You are on page 1of 16

Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976

Vol. 3 No. 2 Juli 2016

KEWENANGAN BPD (BADAN PERMUSYAWARATAN DESA) DALAM


MENJALANKAN FUNGSI LEGISLASI
(Sebuah Telaah Sosiologis Proses Pembentukan Perdes di Desa Karamatwangi
Kec. Garawangi Kab. Kuningan)

Erga Yuhandra
Fakultas Hukum Universitas Kuningan, ergayuhandra@gmail.com

ABSTRACT
In conducting this study, researchers took the theme of "Authority BPD (Village Consultative
Body) in the Run Function Legislation Sebuaah The study Sociology Formation
Karamatwangi Perdes in the village district. Garawangi Kab. Brass. As for the location of the
research itself is conducted in the district of Kuningan more precisely in the village
Karamatwangi. This study will focus on the first issue, how the process of establishing a
village regulation in the village, secondly, how evektifitas Village Consultative Body in
carrying out its legislative function. The purpose of this study is to investigate and examine
how the process of establishing rules Karamatwangi village in the village district. Garawangi
Kab. Brass and to identify and examine how evektifitas Village Consultative Body in carrying
out its legislative function. This research can be useful, among others, can conveniently be
used as a reference in terms of the establishment of rules especially village regulations, this
study attempts to provide an overview of the Village Consultative Body authority in carrying
out its legislative function. The results of this study are expected to provide an academic
reference in the field of law, especially in the field of Constitutional Law. The method used in
this research is empirical juridical or quantitative research methods to collect and present
data obtained to analyze the actual situation and then do a rational analysis based on the
reference of juridical through literature and field research. Village Consultative Body is the
legislative body on the lower level which has an important role in the formation of the village
administration legal products to create a system of checks and balences and mouthpiece of the
community in conveying aspirations.

Keywords: Authority, Village Consultative Body, Legislation.

61
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

ABSTRAK

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil tema tentang “Kewenangan BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) dalam Menjalankan Fungsi Legislasi Sebuaah Telaah Sosiologi
Pembentukan Perdes di Desa Karamatwangi Kec. Garawangi Kab. Kuningan. Adapun yang
menjadi lokasi dari penelitian ini sendiri dilakukan di Kabupaten Kuningan lebih tepatnya di
Desa Karamatwangi. Penelitian ini akan difokuskan pada masalah pertama, bagaimana proses
pembentukan peraturan desa di desa tersebut, kedua, bagaimana evektifitas Badan
Permusyawaratan Desa dalam menjalankan fungsi legislasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mengkaji bagaimana proses pembentukan peraturan desa di desa
Karamatwangi Kec. Garawangi Kab. Kuningan dan untuk mengetahui dan mengkaji
bagaimana evektifitas Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan fungsi legislasi.
Penelitian ini dapat berguna antara lain yaitu secara praktis dapat digunakan sebagai referensi
dalam hal pembentukan peraturan khusunya peraturan desa, penelitian ini mencoba
memberikan gambaran tentang kewenangan Badan Permusyawaratan Desa dalam
menjalankan fungsi legislasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi
dalam bidang akademis ilmu hukum khususnya dalam bidang Hukum Tata Negara. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis empiris atau
penelitian kuantitatif yaitu metode mengumpulkan dan menyajikan data yang diperoleh untuk
menganalisis keadaan yang sebenarnya dan selanjutnya dilakukan analisa rasional berdasarkan
acuan yuridis melalui penelitian kepustakaan dan lapangan. Badan Permusyawaratan Desa
merupakan lembaga legislatif di tingkat bawah yang mana memiliki peranan penting dalam
pembentukan produk hukum pemerintahan desa untuk mewujudkan sistem check and balences
dan penyambung lidah masyarakat dalam menyampaikan aspirasi.

Kata Kunci: Kewenangan, Badan Permusyawaratan Desa, Legislasi.

A. PENDAHULUAN dilakukan oleh negara maupun dilakukan


Hukum merupakan rule of the game oleh individu manusia1.
(aturan-aturan permainan) yang akan Sebagai perwujudan negara hukum,
mencegah atau menghalangi penguasa dan daerah hukum pelaksanaan otonomi daerah
manusia biasa berbuat sewenang-wenang. di Indonesia didasarkan atas Pasal 18 ayat
Hukum merupakan batas-batas individu dan (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
penguasa dalam setiap iteraksi Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut:
kemasyarakatan, sehingga hukum “Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan perlindungan atas ketentraman dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
umum dan keadilan dalam rangka daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,
Tanpa berlakunya hukum dan penegakan dan kota itu mempunyai pemerintahan
hukum yang benar dan adil dalam
1
masyarakat akan menimbulkan kekacauan H. Abdul Manan, Politik Hukum (Studi
Perbandingan dalam Praktik Ketatanegaraan
dan kesewenang-wenangan, baik itu Islam dan Sistem Hukum Barat), Prenadamedia
Group, Jakarta, 2016, hlm. 317.

62
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

daerah yang diatur dengan undang- Inlandsegemeente Ordonatievoor Buiten


undang”2. Gewesten (IGOB). Ketentuan-ketentuan ini
Apabila ditelaah dari sejarah hanya mengatur mengenai organisasi desa,
pembentukan UUD 1945, dapat dikatakan karena desa sebagian pemerintahan asli telah
bahwa Muh. Yamin-lah orang yang ada jauh dari saat pengaturan dalam IGO
pertama yang membahas masalah dan IGOB4.
pemerintahan daerah dalam sidang BPUPKI Dengan dikeluarkannya produk hukum
29 Mei Tahun 1945, Muh. Yamin terkait tentang pemerintahan daerah yang
mengatakan sebagai berikut : “ Negeri, nampaknya menyadari kekeliruan
Desa, dan segala persekutuan hukum adat pendekatan yang terdapat dalam UU No. 5
yang dibaharui dengan jalan rasionalisme Tahun 1979 maka pemerintahan desa
dan pembaharuan zaman, dijadikan kaki dimasukkan sebagai satu kesatuan dalam
susunan sebagai bagian bawah. Antara undang-undang pemerintahan daerah.
bagian atas dan bagian bawah dibentuk Ditinjau dari politik pemerintahan,
bagian tengah sebagai pemerintahan daerah memasukan pemerintahan desa dalam
untuk menjalankan Pemerintahan Urusan undang-undang pemerintahan daerah
Dalam, Pengrah Praja”3. Pada masa Hindia memiliki makna penting. Sebagai salah satu
Belanda, pemerintahan desa diatur berbeda bentuk pemerintahan daerah, desa sudah
antara di Jawa dengan di luar Jawa. Di jawa semestinya mendapatkan segala status dan
diatur dalam Inlandsegemeente Ordonatie kedudukan, beserta berbagai unsur
(IGO). Di luar Jawa diatur dalam pemerintahan daerah sepeti provinsi,

2 4
Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa: Pada tahun 1979 ditetapkan undang-undang
Pertama, NKRI dibagi atas susunan daerah-daerah nasional tentang pemerintahan desa (UU No. 5
di bawahnya secara hierarkis, yaitu dibagi atas Tahun 1979) sebagai pengganti IGO dan IGOB.
provinsi, dan provinsi dibagi lagi atas kabupaten Secara substansial UU No. 5 Tahun 1979
dan kota sesuai dengan prinsip pembagian sepenuhnya mencerminkan stelsel dan pendekatan
kekuasaan secara vertical (territorial or regional IGO dan IGOB yang memisahkan pemerintahan
division of fower); Kedua, setiap daerah provinsi desa dari pemerintahan daerah lainnya.
dan daerah kabupaten/kota itu mempunyai Semestinya, pemerintahan desa menjadi bagian
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang- integral pemerintahan daerah. Pemisahan ini
undang. Istilah pemerintahan yang digunakan di dipengaruhi oleh pemikiran mengenai “
sini adalah dalam arti luas, yaitu tidak saja mempertahankan keaslian desa”. Suatu pendekatan
menyangkut pemerintahan yang eksekutif, seperti yang keliru. Maksud pembentukan UUD
pengertian government dalam sistem politik di mempertahankan pemerintahan desa bukanlah
Amerika Serikat yang sangat berbeda dari dalam semangat agar desa tetap asli menjalankan
pengertian government di Inggris yang hanya fungsi pemerintahan tradisional sebagai
berkaitan dengan pengertian sempit, yaitu masyarakat hukum adat. Mempertahankan
pemerintahan eksekutif saja. Lihat Jimly pemerintahan desa dimaksudkan untuk menjamin
Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang kehadiran suatu pemerintahan yang dekat dengan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, rakyat. Selain itu, desa sebagai suatu pemerintahan
Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 57. demokratis dapat menjadi model pengembangan
3
M. Yamin, Naskah Persiapan Undang-Undang demokrasi seperti permusyawaratan, kolektivitas,
Dasar 1945, Penerbit Siguntang, Jakarta, 1971, kekeluargaan dan lain sebagainya. Bagir Manan,
hlm. 100. Lihat juga Ni’matul Huda, Hukum Tata Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi
Negara Indonesia- Edisi Revisi, Rajawali Press, Hukum (PSH) Fakultas Hukum UII Yogyakarta,
Jakarta, 2012, hlm. 301. Yogyakarta, Cetakan IV 2005, hlm. 158.

63
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

kabupaten, atau kota5. Sebagai pemerintahan Penyelenggaraan pemerintahan desa


daerah, desa memiliki seluruh tatanan merupakan subsistem dari sistem
pemerintahan otonom yang mandiri dalam penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
menjalankan segala urusan rumah desa memiliki kewenangan untuk mengatur
tangganya. Susunan organisasi dan dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
pemerintahan desa masa lalu dengan segala Desa dapat melakukan perbuatan hukum,
keaslian tradisional. Pemerintahan desa baik hukum publik maupun hukum privat,
harus menjadi bagian integral pemerintahan memiliki kekayaan, harta benda dan
NKRI yang menjalankan fungsi-fungsi bangunan serta dapat dituntut dan menuntut
pemerintahan baru6. Salah satu unsur di pengadilan. Untuk itu, kepala desa dengan
penting adalah pembaharuan pemerintahan persetujuan Badan Permusyawaratan Desa
tradisional desa agar dapat menjalankan mempunyai wewenang untuk melakukan
fungsi pemerintahan dan pelayanan seirama perbuatan hukum dan mengadakan
dengan perkembangan masyarakat perjanjian yang saling menguntungkan9.
sekelilingnya. Apabila disebut moderenisasi Peran BPD dengan fungsi dan
tidak berarti membuang atau mengganti wewenangnya dalam membahas rancangan
segala ciri khas pemerintahan desa atau serta menetapkan Peraturan Desa bersama
meniadakan fungsi-fungsi tradisional yang Kepala Desa merupakan sebagai kerangka
hidup dan terpelihara. Pembaharuan yang kebijakan dan hukum bagi penyelenggaraan
dimaksud adalah pada segi-segi pengelolaan, pemerintahan dan pembangunan Desa.
pengembangan sumber daya alam, orientasi Penyusunan peraturan Desa merupakan
pemerintahan dan lain-lain7. penjabaran atas berbagai kewenangan yang
Pemerintah Desa memiliki peran yang dimiliki Desa, tentu berdasarkan kepada
sangat signifikan dalam pengelolaan proses kebutuhan dan kondisi Desa setempat, serta
sosial di dalam masyarakat. Tugas utama mengacu pada peraturan perundang-
yang harus diemban Pemerintah Desa adalah undangan yang lebih tinggi. Sebagai sebuah
bagaimana menciptakan kehidupan produk hukum, peraturan Desa tidak boleh
demokratis, dan memberikan pelayanan bertentangan dengan peraturan yang lebih
sosial yang baik, sehingga dapat membawa tinggi dan tidak boleh merugikan
warganya pada kehidupan yang sejahtera, kepentingan umum. Sebagai sebuah produk
tentram, aman dan berkeadilan8. politik, peraturan Desa disusun secara
demokratis dan partisifatif, yakni proses
5
Untuk menghindari salah pengertian, yang
penyusunannya melibatkan partisipasi
dimaksud memiliki status dan kedudukan seperti masyarakat. Masyarakat mempunyai hak
Provinsi, kabupaten, atau kota, adalah status dan
kedudukan hukum. Ibid, hlm. 159.
6
Ibid, hlm. 159. Fakultas Hukum Universitas Mataram, 2013, hlm.
7
Ibid, hlm. 160. 1.
8 9
M. Firmanhadi, Hubungan Fungsional Antara Dirgantara Dani Putra, Hubungan dan Peran Serta
Pemerintah Desa dengan BPD dalam Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan
Menjalankan Pelaksanaan Pemerintahan Desa Pemerintahan Desa Dalam Penyelenggaraan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun Pemerintahan Desa, Skripsi Universitas Sebelas
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jurnal Ilmiah Maret Surakarta, Solo, 2009, hlm. 4.

64
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

untuk mengusulkan atau memberi masukan 1) Data primer yaitu sumber data yang
kepada BPD maupun Kepala Desa dalam berasal dari hasil observasi dan data
proses penyusunan peraturan Desa10. berupa keterangan-keterangan dari
Sebagai lembaga legislatif di tingkat narasumber, antara lain pemerintahan
bawah sudah seharusnya BPD memiliki desa setempat dan anggota Badan
kemampuan yang sama dengan lembaga Permusyawaratan Desa, masyarakat, para
legislatif di tingkat pusat dalam menjalankan tokoh masyarakat setempat dan
fungsi legislasi, kurangnya evektifitas dalam akademisi.
menjalankan fungsi legislasi penulis tertarik 2) Data sekunder yaitu berupa buku-buku
untuk melakukan penelitian dengan tema hukum, bahan-bahan kuliah penemuan
“Kewenangan BPD (Badan hukum, artikel dan jurnal-jurnal hukum,
Permusyawaratan Desa) dalam Menjalankan komentar-komentar atas putusan
Fungsi Legislasi Sebuaah Telaah Sosiologis pengadilan, karya dari kalangan hukum
Pembentukan Perdes di Desa Karamatwangi yang ada hubungannya dengan penelitian
Kec. Garawangi Kab. Kuningan”. ini.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Langkah-langkah penelitian hukum
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam rangka menyelesaikan problem
yang akan menjadi fokus perhatian utama hukum yang konkrit, yaitu:
yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat 1. Identifikasi dan perumusan masalah
diuraikan sebagai berikut yaitu Bagaimana penelitian;
proses pembentukan peraturan desa di desa 2. Pemilihan kerangka konseptual untuk
Karamatwangi Kec. Garawangi Kab. masalah penelitian serta hubungan
Kuningan? Bagaimana efektivitas Badan
Permusyawaratan Desa dalam menjalankan
fungsi legislasi?
kenyataan. (law in the books and law in action)
yaitu menggambarkan kesenjangan, tetapi jarang
B. METODE PENELITIAN menjelaskan kesenjangan tersebut (the gap is
described but is rarely explained). Dengan
Metode penelitian yang digunakan
demikian, kajian sisi empiris tetap berangkat dari
penyusun dalam pembahasan penelitian ini normatif yang dalam hal ini disebut sebagai law in
adalan metode penelitian yuridis-empiris the books, bukan mengkaji sisi empiris perilaku
yang lepas dari law in the books.
atau penelitian kuantitatif 11. Menurut D.H.M. Meuwissen ciri ilmu hukum
empiris adalah sebagai berikut:
1) Ilmu hukum empiris secara tegas membedakan
10
E.B. Sitorus, dkk, Naskah Akademik Rancangan fakta dari norma.
Undang-Undang tentang Pemerintahan Desa, 2) Ilmu hukum empiris, memandang gejala
DEPDAGRI, Jakarta, 2007, hlm. 7. hukum harus murni empiris, yaitu fakta sosial.
11
Studi Socio-Legal Jurisprudence menekankan arti 3) Penelitian hukum empiris, menggunakan
penting menempatkan hukum dalam konteks metode-metode ilmu empiris (metode
sosialnya, menggunakan metode-metode kualitatif atau metode kuantitatif.
penelitian ilmu sosial. Kajian ini beranggapan 4) Ilmu hukum empiris merupakan ilmu yang
bahwa banyak permasalahan hukum tradisional bebas nilai.
yang pada hakikatnya bersifat empiris dan murni Lihat H.M. Hadin Muhjad & Nunuk Nuswardani,
konseptual. Tema utamanya adalah (the gap) Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, Genta
antara hukum dalam buku dan hukum dalam Publishing, Yogyakarta, 2012, hlm. 22.

65
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

hubungan dengan penelitian kekurangan. Adapun beberapa teknik


sebelumnya; pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu
3. Memformulasikan masalah penelitian :
termasuk membuat spesifikasi dan 1. Observasi, yaitu proses pengambilan
tujuan, luas jangkauan dan hipotesis data dalam penelitian dimana peneliti
diuji; atau pengamat dengan mengamati
4. Menyusun alat serta teknik untuk kondisi yang berkaitan dengan objek
pengumpulan data; penelitian.
5. Menyusun coding, serta mengadakan 2. Wawancara, adalah proses percakapan
editing dan prosesing data. dengan maksud tertentu. Percakapan
6. Menganalisa data serta ini dilakukan oleh dua belah pihak
menyimpulkannya; berupa tanya jawab kepada sejumlah
7. Pelaporan hasil penelitian termasuk informan untuk memperoleh
proses penelitian, diskusi serta informasi dan gagasan yang berkaitan
interpretasi data, generalisasi, serta erat dengan penelitian ini.
mengajukan saran-saran dan publikasi 3. Study Kepustakaan (library
ilmiah. Research), yaitu dengan membaca
Alat pengumpul data yang digunakan buku, dokumen-dokumen, Peraturan
dalam penelitian ini yaitu: Studi Perundang-undangan, dan media
kepustakaan: merupakan data sekunder yaitu informasi lainnya yang berkaitan
suatu alat pengumpul data yang dilakukan dengan kewenangan Badan
melalui data tertulis. Studi kepustakaan ini Permusyawaratan Desa dalam
dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menjalankan fungsi legislasi.
menginfentarisir, menganalisis, dan
mempelajari data-data yang berupa bahan- Analisa data yang digunakan dalam
bahan pustaka yang sesuai dengan dasar penelitian ini adalah analisa data kualitatif
penyusunan penelitian hukum ini, Studi yaitu menguraikan serta menginterpretasikan
lapangan: merupakan penelitian yang data yang diperoleh dilapangan dari para
dilakukan secara langsung terhadap objek informan. Penganalisian ini didasarkan pada
yang diteliti dalam rangka memperoleh data kemampuan nalar dalam menghubungkan
primer dengan cara wawancara. Wawancara fakta, data, dan informasi, kemudian data
ini dilakukan dengan cara mengadakan yang diperoleh akan dianalisis sehingga
tanya jawab secara langsung baik lisan diharapkan muncul gambaran yang dapat
maupun tertulis dengan informan yaitu mengungkapkan permasalahan penelitian.
Badan Permusyawaratan Desa.
Untuk memperoleh data yang akurat, C. HASIL PENELITIAN DAN
relevan dan dapat dipertanggungjawabkan ANALISIS
maka penulis menggunakan beberapa teknik Berbicara tentang negara, terutama di
dalam pengumpulan data karena masing- dalam konsep negara hukum dan demokrasi,
masing mempunyai kelebihan dan maka kita akan menemukan persoalan yang

66
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

menyangkut tentang kebijakan/politik masalah (dispute resolution), dan instrumen


hukum itu bagaimana dibangun. Karena pengatur prilaku masyarakat (social
salah satu ciri daripada negara yang control). Begitu pun untuk konteks
berlasarkan atas hukum (rechstaat) dan Indonesia, hukum telah memberikan peran
bukan berlandaskan pada kekuasaan politik penting melalui tiga fungsi tersebut14.
(machstaat) belaka dalam menjalankan roda Peraturan perundang-undangan
pemerintahan negara, ialah ditandai oleh merupakan peraturan tertulis yang memuat
bagaimana proses dari akumulasi politik norma hukum yang mengikat secara umum
yang menyangkut kepentingan negara dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
sebagai lembaga yang memiliki otoritas negara atau pejabat yang berwenang melalui
untuk mengatur kehidupan sosial prosedur yang ditetapkan dalam perundang-
masyarakat itu menjalankan kepentingan undangan. Peraturan perundang-undangan
negara atas nama rakyatnya dalam dibuat untuk melindungi dan mengayomi
membentuk peraturan perundang- hak-hak warga negara (Pasal 1 angka 2 UU
undangan12. no. 12 tahun 2011). Selain itu peraturan
Sebagai negara yang berdasarkan perundang-undangan menjadi hal yang
hukum, segala aspek kehidupan sangat penting bagi warga negara karena
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat menciptakan ketertiban dan
termasuk dalam penyelenggaraan ketenteraman dalam kehidupan
15
pemerintahan harus berdasarkan hukum. bermasyarakat .
untuk mewujudkan negara hukum tersebut, Penyusunan peraturan perundang-
diperlukan tatanan yang tertib dalam bidang undangan bukan saja mengacu pada
pembantukan peraturan perundang- tujuannya untuk melindungi dan mengayomi
undangan dan harus dilaksanakan sejak masyarakat, tetapi juga harus berpatokan
tahap perencanaan sampai dengan pada hierarki peraturan perundang-
13
pengundangan . Hukum merupakan undangan, salah satunya adalah asas lex
landasan pembangunan di bidang lainnya specialis derogad lex generalis16. Bila ada
yang bermakna teraktualisasinya fungsi
14
hukum sebagai alat rekayasa H. Aziz Syamsudin, Proses dan Teknik
sosial/pembangunan (law as a tool of social Penyusunan Undang-Undang, Sinar Grafika,
Jakarta, 2013, hlm. 1.
engineering), instrumen penyelesaian 15
Wulandari Agustyarna, dalam jurnal Program
Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan
12 Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan
Soimin, Pembentukan Perundang-undangan
Negara di Indonesia (Perspektif Ketatanegaraan judul “ Proses Penyusuna Peraturan Desa (Studi
Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2010, hlm. 1. Kasus di Desa Penganten Kecamatan Klambu
13 Kabupaten Grobogan berdasarkan Undang-
Wahiduddin Adams, dalam kata pengantar buku
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Undang Nomor 6 Tahun 2014) “, Surakarta, 2014,
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan hlm. 2. Lihat juga Undang-Undang Republik
(Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
92/PUU-X/2012 Tanggal 27 Maret 2013), Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
16
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang- Undang-undang yang sifatnya khusus
undangan Kementerian Hukum dan HAM RI, menyampingkan undang-undang yang sifatnya
Jakarta, 2013, hlm. V. umum, jika dalam pembuatannya sama.

67
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

pertentangan peraturan secara hierarki Pemerintahan Daerah yaitu Nomor 32 Tahun


digunakan asas lex superiori derogad lex 2004, namun belum memberikan definisi
inferiori.17 Maka dari itu, asas hukum atau batasan tentang apa yang dimaksud
diharapkan bersifat luwes agar tidak terjadi dengan peraturan desa. Rumusan tentang
masalah yang berkepanjangan akibat dari peraturan desa ditegaskan dalam Undang-
pertentangan antara peraturan yang bersifat Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
umum dan khusus. Masyarakat dan aparatur Pembentukan Peraturan Perundang-
pemerintah diharapkan menyadari bahwa undangan sebagaimana telah diubah dengan
peraturan hukum baik yang bersifat umum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011,
maupun khusus dibuat demi menciptakan yaitu peraturan perundang-undangan yang
ketertiban dan kesejahteraan bersama. dibuat oleh badan perwakilan desa atau
Salah satu bentuk peraturan perundang- nama lainnya bersama dengan kepala desa
undangan yang dimaksud adalah peraturan atau nama lainnya. Definisi ini juga yang
desa. Keberadaan peraturan desa sudah digunakan oleh Undang-Undang No. 6
diatur dalam Undang-Undang tentang Tahun 2014 yang merupakan pengaturan
lebih lanjut tentang Desa.
17
Undang-undang yang lebih tinggi menyampingkan
undang-undang yang lebih rendah. Peraturan Desa 1. Proses pembentukan peraturan desa di
merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan desa Karamatwangi Kec. Garawangi
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat Kab. Kuningan.
setempat. Peraturan Desa yang mengatur a. Kepala desa mengajukan rancangan
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan berskala lokal desa pelaksanaannya
peraturan desa untuk dibahas selanjutnya
diawasi oleh masyarakat desa dan Badan setelah BPD menerima rancangan
Permusyawaratan Desa. Hal itu dimaksudkan agar RAPERDES, kemudian BPD melakukan
pelaksanaan Peraturan Desa senantiasa dapat
diawasi secara berkelanjutan oleh warga rapat internal untuk membahas rancangan
masyarakat desa setempat mengingat Peraturan yang diajukan oleh kepala desa, meliputi:
Desa ditetapkan untuk kepentingan masyarakat
desa. Peraturan Desa dilarang bertentangan
1) Apakah rancangan peraturan desa
dengaan kepentingan umum dan peraturan bertentangan dengan peraturan yang
perundang-undangan lainya. Peraturan Desa di atasnya (BPD melakukan
dilarang bertentangan dengan kepentingan umum
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan pengharmonisasian);
yang lebih tinggi. Apabila terjadi pelanggaran 2) BPD melakukan penelaahan
terhadap pelaksanaan Peraturan Desa yang telah
ditetapkan, Badan Permusyawaratan Desa RAPERDES dilihat dari aspek
berkewajiban mengingatkan dan menindaklanjuti filosofis, sosiologis, dan aspek
pelanggaran dimaksud sesuai dengan kewenangan yuridis;
yang dimiliki. Itulah salah satu fungsi pengawasan
yang dimiliki oleh Badan Permusyawaratan Desa. 3) Apakah RAPERDES bermanfaat
Selain Badan Permusyawaratan Desa, masyarakat dan dibutuhkan oleh masyarakat
desa juga mempunyai hak untuk melakukan
pengawasan dan evaluasi secara partisipatif setempat.
terhadap pelaksanaan peraturan desa.
b. Selanjutnya BPD mengundang kepala
desa untuk mendengarkan tanggapan dari

68
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

BPD terhadap RAPERDES yang menangkap pandangan, kebutuhan dan


diajukan oleh kepala desa. pengharapan dari masyarakat dan
c. Kepala desa memberikan jawaban kelompok tersebut, untuk kemudian
terhadap tanggapan dari pertanyaan BPD. menuangkannya ke dalam suatu konsep.
d. BPD melakukan pembahasan substansi Pandangan dan reaksi masyarakat itu,
RAPERDES dan setelah itu disepakati sebaliknya akan menolong pengambil
bersama, kemudian BPD mengeluarkan keputusan (stakeholder) untuk
keputusan tentang persetujuan menentukan prioritas, kepentingan dan
RAPERDES menjadi peraturan desa. arah yang pasti dari berbagai faktor. Di
e. Masyarakat berhak memberikan masukan samping itu, partisipasi masyarakat juga
secara lisan atau tertulis dalam rangka merupakan pemenuhan terhdap etika
penyiapan atau pembahasan rancangan politik yang menempatkan rakyat sebagai
peraturan desa. Peraturan desa dibentuk sumber kekuasaan dan kedaulatan.
berdasarkan aspirasi masyarakat. Titik f. Peraturan desa disampaikan oleh kepala
tolak dari penyusunan suatu peraturan desa kepada bupati atau wali kota melalui
daerah adalah efektivitas dan efisiensi camat sebagai bahan pengawasan atau
pada masyarakat. Dengan kata lain, pembinaan paling lambat 7 hari setelah
penerapan suatu peraturan daerah harus ditetapkan untuk melaksanakan peraturan
tepat guna dan berhasil guna, tidak desa atau kepala desa. Rancangan
mengatur kepentingan golongan orang peraturan desa tentang anggaran
tertentu saja, dengan menghasilkan pendapatan dan belanja desa, pungutan,
kepentingan golongan lain yang lebih tata ruang, dan organisasi pemerintah
banyak. Sehingga memiliki kaitan desa harus mendapatkan evaluasi dari
langsung ataupun tidak langsung bupati/ walikota sebelum ditetapkan
terhadap kebijakan yang hendak diambil menjadi peraturan desa. Hasil evaluasi
harus dilibatkan. Tujuan dasar peran serta tersebut diserahkan oleh bupati/walikota
masyarakat adalah untuk menghasilkan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja
masukan dan persepsi yang berguna bagi terhitung sejak diterimanya rancangan
warga negara dan masyarakat yang peraturan tersebut oleh bupati/walikota.
berkepentingan (public interest) dalam Rancangan Peraturan Desa wajib
rangka meningkatkan kualitas dikonsultasikan kepada masyarakat desa.
pengambilan keputusan, karena dengan Masyarakat desa berhak memberikan
melibatkan masyarakat yang potensial masukan terhadap rancangan peraturan
terkena dampak akibat kebijakan dan desa. Peraturan desa dan peraturan kepala
kelompok kepentingan (groups interest), desa diundangkan dalam lembaran desa
para penqarnbil keputusan dapat dan berita desa oleh sekretaris desa.

69
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

BPD

RAPERDE
S
RAPERDES Aspirasi Masyarakat PERDES
MmmmsmMasyaraka
RAPERDES y RAPER
DES
Kepala Desa

RAPERDES Diundangkan

RAPERDES

Proses penyusunan perundang- daya manusia baik itu anggota BPD sendiri
undangan meliputi berbagai tingkat maupun Kepala Desa yang masih kurang
penyelesaian, seperti tingkat persiapan, paham tentang tata cara pembuatan
penetapan, pelaksanaan, penilaian dan peraturan desa yang baik dan benar,
pemaduan kembali produk yang sudah jadi. sehingga perlu diadakan pelatihan khusus
Seorang perancang peraturan perundang- tentang penyusunan peraturan perundan-
undangan diharuskan mempunyai undangan (legal Drafting) Kedua, kesibukan
pengetahuan yang memadai tentang keadaan para anggota BPD dalam menjalankan
sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial tugasnya dikarenakan sebagaian anggota
politik masyarakat. Proses penetapan BPD memiliki pekerjaan sampingan baik itu
peraturan perundang-undangan memerlukan di pemerintahan, sebagai petani, ataupun
pengetahuan dan pemahaman yang baik pedagang.
tentang prosedur dan tata cara yang
digariskan dalam sistem tata pemerintahan 2. Efektivitas Badan Permusyawaratan
yang berlaku. Fenomena yang terjadi Desa dalam menjalankan fungsi
sekarang adalah banyak peraturan legislasi.
perundangan yang tidak sesuai dengan Sesuai dengan peraturan Perundang-
kondisi masyarakat18. undangan yang baru bahwa Badan
Adapun kendala yang dihadapi oleh Permusyawaratan Desa berkedudukan
Badan Permusyawaratan Desa di desa sebagai salah satu unsur penyelenggara
Karamatwangi dalam pembuatan peraturan Pemerintah Desa. Kedudukan ini adalah
ini yaitu: pertama, terkait masalah sumber untuk memperkuat pemerintah desa dalam
melaksanakan hak untuk mengatur dan
18
Ni’matul Huda, Teori dan Pengujian Peraturan mengurus rumah tangganya sendiri secara
Perundang-Undangan, Nusa Media, Bandung, demokratis sesuai dengan aspirasi
2011, hlm. 7.

70
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

masyarakat. Fungsi, dan Wewenang Badan maupun bersama-sama dengan


Permusyawaratan Desa Dalam menyampaikan langsung kepada
melaksanakan tugasnya, Badan anggota BPD yang ada di
Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi lingkungannya (RW).
sebagai berikut 19 :
1. Fungsi Legislasi, Fungsi legislasi Adapun yang menjadi wewenang
yang dilakukan oleh BPD Badan Permusyawaratan Desa
20
Karamatwangi mengacu kepada Karamatwangi adalah :
peraturan yang ada. Peraturan 1. Membahas rancangan Peraturan Desa
Daerah Kabupaten Kuningan Nomor bersama Kepala Desa;
17 Tahun 2006 tentang Badan 2. Melaksanakan pengawasan terhadap
Permusyawaratan Desa dikatakan pelaksanaan Peraturan Desa dan
bahwa BPD berfungsi menetapkan Peraturan Kepala Desa;
Peraturan Desa bersama Kepala 3. Mengusulkan pengangkatan dan
Desa serta BPD berfungsi pemberhentian Kepala Desa;
menampung dan menyalurkan 4. Membentuk panitia Pemilihan Kepala
aspirasi masyarakat. Bersama Desa;
dengan Kepala Desa, BPD 5. Menggali, menampung, menghimpun,
merumuskan dan menetapkan merumuskan dan menyalurkan
peraturan desa. aspirasi masyarakat;dan
2. Fungsi Pengawasan, pengawasan 6. Menyusun Tata Tertib BPD.
terhadap pelaksanaan pemerintahan
merupakan salah satu alasan Mekanisme pembentukan Badan
terpenting mengapa BPD perlu Permusyawaratan Desa di desa
21
dibentuk. Pengawasan oleh BPD Karamatwangi adalah sebagai berikut:
terhadap pelaksanaan pemerintahan 1. Anggota BPD adalah wakil dari
desa Karamatwangi yang dipimpin penduduk desa yang bersangkutan
Kepala Desa merupakan tugas BPD. berdasarkan keterwakilan wilayah,
Upaya pengawasan dimaksudkan yang ditetapkan dengan cara
untuk mengurangi adanya musyawarah dan mufakat.
penyelewengan atas kewenangan 2. Anggota BPD sebagaimana dimaksud
dan keuangan desa dalam pada ayat (1) terdiri dari unsur dari
penyelenggaraan pemerintahan desa. Ketua Rukun warga, golongan
3. Fungsi Aspirasi, fungsi aspirasi ini
merupakan penyampaian aspirasi
20
oleh warga kepada BPD tidak jarang Lihat Bab II Pasal 4 Peraturan Daerah
Kabupaten Kuningan Nomor 17 Tahun 2006
pula dilakukan baik secara individu tentang Badan Permusyawaratan Desa.
21
Lihat Bab I Lihat Bab II Pasal 6 Peraturan
19
Lihat Bab II Pasal 3 Peraturan Daerah Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 17
Kabupaten Kuningan Nomor 17 Tahun 2006 Tahun 2006 tentang Badan Permusyawaratan
tentang Badan Permusyawaratan Desa. Desa.

71
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

profesi, pemuka agama dan tokoh atau golongan profesi, pemuka agama,
pemuka masyarakat lainnya. tokoh pemuda dan tokoh wanita;
3. Jumlah anggota BPD ditetapkan 3. Musyawarah sebagaimana dimaksud
dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 pada huruf b dilakukan untuk
(lima) orang dan paling banyak 11 menetapkan calon anggota BPD
(sebelas) orang, dengan sesuai kuota masing-masing dusun
memperhatikan luas wilayah, jumlah dari peserta musyawarah yang hadir
penduduk dan kemampuan keuangan sesuai dengan persyaratan yang
Desa yang bersangkutan dengan ditentukan;
ketentuan : 4. Hasil musyawarah sebagaimana
1) Jumlah penduduk Desa sampai dimaksud pada huruf c dituangkan
dengan 1.000 jiwa, sebanyak 5 dalam Berita Acara Hasil
(lima) orang anggota BPD; Musyawarah untuk disampaikan pada
2) Jumlah penduduk Desa 1.001 Rapat penetapan anggota BPD di
sampai dengan 2.000 jiwa, tingkat Desa;
sebanyak 7 (tujuh) orang anggota 5. Setelah semua dusun menyampaikan
BPD; Berita Acara Penetapan anggota BPD,
3) Jumlah penduduk Desa 2.001 Pemerintah Desa mengundang para
sampai dengan 3.000 jiwa, Ketua Rukun Warga, para Ketua
sebanyak 9 (sembilan) orang Rukun Tetangga, Pengurus Lembaga
anggota BPD; Kemasyarakatan dan calon anggota
4) Jumlah penduduk Desa lebih dari BPD yang diusulkan berdasarkan
3.000 jiwa, sebanyak 11 (sebelas) hasil musyawarah di Dusun;
orang anggota BPD. 6. Penetapan anggota BPD dilaksanakan
dalam suatu rapat yang dibuka oleh
Calon Anggota BPD desa Kepala Desa dengan pokok kegiatan
Karamatwangi ditetapkan secara penetapan anggota BPD yang
musyawarah dan mufakat. Mekanisme hasilnya dituangkan dalam Berita
musyawarah dan mufakat yang dimaksud Acara;
adalah: 7. Dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari
1. Pemerintah Desa memberitahukan setelah rapat penetapan anggota BPD,
kepada masyarakat melalui Kepala Kepala Desa melaporkan dan
Dusun tentang pembentukan BPD; mengajukan kepada Bupati melalui
2. Kepala Dusun mengumumkan kepada Camat dengan dilampiri Berita Acara
masyarakat tentang pembentukan Hasil Rapat, berkas persyaratan calon
BPD atau pengisian kekosongan anggota dan daftar hadir rapat, untuk
anggota BPD melalui musyawarah mendapatkan pengesahan.
Dusun yang dihadiri oleh para Ketua
Rukun Warga, Para Ketua Rukun
Tetangga, tokoh masyarakat,

72
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

Tabel 1. Keanggotaan BPD Desa Karamatwangi Kec. Garawangi Kab. Kuningan


No Nama Anggota Tempat/Tanggal lahir Pendidikan Jabatan
1 Andi Juhandi Indramayu, 04-06-1952 S1 Ketua
2 Sili Kuningan, 06-03-1973 S1 Anggota
3 Ujang Sudirja Kuningan, 05-04-1966 S1 Anggota
4 Jahudi Kuningan, 24-04-1973 S1 Anggota
5 Iding Supriadi Kuningan, 05-06-1972 SLTA Anggota
6 Dedi Ahmadi Kuningan, 07-05-1977 SLTP Anggota
7 Sutardi Kuningan, 14-01-1964 S1 Anggota
Sumber: Aparatur Desa Karamatwangi, data anggota BPD Tahun 2016

Sementara itu efektifitas Badan peneliti sampaikan dalam bentuk diagram


Permusyawaratan Desa Karamatwangi sebagai berikut:
dalam menjalankan fungsi legislasi dapat

Sumber: Desa Karamatwangi Kec. Garawangi Kabupaten Kuningan.

Berdasarkan statistik diagram di atas, Undang Nomor 6 Tahun 2014 yaitu:


dapat dilihat bahwa BPD Karamatwangi pembentukan dusun atau dengan sebutan
dalam menjalankan fungsi legislasi masih lain (Pasal 3), susunan organisasi dan tata
sangat rendah dilihat dari efektivitanya, kerja pemerintah desa (Pasal 12), APBDes
bahwasannya banyak kepentingan (Pasal 61 dan 73) Rencana Pembangunan
masyarakat yang harus dibuat payung Jangka Menengah Desa (Pasal 64),
hukum nya oleh BPD dalam bentuk regulasi Pengelolaan Keuangan Desa (Pasal 76),
berupa peraturan desa agar terciptanya Pembentukan Badan Usaha Milik Desa
kepastian hukum bagi masyarakat desa (Pasal 78), dan Pembentukan Lembaga
Karamatwangi. Adapun materi muatan dari Kemasyarakatan (Pasal 89).
sebuah peraturan desa menurut Undang-

73
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

D. KESIMPULAN DAN SARAN dibuatkan payung hukum agar


terciptanya kepastian hukum bagi
Kesimpulan masyarakat setempat. Hal tersebut terjadi
Setelah melakukan pembahasan dari karena masih minimnya sumber daya
Bab I sampai dengan Bab V, maka penulis manusia dalam menyusun draf rancangan
mengambil kesimpulan sebagai berikut: perdes, serta pemerintah desa belum
1. Secara normatif pembentukan perdes di memahami apa saja materi muatan dari
desa karamatwangi sudah sesuai, namun peraturan desa yang harus dibuat payung
dalam tarap implementasinya dalam hukum dalam pembuatan perdes.
pembentukan peraturan desa di desa
Karamatwangi belum sepenuhnya Saran
memuat asas-asas pembentukan 1. Diperlukan sinergi antar BPD dan kepala
peraturan yang baik menurut Undang- desa sebagai mitra kerja yang baik agar
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang terciptanya pemerintahan yang baik
Pembentukan Peraturan Perundang- khususnya dalam pembuatan produk
undangan. Dalam prosesnya masih hukum berupa Perdes yang berdaya guna
terdapat tahapan-tahapan yang tidak bagi masyarakat banyak.
dijalankan baik oleh kepala desa maupun 2. Perlu diadakan pelatihan tentang legal
BPD, sehingga peraturan tersebut kurang drafting atau pembuatan rancangan
berdaya guna bagi masyarakat. peraturan perundang-undangan yang
2. Badan Permusyawaratan Desa memiliki baik, dalam hal ini bisa meminta
tiga fungsi yaitu legislasi, pengawasan, pelatihan dari yang berkompeten di
dan menampung aspirasi masyarakat. bidangnya, baik itu dari seorang
Dalam menjalankan fungsi legislasi akademisi kampus, maupun dari
tertutama dalam hal ini masih kurang pemerintah kabupaten melalui biro
efektif dilihat dari kurun waktu tahun hukum pemerintah tersebut.
2012-2016 produk hukum yang
dihasilkan oleh BPD sangat rendah,
seyogianya banyak ketentuan yang harus

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta, Pusat Studi Hukum (PSH)
Fakultas Hukum UII Yogyakarta, Cetakan IV 2005.
Benny K. Harman, Konfigurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman, Jakarta, Elsam, 1997.
H. Abdul Manan, Politik Hukum (Studi Perbandingan dalam Praktik Ketatanegaraan Islam
dan Sistem Hukum Barat), Prenadamedia Group, Jakarta, 2016.

74
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

H. Aziz Syamsudin, Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, Sinar Grafika, Jakarta,
2013.
H.M. Hadin Muhjad & Nunuk Nuswardani, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer,
Yogyakarta, Genta Publishing, 2012.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tentang Negara Indonesia, Jakarta,
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983.
Jimly Asshiddiqie, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.
-----------------, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta, Rajawali Press, 2011.
-----------------, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Jakarta,
Sinar Grafika, 2010.
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia- Edisi Revisi, Jakarta, Rajawali Press, 2012.
-----------------, Teori dan Pengujian Peraturan Perundang-Undangan, Nusa Media, Bandung,
2011.
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi (Menguatnya Model Legislasi Parlementer Dalam
Sistem Presidensial Indonesia, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2010.
Siti Aminah, Kuasa Negara Pada Ranah Politik Lokal, Jakarta, Kencana, 2014.
Soimin, Pembentukan Perundang-undangan Negara di Indonesia (Perspektif Ketatanegaraan
Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2010.
Wahiduddin Adams, dalam kata pengantar buku Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor : 92/PUU-X/2012 Tanggal 27 Maret 2013), Direktorat Jenderal
Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2013.

Jurnal/Artikel/Majalah/Karya Ilmiah
Dirgantara Dani Putra, Hubungan dan Peran Serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan
Pemerintahan Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Skripsi Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Solo, 2009.
E.B. Sitorus, dkk, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan
Desa, DEPDAGRI, Jakarta, 2007.
M. Firmanhadi, Hubungan Fungsional Antara Pemerintah Desa dengan BPD dalam
Menjalankan Pelaksanaan Pemerintahan Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum
Universitas Mataram, 2013.
Wulandari Agustyarna, dalam jurnal Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan judul “ Proses Penyusuna Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa
Penganten Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014) “, Surakarta, 2014.

75
Jurnal Unifikasi, ISSN 2354-5976
Vol. 3 No. 2 Juli 2016

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta Perubahannya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 17 Tahun 2006 tentang Badan
Permusyawaratan Desa.

76

You might also like