Professional Documents
Culture Documents
2015HASTONIMELINA
2015HASTONIMELINA
net/publication/332553117
Analisis Penerapan PSAK 16 (ASET TETAP) dan ISAK 25 (HAK ATAS TANAH)
Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
CITATIONS READS
0 2,595
2 authors, including:
Hastoni Hastoni
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan, Indonesia, Bogor
19 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hastoni Hastoni on 22 April 2019.
Nama : Melina
NRP : 11210111
Program Studi : Akuntansi
Judul Penelitian : Analisis Penerapan PSAK 16 (ASET TETAP) dan ISAK 25
(HAK ATAS TANAH) Terhadap Laporan Keuangan
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)
Dosen Pembing : Hastoni, MM., Ak., CA
Hari/Tanggal : 5 Agustus 2015
Tempat : STIE Kesatuan Bogor
1
ABSTRACT
MELINA, NRP:11210111. Analysis Application of SFAS 16 (fixed assets) and ISAK 25
(Land rights) the companies financial statements which is list on the Indonesian Stock
Exchange. Supervised by Mr. HASTONI.
The purpose of this study was to determine how the application of SFAS 16 and
ISAK 25 the companies financial statements which is list on the Indonesia Stock
Exchange. This research is also doing to know that the company has been applied the
accounting policies as accounting standards in Indonesia, especially on land and land
rights.
The method used in this research is descriptive qualitative method. This
research was conducted to describe and illustrate the application of SFAS 16 and 25 at
the studied company listed on the Indonesia Stock Exchange. The datas tha was taken
for this seacrh are notes of financial statement which is a part of companies financial
statement, that include disscussing about the land asset’s rules and the land right in
the presentation and disclosure. In the presentation the authors take the acquisition
cost of land in 2011 and 2012 and for the disclosure of the deferred load authors take
the company in 2011 and 2012.
The results showed that from the twenty companies , they are fourteen
companies that have deferred charges stemming from land rights, namely PT Unitex,
PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Kimia Farma, PT Kalbe Farma, PT Prasidha Aneka
Niaga, PT Siantar Top, PT Mandom Indonesia, PT Sampoerna Argo, PT Malindo
Feedmill PT Yanaprima Hastapersada, PT Astra Otoparts, PT Astra Argo Lestarti, PT
MNC Land, and PT Perusahaan Gas Negara. In accordance with the transition of
interpretation which states that the balance of deferred charges from the cost of land
titling of assets reclassified into the ground. But from the fourteen companies, seven
companies that have been reclassificationing deferred load into the carrying amount of
the land assets, PT Siantar Top, PT Mandom Indonesia, PT Sampoerna Argo, PT
Malindo Feedmill PT Yanaprima Hastapersada, PT Astra Argo Lestari and PT MNC Land.
And seven companies that have not been reclassificationing balance of the deferred
load carrying amounts of assets into the ground, PT Unitex, PT Indofood CBP Sukses
Makmur, PT Kimia Farma, PT Kalbe Farma, PT Prasidha Aneka Niaga, PT Astra
Otoparts and PT Perusahaan Gas Negara. The influence of the financial statements can
be found in the presentation and disclosure explains that the reclassificationing load
deferred in the statement of financial position is allocated to the carrying value of
assets and increase the value of assets recorded.
PENDAHULUAN
Hak kepemilikan tanah di Indonesia secara absolut dibatasi oleh
Undang-undang Dasar Negara tahun 1945. Dalam Undang-undang Dasar
tersebut menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tanah merupakan sumber agrarian
terpenting bagi kehidupan. Tanah bagi manusia tidak hanya sekedar untuk
tempat berdiam (tempat tinggal) tetapi lebih dari itu tanah juga merupakan
faktor produksi dalam suatu perusahaan.
Atas dasar tersebut maka perusahaan memperoleh tanah untuk
mendirikan perusahaan harus memiliki tanah yang sesuai perundang-
undangan dalam Negara demi kelangsungan kegiatan operasional
perusahaan. Dengan adanya hak kepemilikan tanah yang sudah diatur dalam
perundang-udangan maka perusahaan dapat mendirikan bangunan diatas
tanah tersebut dengan memperoleh atas tanah dalam bentuk Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 dan
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No. 25 mengatur bahwa
2
pada umumnya tanah memiliki umur ekonomis tidak terbatas dengan
memperoleh Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang
diperoleh dari perusahaan dengan cara perpanjangan dan pembaharuan
dalam jangka waktu tertentu sehingga tidak disusutkan, kecuali perusahaan
meyakini umur ekonomis tanah terbatas.
Dalam ISAK No. 25 menetapkan bahwa biaya pengurusan legal hak atas
tanah dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB) dan
Hak Pakai (HP) ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai bagian dari
biaya perolehan tanah pada akun “Aset Tetap” dan tidak diamortisasi.
Dengan adanya penerapan interpretasi yang sudah disahkan 1 Januari
2012 yang menyatakan bahwa entitas menreklasifikasi saldo beban
tangguhan yang berasal dari pengurusan legal hak atas tanah awal kedalam
jumlah tercatat aset tanah. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui apakah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16 dan Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) 25 sudah diterapkan dalam pelaporan keuangan
dan pengungkapan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penulis menetapkan penelitian
berjudul “Analisis Penerapan PSAK 16 (Aset Tetap) dan ISAK 25 (Hak
Atas Tanah) Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana penerapan ISAK 25 terhadap laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana dampak penerapan ISAK 25 terhadap penyajian dan
pengungkapan pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Tanah
Menurut W.J.S Poerwadarminta (2006) dalam kamus umum bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa “Tanah adalah permukaan bumi atau lapisan
bumi yang diatas sekali atau permukaan bumi yang berbatasan yang
ditempati suatu bangsa atau yang diperintah sesuatu Negara, Benua atau
daerah Negara”.
3
(a) pengakuan tanah yang dimiliki entitas melalui Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai sebagai aset tetap;
(b) bilamana umur ekonomik tanah sebagai aset tetap menjadi terbatas;
(c) pengakuan atas beban yang dikeluarkan entitas dalam hal
pengakuan awal hak legal atas tanah maupun perpajangan atau
pembaruan hak atas tanah.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Konseptual
PSAK 47 ISAK 25
Umur HGU/HGB/HP
ekonomis
4
METODELOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk
deskriptif. Penelitian berbentuk deskriptif ini adalah penelitian dengan
menggunakan data yang diperoleh dari suatu penelitian yang telah dilakukan
oleh perusahaan untuk memperoleh arti yang lebih luas dengan cara
mengimpresentasikan data-data yang telah di dapatkan dan menerapkan
hasil analisa yang telah diperoleh dan hasilnya akan diambil kesimpulan
penelitian.
Operasional Variabel
Tabel 1
Operasional Variabel
Variabel Indikator
Metode Analisis
Penulis melakukan analisis terhadap data dengan menggunakan metode
kualitatif. Sumber data sekunder ,dengan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa dokumentasi yang menggunakan teori sampling dari perusahaan-
perusahaan Bursa Efek Indonesia.
1. PT Siantar Top
Tabel 2
Biaya Perolehan Tanah
Dalam milyar Rupiah
1 Jan 2012 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Des 2012
Tanah 156.757.395.229 3.546.135.317 - - 160.303.530.546
5
1 Jan 2011 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Des 2011
Tanah 16.767.733.473 139.989.661.756 - - 156.757.395.229
Pada tahun 2012, penambahan aset tetap hak atas tanah merupakan
reklasifikasi dari beban ditangguhkan dengan nilai sebesar Rp 3.546.135.316
sehubungan dengan penerapan ISAK No. 25 mengenai “Hak atas Tanah”,
yang mulai berlaku efektif tanggal 1 Januari 2012.
PT Siantar Top memiliki beban tangguhan sebagai berikut :
Tabel 3
Beban Tangguhan
2012 2011
Beban Tangguhan - 3.546.135.317
2. PT Mandom Indonesia
Tabel 4
Biaya Perolehan Tanah
Dalam rupiah
1 Jan 2012 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Des 2012
Tanah 81.838.669.624 - 412.920.000 5.483.767.777 86.909.517.401
2012 2011
Beban Tangguhan - 5.659.643.706
3. PT Sampoerna Argo
Tabel 6
Biaya Perolehan Tanah
Dalam ribuan rupiah
1 Jan 2012 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Des 2012
Tanah 115.876.412 66.036.316 - 34.543.061 216.455.789
6
2012 2011
Beban Tangguhan - 34.543.061
4. PT Malindo Feedmill
Tabel 8
Biaya Perolehan Tanah
2012 2011
Beban Tangguhan - 5.659.643.706
5. PT Yanaprima Hastapersada
Tabel 10
Biaya Perolehan Tanah
Dalam rupiah
2012 2011
Beban Tangguhan - 479.629.904
7
6. PT Astra Argo Lestari
Tabel 12
Biaya Perolehan Tanah
2012 2011
Beban Tangguhan - 112.201
7. PT MNC Land
Tabel 14
Biaya Perolehan Tanah
8
Perusahaan yang belum menreklasifikasi saldo beban tangguhan
Berikut 7 perusahaan yang belum menreklasifikasi saldo beban
tangguhan :
8. PT Unitex
Tabel 16
Biaya Perolehan Tanah
Dalam Dollar AS
1 Jan 2012 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Des
2012
Tanah 5.675.623 - - - 5.675.623
Sesuai dengan ISAK No. 25, “Hak atas Tanah”, biaya yang berkaitan
dengan pengurusan perpanjangan atau pembaruan legal hak atas tanah
dalam bentuk HGU ditangguhkan dan diamortisasi menggunakan metode
garis lurus selama umur hukum hak atas tanah yaitu 20 tahun.
PT Unitex memiliki beban tangguhan sebagai berikut:
Tabel 17
Beban Tangguhan
Dalam dollar AS
2012 2011
Beban Tangguhan 24.405.000 27.286.000
Tabel 18
Biaya Perolehan Tanah
9
PT Indofood CBP Sukses Makmur memiliki beban tangguhan sebagai
berikut :
Tabel 19
Beban Tangguhan
Dalam dollar AS
2012 2011
Beban Tangguhan 24.405.000 27.286.000
Dalam Rupiah
1 Jan 2012 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Des 2012
Tanah 249.966.881.933 7.330.131.855 (322.281.001) 3.929.967.585 260.904.763.372
Tabel 21
Beban Tangguhan
2012 2011
Beban Tangguhan 819.700.633 1.442.514.521
Dalam rupiah
1 Jan 2012 Saldo dari Penambahan Pengurangan 31 Des 2012
entitas anak
Tanah 379.256.356.229 - 78.746.389.796 10.465.649.940 477.256.996.085
Tabel 23
Beban Tangguhan
10
2012 2011
Beban Tangguhan 10.737.202.218 18.076.635.218
12. PT Prasindha Aneka Niaga
Tabel 24
Biaya Perolehan Tanah
Tabel 25
Beban Tangguhan
2012 2011
Beban Tangguhan 1.259.940.000 1.459.057.500
Tabel 26
Biaya Perolehan Tanah
Pada tanggal 1 Januari 2012, biaya legal hak atas tanah yang tercatat
merupakan biaya perpanjangan hak atas tanah, sehingga dengan demikian,
kelompok usaha menyajikan biaya tersebut sebagai “Aset Tak Berwujud”
dalam laporan posisi keuangan konsolidasian tanggal 31 Desember 2012.
PT Astra Otoparts memiliki beban tangguhan sebagai berikut:
Tabel 27
Beban Tangguhan
2012 2011
Beban Tangguhan 8.381.000.000 -
11
14. PT Perusahaan Gas Negara
Tabel 28
Biaya Perolehan Tanah
Dalam Dolas AS
1 Jan 2012 Penam- Pengu- Reklasifikasi 31 Des 2012
bahan rangan
Tanah 57.734.779 771.577 - 103.188 58.609.544
Pada tanggal 1 Januari 2012, biaya legal hak atas tanah yang tercatat
merupakan biaya perpanjangan hak atas tanah, sehingga dengan demikian,
kelompok usaha menyajikan biaya tersebut sebagai “Aset Tak Berwujud”
dalam laporan posisi keuangan konsolidasian tanggal 31 Desember 2012.PT
Perusahaan Gas Negara memiliki beban tangguhan sebagai berikut:
Tabel 29
Beban Tangguhan
2012 2011
Beban Tangguhan 1,612,407 1,454,863
12
yang menreklasifikasi saldo beban tangguhan mengakibatkan nilai tercatat
nilai aset tanah mengalami kenaikan pada laporan posisi keuangan.
Sedangkan penyajian dan pengungkapan pada perusahaan yang belum
menreklasifikasi saldo beban tangguhan tidak mengalami kenaikan nilai aset
tanah dalam laporan posisi keuangan. Melainkan nilai beban tangguhan
tersebut ada perusahaan yang mengakuinya sebagai beban tangguhan ,
mengalokasikannya ke dalam aset tidak lancar lain dan mengalokasikan
kedalam nilai aset tak berwujud dalam laporan posisi keuangan.
KESIMPULAN
1. Setelah 1 Januari 2012 PSAK 47 telah dihapuskan dan semua yang
mengatur tentang tanah diatur kembali dalam PSAK 16 dan ISAK 25.
PSAK 16 paragraf 16 mengatur bahwa pengurusan legal hak atas
tanah ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai bagian dari
biaya perolehan aset tanah. Sedangkan dalam ISAK 25 mengatur
ketentuan transisi dimana pada tanggak efektif interpretasi ini,
entitas menreklasifikasi saldo beban tangguhan yang berasal dari
biaya legal perolehan hak atas tanah kedalam jumlah aset tanah.
Dari 20 sampel perusahaan terdapat 6 perusahaan yang memiliki
beban tangguhan yang bukan berasal dari hak atas tanah yaitu PT
Aksha Wira Internasional, PT Aneka Tambang, PT Mayora Indah, PT
Berlina, PT Duta Pertiwi Nusantara dan PT United Tractors dan 14
perusahaan yang memiliki beban tangguhan yang berasal dari hak
atas tanah yaitu: PT Unitex, PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT
Kimia Farma, PT Kalbe Farma, PT Prasindha Aneka Niaga, PT Siantar
Top, PT Mandom Indonesia, PT Sampoerna Argo, PT Malindo
Feedmil, PT Yanaprima Hastapersada, PT Astra Otoparts, PT Astra
Argo Lestari, PT MNC Land dan PT Perusahaan Gas Negara.
2. Sesuai transisi dari ISAK 25 paragraf 12 yang menyatakan bahwa
perusahaan akan menreklasifikasikan saldo beban tangguhan dari
pengurusan biaya legal hak atas tanah kedalam jumlah aset ada 7
perusahaan yang menreklasifikasikan saldo beban tangguhannya ke
dalam jumlah tercatat aset tanah yaitu PT Siantar Top, PT Mandom
Indonesia, PT Sampoerna Argo, PT Malindo Feedmill, PT Yanaprima
Hastapersada, PT Astra Argo Lestari dan PT MNC Land. Dan 7
perusahaan yang belum mereklasifikasi beban tangguhannya ke
dalam jumlah tercatat aset tanah yaitu PT Unitex, PT Indofood CBP
Sukses Makmur, PT Kimia Farma, PT Kalbe Farma, PT Prasidha
Aneka Niaga, PT Astra Otoparts dan PT Perusahaan Gas Negara.
Pengaruh terhadap laporan keuangan dapat dilihat dalam penyajian
dan pengungkapan yang menjelaskan bahwa yang menreklasifikasi
beban tangguhannya dalam laporan posisi keuangan dialokasikan ke
dalam nilai tercatat aset dan menambah nilai aset tercatat.
SARAN
Setelah pencabutan PSAK 47 maka yang mengatur tentang tanah sudah
diterapkan kedalam PSAK 16 dan adanya ISAK 25 yang mengatur tentang
hak atas tanah, sesuai dengan transisi dari interpretasi yang menyatakan
bahwa saldo beban tangguhan dari perpanjangan hak atas tanah di
reklasifikasi ke dalam jumlah tercatat aset tanah tetapi dari keempat belas
perusahaan tersebut tujuh perusahaan yang belum menreklasifikasikan beban
tangguhannya ke dalam jumlah tercatat aset tanah. Maka seharusnya di
tahun selanjutnya perusahaan tersebut dapat menreklasifikasikan saldo
beban tangguhan tersebut ke dalam jumlah tercatat aset tanah.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Muanas, M., Triandi, T. and Rahmi, S., 2015. ANALISIS PERILAKU BIAYA
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN VOLUME KEGIATAN
PERUSAHAAN. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 3(1).
Muanas, M. and Marlina, T., 2013. Penerapan Sistem Penggajian Dalam
Menunjang Efektivitas Pengendalian Intern. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Kesatuan, 1(1).
Cahyadi, S.S.D. and Marlina, T., 2014. TINJAUAN ATAS PENETAPAN HARGA
SEWA SAFE DEPOSIT BOX PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA
(PERSERO) Tbk CABANG DEWI SARTIKA BOGOR. Jurnal Online
Mahasiswa-Manajemen, 1(2).
Efrianti, D., 2014. Pengaruh Pengendalian Persediaan Just ln Time terhadap
Efisiensi Pengadaan Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus pada CV
Jawara Karsa Agusto). Jurnal Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi
IImu Ekonomi Kesatuan Bogor.
de Poere, D.B. and Rosita, S.I., 2013. Tinjauan Perencanaan Pajak
Sehubungan Pembelian Aktiva Tetap Berwujud Secara Tunai, Kredit
dan Leasing. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 1(1).
Kurtubi, A. and Pramiudi, U., 2014. Pengaruh Informasi Arus Kas terhadap
Return Saham Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Tercatat
Di Bei Pada Indeks LQ45. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 2(1),
pp.047-058.
Iriyadi, I., Supriadi, Y. and Vannywati, V., 2011. Pengaruh Profesionalisme
Auditor dan Etika Profesi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas. Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 11(2), pp.75-81.
Supriadi, Y. and Gendalasari, G.G., 2013. Pengaruh Laba Terhadap Likuiditas
Perusahaan.
Setiawan, H., Surya, T.M. and Yunita, Y., 2010. Evaluasi Penerapan Metode
Job Order Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi (Studi
Kasus Pada PT Organ Jaya). Jurnal Ilmiah Ranggagading (JIR), 10(2),
pp.140-148.
Prabowo, A. and Munawar, A., 2012. EVALUASI PENGELOLAAN MODAL KERJA
SEBAGAI SARANA UNTUK MENGUKUR EFEKTIVITAS PERUSAHAAN
DALAM MENGHASILKAN LABA. Jurnal Online Mahasiswa-Manajemen,
1(2).
Setiawan, D.N. and Roestiono, H., 2014. Pengaruh Rasio CAMEL terhadap
Tingkat Kesehatan Di Bank Tabungan Negara Syariah.
Andrayani, Ika Putri. and Nurendah, Yulia. 2013. PROSEDUR PENJUALAN
SEPEDA MOTOR PADA DEALER HONDA PT. SANPRIMA SENTOSA
BOGOR. Jurnal Online Mahasiswa-Manajemen, 1(1).
Morita, M. and Harni, B., 2006. Kajian Motivasi Kerja dan Produktivitas
Karyawan. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 8(2), pp.12-18.
Sutarti, S., 2010. Analisis Biaya Relevan Dalam Menentukan Pengambilan
Keputusan Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus Pada UD. Sejati
Mulia. Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK), 12(2), pp.7-10.
15