Professional Documents
Culture Documents
Nana Mardiana Vilianti (4) - 2
Nana Mardiana Vilianti (4) - 2
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 155070407111010
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh :
Nana Mardiana Villianti
NIM: 155070407111010
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi
yang berjudul “PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN ANTARA
GLASS IONOMER CEMENT DENGAN NANO GLASS IONOMER
CEMENT DALAM LARUTAN KOPI HITAM ROBUSTA (Coffea Robusta)”
Begitu Banyak dukungan, doa dan bantuan selama penulis
penyusunan dapat dilalui. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
iii
iv
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
penulisan ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat baik bagi
Penulis,
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….ix
DAFTAR SINGKATAN, SIMBOL DAN ISTILAH……………………… x
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………................. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………3
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………….......... 3
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………..3
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………. 3
1.4.1 Manfaat Akademis……………………………………….. 3
1.4.1 Manfaat Praktis…………………………………………… 3
v
vi
vi
vii
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 45
LAMPIRAN………………………………………………………………48
vii
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel GIC dalam Saliva
Tabel 5.2 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel GIC dalam Larutan Kopi
Hitam Robusta……………………………………………………………………… 31
Tabel 5.4 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel Nano GIC dalam Saliva
Tabel 5.5 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel Nano GIC dalam Larutan
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
x
m Meter
Na Natrium
nm Nano meter
p Phosphor
SiO2 Silica
Al2O3 Alumina
x
11
11
Perbedaan Kekasaran Permukaan antara Glass Ionomer Cement dengan Nano Glass
Ionomer Cement dalam Larutan Kopi Hitam Robusta
(Coffea robusta)
Nana Mardiana Vilianti*, M. Chair Effendi**
* Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya
** Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Tingkat konsumsi kopi hitam robusta di Indonesia semakin meningkat. Tanin adalah senyawa dalam kopi,
membentuk gugus polifenol yang membuat ikatan struktur kimia rusak dan terjadi perubahan
mikrostruktur sehingga menyebabkan kekasaran permukaan pada gigi dan bahan tumpat. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan antara Glass Ionomer Cement
dengan Nano Glass Ionomer Cement dalam larutan kopi hitam robusta (Coffea robusta). Sampel
penelitan yaitu Glass Ionomer Cement dan Nano Glass Ionomer Cement berbentuk bulat berdiameter 7
mm dan tinggi 2 mm. Jumlah keseluruhan sampel adalah 32 buah, perlakuan yang pertama direndam
dalam saliva buatan selama 24 jam kemudian diukur menggunakan alat surface roughness tester.
Perlakuan sampel yang kedua dibagi menjadi 8 kelompok, 4 kelompok GIC dan 4 kelompok Nano GIC
masing-masing direndam selama 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari kemudian diukur menggunakan surface
roughness tester. Analisa data menggunakan uji statistik One Way Anova dan Independent T-Test. One
Way Anova menunjukkan P-value > 0,05, artinya durasi perendaman berpengaruh terhadap perberdaan
kekasaran permukaan. Independent T-Test menunjukkan nilai total kekasaran permukaan (ΔR) Glass
Ionomer Cement dengan Nano Glass Ionomer Cement terdapat perbedaan secara bermakna. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah kekasaran permukaan Nano Glass Ionomer Cement lebih stabil dibanding Glass
Ionomer Cement dalam larutan kopi hitam robusta.
Kata Kunci: kopi hitam, perbedaan kekasaran permukaan, Glass Ionomer Cement, Nano Glass Ionomer
Cement
ABSTRACT
The level of consumption of robusta black coffee in Indonesia is increasing. Tannins are compounds in
coffee, forming polyphenol groups which make chemical structure bonds broken and microstructural
changes that cause surface roughness of teeth and spatter material. The purpose of this study was to
determine the differences in surface roughness between Glass Ionomer Cement and Nano Glass Ionomer
Cement in a robusta black coffee solution (Coffea robusta). Research samples are Glass Ionomer Cement
and Nano Glass Ionomer Cement round shape with a diameter of 7 mm and a height of 2 mm. The total
sample was 32 pieces, the first treatment soaked in artificial saliva for 24 hours and then measured using
a surface roughness tester. The second sample treatment was divided into 8 groups, 4 GIC groups and 4
Nano GIC groups each soaked for 1 day, 3 days, 5 days and 7 days then measured using a surface
roughness tester. Data analysis using One Way Anova statistical test and Independent T-Test. One Way
Anova shows P-value> 0.05, meaning that the duration of immersion affects the surface roughness.
Independent T-Test shows the total surface roughness (ΔR) value of Glass Ionomer Cement with Nano
Glass Ionomer Cement there is a significant difference. The conclusion of this study is that the surface
roughness of Nano Glass Ionomer Cement is more stable than Glass Ionomer Cement in a robusta black
coffee solution.
Keywords: black coffee, different surface roughness, Glass Ionomer Cement, Nano Glass Ionomer
Cement
BAB I
PENDAHULUAN
Data terbaru yang dirilis oleh World Health Organization (WHO) pada 2016,
kesehatan gigi. Salah satu permasalahan gigi dan mulut yang terjadi pada
karies dan menumpatnya dengan bahan restorasi. Bahan yang sering digunakan
untuk merestorasi dalam praktek kedokteran gigi adalah bahan restorasi sewarna
gigi yang banyak beredar di pasaran salah satunya adalah glass ionomer cement
glass ionomer cement memiliki kelemahan yaitu waktu setting yang lama,
tensile strenght yang rendah, waktu kerja yang singkat,dan tidak dapat
digunakan pada daerah gigi yang menerima tekanan besar. glass ionomer
asam-basa yang lama,abrasi, dan erosi (Hubel S et al., 2003; Beriat et al., 2009;
cement dalam segi estetis dan kekuatan adalah menggunakan tekhnologi nano.
nano glass ionomer cement telah digunakan secara klinis sejak tahun 2007.
akhir proses restorasi dan dapat dipoles. Pada penelitian Tancan dkk, dilaporkan
bahwa kekuatan perlekatan dari nano glass ionomer cement sebaik ikatan
glass ionomer cement yang digunakan untuk sementasi bracket ortho (Uysal dkk.,
2010).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh AEKI (Asosiasi Eksportir & Industri Kopi
mencapai 800 gram per kapita setiap tahun. Jenis kopi yang mayoritas dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia adalah dari jenis kopi hitam robusta (Coffea robusta)
keuntungan mulai dari tampilan estetik yang baik hingga ketahanannya. Apabila
permukaan restorasi kasar maka dapat menyebabkan timbunan plak gigi yang
permukaan antara glass ionomer cement dengan nano glass ionomer cement dalam
cement dengan nano glass ionomer cement dalam larutan kopi hitam robusta
(Coffea robusta) ?
1.3 Tujuan Penelitian
dengan nano glass ionomer cement dalam larutan kopi hitam robusta (coffea
robusta).
a. Mengetahui kekasaran permukaan glass ionomer cement dalam larutan kopi hitam
b. Mengetahui kekasaran permukaan nano glass ionomer cement dalam larutan kopi
dengan nano glass ionomer cement dalam larutan kopi hitam robusta (coffea
robusta).
cement dengan nano glass ionomer cement dalam larutan kopi hitam robusta
(Coffea Robusta).
Diharapkan hasil penelitian ini dapat di gunakan oleh praktisi sebagai bahan
pertimbangan untuk memilih jenis bahan restorasi glass ionomer cement yang
sesuai bagi pasien penggemar larutan kopi hitam robusta (Coffea Robusta).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Glass Ionomer Cement adalah nama generik dari sekelompok bahan yang
menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini
mendapatkan namanya dari formulanya yaitu sutu bubuk kaca dan asam ionomer
(Mahesh dkk.,2011).
Bahan GIC pertama kali diperkenalkan pada bidang kedokteran gigi oleh
Wilson dan Kent tahun 1972. Mereka menggabungkan keunggulan sifat translusen
dan pelepasan ion fluor dari semen silikat serta biokompatibilitas dan sifat adhesif
dari semen polikarboksilat. GIC pada awalnya hanya diindikasikan untuk restorasi
karies servikal atau lesi abrasi karena tekanan mekanis yang rendah. GIC terus
mengalami perbaikan dalam beberapa sifat fisik dan mekanik dalam upaya untuk
dkk., 2013).
penggunaannya, tipe I untuk material perekat, tipe II untuk material restorasi, tipe III
untuk basis atau pelapis, type IV untuk fissure sealent, type V untuk cement
orthodontic, type VI untuk Core build up, type VII untuk Fluoride releasing, type VIII
untuk ART (atraumatic restorative technique), dan Type IX untuk restorasi gigi
decidui. Glass Ionomer Cement tipe II secara umum mempunyai sifat lebih keras
dan kuat dibandingkan tipe I, karena mempunyai rasio bubuk terhadap cairan lebih
tinggi. Material ini amat berguna dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyai
risiko karies tinggi karena melepas fluor dan estetik dapat diterima, juga untuk
restorasi kelas III dan V pada dewasa (Meizarini A dan Irmawati, 2005).
Bahan Glass Ionomer Cement terdiri dari powder dan liquid. Powder pada
GIC adalah kaca calcium fluoroaluminosilicate terdiri dari Silica (SiO2), Alumina
(NaF), dan Aluminium Fosfat (AlPO4) yang larut dalam cairan asam. Lanthanum,
radioopak. liquid GIC adalah asam poliakrilat dengan konsentrasi 40- 50% (Fitriyana,
2014).
Bahan Glass Ionomer Cement memiliki sifat adhesif dan mampu melepaskan
ion fluor, pada Glass Ionomer Cement terdapat 10 hingga 23% ion fluor. Ion fluor
terletak di dalam matriks yang dilepaskan dari bubuk kaca pada saat pencampuran
bubuk dan cairan. Bubuk dan cairan dari Glass Ionomer Cement bercampur, reaksi
setting dimulai dengan pelepasan ion fluor dari powder dengan ion kalsium dan
aluminium untuk membangun matriks semen sebagai ion, garam dan gel. Pada
Glass Ionomer Cement yang baru saja setting, memiliki kandungan fluor lebih
banyak daripada kandungan fluor di gigi. Hal ini menyebabkan terjadinya difusi ion
fluor dari Glass Ionomer Cement ke gigi dengan membentuk kristal fluoroapatite
untuk membantu gigi melawan proses terjadinya karies gigi (Mount Gj et al., 2005;
Glass Ionomer Cement ideal digunakan oleh pasien yang rentan mengalami
karies maupun pasien dengan lesi karies pada akar, pasien anak terutama yang
tidak kooperatif, lesi erosi yang tidak dipreparasi, restorasi transisional, tumpatan
sementara, dan trauma gigi. Glass Ionomer Cement juga diindikasikan untuk
restorasi kelas I terbatas, kelas III dan kelas V pada gigi dewasa (Shofu, 2011).
Glass Ionomer Cement mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan
saling overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi
ionisasi radikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (polimer asam
akrilat) menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama kal
ipada permukaan partikel kaca yang menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+
dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali hingga
Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3ºC sampai 7ºC.
Semakin besar rasio bubuk dan cairan Glass Ionomer Cement maka panas yang
Selama tahap awal tersebut terjadi, Glass Ionomer Cement berikatan dengan
struktur gigi. Secara fisik Glass Ionomer Cement terlihat berkilau. Penempatan pada
struktur gigi harus dilakukan pada fase ini karena matriks polimer-asam-akrilat bebas
yang dibutuhkan untuk perlekatan ke gigi tersedia dalam jumlah yang maksimum.
Pada tahap akhir dari fase pelepasan ion ini, yang ditandai dengan hilangnya
Cement dengan tekhnologi nano yang dikembangkan sebagai restorasi yang kuat
dan tahan lama, dapat digunakan pada restorasi posterior. Pengisi nano zirkonia
Nano Glass Ionomer Cement tersusun dari powder dan liquid dengan
tambahan tekhnologi nanofiller. Powder dari Nano Glass Ionomer Cement terdiri dari
fluoro alumino silikat glass dan zirkonium oxide, sedangkan liquid dari Nano Glass
Ionomer Cement terdiri dari polyacrilic acid solution dan tartic acid (Shofu, 2015).
struktural restorasi dan dapat digunakan di daerah dengan beban yang besar,
fluoride yang bertahan lama dengan ikatan kimia menjadikan Nano Glass Ionomer
Cement sebagai restorasi yang ideal untuk restorasi daerah posterior pada gigi
permanen dengan karies tinggi serta pada kasus di mana diperlukan struktur dan
Digunakan untuk restorasi kelas I terbatas, kelas III dan kelas V, memiliki
kekuatan dan daya tahan amalgam perak dengan manfaat perlindung glass ionomer
cement, Peningkatan kekuatan tepi dan adaptasi marginal transrasi tinggi, modulus
lentur dan kuat tekan karakteristik pencampuran dan penanganan yang lebih baik,
Sangat tahan terhadap abrasi dan erosi radiopacity yang luar biasa, Pelepasan
dengan enamel dan dentin saat menampilkan efisiensi ekspansi thermal seperti gigi,
kegagalan. Dikemas dan dapat dikondensasi seperti amalgam tanpa bahaya merkuri
Bagilah powder dan likuid 2 : 1, diaduk 5-10 detik dengan spatula GIC yang
disediakan dan campurkan. Pencampuran harus selesai dalam waktu 30 detik. Dari
akhir pencampuran diukur sesuai dengan ISO 9917-1: 2007 Kedokteran Gigi -
Semen berbasis air, Suhu yang lebih tinggi dari 23 ° C / 73 ° F akan memperpendek
setting time, dan yang lebih rendah dari 23 ° C / 73 ° F akan lebih memperpanjang
setting time, Jangan menambahkan cairan ekstra saat pencampuran karena akan
mikroporositas, kekerasan, dan teknik pemolesan. Pada permukaan yang halus juga
akan meningkatkan nilai estetika yang baik serta ketahanan dan kestabilan bahan
meningkatkan nilai estetik, mengurangi perlekatan plak, dan iritasi gingiva (Korkmaz,
2011).
Teknologi nano adalah seni merekayasa material dalam ukuran kurang dari
100 nm melalui berbagai macam metode kimia maupun fisik untuk mendapatkan
desain, fungsi, dan penampilan produk yang diingankan. Nano tekhnologi juga
atom. Pada ukuran nano, sifat fisik, kimia, dan biologis bahan menjadi berbeda dari
sifat bahan tersebut ketika berada di level molekul atau atom maupun pada ukuran
2.3.1 Definisi
kisaran 1 – 100 nm. Terminologi kedua dari tekhnologi nano adalah membuat dan
menggunakan susunan, alat, dan system yang memiliki sifat-sifat dan fungsi-fungsi
baru akibat ukurannya yang kecil. Selanjutnya, tekhnologi nano didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengatur atau memanipulasi pada ukuran atom atau molekul
(Subramani, 2012).
Jaringan keras gigi yaitu dentin, enamel, dan sementum tersusun dari unit-
unit berukuran nano. Oleh sebab itu, biomaterial buatan yang menyerupai aslinya
dibutuhkan untuk mendapatkan sifat-sifat yang cocok dengan jaringan asli. Terdapat
adalah produksi material buatan yang sifat dan bentuk morfologinya serupa dengan
jaringan asli gigi dan penggantian jaringan gigi yang hilang melalui regenerasi
(Khurshid, 2015).
2.4 Kopi
family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh dengan tegak, bercabang,
dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan
ujung agar meruncing. Daun tumbuh berhadapan dengan batang, cabang dan
dimana-mana, kecuali tempat yang terlalu tinggi dengan temperature sangat dingin
atau daerah tandus yang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Indonesia memiliki
tiga jenis kopi yang dikembangkan, yaitu kopi arabika (Coffea Arabica), kopi robusta
(Coffea robusta), dan kopi liberika (Coffea liberica). Namun, pada umumnya
penduduk Indonesia lebih banyak menanam kopi jenis robusta, sedangkan kopi
Kingdom : Phylum
Division : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Genus : Coffea
Kopi robusta berasal dari kongo dan masuk keindonesia tahun 1900. Kopi
jenis ini memiliki sifat lebih unggul dan sangat cepat berkembang, oleh karena itu
jenis ini lebih banyak dibudidayakan oleh petani kopi di Indonesia. Beberapa sifat
penting kopi robusta yaitu, produksi lebih tinggi dari pada kopi arabika tetapi lebih
tinggi dari kopi liberika dengan rendamen ± 22% (perbandingan antara berat biji kopi
dengan biji kopi yang telah menjadi bubuk) (Najiati dan Danarti, 2009).
Gambar 2.3 Kopi Hitam Robusta (Melqwin, 2012).
Komposisi kimia dari biji kopi bergantung pada spesies dan varietas dari kopi
tersebut serta faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain lingkungan tempat
mengubah komponen labil yang terdapat pada kopi sehingga membentuk komponen
2.5 Tanin
Senyawa tanin adalah senyawa astringent yang memiliki rasa pahit dari
protein. Tanin merupakan senyaewa fenol yang larut dalam air dan memiliki berat
Secara structural tanin adalah suatu senyawa fenol yang memiliki berat
molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang
bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan
protein dan beberapa makromolekul. Tannin ditemukan hampir disetiap bagian dari
tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar. Tannin dibentuk dari kondensasi turunan
flavan yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman, tannin juga dibentuk
2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, methanol, etanol, aseton dan pelarut
organic lainnnya. Kelarutannya besar dan akan bertambah besar apabila dilarutkan
3. Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi
menjadi suatu polimer, sebagian besar tannin bentuknya amorf dan tidak
5. Tanin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan racun
1. sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu
pada tanaman.
3. tannin juga dipergunakan pada industry pembuatan tinta dan cat karena dapat
kombinasi tertentu.
Tanin
Gugus Polifenol
Perubahan Mikrostruktur
15
: memiliki
: direndam dalam
: mengakibatkan
Secara umum glass ionomer cement memiliki komposisi yang sama dengan
nano glass ionomer cement, yaitu terdiri atas Fluoro-alumino-silikat dan polimer
asam akrilat. Perbedaan komposisi glass ionomer cement dan nano glass ionomer
cement terletak pada penambahan nanofiller dan zirconia dengan partikel berukuran
Kopi hitam robusta memiliki suatu zat yang disebut tanin. Tanin merupakan
mikroporositas pada GIC maka menyebabkan ikatan antar matriks pada glass
ionomer cement (GIC) menjadi renggang. Ikatan antar matriks yang renggang
perbedaan kekasaran antara glass ionomer cement dengan nano glass ionomer
3.2 Hipotesis
larutan kopi hitam robusta (Coffea Robusta) dimana glass ionomer cement lebih
METODE PENELITIAN
perbedaan kekasaran permukaan antara glass ionomer cement dengan nano glass
(t – 1) (n – 1) > 15
Keterangan :
(8-1) (n-1) ≥ 15
7n – 7 ≥ 15
7n ≥ 22
n ≥ 3.14
tiap kelompok, oleh karena itu dibutuhkan 32 sampel dengan jumlah masing-masing
8 kelompok
4.2.2 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Glass Ionomer Cement
dan Nano Glass Ionomer Cement yang berbentuk silinder dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Kriteria Inklusi
1. Permukaan halus
3. Homogen
4. Diameter 7 mm
5. Ketebalan 2 mm
d = 7 mm
t = 2 mm
a. Kekasaran permukaan GIC dalam larutan kopi hitam robusta (Coffea Robusta)
b. Kekasaran permukaan Nano GIC dalam larutan kopi hitam robusta (Coffea
Robusta)
b. Spatula GIC
c. Filling Instrument
d. Mixing pad
e. Glass slab
f. Pinset
g. Cotton Pellet
h. Celluloid Strip
i. Cincin plastik
j. Varnish
b. Glass slab
c. Mixing pad
d. Spatula GIC
e. Cincin Plastik
f. Filling instrument
g. Celluloid strip
h. Varnish
i. Cotton pellet
j. Pinset
c. Thermometer
d. Gelas ukur
e. Sendok pengaduk
a. Inkubator
b. Larutan kopi
c. Pinset
d. Wadah plastik
e. Kertas label
a. Plastik klip
b. Kasa
d. Kertas label
a. Glass slab
c. Pinset
b. Melakukan manipulasi dengan pola melipat untuk membentuk suatu pasta dari
c. Memasukkan hasil manipulasi yang telah homogen kedalam cincin plastik yang
ditempatkan di atas glass slab dan diberi celluloid strip menggunakan filling
e. Meletakkan glass slab di atas celluloid strip, kemudian ditekan hingga permukaan
hasil cetakan rata dan sejajar dengan glass slab bagian bawah.
f. Menunggu hingga 5 menit, kemudian melepaskan glass slab dan celluloid strip
h. Meletakkan sampel di dalam wadah plastik tertutup yang telah diberi nomor
Glass Slab
b. Melakukan manipulasi dengan pola melipat untuk membentuk suatu pasta dari
c. Memasukkan hasil manipulasi yang telah homogen kedalam cincin plastik yang
ditempatkan di atas glass slab dan diberi celluloid strip menggunakan filling
e. Meletakkan glass lab di atas celluloid strip, kemudian ditekan hingga permukaan
hasil cetakan rata dan sejajar dengan glass slab bagian bawah.
f. Menunggu hingga 5 menit, kemudian melepaskan glass slab dan celluloid strip
h. Meletakkan sampel di dalam wadah plastik tertutup yang telah diberi nomor
Glass Slab
Celluloid Strip
Cincin Plastik
g. Setelah seluruh sampel di uji, kemudian seluruh sampel diberi perlakuan yaitu
direndam dalam larutan kopi hitam robusta dengan durasi berbeda untuk tiap
kelompok, 1 kelompok terdiri dari 4 sampel dengan jumlah 8 kelompok dalam wadah
a. Menakar bubuk kopi sebanyak 2 gram ke dalam gelas ukur tahan panas.
d. Menunggu suhu pada larutan kopi hitam robusta turun menjadi 37°.
e.Meletakkan thermometer ke dalam larutan kopi hitam robusta untuk memastikan
label nomor 1 - 32 dengan direndam dalam saliva buatan selama 24 jam, kemudian
wadah yang telah diberi angka 1-32 dengan jumlah 8 kelompok perlakuan sebanyak
4 ml.
c. Memasukkan seluruh wadah sampel ke dalam inkubator dengan suhu 37° dan
e. Memasukkan sampel kedalam plastik klip yang telah diberi angka sesuai dengan
nomor sampel.
Tester.
Roughnest Tester.
4.8 Kerangka Operasional Penelitian
32 sampel
Analisis Data
4.9 Metode Analisis Data
menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, apabila nilai p > 0,05 maka seluruh sampel
Levene’s test, apabila nilai p < 0,05 maka seluruh sampel telah homogen,
dilanjutkan dengan uji One Way Anova untuk mengetahui perubahan kekasaran
Cement dengan Nano Glass Ionomer Cement. Namun, apabila sampel tidak
homogen, uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan kekasaran
permukaan pada Glass Ionomer Cement dan Nano Glass Ionomer Cement adalah
antara Glass Ionomer Cement dengan Nano Glass Ionomer Cement. Uji tersebut
glass ionomer cement dalam larutan kopi hitam robusta dilakukan menggunakan 32
sampel yang terbagi dalam 8 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4
sampel, yaitu K(1) terdiri dari 4 sampel glass ionomer cement direndam dalam saliva
buatan selama 24 jam kemudian dilanjutkan perendaman dalam larutan kopi hitam
robusta selama 1 hari, K(2) terdiri dari 4 sampel glass ionomer cement direndam
dalam saliva buatan selama 24 jam kemudian dilanjutkan perendaman dalam larutan
kopi hitam robusta selama 3 hari, K(3) terdiri dari 4 sampel glass ionomer cement
dalam larutan kopi hitam robusta selama 5 hari, K(4) terdiri dari 4 sampel glass
ionomer cement direndam dalam saliva buatan selama 24 jam kemudian dilanjutkan
perendaman dalam larutan kopi hitam robusta selama 7 hari, K(5) terdiri dari 4
sampel Nano glass ionomer cement direndam dalam saliva buatan selama 24 jam
kemudian dilanjutkan perendaman dalam larutan kopi hitam robusta selama 1 hari,
K(6) terdiri dari 4 sampel nano glass ionomer cement direndam dalam saliva buatan
selama 24 jam kemudian dilanjutkan perendaman dalam larutan kopi hitam robusta
selama 3 hari, K(7) terdiri dari 4 sampel nano glass ionomer cement direndam dalam
saliva buatan selama 24 jam kemudian dilanjutkan perendaman dalam larutan kopi
hitam robusta selama 5 hari, dan K(8) terdiri dari 4 sampel Nano glass ionomer
cement direndam dalam saliva buatan selama 24 jam kemudian dilanjutkan
perendaman dalam larutan kopi hitam robusta selama 7 hari. Kelompokm sampel
GIC yang telah direndam dalam saliva buatan kemudian diuji kekasaran permukaan
Tabel 5.1 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel Glass Ionomer Cement dalam
Ionomer Cement dalam saliva buatan berada pada kisaran tertentu yaitu, 0,370-
Cement direndam dalam larutan kopi hitam robusta selama 1,3,5,7 hari dan
kemudian data hasil uji kekasaran permukaan sampel Glass Ionomer Cement dalam
Tabel 5.2 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel GIC dalam Larutan Kopi Hitam
Robusta
Ionomer Cement dalam larutan kopi hitam robusta mengalami perbedaan dibanding
sampel menjadi berada pada kisaran yaitu, 0,919-3,765 untuk Roughnest Avarage.
Selanjutnya, data nilai perbedaan kekasaran permukaan ΔR* (nilai total Roughnest
Avarage) sampel Glass Ionomer Cement dapat dilihat pada tabel berikut :
Ionomer Cement dalam larutan kopi hitam robusta mengalami perbedaan pada
sampel Glass Ionomer Cement adalah semakin kasar. Sementara itu, data hasil uji
kekasaran permukaan sampel Nano Glass Ionomer Cement dalam saliva buatan
Tabel 5.4 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel Nano GIC dalam Saliva Buatan
selama 24 Jam
Glass Ionomer Cement dalam saliva buatan berada pada kisaran tertentu yaitu,
Cement direndam dalam larutan kopi hitam robusta selama 1,3,5,7 hari dan
kemudian data hasil uji kekasaran permukaan sampel Nano Glass Ionomer Cement
dalam larutan kopi hitam robusta dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 5.5 Hasil Uji Kekasaran Permukaan Sampel Nano GIC dalam Larutan Kopi
Hitam Robusta
Glass Ionomer Cement dalam larutan kopi hitam robusta mengalami perbedaan
(nilai total Roughnest Avarage) sampel Nano Glass Ionomer Cement dapat dilihat
Tabel 5.6 Nilai Total Perbedaan Kekasaran Permukaan Sampel Nano GIC
Glass Ionomer Cement dalam larutan kopi hitam robusta mengalami perbedaan
Nano Glass Ionomer Cement adalah semakin kasar. Setelah seluruh data hasil uji
dan data hasil perhitungan nilai total perbedaan kekasaran permukaan ∆R terkumpul
statistika. Data nilai total perbedaan kekasaran permukaan (∆R) yang telah
homogenitas. Apabila data telah terdistribusi normal dan homogen, maka dianjurkan
dengan uji one way anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kekasaran
independent T-Test.
penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan Kolmogorov-smimov Test. Dari
tabel didapatkan hasil uji menunjukan (P-value = 0,968) > 0,05 maka distribusi data
Uji ini bertujuan untuk memngtahui apakah sampel memiliki varian yang
homogen atau tidak. Pada penelitian ini, Data dapat dikatakan homogen apabila
signifikansi yang dihasilkan dari uji Levene adalah lebih besar dari 0.05 atau p>0.05
Pada tabel didapatkan hasil uji menunjukan (P-value = 0,054) sehingga disimpulkan
bahwa data yang diambil memiliki varian yang sama atau homogen.
permukaan GIC yang terjadi dalam keempat kelompok perlakuan tersebut. Uji One
way Anova dapat dilakukan apabila data terdistribusi secara normal dan homogen.
Pada penelitian ini, hasil dari uji one way anova menunjukan nilai signifikansi
sebesar diperoleh nilai P(P-value) = 0,00. Dengan demikian pada taraf nyata = 0,05
kita menolak H0, sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat perbedaan
penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan kolmogrov-seminov Test. Dari
tabel didapatkan hasil uji menunjukan (P-value = 0,413) > 0.05 maka distribusi data
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel meiliki varian yang
homogen atau tidak. Pada penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji
Levene . data dapat dikatakan homogen apabila nilai signifikansi yang dihasilkan
dari uji Levene adalah lebih besar dari 0.05 atau p > 0.05 dari tabel didapatkan hasil
uji menunjukan (P-value = 0,244). sehingga disimpulkan bahwa data yang diambil
permukaan Nano Glass Ionomer Cement yang terjadi dalam keempat kelompok
perlakuan tersebut . Uji one way anova dapat dilakukan apabila data terdistribusi
secara normal dan homogen. Pada penelitian ini, hasil dari Uji one way anova
demikian pada taraf nyata kita menolak HO, sehingga disimpulkan bahwa terdapat
pada baris nilai based on mean, yaitu 3,513 dengan P-value (sig) sebesar 0,071 di
mana > 0,05 yang berarti terdapat kesamaan varians antar kelompok atau homogen.
Pada penelitian ini, GIC dan Nano GIC adalah dua kelompok bebas,
atau rerata pada kelompok GIC nilainya adalah 1,14919 di mana lebih tinggi dari
p value sebesar 0.000 dimana < 0.05 sehingga didapatkan perbedaan bermakna
kolom Mean Difference, yaitu -0,54875. Karena bernilai negatif, maka berarti
kelompok GIC memiliki mean lebih rendah dari kelompok Nano GIC.
Tabel 5.7 Statistika Deskriptif Nilai Total Perbedaan Kekasaran Permukaan (∆R)
Valid N 16
(listwise)
permukaan sampel Nano GIC memiliki nilai minimum, nilai maximum dan mean
(rerata) yang lebih rendah dibanding dengan GIC. kemudian nilai standar Deviasi
(Std. Deviation) dari data sampel GIC maupun Nano GIC menunjukan bahwa secara
keseluruhan nilai standar deviasi tidak ada yang melebihi dua kali nilai mean, hal
PEMBAHASAN
antara glass ionomer cement dengan nano glass ionomer cement dalam larutan kopi
hitam robusta (Coffea robusta). Penelitian ini menggunakan 32 buah sampel yang
terbagi menjadi 8 kelompok yaitu 4 kelompok sampel glass ionomer cement dan 4
kelompok sampel nano glass ionomer cement, setiap kelompok terdiri dari 4 sampel
dengan ukuran diameter 7 mm dan tinggi 2 mm. Pada sampel yang berada dalam
buatan selama 24 jam kemudian direndam dalam larutan kopi hitam robusta selama
saliva buatan selama 24 jam kemudian direndam dalam larutan kopi hitam robusta
dalam saliva buatan selama 24 jam kemudian direndam dalam larutan kopi hitam
robusta selama 5 hari. Sementara itu, kelompok sampel 4 dan 8 diberikan perlakuan
yaitu perendaman dalam saliva buatan selama 24 jam kemudian direndam dalam
larutan kopi hitam robusta selama 7 hari. Setelah seluruh sampel direndam dalam
saliva buatan selama 24 jam, maka seluruh sampel diuji kekasaran permukaannya
dalam larutan kopi hitam robusta sesuai durasi yang ditentukan, kemudian diuji
pada larutan kopi hitam robusta dan suhu inkubator yang telah ditentukan. Ukuran
kapasitas alat uji kekasaran permukaan yaitu Surface Roughnest Tester. Pembuatan
kopi hitam robusta dilakukan dengan air mendidih suhu 1000C dan di diamkan
agar tanin pada larutan kopi terurai sempurna. Penyimpanan sampel selama
rata-rata rongga mulut manusia. Durasi perendaman dalam larutan kopi hitam
robusta yang digunakan adalah 1 hari atau setara dengan minum kopi satu kali 15
menit per hari selama 6 bulan, 3 hari atau setara dengan minum kopi satu kali 15
menit per hari selama 1 tahun, 5 hari atau setara dengan minum kopi satu kali 15
menit per hari selama 1,5 tahun, dan 7 hari atau setara dengan minum kopi satu kali
senyawa volatil. Di dalam senyawa volatil terdapat senyawa fenol yang meningkat
setelah penyaringan. Kopi dengan konsentrasi yang pekat mengandung fenol yang
tinggi, senyawa fenol dalam kopi berupa tanin. Tanin dapat menyebabkan kekasaran
permukaan terhadap bahan GIC karena dapat menyebabkan ikatan struktur kimia
pada GIC rusak. Tanin merupakan senyawa fenol yang larut dalam air dan memiliki
kekasaran permukaan yaitu resorbsi dari zat minuman berwarna dari lingkungan
dalam rongga mulut membentuk lapisan superfisial pada tumpatan glass ionomer
kelompok sampel 6 adalah 0,834; kelompok sampel 7 adalah 0,637; dan kelompok
menggunaka uji statistik One Way Anova untuk mengetahui apakah terdapat
Hasil uji One Way Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan anatara nilai total
kekasaran permukaan (∆R) GIC maupun Nano GIC dalam larutan kopi hitam
robusta selama 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari. Sehingga dapat disimpulkam bahwa
sampel.
nilai kekasaran permukaan antara GIC dengan Nano GIC dalam larutan kopi hitam
robusta menggunakan independent T-Test. Hasil uji menunjukan bahwa nilai total
perbedaan kekasaran permukaan (∆R) GIC berbeda secara signifikan dengan Nano
GIC. Hasil T-Test juga menunjukan bahwa nilai total perbedaan kekasaran
permukaan (∆R) pada Nano GIC lebih rendah dibanding dengan GIC.
Setelah dilakukan uji statistik analitik juga dilakukan uji statistik deskriptif dan
mengalami kekasaran dibanding Nano GIC. Nano GIC memiliki mikroporositas lebih
sedikit dibandingkan dengan GIC (3M, 2011). Hal tersebut menyebabkan Nano GIC
dalam larutan kopi hitam robusta kekasaran permukaan sampel Nano GIC lebih
rendah dibanding dengan kekasaran permukaan sampel GIC. Pada penelitian ini
mengalami perbedaan yaitu kekasaran permukaan sampel GIC lebih kasar dari
7.1 Kesimpulan
a. Terdapat perbedaan kekasaran permukaan GIC dalam larutan kopi hitam robusta
(Coffea Robusta) dimana GIC lebih kasar dari pada Nano GIC
c. Nano GIC lebih stabil dalam tingkat kekasaran permukaan dibanding dengan GIC
d. Perbedaan kekasaran permukaan Nano GIC lebih halus karena hanya sedikit
e. Perbedaan kekasaran permukaan GIC lebih kasar karena meresorbsi tanin lebih
robusta maka dapat disimpulkan bahwa Nano GIC lebih baik dari pada GIC, karena
tingkat kekasaran permukaan Nano GIC lebih stabil dibandingkan dengan GIC.
7.2 Saran
pada tumpatan Glass Ionomer Cement maupun Nano GIC, namun Nano GIC lebih
disarankan sebagai tumpatan untuk pasien penggemar larutan kopi hitam robusta.
DAFTAR PUSTAKA
Beresescu G and Breszeanu L.C. Effect of artificial saliva on the surface roughness
Beriat N.C and Nalbant D. Water absorption and HEMA release of resin-modified
Berzins D.W, Abey S, Costache M.C, Wilkie C.A, and Roberts H.W. Resin-
Research 2010;89(1):82-86.
Chalissery VP, Marwah N, Almuhaiza M, AlZailai AM, Chalisserry EP, Bhandi SH,
Hoonga Y.B., Paridaha M.T., Luqmanb C.A Kohc, M.P., Lohd Y.F. 2009.
Fortication of Sulfited Tannin from The Bark of Acacia Mangium with
Khurushid, Z., Zafar, M., Qasim, S., Shahab, S., Naseem, M., Abu Reqaiba, A.
2015, 8, 717-731.
Melo MAS., sarah F.F. Guedes, Hockin H.K. Xu, Lidiany K.A.R.,2013,
Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structures 2 nd ed.
Najiyati, S. dan Danarti. 2009. Kopi : Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
336.
Wala HC, Wicaksono DA, Tambunan E. Gambaran status karies gigi anak usia
Yulianti RT, Suwelo IS, Soemartono SH. Kandungan unsur fluor pada email gigi
new zinc formulation: effect of coating, aging and storage agent. Clinical