You are on page 1of 19

POLITIK HUKUM OTONOMI DESA BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

Oleh : AFRINIKO

Pembimbing I : DR. Emilda Firdaus, SH., MH


Pembimbing II : DR. Maxsasai Indra, SH., MH
Alamat : Jl. Purwodadi, Kelurahan Sidomulyo, Panam, Pekanbaru
Email : afri_niko@yahoo.com
Telpon : 0821 7049 6537

ABSTRACK
Village setting during this applies is no longer appropriate with the times,
especially concern problem the position of customary law community, democracy and
equitable development, Cousing the gap between regions which can interfere the
integrity of the country. After the enactment of Law No. 6 2014 about the village, the
position and authority of the village is based on the principle of autonomy that leads to
the village form of independence. The principle above referred to the recognition
principle and subsidiarity. Village honored in full by the supra-village as a legal
entity, which was given the authority to megambil policy in the locality scale.The
problems in this research are How legal political setting about the village by statute
No.6 2014 about the village. How The Position of Village by statute No.6 2014 about
the village. This study uses a type of normative juridical approach or also called
doctrinal legal research. Called doctrinal legal research because research is done or
directed only at the written regulations or materials other law. Methods and means of
collecting legal materials is to use secondary data, that is data that has been
established by previous researchers, or often referred to as a legal matter, the primary
legal materials, secondary and tertiary.From the research results,that Law No.6 2014
about the village has given more power autonomy from the previous rules, that the
village can the organization of village based culture and authenticity of the village
without the intervention from government there on top. The position of village in this
rules still be District or Town but the village not anymore is subordinate from District
or Town. Village to District or Town only limited report responsibility the
organization of village.

Keywords : Political Law, Autonomy, The Village, Law No. 6 /2014

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 1


A. Pendahuluan Pemerintahan Daerah, yang berbunyi
Aspek historis dari otonomi “Pembagian daerah Indonesia atas daerah
penting untuk mendapat perhatian dalam yang besar dan kecil, dengan bentuk
mengkaji masalah Otonomi, Persoalan susunan pemerintahannya ditetapkan
tentang otonomi selalu menjadi bahan dengan undang-undang, dengan
perbincangan dikalangan para memandang dan mengingat dasar
cendikiawan kita dari masa ke masa, permusyawaratan dalam sistem
disamping latar belakang historis, pemerintahan negara, dan hak-hak asal
pelaksanaan otonomi juga ditentukan usul dalam daerah-daerah yang bersifat
oleh Politik Hukum yang dianut oleh istimewa”3
negara yang bersangkutan. Secara lebih Perjalanan mengenai peraturan
jelas Juniarto menyatakan bahwa luas Otonomi daerah dimulai sejak tahun 1945
sempitnya urusan-urusan yang diserahkan dan telah dibuat peraturan yang mengatur
kepada suatu pemerintahan lokal yang tentang Pemerintahan Daerah yang ketika
berhak mengatur dan mengurus rumah ditetapkannya Undang- Undang No. 1
tangganya sendiri, tergantung pada Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite
politik hukum yang sedang dianut pada Nasional daerah, disusul dengan Undang-
waktu itu, yang dituangkan dalam hukum Undang No. 22 tahun 1948 tentang
positifnya.1 Pemerintahan Daerah, kemudian diganti
Apabila ditelaah dari sejarah oleh Undang- Undang No. 1 tahun 1957
pembentukan Undang-Undang Dasar tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
1945, dapat dikatakan bahwa Moh. Daerah yang kemudian diganti oleh
Yaminlah orang pertama yang membahas Undang- Undang No. 5 tahun 19744 5,
masalah Pemerintahan Daerah dalam kemudian diganti dengan Undang-
sidang BPUPKI tanggal 29 mei 1945. Undang No. 22 Tahun 1999, kemudian
Dalam sidang itu Moh.Yamin, diganti kembali dengan Undang-Undang
mengatakan “Negeri, Desa dan segala No. 32 tahun 2004 dan perubahannya
persekutuan hukum adat yang dibaharui menjadi Undang-Undang No. 12 Tahun
dengan jalan rasionalisme dan 2008.
pembaharuan zaman, dijadikan kaki
susunan sebagai bagian bawah. Antara
bagian atas dan bagian bawah dibentuk
bagian tengah sebagai Pemerintahan
Daerah untuk menjalankan
Pemerintahan Urusan Dalam, Pangreh
Praja”2
Pada kesempatan itu pula Moh.
Yamin melampirkan suatu rancangan
sementara perumusan Undang-Undang 3Daerah,filosofi,sejarah perkembangannya, dan
problematikanya,Pustaka
Dasar yang membuat tentang Pelajar ,Yogyakarta:2005,hlm.1.
43Ibid.
2 Ni’matul Huda, Otonomi 54Abdurahman, loc.cit.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 2


1
Abdurrahman, Beberapa Pemikiran diselenggarakan oleh Badan Pembina Hukum
tentang Otonomi Daerah, PT. Media Sarana Press, Nasional, Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi
Jakarta: 1987,hlm.8. Manusia RI, Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 1.
Saat ini telah terjadi perubahan sehingga isi dan realisasi dari otonomi
paradigma dalam kehidupan politik dan sangatlah penting.
ketatanegaraan di Indonesia yaitu dari
Secara konstitusional, tindakan
sistem otoritarian kepada sistem
itu dibenarkan oleh UUD 1945. Hal itu
demokratis, dan dari sistem sentralistik
dapat dibaca pada Pasal 18 B UUD 1945
kepada otonom. Perubahan paradigma
dijelaskan bahwa negara mengakui dan
tersebut sudah tentu berdampak terhadap
menghormati satuan-satuan
sistem hukum yang dianut selama ini
pemerintahan daerah yang bersifat khusus
yang menitik beratkan kepada produk-
atau bersifat istimewa. Pengakuan dan
produk hukum yang lebih banyak
penghormatan tersebut sepanjang satuan-
berpihak kepada kepentingan penguasa
satuan masyarakat hukum adat dan hak-
dari pada kepentingan rakyat, dan produk
hak tradisional masih hidup dan sesuai
hukum yang lebih mengedepankan
dengan perkembangan masyarakat dan
dominasi kepentingan Pemerintah Pusat
prinsip Negara Kesatuan Republik
dari pada kepentingan Pemerintah
Indonesia.6
Daerah.5
Negara Kesatuan Republik
Dalam pelaksanaannya konsep Indonesia dibagi atas daerah-daerah
desentralisasi dan otonomi daerah telah provinsi, dan daerah provinsi itu terbagi
berlangsung lama bahkan sejak sebelum lagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-
kemerdekaan, dan mencapai puncaknya tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
pada era reformasi dengan mempunyai pemerintahan daerah, yang
dikeluarkannya Undang-Undang No 22 diatur dengan undang-undang, dan itu
Tahun 1999 tentang pemerintah daerah semua terkandung dalam Pasal Undang-
dan Undang-Undang No 25 Tahun 1999 Undang Dasar 1945. Oleh karna itu
tentang Perimbangan Keuangan yang pemerintahan Desa juga yang merupakan
kemudian direvisi masing-masing bagian kecil dari daerah provinsi saat ini
menjadi Udang-Undang No 32 Tahun diatur dalam perundang- undangan
2004 dan Undang-Undang No 33 tahun tentang pemerintahan daerah yaitu
2004. Dengan adanya undang-undang ini Undang-Undang No 32 tahun 2004 pada
maka ada angin segar yang bab XI pasal 200-216. Menurut ketentuan
memungkinkan daerah bisa tumbuh Undang-Undang No 32 Tahun 2004,
berkembang dan dapat mengurus urusan Desa adalah suatu masyarakat hukum
pemerintah daerahnya sendiri namun yang memiliki batas-batas wilayah yang
otonomi ini adalah langkah awal, berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal- usul dan adat istiadat
Romli Atmasasmita, “Menata Kembali
5
setempat yang diakui dan dihormati
Masa Depan Pembangunan Hukum NasionaF
Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII yang
6Ibid.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 3


dalam sistem

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 4


SecaraNegara
Pemerintahan historis Desa merupakan
Kesatuan berfungsi mengayomi adat istiadat,
cikal bakal terbentuknya
Republik Indonesia.” 7 masyarakat membuat Peraturan Desa, menampung
politik dan pemerintahan di Indonesia aspirasi masyarakat, serta melakukan
jauh sebelum negara bangsa ini terbentuk. pengawasan terhadap penyelenggaraan
Struktur sosial sejenis desa, masyarakat Pemerintah Desa. Anggota BPD dipilih
adat dan lain sebagainya telah menjadi dari dan oleh penduduk desa yang
institusi sosial yang mempunyai posisi berjumlah ganjil dan sekurang-
yang sangat penting. Desa merupakan kurangnya 5 (lima) orang. 7

institusi yang otonom dengan tradisi adat Loekman sutrisno dalam


istiadat dan hukumnya sendriri serta makalahnya yang berjudul Negara dan
relatif mandiri. Peraturan tentang Perananya dalam Menciptakan
pemerintahan Desa terbentuk seiring Pembangunan Desa yang Mandiri
dengan peraturan yang mengatur tentang mengisyaratkan bahwa, suatu
pemerintahan negara Indonesia. Peraturan pembangunan dikatakan berhasil tidak
mengenai Pemerintahan Daerah atau hanya apabila pembangunan itu
Otonomi daerah yaitu Undang-Undang menaikkan taraf hidup masyarakat, tetapi
Nomor 32 Tahun 2004 yang sebelumnya juga diukur dengan sejauh mana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 pembangunan itu dapat menimbulkan
Tahun 1999 tentang Pemerintahan kemauan dan kemampuan dari
Daerah dan pada masa Orde Baru di atur masyarakat untuk mandiri, dalam arti
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun kemauan masyarakat itu untuk
1979.8 menciptakan pembangunan dan
Peraturan tentang desa tidak melestarikan serta mengembangkan hasil-
hanya diatur dalam Undang-Undang hasil pembangunan, baik yang berasal
Nomor 22 Tahun 1999 tentang dari usaha mereka sendiri maupun yang
Pemerintahan Daerah tapi juga diatur berasal dari prakarsa yang datang dari
dalam beberapa peraturan pelaksanaan luar masyarakat.8 9
seperti Peraturan Pemerintah RI (PPRI) Setelah melalui perdebatan
Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman panjang akhirnya sidang paripurna DPR
Umum Pengaturan Mengenai Desa.
Peraturan ini mengatur beberapa hal
pokok yang berkaitan tentang
penyelenggaraan pemerintahan desa.

7
Sadu Wasistiono,Irwan Tahir, Prospek
Pengembangan Desa, Fokusmedia, Bandung, 2007,
7Peraturan Pemerintah Republik
hlm 25.
indonesia Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman
HW.Widjaja, Otonomi Desa Merupakan
8
Umum Pengaturan Mengenai Desa” Lembaran
Otonomi yang bulat dan utuh, PT Grafindo Persada,
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 142,
Jakarta, 2005, hlm. 4.
pasal 30-32.
Dimana penyelenggaraan pemerintahan 8http ://www .banyumaskab .go.id,
desa dilakukan oleh Pemerintah Desa dan penguatan otonomi desa menuju kemandirian
Badan Perwakilan Desa (BPD). BPD 9desa , diakses 21 januari 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 3


RI, Rabu 18 Desember 2013 menyetujui dalam menentukan rumah tangganya
rancangan Undang-Undang Desa untuk sendiri. Penguatan tersebut bukan hanya
disahkan menjadi Undang-Undang Desa. dilakukan bagi desa dan aktor-aktornya
Harapan masyarakat dan aparatur desa tetapi juga pemeritah daerah, agar tidak
untuk masuk pada level kehidupan yang setengah hati.10 11
lebih baik pun semakin terbuka, sehingga
tidak heran Ribuan Kepala Desa diseluruh UU Desa lahir dari perjuangan dan
Indonesia menyambut dengan gegap perjalanan yang panjang dimana
gempita dan penuh dengan sukacita UU sebelumnya pengaturan tentang desa diatur
Desa telah memberikan porsi lebih bagi dalam undang-undang 32 tahun 2004
warga desa untuk menentukan sendiri tentang pemerintahan daerah di dalamnya
pembangunan desanya dengan penyelenggaraan desa diatur dalam
memanfaatkan beberapa pasal, namun karena
anggaran, hak demokrasi, hingga aturan perkembangan masyarakat peraturan desa
baru. dalam undang-undang itu pun tidak
relevan lagi dan sudah ketinggalan zaman
Dalam Undang-Undang tersebut di bandingkan perkembangan masyarakat
memiliki beberapa keistimewaan yang terus maju, maka lahir undang-
beberapa diantaranya yaitu : undang no 6 tahun 2014 tentang desa
1. Dana yang besar akan masuk ke dengan harapan pengaturan tentang desa
Desa, nantinya akan lebih jelas dan dapat lebih
2. Aparatur desa mendapatkan memberikan Otonomi yang lebih luas
penghasilan tetap terkait penyelenggaraan desa yang
3. Adanya peluang desa untuk mandiri.
mengatur penerimaan yang
merupakan pendapatan desa Dengan munculnya peraturan yang
4. Masa jabatan kepala desa membahas lebih dalam mengenai peraturan
bertambah, tentang desa, diharapkan akan terciptanya
5. Bertambahnya kewenangan BPD 11 kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas
hidup manusia serta penanggulangan
Ini merupakan babak baru bagi kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
desa agar lebih maju dan mandiri. Kunci dasar, pembangunan sarana dan prasarana
yang terkandung UU Desa adalah desa, pengembangan potensi ekonomi
pemberdayaan. Desa menyusun lokal,
perencanaan, mengawasi dalam serta pemanfaatan sumber daya alam dan
pelaksanaan dan mengontrol dalam lingkungan secara berkelanjutan.13
evaluasi. Perencanaan itu harus sesuai
realitas bukan sekedar angan-angan Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan diatas, maka penulis
11
http://www. kajian undang desa, 10http://apmd. ac.id. kemandirian
diakses tanggal 21 januari 2015.
keberlangsungan hidup dan pembaharuan
belaka. Maka UU Desa memberikan desa.
penguatan bagi desa, mereka mandiri 11diakses, tanggal 21 januari 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 6


tertarik untuk melakukan penelitian yang pemerintahan dengan memberikan
berkaitan dengan pengaturan peraturan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah
yang ada di dalam Undang-Undang untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
desa, dan judul yang diangkat itu penulisKarena itu, Pasal 18 Undang-Undang
dalam penelitian ini adalah “POLITIK Dasar 1945 antara lain menyatakan bahwa
HUKUM OTONOMI DESA pembagian Daerah di Indonesia atas
BERDASARKAN daerah besar dan kecil dengan bentuk dan
susunan pemerintahannya ditetapkan
UNDANG- dengan undang-undang. Dalam penjelasan
UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 tersebut, antara lain dikemukakan bahwa
TENTANG DESA” oleh karena Indonesia itu suatu
eenheidsstaat, maka Indonesia tidak akan
B. Rumusan Masalah mempunyai daerah dalam lingkungannya
yang bersifat staat juga.12
Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut diatas, maka penulis Sejak proklamasi Kemerdekaan
merumuskan permasalahanya sebagai tahun 1945 hingga sampai pada saat ini,
berikut : peraturan-peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang bentuk
a. Bagaimanakah politik hukum dan susunan pemerintahan di daerah,
pengaturan tentang desa termasuk pemerintahan desa adalah
Undang-Undang sebagai berikut :
13
berdasarkan
Nomor 6 Tahun 2014 tentang a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Desa ? 1945 tentang Pembentukan
Komite Nasional Daerah.
b. Bagaimanakah kedudukan Desa b. Undang-Undang Nomor 22
didalam Undang-Undang Nomor Tahun 1948 tentang Pokok- Pokok
6 Tahun 2014 ? Pemerintahan Daerah.
c. Undang-Undang Nomor 44
C. Pembahasan
Tahun 1950 tentang Pokok- Pokok
Pemerintahan Daerah.
1. Politik Hukum Pengaturan tentang
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Desa Berdasarkan Undang-
1957 tentang Pokok-Pokok
Undang Nomor 6 Tahun 2014
Pemerintahan Daerah.
Tentang Desa
e. Penetapan Presiden Nomor 6
a. Sejarah Pengaturan tentang
Tahun 1959 tentang
Desa di Indonesia
Pemerintahan Daerah
(disempurnakan).
13
Pasal 78 ayat (1) Undang-Undang No. 6
tahun 2014 tentang Desa.
12Widjaja. H.A.W, Otonomi Desa
Negara republik Indonesia sebagai merupakan Otonomi yang asli, bulat dan
Negara Kesatuan menganut asas utuh.PT. RajaGragindo Persada, 2010, hlm, 1
desentralisasi dalam menyelenggarakan 13 Widjaja, HAW. Titik Berat Otonomi.
CV.Rajawali, Jakarta, 1992, hlm. 30.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 7


f. Penetapan Presiden Nomor 5 2004 Tentang Pemerintahan daerah ini
Tahun 1960 (disempurnakan) mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa
tentang DPRD Gotong-Royong ataupun dengan sebutan lainnya dan
dan Sekretariat Daerah. kepada desa melalui pemerintahan desa
g. Undang-Undang Nomor 18 Tahun dapat diberikan penugasan ataupun
1965 tentang Pokok- Pokok pendelegasian dari pemerintah daerah
Pemerintahan Daerah. untuk melaksanakan urusan
h. Undang-Undang Nomor 19 Tahun pemerintahan tertentu. Sedangkan terhadap
1965 tentang Desapraja. desa diluar desa geneologis yaitu desa
i. Undang-Undang Nomor 5 Tahun yang bersifat administratif seperti desa
1974 tentang Pokok-Pokok yang dibentuk karena pemekaran desa
Pemerintahan di Daerah. ataupun karena transmigrasi ataupun
j. Undang-Undang Nomor 5 Tahun karena alasan lain yang warganya
1979 tentang Pemerintahan Desa. pluralistis, majemuk, ataupun heterogen,
k. Undang-Undang Nomor 22 maka otonomi desa akan diberikan
Tahun 1999 tentang kesempatan untuk tumbuh dan
Pemerintahan Daerah. berkembang mengikuti perkembangan dari
l. Undang-Undang Nomor 25 desa itu sendiri.15 16 17
Tahun 1999 tentang Berdasarkan Undang-Undang 32
Perimbangan Keuangan Antara Tahun 2004 Desa Adalah kesatuan
Pusat dan Daerah. masyarakat hukum yang Memiliki batas-
b. Pemerintahan Desa batas wilayah yang berwenang untuk
Berdasarkan Undang-Undang 32 mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkanasal usul
Tahun 2004
dan adat istiadat setempat yang di akui dan
Undang-undang Nomor 32 tahun dihormati dalam system
2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang
juga mengatur mengenai desa menegaskan,
desa sebagai kesatuan masyarakat hukum
memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di dalam
kabupaten, dengan pengertian tersebut
sangat jelas bahwa undang- undang ini
memberikan dasar menuju self governing
community yaitu suatu komunitas yang
mengatur dirinya sendiri.14 15 H.AW. Widjaja,
Undang-Undang Nomor 32 tahun Penyelenggaraan
16Otonomi di Indonesia (Dalam Rangka
14 H.A.W. Widjaja, Otonomi Desa Sosialisasi UU.No.32 Tahun 2004 Tentang
Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat, dan Utuh Pemerintahan Daerah), Jakarta, PT. Raja
. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 36. 17Grafindo Persada, 2007 , hlm. 36-37.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 8


kewenangan
Pemerintahan Negara desa tercantum dalam
Kesatuan Pemakain istilah “dibagi atas
pasal 206 :
Republik Indonesia. 18 daerah-daerah” menunjukkan selain
menghormati daerah otonom juga
a. Urusan pemerintahan yang sudah
menegaskan adanya hubungan
ada berdasarkan hak asal usul
pemeritahan pusat dan daerah yang
desa.
bersifat horizontal. Dengan demikian ada
b. Urusan pemerintahan yang
perbedaan model hubungan pusat dan
menjadi kewenangan
daerah berdasarkan Pasal 18 UUD 1945
kabupaten/kota yang diserahkan
dengan model hubungan kabupaten/kota
pengaturannya kepada desa.
dengan desa berdasarkan UU Nomor 32
c. Tugas pembantuan dari
Tahun 2004. Pengakuan NKRI pada
pemerintah, pemerintah provinsi,
keberadaan desa dituangkan dalam bentuk
dan/atau pemerintahan
pengertian desa “Desa atau yang disebut
kabupaten/kota.
dengan nama lain, selanjutnya disebut
d. Urusan pemerintahan lainnya yang
desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
oleh peraturan perundang-
yang memiliki batas-batas wilayah yang
undangan diserahkan kepada
berwenang untuk mengatur dan mengurus
desa.19
kepentingan masyarakat setempat,
Pasal 200 (1), “Dalam berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
pemerintahan daerah kabupaten/kota setempat yang diakui dan dihormati dalam
dibentuk pemerintahan desa yang terdiri sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
dari pemerintah desa dan badan Republik Indonesia”.19
permusyawaratan desa”. Penggunaan
istilah “dibentuk” ini menegaskan bahwa Undang-Undang 32 Tahun 2004
pemerintahan desa merupakan subsistem menyatakan bahwa desa adalah subyek
atau bagian dari pemerintahan daerah hukum, negara mengakui desa sebagai
kabupaten/kota, karenanya ia menjalankan kesatuan masyarakat hukum berdasar
sebagai kewenangan pemerintahan sejarah asal-usul dan adat istiadat. Desa
kabupaten/kota. Dalam UU ini desa adalah self governing community
merupakan satuan pemerintah yang ada berdaulat dan berbasis musyawarah,
dalam pemerintahan kabupaten/kota. Ini
berbeda dengan istilah yang digunakan
dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan “Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah
propinsi dan daerah propinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintah daerah, yang
diatur dengan undang-undang”.18

18 Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang 19 UU Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 1


Dasar 1945 ayat (12)

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 7


18
http://ejoumal.ip.fisip-unmul.
ac. id, diakses tanggal 29 juni 2015
19
Undang-Undang 32 tahun 2004 Pasal
206 mengenai urusan kewenangan desa

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 10


bukan entitas otonom yang disebut local desa yang mengatur dirinya sendiri
self government seperti halnya kabupaten. sebagai sebuah otoritas lokal bertaraf
Pada sisi lain, desa ditempatkan di dalam desa, pada Perubahan UUD 1945 Pasal
pemerintahan kabupaten/kota.20 18 B disebut sebagai otonomi khusus
yang mendapat pengakuan dan
c. Pengaturan Tentang Desa penghormatan sebagai masyarakat hukum
Berdasarkan Undang-Undang adat yang sesuai prinsip NKRI.
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Pengaturan Desa pada Undang-
Desa
Undang Nomor 6 Tahun 2014
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
berdasarkan asas-asas Rekognisi,
2014 tentang Desa mengangkat kembali
subsidiaritas, keberagaman,
otonomi desa berbasis jati diri desa,
kebersamaan, kegotong-royongan,
mengakomodasi keanekaragaman &
kekeluargaan, musyawarah, demokrasi,
keunikan budaya tiap desa, didalam
kemandirian, partisipasi, kesetaraan,
sebuah negara kesatuan Republik
pemberdayaan dan keberlanjutan. Hal itu
Indonesia. Undang-Undang 6 tahun 2014
tercantum dalam pasal (3) Undang-
tentang Desa menggambarkan itikad
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
negara untuk mengotomikan desa,
Desa. Asas-asas pengaturan desa pasal
dengan berbagai kemandirian
(3) dan pengertiannya yaitu :24
pemerintahan desa seperti pemilihan
umum calon pemimpin desa, anggaran a. Rekognisi adalah pengakuan
desa, semacam DPRD desa, dan terhadap hak asal-usul
kemandirian pembuatan peraturan desa b. Subsidiaritas adalah penetapan
semacam perda, menyebabkan daerah kewenangan berskala local dan
otonomi NKRI menjadi provinsi, pengambilan keputusan secara
kabupaten atau kota, dan desa. Reformasi local untuk kepentingan
telah mencapai akarnya, kesadaran masarakat desa.
konstitusi desa dan dusun diramalkan c. Keberagaman adalah pengakuan
akan mendorong proses reformasi dan penghormatan terhadap
berbasis otonomi daerah bersifat hakiki.21 system nilai yang berlaku
dimasyarakat desa, tetapi dengan
Secara struktural, organisasi tetap mengindahkan system nilai
negara mengatur kepemerintahan hanya bersama dalam kehidupan
sampai tingkat kecamatan, sehingga berbangsa dan bernegara.
organ di bawah kecamatan diklasifikasi d. Kebersamaan adalah semangat
sebagai organ masyarakat, sehingga untuk berperan aktif dan bekerja
masyarakat desa disebut sebagai sama dengan prinsip saling
masyarakat yang mengatur dirinya
sendiri dan mendirikan pemerintahan

20
http://www.ksap.org/sap/desa/, di akses
pada tanggal 11 mei 2015
21 Ibid

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 11


Terdapat pada bagian penjelasan
24
sesuai dengan esensi masalah dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa prioritas kebutuhan masyarakat
menghargai antara kelembagaan desa.
ditingkat desa dan unsure masyarakat m. Keberlanjutan adalah suatu proses
desa dalam membangun desa. yang dilakukan secara
e. Kegotongroyongan adalah terkordinasi, terintegrasi, dan
kebiasaan untuk tolong- menolong berkesinambungan dalam
untuk membangun desa. merencanakan dan melaksanakan
f. Kekeluargaan adalah kebiasaan warga program pembangunan desa.
masyarakat desa sebagai bagian dari
satu kesatuan keluarga besar Kemudian tujuan dari pengaturan desa
masyarakat desa. pada pasal (4) yaitu : 22

g. Musyawarah adalah proses a. Memberikan pengakuan dan


pengambilan keputusan yang penghormatan atas desa yang
menyangkut kepentingan sudah ada dengan
masyarakat desa melalui diskusi keberagamannya sebelum dan
dengan berbagai pihak yang sesudah terbentuknya Negara
berkepentingan. Kesatuan Republik Indonesia.
h. Demokrasi adalah system b. Memberikan kejelasan status dan
pengorganisasian masyarakat desa kepastian hukum atas desa dalam
dalam suatu system pemerintahan sisten ketatanegaraan republic
yang dilakukan oleh masyarakat desa Indonesia demi mewujudkan
atau dengan persetujuan masyarakat keadilan bagi seluruh rakyat
desa serta keluhuran harkat dan Indonesia.
martabat manusia sebagai makhluk c. Melestarikan dan memajukan
tuhan yang maha esa diakui , ditata, adat, tradisi dan budaya
dan dijamin. masyarakat desa.
i. Kemandirian adalah suatu proses yang d. Mendorong prakarsa, gerakan dan
dilakukan oleh pemerintah desa dan partisipasi masyarakat desa untuk
masyarakat desa untuk melakukan pengembangan potensi dan asset
suatu kegiatan dalam rangka desa guna kesejahteraan bersama.
memenuhi kebutuhannya dengan e. Membentuk pemerintahan desa
kemampuan sendiri. yang professional , efisien dan
j. Partisipasi adalah turut berperan aktif efektif, serta bertanggungjawab.
dalan suatu kegiatan. f. Meningkatkan pelayanan public
k. Kesetaraan adalah kesamaan dalam bagi warga masyarakat desa guna
kedudukan dan peran. mempercepat perwujudan
l. Pemberdayaan adalah upaya kesejahteraan umum.
meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat desa
melalui penetapan kebijakan,
program, dan kegiatan yang 22 Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 12


g. Meningkatkan ketahanan social masyarakat hukum berdasarkan susunan
budaya masyarakat desa guna asli adalah suatu badan hukum dan badan
mewujudkan masyarakat desa yag pemerintahan yang merupakan bagian
mampu memelihara kesatuan wilayah Kecamatan atau wilayah yang
social sebagai bagian dari melingkunginya.24
ketahanan nasional. Menurut ketentuan Undang-
h. Memajukan perekonomian Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
masyarakat desa serta mengatasi Pemerintahan Daerah, desa diberi
kesenjangan pemb angunan pengertian “Desa adalah suatu masyarakat
nasional. hukum yang memiliki batas- batas
i. Memperkuat masyarakat desa wilayah yang berwenang untuk mengatur
sebagai subjek pembangunan. dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat
2. Kedudukan Desa Di Dalam Undang- istiadat setempat yang diakui dan
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Desa dihormati dalam sistem Pemerintahan
a. Tinjauan Umum Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”25
Desa
Undang-Undang Nomor 32 Tahun Sesuai dengan Undang-Undang
2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun Pemerintahan Daerah, Pemerintah
2005 Tentang Desa menegaskan bahwa Propinsi menganut asas Dekonsentrasi
desa adalah masyarakat hukum yang sekaligus Desentralisasi. Berdasarkan asas
memiliki kewenangan untuk mengatur dekondentrasi maka propinsi merupakan
dan mengurus kepentingan masyarakatnya wilayah administrasi (Local Stade
berdasarkan asal usul dan adat istiadat Government). Keberadaan wilayah
setempat yang diakui dalam sistem administrasi merupakan implikasi logis
pemerintahan nasional, dengan demikian dari penerapan asas dekonsentrasi. Dalam
desa dipahami sebagai kesatuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
masyarakat hukum yang memiliki Tentang Pemerintahan Daerah
kekuasaan dalam mengatur dan mengurus dekonsentrasi diberi pengertian:
kepentingan masyarakatnya untuk pelimpahan wewenang Pemerintah oleh
mencapai kesejahteraan. Hak untuk Pemerintah kepada Gubernur sebagai
mengatur dan mengurus kepentingan wakil pemerintah dan / atau kepada
masyarakat inilah yang disesebut dengan instansi vertical tertentu. Dalam asas
Otonomi Desa.23 dekonsentrasi yang diserahkan adalah
wewenang administrasi/implementasi
Desa atau dengan nama aslinya kebijakan sedangkan wewenang
yang setingkat yang merupakan kesatuan

24PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor


23 Pasal 1 angka 5 2572 Tahun 2005 Tentang Desa

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 13


27
SaduWarsito, M. IrwanTahir,
ProspekPengembanganDesa, FokusMedia,
bandung:2006,hlm. 7.
28
Ibid hlm.25.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 14


politiknya tetap menjadi kewenangan merupakan suatu kebulatan dan dipegang
pusat. oleh pemerintah pusat.27
Terkait dengan keberadaan desa
Otonomi Desa merupakan
di NKRI, maka didasarkan pada
otonomi yang asli, bulat, dan utuh bukan
ketentuan dalam Pasal 18 B ayat (2)
merupakan pemberian dari pemerintah,
UUD NRI Tahun 1945. Mengingat
sebaliknya pemerintah berkewajiban
keberadaan Pasal 18 B ayat (2) yang
menghormati otonomi asli yang dimiliki
mengatur mengenai pengakuan
oleh desa tersebut. sebagai kesatuan
keberadaan kesatuan masyarakat adat
masyarakat hukum yang mempunyai
terpisah dari pengaturan mengenai
susunan asli berdasarkan asal usul yang
pembagian wilayah Indonesia
bersifat istimewa, maka desa dapat
berdasarkan Pasal 18 ayat (1) maka dapat
melakukan perbuatan hukum, baik
dikatakan kedudukan desa berada diluar
hukum publik maupun hukum perdata,
susunan NKRI yang hanya dibagai dibagi
memiliki kekayaan, harta-harta, serta
atas daerah provinsi dan daerah provinsi
dapat dituntut dan menuntut dimuka
dibagi atas daerah kabupaten/kota.
Pengadilan.26
Artinya desa diakui kemandiriannya
b. Kedudukn Desa Dalam Negara berdasarkan hak asal usulnya sehingga
Kesatuan Republik Indonesia dibiarkan untuk tumbuh dan berkembang
Desa dalam kedudukannya di diluar susunan struktur Negara.
Negara Kesatuan Republik Indonesia,
tidak dapat dilepas pisahkan dengan Hal tersebut diperkuat dengan
berbagai keberadaan daerah yang lain, asas pengakuan, dimana desa diakui
baik itu, propinsi atau kabupaten/kota. keberadaannya oleh negara sebagai suatu
Pasal 1 ayat (1) UUD Tahun 1945 organisasi pemerintahan yang sudah ada
sebelum amandemen menyatakan bahwa dan dilakukan dalam kesatuan
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan masyarakat adat sebelum lahirnya NKRI.
yang berbentuk republik. Dimana, Hal tersebut menunjukan bahwa sebagai
keberadaan suatu Negara Kesatuan pada kesatuan masyarakat adat, desa diakui
hakekatnya menempatkan kekuasaan keberadaannya oleh Negara sebagai
tertinggi dan penyelenggara segenap satuan pemerintahan yang paling kecil
urusan Negara yaitu pemerintah pusat, dan turut memberikan andil bagi
hal tersebut terkait dengan adanya asas terbentuknya Negara, sehingga desa
bahwa dalam Negara kesatuan segenap dibiarkan tumbuh dan berkembang diluar
urusan Negara tidak dibagi antara susunan Negara.
pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, sehingga urusan-urusan Negara
dalam suatu Negara kesatuan tetap

26Pemerintah Daerah di Indonesia, edisi revisi, cet 27kedua, Polgov Fisipol UGM, Yogyakarta, hl. 10

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 15


30
Solly Lubis dalam Josef Riwu Kaho,
2012, Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan

29
Ibid. hlm.
92.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 16


Kesederajatan ini mengandung Peraturan Perundang-Undangan,
makna, bahwa kesatuan masyarakat peraturan Desa merupakan salah satu
hukum yang berdasarkan hukum adat kategori Peraturan Daerah yang
berhak atas segala perlakuan dan diberi termasuk jenis peraturan perundang-
kesempatan berkembang sebagai undangan yang diatur dalam Pasal 7 ayat
subsistem Negara Kesatuan Republik 2 huruf c Undang-Undang Nomor 10
Indonesia, dengan tetap berada pada Tahun 2004 tentang Pemebentukan
prinsip NKRI, yaitu tidak melahirkan Peraturan Perundang-Undangan. Setelah
Negara didalam Negara. Kedua, secara berlakunya Undang-Undang Nomor 12
fungsi pemerintahan, maka berdasarkan Tahun 2011 tentang Pembentukan
Pasal 200 UU Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Perundang-Undangan,
menempatkan pemerintahan desa Peraturan Desa tidak disebutkan secara
sebagai bagaian dari pemerintahan eksplisit sebagai salah satu peraturan
daerah kabupaten/kota, sehingga perundang-undangan.
keberadaan pemerintahan desa adalah
sebagai sub sistem pemerintahan daerah Diakui nya keberadaan peraturan
kabupaten/kota. desa dan mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat sepanjang diperintahkan
c. Kedudukan Desa Berdasarkan oleh peraturan yang lebih tinggi atau
Peraturan Perundang- dibentuk berdasarkan kewenangan
Undangan (formal), dipertegas dalam pasal 8 ayat
(2) Undang-undang No. 12 Tahun 2011.
Keberadaan peraturan desa
mulai dikenal sebagai salah satu bentuk d. Kedudukan Desa Di Dalam
peraturan perundang-undangan sejak Undang-Undang Nomor 6
diundangkannnya Undang-Undang Tahun 2014 Tentang Desa
nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah sebagai salah satu Memosisikan kedudukan desa
tugas dari Badan Permusyawaratan dalam ketatanegaraan Indonesia perlu
Desa, yaitu sebuah badan yang dibentuk dipahami sebagai penyelenggaraan
sebagai perwujudan demokrasi ditingkat urusan yang dilaksanakan dalam rangka
desa.28 29 Sebagai peraturan lokal, pemerintahan dalam arti luas, untuk
peraturan desa dibentuk berdasarkan melayani masyarakat. Perlekatan
asas-asas peraturan perundang- mengenai ketatanegaraan tampaknya
undangan. lebih baik dikesampingkan terlebih
dahulu karena beberapa alasan. Factor
Sebelum berlakunya UU Nomor utama yaitu bahwa persepsi mengenai
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan urusan dan kelembagaan ketatanegaraan
berbeda dengan urusan dan kelembagaan
28 pemerintahan.
http://www.kumham-
jogja.info/karya-ilmiah/37 Dalam Pasal (1) Undang-Undang
karya ilmiah Desa Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
29lainnya/347 mekanisme pembuatan
peraturan desa, diakses tanggal 13 juni 2015
diartikan desa adalah Desa dan Desa

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 17


Adat atau yang disebut dengan nama lain Dalam hal tata susunan/hirarki sistem
, selanjutnya disebut, Desa adalah norma, norma yang tertinggi (Norma
kesatuan masyarakat hukum yang Dasar) itu menjadi tempat
memiliki batas wilayah yang berwenang bergantungnya norma-norma di
untuk mengatur dan mengurus urusan bawahnya, sehingga apabila Norma
pemerintahan, kepentingan masyarakat Dasar itu berubah akan menjadi rusaklah
setempat berdasarkan prakarsa sistem norma yang ada di bawahnya.30
masyarakat, hak asal usul dan/ hak
tradisional yang diakui dan dihormati Hans
dalam system Pemerintahan Negara Nawiasky mengatakan suatu norma
Republik Indonesia. hukum dari negara manapun selalu
berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang.
Kedudukan desa tercermin Norma yang di bawah berlaku,
dalam Pasal 2 dan Pasal 5 undang- bersumber dan berdasar pada norma
undang tersebut, dalam Pasal 2 yang lebih tinggi, norma yang lebih
disebutkan, “penyelenggaraan tinggi berlaku, bersumber dan berdasar
pemerintahan desa , pelaksanaan pada suatu norma yang tertinggi yang
pembangunan desa, dan pemberdayaan disebut Norma Dasar.31
masyarakat desa berdasarkan pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik D. Penutup
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan a. Kesimpulan
Republik Indonesia dan bhinneka
tunggal ika. Dan di Pasal 5 Dari pembahasan yang telah diungkap
menyebutkan, desa berkedudukan di diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
wilayah mengenai Politik Hukum Pengaturan
kabupaten/kota”. Desa terdiri dari Desa tentang Desa dan Kedudukannya
dan Desa Adat.32 Dari penjelasan Pasal 2 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
diatas dapat dihubungkan dengan teori Tahun 2014 tentang Desa, yaitu :
jenjang hukum (Stufentheorie) yang 1. Politik Hukum pengaturan tentang
dikemukakan oleh Hans Kelsen dan Desa berdasarkan Undang-
Hans Nawiasky mengenai norma hukum Undang Nomor 6 Tahun 2014
negara selalu berlapis-lapis dan tentang Desa, Bahwa kebijakan
berjenjang-j enjang. hukum dalam Undang- Undang
Menurut Hans Kelsen suatu Nomor 6 Tahun 2014 adalah
norma hukum itu selalu bersumber dan suatu bentuk
berdasar pada norma yang di atasnya, penyempurnaan dari undang-
tetapi ke bawah norma hukum itu juga undang yang pernah berlaku
menjadi sumber dan menjadi dasar bagi sebelumnya mengatur tentang
norma yang lebih rendah daripadanya. desa. Dalam hal ini Undang-

30Maria Farida Indrati Soeprapto, “Ilmu


Dikutip dari Pasal 2 dan 5 Undang-
32
Perundang-Undangan : Jenis, Fungsi, dan Materi
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Muatan”, Kanisius, Yogyakarta, 2010, hlm 42.
31 Ibid hal. 46

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 18


Undang Desa Nomor 6 Tahun Karena dengan adanya tanggapan
2014 lebih banyak dari masyarakat dapat dijadikan
menampakkan bahwa Desa atau evaluasi untuk pelaksanaan
desa adat dapat melakukan penyelenggaraan dan pembangunan
penyelenggaraan Desa secara desa ke depannya. Dalam
luas sesuai dengan keasliannya penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan asal- usul, adat- diperlukan juga pembukuan secara
istiadat yang diakui dan transparansi mengenai anggaran
dihormati oleh NKRI. yang akan di pakai dalam proses
Penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan penyelenggaraan desa.
desa dilakukan oleh Kepala desa 2. Kab/Kota meski tidak menjadi
bersama BPD. Undang-undang pemerintahan diatas dari Desa,
ini sesuai dengan amanat dari namun Desa tetap melakukan
UUD Pasal 18B bahwa Negara laporan pertanggung jawaban
mengakui dan menghormati mengenai penyelenggaraan desanya
satuan pemerintah yang bersifat kepada Kab/Kota, dalam hal itu
khusus atau yang beristimewa. Kab/Kota mesti selalu mengevaluasi
2. Kedudukan Desa didalam setiap laporan pertanggung jawaban
Undang-Undang Nomor 6 Tahun tersebut agar dapat dijadikan
2014, Desa berkedudukan di evaluasi untuk pelaksanaan
kabupaten/ kota sebagai bagian pertanggungjawaban pemerintahan
dari pemerintah daerah. desa di tahun berikutnya.
penyelenggaraan pemerintahan
skala Desa, dimana
pemerintahannya desa dijalankan
oleh kepala desa dan BPD dan
perangkat desa. Desa dapat
mengeluarkan peraturan desa
selama tidak bertentangan
dengan undang-undang yang ada
di atasnya.

b. Saran
Berikut adalah saran untuk
Politik hukum otonomi desa berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa
1. Diperlukan partisipasi aktif dari
masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan
pertanggungjawaban dari
penyelenggaraan pemerintahan desa.

JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015 19

You might also like