Professional Documents
Culture Documents
Hub Ungan Pelaksanaan Peran Keluarga Dan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolo
Hub Ungan Pelaksanaan Peran Keluarga Dan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolo
OLEH
OLEH
OLEH:
NIM : 120361801
Saya bersumpah bahwa proposal atau hasil penelitian ini adalah hasil karya
sendiri dan belum pernah dibuat dan dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh
Yang menyatakan,
NIM : 120361801
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL
NIM : 120361801
Disetujui Oleh:
S.Kep
NIDN.0910018201 NIDN.0913029103
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL
NIM : 120361801
Pada Hari :
Tanggal :
Dinyatakan telah memenuhi syarat dan di setujui sebagai tugas akhir (Skripsi)
Tim Penguji :
3. ( )
4. ( )
Mengetahui
MOTTO
“Sebuah perjalanan dalam meraih keberhasilah, tentunya akan banyak halangan dan rintangan
yang menakutkan. Maka dari itu dibutuhkan kerja keras dan motivasi yang kuat dalam diri untuk
Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini dengan judul “HUBUNGAN
PUSKESMAS TOLO (JENEPONTO)”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam
melakukan penelitian guna menyelesaikan studi pada program studi S1 Keperawatan pada
Peneliti menyadari bahwa proposal ini dapat selesai karena adanya bantuan dan kerja
sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa
terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tua yaitu :, Ibunda Nurhayati,saudara-saudara
: Kakak Putra dan Adik Jasman, Dan dosen pembimbing saya Ns.Muh syarul AlamS.Kep.,
M.kep dan Bapak Ns.Septi Hendy Telaumbanua, S.Kep atas segala dukungan, doa dan
kasih sayang yang tak pernah pupus, serta penghormatan yang sebesar-besarnya kepada :
2. Ibu Dr. Ns. Yudit Patiku, S.Si, S.Kep, M.Kes selaku Ketua STIK FAMIKA Makassar
3. Bapak Ns.Ambo Anto S.Kep., M.Mkep. selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
waktu, tenaga dan sumbangan fikiran dalam memberikan arahan kepada penulis.
5. Bapak. Dr. Risman Wanci S.Pd., M.Hum. selaku penguji I dan selaku penguji II Dr. Ns.
Yudit Patiku, S.Si, S.Kep, M.Kes yang telah meluangkan waktunya demi
6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan STIK Famika Makassar yang telah membantu
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan moral
8. Rekan seangkatan 2018 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran yang
konstruktif demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas
Peneliti,
NIM : 120361801
BAB1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting merupakan salah satu dari permasalahan status gizi yang ditinjau dari
tinggi badan yang lebih pendek dibanding orang lain yang seusia. Stunting pada
tahun 2016 ditingkat dunia mencapai 22,9% (154,8 juta) balita dimana hal tersebut
terjadi akibat berbagai faktor terkait pada 1000 hari pertama setelah konsepsi .
Stunting menurut WHO adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak
akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psiksosial yang tidak memadai.
Anak-Anak didefinisikan terhambat gizinya jika tinggi badan mereka terhadap usia
lebih dari dua deviasi standar di bawah median standar pertembuhan anak WHO.
Menurut Global Nutrition Report tahun 2014 menyebutkan dari 117 negara
bahwa Indonesia termasuk dalam 17 negara yang memiliki tiga masalah gizi pada
balita yaitu stunting (37,2%), wasting (12,1%) dan overweight (11,9%). Hasil Riset
masih cukup tinggi dengan angka nasional 37,2% terdiri 18% sangat pendek dan
19,2% pendek. Prevalensi stunting di Jawa Timur pada tahun 2016 menunjukan
angka 26,1% dengan berada sedikit dibawah angka stunting nasional yaitu 27,5%.
Berdasarkan hasil survei PSG pada tahun 2016 Kabupaten Jember memiliki
Prevalensi balita di Kecamatan Arjasa terdapat 2673, dengan sebagian besar balita
memiliki status gizi stunting 62,5% dari jumlah populasi 2673 balita.
Resiko terjadinya stunting meningkat pada anak yang tinggal bersama keluarga
dengan orang tua tunggal dibandingkan dengan anak yang tinggal di keluarga inti
atau keluaga besar dengan orangtua lengkap. Hasil penelitian tentang hubungan
struktur peran keluarga dengan stunting anak usia dua sampai lima tahun
menunjukan bahwa kejadian stunting 10% lebih tinggi pada anak yang tinggal
dengan keluarga inti dan 30% lebih tinggi pada anak yang tinggal dengan keluarga
besar. Stunting terjadi lebih sering pada anak yang tinggal di keluagra besar
negatif bagi kesehatan dalam jangka waktu lama seperti rentan terhadap penyakit.
Tubuh pendek atau stunting pada masa balita disebabkan oleh kurangnya gizi
digunakannya sebagai indikator dalam jangka panjang. Secara tidak langsung selain
tenaga kesehatan keluarga juga berpengaruh pada status gizi balita, terutama peran
penelitian Car dan Spinger pengaruh yang paling kuat pada kesehatan yaitu
keluarga, karena keluarga berperan sebagai penyedia sumber daya ekonomi, sosial
dan psikologis, ketegangan yang dapat menjadi pelindung ataupun ancaman dari
pendekatan keluarga dan keluarga sadar gizi. Program Indonesia Sehat memiliki
sasaran yaitu derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dengan meningkatkan
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung perlindungan finansial
sadar gizi, yaitu keluarga yang tidak hanya mengenal tetapi juga dapat mencegah
serta mengatasi masalah gizi yang dialami oleh setiap anggota keluarganya. Upaya
penanggulangan masalah status gizi yang memiliki peranan penting yaitu individu,
oleh tenaga kesehatan salah satunya perawat. Perawat memiliki peran dalam
meningkatkan status gizi balita yaitu dengan upaya promotif dan preventif.
Pencegahan masalah gizi buruk yang telah dilakukan perawat meliputi proses
dengan tenaga kesehatan lain terutama ahli gizi, berkoodinasi terkait rencana
melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman terkait gizi yang penting bagi
kesehatan. Namun apabila ditinjau dari prevalensi pemasalahan status gizi pada
balita masih belum teratasi sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat
hubungan pelaksanaan peran keluarga dengan status gizi pada balita yang memiliki
risiko stunting.
Namun apabila ditinjau dari prevelensia permasalahan status gizi pada balita
masih belum teratasi sehingga penelitian tertarikan untuk meneliti apakah terdapat
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan yaitu
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
( jeneponton )
b. Bagi responden
Sebagai pentingnya hubungan pelaksanaan peran keluarga dengan kejadian
c. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan dan masukan dalam
d. Bagi insitusi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dan bahan praktek bagi
peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Peran
beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan
dan diharapkan secara normative dari seseorang okupan dalam situasi sosial
tertentu.
Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan peran yang menerangkan apa
yang individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar dan bersifat stabil (Fadli dalam Kozier Barbara, 2008).
dalam skala kecil (keluarga) maupun skala besar (masyarakat luas), setiap
orang dituntut untuk belajar mengisi peran tertentu. Peran sosial yang perlu
dan menuntut hak dari suatu peran ,dan memiliki sikap, perasaan, dan
Sudarman,2008).
peran serta meliputi: 1. Kelas sosial Fungsi dari peran suami tertentu
berbeda dengan orang tua yang masih lenkap demikian juga antara keluarga
inti dengan keluarga besar yang beragam dalam pengambilan keputusan dan
sarapan setiap hari, tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak makan
sesorang sebagai imbalan atas semua yang telah dilakuakan tenaga atau
c. Siklus Keluarga Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga
misalnya ibu berperan sebagai asuh, asah dan asih, ayah sebagai pencari
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan tinggi tentang obyek tertentu menyebabkan
3. Macam-macam Peran
1. Peran Formal Keluarga Peran formal bersifat eksplisit. Peran formal keluarga
adalah :
a. Peran Prenteral dan Perkawinan Nye dan Gecas, (1976) yang dikutip
1) Peran provider/penyedia,
5) Peran rekreasi,
maternal,
2. Peran Informal Keluarga Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak
emosional individu (Satir, 1967 dalam Andarmoyo 2012) dan/atau untuk menjaga
memuji, setuju dengan, dan menerima konstribusi dari orang lain. Akibatnya
dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran
kelompok.
tanpa alasan. 14
tampil sempurna.
4. Ciri-ciri Peran
antara lain :
a. Terorganisasi, yaitu adanya interaksi
Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
2008). 15
dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara berpisah,
mereka.
peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak
komprehensip, yaitu sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh
Magglaya (1989), keluaraga adalah dua atau lebih dari individu yang
anggota keluarga.
masing-masing.
3. Tipe Keluarga
tradisional yang dianggap paling ideal. Keluarga inti adalah yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak, tinggal dalam satu rumah, dimana ayah adalah
suami istri keduanya bekerja diluar rumah. Keluarga ini merupakan suatu
3). Keluarga tanpa anak atau dyadic nuclear Merupakan keluarga yang
4). Commuter Family Yaitu keluarga dengan pasangan suami istri terpisah
rumah dengan anaknya, baik anak bawaan dari perkawinan lama maupun
hasil perkawinan baru. Pada umumnya, banyak keluarga ini terdiri dari ibu
rumah tangga dengan orang tua, sanak saudara, atau kerabat dekat
terbentuk atas dasar persamaan dan terdiri dari beberapa keluarga inti
menjadi pilihannya.
7). Keluarga dengan orang tua tunggal Merupakan bentuk keluarga yang
didalamnya hanya terdapat satu orang kepala rumah tangga yaitu ayah
atau ibu. Varian tradisional keluarga ini adalah bentuk keluarga dimana
kepala keluarga adalah janda karena cerai atau ditinggal mati suaminya,
meliputi bentuk-bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain, baik
1). Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu. 19
2). Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga
seksual.
1). Fungsi biologis, yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
3). Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
6. Struktur Keluarga
antaranya adalah:
1). Patrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2). Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3). Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4). Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5). Keluarga kawin Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
1. Stunting
a. Pengertian
terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang
cukup dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak, karena pada umumnya
aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam proses belajar. Apabila intake
zat gizi tidak terpenuhi maka pertumbuhan fisik dan intelektualitas balita akan
generasi yang hilang (lost generation), dan dampak yang luas negara akan
produksi zat anti bodi dalam tubuh.Penurunan zat anti bodi ini mengakibatkan
zat gizi yang penting menjadi terganggu, keadaan ini dapat memperburuk status
gizi anak. Data Riskesdas 2013 menunjukan prevalensi pendek secara nasional
adalah 37,2% yang terdiri dari 18,0% anak sangat pendek dan 19,2% anak
pendek (Tando, 2012). Proses menjadi pendek atau stunting anak di suatu
wilayah atau daerah miskin, terjadi sejak usia sekitar enam bulan dan
berlangsung terus sampai anak tersebut berusia 18 tahun. Hai ini dapat terjadi
karena tidak disertai dengan tindakan atau intervensi untuk menangani kejadian
stunting .Stunting muncul utamanya pada dua sampai tiga tahun kehidupan
pertama, hal itu dikarenakan pada masa atau usia tersebut anak-anak
membutuhkan banyak zat gizi. Zat gizi tersebut dibutuhkan anak-anak untuk
pada usia tersebut laju pertumbuhan mencapai puncak atau tercepat sehingga
memerlukan banyak zat gizi (Sudiman, 2008). Stunting atau pendek merupakan
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur
(PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah
stunting (pendek) dan severely stunting (sangat pendek). Satu dari tiga anak di
tertinggi berada di kawasan Asia Selatan yang mencapai 46% disusul oleh
stunting di negara miskin dan berkembang mencapai 32%. Kejadian stunting ini
disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang terjadi dalam jangka waktu
yang lama dan frekuensi menderita penyakit infeksi. Akibat dari stunting ini
terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu lama pada
masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Anak dengan
stunting memiliki IQ 5-10 poin lebih rendah dibanding dengan anak yang normal.
waktu yang lama, dan dihubungkan dengan kapasitas fisik dan psikis, penurunan
Pengukuran Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah ditimbang berat
badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
standar, dan hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih
status gizi anak. Klasifikasi Status Gizi Anak berdasarkan indikator Tinggi Badan
Dimana anak stunting masuk dalam klasifikasi anak pendek dan sangat
pendek. Jadi, anak yang memiliki status gizi <-2SD berdasarkan TB/U masuk
sebagai berikut :
2. Epidemiologi
waktu yang lama dan frekuensi menderita penyakit infeksi. Akibat dari
stunting ini meliputi perkembangan motoric yang lambat, mengurangu
Wiyogowati, 2012).
Wiyogowati, 2012).
a. Pengertian BBLR Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi
lahir kurang dari 2500 gram atau 2,5 kg (Merryana & Bambang, 2012).
Berat badan bayi normal pada waktu lahir sangat penting karena
ibu (Moehyi,2008).
yang terjadi karena gizi ibu yang buruk dan angka infeksi yang
dkk,2009).
stunting.
status gizi sejak lahir hingga sekarang. Bayi yang lahir dengan berat
dengan gizi kurang sejak trimester awal sampai akhir kehamilan akan
untuk meninggalkan dari pada baiy yang lahir dengan berat badan
yang cukup gizi serta lingkungan hidup yang saniter, namun bayi lahir
sebaik tumbuh kembang bayi yang lahir dengan berat lahir normal.
Terutama selama masa usia lima tahun pertama. Badan anak akan
lebih pendek, lebih kurus, sehingga terlihat lebih kecil dari anak
diberi vaksin atau imunisasi, tubuh akan terpajan oleh virus atau
Wiyogowati,2012).
bulan.
2) Hepatitis B
pada bayinya.
minggu.
4). Polio
5) Campak
1 BCG, Polio 1
2 DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 campak
Sumber: IDAI,2014
Moehyi, 2008 menyatakan bahwa ada dua hal yang harus dilakukan untuk
mencegah hambatan tumbuh kembang anak sampai usia tiga tahun yaitu,
imunisasi anak terhadap penyakit tertentu pada waktu yang tepat dan
dibuat menjadi kebal terhadap penyakit yang mudah diderita oleh anak.
(Diafrilia,dkk. 2014).
3. ASI Eksklusif
(ASI) adalah sumber nutrisi yang ideal dan makanan peling aman
6-12 bulan dan masih merupakan sumber yang cukup berarti bagi
genetik. Sampai usia empat bulan, seorang anak bisa tumbuh dan
2012).
b. Manfaat ASI
diberikan pada anak. Makanan yang paling sesuai untuk bayi adalah
air susu ibu (ASI), karena ASI memang diperuntukkan bagi bayi
mendapat susu formula. Efek ini terus berlanjut sampai usia 15 tahun
dan anak-anak yang masa bayinya mendapat ASI paling lama akan
pada balita yang diberikan ASI eksklusif selama lebih dari 2 tahun
(Anugraheni, 2012).
memberikan ASI secara eksklusif, tidak hanya bagi anak tetapi juga
bagi ibu. Menurut Marryana & Bambang, 2012 anak yang diberikan
adalah :
pencernaan, absorbs, dan seng dan zat besi akan lebih mudah
c. Kandungan Gizi
ASI mengandung semua nutrient untuk membangun dan
Kualitas ASI
c. c. Mineral : Fe dan Ca
a. Akibat
Banyak anak berusia kurang dari dua tahun yang terganggu pertumbuhan
dan perkembangannya karena kekurangan gizi sejak dalam kandungan, ibu tidak
taat memberi ASI eksklusif, terlalu dini memberikan makanan pendamping ASI
kebutuhan energy dan zat gizi mikro terutama besi (Fe) dan seng (Zn) (Merryana
& Bambang,2012)
dilakukan oleh Arifin dkk (2012) ada sebanyak 38 (76%) balita dengan ASI tidak
76 (46%).
a. Pengertian
dan organ.Saat anak tumbuh dan berkembang, protein adalah gizi yang
optimal.Asupan protein harus terdiri dari 10% - 20% dari asupan energy
Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin,
aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
1-3 1210 23
4-6 1600 29
kebutuhan total akan zat gizi sama, akan tetapi jumlah asupan dari
makanan atau MPASI dari anak yang masih diberikan ASI dengan anak
tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia, ini merupakan contoh
adaptasi pada asupan energy rendah dalam waktu yang lama. Jika
Kekurangan gizi dan stunting selama masa bayi dan anak usia dini
jangka pendek maupun jangka panjang (wahlqvist & tienboon, 2011, Fitri
tetapi dalam jangka waktu lama maka akan terjadi kejadian stunting
(Marmi,2013).
diare, atau kesedian menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang
kesehatan anak.
tinggi dan ayah akan lebih memperhatikan gizi anak. Suami yang lebih
tinggi , yang hidup dalam rumah tangga yang kecil, berpeluang untuk
cost,wiyogowati,2012).
pada anak balita dengan riwayat berat lahir rendah pada tahun 2010 di
rendah (<50%).
dalam jangka waktu yang lama, sehingga permasalahan gizi akut ini
badan anak dan kejadian stunting . Dimana dari hasil penelitian ini
stunting . Hasil penelitian ini didukung dengan teori dan beberapa hasil
7. Sanitasi
D. Dampak stunting
fungsi kognitif yang beragam dan prestasi sekolah yang lebih buruk
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadisejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir, kondisi stunting baru terlihat setelah bayi berusia 2
tahun.
Peran
Keluarga Kejadian Stunting
Keterangan :
= Variabel Indepen
= Variabel Depenen
berada.
2. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
D. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan pelaksanaan peran keluarga dan kejadian stunting di wilayah
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dengan pengamatan variable tidak pada hari dan waktu yang sama
namun diambilpada satu kali waktu. Pada penelitian ini peneliti melakukan
1. Populasi penelitian
C. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini yaitu keluarga yang memiliki anak dengan
kejadian stunting
Dengan kriteria
Inklusi :
Ekslusi :
1. Instrument Penelitian
Untuk variabel independen Persepsi Lansia yaitu menggunakan
Likert yaitu Sangat Setuju skor 4, Setuju skor 3, Kurang setuju skor
Likert yaitu Sangat Setuju skor 4, Setuju skor 3, Kurang setuju skor
a. Tempat
Jeneponto
b. Waktu
berikut :
a. Analisa univariat
teliti.
b. Analisa Bivariat
Keterangan :
0: Nilai obaservasi
Penilaian:
dependen
C. Etika Penelitian
yang meliputi:
c. Konfodentiality (Kerasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya