunakan perangkat lunak FEA
mendapatkan bahwa tegangan akan mengalami penurunan terhadap jumlah elemen kemudian akan
tegangan akan naik secara bertahap[5], seperti pada gambar dibawah.

Gambar 1. Hasil simulasi FEA pada Gear dan pinion [5]

Mesin | 173
Tegangan pada struktur
Jika ditinjau suatu segmen balok yang dihadapkan pada suntu momen lentur positif M pada irisan x-x
seperti pada Gambar dibawah, momen ini mendapatkan perlawanan dari tegangan yang berubah
secara linier terhadap sumbu netral. Tegangan tertinggi terjadi pada titik yang paling jauh dari sumbu
netral. Tegangan ini adalah tegangan normal maksimum σmaks.

Gambar 2.16 Balok dengan Lenturan Murni[3]

Tegangan normal yang terjadi pada penampang akan terjadi tegangan normal maksimum pada jarak
terjauh dari sumbu netral. Pada setiap irisan tegangan normal bertindak menghasilkan sebuah kopel
yang sama dengan reaksi dengan momen lentur yang terjadi. sehingga persamaan dapat ditulis sebaga
berikut:
M .c
 maks  (1)
I
Keterangan:
σmaks = Tegangan maksimum yang terjadi (N/m2)
M = Momen lentur maksimum yang terjadi (N.m)
c = Jarak terjauh dari titik pusat irisan benda/tegangan maksimum (m)
I =Inersia penampang (m4)

Safety of Factor
Safety of factor atau faktor keamanan merupakan faktor yang diberikan kepada suatu desain
konstruksi sebagai jaminan dalam proses desain. Faktor keamanan diberikan diberikan harus lebih
besar dari 1 (satu). Faktor keamanan merupakan nilai yang didapatkan dari perbandingan dari
tegangan Luluh (yeald Strength) suatu material dengan tegangan yang terjadi (Actual Strength) pada
suatu konstruksi tersebut.

Yield Strength ( y ) (2)


Factor of Safety 
Actual Strength ( actual )

[2]
Faktor kemanan diberikan kepada suatu desain bianya berdasarkan jenis pembebanan yaitu
Pembebanan Statis : 1.25 – 2 , Pembebanan Dinamis : 2 – 3 dan Pembebanan Kejut : 3 – 5 .

2. Metodologi
Pada analisis tegangan pada alat bantu pengujian aileron diperlukan spesifikasi perancangan yang
menghasilkan suatu struktur yang sesuai dengan layout pesawat dan RIG berdasarkan kepada batasan
ukuran dimensi alat uji dan material yang digunakan. Kemudian dilakukan perancangan konsep yang
sesuai dengan kondisi rill pada saat pengujian akan dilakukan, sehingga didapatkan model yang
memperlihatkan bentuk maupun posisi alat uji tersebut. Setelah dilakukan pemodelan kemudian
dilakukan analisis tegangan dengan pendekatan teoritik dan menggunakan perangkat lunak. Dalam
simulasi perangkat lunak akan dilakukan beberapa simulai dengan kondisi dimana jumlah elemen dan
node yang berbeda. Hasil analisis dengan teoritik dan simulasi harapkan mendapatkan safety factor

Mesin | 174
lebih dari 2 sehingga struktur dapat dianggap aman untuk proses pengujian. Tahap selanjutnya
membuat gambar teknik untuk dapat dipabrikasi.

Mulai

Spesifikasi
perancangan

Perancangan konsep alat uji

Perancangan bentuk
(Modelling)

Stress analysis simulasi


pendekatan teoritik software

SF≥2

Gambar teknik

Selesai

3. Hasil dan Pembahasan


Spesifikasi perancangan
Perancangan struktur alat uji aileron terdapat beberapa batasan perancangan meliputi Beban pada
struktur sebesar 200 kg, dimana pengujian akan dilakukan pada beban 100kg, material yang
digunakan EN1029:S355J2H square hollow 50mm x 50mm dengan tegangan ijinnya 355 Mpa yang
telah tersedia dibengkel pabrikasi. Struktur alat uji harus memenuhi beberapa kriteria yaitu safety
factor harus lebih besar dari 2 serta dimensi harus disesuaikan dengan dimensi RIG base dan
ketinggian maupun posisi aileron pesawat. Dimensi RIG Base mempunyai dimensi yaitu
2100x1200x900 mm (panjangx lebar x tinggi), dimana tinggi keseluruhan alat uji dirancang sebesar
3000 mm seperti pada gambar dibawah.

Gambar 1. RIG Base

Mesin | 175
Desain Konsep pengujian alat bantu pengujian
Konsep alat uji Aileron Surface akan dipasang wiple three atau sejenis tali yang akan membantu untuk
mengaitkan beban pada Aileron Surface dan wiple three juga berguna untuk mengakumulasi beban
terdistribusi menjadi beban terpusat pada aileron surface.

Gambar 2. Konsep Alat Uji Aileron

Pemodelan 3D
Setelah perancangan konsep alat uji aileron peawat kemudian dimodelkan menggunakan perangkat
lunak CATIA. Struktur alat uji ini terdiri dari gilder atau batang beban sepanjang 2800 mm, kemudian
ditopang oleh batang utama setinggi 900 mm, dimana struktur tersebut akan dipasang pada RIG Base
dengan menggunakan sambungan baut seperti terlihat pada gambar dibawah.

Gambar 3. Model Struktur alat Uji Aileron

Stress Analisis
Modelling 3D yang telah dilakukan sebelumnya kemudian disimulasikan dengan menggunakan
pendekatan teori dan menggunakan perangkat lunak CATIA V5 R6. Analisis tegangan harus
menentukan parameter constrain/tumpuan, dan beban yang akan diberikan pada struktur rangka
tersebut. Tumpuan pada gilder berada pada sambungan baut dengan rangka vertikal, sedangkan beban
bekerja pada ujung gilder yang terdapat sambungan baut dari katrol. Semua tumpuan merupakan
tumpuan engsel dimana gilder disambungkan dengan baut yang dapat berputar terhadap tumpuan
tersebut seperti pada diagram benda bebas pada gambar 4. Beban yang diberikan pada ujung masing-
masing sebesar 200 kg. Dari hasil perhitungan dengan pendekatan teoritik didapatkan tegangan yang
terjadi sebesar 137 MPa dan safety factor sebesar 2,6.

Mesin | 176
Gambar 4. Diagram benda beban Gilder Alat Uji Aileron

Dari hasil modeling kemudian struktur dilakukan meshing untuk selanjutnya dilakukan analisis
tegangan. Meshing Analisis tegangan dengan menggunakan perangkat lunak dilakukan untuk
beberapa jumlah elemen dan node yang berbeda yaitu jumlah elemen 887,460, 1,335,770 dan
2,171,666 sehingga didapatkan tegangan terjadi dan safety factor seperti pada tabel 1. Pada tabel 1.
Dapat dilihat bahwa tegangan von misses yang paling tinggi jika jumlah elemennya 1,335,770 yaitu
41, 5 MPa sehingga safety factor terendahnya sebesar 8,6. Perbedaan safety factor dari hasil simulasi
dan pendekatan secara teoritik sangat berbeda jauh hal tersebut diakibatkan pada perhitungan secara
teoritik terdapat beberapa penyederhanaan sistem seperti ukuran kolom dianggap merata sehingga
terjadi perbedaan konsentrasi tegangan pada gilder tersebut. Hal tersebut hampir sama polanya dengan
penelitian (Chetan 2016) mengenai studi roda gigi helikal menggunakan FEA Software, dimana
tegangan akan mengalami penurunan terhadap jumlah elemen kemudian akan tegangan akan naik
secara bertahap.

Gambar 5. Analisis Tegangan Struktur alat Uji Aileron

Pada grafik 6 dapat terlihat kecenderungan tegangan akan bertambah besar dengan bertambahnya
jumlah elemen pada meshing struktur gilder, hal tersebut memperlihatkan adanya peningkatan
sensitifitas pada beberapa permukaan yang dikenai beban pada struktur tersebut, sehingga semakin
besar elemen akan memeberikan ketelitian perhitungan yang lebih baik.

Tabel 1. Tegangan dan safety faktor pada setiap Jumlah Elemen

Elements Nodes Stress (MPa) SF


887,460 216,878 36.1 9.8
1,335,770 318,874 35.1 10.1
2,171,666 516,762 41.5 8.6

Namun pada jumlah elemen 1,335,770 hasil analisis tegangan cenderung lebih kecil hal tersebut
diindikasikan bahwa pada proses meshing beberapa elemen sedikit menghitung lokasi yang
mengalami tegangan yang terkonsentrasi sehingga menyebabkan beberapa elemen dengan lokasi yang
tersebut tidak terakumulasi tegangannya.

Mesin | 177
Gambar 6. a) Grafik tegangan vs Jumlah Elemen, b) Grafik SF vs Jumlah Elemen

4. Kesimpulan
Material struktur alat uji bantu aileron yang digunakan EN1029:S355J2H square hollow 50mm x
50mm dengan tegangan ijinnya 355 MPa dengan dimensi 2800x100x900 mm. Hasil perhitungan
pendekatan teoritik didapatkan besar tegangan 137 MPa dengan safety factor sebesar 2,6. Sedangkan
dari hasil simulasi didapatkan tegangan yang terjadi yang paling besar yaitu 41,5 MPa dengan safety
factor sebesar 8.6.

Daftar Pustaka
[1] T.S.Vinoth Kumar, A.Waseem Basha, M.Pavithra, V.Srilekha, (2015),”Static &
Dynamic Analysis Of A Typical Aircraft Wing Structure Using Msc Nastran”
International Journal Of Research In Aeronautical And Mechanical Engineering Issn
(Online): 2321-3051. Vol.3 Issue 8, August 2015 Pgs: 1-12 .
[2] Dobrovolsky . V, (1988), Machine Elements, Foreign Languages Publishing House,
Moscow 1988.
[3] Popov, E. P. (1996). “Mekanika Teknik” Edisi Kedua. Erlangga.
[4] Direktorat Jendral Perhubungan Udara, (2015), “N219 Flight Control System Technical
Description”, Review TD D290ND1001, 2015.
[5] Chetan E. Kolambe, Dhananjay R. Barde (2016) “Study of Helical Gear Analysis Using FEA
Software “International Journal of Engineering Science and Computing (IJESC), DOI
:10.4010/2016.517 , ISSN: 2321 3361,Volume 6 Issue No. 3 March 2016

Mesin | 178

You might also like