You are on page 1of 17

RE-EVALUASI HUBUNGAN PENGAWASAN PUSAT DAN DAERAH

SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG


PEMERINTAHAN DAERAH

Agus Kusnadi

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung


Jl. Dipati Ukur No. 35 Bandung
Email: aguskusnadi63@yahoo.com

Abstract
The Indonesian Constitution states the presence of Government Affairs which is the full
authority of the Central Government or absolute government affairs and concurrent. Concurrent
affairs consisting of Government Affairs Mandatory are divided between the national, local,
provincial and cities. As for Article 18 paragraph (5) of the 1945 Constitution, Regional
Government run broad autonomy. This study examines the relationship with the supervision of
the implementation of wide-ranging autonomy. The research problems are: First, to examine
and analyze the implementation of supervisory relationship to the Regional Centre associated
with the implementation of broad autonomy after the enactment of Law No. 23 Year 2014
on Regional Government. Second, to examine and analyze the arrangement of the Central
and Local Governement in Law Number 23 Year 2014 on Regional Government which is in
conjunction with the region’s autonomy.
The method used in this research is normative, while the data analysis techniques used is
qualitative and descriptive analysis. The result of this research shows that there is a political
development in the field of Local Government, especially regarding monitoring of the Regional
Centre adopted and implemented after the enactment of Law No. 23, 2014. The results shows
that the guidance and supervision of the organization of local government, as stipulated Law
No. 23 Year 2014 in implementation does not reduce or not handcuff local independence, and
certainly not hinder development in the area.
Key words: monitoring, national, local, deconsentration and local government law

Abstrak
UUD NRI Tahun 1945 menentukan adanya Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal dengan istilah urusan pemerintahan absolut
dan ada urusan pemerintahan konkuren. Urusan pemerintahan konkuren terdiri atas Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang dibagi antara Pemerintah Pusat,
Daerah provinsi, dan Daerah kabupaten/kota. Adapun Pasal 18 ayat (5) UUD NRI Tahun 1945
mengatur bahwa Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya. Oleh sebab itu,
dalam tulisan ini dikaji hubungan pengawasan dengan penyelenggaraan otonomi luas. Fokus
permasalahan penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengkaji dan menganalisis hubungan
pengawasan Pusat terhadap Daerah dikaitkan dengan penyelenggaraan otonomi luas setelah
berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kedua,
untuk mengkaji dan menganalisis pengaturan hubungan Pusat dan Daerah dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam hubungannya dengan

61 DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01001.4
62 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

kemandirian daerah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Sementara itu, teknik analisis data yang akan digunakan adalah teknik analisis secara
kualitatif dan deskriptif, sehingga penelitian ini termasuk penelitian yuridis normatif dengan
kajian deskriptis-kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa perkembangan
politik hukum baru di bidang Pemerintahan Daerah, khususnya tentang pengawasan Pusat
terhadap Daerah yang dianut dan diterapkan setelah berlakunya Undang-Undang No. 23
Tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelengaraan pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 dalam
pelaksanaannya tidak mengurangi atau tidak membelenggu kemandirian daerah serta tentu saja
tidak menghambat pembangunan di daerah.
Kata kunci: hubungan pengawasan, pusat, daerah, pemerintahan daerah

Latar Belakang Kepala daerah melaksanakan fungsi


Pembentukan Undang-undang Nomor 23 pelaksanaan atas Peraturan Daerah (yang
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya disebut Perda) dan kebijakan

mengakibatkan beberapa perubahan di dalam Daerah sedangkan DPRD mempunyai

model pengaturan dan system pemerintahan fungsi pembentukan Perda, anggaran

tentang pemerintahan daerah. Undang-undang (budgeting) dan pengawasan (controlling).


Dalam pembentukan Perda menurut UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
No 23 Tahun 2014, harus selalu di bawah
Daerah tidak mengatur tentang pemerintahan
pengawasan Pemerintah Pusat, dalam hal ini
Desa dan tentang Pemilihan kepala daerah
Presiden sebagai penanggung jawab akhir
(pemilukada) karena telah diundangkan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan
tersendiri dalam Undang-undang No. 6
secara nasional. Dalam mengatur dan
Tahun 2014 tentang Desa dan Undang-
mengurus Urusan Pemerintahan yang
undang tentang Pemilukada. Berkaitan
menjadi kewenangan Daerah tersebut, DPRD
dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan kepala daerah dibantu oleh Perangkat
daerah, Undang-undang Nomor 23 Tahun
Daerah. Sebagai konsekuensi posisi DPRD
2014 menyebutkan bahwa DPRD dan kepala
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
daerah berkedudukan sebagai penyelenggara
Daerah maka susunan, kedudukan, peran,
pemerintahan daerah yang diberi mandat rakyat
hak, kewajiban, tugas, wewenang, dan
untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan
fungsi DPRD tidak diatur dalam beberapa
yang diserahkan kepada Daerah. DPRD dan
undang-undang namun cukup diatur dalam
kepala daerah berkedudukan sebagai mitra
Undang-Undang ini secara keseluruhan
sejajar dengan mempunyai fungsi yang guna memudahkan pengaturannya secara
berbeda. 1
terintegrasi.

1 Undang-undang Republik Indonesia, “UU Nomor 23 Tahun 2014-Pemerintahan Daerah”, https://www.scribd.


com/document/322065351/UU-Nomor-23-Tahun-2014-Pemerintahan-Daerah, diakses 30 Desember 2016.
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 63

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang- normatif. Teknik analisis data yang digunakan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia adalah teknik analisis kualitatif dan deskriptif.
Tahun 1945, terdapat Urusan Pemerintahan Dengan demikian penelitian ini merupakan
yang sepenuhnya menjadi kewenangan penelitian yuridis normatif. Data diolah secara
Pemerintah Pusat yang dikenal dengan istilah kualitatif.
urusan pemerintahan absolut dan ada urusan
pemerintahan konkuren. Urusan pemerintahan Pembahasan
konkuren terdiri atas Urusan Pemerintahan
A. Hubungan Pengawasan Pusat
Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan
Terhadap Daerah
yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Daerah
Ateng Syafrudin2 menyatakan pengawasan
provinsi, dan Daerah kabupaten/kota. Adapun
dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan
pemerintahan daerah adalah suatu proses
Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar
seluas-luasnya. Oleh sebab itu, dalam penulisan
pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan
ini akan ditemukan jawaban permasalahan
rencana dan ketentuan perundang-undangan
sebagaimana tersebut pada bagian identifikasi
yang berlaku.
masalah, yakni tentang hubungan pengawasan
Secara umum ditinjau dari segi Hukum
dengan penyelenggaraan otonomi luas.
Administrasi Negara, pengawasan menurut
Atas dasar keseluruhan uraian di atas
pendapat Prajudi Atmosudirdjo3 diartikan
dapat dikemukakan permasalahan yakni
sebagai proses kegiatan-kegiatan yang
bagaimana re-evaluasi hubungan pengawasan
membandingkan apa yang dijalankan,
Pusat terhadap Daerah dikaitkan dengan
dilaksanakan atau diselenggarakan itu dengan
penyelenggaraan otonomi luas setelah
apa yang dikehendaki, direncanakan atau
berlakunya Undang-undang Nomor 23
diperintahkan. Adapun menurut Sujamto4,
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan
Tujuannya adalah untuk mengetahui,
untuk mengetahui dan menilai kenyataan
memahami dan menemukan politik hukum
yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas
baru tentang hubungan Pusat dan Daerah
sesuai dengan yang semestinya atau tidak.
mengenai pengawasan setelah berlakunya
Stephen Robein5 mendefinisikan
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang
pengawasan sebagai The process of
Pemerintahan Daerah. Metode yang
monitoring activities to ensure they are being
digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

2 Ateng Syafrudin, Naskah Lepas Masalah-masalah Hukum Otonomi Daerah (Arti Pengawasan), (Bandung:
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 2003), hlm. 1.
3 Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hlm. 81.
4 Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 19.
5 W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara, (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm. 131.
64 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

accomplished as planned and correcting any 1. Pengawasan dan Pemerintahan


significant devisions. Secara bebas, maknanya Daerah
adalah bahwa pengawasan merupakan suatu Ada dua jenis pengawasan baku
proses pengamatan terhadap suatu pekerjaan, terhadap satuan pemerintahan otonom yaitu
untuk menjamin pekerjaan tersebut sesuai pengawasan preventif (preventief toezicht)
dengan yang direncanakan. Di dalamnya dan pengawasan represif (repressief toezicht).
terdapat pengoreksian beberapa pemikiran
Pengawasan ini berkaitan dengan produk
yang saling berhubungan). Apabila menurut
hukum daerah dan tindakan tertentu organ
Black’s Law Dictionary 6, definisi pengawasan
pemerintahan daerah. Pengawasan preventif
adalah:
dikaitkan dengan wewenang mengesahkan
The direct or indirect power to (goedkeuring), Pengawasan represif adalah
direct the management and policies wewenang pembatalan (vernietiging) atau
of a person or entity, whether trouh penangguhan(schorsing).
ownership of voting securities, by Peraturan daerah yang berlaku sebagai
contact, or otherwise; the power of undang-undang bagi daerah, proses
authority to manage, direct, or overse penyusunan maupun implementasinya
(the principal exerdised control over perlu dipantau secara terus menerus untuk
the agent), or to exercise power or
memberikan jaminan kepada publik bahwa
influence over (the judge controlled
semua ketentuan yang diatur dalam perda
the proceedings), to regulate or
tersebut sudah mengikuti norma-norma/
govern by law.
kaidah-kaidah yang berlaku yaitu memenuhi
Maknanya adalah bahwa pengawasan persyaratan sebagai peraturan yang baik.
merupakan salah satu fungsi manajemen. Ateng Syafrudin8 menyebutkan 3 (tiga)
Pengawasan ditujukan untuk memastikan tujuan dari pelaksanaan pengawasan,
suatu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan berkenaan dengan penyelenggaraan tugas-
rencana yang telah ditetapkan untuk tugas pemerintahan daerah, yakni;
pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat 1. Untuk menjaga kewibawaan pemerintah
dilakukan penilaian apakah suatu entitas telah daerah dan kepentingannya;
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas 2. Untuk menghindari atau mencegah
dan fungsinya secara efektif, efisien dan
penyalahgunaan wewenang;
sesuai dengan ketentuan yang berlaku).7

6 Bryan A. Gamer, Black’s Law Dictionary, Eight Edition, (St. Paul Minn: West, a Thomson Business, 2004), p.
353.
7 Redaksi Berita Transparansi, “Pengertian Pengawasan Keuangan Daerah dan Jenis-Jenisnya Menurut Para
Ahli”, http://beritatransparansi.com/pengertian-pengawasan-keuangan-daerah-dan-jenis-jenisnya-menurut-
para-ahli/, diakses 30 Desember 2016.
8 Ibid.
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 65

3. Untuk mencegah kelalaian dalam a. Pengawasan menurut sifat atau


administrasi yang dapat merugikan bentuk dan tujuan
negara atau daerah. Pengawasan menurut sifat/bentuk dan
Kriteria-kriteria di atas penting untuk tujuannya dapat dikelompokan menjadi 2
menjadi pertimbangan dalam melakukan (dua), yaitu: pengawasan preventif, dan
pengawasan, sehingga tujuan dari kegiatan pengawasan represif/pengawasan detektif.
pengawasan tersebut dapat tercapai. Paling Pertama, Pengawasan Preventif. Pengawasan
tidak tujuan pengawasan itu adalah untuk preventif dilakukan untuk mencegah
mencegah sedini mungkin terjadinya terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, kegiatan. Dalam konteks pemerintahan
hambatan, kesalahan dan kegagalan daerah, pengawasan preventif mempunyai
dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta tujuan mencegah penyimpangan yang terjadi
pelaksanaan tugas-tugas organisasi.9 H. Bohari di lapangan pemerintahan daerah. Bagir
mengatakan bahwa agar hal-hal tersebut Manan berpendapat bahwa pengawasan
tercapai maka harus menjaga agar rencana itu preventif ini berkaitan dengan wewenang
dalam realisasinya tetap terarah pada tujuan mengesahkan (goedkeuring).12 Tujuan
yang telah ditentukan dan menjaga agar pengawasan preventif menurut Revrisond
pelaksanaannya itu dijalankan sesuai dengan Baswir antara: mencegah terjadinya tindakan-
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. tindakan yang menyimpang dari dasar yang
Selain itu, perlu juga menjaga agar tugas itu telah ditentukan dan memberi pedoman bagi

dijalankan berdaya guna sesuai dengan tujuan terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara

dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasi efesien dan efektif. Selain itu juga untuk

hambatan, mengendalikan penyimpangan- menentukan sasaran dan tujuan yang akan

penyimpangan, serta akibat-akibatnya.10 dicapai dan menentukan kewenangan dan


tanggung jawab sebagai instansi sehubungan
Pengawasan dapat dibedakan menurut
dengan tugas yang harus dilaksanakan.13
sifat/bentuk, tujuannya, ruang lingkupnya,
Kedua, Pengawasan Represif/Detektif.
dan metodenya. Beberapa macam pengertian
Prinsipnya, pengawasan dilaksanakan
pengawasan dapat diuraikan sebagai berikut.11

9 Lembaga Administrasi Negara RI, op.cit., hlm. 159.


10 H. Bohari, Hukum Anggaran Negara, (Jakarta: Rajawali Pers. 1995), hlm. 117-118.
11 Elektison Somi, ”Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia”,
Disertasi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Doktor Ilmu Hukum, (Bandung: Universitas Padjadjaran, 2006),
Tidak Dipublikasikan, hlm. 91-95.
12 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Pusat Studi Hukum (PSH), Fakultas
Hukum UII, 2001), hlm. 154.
13 Kerja Sama Antara Pusat Studi Kajian Negarafakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, “Penelitian
Pola Hubungan Antara Pusat Dan Daerah”, https://www.scribd.com/doc/66370233/Pola-Hubungan-Antara-
Pusat-Dan-Daerah-UNPAD, diakses 20 Januari 2017.
66 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

setelah dilakukannya tindakan yakni dengan Berdasarkan kedudukan dari badan/organ


membandingkan antara hal yang telah terjadi yang melaksanakan kontrol terhadap badan/
dengan hal yang direncanakan terjadi. Dalam organ yang dikontrol, kontrol dapat dibedakan
hal pembentukan produk hukum daerah dan menjadi Kontrol Intern dan Kontrol Ekstern.
tindakan tertentu organ pemerintah daerah, Kontrol Intern merupakan suatu pengawasan
pengawasan ini menurut Bagir Manan berupa yang dilakukan oleh suatu badan yang secara
wewenang pembatalan (Verneitiging) atau oraganisatoris/struktural dalam lingkungan
penangguhan (schorsing).14 Pemerintah sendiri. Misalnya pengawasan
Paulus Effendie Lotulung menyatakan yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap
bahwa salah satu permasalahan pokok bawahannya secara hierarkis, ataupun
dalam studi tentang dasar-dasar hukum pengawasan yang dilakukan oleh suatu tim
Administrasi adalah pelajaran tentang yang dibentuk secara insidentil dari ahli
berbagai macam kontrol atau pengawasan dalam bidang-bidang tertentu. Bentuk kontrol
yang dapat dilakukan terhadap Pemerintah. semacam itu dapat digolongkan dalanm jenis
Pemerintah selaku organ administarasi kontrol teknis-administratif (built-in control).
Negara dapat dikenakan bermacam-macam Sebaliknya, suatu Kontrol Ekstern
bentuk kontrol atau pengawasan dalam merupakan pengawasan oleh organ atau
melaksanakan tugas atau “mission”nya untuk lembaga yang secara organisatoris/struktural
menyelenggarakan kesejahteraan umum berada di luar Pemerintah (eksekutif).
dan pelayanan kepentingan umum (public Misalnya kontrol keuangan yang dilakukan
service). Tujuan pokok dari kontrol ini adalah oleh Badan Pengawas Keuangan, kontrol
untuk menghindari terjadinya kekeliruan, sosial yang dilakukan melalui pers/mas
baik yang disengaja maupun tidak disengaja, media, kontrol politis yang dilakukan oleh
sebagai suatu usaha preventif. Selain itu lembaga perwakilan rakyat dalam bentuk
juga untuk memperbaikinya apabila sudah dengar pendapat ataupun hak bertanya para
terjadi kekeliruan itu, sebagai suatu usaha anggotanya. Kontrol ekstern ini termasuk pula
represif. Dalam praktik, adanya pengawasan kontrol yang dilakukan secara tidak langsung
itu sering dilihat sebagai sarana unutuk melalui badan peradilan (judicial control).16
mencegah terjadinya bentuk penyimpangan Ditinjau dari segi waktu pelaksanaan
tugas pemerintahan dari apa yang telah kontrol atau pengawasan, kontrol dapat
direncanakan. Memang di sinilah letak inti dibedakan dalam 2 jenis yakni Kontrol a-priori
atau hakekat dari suatu pengawasan.15 dan Kontrol a-posteriori. Kontrol a-priori

14 Bagir Manan, loc.cit.


15 Paulus Effendie Lotulung, Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum terhadap Pemarintah, (Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer, 1986), hlm. xv.
16 Ibid., hlm. xvi.
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 67

adalah bila pengawasan itu dilakukan sebelum intern dalam lingkungan Pemerintah sendiri/
dikeluarkannya suatu keputusan atau ketetapan built-in control bersifat selain penilaian
Pemerintah ataupun peraturan lainnya. Dalam legalitas (rechtsmatigsheidtoetsing) juga
hal ini tampak jelas unsur preventifnya. dan bahkan lebih menitikberatkan pada
Tujuan utamanya adalah untuk mencegah segi penilaian kemanfaatan.17 Di lapangan
atau menghindari terjadinya kekeliruan. pemerintahan daerah, instrument pengawasan,
Sebagai contoh: pengeluaran suatu yang baik yang bersifat preventif maupun yang
untuk berlaku sah dan dilaksanakan, harus bersifat represif seringkali digunakan.
terlebih dahulu memperoleh persetujuan dan
2. Kedudukan dekonsentrasi dalam
pengesahan dari instansi atasan. Selanjutnya,
penyelenggaraan Pemerintahan
Kontrol a-posteriori merupakan pengawasan
Daerah
yang baru terjadi sesudah dikeluarkannya
Dalam UUD Tahun 1945, baik sebelum
keputusan/ketetapan Pemerintah atau sesudah
perubahan maupun setelah perubahan
terjadinya tindakan/perbuatan Pemerintah.
ternyata asas dekonsentrasi tidak diatur
Pengawasan ini menitikberatkan kepada
secara eksplisit. Namun demikian, bahwa
tujuan yang bersifat korektif dan memulihkan
pada saat pembahasan Pasal 18 UUD Tahun
suatu tindakan yang keliru. Peranan badan
1945, para perumus undang-undang dasar
peradilan melalui suatu judicial control
telah membicarakan secara mendalam tentang
adalah selalu bersifat Kontrol a-posteriori,
dekonsentrasi dalam rangka penyelenggaraan
karena selalu dilakukan sesudah terjadinya
pemerintahan di negara yang akan dibentuk.
sustu perbuatan atau tindakan.
Seperti Amir dan Ratulangie18 , mengatakan
Pembedaan pengawasan juga bisa
bahwa dekonsentrasi itu perlu diadakan dalam
dilakukan dari segi sifat kontrol itu terhadap
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
objek yang diawasi. Apakah kontrol itu hanya
dicantumkan di dalam UUD 1945. Sementara
dimaksudkan untuk menilai segi-segi atau
Soepomo mengatakan hal tersebut memang
pertimbangan yang bersifat hukumnya atau
perlu diatur, namun akan dilakukan dalam
segi legalitas, yaitu segi “rechtmatigheid”
undang-undang tersendiri.
atau perbuatan itu ditinjau dari segi
Dekonsentrasi itu hidup dalam praktik
kemanfaatannya “doelmatigheid”. Misalnya:
penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Kontrol yang dilakukan oleh badan peradilan
Indonesia. Penganut paham positivisme,
pada prinsipnya hanya menitikberatkan pada
tentu tidak akan sepakat dengan cara-cara
segi legalitas, yaitu kontrol segi hukum.
penyelenggaraan seperti ini, yaitu asas
Sedangkan suatu kontrol teknis administratif

17 Ibid., hlm. xvi-xvii.


18 Ibid.
68 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

dekonsentrasi tidak dcantumkan secara tegas asas dekonsentrasi itu merupakan kewenangan
di dalam UUD 1945. Akan tetapi bagi para pemerintah pusat, maka dengan sendirinya
penganut paham sosiological-jurisprudence jika pemerintah pusat menganggapnya perlu,
atau paham sosiologis misalnya tentu kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan asas
mendukung cara-cara penyelenggaraan dekonsentrasi itu dapat saja dilakukan oleh
pemerintahan tersebut. Tugas para pelaksana pemerintah pusat. Namun, terhadap pendapat
hukum (Pemerintah) atau penegak hukum ini diajukan kritik. Pertama, diakuinya bahwa
adalah menggali hukum baik berupa nilai- asas dekonsentrasi itu ada dan juga dianut
nilai maupun asas-asas hukum yang ada dan dalam UUD 1945 setelah diubah, seharusnya
berkembang di dalam masyarakat (praktik). tidak hanya didasarkan atas doktrin ilmu
Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 (hasil pengetahuan, melainkan harus dicantumkan
perubahan kedua) menyatakan, bahwa: secara tegas dalam pasal UUD. Kedua, asas
Pemerintahan daerah provinsi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan sama-
daerah kabupaten, dan kota mengatur
sama menyangkut kewenangan pemerintah
urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. pusat, dan sama-sama bersifat teknis, tetapi
’asas tugas pembantuan’ dicantumkan dengan
Jimly Asshiddiqie mengemukakan, bahwa
tegas di dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945,
asas pemerintahan daerah secara universal
disisi yang lain asas ’dekonsentrasi’ tidak
selalu dipahami mencakup tiga asas penting,
dicantumkan20. Penulis sependapat dengan
yaitu19:
Jimly Asshiddiqie yang mengatakan bahwa
a. asas desentralisasi;
penghapusan asas dekonsentrasi dari rumusan
b. asas dekonsentrasi;
asas pemerintahan daerah dapat menimbulkan
c. asas tugas perbantuan.
penafsiran bahwa UUD 1945 memang
Di dalam Pasal 18 ayat (2) UUD 1945
bermaksud meniadakan asas dekonsentrasi
tersebut, asas desentralisasi disebut asas
itu sama sekali. Akibatnya, mekanisme
otonomi, dan asas dekonsentrasi tidak
dicantumkan secara eksplisit. Menurut Bagir penyelenggaraan dan pengelolaan organisasi

Manan, Pasal 18 ini secara keseluruhan pemerintahan daerah dapat berkembang

mengatur tentang pemerintahan daerah, bukan ke arah pengertian ’federal arrangement’.

mengatur pemerintahan pusat. Karena itu, tidak Dengan demikian, bentuk negara Indonesia

tercantumnya perkataan ’asas dekonsentrasi’ dapat dikatan sebagai negara kesatuan dengan

dalam ayat ini tidak perlu dipahami bahwa federal arrangement21.


asas dekonsentrasi itu tidak boleh ada dalam Terkait dekonsentrasi, Laica Marzuki
sistem pemerintahan di daerah. Oleh karena berpendapat bahwa dekonsentrasi merupakan

19 Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah...., op.cit., hlm. 21.


20 Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah ...., Ibid., hlm. 21-22.
21 Loc.cit., hlm. 22.
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 69

ambtelijke decentralisatie atau delegatie ada ditangan Presiden. Presiden sebagai


van bevoegheid. Artinya, pelimpahan pemegang kekuasaan pemerintahan dibantu
kewenangan dari alat kelengkapan negara oleh menteri dan setiap menteri bertanggung
di pusat kepada instansi bawahan untuk jawab atas Urusan Pemerintahan tertentu
melaksanakan pekerjaan tertentu dalam dalam pemerintahan. Presiden melakukan
bidang penyelenggaraan pemerintahan. pembinaan dan pengawasan terhadap
Instansi bawahan melaksanakan tugas atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah agar
nama pemerintah pusat sehingga pemerintah pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
pusat melalui dekonsentrasi tidak kehilangan diserahkan ke Daerah berjalan sesuai dengan
kewenangannya22. Dekonsentrasi juga kebijakan nasional.
bermakna sebagai penyebaran atau pemencaran Aparat Pengawas Internal Pemerintah
kewenangan pusat kepada petugasnya adalah inspektorat jenderal kementerian,
di wilayah-wilayah untuk melaksanakan unit pengawasan lembaga pemerintah
kebijaksanaan pusat. Pemberian wewenang nonkementerian, inspektorat provinsi, dan
dekonsentrasi hanya bersifat menjalankan inspektorat kabupaten/kota.
atau melaksanakan keputusan dan peraturan Mengenai pengaturan pembinaan dan
yang berasal dari pemerintah pusat agar pengawasan, Undang-Undang No. 23 Tahun
penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat 2014 mengatur dalam Bab XIX Pasal 373
berjalan sesuai dengan prinsip dan tujuan sampai dengan Pasal 383. Pemerintah Pusat
otonomi daerah. melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
3. Hubungan pusat dan daerah
Daerah provinsi. Gubernur sebagai wakil
Secara teoritis hubungan pusat dan daerah
Pemerintah Pusat melakukan pembinaan
meliputi hubungan kewenangan, hubungan
dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
keuangan dan hubungan pengawasan. Dalam
Pemerintahan Daerah kabupaten/kota.
UUD 1945 hubungan pusat dan daerah
Pembinaan dan pengawasan secara nasional
mencakup hubungan wewenang, keuangan,
dikoordinasikan oleh Menteri.
pelayanan umum, sumber daya alam, dan
Pembinaan terhadap penyelenggaraan
sumber daya lainnya. Urusan Pemerintahan
Pemerintahan Daerah provinsi dilaksanakan
yang diserahkan ke Daerah berasal dari
oleh Menteri, menteri teknis, dan kepala
kekuasaan pemerintahan yang ada pada
lembaga pemerintah nonkementerian. Menteri
Presiden.
melakukan pembinaan yang bersifat umum
Konsekuensi suatu negara kesatuan
meliputi: pembagian Urusan Pemerintahan,
adalah tanggung jawab akhir pemerintahan

22 Laica Marzuki sebagaimana dikutip oleh Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan Daerah: Kajian Politik dan
Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 89.
70 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

kelembagaan Daerah, kepala Daerah dan kabupaten/kota. Pembinaan Gubernur yang


DPRD, kepegawaian pada Perangkat Daerah, bersifat umum dan teknis dilakukan dalam
kerja sama Daerah, pembangunan Daerah, bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan
pelayanan publik di Daerah, kebijakan Daerah, pelatihan serta penelitian. Termasuk pula
keuangan Daerah; dan bentuk pembinaan pengembangan dalam kebijakan yang terkait
lain sesuai peraturan perundang-undangan. dengan Otonomi Daerah. Pemerintah Pusat
Menteri teknis dan kepala lembaga pemerintah melaksanakan pembinaan kepada Daerah
non-Kementerian melakukan pembinaan kabupaten/kota dengan berkoordinasi kepada
yang bersifat teknis penyelenggaraan Urusan gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah dalam hal gubernur sebagai wakil Pemerintah
provinsi. Pembinaan yang bersifat umum Pusat belum mampu melakukan pembinaan.
dan teknis dilakukan dalam bentuk fasilitasi, Dalam melaksanakan pembinaan
konsultasi, penelitian dan pengembangan dan pengawasan, gubernur dibantu oleh
serta pendidikan dan pelatihan. inspektorat provinsi. Bupati/wali kota
Pembinaan terhadap Pemerintahan Daerah sebagai kepala daerah kabupaten/kota wajib
kabupaten/kota dilaksanakan oleh gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan
sebagai wakil Pemerintah Pusat. Dalam terhadap Perangkat Daerah kabupaten/
melakukan pembinaan gubernur selaku wakil kota. Dalam melaksanakan pembinaan dan
Pemerintah Pusat melakukan pembinaan yang pengawasan, bupati/wali kota dibantu oleh
bersifat umum dan bersifat teknis. Gubernur inspektorat kabupaten/kota.
sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan Pusat melakukan penyusunan indeks
pembinaan yang bersifat umum terhadap: dan peringkat kinerja penyelenggaraan
pelayanan publik di Daerah, keuangan Pemerintah Daerah untuk bahan evaluasi
Daerah, kepala daerah dan DPRD, pembagian setiap tahun. Daerah provinsi yang menurut
Urusan Pemerintahan, kelembagaan Daerah, hasil evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan
kepegawaian pada Perangkat Daerah, Daerah mempunyai kinerja rendah maka
pembangunan Daerah, kerja sama Daerah, Menteri, menteri teknis, dan kepala lembaga
kebijakan Daerah; dan bentuk pembinaan lain pemerintah nonkementerian melakukan
sesuai peraturan perundang-undangan. pembinaan terhadap penyelenggaraan
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat Urusan Pemerintahan tertentu yang menjadi
melakukan pembinaan yang bersifat teknis kewenangan Daerah.23 Menteri melakukan
terhadap teknis penyelenggaraan Urusan fasilitasi khusus terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah Pemerintahan Daerah provinsi yang telah

23 Course Hero, “2 dalam 2012 dalam melaksanakan pembinaan dan Pengawasan-pengawasan sebagaimana
dimaksud”, https://www.coursehero.com/file/p3ncika4/2-Dalam-201-2-Dalam-melaksanakan-pembinaan-
dan-pengawasan-sebagaimana-dimaksud/, diakses 20 Januari 2017.
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 71

dibina namun tidak menunjukkan perbaikan pelaksanaan Urusan Pemerintahan tertentu


kinerja. Fasilitasi khusus dilakukan jika atas biaya yang diperhitungkan dari APBD
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang bersangkutan. Pemerintah Pusat dapat
tertentu yang menjadi kewenangan Daerah melimpahkan kepada gubernur sebagai wakil
yang berkinerja rendah namun tidak Pemerintah Pusat untuk melaksanakan Urusan
berpotensi merugikan kepentingan umum Pemerintahan yang menjadi kewenangan
secara meluas. Menteri dalam melakukan Daerah kabupaten/kota yang diambil alih oleh
fasilitasi khusus berkoordinasi dengan
Pemerintah Pusat.
menteri teknis dan kepala lembaga pemerintah
Adapun Data Tentang Pelaksanaan
nonkementerian. Gubernur sebagai
Pengawasan Pusat Terhadap Daerah Melalui
wakil Pemerintah Pusat melakukan fasilitasi
Pembatalan Perda Sebelum Dan Sesudah
khusus kepada penyelenggaraan Pemerintah
Berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun
Daerah kabupaten/kota yang telah dibina
2014 Tentang Pemerintahan Daerah, dapat
namun tidak menunjukkan perbaikan kinerja.
diuraikan sebagai berikut:
Dalam hal Daerah provinsi dan Daerah
1. Pembatalan Perda Sebelum Berlakunya
kabupaten/kota yang sudah dibina tidak
menunjukkan perbaikan kinerja dan berpotensi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

merugikan kepentingan umum secara meluas, Tentang Pemerintahan Daerah, dapat

Pemerintah Pusat melakukan pengambilalihan dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Jumlah Pembatalan Perda Sebelum UU No. 23 Tahun 2014

No. Tahun Jumlah Perda

1. 2002 19
2. 2003 105
3. 2004 236
4. 2005 126
5. 2006 114
6. 2007 173
7. 2008 229
8. 2009 715

Jumlah Keseluruhan 1717

Sumber: https://www.scribd.com/document/320418140/UNDANG-UNDANG-
REPUBLIK-INDONESIA-NO-9-TAHUN-2015-pdf.
72 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

2. Pembatalan Perda Setelah Berlakunya 2016 Kemendagri secara resmi telah


Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 membatalkan sebanyak 3.143, di antaranya
Tentang Pemerintahan Daerah ada 1765 Perda/Perkada kabupaten/kota yang

Terhitung sejak November 2014 hingga dicabut/direvisi Menteri Dalam Negeri, 111
Peraturan/keputusan Menteri Dalam Negeri
Mei 2015, Kementerian Dalam Negeri
yang dicabut/revisi oleh Menteri Dalam
telah membatalkan 139 (seratus tia puluh
Negeri, dan 1267 Perda/Perkada kabupaten/
Sembilan) peraturan daerah. Perda-perda yang
kota yang dicabut/direvisi Gubernur25.
dibatalkan tersebut dianggap bertentangan
Mengenai pengawasan preventif dan
dengan undang-undang atau prinsip negara
represif terhadap Perda, hasil penelitian dapat
kesatuan Republik Indonesia.24 Pada tahun
dilihat dalam Tabel 2. di bawah ini:

Tabel 2. Bentuk Pengawasan Preventif dan Represif Terhadap Perda


No. Bentuk Pengawasan
Kewenangan Presiden dalam melakukan pengawasan terhadap Perda didelegasikan
1
kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat Di Daerah.
Kalau ada keberatan terhadap pembatalan/penangguhan Perda, Keputusan Presiden
2
atas keberatan tersebut bersifat final.
Ketentuan saat ini, Perda yang telah ditetapkan harus selalu diberi Nomor Register
3
dalam rangka pengawasan preventif.
Sumber: diolah dari bahan hukum primer, 2017

B. Penyelenggaraan Pemerintahan yang ditetapkan oleh Daerah tidak boleh


Daerah bertentangan dengan ketentuan peraturan
Kepala daerah dan DPRD selaku perundangundangan yang lebih tinggi.
penyelenggara Pemerintahan Daerah dalam Perda sebagai bagian dari sistem peraturan
melaksanakan Urusan Pemerintahan yang perundang-undangan tidak boleh bertentangan
menjadi kewenangan Daerah menetapkan dengan kepentingan umum. Dalam koteks
Perda sesuai dengan kondisi dan aspirasi pembataan perda, seharusnya didudukkan
masyarakat serta kekhasan dari Daerah bahwa tanggung jawab akhir penyelenggaraan
tersebut. Perda berlaku dalam batas-batas pemerintahan ada di tangan Presiden.
wilayah Daerah yang bersangkutan. Perda Konsekwensi logisnya adalah kewenangan

24 Kompas Jakarta, ”Sejak November 2014 hingga Mei 2015, Mendagri Batalkan 139 Perda”, http://nasional.
kompas.com/read/2015/07/22/17054251/Sejak.November.2014.hingga.Mei.2015.Mendagri.Batalkan.139.
Perda, diakses 15 November 2015.
25 Kemendagri, “Daftar Pembatalan 3.143 Perda Masih Perlu Penyempurnaan”, http://www.kemendagri.go.id/
news/2016/06/21/daftar-pembatalan-3143-perda-masih-perlu-penyempurnaan, diakses 15 November 2015.
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 73

untuk melakukan pengawasan yang adalam 2. Pengaturan, pelaksanaan


hal ini membatalkan Perda (pengawasan pembinaan dan pengawasan
represif) seharusnya ada ditangan Presiden.26 menurut Undang-undang No. 23
Tahun 2014
1. Pengaturan dan Pelaksanaan
Pembinaan dan Pengawasan Adapun yang berkaitan dengan masalah

Sebelum Berlakunya Undang- hubungan pengawasan Pusat dan Daerah

undang No. 23 Tahun 2014 Jo. menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014,

Undang-undang No. 5 Tahun 2012 diatur peran Gubernur dalam melakukan


pengawasan sebagai Wakil Pemerintah Pusat
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 (UU
di Daerah. Mengingat kondisi geografis
yang telah diganti oleh UU No.23 Tahun
yang sangat luas, maka untuk efektifitas dan
2014), pengawasan atas penyelenggaraan
efisiensi pembinaan dan pengawasan atas
pemerintahan daerah adalah proses kegiatan
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
yang ditujukan untuk menjamin agar
menjadi kewenangan Daerah kabupaten/
pemerintah daerah berjalan sesuai dengan
kota, Presiden sebagai penanggung jawab
rencana dan ketentuan peraturan perundang-
akhir melimpahkan/mendelegasikan
undangan yang berlaku.
kewenangannya kepada Gubernur sebagai
Pengawasan terhadap rancangan
Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.
peraturan daerah dan peraturan daerah,
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat
Pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara
di Daerah itu berkaitan dengan pelaksanaan
sebagai berikut:27
asas dekonsentrasi. Dekonsentrasi merupakan
a. Pengawasan terhadap rancangan
pelimpahan sebagian Urusan Pemerintah
peraturan daerah (RAPERDA), yaitu
Pusat kepada gubernur sebagai wakil
terhadap rancangan peraturan daerah
Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di
yang mengatur pajak daerah, retribusi
wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur
daerah, APBD, dan RUTR.
dan bupati/wali kota sebagai penanggung
b. Pengawasan terhadap semua peraturan
jawab urusan pemerintahan umum.28 Urusan
daerah di luar yang termasuk dalam angka
pemerintahan umum menjadi kewenangan
1, yaitu setiap peraturan daerah wajib
Presiden yang meliputi pemeliharaan ideologi
disampaikan kepada Menteri Dalam
Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
Negeri untuk provinsi dan Gubernur
menjamin hubungan yang serasi berdasarkan
untuk kabupaten/kota untuk memperoleh
suku, agama, ras dan antar golongan serta
klarifikasi.

26 Undang-Undang Republik Indonesia, “Pemerintahan Daerah (UU 23-2014 Beserta Perubahan)” https://www.
scribd.com/document/324076805/Pemerintahan-Daerah-UU-23-2014-Beserta-Perubahan, diakses 20 Januari
2017.
27 Lihat Penjelasan Umum angka 9 UU Nomor 32 Tahun 2004.
28 Pasal 1 Butir 9 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
74 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

memfasilitasi kehidupan demokratis. dan urusan pemerintahan umum.


Gubernur sebagai kepala pemerintahan 2. Pembinaan dan pengawasan terhadap
provinsi dan kepada bupati/wali kota sebagai penyelengaraan pemerintahan daerah
kepala pemerintahan kabupaten/kota diberi sebagaimana diatur oleh UU Pemerintahan
pelimbahan wewenang oleh Presiden dalam Daerah yang baru (UU No. 23 Tahun
pelaksanaan urusan pemerintahan umum di 2014) dalam pelaksanaannya tidak
Daerah. Dengan demikian, berbeda dengan mengurangi/membelenggu kemandirian
UU Pemerintahan Daerah sebelumnya, daerah dan tidak menghambat
UU No. 23 Tahun 2014 berkaitan dengan pembangunan di daerah serta tetap sejalan
pengawasan Pusat terhadap Daerah, mengatur dengan penyelenggaraan otonomi seluas-
secara tegas asas dekonsentrasi dan urusan luasnya. Materi pokok pengawasan
pemerintahan umum. Pusat terhadap Daerah mencakup hal-hal
sebagai berikut:
Simpulan a. Pengertian dan ruang lingkup
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan pengawasan Pusat terhadap Daerah;
maka dapat diperoleh simpulan sebagai b. Pengawasan dan Pemerintahan
berikut: Daerah;
1. Setelah berlakunya Undang-undang No. c. Kedudukan dekonsentrasi dalam
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah telah terjadi perubahan Daerah;
politik hukum pengawasan Pusat d. Data tentang pelaksanaan pengawasan
terhadap Daerah. Berbeda dengan UU Pusat terhadap Daerah melalui
Pemerintahan Daerah sebelumnya, UU Pembatalan Perda sebelum dan
No.23 Tahun 2014 berkaitan dengan sesudah berlakunya Undang-undang
pengawasan Pusat terhadap Daerah, Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
mengatur secara tegas asas dekonsentrasi Pemerintahan Daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Policy Implementation in Developing


Atmosudirdjo, Prajudi. Hukum Administrasi Countries. Beverly Hills: Sage
Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia, Publication, 1983.
1983. Fachruddin, Irfan. Pengawasan Peradilan
D., Rondinelli, and Cheema, G. Administrasi Terhadap Tindakan
Decentralization and Development: Pemerintah. Bandung: Alumni, 2004.
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 75

Gadjong, Agussalim Andi. Pemerintahan ______________. Pelaksanaan


Daerah: Kajian Politik dan Hukum. Desentralisasi dan Dekonsentrasi
Ghalia Bogor: Indonesia, 2007. Pemerintahan. Bandung, Singa Marga,
Manan, Bagir. Perjalanan Historis Pasal 18 Tanpa Tahun.
UUD 1945 (Perumusan dan Undang- ______________. Pemahaman Tentang
undang Pelaksanaannya. Karawang: Dekonsentrasi. Bandung: Refika
Unsika, 1993. Aditama, 2006.
______________. Menyongsong Fajar ______________. Pengaturan Koordinasi
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat Pemerintahan Di Daerah. Bandung:
Studi Hukum (PSH), Fakultas Hukum Citra Aditya Bakti, 1993.
UII, 2002. ______________. Sekilas Tentang
Muslimin, Amrah. Aspek-aspek Hukum Pemerintahan Daerah Di Jepang.
Otonomi Daerah. Bandung: Alumni, Bandung: Refika Aditama, 2006.
1987.
Suryaningat, Bayu. Desentralisasi dan Disertasi
Dekonsentrasi Pemerintahan di Somi, Elektison. ”Pengawasan Pengelolaan
Indonesia Suatu Analisa. Jakarta: Dewa Keuangan Daerah dalam Sistem
Ruci Press, 1981. Pemerintahan Daerah di Indonesia”.
Syafrudin, Ateng. Pasang Surut Otonomi Disertasi Ilmu Hukum, Program
Daerah. Bandung: Binacipta, 1985. Pascasarjana Doktor Ilmu Hukum.
______________. Kapita Selekta, Hakikat Bandung: Universitas Padjadjaran,
Otonomi & Desentralisasi Dalam 2006. Tidak Dipublikasikan. hlm.
Pembangunan Daerah. Yogyakarta: 91-95.
Citra Media, 2006.
______________. Mengarungi Dua Peraturan Perundang-undangan
Samudera, Setengah Abad Pemikiran Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
Seorang Pamongpraja & Ilmuwan 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Hukum Tata Pemerintahan. Bandung: Pengurusan, Pertanggungjawaban
Sayagatama, 2006. dan Pengawasan Keuangan Daerah
______________. Naskah Lepas Masalah- serta Tata Cara Penyusunan Anggaran
masalah Hukum Otonomi Daerah Pendapatan dan Belanja Daerah,
(Arti Pengawasan). Bandung: Program Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Daerah dan Penyusunan Perhitungan
2003. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
76 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 61-77

Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan


tentang Tata Cara Pengawasan Daerah Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan Pemerintahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Daerah. Nomor 39 Tahun 2001 tentang
Ketetapan MPR-RI No. X/MPR/1996 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi.
Pokok-pokok reformasi Pembangunan Undang-undang Dasar Negara Republik
dalam rangka penyelamatan dan Indonesia 1945.
normalisasi kehidupan nasional Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
sebagai haluan negara. tentang Pemerintahan Daerah yang
Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 telah direvisi oleh UU No. 2 Tahun
tentang Penyelenggaraan Otonomi 2015.
Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Pemanfaatan sumber daya nasional tentang Pemerintahan Daerah.
yang berkeadilan, serta pembagian Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Keuangan Pusat dan Daerah dalam Penetapan Peraturan Pemerintah
rangka kerangka Negara Kesatuan Pengganti Undang-undang Nomor 3
Republik Indonesia. Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Tahun 2015 tentang Pembentukan tentang Pemerintahan Daerah menjadi
Produk Hukum Daerah. Undang-undang.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001
Naskah Internet
tentang Pembinaan dan Pengawasan
Kerja Sama Antara Pusat Studi Kajian
Atas Penyelenggaraan Pemerintah
Negarafakultas Hukum Universitas
Daerah.
Padjadjaran Bandung. “Penelitian
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008
Pola Hubungan Antara Pusat Dan
tentang Dekonsentrasi Dan Tugas
Daerah”. https://www.scribd.com/
Pembantuan.
doc/66370233/Pola-Hubungan-Antara-
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
Pusat-Dan-Daerah-UNPAD. Diakses
2005 tentang Pedoman Pembinaan
20 Januari 2017.
dan Pengawasan Penyelenggaraan
Kompas Jakarta. ”Sejak November 2014
Pemerintah Daerah.
hingga Mei 2015, Mendagri Batalkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
139 Perda”. http://nasional.kompas.
Nomor 38 Tahun 2007 tentang
com/read/2015/07/22/17054251/Sejak.
Pembagian Urusan Pemerintahan
November.2014.hingga.Mei.2015.
antara Pemerintah, Pemerintahan
Mendagri.Batalkan.139.Perda. Diakses
Agus Kusnadi, Re-evaluasi Hubungan Pengawasan Pusat dan Daerah Setelah ... 77

15 November 2015. daerah-dan-jenis-jenisnya-menurut-


Redaksi Berita Transparansi. “Pengertian para-ahli/. Diakses 30 Desember 2016.
Pengawasan Keuangan Daerah
Kamus
dan Jenis-Jenisnya Menurut Para
Gamer, Bryan A. Black’s Law Dictionary.
Ahli”. http://beritatransparansi.com/
Eight Edition. St. Paul Minn: West, a
pengertian-pengawasan-keuangan-
Thomson Business, 2004.

You might also like