You are on page 1of 36

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT TYPHOID
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah l
Dosen Pembimbing : Ns.Briefman Tampubolon,M.Kep

Di susun oleh :
Kelompok 5
Andika Aji Maulana E.0105.20.004
Annika Seadra Eugenia Haryanto E.0105.20.005
Devina Rahmadantry E.0105.20.012
Dikin E.0105.20.013
Dita Risa Nirwanti E.0105.20.014
Rosa Ina E.0105.20.038
Sephia Ananda Sukmana E.0105.20.039

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. DEFINISI
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella.
(Smeltzer,2014).
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).

B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit Typhoid menurut (Lestari Titik, 2016) :
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam
serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat
celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya
adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang
terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya.

C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi penyakit Typhoid menurut Suriadi & Yuliani, 2010 :
Patofisiologi penyakit demam typhoid berawal dari kuman masuk melalui mulut
sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili
usus halus kemudian kuman masuk keperedaran darah (bakterimia primer), dan
mencapai sel-sel endoteleal, hati, limpa, dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi
dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman
ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya.
Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus, dan
kandung empedu. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini
terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan,
bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar mesentrial dan limpa
membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan kelainan pada
saluran disebabkan oleh kelainan pada usus halus.

D. PATHWAY
Menurut NANDA NIC-NOC.2013 :

Bakteri masuk usus halus

Pembuluh darah Masuk retikuloendothelial


limfe/peredaran darah (RES) terutama hati dan
limfa

Berkembangbiak di limfa Masuk ke aliran


dan di hati darah (Bakteremia
Sekunder)

Pembesaran hati Pembesaran limfa


Endotoksin

Solenomegali
Terjadi kerusakan sel

Lase plak peyer Mempengaruhi pusat


Peningkatan
thermoregulasi di
mobilitas usus
hipotalamus
Nyeri Akut
Peningkatan
peristaltik usus
Hipertermi Resiko
kekurangan
Diare Peningkatan volume
asam lambung cairan

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Nanda NIC-NOC. 2015) :
1. Gejala pada anak: Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akn.
menyebabkan syok, Stupor dan Koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala, Nyeri perut
6. Kembung, Mual, muntah, Diare, Konstipasi
7. Pusing, Bradikardi, Nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremer)
11. Hepatomegali, Splenomegali, Meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dangan disertai syok dan hipotermia

F. CARA PENULARAN
Menurut Fajarina Nurin,2021 :
Seseorang yang terindikasi penyakit Typhoid akan terus membawa bakteri yaitu
Salmonella typhi dalam tubuhnya. Oleh karena itu, orang yang mengalami penyakit
Typhoid akan berisiko tinggi menularkan penyakit yang sama pada orang lain,
terutama jika tidak kunjung mendapat pengobatan. Meskipun begitu, cara penyakit
Typhoid menular dari satu orang ke orang lain belum tentu sama. Lewat beragam cara,
bakteri Salmonella typhi akan masuk ke tubuh Anda, lalu masuk ke saluran pencernaan
dan ikut terserap ke dalam aliran darah. Bakteri yang ada dalam darah kemudian dapat
menuju hati, limpa, dan sumsum tulang untuk berkembang biak di sana dan kembali
lagi memasuki aliran darah. Koloni bakteri yang semakin berlipat ganda ini kemudian
akan masuk lagi ke dalam sistem pencernaan. Penyebaran penyakit tipes dapat terjadi
kapan saja, tapi paling sering di musim yang cuacanya panas. Cuaca panas adalah
kondisi yang ideal untuk bakteri Salmonella typhi berkembang biak.
Berikut cara-cara penularan Penyakit Typhoid :
1. Makanan dan minuman
Typhoid dapat menular dari kebiasaan makan dan minum yang kurang bersih
berikut ini:
a. Konsumsi air minum yang kotor, mentah, dan telah terkontaminasi
bakteri Salmonella typhi
b. Menggunakan air yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi untuk
membilas atau mencuci bahan makanan dan peralatan masak serta
perlengkapan makan.
c. Konsumsi makanan mentah atau kurang matang, seperti daging steak
rare/medium rare, sushi dan sashimi, seafood setengah matang, telur
setengah matang, atau salad sayur yang tidak jelas cara mengolahnya.
d. Menyantap makanan atau minuman dari sumber yang telah
terkontaminasi Salmonella typhi, misalnya : air mentah dari sungai
yang terkontaminasi, daging mentah, atau kerang-kerangan yang
terkontaminasi.
2. Menyentuh barang yang terkontaminasi
Ketika menyentuh toilet atau permukaan benda lain yang telah
terkontaminasi oleh feses orang pengidap typhoid kemudian tidak cuci tangan.
Maka secara tidak sadar mungkin menyentuh mulut atau memasukkan sesuatu
ke dalam mulut. Akibatnya, bakteri Salmonella typhi ikut masuk dan
menginfeksi tubuh.
3. Kontak dengan orang yang pernah terinfeksi
Penyakit Typhoid hanya bisa menular dari manusia ke manusia. Pusat
pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat, CDC, menyebutkan
bahwa bakteri Salmonella typhi tidak bisa hidup di tubuh hewan. Orang yang
sudah dinyatakan sembuh dari typhoid bisa saja masih menyimpan bakteri
Salmonella typhi hingga bertahun-tahun.
4. Hubungan seks oral dan anal
Laporan Departemen Kesehatan di Ohio, Amerika Serikat melaporkan 8
kasus penularan tipes pada pria gay yang terjadi lewat hubungan seks. Dokter
menemukan kesamaan faktor risiko pada delapan orang tersebut. Mereka
diketahui pernah berhubungan seks dengan satu pria yang sama. Pria tersebut
diketahui menjad karier (pembawa) bakteri typhoid. Bakteri Salmonella typhi
ditularkan pria ini lewat jalur seks oral dan anal. Bakteri Salmonella typhi
yang terdapat di dalam lubang anus si pembawa dapat berpindah ke mulut
partner seksnya ketika lubang anusnya dirangsang dengan lidah (rimming).

G. CARA PENCEGAHAN
Menurut Fajarina Nurin,2021 :
Cara yang paling mudah agar tidak tertular typhoid adalah dengan menjaga
kebersihan. Pasalnya, bakteri penyebab tipes kerap muncul di lingkungan yang tidak
higienis. Berikut cara-cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penularan
typhoid:
1. Imunisasi
Vaksin typhoid bisa dilakukan untuk membantu mencegah penyakit yang satu
ini. Vaksin ini sebaiknya diberikan untuk anak di atas usia dua tahun.Vaksin
ini juga membutuhkan pengulangan setiap tiga tahun sekali. Untuk orang
dewasa, juga bisa mendiskusikan ke dokter tentang vaksin typhoid.
Ada dua jenis vaksin untuk typhoid, yaitu:
a. Disuntikkan dengan dosis tunggal setidaknya satu minggu sebelum
bepergian.
b. Diberikan dalam bentuk minum sebanyak empat kapsul. Biasanya per
kapsulnya wajib diminum setiap hari.
Namun, vaksin memiliki keefektifan hanya 50 sampai 80 persen saja.
Keefektifan vaksin juga akan berkurang dari waktu ke waktu. Untuk itu, kita
tetap perlu berhati-hati dan mengupayakan cara pencegahan demam tifoid
lainnya.
2. Jaga kebersihan
Menjaga kebersihan diri dan tempat tinggal adalah hal wajib yang perlu kita
lakukan sebagai upaya pencegahan penyakit typhoid. Biasakan untuk mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan. Pasalnya, penyakit typhoid menular
bisa dari mana saja, termasuk tangan. Selain itu, cucilah kaki sebelum masuk
ke dalam rumah sehabis bepergian. Pasalnya saat hujan jalanan cenderung
becek dan banyak genangan. Jangan sampai kita membiarkan kaki yang kotor
dan penuh kuman untuk masuk ke dalam rumah.
3. Jangan jajan sembarangan
Typhoid menyebar melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.
Oleh karena itu, jangan pernah jajan sembarangan. Makanan yang tidak
higienis berpotensi dihinggapi lalat. Lalat merupakan salah satu hewan yang
hobi tinggal di tempat yang kotor. Lalat bisa saja membawa bakteri penyebab
typhoid dari kotoran dan urine orang yang telah terinfeksi. Jika lalat ini
hinggap di makanan yang dibeli, bukan tidak mungkin setelahnya kita akan
mengalami typhoid. Selain itu, usahakan untuk tidak menambahkan es batu
balok pada minuman yang dibeli. Es batu balok tidak terjamin kebersihannya.
Ada kemungkinan es yang diproduksi dalam jumlah besar ini menggunakan
air yang kurang bersih atau bahkan terkontaminasi kuman penyebab penyakit.
4. Hindari kontak dengan orang sakit
Bakteri sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Untuk itu,
hindari kontak terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit. Berciuman dan
menggunakan peralatan makan atau mandi yang sama dengan orang sakit
dapat meningkatkan risiko penularan penyakit.
5. Jaga daya tahan tubuh
Penyakit akan sangat mudah menginfeksi orang yang memiliki kekebalan
tubuh yang lemah. Jagalah daya tahan tubuh agar tetap kuat dengan cukup
tidur, banyak makan buah serta sayur terutama yang mengandung vitamin C,
dan cukup kena sinar matahari.

H. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Lestari Titik, 2016 dan (Nanda NIC-NOC. 2015), penatalaksanaan pada
demam typhoid yaitu:
1. Perawatan
a. Bed rest
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
2. Medis
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam
3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena
selama 5-7 hari.
f. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika
adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon. Bila tak terawat,
demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan.
Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat.
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan
dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis
tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30
menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan
tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah
dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit Typhoid menurut (Lestari Titik, 2016) :
1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
qmiokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma
uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.

J. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan
asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan
pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Pengumpulan data ini juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien dan
kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2010).
1. IDENTITAS KLIEN
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
2. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare
serta penurunan kesadaran.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
4. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Menggambarkan kesehatan sebelumya, apakah pasien pernah menderita
demam typhoid
5. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM
a. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 muka
kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung
serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
d. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
e. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
f. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
g. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
h. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik menurut NANDA (2015), yaitu:
a. Pemeriksaan Darah Periter Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
c. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untukmenentukan adanya aglutinin
dalam serum penderita Demam Typhoid. Akibat adanya infeksi oleh
Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin).
d. Kultur
1) Kultur darah :bisa positif pada minggu pertama
2) Kultur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
3) Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketigaa
e. Anti Salmonella typhi lgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typhi, karena antibodi lgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya
demam.
7. ANALISA DATA
Menurut PPNI,T.P (2017) dan NANDA (2015) :
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Cepat kenyang setelah Kuman salmonella Defisit Nutrisi
makan, Kram/nyeri abdomen, ↓
Nafsu makan menurun Bakteri masuk usus
DO : Berat badan menurun halus,
minimal 10% dibawah rentang ↓
ideal, Bising usus hiperaktif, Otot Masuk ke aliran
pengunyah lemah, Otot menelan darah
lemah, Membran mukosa pucat, ↓
Sariawan, Serum albumin turun, Penurunan/peningk
Rambut rontok berlebih, Diare. atan peristaltik usus

Peningkatan asam
lambung

Asupan nutrisi
tidak memenuhi
kebutuhan
2. Faktor resiko : Prosedur Kuman Salmonella Risiko
pembedahan mayor, ↓ ketidakseimbangan
Trauma/perdarahan, Luka baraar, Bakteri masuk usus cairan
Aferesis, Asites, Obstruksi halus
intestinal, Peradangan pankreas, ↓
Penyakit ginjal dan kelenjar, Masuk ke aliran
Disfungsi intestinal. darah (Bakteremia
sekunder )

Terjadi kerusakan
sel

Mempengaruhi
pusat
thermoregulator
di hipotalamus

Risiko
ketidakseimbangan
cairan
3. DS : Urgency, Nyeri/kram Kuman Salmonella Diare
abdomen ↓
DO : Defekasi lebih dari 3X Bakteri masuk ke
dalam 24 jam, Feses lembek atau usus halus
cair, frekuensi peristaltik ↓
meningkat, Bising usus hiperaktif Berkembangbiak di
hati dan limfe

Pembesaran limfe

Penurunan atau
peningkatan
peristaltik usus

Pengeluaran feses
yang sering, lunak
dan tidak berbentuk

4. DS : Mengeluh nyeri Kuman salmonella Nyeri akut


DO : Tampak meringis, Bersikap ↓
protektif, Gelisah, Frekuensi nadi Bakteri masuk usus
meningkat, Sulit tidur, Tekanan halus
darah meningkat, Pola nafas ↓
berubah, Proses berfikir Berkembangbiak di
terganggu, Menarik diri, Berfokus hati dan limfe
pada diri sendiri, Diaforesis. ↓
Pembesaran limfe

Kerusakan jaringan
5. DS : - Kuman Salmonella Hipertermia
DO : Suhu tubuh diatas nilai ↓
normal, Kulit merah, Kejang, Bakteri masuk usus
Takikardi, Takipnea, Kulit terasa halus
hangat ↓
Masuk ke aliran
darah (Bakteremia
sekunder )

Terjadi kerusakan
sel

Mempengaruhi
pusat
thermoregulator
di hipotalamus

Suhu tubuh
meningkat di atas
rentang normal
tubuh

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut PPNI,T.P (2017) :
1. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan menelan makanan, Ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, Peningkatan kebutuhan
metabolisme, faktor ekonomi, faktor psikologi d.d Berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan, Kram/nyeri abdomen, Nafsu
makan menurun, Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Otot menelan lemah,
Membran mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok berlebih,
Diare.
2. Risiko ketidakseimbangan cairan d.d Prosedur pembedahan mayor,
Trauma/perdarahan, Luka baraar, Aferesis, Asites, Obstruksi intestinal, Peradangan
pankreas, Penyakit ginjal dan kelenjar, Disfungsi intestinal.
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal, Iritasi gastrointestinal, Proses infeksi,
Malabsorpsi, Kecemasan, Tingkat stres tinggi, Terpapar kontaminan, Terpapar toksin,
Penyalahgunaan laksatif, Penyalahgunaan zat, Program pengobatan, Perubahan air
dan makanan, Bakteri pada air.
4. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis, Agen pencedera kimia, Agen pencedera
fisik d.d mengeluh nyeri, Tampak meringis, Bersikap protektif, Gelisah, Frekuensi
nadi meningkat, Sulit tidur, Tekanan darah meningkat, Pola nafas berubah, Proses
berfikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri, Diaforesis.
5. Hipertermia b.d dehidrasi, Terpapar lingkungan panas, Proses penyakit,
Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, Peningkatan laju metabolisme,
Respon trauma, Aktivitas berlebihan, Penggunaan inkubator d.d Suhu tubuh diatas
nilai normal, Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit terasa hangat.

L. INTERVENSI
Menurut PPNI,T.P.2017 dan PPNI,T.P.2018
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
b.d tindakan keperawatan ( Manajemen Nutrisi ) ( Manajemen Nutrisi )
Ketidakmampua selama 2 X 24 jam Observasi Observasi
n menelan maka defisit nutrisi 1. Identifikasi status 1. untuk memantau
makanan, bisa teratasi dengan nutrisi status nutrisi pada
Ketidakmampua kritreria hasil: pasien
n mencerna 1. Porsi makanan yang 2. Identifikasi alergi dan 2. Untuk mengetahui
makanan, dihabiskan meningkat intoleransi makanan adanya alergi dan
ketidakmampua 2. Kekuatan otot intoleransi makanan
n mengabsorbsi mengunyah meningkat 3. Identifikasi makanan 3. Untuk mengetahui
nutrien, 3. Kekuatan otot yang disukai makanan yang disukai
Peningkatan menelan meningkat oleh pasien
kebutuhan 4. Serum albumin 4. Identifikasi kebutuhan 4. Untuk memantau
metabolisme, meningkat kalori dan jenis nutrient kebutuhan kalori dan
faktor ekonomi, 5. Verbalisasi jenis nutrien
faktor keinginan untuk 5. Identifikasi perlunya 5. Untuk mengetahui
psikologia d.d meningkatkan nutrisi penggunaan selang perlu atau tidaknya
Berat badan meningkat nasogastrik penggunaan selang
menurun 6. Pengetahuan tentang nasogastrik
minimal 10% pilihan makanan yang 6. Monitor asupan 6. Untuk memantau
dibawah rentang sehat meningkat makanan asupan makanan
ideal, Cepat Pengetahuan tentang
kenyang setelah pilihan minuman yang 7. Monitor berat badan 7. Untuk memantau
makan, sehat meningkat berat badan
Kram/nyeri Pengetahuan tentang 8. Monitor hasil 8. Untuk memantau
abdomen, Nafsu standar asupan nutrisi pemeriksaan laboratorium hasil pemeriksaan
makan yang tepat meningkat laboratorium
menurun, Bising 7. Pengetahuan tentang Terapeutik Terapeutik
usus hiperaktif, standar asupan nutrisi 1. Lakukan oral hygiene 1. untuk menjaga agar
Otot pengunyah yang tepat meningkat sebelum makan, jika perlu mulut terhindar dari
lemah, Otot 8. Sikap terhadap infeksi
menelan lemah, makanan/makanan 2. Fasilitasi menentukan 2. Untuk memelihara
Membran sesuai dengan tujuan pedoman diet (mis. status gizi yang baik
mukosa pucat, kesehatan meningkat piramida makanan)
Sariawan, 3. Sajikan makanan secara 3. Untuk meningkatkan
Serum albumin menarik dan suhu yang nafsu makan dan
turun, Rambut sesuai kenyamanan pasien
rontok berlebih,
Diare. 4. Berikan makanan tinggi 4. Untuk mencegah
serat untuk mencegah konstipasi
konstipasi
5. Berkan makanan tinggi 5. Untuk memelihara
kalori dan tinggi protein status gizi yang baik

6. Berikan suplemen 6. Untuk melengkapi


makanan, jika perlu asupan makanan

7. Hentikan pemberian 7. Hentikan pemberian


makan melalui selang makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral nasogastrik jika pasien
dapat ditoleransi sudah dapat makan
melalui oral

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, 1. untuk meningkatkan
jika mampu rasa nyaman pasien
2. Ajarkan diet yang 2. Untuk menjaga
diprogramkan asupan nutrisi
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Jika perlu, berikan
medikasi sebelum makan medikasi pada pasien
(mis. pereda nyeri, sebelum makan seperti
antiemetik), jika perlu pereda nyeri atau
antiemietik agar tidak
ada masalah saat
makan seperti mual
atau nyeri
2. Kolaborasi dengan ahli 2. Untuk menentukan
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
nutrien yang dibutuhkar, dibutuhkan pasien
jika perlu

Intervensi pendukung Intervensi pendukung


( Edukasi Diet ) ( Edukasi Diet )
Observasi Observasi
1. Idenifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui
pasien dan keluarga kemampuan pasien dan
menerima infomasi keluarga menerima
infomasi
2. ldentifikasi tingkat 2. Untuk mengetahui
pengetahuan saat ini tingkat pengetahuan
-Identifikasi kebiasaan saat ini
pola makan saat ini dan
masa lalu
3. Identifikasi persepsi 3. Untuk mengetahui
pasien dan keluarga kebiasaan pola makan
tentang diet yang saat ini dan masa lalu
diprogramkan
4. Identifikasi 4. Untuk mengetahui
keterbatasan finansial persepsi pasien dan
untuk meyediakan keluarga tentang diet
makanan yang diprogramkan
5. Untuk mengetahui
keterbatasan finansial
untuk meyediakan
makanan

Terapeutik Terapeutik
1. Persiapkan materi, 1. Untuk persiapan
media dan alat peraga sebelum melakukan
tindakan
2. Jadwakan waktu yang 2. Untuk mencari
tepat untuk mermberikan waktu yang tepat dalam
pendidikan kesehalan memberikan
pendidikan kesehatan
3. Berikan kesempatan 3. Untuk meningkatkan
pasien dan keluarga keaktifan pasien dan
bertanya keluarga

4. Sediakan rencana 4. Untuk mengontrol


makan tertulis, jika perlu asupan nutrisi

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tujuan 1. Untuk menambah
kepatuhan diet terhadap wawasan pasien
kesehatan tentang diet

2. Infomasikan makanan 2. Untuk menjaga


yang diperbolehkan dan makanan yang dimakan
dilarang pasien

3. Infomasikan 3. Untuk menambah


kemungkinan interaksi pengetahuan pasien
obat dan makanan, jika tentang interaksi obat
perlu dan makanan

4. Anjurkan 4. Untuk meningkatkan


mempertahankan posisi kenyamanan pasien
semi Fowler (30-45
derajat) 20-30 menit
setelah makan
5. Anjurkan mengganti 5. Untuk menyesuaikan
bahan makanan sesuai asupan nutrisi sesuai
dengan diet yang yang telah di
diprogramkan programkan

6. Anjurkan melakukan 6. Untuk mencegah


olahraga sesuai toleransi kekakuan pada sendi
dan otot
7. Ajarkan cara membaca 7. Untuk menambah
label dan memilih pengetahuan pasien
makanan yang sesuai dalam pemilihan
makanan
8. Ajarkan cara 8. Untuk mengatur
merencanakan makanan asupan nutrisi pada
yang sesuai program pasien

9. Rekomendasikan resep 9. Untuk mengatur


makanan yang sesuai asupan nutrisi sesuai
dengan diet, jika perlu program

Kolaborasi Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan 1. Untuk mengatur
sertakan keluarga, jika pemasukan gizi pada
perlu pasien
2. Risiko Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
ketidakseimban tindakan keperawatan (Manajemen Cairan) (Manajemen Cairan)
gan cairan d.d selama 2 X 24 jam Observasi Observasi
Prosedur Risiko
pembedahan ketidakseimbangan 1. Monitor status hidrasi 1. Untuk memantau
mayor, cairan bisa teratasi (mis. frekuensi nadi, status hidrasi
Trauma/perdara dengan kriteria hasil: kekuatan nadi, akral,
han, Luka 1. Asupan cairan pengisian kapler,
baraar, Aferesis, meningkat kelembapan mukosa,
Asites, 2. Haluaran urin turgor kulit, tekanan
Obstruksi meningkat darah)
intestinal, 3. Kelembaban 2. Monitor berat badan 2. Untuk memantau
Peradangan membran mukosa harian berat badan harian
pankreas, meningkat pasien
Penyakit ginjal 4. Asupan makanan 3. Monitor berat badan 3. Untuk memantau
dan kelenjar, meningkat sebelum dan sesudah berat badan sebelum
Disfungsi 5. Edema menurun dialysis dan sesudah dialysis
intestinal. 6. Dehidrasi menurun
7. Asites menurun 4. Monitor hasil 4. Untuk memantau
8. Konfusi menurun pemeriksaan laboratorium hasil pemeriksaan
9. Tekanan darah (mis. hematokrit, Na, K, laboratorium
membaik CI, berat jenis urine,
10. Denyut nadi radial BUN)
membaik 5. Monitor status 5. Untuk memantau
11. Tekanan arteri hemodinamik (mis. MAP, status hemodinamik
rata-rata membaik CVP, PAP, PCWP jika
12. Membran mukosa tersedia)
membaik
13. Mata cekung Terapeutik Terapeutik
membaik 1. Catat intake-output dan 1. untuk mengetahui
14. Turgor kulit hitung balans cairan 24 balans cairan pada
membaik jam pasien
15. Berat badan
membaik 2. Berikan asupan cairan, 2. Untuk memenuhi
sesuai kebutuhan Berikan kebutuhan cairan pada
cairan Intravena, jika pasien
perlu
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk menambah
diuretik, jika perlu kecepatan
pembentukan urin

Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung


(Pemantauan Elektrolit) (Pemantauan
Elektrolit)
Observasi Observasi
1. Identifikasi 1. untuk mengetahui
kemungkinan penyebab kemungkinan
ketidakseimbangan cairan penyebab
ketidakseimbangan
cairan
2. Monitor kadar elektrolit 2. Untuk memantau
serum kadar elektrolit serum
3. Monitor mual,muntah, 3. Untuk memantau
dan diare mual, muntah dan diare
4. Monitor kehilangan 4. Untuk memantau
cairan, jika perlu kehilangan cairan
5. Monitor tanda dan 5. Untuk memantau
gejala Hipokalemia (mis. tanda dan gejala
Kelemahan otot, interval Hipokalemia
QT memanjang,
gelombang T datar atau
terbalik, depresi segmen
ST, gelombnag U,
kelelahan,
parestesia,penurunan
refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus
menurun, pusing, depresi
pernafasan)
6. Monitor tanda dan 6. Untuk memantau
gejala Hiperkalemia(mis. tanda dan gejala
Peka rangsang, geisah, Hiperkalemia
mual, muntah, takikardia
mengarah ke bradikardia,
fibritasi/takikardia
ventrikel, gelombang T
tinggi, gelombang P datar,
kompleks QRS tumpul,
blok jantung mengarah
asistol)
7. Monitor tanda dan 7. Untuk memantau
gejala hiponatremia (mis. tanda dan gejala
disorientasi, otot berkedut, Hiponatremia
sakit kapala, membrane
mukcosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi,
penununan kesadaran)
8. Monitor tanda dan 8. Untuk memantau
gejala hipernatremia (mis, tanda dan gejala
haus, demam, mual, Hipernatremia
muntah, gelisah, peka
rangsang, membran
mukosa kering, takikardia,
hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
9. Monitor tanda dan 9. Untuk memantau
gejala hipokalsemia (mis. tanda dan gejala
peka rangsang, tanda Hipokalsemia
Chvostek (spasme otot
wajah), tanda Trousseau
(spasme karpal), kram
otot, interval QT
memanjang)
10. Monitor tanda dan 10. Untuk memantau
gejala hiperkalsemia (mis. tanda dan gejala
nyeri tulang, haus, Hiperkalsemia
anoreksia, letargi,
kelemahan otot, segmen
QT memendek,
gelombang T lebar,
komplek QRS lebar,
interval PR memanjang)
11. Monitor tanda dan 11. Untuk memantau
gejala hipomagnesemia tanda dan gejala
(mis. depresi pernapasan, Hipomagnesemia
apatis, tanda Chvostak,
tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
12. Monitor tanda dan 12. Untuk memantau
gejala hipermagnesemia tanda dan gejala
(mis. kelemahan otot, Hipermagnesemia
hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi, kona,
depresi).

Terapeutik Terapeutik
1. Atur interval waktu 1. untuk mengetahui
pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil 2. Untuk mengetahui
pemantauan peningkatan kesehatan
pasien
Edukasi Edukasi
1. Jeiaskan tujuan dan 1. Untuk
prosedur pemantauan memberitahukan
kepada pasien tentang
prosedur
pemantauannya
2. Informasikan hasil 2. Untuk informasi
pemantauan, jika perlu kepada pasien tentang
hasil pemantauannya
3. Diare b.d Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
inflamasi tindakan keperawatan (Manajemen Diare) (Manajemen Diare)
gastrointestinal, selama 2 X 24 jam Observasi Observasi
Iritasi diare bisa teratasi 1. Identifkasi penyebab 1. untuk mengetahui
gastrointestinal, dengan kriteria hasil : diare (mis. Inflamani penyebab diare pada
Proses infeksi, 1. kontrol pengeluaran gastrointestinal, Iritasi pasien
Malabsorpsi, feses meningkat gastrointertinal, proses
Kecemasan, 2. Keluhan defekasi Infeksi, malabsorpai,
Tingkat stres lama dan sulit menurun ansietas, stres, efek
tinggi, Terpapar 3. Mengejan saat obat-obatan, permberlan
kontaminan, defekasi menurun botol susu)
Terpapar toksin, 4. Distensi abdomen 2. Identikasi riwayat 2. Untuk mengetahui
Penyalahgunaan menurun pemberian makanan riwayat pemberian
laksatif, 5. Teraba massa pada makanan
Penyalahgunaan rectal menurun 3. Identitkasi gejala 3. Untuk mengetahui
zat, Program 6. Urgency menurun invaginasi (mis. tangisan gejala invaginasi
pengobatan, 7. Nyeri abdomen keras, kepucatan pada
Perubahan air menurun bayi)
dan makanan, 8. Kram abdomen 4. Monitor warna, volume, 4. Untuk memantau
Bakteri pada air. menurun frekuensi, dan konsistensi warna, volume,
9. Konsistensi feses tinja frekuensi, dan
membaik konsistensi tinja
10. Frekuensi defekasi 5. Monitor tanda dan 5. Untuk memantau
membaik gejala hypovolemia (min. tanda dan gejala
11. Peristaltik usus takikardia, nadi teraba hypovolemia
membaik lemah, tekanan darah
urun, turgor kulit turun,
mukosa mulut kering,
CRT melambat, BB
menurun)
6. Monitor iritasi dan 6. Untuk memantau
ulserasi kulit di daerah iritasi dan ulserasi kulit
perianal di daerah perianal

7. Monitor jumlah 7. Untuk memantau


pengeluaran diare jumlah pengeluaran
diare
8. Monitor keamanan 8. Untuk memantau
penyiapan makanan keamanan penyiapan
makanan

Terapeurtik Terapeutik
1. Berikan asupan cairan 1. Untuk memenuhi
oral (mis. larutan garam kebutuhan cairan
gula, oralit, pedialyte,
renalyte)
2. Pasang jalur intravena 2. Untuk membantu
dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan
nutrisi
3. Berikan cairan 3. Untuk membantu
intravena(mis.Ringer dalam pemenuhan
asetat, Ringer laktat), jika cairan dan nutrisi
perlu
4. Ambil sampel darah 4. Untuk pemeriksaan
untuk pemeriksaan darah darah dan elektrolit
lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses 5. Untuk
untuk kultur, jika perlu kultur(mendeteksi
adanya
mikroorganisme di
dalam darah)

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan makanan 1. Untuk meningkatkan
porsi kecil dan sering intake nutrisi
secara bertahap
2. Anjurkan menghindari 2. Untuk menjaga
makanan pembentuk asupan nutrisi dan
gas,pedas dan menjaga kenyamanan
mengandung laktosa pasien

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk menangani
obat antimotolitas (mis. diare akut tanpa
Loperamida, difenoksilat) komplikasi

2. Kolaborasi pemberian 2. Pemberian obat


obat antispesmodic/ untuk relaksan otot
spasmolitik (mis. polos
Papaverin, ektrak
belladonna, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian 3. Untuk mencegah
obat pengeras feses (mis. pengeluaran feses terus
Atapulgit, smektit, menerus
kaolin-pektin)
Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung
(Dukungan perawatan (Dukungan
diri) perawatan diri)
Observasi Observasi
1. Identifikasi kebiasaan 1. Untuk mengetahui
aktifitas perawatan diri kebiasaan aktivitas
sesuai usia perawatan diri pasien

2. Monitor tingkat 2. Untuk memantau


kemandirian tingkat kemandirian

3. Identifikasi kebutuhan 3. Untuk mengetahui


alat bantu kebersihan diri, kebutuhan alat bantu
berpakaian, berhias, dan dalam perawatan diri
makan

Terapeutik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan 1. Untuk meningkatkan
yang terapeutik(mis. kenyamanan pasien
Suasana yang hangat,
rileks dan privasi)
2. Siapakan keperluan 2. Untuk membantu
pribadi(mis. Parfum, sikat pasien dalam
gigi, dan sabun mandi) melakukan perawatan
diri
3. Dampingi dalam 3. Untuk membimbing
melakukan perawatan diri pasien saat melakukan
sampai mandiri perawatan diri

4. Fasilitasi untuk 4. Untuk meningkatkan


menerima keadaan kemandirian pasien
ketergantungan dalam perawatan diri
5. Fasilitasi kemandirian, 5. Membantu pasien
bantu jika tidak mampu saat melakukan
melakukan perawatan diri perawatan diri

6. Jadalkan rutinitas 6. Untuk meningkatkan


perawatan diri perawatan diri pada
pasien
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan melakukan 1. untuk meningkatkan
perawatan diri secara kebersihan dan
konsisten sesuai kenyamanan pasien
kemampuan
4. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
Agen pencedera tindakan keperawatan (Manajemen Nyeri) (Manajemen Nyeri)
fisiologis, Agen selama 2 X 24 jam Observasi Observasi
pencedera nyeri akut bisa teratasi
kimia, Agen dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, 1.Untuk mengetahui
pencedera fisik 1. keluhan nyeri karakteratik, durasi, lokasi, karakteratik,
d.d mengeluh menurun Frekuensi, kualitas, durasi, Frekuensi,
nyeri, Tampak 2. Meringis menurun intensitas nyeri kualitas, intensitas
meringis, 3. Sikap protektif nyeri
Bersikap menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2.Untuk mengetahui
protektif, 4. Gelisah menurun skala nyeri
Gelisah, 5. Kesulitan tidur 3. Identifikasi respon 3.Untuk mengetahui
Frekuensi nadi menurun nyeri non verbal respon nyeri non verbal
meningkat, Sulit 6. Menarik diri
tidur, Tekanan menurun 4. Identifikasi faktor yang 4.Untuk mengetahui
darah 7. Berfokus pada diri memperberat dan faktor yang
meningkat, Pola sendiri menurun memperingan nyeri memperberat dan
nafas berubah, 8. Diaforesis menurun memperingan nyeri
Proses berfikir 9. Perasaan depresi 5. ldentifikasi 5. Untuk mengetahui
terganggu, menurun pengetahuan dan pengetahuan dan
Menarik diri, 10. Muntah dan mual keyakinan tentang nyeri keyakinan tentang
Berfokus pada menurun nyeri
diri sendiri, 11. Pola nafas 6. Identifikasi pengaruh 6.Untuk mengetahui
Diaforesis. membaik budaya terhadap respon pengaruh budaya
12. Tekanan darah nyeri terhadap respon nyeri
membaik
13. Proses berfikir 7. Identifikasi pengaruh 7.Untuk mengetahui
membaik nyeri terhadap kualitas pengaruh nyeri
14. Fokus membaik hidup terhadap kualitas hidup
15. Fungsi berkemih
membaik 8. Identifikasi 8.Untuk mengetahui
16. Perilaku membaik keberhasilan terapi keberhasilan terapi
17. Nafsu makan komplementer yang sudah komplementer yang
membaik diberikan sudah diberikan
18. Pola tidur membaik
9. Monitor efek samping 9.Untuk memantau
penggunaan analgesic efek samping
penggunaan analgesic

Terapeutik Terapeutik
1. berikan teknik 1. Untuk mengurangi
nonfarmakologis untuk rasa nyeri
mengurangi rasa
nyeri(mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan 2. Untuk mencegah hal
yang memperberat rasa yang bisa menimbukan
nyeri (mis. Suhu ruangan, dan memperberat nyeri
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan 3. Untuk pemenuhan
tidur kebutuhan istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis 4. Untuk pemilihan
dan sumber nyeri dalam strategi dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
meredakan nyeri

Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung


(Aromaterapi) (Aromaterapi)
Observasi Observasi
1. Identifikasi pilihan 1.Untuk mengetahui
aroma yang disukai dan pilihan aroma yang
tidak disukai disukai dan tidak
disukai
2. Identifikasi tingkat 2. Untuk mengetahui
nyeri, stres, kecemasan, tingkat nyeri, stres,
dan alam perasaan kecemasan, dan alam
sebelum dan sesudah perasaan sebelum dan
aromaterapi sesudah aromaterapi

3. Monitor 3. Untuk memantu


ketidaknyamanan sebelum ketidaknyamanan
dan setelah pemberian sebelum dan setelah
(mis, mual, pusing) pemberian (mis, mual,
pusing)
4. Montor masalah yang 4. Untuk memantau
terjadi saat pemberian masalah yang terjadi
aromaterapi (mis. saat pemberian
dermatitis kontak, asma) aromaterapi (mis.
dermatitis kontak,
asma)
5. Monilor tanda-tanda 5.Untuk memantau
vital sebelum dan sesudah tanda-tanda vital
aromaterapi sebelum dan sesudah
aromaterapi
Terapeutik Terapeutik
1. Pilih minyak esensial 1. Untuk mengurangi
yang tepat sesuai dengan rasa nyeri
indikasi
2. Lakukan uji kepekaan 2. Untuk mengetahui
kulit dengan uji tempel kondisi kulit pasien
(patch test) dengan larutan
2% pada daerah lipatan
lengan atau lipatan
belakang leher
3. Berikan minyak 3. Untuk meredakan
esensial dengan metode rasa nyeri
yang tepat (mis. inhalasi,
pemijatan, mandi uap,
atau kompres)

Edukasi Edukasi
1. Ajarkan cara 1. untuk menambah
menyimpan minyak pengetahuan pasien
ensesial dengan tepat tentang cara
menyimpan minyak
ensesial dengan tepat
2. Anjurkan menggunakan 2. Untuk meningkatkan
minyak esensial secara kenyamanan pasien
bervariasi
3. Arjurkan 3. Untuk menghindari
menghindarkan kemasan adanya dampak minyak
minyak esensial dari esensial terhadap
jangkauan anak-anak anak-anak
Kolaborasi Kolaborasi
1. Konsultasikan jenis dan 1. untuk pemberian
dosis minyak esensial minyak esensial yang
yang tepat dan aman sesuai
5. Hipertermia b.d Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
dehidrasi, tindakan keperawatan (Manajemen (Manajemen
Terpapar selama 2 X 24 jam Hipertermia) Hipertermia)
lingkungan hipertermia bisa Observasi Observasi
panas, Proses teratasi dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
penyakit, hasil: hipertemia (mis. penyebab hipertermia
Ketidaksesuaian 1. menggigil menurun dehidrasi, terpapar pada pasien
pakaian dengan 2. Kulit merah lingkungan panas,
suhu menurun penggunaan akubator)
lingkungan, 3. Kejang menurun 2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk memantau
Peningkatan laju 4. Akrosianosis perkembangan suhu
metabolisme, menurun tubuh pasien
Respon trauma, 5. Konsumsi oksigen 3. Monitor kadar elektrolit 3. Untuk memantau
Aktivitas menurun kadar elektrolit pasien
berlebihan, 6. Pucat menurun 4. Monitor haluaran unine 4. Untuk memantau
Penggunaan 7. Takikardi menurun banyaknya urin yang
inkubator d.d 8. Takipnea menurun keluar
Suhu tubuh 9. Bradikardi menurun 5. Monitor komplikasi 5. Untuk memantau
diatas nilai 10. Dasar kuku akibat hipertemia komplikasi yang
normal, Kulit sianotik menurun diakibatkan oleh
merah, Kejang, 11. Hipoksia menurun hipertermia
Takikardi, 12. Suhu tubuh
Takipnea, Kulit membaik Terapeutik Terapeutik
terasa hangat. 13. Suhu kulit 1. Sediakan lingkungan 1. Untuk membantu
membaik yang dingin penurunan suhu tubuh
14. Kadar glukosa
darah membaik 2. Longgarkan atau 2. Untuk
15. Pengisian kapiler lepaskan pakaian mempermudah pasien
membaik mengeluarkan keringat
16. Ventilasi membaik sehingga suhu tubuh
17. Tekanan darah mulai menurun
membaik 3. Basahi dan kipasi 3. Agar pasien tidak
permukaan tubuh merasa kepanasan saat
suhu tubuhnya terus
meningkat
4. Berikan cairan oral 4. Untuk mempercepat
penurunan suhu tubuh
5. Ganti linen setiap hari 5. Untuk menghindari
atau lebih sering jika ruam akibat keringat
mengalarmi hiperhidrosis berlebih dan agar
(keringat berlebih) pasien merasa nyaman

6. Lakukan pendinginan 6. Untuk membantu


ekstenal (mis. selimut mempercepat
hipotermia atau kompres penurunan penurunan
dingin pada dahi, leher suhu tubuh
dada, abdomen, aksila)

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. Mempercepat
pemulihan

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Membantu
cairan dan elektrolit pemenuhan cairan
intravena, jika perlu

Intervensi pendukung Intervensi pendukung


(Edukasi terapi Cairan) (Edukasi terapi
Cairan)
Observasi Observasi
1. Identifikasi kesiapan 1.Untuk mengetahui
dan kemampuan kesiapan dan
menerima informasi kemampuan menerima
informasi
Terapeutik Terapeutik
1. Sediakan materi dan 1. Untuk mendukung
media pendidikan dalam edukasi terapi
kesehatan cairan

2. Jadwalkan pendidikn 2. Untuk menyesuaikan


kesehatan sesuai dengan kesiapan Pasien
kesepakatan
3. Berikan kesempatan 3. Untuk membuka
untuk bertanya pemikiran pasien

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan pentingnya 1. Untuk menambah
cairan bagi tubuh pengetahuan pasien
tentang pentingnya
cairan bagi tubuh
2. Jelaskan jenis dan 2. Untuk menambah
fungsi cairan dalam tubuh pengetahuan pasien
tentang jenis dan fungsi
cairan
3. Jelaskan komposisi dan 3. Untuk menambah
distribusi cairan tubuh pengetahuan pasien
tentang komposisi dan
distribusi cairan tubuh
4. Jelaskan masalah yang 4. Untuk menambah
timbul jika tubuh pengetahuan tentang
kekurangan atau masalah yang timbul
keiebihan cairan jika tubuh kekurangan
atau keiebihan cairan
5. Jelaskan pemberian 5. Untuk menambah
terapi cairan dengan pengetahuan pasien
melihat indikator tentang pemberian
hemodinamik (mis. terapi cairan dengan
CO,MAP,PP,SBP,SV), melihat indikator
jika tersedia hemodinamik (mis.
CO,MAP,PP,SBP,SV)
6. Ajarkan mengatasi 6. Untuk menambah
masalah kekurangan atau pengetahuan pasien
kelebihan cairan secara tentang cara mengatasi
mandiri masalah kekurangan
atau kelebihan cairan
secara mandiri
7. Ajarkan penghitungan 7. Untuk menambah
cairan sesuai dengan pengetahuan pasien
kebutuhan tubuh tentang cara
penghitungan cairan
sesuai dengan
kebutuhan tubuh
8. Ajarkan pemberian 8. Untuk menmbah
cairan dengan meihat pengetahuan pasien
indikator hemodinamik tentang pemberian
cairan dengan meihat
indikator hemodinamik
M. DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional.2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2013-2017, Jakarta:EGC
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Cowrin,2002,Hand Book of Pathofisiologi,EGC,Jakarta
Akmal,M.Dkk.(2010).Ensiklopedia kesehatan untuk umum.Jogjakarta:Ar-ruzz Media
https://hellosehat.com/infeksi/tifus/apakah-tipes-menular-atau-tidak/?amp=1

You might also like